Você está na página 1de 5

Corrosion Studies on Stainless Steel

(FE6956) in Hydrochloric Acid Solution


Raphael Shadai Oguike
Corrosion Protection and Materials Science Laboratory, Department of Chemistry, Abubakar
Tafawa Balewa
University, Bauchi, Nigeria
Email: oguike.raphael@yahoo.com
Received 7 June 2014; revised 24 July 2014; accepted 8 August 2014
Prasyarat untuk stainless steel adalah bahwa mereka harus memiliki ketahanan korosi
yang tinggi untuk aplikasi tertentu. Sifat dari stainless steel seperti efisiensi struktural, perawatan
mudah, keuletan tinggi, ketangguhan tinggi, kekerasan tinggi, dan tahan api harus ditingkatkan
dibandingkan yang lain. Peningkatan harga yang kompetitif dari stainless steel bisa menambah
keuntungan atas penggunaan bentuk-bentuk lain dari baja. Menurut beberapa penulis, ketahanan
korosi yang sangat baik dari stainless steel adalah kemampuannya untuk melindungi diri dari
lingkungan korosif melalui pembentukan tipis film pasif yang terdiri dari campuran besi dan
kromium oksida, dengan hidroksida dan watercontaining senyawa yang terletak di wilayah
terluar dari film pasif sedangkan oksida kromium ditemukan pada antarmuka logam/film.
Penelitian ini menggunakan teknik pengukuran ini korosi seperti penurunan massa,
thermometric dan potensiodinamik polarisasi untuk memantau pengaruh konsentrasi asam pada
Fe6956 korosi dalam asam klorida solusi untuk menentukan kelayakan dalam proses industri.
Metode penurunan massa dilakukan pada berbagai suhu untuk mempelajari pengaruh suhu
terhadap korosi Fe6956, sedangkan metode polarisasi mengungkapkan perilaku elektrokimia dari
stainless steel konsentrasi asam HCl yang berbeda. Thermometric memberikan informasi reaksi
korosi dengan cara jumlah reaksi (RN). Persamaan laju korosi sebagai berikut,
Kcr=

KW
At

Dimana,
Kcr
K
W
A
t

= Corossion Penetration Rate (laju korosi) (mpy)


= 534 untuk satuan CPR mpy (mills per year)
= 87,6 untuk satuan CPR mm/yr
(millimeter per year)
= Weight Loss (gram)
= Luas permukaan material
= Waktu terjadinya interaksi

Material yang digunakan adalah Stainless steel (Fe6956) dengan tabel komersial yang
dikeluarkan oleh Advent research materials Ltd, Eynsham Oxford England OX294JA sebagai
berikut:
Lembaran yang dipotong dengan ukuran 4.0 4.0 0.1 cm

1.
Pengukuran dengan metode Weight Loss (Penurunan massa)
Dalam metode ini, logam stainless steel ditimbang sebelum perendaman total pada bejana baja
yang memiliki volume total 250 ml dimana 200 ml adalah larutan korosif dengan tiap percobaan
memiliki molaritas 0,5 M, 1,0 M, 1,5 M dan 2,0 M HCl. Suhu dipertahankan pada 303, 313, 323
dan 333 1 K. Setelah tiga jam, stainless steel diambil dicuci dengan pencelupan air suling,
digosok dengan bulu sikat, dibersihkan dengan etanol, dikeringkan di aseton dan udara serta
ditimbang kembali . Perbedaan massa diambil sebagai penurunan massa (weight loss) (mg).
2. Pengukuran Thermometric
Pengukuran dilakukan dalam labu Dolvacpyrex ditutup dengan lembaran aluminium foil. Bejana
reaksi terdiri dari 50 ml asam dimasukkan ke dalam labu tertanam dalam aluminium foil,
disumbat dengan Checktemp 1 digital termometer.Variasi suhu sistem dipantau dengan waktu
dan jumlah reaksi (RN) didefinisikan sebagai

dimana,
Tm = suhu maksimum
Ti = suhu awal
tm = waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu maksimum (menit)
3. Pengukuran Elektrokimia
Sel elektrokimia dengan konfigurasi tiga elektroda digunakan untuk pengukuran elektrokimia.
Fe6956 tertanam di Coad dan memiliki area terbuka sebesar 1 cm2 digunakan sebagai elektroda
kerja, elektroda platinum dan saturated calomel electrode (SCE) yang digunakan sebagai counter
dan elektroda referensi. Elektroda kerja itu digiling berturut-turut dengan kertas ampelas
metalografi meningkatkan kehalusan hingga 1000 grits, dan kemudian dibersihkan dengan air
suling dan dengan etanol, dan akhirnya dikeringkan dengan udara hangat.
Percobaan elektrokimia dilakukan oleh Potensiostat/Galvanostat Model 263 menggunakan
software Power Suite setelah elektroda kerja direndam selama 1800 detik dalam larutan korosif
aerasi pada open circuit potential. Kurva polarisasi potensiodinamik diperoleh dengan memindai
potensi stainless steel dari -0,25 V ke 1,6 V vs SCE pada kecepatan scan 1 mV/s.
Hasil
Hasil penurunan massa dan tingkat korosi untuk Fe6956 korosi dalam 0,5, 1,0, 1,5, dan 2,0 M
larutan asam HCl dengan suhu di 303, 313, 323, dan 333 1 K ditunjukkan pada Tabel 2.
Hasilnya mengungkapkan bahwa Fe6956 sangat larut dalam larutan HCl. Hal ini dapat dilihat
bahwa peningkatan baik suhu atau konsentrasi asam mengakibatkan di tingkat korosi meningkat.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, peningkatan suhu menyebabkan peningkatan korosi,
juga kenaikan konsentrasi asam mengakibatkan peningkatan yang signifikan pada laju korosi. Ini
menunjukkan bahwa lebih besar konsentrasi ion Cl- menghancurkan film pasif yang cenderung
mengisolasi logam dari larutan korosif.

Gambar 2 menunjukkan plot thermometric suhu sebagai fungsi waktu.

Data yang diperoleh dari beragam temperatur di mana reaksi korosi terjadi, menunjukkan bahwa
laju korosi juga dapat ditentukan dengan menggunakan aktivasi energi dan faktor pre
eksponensial.
Korosi stainless steel di sistem asam berair terutama proses elektrokimia. Polarisasi
potensiodinamik perilaku Fe6956 dipelajari dalam kaitannya dengan konsentrasi asam.

Kesimpulan

Laju korosi meningkat apabila terjadi peningkatan suhu dan konsentrasi asam. Nilai yang
diperoleh untuk entropi dan entalpi aktivasi menunjukkan reaksi korosi stainless steel spontan
dalam larutan HCl. Perilaku polarisasi korosi Fe6956 menunjukkan perilaku reaksi korosi aktif
dimana terjadi pergeseran perilaku polarisasi ke daerah korosi aktif dengan peningkatan
konsentrasi asam. Perilaku korosi Fe6956 di berbagai konsentrasi yang diberikan oleh
pengukuran polarisasi linear baik diperoleh dari pengukuran weight loss dan thermometric.
Namun, kinerja ketahanan korosi keseluruhan paduan ini di lingkungan pengujian dapat dinilai
baik.

Você também pode gostar