Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan / substansi yang
menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang
terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan
gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan
kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun
cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam,
perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
Ada 4 bentuk dermatitis kontak yaitu :
1) Dermatitis kontak iritan
Dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara kimiawi atau fisik merusak
kulit tanpa dasar imunologik. Terjadi sesudah kontak pertama dengan iritan atau kontak ulang
dengan iritan ringan selama waktu yang lama. Dermatitis ini terjadi karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, lama kontak,
kekerapan, gesekan dan trauma fisis, suhu serta kelembaban. Faktor individu juga berpengaruh
pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat
menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah umur 8 tahun lebih mudah
teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis kelamin.
2) Dermatitis kontak alergik.
Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit dengan bahan
alergik ( bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas ). Tipe ini memiliki periode sensitisasi 10 14
hari. Reaksi hipersensitivitas tipe IV terjadi melalui 2 fase yaitu:
Fase sensitisasi
Hapten masuk ke dalam epidermis melewati stratum korneum akan ditangkap oleh sel
langerhans dengan cara pinositosis dan diproses secara kimiawi oleh enzim lisosom. Pada
awalnya sel langerhans dalam keadaan istirahat, dan hanya berfungsi sebagai makrofag dengan
sedikit kemampuan menstimulasi sel T. Terjadinya sensitisasi kontak tergantung pada sinyal
iritan yang dapat berasal dari alergen kontak sendiri dari ambang rangsang yang rendah terhadap
respon iritan, dari bahan kimia inflamasi pada kulit yang meradang. Jadi sinyal bahaya yang
menyebabkan sensitisasi tidak berasal dari sinyal antigenik sendiri melainkan dari iritasi yang
menyertainya. Suatu tindakan mengurangi iritasi akan menurunkan potensi sensitisasi.
Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada pajanan ulang alergen
(hapten), hapten akan ditangkap sel langerhans dan diproses secara kimiawi menjadi antigen,
diikat oleh HLA-DR, kemudian diekskresi di permukaan kulit. Selanjutnya kompleks HLA-DRantigen akan dipresentasikan kepada sel T yang telah tersensitisasi baik di kulit maupun di
kelenjar limfe sehingga terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi umumnya berlangsung antara 24-48
jam. Gambaran klinisnya dapat berupa vasodilatasi dan infiltrat perivaskuler pada dermis, edema
intrasel, biasanya terlihat pada permukaan dorsal tangan.
3) Dermatitis kontak fototoksik
Merupakan dermatitis yang menyerupai tipe iritan tetapi memerlukan kombinasi sinar
matahari dan bahan kimia yang merusak epidermis kulit. Gambaran klinis yang terjadi serupa
dengan dermatitis iritan.
Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang
logam, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga
basah, dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
Gambaran klinis yang terjadi adalah : umumnya mengeluh sangat gatal, lesi akut berupa
vesikel dan papolu vesikel (0,3 1.0 cm) kemudian membesar dengan cara berkonploensi atau
meluas kesamping. Membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam (koin), eritematosa,
sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Jumlah lesi dapat 1 dapat pula banyak dan tersebar,
bilateral atau simetris dengan ukuran bervariasi mulai dari miliar numular.
d. Dermatitis Statis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (atau hipertensi vena)
tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering
berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika
adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga
menjadi penyebab.
e.
Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi, hormon,
kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka
terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang telinga. Kulit terasa berminyak dan licin,
melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian
atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam
keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
f.
Dermatitis medikamentosa
Adalah kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan istilah yang digunakan untuk ruang
kulit karen pemakaian internal obat-obatan atau medikasi tertentu. Pada umumnya reaksi obat
timbul mendadak, ruam dapat disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.
g. Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan
yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005). Timbul
karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter
sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan
menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa
gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang
dari leher.
5. Patofisiologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh iritan melalui kerja
kimiawi atau fisik. Bahan irisan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan
lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel
epidermis.
Ada 2 jenis bahan iritan yaitu: iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan
kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada
mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi yaitu: kelembaban udara, tekanan, gesekan, mempunyai andil pada terjadinya
kerusakan tersebut. Berkaitan dengan gejala diatas dapat menimbulkan rasa nyeri yang timbul
akibat lesi kulit, erupsi dan gatal. Selain itu, dapat menimbulkan gangguan intergritas kulit dan
gangguan citra tubuh yang timbul karena vesikel kecil, kulit kering, pecah-pecah dan kulit
bersisik.
6. Pathway
Terlampir
7. Gejala Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama
pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra
dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a) Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi
sehingga tampak basah.
b) Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
c) Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak awal memberi
gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
8. Pemeriksaan Diagnostik / penunjang
a. Pemeriksaan penunjang :
1) Percobaan asetikolin (suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
1) Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada yang
berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang
berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin,
SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.
2) Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular atau intravena.
Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki
kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita ulkus peptikum, diabetes dan
hipertensi. Efek sampingnya terutama pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan
perubahan dari insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat proliferasi
limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel Langerhans, menghambat pelepasan
IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.
3) Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong dan menghambat
produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit,
makrofag dan keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1.
4) Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi ICAM-1 pada
keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin yang memiliki efek menghambat
peradangan.
5) FK 506 (Takrolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular. Menghambat sekresi
IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan
histamin dan serotonin. Dapat juga diberikan secara topikal.
6) Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti nifedipin dan
amilorid.
7) Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan INF-r yang
merupakan mediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya adalah kalsitriol.
c.
Diet
sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores
kulit sehingga iritasi
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Kerusakan integritas kulit b/d adanya lesi, perubahan pigmentasi, penebalan epidermis dan
kekakuan kulit.
b. Nyeri akut b/d agen cedera fisik, adanya vesikel atau bula, erosi, papula, garukan berulang
c. Ganguan citra tubuh b/d penyakit dermatitis.
Dx 2: Nyeri b/d agen cedera fisik, adanya vesikel atau bula, erosi, papula, garukan berulang.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam, rasa nyeri pasien dapat berkurang
Kriteria Hasil:
Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur atau istirahat dengan tepat.
Intervensi:
Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-10 )
Rasional: dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.
Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.
Rasional: membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien
dari nyeri.
Kolaborasi: Berikan obat sesuai indikasi topikal maupun sistemik; pentoksifilin
Rasional: pemberian obat membantu mengurangi efek peradangan.
Dx 3: Ganguan citra tubuh b/d penyakit dermatitis
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam pengembangan peningkatan penerimaan
diri pada klien tercapai.
Kriteria Hasil :
- Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
- Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
- Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
- Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
- Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
- Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan
penampilan.
Intervensi :
Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri).
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata bagi
klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta
pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan
kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu
terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi klien .
Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan
5. Evaluasi
Diagnosa 1
Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit.
Berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena
garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusak.
Diagnosa 2
Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
Berpartisipasi dalam aktivitas dan tiduratau istirahat dengan tepat.
Diagnosa 3
Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan
penampilan.
Daftar Pustaka
Doenges E, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Djuanda, Adhi dkk. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.
Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit : Media Aesculapius
FKUI, Jakarta.Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 199). Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai Penerbit
FKUI