Você está na página 1de 3

Anne Anggiana

101411133008
IKM B 2014
RESUME MATA KULIAH EKONOMI KESEHATAN
PERTEMUAN 4

TOPIK 1: Demand Pelayanan Kesehatan


Dalam teori ekonomi mikro secara umum telah dijelaskan bahwa demand
merupakan keinginan yang didukung dengan daya beli. Hukum demand juga
menjelaskan bahwa jika harga dari suatu barang atau jasa itu sendiri naik, maka
permintaan dari konsumen akan menurun. Namun definisi demand berbeda dalam
ruang lingkup pelayanan kesehatan. Harga tidak lagi menjadi faktor yang paling
berpengaruh. Demand dalam pelayanan kesehatan diwujudkan melalui permintaan
pelayanan kesehatan yaitu perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran yang
berasal dari keinginan untuk lebih sehat, sehingga dapat disimpulkan bahwa demand
pada pelayanan kesehatan merupakan demand tidak langsung.
Menurut Grossman (1972) adanya demand pelayanan kesehatan terjadi karena
kesehatan merupakan komoditas yang harus dibeli sebab dapat membuat pembelinya
merasa baik dan nyaman. Artinya pelayanan kesehatan menjadi kebutuhan yang
penting bagi setiap orang, karena setiap orang menginginkan tubuh yang sehat. Untuk
itu terdapat dua pendekatan lazim yang digunakan dalam membahas demand dalam
jasa pelayanan kesehatan. Model tersebut yaitu Supplier Induced Demand Model dan
Supplier Reduced Demand Model.
Pertama, teori Supplier Induced Demand Model, model usaha meningkatkan
permintaan terhadap pelayanan kesehatan yang ditentukan oleh dokter atau supplier
pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan dokter memiliki pengetahuan dan informasi
yang lebih mengenai keluhan penyakit yang diderita pasien. Hal ini menyebabkan
banyak penyimpangan profesi karena dokter memiliki kewenangan untuk mendiagnoga
pasien dan menganjurkan usaha penyembuhan bagi pasien, namun pasien tidak bisa
mengetahui apakah usaha tersebut sesuai dengan diagnosa penyakit yang dideritanya.
Yang kedua yaitu Supplier Reduced Demand Model, yaitu model permintaan pelayanan
kesehatan dimana justru dokter atau rumah sakit yang menetapkan demand dibawah
yang seharusnya. Hal ini disebabkan karena bergesernya rumah sakit menjadi suatu
lembaga ekonomi, sehingga resiko penyimpangan profesi semakin tinggi karena rumah
sakit dengan ketat mengatur sistem keuangan pelayanan kesehatan termasuk biaya
alat kesehatan. Oleh karena itu menurut model ini, pada kasus pasien yang harus
diperiksa dengan USG tidak akan diperiksakan di rumah sakit tersebut karena secara
perhitungan ekonomi dengan tidak diperiksanya pasien tersebut dengan USG akan
menghindarkan rumah sakit dari kerugian.

Karena hakikatnya demand pelayanan kesehatan berbeda dengan demand produk


secara umum, maka timbulah perbedaan pada keduanya. Perbedaan dalam deman
pelayanan kesehatan dengan demand produk secara umum disebabkan oleh dua hal
yaitu pelayanan kesehatan yang merupakan derived demand dan peran provider atau
penyedia pelayanan kesehatan dalam pelayanan kesehatan sebagai advisor dan
supplier.
Pelayanan kesehatan merupakan derived demand yaitu tidak seperti demand
produk secara umum, permintaan pelayanan kesehatan muncul karena pasien tersebut
menginginkan kesehatan, bukan pelanyanan kesehatan. Dengan demikian, pelayanan
kesehatan yaitu permintaan terhadap suatu barang atau jasa yang muncul sebagai
akibat dari permintaan terhadap barang atau jasa yang lain. Sedangkan peran provider
dalam pelayanan kesehatan sebagai advisor dan supplier membahas peran provider
atau penyedia pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pasien akan
pelayanan kesehatan. Peran provider sebagai advisor yaitu apabila hal tersebut
dikaitkan dengan adanya saran atau nasihat dari provider kesehatan akan suatu
pelayanan kesehatan bagi pasien yang dapat menimbulkan suatu permintaan terhadap
pelayanan kesehatan itu sendiri. Hal ini menyebabkan permintaan pasien terhadap
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh nasehat atau saran dari provider. Sedangkan
peran provider sebagai supplier atau penyedia pelayanan kesehatan didefinisikan
sebagai provider kesehatan memberikan tindakan pada pasien, sehingga dapat
membuat suatu pencapaian atas permintaan pelayanan kesehatan yang sesuai. Namun
terkadang dari peran sebagai supplier ini dapat menimbulkan efek menjerumuskan
pasien (demand creation

yang negatif). Misalnya karena adanya tindakan atau

pemeriksaan tambahan bagi pasien yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.


Elastisitas demand pelayanan kesehatan dikatakan inelastic karena semakin tinggi
harga pelayanan kesehatan maka demand pada pelayanan kesehatan akan menurun,
tetapi penurunan permintaan tidak sebesar kenaikan harga. Hal ini disebabkan karena
harga bukanlah faktor dominan yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan,
melainkan insiden penyakit. Semakin darurat penyakitnya harus segera ditangani maka
seseorang

cenderung

tetap

mengeluarkan

uang

untuk

meningkatkan

derajat

kesehatannya tanpa memikirkan seberapa besar uang yang akan dikeluarkan untuk
kesehatannya tersebut. Permintaan dalam pelayanan kesehatan tergantung pada sifat
urgensinya. Emergency, semakin darurat keadaan pasien, maka kurva demand akan
semakin inelastic bahkan inelastic sempurna. Non Emergency, dalam keadaan yang
tidak darurat, pasien cenderung memikirkan faktor lain yang mempengaruhi salah
satunya biaya, sehingga elastisitas demand akan semakin elastis. Elective yaitu apabila

pelayanan kesehatan bisa diatur saat pelaksanaanya seperti bedah kosmetilk dan

operasi katarak.
TOPIK 2: Utility (Nilai Guna)
Nilai guna atau utility merupakan bentuk kepuasan konsumen terhadap
penggunaan suatu barang atau jasa. Dalam nilai guna berlaku persamaan yaitu jika
kepuasan semakin tinggi, maka nilai guna terhadap barang tersebut juga semakin
tinggi. Sebagai contoh, jika seseorang membeli smartphone bermerek A, dan puas
dengan segala fitur dan spesifikasi telefon tersebut, maka smartphone bermerek A
memiliki nilai guna lebih pada pembeli tersebut. Terdapat dua teori nilai guna, yaitu teori
nilai guna kardinal dan teori nilai guna ordinal.
Nilai guna kardinal memberikan penilaian subjektif akan pemuasan kebutuhan dari
suatu barang. Tinggi rendahnya suatu barang tergantung pada subjek yang
memberikan penilaian. Dalam teori ini juga dikenal nilai guna marginal dan nilai guna
total. Nilai guna marginal merupakan pertambahan atau pengurangan kepuasan ayng
diperoleh seseorang sebagai akibat dari pertambahan atau penguranfan mengkonsumsi
satu unit barang tertentu untuk memenuhi kepuasannya. Sedangkan nilai guna total
adalah jumlah seluruh nilai guna (kepuasan) yang diperoleh seseorang dari
mengkonsumsi sejumlah barang tertentu. Jika pada nilai guna kardinal kepuasan
ditentukan oleh subjektivitas konsumen, maka tingkat kepuasan di nilai guna ordinal
dapat diurutkan dalam tingkatan tertentu misalnya rendah, sedang, tinggi.
Nilai guna dibagi menjadi enam jenis. Nilai guna tempat, yang berhubungan dengan
jangkauan produk terhadap konsumen; nilai guna bentuk, yaitu nilai yang terbentuk
dengan menggabungkan beberapa bahan yang menghasilkan produk baru; nilai guna
waktu, yaitu ketersediaan produk sesusai dengan waktu produk tersebut dibutuhkan;
nilai guna kepemilikan, yaitu nilai guna yang terbentuk ketika konsumen membeli suatu
produk dari produsen untuk memenuhi kebutuhannya; nilai guna unsur, yaitu nilai guna
yang muncul karena suatu barang dapat menjadi bahan untuk pembuatan bahan
tertentu; dan nilai guna pelayanan, yaitu nilai guna benda yang muncul apabila barang
tersebut dapat memberikan suatu pelayanan yg sesuai dengan fungsi benda tersebut.
Sebuah barang dianggap memiliki arti bagi seorang konsumen apabila barnag
tersebut mempunyai daya guna. Dalam membahas nilai guna, terdapat dua jenis nilai
guna, yaitu nilai guna marginal dan niali guna total. Berdasarkan hukm law of
diminishing marginal utility menjelaskan bahwa pertambahan yang terus menerus dalam
mengkonsumsi suatu barang tidak selamanya akan menambah kepuasan dari orang
yang mengkonsumsinya.

Você também pode gostar