Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tubuh manusia merupakan suatu unit yang kompleks tersusun dari bermiliaran
sel yang bergabung memberntuk jaringan, organ sistem organ yang memiliki anatomi
dan fisiologi.Salah satu sistem tersebut adalah sisitem muskuloskletal. Sistem
muskulo skeletal adalahsistem yang berfungsi dalam pergerakan manusia, terdiri dari
muskulo(otot) dan skeletal(tulang).Sistem muskulo atau otot adalah organ yang
merupakan alat gerak aktif manusia yang bersama tulang-tulang (sistem skeletal)
sebagai alat gerak pasif, bekerja bersama-sama dalammenopang tubuh, menciptakan
gerakan dan sebagai tempat metabolisme zat yang diperlukantubuh seperti darah dan
metabolisme karbohidrat.Perlunya pengetahuan akan sistem muskuloskeletal bagi
mahasiswa perawat baik darianatomi, fisiologi, serta biokimia dari sistem muskulo
skeletal agar dapat mengetahui keadaan patologis serta memberikan asuhan
keperawatan dengan tepat pada klien nantinya.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL
1. Body mekanikal (System pengangkat tubuh)
Otot-otot bekerja dengan menggunakan tegangan pada tempat-tempat insersi
di dalamtulang dan tulang kemudian membentuk berbagai jenis system pengungkit
yang diaktifkanoleh biseps untuk mengangkat lengan bawah. Suatu analisis mengenai
system pengungkittubuh bergantung pada:
a. Pengetahuan tentang tempat insersi otot
b. Jaraknya dari pengungkit
c. Panjang lengan pengungkitd.
Posisi pengungkitTubuh banyak membutuhkan jenis pergerakan di antaranya
membutuhkan kekuatan yang besar dan jarak pergerakan yang jauh. Beberapa otot
ukurannya panjang dan berkontraksilama dan yang lain berukuran pendek,
mempunyai luas penampang lintang yang besar sertamenghasilkan kekuatan kontraksi
yang ekstrem pada jarak yang pendek
2. Sistem Skeletal
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam 4 kategori : tulang
panjang (misal. Femur), tulang pendek (misal. Tulang Tarsalia), tulang pipih (misal
sternum), dan tulang tak teratur (misal. Vertebra). Bentuk dan konstruksi tulang
tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya.
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius) atau
kortikal (kompak). Tulang panjang (misal. Femur berbentuk seperti tangkai panjang
dengan ujung yang membulat). Batang, atau diafisis, terutama tersusun atas tulang
kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis dan terutama tersusun oleh tulang
kanselus. Plat epifisis memisahkan epifisis dari diafisis dan merupakan pusat
pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada orang dewasa mengalami kalsifikasi.
Ujung tulang panjang tertutupi oleh kartilago artikular pada sendi-sendinya. Tulang
panjang disusun untuk penyangga berat badan dan gerakan. Tulang pendek misal
metakarpal terdiri dari tulang kanselus ditutupi selapis tulang kompak, tulang pipih
(misal. Sternum) merupakan tempat penting untuk hematopoesis dan sering
memberikan perlindungan bagi organ vital. Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus
diantara dua tulang kompak. Tulang tak teratur vertebrata mempunyai bentuk yang
unik sesuai dengan fungsinya. Secara umum struktur tulang tak teratur sama dengan
tulang pipih.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas tiga jenis dasar osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast berfungsi
dalam pembentukan tulang denagn mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun
atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan[asam folisakararida])
dan proteoglikan. Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral
anorgenik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan
fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang) osteoklast adalah sel
multinuklear (berinti banyak yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan
remodelling tulang).
Kontraksi otot skelet. Kontraksi otot diakibatkan oleh kontraksi masingmasing komponen sarkomer. Kontraksi sarkomer disebabkan oleh interaksi antara
miosin dalam filamen tebal dan aktin dalam filamen tipis, yang saling mendekat
dengan adanya peningkatan lokal kadar ion kalsium. Filamen tebal dan tipis saling
meluncur satu sama lain. Ketika kadar kalsium dalam sarkomer menurun, filamen
miosin dan aktin berhenti berinteraksi dan sarkomer kembali kepanjang istirahat
awalnya (relaksasi). Aktin dan miosin tidak dapat berinteraksi tanpa ada kalsium.
Serabut otot akan berkontraksi sebagai respon terhadap rangsangan listrik. Bila
terangsang, sel otot akan membangkitkan suatu potensial aksi dengan cara serupa
dengan yang terlihat pada sel saraf. Potensial aksi ini akan menjalar sepanjang
membran sel dan mengakibatkan pelepasan ion kalsium kedalam sel otot yang
sebelumnya
tersimpan
dalam
organel
khusus
yang
dinamakan
retikulum
isometrik. Pada kontraksi isometrik, panjang otot tetap konstan tetapi tenaga yang
dihasilkan oleh otot meningkat ; contohnya adalah bila kita mendorong dinding
yang tak dapat digerakkan. Kontraksi isotonik, sebaliknya, ditandai dengan
pemendekan otot tanpa peningkatan tegangan dalam otot contohnya adalah fleksi
lengan atas. Pada aktivitas normal, kebanyakan gerakan otot adalah kontraksi
isotonik dan isometrik. Misalnya ketika berjalan, kontraksi isotonik menyebabkan
pemendekan tungkai, dan selama kontraksi isotonik kekakuan tungkai akan
mendorong lantai. Tonus otot. Otot yang sedang relaksasi menunjukkan suatu
keadaan yang selalu siap untuk berespons terhadap setiap rangsangan kontraksi.
Keadaan yang selalu siap ini dikenal sebagai tonus otot dan disebabkan karena
tetap terjaganya beberapa saraf otot dalam keadaan kontraksi. Organ indra dalam
otot ( spindel otot) selalu memantau tonus otot. Tonus otot menjadi paling minim
saat tidur dan meningkat ketika seseorang dalam keadaan cemas. Otot yang
tonusnya kurang dari normal disebut flaksid; otot yang tonusnya lebih tinggi dari
normal spastik. Pada kerusakan lower motor neuon (misal. Polio), otot yang
mengalami denervasi akan menjadi atonik (lunak dan menggelambir) dan atrofi.
b. Kerja Otot
Otot mampu melakukan gerakan dengan hanya kontraksi. Melalui koordinasi
kelompok-kelompok otot , tubuh mampu melakukan berbagai macam gerakan.
Penggerak utama adalah otot yang menyebabkan gerakan tertentu. Otot yang
membantu pergerakan utama dinamakan sinergis. Otot yang menyebabkan
gerakan yang berlawanan dengan penggerak utama dikenal sebagai antagonis.
Otot antagonis harus rileks untuk memberi kesempatan penggerak utama untuk
berkontraksi,
menghasilkan
gerakan.
Misalnya,
ketika
kontraksi
bisep
menyebabkan fleksi sendi siku, bisep merupakan penggerak utama dan trisep
sebagai antagonis. Bila otot mengalami paralisis, orang tetap dapat memperoleh
kembali fungsi otot melalui kelompok sinergis untuk mengkoordinasi sedemikian
rupa untuk menghasilkan gerakan yang diinginkan. Penggerak sekunder
kemudian menjadi penggerak utama.
Gerakan tubuh yang dapat dihasilkan oleh kontraksi otot sangat banyak. Fleksi
ditandai dengan adanya lipatan pada sendi (misal. siku). Gerakan nyang
berlawanan adalah ekstensi, atau peluru sendi. Abduksi adalah gerakan yang
menjauhkan diri dari setengah tutbuh. Gerakan yang mendekati garis setengah
tubuh adduksi. Rotasi adalah gerakan memutar pada sumbu tertentu misal. Sendi
bahu. Sirkumduksi adalah gerakan ibu jari yang berbentuk corong. Gerakan
khusus tubuh meliputi supinasi (membalik telapak tangan keatas), pronasi
(membalik telapak tangan keatas), inversi (memutar telapak kaki kedalam), eversi
(lawan gerakan inversi), protraksi ( menarik dagu ke depan), dan retraksi
(menarik dagu ke belakang).
c. Latihan, Disuse, dan Perbaikan
Otot harus selalu dilatih untuk menjaga fungsi dan kekuatannya. Bila otot
berulang-ulang mancapai tegangan maksimum atau mendekati maksimum selama
waktu yang lama, seperti pada latihan beban teratur, maka irisan melintang otot
akan membesar (hipertrofi). Ini disebabkan karena penambahan ukurab masingmasing serat otot tanpa peningkatan jumlah serta otot. Hipertrofi hanya bisa
dipertahankan selama latihan dilanjutkan.
Fenomena sebaliknya bila terjadi disus otot dalam waktu yang lama.
Pengecilan ukuran otot dinamakan atrofi. Tirah baring dan immobilisasi akan
menyebabkan kehilangan massa dan kekuatan otot. Bila immbobilisasi karena
suatu modalitas penanganan (misal. Pada gips dan traksi), kita dapat mengurangi
efek immbolitas pasien dengan latihan isometrik otot-otot dibagian yang
diimobilisasi. Latihan kuadriseps ( mengencangkan otot paha) dan latihan gluteal
(mengencangkan otot bokong) dapat membantu mempertahankan kelompok otot
besar yang penting untuk berjalan. Latihan aktif dan beban berat badan pada
bagian tubuh yang tidak mengalami cedera dapat mencegah terjadinya atrofi otot.
Ketika otot mengalami cedera, harus diistirahatkan dan immobilisasi sampai
terjadi perbaikan . otot yang sudah sembuh kemudian harus dilatih secara
progresif untuk mencapai kemampuan fungsional dan kekutatan seperti sebelum
cedera.
3. Proses Penyembuhan Tulang
Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi endokondral. Ketika tulang
mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan parut.
Namun tulang mengalami regenerasi sendiri. Umumnya patah tulang sembuh melalui
osifikasi endokondral. Ketika tulang mengalami cidera, fragmen tulang tidak hanya
ditambal dengan jaringan parut,, namun tulang mengalami regenerasi sendiri.
Mengutip pendapat Smeltzer (2002), tahapan penyembuhan tulang terdiri dari:
inflamasi, proliferasi sel, pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan
remodeling.
a
Tahap Inflamasi.
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan
pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami
devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan
diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah
pertumbuhan
memanjang
tulang,
maka
daerah
metafisis
dengan
persendian
tersebut),
danmenurut
fungsi
persendian
synovial tipis. Membrane ini menskresi cairan synovial kedalam ruang sendi
untuk melumasi sendi. Permukaan tulang dilapisi dengan kartilago artikular halus
dan keras dimana permukaan ini berhubungan dengan tulang.
Pada beberapa sendi terdapat satu sabit kartilago fibrosa yang sebagian
memisahkan tulang-tulang sendi (misalnya : lutut, rahang) Klasifikasi fungsional
persendian :
1) Sendi sinartrosis atau sendi mati. Secara structural, persendian ini dibungkus
dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago.
2) Sutura adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa rapat dan
hanya ditemukan pada tulang tengkorak.
3) Sinkondrosis adalah sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan
kartilago hialin.
4) Amfiartrosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan sebagai respons terhadap torsi dan kompresi.
5) Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus
kartilago,yang menjadi bantalan sendi yang memungkinkan terjadinya sedikit
gerakan.
6) Gomposis adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan pas
dalam kantong tulang, seperti pada gigi yang tertanam pada alveoli.
7) Diartrosis adalah sendi yang bergerak bebas,disebut juga sendi synovial.
Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan synovial, suatu kapsul
sendi (artikular) yang menyambung kedua tulang, dan ujung tulang pada
sendi synovial dilapisi kartilago artikular.
Ciri ciri sendi diartrosis :
1) Pada setiap sendi bagian ujung sendi ditutupi oleh tulang rawan hialin yang
halus, dilapisi oleh selubung fibrus kapsul sendi
2) Kapsul dilapisi oleh membran sinovial yang mensekresi cairan pelumas dan
peredam getaran dalam kapsul sendi (cairan synovial), sehingga tidak terjadi
kontak/sentuhan antar permukaan tulang
3) Untuk membentuk sendi maka antar tulang dihubungkan dengan ligamen
(pita jaringan ikat fibrus)
4) Ligamen dan tendon otot yang melintasi sendi sehingga jaga kestabilan sendi
Diantara permukaan tulang rawan sendi terdapat diskus artikularis
Jenis jenis sendi diartrosis
1) Sendi Peluru
Kepala sendi yang bulat tepat masuk di dalam rongga cawan sendi sehingga
memungkinkan gerakan bebas penuh. Contoh: Sendi panggul dan bahu
2) Sendi Engsel/Hinge
Sumbu gerak tegak lurus pada arah panjang tulang sehingga arah gerak
hanya pada satu arah. Contoh: Siku dan lutut
3) Sendi Pelana
Permukaan sendi berbentuk pelana, arah sumbu yang satu permukaan
cembung dalam arah sumbu yang lain cembung. Contoh: Pada dasar ibu jari
4) Sendi Pivot / Kisar
Gerakan rotasi sesuai dengan arah panjang tulang untuk melakukan aktivitas.
Contoh: Sendi antara radius dan ulna (untuk membuka pintu)
5) Sendi Peluncur
Gerakan ke semua arah dan contohnya adalah sendi-sendi tulang karpalia di
pergelangan tangan.
6) Sendi Kondiloid
Mirip sendi engsel, tetapi dapat bergerak dalam dua bidang, lateral ke
belakang dan ke depan sehingga flexi, extensi, abduksi, adduksi (ke samping)
Contoh: Temporomandibula
5. Sistem otot skeletel
6. Listrik dan Ion Muskuloskeletal
Kontraksi otot diawali dengan adanya pengantar impuls (potensial aksi) syaraf
motorik alfa menuju motor endplate di membrane otot rangka. Sebelum terjadi
potensial aksi syaraf motorik alfa, pada motor endplate telah terjadi depolarisasi
sebagai akibat terlepasnya asetikolin (ACh) dalam kuantum kecil secara terus
menerus. Dengan adanya potensial aksi di syaraf motoriknya, pelepasan ACh dalam
akan sangat banyak sehingga depolarisasi di endplate menjadi potensial aksi otot yang
kemudian menjalar sepanjang membrane sel otot dan tubulus T. Akibatnya, pintu Ca
di retikulum sarkoplasma membuka dan melepaskan ion Ca ke sitoplasma sel otot.
Ion Ca kemudian menyebar keseluruh sitoplasma dan berikatan dengan troponin C.
Ikatan troponin C dengan ion Ca mengakibatkan perubahan konformasi molekul
troponin, membuka binding sites untuk kepala myosin di molekul aktin. Pembukaan
binding sites tersebut memungkinkan terjadinya jembatan silang (cross bridges)
antara filament aktin dan myosin. Selanjutnya, dengan katalis enzim myosin-ATP-ase,
terjadi hidrolosis ATP menjadi DP + Pi + energi di kepala myosin yang
memungkinkan pembengkokan kepala miosin hingga miofilamen bergerak saling
bergeser (sliding of myofilaments) ke arah pertengahan sarkomer menghasilkan
kontraksi otot. Seluruh peristiwa kontraksi otot rangka mulai dari perangsangan syaraf
motorik hingga pergeseran miofilamen disebut excitation-contraction coupling.
Berdasarkan urutan kejadian pada perangsangan otot rangka, jika dilakukan
rekaman perubahan listrik dan mekanik di otot rangka maka hasilnya akan terlihat
perubahan listrik otot rangka berlangsung selama 2 milidetik sedangkan perubahan
mekanik berlangsung selama 10 100 milidetik bergantung pada tipe serat otot
rangkanya.
Ion Na dan K berperan dalam menghasilkan potensial aksi di membrane serat
otot serta peran ion Ca dalam memulai peristiwa pergeseran miofilamen Jika
kemudian impuls syaraf motorik berhenti, maka ion Ca dalam sitoplasma akan
kembali ke reticulum sarkoplasma melalui kanal ion oleh kegiatan pompa aktif.
Ketiadaan ion Ca di sitoplasma mengakibatkan binding sites di filament aktin tertutup
kembali, ikatan aktin dan myosin terlepas sehingga terjadilah relaksasi otot.
B. BIOKIMIA SISTEM MUSKULOSKELETAL
1. Biokimia Tulang
Tulang adalah jaringan ikat padat yang terdiri atas:
a.Zat anorganik (mineral)
b.
Zat organik (matriks tulang)
c.Zat anorganik berupa kristal
d.
Hidroksapatit yaiut Ca 10 (PO4)6(OH)2
e.Na +
f. Mg 2+
g.
Co32- (karbonat)
h.
F- (fluorida)
Hidroksiapatit merupakan faktor yang menentukan kekuatan tulang 99% Ca 2+
dalam tubuh terhadap dalam tulang. Zat organik pada tulang berupa protein 90-96%
adalah kolagen tipe T. Kolagen tipe T dan protein lainnya merupakan bagian kecil
pada matriks. Tulang selalu berada dalam keadaan dinamic equilibrum atau
peristiwa tugor ganti. Peristiwa ini terlaksana karena ada 2 jenis sel, yaitu;
1) Osteoklas: reabsorbsi tulang ( demineralisasi) dan menghancurkan matriks
baru
2) Osteoblas: deposisi tulang (mineralisasi) & sintesis matriks baru.
2. Biokimia Otot
a. Otot Mengubah Energi Kimia Menjadi Energi Mekanis
perombakan jembatan silang. Perlekatan aksin pada miosin juga diikuti perubahan
konformasi yang sangat penting di kepala S-1 dan bergantung pada nukleotida mana
yang tersedia (ADP atau ATP). Perubahan ini menghasilkan power stroke (kayuhan
bertenaga), yang mendorong pergerakan filamen aktin melewati filamen miosin.
Energi unutk power stroke pada akhirnay dipasok oleh ATP yang dihidrolisis menjadi
ADP dan P1. Namun, kayuhan bertenaga itu sendiri terjadi karena perubahan
konformasi di kepala miosim pada saat ADP meninggalkannya.
ATP
ATPase
ADP + P1 + energi
Selain itu, bagian globular juga dapat berinteraksi dengan aktin. Apabila
miosin direaksikan dengan tripsin akan putus menjadi HMM dan LMM. HMM
apabila direaksiakan dengan PAPAIN akan putus menjadi HMMS-1 dan HMMS-2.
Miosin HMM dan HMMS-1 memiliki aktivitas ATP-ase dan masih dapat berinteraksi
dengan aktin.
Apabila terjadi rangsangan, aktin G
Ca3+
oksida
adalah
regulator
otot
polos
vaskular.
Hambatan
dari tipe otot II adalah pelari sprint dimana sember energi dari gerakan ototnya adalah
ATP, kreatinin kinase dan glikolisis anaerobik. Berikut adalah penjelasan lebih rinci;
Sumber Energi pada Otot Putih
1) ATP ATPase ADP + P1 + energi
ATP dalam otot hanya terdapat untuk kontraksi otot selama 1 detik, kemudian;
2) Kreatinfosfat + ADP kreatin kinase kreatin + ATP
Hal ini hanya berlangsung 4 detik, kemudian;
3) 2 ADP Adenilat Kinase AMP + ATP
Glikolisis anaerobik
4) Glikogen Glikolisis anaerobik 2 laktat +3 ATP
Sumber Energi pada Otot Merah
1. Glikolisis aerobik
Glikogen
piruvat
bagi banyak fungsi sel. Sehingga ATP merupakan senyawa kimia labil yang terdapat di
semua sel, dan semua mekanisme fisiologis yang memerlukan energi untuk kerjanya
mendapatkan energi langsung dari ATP.
ATP adalah suatu nukleotida yang terdiri dari basa nitrogen adenin, gula pentosa
ribosa dan tiga rantai fosfat. Dua rantai fosfat yang terakhir dihubungkan dengan bagian
sisa molekul oleh ikatan fosfat berenergi tinggi yang sangat labil sehingga dapat
dipecah seketika bila dibutuhkan energi untuk meningkatkan reaksi sel lainnya. Enzimenzim oksidatif yang mengkatalis perubahan Adenosine Diphospate (ADP) menjadi
ATP dengan serangkaian reaksi menyebabkan energi yang dikeluarkan dari pengikatan
hidrogen dengan oksigen digunakan untuk mengaktifkan ATPase dan mengendalikan
reaksi untuk membentuk ATP dalam jumlah besar dari ADP. Bila ATP di urai secara
kimia sehingga menjadi ADP akan menghasilkan energi sebesar 8 kkal/mol, dan cukup
untuk berlangsungnya hampir semua langkah reaksi kimia dalam tubuh.
Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang dapat berjalan
secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi ini mengunakan
simpanan glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari glikogen otot atau juga dari
glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untuk menghasilkan ATP. Inti dari proses
glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma sel ini adalah mengubah molekul glukosa
menjadi asam piruvat dimana proses ini juga akan disertai dengan membentukan ATP.
Di dalam proses ini, sebanyak 2 buah molekul ATP dapat dihasilkan apabila
sumber glukosa berasal dari glukosa darah dan sebanyak 3 buah molekul ATP dapat
dihasilkan apabila glukosaberasal dari glikogen otot. Setelah melalui proses glikolisis,
asam piruvat yang di hasilkan ini kemudian akan diubah menjadi Asetil-KoA di dalam
mitokondsia. Proses perubahan dari asam piruvat menjadi Asetil-KoA ini akan berjalan
dengan ketersediaan oksigen serta akan menghasilkan produk samping berupa NADH
yang juga dapat menghasilkan 2-3 molekul ATP. Untuk memenuhi kebutuhan energi
bagi sel-sel tubuh, Asetil-KoA hasil konversi asam piruvat ini kemudian akan masuk ke
dalam siklus asam-sitrat untuk kemudian diubah menjadi karbon dioksida (CO2), ATP,
NADH dan FADH2 melalui tahapan reaksi yang kompleks. Reaksi-reaksi yang terjadi
dalam proses yang telah disebutkan dapat dituliskan melalui persamaan reaksi
sederhana sebagai berikut:
Asetil-KoA + ADP + Pi + 3 NAD + FAD + 3H2O ---> 2CO2+ CoA + ATP + 3
NADH + 3H + FADH2
Setelah melewati berbagai tahapan proses reaksi di dalam siklus asam sitrat,
metabolisme energy dari glukosa kemudian akan dilanjutkan kembali melalui suatu
proses reaksi yang disebut sebagai proses fosforilasi oksidatif. Dalam proses ini,
molekul NADH dan juga FADH yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat akan diubah
menjadi molekul ATP dan H2O. Dari 1 molekul NADH akan dapat dihasilkan 3 buah
molekul ATP dan dari 1 buah molekul FADH2 akan dapat menghasilkan 2 molekul
ATP. Proses metabolisme energi secara aerobik melalui pembakaran glukosa/glikogen
secara total akan menghasilkan 38 buah molekul ATP dan juga akan menghasilkan
produk samping berupa karbon dioksida (CO2) serta air (H2O). Persamaan reaksi
sederhana untuk mengambarkan proses tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
Glukosa + 6O2 +38 ADP + 38Pi ---> 6 CO2 + 6 H2 O + 38 ATP
Rincian diatas dapat diringkas sebagai berikut;
Glikolisis:
Glukosa > 2 asam piruvat 2 NADH 2 ATP
Siklus Krebs
2 asetil piruvat > 2 asetil KoA + 2 C02 2 NADH 2 ATP
2 asetil KoA > 4 CO2 6 NADH 2 PADH2
Rantai Transport electron respirasi
10 NADH + 502 > 10 NAD+ + 10 H20 30 ATP
2 FADH2 + O2 > 2 PAD + 2 H20 4 ATP
Total ATP 38
Bentuk ATP inilah yang digunakan oleh tubuh dalam menunjang sistem gerak.
BAB III
PENUTUP
B. SIMPULAN
C. SARAN
Perlunya lebih banyak membaca dan sumber yang banyak dapat mengasah dalam
mengingatdan memahami materi anatomi fidiologi musculoskeletal.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William.2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20.Jakarta : EGC
Guyton and Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC
Lippincott Williams & Wilkins. 2008. Anatomy & Pathologi 5 th edition Published by
Anatomical Chart Company, Skokie, IL, USA
Sloane, ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran
Smiltizer, Suzane C.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta :
EGC
Syaifuddin.1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta : EGC
Tambayong, Jan. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran
Watson, Roger. Anatomi dan Fisiologi untuk perawat alih bahasa, Sitti Syabariah ;
editor edisi Bahasa Indonesia, Komalsari. --Ed. 10. --Jakarta : EGC, 2002.
http://wiwiebustami.blogspot.co.id/2011/03/biokimiamuskuloskeletal.html