Você está na página 1de 12

ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK DENGAN GASTROENTRITIS


Pengampu: Th. Titin Marlina S.Kep, Ns

KELOMPOK 1 :
ARUM ROESTRIA

( 292644 / IV B )

CICILIA MAHARANI A.D

( 292650 / IV B )

INDAH SARTIKA P

( 292655 / IV B )

Y. ANDRI WAHYU PURNOMO

( 292684 / IV B )

YACOBUS ANGGER P

( 292685 / IV B )

YOHANES KURNIAWAN

( 292687 / IV B )

AKADEMI KEPERAWATAN PANTI RAPIH


YOGYAKARTA
2011
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GASTROENTERITIS

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. PENGERTIAN

Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk
tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya
(FKUI,1965).

Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus


yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et
all.1996).

Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang


disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen
(Whaley & Wongs,1995).

Jadi dari ketiga pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Gastroenteritis atau
radang lambung merupakan peradangan pada saluran pencernaan akibat dari virus,
bakteri atau infeksi parasit yang menimbulkan muntah, diare atau keduanya dan
kadang juga disertai dengan demam atau kram perut.
B. INSIDEN
Data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di
Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur
dan 1,6 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka
kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Di laboratorium
kesehatan anak RSUD Dr. soetomo pada tahun 1996 didapatkan 871 penderita diare
yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasi berat
23 %.tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawat dengan 227 (19,56 %)
penderita yang meninggal karena dehidrasi.
C. ETIOLOGI
Gastroenteritis sering disebabkan karena virus. Ada empat virus yang paling sering
menyebabkan gastroenteritis, antara lain :
1. Rotavirus adalah penyebab utama gastroenteritis karena virus pada anak-anak
umur 3 sampai 15 bulan dan merupakan penyebab utama diare pada anak-anak
dibawah umur 5 tahun.

2. Adenovirus terjadi umumnya pada anak dibawah dua tahun. Dari 49 tipe
adenovirus, salah satu jenisnya dapat mempengaruhi sistem pencernaan
sehingga menyebabkan muntah dan diare. Gejala biasanya muncul 1 minggu
setelah penderita terpapar virus. Infeksi adenovirus dapat berlangsung kapan
saja.
3. Calicivirus dapat menginfeksi orang di umur berapa pun. Keluarga virus ini
terbagi ke dalam 4 jenis. Norovirus adalah jenis yang paling sering menginfeksi
manusia. Virus ini juga bertanggung jawab sebagai penyebab gastroenteritis
karena virus yang mewabah dan biasanya terjadi di bulan Oktober hingga April.
Orang yang terinfeksi akan mengalami muntah, diare, kelelahan, sakit kepala,
dan kadang sakit otot. Gejala muncul dalam 1 hingga 3 hari setelah terpapar
virus.
4. Astrovirus umumnya menginfeksi bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia. Virus
ini sangat aktif selama musim dingin. Muntah dan diare muncul setelah 1
sampai 3 hari setelah terpapar.

D. KLASIFIKASI
1. Diare akut

Buang air besar dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari dengan konsistensi cair,
bersifat mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu, biasanya terjadi pada
anak dibawah 5 tahun.
2. Diare kronis

Diare yang disebabkan kerena kondisi kronis seperti syndrome malabsorbsi,


defisiensi imun, alergi makanan, intoleransi lemak. (Whaley & Wongs,1995).
Diare kronis : diare lebih dari 2 minggu (infeksi / non infeksi)
Diare Persisten : Diare yang berakhir dalam 14 hari atau lebih, dimulai dari diare
akut atau disentri.
E. GEJALA
Gejala klinis yang sering muncul, yaitu :
1. Diare.
2. Muntah.
3. Demam.

4. Nyeri abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah
F. PATOFISIOLOGI
Manifestasi klinik dari gastroenteritis yaitu ditandai dengan diare. Proses
terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi feses dan motilitas usus,
umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan proses meknik dan enzimatik,
disertai gangguan mukosa, akan mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit, sehingga
mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk. Peristaltik saluran cerna yang teratur
akan mengakibatkan proses cerna secara enzimatik berjalan baik. Sedangkan
peningkatan motilitas berakibat terganggunya proses cerna secara enzimatik, yang
akan mempengaruhi pola defekasi.
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan
masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi
yang buru, Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi
(Norwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile), atau
melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare akut adalah factor penyebab
(agent) dan fakto pejamu (host).Faktor pejamu adalah kemampuan pertahanan tubuh
terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkunganlumen
saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas, juga
mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi
pathogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan
memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat
kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis yang dilakukan, yaitu :
1. Beri cairan untuk mengganti cairan yang hilang.
a. Cairan per oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut
diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60
Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin
yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan
dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih
lanjut.
b. Cairan parentral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat
badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.
2. Monitor dan koreksi input dan output elektrolit.
3. Berikan antibiotik.
4. Koreksi asidosis metabolic
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa, yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan tinja.

Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila


memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup, bila memungkinkan.

Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau


parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi bila tidak segera ditangani, yaitu :
1. Dehidrasi.
2. Asidosis.
3. Renjatan hipovolemik.
4. Kejang.

5. Demam.
6. Bakterimia.
7. Malnutrisi.
8. Hipoglikemia.

9. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN

a. Identitas pasien
b. Riwayat keperawatan
Awalan serangan :

Awalnya

anak

cengeng,gelisah,suhu

tubuh

meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.


Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
d. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan
pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi
dengan marah dan merasa bersalah.
e. Kebutuhan dasar.
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,
BAK sedikit atau jarang.
Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
f. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.
g. Pemerikasaan fisik.
Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,

pernapasan agak cepat.


Pemeriksaan sistematik :
- Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan

bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.


- Perkusi : adanya distensi abdomen.
- Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
- Auskultasi : terdengarnya bising usus.
h. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga
berat badan menurun.
i. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan.
f. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang
menakutkan.
C. INTERVENSI
a. Diagnose I
Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan.
Tujuan
:Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil : Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir
lembab, balan cairan seimbang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: takikardia dan demam menunjukkan respon terhadap efek

kehilangan cairan.
Observasi tanda-tanda dehidrasi.
Rasional: menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi
Ukur input dan output cairan (balan cairan).
Rasional: : menunjukkan status cairan pasien
Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak

sesuai dengan kebutuhan klien.


R: mempertahankan kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan, pemeriksaan

lab elektrolit.
R: terapi cairan mengganti cairan yang hilang dari tubuh anak.
.
b. Diagnosa 2.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan
dengan mual dan muntah.
Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil : Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang
disediakan, mual, muntah tidak ada.

Intervensi :
Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
R: pola nutrisi menunjukkan pemenuhan kebutuhan kan nutrisi
Timbang berat badan klien.
R: mengetahui status kecukupan nutrisi
Lakukan pemeriksaan fisik abdomen (palpasi, perkusi, dan auskultasi).
R: memperoleh data
Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
R: makanan hangat menyesuaikan dengan kondisi sakit sehingga saat
makan lebih nyaman
Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
R: membantu pasien agar terpenuhi nutrisinya.
c. Diagnosa 3.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil : Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda
infeksi tidak ada
Intervensi :
Ganti popok anak jika basah, Bersihkan bokong secara perlahan
menggunakan sabun non alkohol. Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi
iritasi pada kulit.
R: makanan hangat menyesuaikan dengan kondisi sakit sehingga saat

makan lebih nyaman


Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
R: melihat kondisi kulit
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi antifungi sesuai

indikasi.
R: terapi antifungi berfungsi untuk mencegah terjadinya infeksi jamur.
d. Diagnosa 4.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil : Nyeri dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang
Intervensi :
Kaji tingkat rasa nyeri.
R: memantau perkembangan rasa nyeri pasien
Atur posisi yang nyaman bagi klien.
R: posisi yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri klien.
Beri kompres hangat pada daerah abdomen.
R: kompres hangat juga dapat mengalihkan rasa nyeri klien
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi analgetik sesuai
indikasi.
R: obat analgetik berfungsi untuk mengurangi nyeri

e. Diagnosa 5.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan.
Tujuan: Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil : Keluarga klien mengerti dengan proses penyakit klien, ekspresi
wajah tenang, keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit
klien.
Intervensi :
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
R: tingkat pengetahuan tinggi semakin paham dengan penyakitnya.
Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
R: tingkat pengetahuan tinggi semakin paham dengan penyakitnya.
Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui pendidikan
kesehatan.
R: pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk

membuat keputusan informasi atau pilihan


Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
R: memberikan informasi lanjut tentang pertanyaan keluarga klien.
Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
R: memberikan informasi dan meningkatkan keinginan keluarga untuk
bekerjasama

f. Diagnosa 6.
Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang
menakutkan.
Tujuan : Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Kriteria hasil: ekspresi wajah pasien rileks, pasien dapat menjelaskan sebab
dari cemasnya, pasien dapat mengungkapkan perasaannya
Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan klien kaji faktor pencetus cemas.
R: semakin tenang pasien semakin cepat proses pemulihan kesehatan
Kaji faktor pencetus stres dan buat jadwal kontak dengan klien.
R: menentukan tindakan yang tepat untuk klien
Kaji hal yang disukai klien. Berikan mainan sesuai kesukaan klien.
R: mengalihkan rasa cemas pasien
Anjurkan pada keluarga untuk selalu mendampingi klien.
R: meningkatkan kepercayaan dan kerjasama anggota
D. EVALUASI
a. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
c. Integritas kulit kembali normal.
d. Rasa nyaman terpenuhi.

e. Pengetahuan kelurga meningkat.


f. Cemas pada klien teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

Rosenlyin, Berly. 1995. Intisari Pediatri. Jakarta: Hipokrates.


Anies. 1997. Mengatasi Gangguan Kesehatan pada Anak-anak. Jakarta: PT. Elek Media
Komputindo
Tjokronegoro, Arjatmo. 1988. Gastroenterology Pada Anak Praktis. Jakarta: Balai
Penerbitan FKUI
L. Betz, Linda A Sowolen. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC

http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan.html
http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-gastroenteritis/

Você também pode gostar