Você está na página 1de 13

HUBUNGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DIANTARA

DUA WAKTU DIALISIS DENGAN KUALLITAS HIDUP


PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD
TUGUREJO SEMARANG
ARTIKEL
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan pendidikan Tahap Akademik
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang

Disusun Oleh :
Chitra Nisa Adilah
H2A012073

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016

Hubungan Peningkatan Berat Badan Diantara Dua Waktu Dialisis Dengan


Kualitas Hidup Pasien yang Menjalani Hemodialisis
Chitra Nisa Adilah,(1) dr. Setyoko,(2) dr. Aisyah Lahdji(3)
1)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang

2)

Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang

3)

Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK

Latar Belakang : Penambahan berat badan antara dua waktu dialisis merupakan indikator
masukan cairan selama periode interdialitik yang dapat mempengaruhi status kesehatan pasien
dalam menjalani terapi hemodialisis. Kualitas hidup pasien hemodialisis berfluktuasi, karena
dipengaruhi oleh kesehatan fisik, psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, kepercayaan
pribadi, dan hubungan mereka dengan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan peningkatan berat badan diantara dua waktu dialisis dengan kualitas hidup pasien
yang menjalani hemodialisis.
Metode : Penelitian ini merupakan studi observasional dengan pedekatan cross sectional yang di
analisis dengan uji korelasi chi square yang meliputi analisis univariat dan bivariat. Jumlah
sampel dengan teknik simple random sampling 48 pasien yang memiliki kriteria inklusi diambil
dari data primer di RSUD Tugurejo Semarang.
Hasil : Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara peningkatan berat
badan diantara dua waktu dialisis dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis ( p
= 0,002 dan OR = 7,054).
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara peningkatan
berat badan diantara dua waktu dialisis dengan kualitas hidup pasien yang menjalani
hemodialisis.
Kata Kunci : Gagal ginjal kronik, hemodialisis, kualitas hidup, peningkatan berat badan diantara
dua waktu dialisis

THE CORRELATION BETWEEN THE WEIGHT GAIN BETWEEN TWO DIALYSIS


TIME AND THE QUALITY OF LIFE OF PATIENTS UNDERGOING HEMODIALYSIS
Chitra Nisa Adilah,(1) dr. Setyoko,(2) dr. Aisyah Lahdji(3)
ABSTRACT

Background : The weight gain between two dialysis time is an indicator of fluid intake during the
interdialytic period that can affect the health status of patients in hemodialysis therapy. Quality of
life of hemodialysis patients fluctuates, since it is influenced by physical health, psychological
condition, level of independence, social relationships, confidence, and their relationship with the
environment. This study is intended to determine the correlation between the weight gain between
two dialysis time and the quality of life of patients undergoing hemodialysis.
Method : This study is an observational study with cross sectional approach analyzed with chi
square correlation test which includes univariate and bivariate analyzes. The number of samples
with simple random technique, sampling of 48 patients with the inclusion criteria, taken from
primary data of Tugurejo Provincial Hospital, Semarang
Results : The results of chi-square test show significant correlation between weight gain between
two dialysis time and quality of life of patients undergoing hemodialysis (p = 0.002 and
OR=7.054).
Conclusion : The results showe significant correlation between weight gain between two dialysis
time with quality of life of patients undergoing hemodialysis .
Keywords : Chronic renal failure , hemodialysis , quality of life , weight gain between two dialysis
time

Korespondensi : Chitra Nisa Adilah, Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Semarang, Jl. Wonodri Baru No.5. Semarang, Jawa Tengah,
Indonesia, telepon 082226841855. Email : chitra.nisaa.unimus@gmail.com

PENDAHULUAN
Gagal ginjal terminal (GGT) merupakan titik akhir dari gangguan faal
ginjal yang bersifat ireversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya yang
mengakibatkan terjadinya sejumlah perubahan fisiologis yang tidak dapat diatasi
lagi dengan tindakan konservatif, sehingga membutuhkan terapi pengganti ginjal.1
Terapi pengganti ginjal terdiri dari hemodialisis, peritoneal dialisa dan
tranplantasi ginjal. Saat ini hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti ginjal
yang paling banyak dilakukan dan jumlahnya tahun ketahun terus meningkat. 1
Hemodialisis adalah suatu bentuk tindakan pertolongan dengan

menggunakan

alat yaitu dializer yang bertujuan untuk menyaring dan membuang sisa produk
metabolisme toksik yang seharusnya dibuang oleh ginjal. 2
Meskipun hemodialisis dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas,
tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang
mendasari dan juga tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Pasien akan
tetap menjalani sejumlah permasalahan dan komplikasi.3 Salah satu masalah yang
paling sering dialami oleh pasien adalah peningkatan volume cairan diantara dua
waktu dialisis yang dimanifestasi dengan penambahan berat badan.3
Penambahan berat badan antara dua waktu dialisis merupakan indikator
masukan cairan selama periode interdialitik yang dapat mempengaruhi status
kesehatan pasien dalam menjalani terapi hemodialisis. Terjadinya penambahan
berat

badan yang berlebihan antara dua waktu dialisis akan dapat menimbulkan

berbagai masalah baru bagi pasien diantaranya adalah hipertensi, gangguan fungsi

fisik, sesak nafas, edema pulmonal yang dapat meningkatkan kemungkinan


terjadinya kegawat darurat hemodialisis, meningkatkan risiko dilatasi dan
hipertropi ventrikuler dan gagal jantung.3
Beberapa penelitian membuktikan bahwa faktor demografi dan psikososial
berpengaruh terhadap peningkatan berat badan interdialisis dan mempengaruhi
kemampuan pasien dalam mengontrol asupan natrium dan cairan.4
Hemodialisis ini memberikan dampak terhadap kesehatan fisik, psikologis
dan sosial. Kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik pada derajat 5 (End
Stage Renal Disease [ESRD]) merupakan ukuran penting dalam terapi. 4 Kualitas
hidup dikelompokkan dalam 4 domain yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis,
hubungan sosial dan lingkungan.5
METODE
Penelitian ini berkaitan dengan disiplin

ilmu penyakit dalam yang

dilaksanakan pada periode September November 2015 di RSUD Tugurejo


Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan
cross-sectional.
Pengambilan data primer dari wawancara dan pengisian kuesioner oleh
responden. Populasi penelitian ini adalah semua pasien hemodialisis yang
menjalani terapi hemodialisis di RSUD Tugurejo Semarang. Pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik simple random sampling meliputi kriteria inklusi dan
ekslusi sehingga didapatkan 48 sampel.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah peningkatan berat badan
diantara dua waktu dialisis dengan variabel terikat yaitu kualitas hidup pasien

yang menjalani hemodialisis. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan


menggunakan program pengolahan data komputer. Uji statistik yang digunakan
adalah uji Chi Square dengan menggunakan SPSS. Bahan dan alat yang
digunakan adalah kuesioner kualitas hidup.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Analisis Univariat
a. Umur
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Usia (n=48)
Variabel
<41
41-50
51-60
61-70
Total

Frekuensi
4
20
17
7
48

Presentase (%)
8,3
41,7
35,4
14,6
100

Pada tabel 4.1 umur responden berkisar antara 29 sampai dengan


70 tahun dengan rata-rata 50,83 1,239 menunjukkan bahwa dari 48
responden, umur < 41 tahun sebanyak 4 orang (8,3%), umur 41-50 tahun
sebanyak 20 orang (41,7%), umur 51-60 tahun sebanyak 17 orang
(35,4%), dan umur 61-70 tahun sebanyak 7 orang (14,6).
b. Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin (n=48)
Variabel
Frekuensi
Presentase (%)
Laki-laki
27
56,3
Perempuan
21
43,8
Total
48
100
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa besar responden berjumlah 48
orang, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu 27 orang (56,3%),
sedangkan sisanya yaitu 21 orang (43,8%) berjenis kelamin perempuan.
c. Pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pendidikan (n=48)
6

Variabel
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
PT
Total

Frekuensi
2
14
7
17
8
48

Presentase (%)
4,2
29,2
14,6
35,4
16,7
100

Dilihat dari tabel 4.3 tingkat pendidikan sebagian besar responden


berpendidikan SMA sebanyak 17 orang (35,4%), berpendidikan SD
sebanyak 14 orang (29,2%), berpendidikan SMP sebanyak 7 orang
(14,6%), berpendidikan PT sebanyak 8 orang (16,7%), dan hanya 2 orang
(4,2%) tidak sekolah.
d. Pekerjaan
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan (n=48)
Variabel
Wiraswasta
Pegawai swasta
PNS
DLL
Total

Frekuensi
6
13
4
25
48

Presentase (%)
12,5
27,1
8,3
52,1
100

Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 48 responden , responden


yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 6 orang (12,5%), pegawai
swasta sebanyak 13 orang (27,1%), PNS sebanyak 4 orang (8,3%), dan
sebanyak 25 orang (52,1%) dngan profesi lain.
e. Kualitas Hidup
Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Kualitas Hidup (n=48)
Variabel
Baik
Buruk
Total

Frekuensi
26
22
48

Presentase (%)
54,2
45,8
100

Kualitas hidup responden berkisar antara 36 sampai 75


dengan rata-rata kualitas hidup 51,15 9,541. Dari tabel 4.6 didapatkan
rata-rata responden memiliki kualitas hidup baik sebanyak 26 orang
(54,5%).
f. Peningkatan Berat Badan Diantara Dua Waktu Dialisis

Tabel 4.6 Distribusi Responden Peningkatan Berat Badan Diantara


Dua Waktu Dialisis (n=48)
Variabel
Ringan
Rata-rata
Bahaya
Total

Frekuensi
25
22
1
48

Presentase (%)
52,1
45,8
2,1
100

Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 48 responden, rata-rata


responden memiliki peningkatan berat badan diantara dua waktu dialisis
kategori ringan sebanyak 25 orang (52,1%), sedangkan kategori rata-rata
sebanyak 22 orang (45,8%) dan kategori bahaya sebanyak 1 orang (2,1%).
g. Penyakit yang Mendasari (ada tidaknya penyakit diabetes mellitus)
Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Penyakit yang Mendasari
(n=48)
Variabel
DM
Non DM
Total

Frekuensi
17
31
48

Presentase (%)
35,5
64,6
100

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden gagal


ginjal kronik bukan disebabkan karena DM sebanyak 31 orang (64,4%),
sedangkan sisanya 17 orang (35,4%) disebabkan karena DM.
h. Lama Menjalani Hemodialisis
Tabel

4.8

Distribusi

Responden

Menurut

Lama

Menjalani

Hemodialisis
Variabel
Belum lama
Sudah lama
Total

Frekuensi
19
29
48

Presentase (%)
39,6
60,4
100

Lama hemodialisis berkisar antara 4 minggu sampai 284 minggu.


Dari tabel 4.8 didapatkan sebagian besar responden menjalani hemodialisis
sudah lama sebanyak 29 orang (60,4%), sedangkan responden yang
menjalani hemodialisis belum lama sebanyak 19 orang (39,6%).
2. Analisis Bivariat
8

Tabel 4.9 Uji Chi-square (n=48)


Peningkatan
BB
Ringan
Rata-rata
Bahaya
Total

Kualitas
Hidup
Baik

Buruk

Total

19
(76%)

6
(24%)

25
(100%)

7
(31,8%)
0
(0%)
26
(54,2%)

15
(68,2%)
1
(100%)
22
(45,8%)

22
(100%)
1
(100%)
48
(100%)

p value

0,005

Berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa responden yang menjalani


hemodialisis yang mengalami peningkatan berat badan diantara dua waktu
dialisis kategori ringan memiliki kualitas hidup baik sebanyak 19 orang
(76%) dan kualitas hidup buruk sebanyak 6 orang (24%). Sedangkan
responden yang telah menjalani hemodialisis yang mengalami peningkatan
berat badan diantara dua waktu dialisis kategori rata-rata memiliki kualitas
baik sebanyak 7 orang (31,8%), dan responden yang telah menjalani
hemodialisis yang mengalami peningkatan berat badan diantara dua waktu
dialisis kategori bahaya memiliki kualitas hidup buruk sebanyak 1 orang
(100%). Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,005 maka disimpulkan ada
hubungan antara kualitas hidup dengan dengan penambahan berat badan
diantara dua waktu dialisis di RSUD Tugurejo Semarang.
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 4.9 diatas didapatkan adanya hubungan antara
peningkatan berat badan diantara dua waktu dialisis dengan kualitas hidup pasien
yang menjalani hemodialisis (p value = 0,005).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara kualitas hidup


dengan dengan penambahan berat badan diantara dua waktu dialisis adalah
semakin tinggi penambahan berat badan semakin rendah kualitas hidupnya.
Hal ini didukung dengan penelitian Yosi Suryarinilsih bahwa adanya
hubungan antara peningkatan berat badan diantara dua waktu dialisis dengan
kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis (p value = 0,000).3
Adanya hubungan yang signifikan antara peningkatan berat badan diantara
dua waktu dialisis dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis
disebabkan karena penumpukan penumpukan cairan dalam tubuh menyebabkan
fungsi kerja jantung dan paru-paru semakin berat, yang berakibat pada respon
fisik pasien yang cepat lelah dan sesak, aktifitas fisikpun mengalami gangguan
baik pada saat aktifitas ringan maupun berat.6
Berdasarkan teori, pertambahan berat badan diantara dua waktu dialisis
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1)
Penambahan < 4% adalah penambahan ringan
2)
Penambahan 4-6% adalah penambahan rata-rata
3)
Penambahan > 6% adalah penambahan bahaya
Berdasarkan klasifikasi diatas, hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa jika dilihat dari hasil analisa terendah responden mengalami penambahan
berat badan dengan klasifikasi ringan dan dari nilai tertinggi dapat
diklasifikasikan dimana responden mengalami penambahan berat badan dalam
katagori berbahaya, dan dari nilai interval rerata penambahan berat badan dapat
disimpulkan responden berada pada klasifikasi ringan.
Hemodialisis yang dilakukan oleh pasien dapat mempertahankan
kelangsungan hidup sekaligus akan mengubah pola hidup pasien. Perubahan ini
mencakup diet pasien, tidur, dan istirahat, penggunaan obat-obatan, dan aktifitas
sehari-hari. Pasien yang menjalani hemodialisis juga rentan terhadap masalah

10

emosional seperti stress yang berkaitan dengan pembatasan diet dan cairan,
keterbatasan fisik, penyakit terkait, dan efek samping obat, serta ketergantungan
terhadap dialisis akan berdampak terhadap menurunnya kualitas hidup pasien. 7
Hemodialisis yang adekuat dapat meningkatkan kelangsungan hidup dengan
komplikasi yang minimal, meningkatkan kualitas hidup sehingga hidup lebih
sehat dan lebih baik.8
Pasien yang menjalani hemodialisis akan mengalami penurunan kualitas
hidup.9 Rendahnya kualitas hidup pasien hemodialisis dilaporkan oleh pasien
dengan kesehatan fisik yang buruk.8 Kualitas hidup diukur berdasarkan rasa
subjektif dari kesejahteraan umum yang dirasakan oleh pasien yang juga
digunakan sebagai ukuran klinis dalam hal perawatan medis pasien yang
menjalani hemodialisis.7 Untuk mencapai kualitas hidup maka seseorang harus
dapat menjaga kesehatan tubuh, pikiran dan jiwa. Sehingga seseorang dapat
melakukan segala aktivitas tanpa ada gangguan.10
Kualitas hidup yang rendah bagi pasien hemodialisis dapat menyebabkan
perubahan pada kemampua untuk melaksanakan fungsi kehidupannya sehari-hari
dan membutuhkan peningkatan komplesitas penanganan pasien. Dengan
mempelajari dan memperhatikan kualitas hidup pasien secara terus menerus
sangat membantu mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kualitas hidup mereka dan membantu menentukan perawatan yang tepat bagi
pasien.3
Kualitas hidup pasien hemodialisis berfluktuasi, karena dipengaruhi oleh
kesehatan fisik, psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, kepercayaan
pribadi, dan hubungan mereka dengan lingkungan.8
SIMPULAN

11

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal


yaitu :
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata responden memiliki
kualitas hidup baik sebanyak 26 orang (54,5%).
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata responden memiliki
peningkatan berat badan diantara dua waktu dialisis kategori ringan sebanyak
25 orang (52,1%).
3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hidup responden yang
menjalani hemodialisis yang mengalami peningkatan berat badan diantara
dua waktu dialisis sebagian besar masuk ke dalam kategori ringan yang
memiliki kualitas hidup baik sebanyak 19 orang (76%) dan kualitas hidup
buruk sebanyak 6 orang (24%).
4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas hidup
dengan dengan penambahan berat badan diantara dua waktu dialisis (p value
= 0,005).
SARAN
1. Kepada tenaga kesehatan khususnya dokter untuk dapat memperhatikan
pengaruh antara kualitas hidup dengan peningkatan berat badan pada pasien
yang menjalani hemodialisis diantara dua waktu dialisis sehingga dapat
mengedukasi, mengobati serta mencegah terjadinya kejadian peningkatan
berat badan diantara dua waktu dialisis.
2.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dianalisis lebih lanjut dengan menambah
atau memperluas variabel lainnya serta mengembangkan metode penelitian
untuk mengetahui hubungan penelitian terhadap masing-masing variabel.

DAFTAR PUSTAKA

12

1.

Paryanti, Yani 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Chronic


Kidney Disease Yang Megalami Asites Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Ann Internet Med 2015 jun 18.

2.

Rizky, Aditya. 2013.Hubungan Antara Adekuasi Hemodialisis dan Kualitas


Hidup Pasien di RSUD Ulin Banjarmasin. Vol 9:151-160. Ann Internet Med
2015 Jun 18.

3.

Suryarinilsih, Yosi 2010. Hubungan Penambahan Berat Badan Antara Dua


Waktu Dialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit
Dr. M. Djamil Padang. Ann Intern Med 2015 Jun 18.

4.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penambahan Berat Badan Interdialisis


[editorial].

5.

Candra Utami, Oktavia. 2014. Hubungan Lama Menjalani Hemodiaisis


Dengan Kualitas Hidup Pasien Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUD
Tugurejo Semarang. Ann Intern Med 2015 Jun 30.

6.

Riyanto, T. Welas. 2011. Hubungan Antara Penambahan Berat Badan


Diantara Dua Waktu Hemodialisis (Interdyalisis Weight Gain=IDWG)
Terhadap Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani
Terapi Hemodialisa IP2K RSUP Fatmawati Jakarta. Ann Intern Med 2015
Jul 1.

7.

Mailani, Fitri 2015. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisis : Systematic Review. Ann Intern Med 2015 Des 14.

8.

L, Isroni. Manajemen Cairan Pada Pasien Hemodialisis Untuk


Meningkatkan Kualitas Hidup di RSUD Dr. Harjono Ponoogo. Ann Internet
Med Des 15.

9.

Wahyuni Harti, Nia. Pengaruh Usia Terhadap Kualitas Hidup Pada Pasien
Yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Ann
Internet Med 2015 Des 15.

10. Ventegodt, merrick & Anderson. 2003. Qol I. the IQOL theory of global
quality of live concept.

13

Você também pode gostar