Você está na página 1de 13

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN DI
SD

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1.
2.
3.
4.

NAMA
RIZKI AMELIA
ISMAILIA
ANDI KASNUR RAMDHANI
LENNY IRAWATI .L.M

:
:
:
:

NIM
837253703
837253853
826119199
825679697

PROGRAM STUDI S1 PG PGSD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ- UT SAMARINDA
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang karena rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran di SD tentang Mengumpulkan dan Mengolah Informasi Hasil Belajar dan
Pendekatan dalam Pemberian Nilai meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Sholawat
serta salam kita sampaikan kepada baginda Rasulullah SAW semoga kita semua mendapat
syafaatnya di hari akhir nanti. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Tutor yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa makalah kami ini masih belum
sempurna dan terdapat banyak kekurangan. Akan tetapi kami sangat berharap makalah ini
dapat bermanfaat dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
bagaimana cara mengolah informasi hasil belajar siswa yang diperoleh baik dari tes maupun
non-tes.
Kritik, saran, dan usulan dari para pembaca sangat kami harapkan dan semoga akan
menjadi bahan perbaikan di kemudian harinya. Sekiranya makalah yang telah kami susun ini
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Samarinda, 1 April 2016


Tim Penulis

MODUL 4
KEGIATAN BELAJAR 1
MENGUMPULKAN INFORMASI DAN MENGOLAH INFORMASI HASIL
BELAJAR
Kegiatan penilaian memiliki tujuan utama untuk mengetahui apakah kompetensi dasar
yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai oleh siswa atau belum. Untuk itu guru perlu
mengetahui dengan benar bagaimana prosedur penilaian yang benar. Kisi-kisi pengukuran
diperlukan untuk memudahkan guru dalam melaksanakan penilaian.
Kisi-kisi pengukuran tersebut di antaranya berisi:
a.
b.
c.
d.

Aspek yang akan diukur: kognitif, afektif, psikomotorik


Jenis alat ukur yang digunakan: tes atau non tes
Teknik atau cara pengukurannya
Cara penskoran dan pengolahannya

Informasi hasil belajar siswa dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai bentuk
penilaian, misalnya dari tes tertuls (paper and pencil test) serta dari penilaian unjuk kerja
(performance).

A. MEMERIKSA DAN MENGOLAH HASIL TES


1. Memeriksa Hasil Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang paling dilakukan guru pada tes sumatif karena tes
objektif ini memiliki keunggulan dapat menanyakan banyak materi dalam satu
waktu ujian (sampel materi lebih banyak) dan juga hasil tes dapat diolah
dengan cepat dan objektif.
Dalam memeriksa hasil tes objektif guru melakukan beberapa cara yang
dinilai efektif tergantung dengan jumlah peserta tes.
a. Peserta Tes Sedikit
Jika jumlah peserta tes sedikit, maka guru dapat memeriksa secara
manual. Cara yang umum dilakukan guru yakni membuat satu master
kunci jawaban soal tes tersebut pada lembar jawaban yang kosong.
Master kunci jawaban itu kemudian dilubangi pada bagian pilihan
jawaban yang benar. Namun, guru harus teliti dalam membuat master
kunci, sebelumnya pastikan terlebih dahulu lembar jawaban untuk
master kunci sama dengan lembar jawaban milik siswa. Akan tetapi
metode ini memiliki kelemahan yakni seringkali kita temukan siswa
memilih 2 alternatif jawaban di dalam satu soal, jika kita menggunakan
master kunci yang seperti ini dikhawatirkan kita tidak melihat jawaban
siswa tersebut. Untuk mengatasi masalah ini, guru dapat membuat
master kunci dari plastik tranparan, sehingga jika siswa memilih 2
alternatif jawaban dapat terlihat oleh guru.
3

b. Peserta Tes Banyak


Jika jumlah peserta tes atau jumlah tesnya sangat banyak cara manual
dirasa akan membuat pemeriksa kesulitan. Jika jumlah peserta tes
banyak maka akan lebih efisien jika memeriksa menggunakan fasilitas
komputer untuk menskor dan mengolahnya.
Pemeriksaan menggunakan komputer biasanya menggunakan bantuan
mesin pembaca (scanner machine) dan lembar jawaban yang
digunakan pun khusus, yaitu lembar jawaban komputer (LJK) dan diisi
menggunakan pensil 2B.
Prinsip kerja pemeriksaan jawaban dengan menggunakan fasilitas
komputer adalah sebagai berikut:
1. Semua jawaban siswa di-scan
2. Proses editing
3. Proses updating
4. Proses pemeriksaan (dapat dengan cara key-in dan scanning)
5. Scoring
Dalam memberikan skor pada tes objektif ini terdapat dua cara, yaitu
skor 1 untuk jawaban yang benar skor 0 untuk jawaban yang salah dan
yang kedua kita dapat menggunakan formula tebakan (guessing
formula).
1. Tes Benar Salah (True False)
Dalam pemberian skor di tes benar salah kita dapat
menggunakan rumus:
Skor = Jumlah jawaban benar
Sedangkan untuk menghindari siswa asal menebak kita bisa
menggunakan rumus:
Skor = Jumlah jawaban benar Jumlah jawaban salah
2. Tes Menjodohkan (Matching)
Dalam pemberian skor di tes menjodohkan kita dapat
menggunakan rumus:
Skor = Jumlah jawaban benar
3. Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Dalam pemberian skor di tes pilihan ganda kita juga dapat
menggunakan rumus:
Skor = Jumlah jawaban benar
Dapat pula menggunakan formula tebakan (guessing formula)
untuk menghindari siswa asal menebak, dengan menggunakan
rumus:
S
B
Skor =
n1
B
S
n

: Jumlah jawaban benar


: Jumlah jawaban salah
: Banyaknya alternatif jawaban

Guessing formula digunakan agar siswa lebih berhati-hati dalam menjawab


setiap butir soal. Jika guru menggunakan rumus ini, maka setiap jawaban salah yang dijawab
oleh siswa akan mengakibatkan penurunan skor. Untuk jawaban yang belum dijawab
dianggap jawaban salah tetapi dikategorikan dalam jawaban yang belum diisi. Kesalahan
seperti demikian dapat mempengaruhi skor siswa. Ada baiknya guru mencantumkan
keterangan di lembar soal apabila ia akan menggunakan formula tebakan (guessing formula)
dalam penskoran, sehingga para siswa akan lebih berhati-hati dalam menjawab.
Contoh penggunaan guessing formula dalam penskoran:
Dalam tes akhir semester IPS diujikan 60 butir soal pilihan ganda dengan 4
alternatif jawaban. Tita dapat menjawab benar 40 butir soal, 20 butir salah. Tini dapat
menjawab 40 butir soal benar, 10 butir soal salah, dan 10 butir soal tidak diisi. Jika
penskoran tes tersebut didasarkan pada penggunaan formula tebakan (guessing
formula) maka:
a. Skor yang diperoleh Tita adalah:
20
40
Skor Tita =
41
= 406,66
= 33,33
b. Skor yang diperoleh Tini adalah:
10
40
Skor Tini =
41
= 403,33
= 36,67

2. Memeriksa Hasil Tes Uraian


Menurut Hopkins, et. al (1990) terdapat lima faktor yang menjadi
permasalahan pada saat anda memeriksa hasil tes uraian yaitu ketidaktetapan
pemeriksa dalam memberikan skor, adanya hallo effect, carry over effect,
order effect, dan adanya efek penggunaan bahasa serta tulisan siswa.
Masalah akan lebih besar jika tes uraian adalah tes uraian terbuka, karena
jawaban yang diberikan siswa akan semakin beragam.
Untuk meminimalkan masalah dalam memeriksa hasil tes uraian, ikutilah
cara-cara sebagai berikut:
a. Demi menjaga reliabilitas sebaiknya lembar jawaban siswa diperiksa
minimal oleh dua orang
b. Adanya kesamaan persepsi antara pemeriksa
c. Setalah ada kesepakatan pemeriksa sebaiknya menguji kesepakatan
mereka kepada 5 10 lembar jawaban siswa jika ternyata pemberian
skor relatif sama maka pemeriksa tersebut sudah memiliki kesamaan

persepsi. Jika ternyata skor yang diberi berbeda maka pemeriksa harus
berdiskusi kembali sampai menemukan kesamaan persepsi.

Ada lima hal yang harus diperhatikan selama memeriksa hasil tes uraian (Hopkins dkk,
1990), yaitu:
1. Ketidaktetapan pemeriksa dalam memberikan skor
Cara mengatasinya: Guru dapat memeriksa jawaban setiap butir soal untuk
seluruh siswa.
2. Adanya hallo effect
Cara mengatasinya: Tutuplah nama peserta tes
3. Carry over effect
Cara mengatasinya: Sama dengan masalah ketidaktetapan pemeriksa dalam
memberikan skor, guru dapat memeriksa jawaban setiap butir soal untuk
seluruh siswa
4. Order effect
Cara mengatasinya: Tundalah untuk memeriksa apabila sudah terasa lelah dan
jenuh
5. Efek penggunaan bahasa serta tulisan siswa
Cara mengatasinya: Untuk masalah efek penggunaan bahasa serta tulisan
siswa, guru dapat terus berpegang pada pedomaan penskoran yang telah
disepakati bersama.
3. Mengolah Data Hasil Tes
Skor mentah yang diperoleh sebaiknya diolah lagi menjadi dalam bentuk
presentase. Adapun cara mengubah skor mentah menjadi presentase adalah
sebagai berikut:
a. Untuk tes objektif (tanpa formula tebakan):
Jumlah jawaban benar
x 100
Persentase penguasaan =
Jumlah butir soal
b. Untuk tes uraian:
Persentase penguasaan =

Jumlah skor yang diperolehsiswa


x 100
Jumlah skor minimal

Contoh:
Jika Bardan dapat menjawab benar 40 dari 50 butir soal mata pelajaran
IPS maka:
Persentase penguasaan Bardan untuk mata pelajaran:
40
x 100 =66,66
IPS = 60
Jika pada tes uraian mata pelajaran IPA, Ali memperoleh skor 52 dari
skor maksimal 82 maka:
Persentase penguasaan Ali untuk mata pelajaran:
6

IPA =

52
x 100 =63,41
82

B. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI HASIL BELAJAR DARI


UNJUK KERJA SISWA
Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari unjuk kerja siswa
dikumpulkan dari tugas-tugas yang telah dikerjakan siswa, di antaranya berupa unjuk
kerja (performanxe), pembuatan laporan, pengumpulan hasil karya, pengumpulan
portofolio dan lain sebagainya.
Dalam penilaian non tes seperti di atas maka guru harus mempersiapkan
pedoman pengamatan yang dilengkapi dengan kriteria penskoran atau rubrik
penilaian. Dalam kesempatan penilaian seperti ini guru juga dapat menilai aspek
psikomotor (keterampilan).
Contoh untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang berkenaan
dengan keterampilan siswa dalam menggunakan mikroskop (dalam kegiatan
praktikum IPA) maka anda dapat memberikan tugas sebagai berikut:
Lakukan pengamatan sel gabus di bawah mikroskop. Ambillah mikroskop dari tempat
penyimpanan dan persiapkan sampai mikroskop tersebut siap digunakan. Selama
mempersiapkan mikroskop, perhatikanlah tata cara yang benar dalam menggunakan
mikroskop tersebut untuk mengamati preparet sel gabus yang telah disediakan.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Indikator
Cara membawa mikroskop
Cara memutar power mikroskop
Cara mencari cahaya
Cara meletakkan kaca objek
Cara mencari fokus untuk melihat objek
Cara melihat objek

Skor
4
4
4
4
4
4

3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
2

1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2

1
1
1
1
1
1

Contoh hasil pengamatannya adalah sebagai berikut:


Nama

: Aufa

Kelas

: VI (Enam)

Sekolah

: SD Keputran V Yogyakarta

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Indikator
Cara membawa mikroskop
Cara memutar power mikroskop
Cara mencari cahaya
Cara meletakkan kaca objek
Cara mencari fokus untuk melihat objek
Cara melihat objek

Skor
4
4
4
4
4
4

3
3
3
3
3
3

Pengolahan skor:
1. Hitung jumlah skor maksimal dan minimal yang mungkin diperoleh siswa
untuk semua indikator
2. Jumlahkan skor yang diperoleh Aufa untuk semua indikator
3. Bandingkan skor total yang diperoleh Aufa dengan standard yang telah
ditetapkan, atau
4. Jika ingin menghitung persentase keberhasilan Aufa, dapat juga dengan
rumus:
Skor yang diperoleh
x 100
Skor maksimal
Berarti persentase keterampilan Aufa adalah:
20
x 100 =83,33
24

KEGIATAN BELAJAR 2
PENDEKATAN DALAM PEMBERIAN NILAI
A. PENGORGANISASIAN INFORMASI HASIL BELAJAR SISWA
Data yang diperoleh dari informasi hasil belajar siswa merupakan data mentah (raw
score) yang masih harus ditata sedemikian rupa guna memudahkan guru dalam
memahami hasil belajar siswa.
Untuk memudahkan guru dalam menganalisis sebaiknya data tersebut
diurutkan dari mulai nilai tertinggi sampai yang terendah. Apabila data telah diurutkan
maka guru akan dengan mudah melihat ranking siswa.
Guru juga dapat melihat pencapaian hasil belajar siswa melalui tabel distribusi
frekuensi. Hal ini sangat bermanfaat jika jumlah siswa banyak, guru akan lebih mudah
memahami data tersebut dalam jika dalam bentuk tabel frekuensi. Dalam membuat
tabel distribusi frekuensi dapat dibuat dengan cara:
1. Tentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Contoh:
Data terbesar 97 dan data terkecil 45. Maka rentangnya = 97 45 = 52
2. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan. Untuk menentukan
banyaknya kelas interval dapat digunakan aturan Sturges, yaitu:
Banyak kelas = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah banyak data
= 1 + 3,3 log 24
= 1 + 3,3 (1,38)
= 1 + 4,55
= 5,55
Jadi banyak kelas interval yang dapat dibuat adalah 5 atau 6.
3. Tentukan panjang kelas interval (p), dengan menggunakan aturan
sebagai berikut:
Rentang
52
p=
= =8,67
banyak kelas 6
Panjang kelas interval dapat diambil 8 atau 9.
4. Tentukan ujung bawah kelas interval untuk data terkecil. Untuk ini
dapat diambil sama dengan data terkecil atau nilai data yang lebih kecil
dari data terkecil tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang
ditemukan
5. Masukkan semua data ke dalam kelas interval. Untuk memudahkan
kerja, guru dapat menambah kolom tally dan frekuensi
Berdasarkan aturan tersebut di atas maka tabulasi data dapat dibuat sebagai berikut:
Tabel Frekuensi Distribusi Hasil Tes Tengah Semester
Hasil Tes Tengah Semester
90 98
81 89
72 80
63 71
54 62
45 53
Jumlah

Tally
///
///// /
/////
/////
///
//
24

Frekuensi
3
6
5
5
3
2
24
9

B. PENDEKATAN DALAM PENILAIAN


Ada dua pendekataan yang sering digunakan untuk pengukuran, yaitu Penilaian
Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Kriteria (PAK)
1. Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN)
Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah suatu pendekatan untuk
menginterpretasikan hasil belajar siswa di mana hasil belajar yang diperoleh
seorang siswa dibandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh
kelompoknya.
Contoh:
Pada UAS IPS kelas V SD diujikan 50 butir soal dan hasil penskoran 10 siswa
di kelas tersebut adalah sebagai berikut:
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Nama

Skor
37
33
30
30
27
25
21
20
17
15

Dita
Andi
Imam
Tina
Amin
Isti
Intan
Dewi
Rani
Tika

Dari skor mentah di atas dapat kita lihat bahwa siswa yang skornya
paling tinggi adalah Dita dengan skor 37 sedangkan siswa yang skornya paling
rendah adalah Tika dengan skor 15. Untuk mengetahui tingkat penguasaan
setiap siswa dapat diketahui dengan menghitung skor tersebut dalam bentuk
persentase. Contoh: tingkat penguasaan Dita adalah =
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Nama
Dita
Andi
Imam
Tina
Amin
Isti
Intan
Dewi
Rani
Tika

Skor
37
33
30
30
27
25
21
20
17
15

37
x 100 =74
50
Persentase
74%
66%
60%
60%
54%
50%
42%
40%
34%
30%

Jika guru menggunakan pendekatan PAN maka pemberian skor siswa dapat
diberikan berdasarkan pada hasil belajar kelompoknya. Siswa yang meraih
10

skor tertinggi dapat diberikan nilai yang tertinggi. Dalam contoh di atas, Dita
adalah siswa dengan skor tertinggi yaitu 37, guru dapat memberi nilai 10
kepada Dita. Untuk menentukan nilai siswa lainnya akan dihitung dengan
mengacu pada nilai Dita. Misalnya kita akan menghitung nilai untuk Andi
yang meraih skor 33 kita dapat menghitung nilainya dengan cara
33
x 10=8,9
37
Nilai 10 yang diperoleh Dita dapat juga diperoleh dari pengubahan persentase
penguasaan materi yang diperoleh Dita. Cara menghitungnya adalah:
33
x 10=10
37
No

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Nama

Dita
Andi
Imam
Tina
Amin
Isti
Intan
Dewi
Rani
Tika

Skor

37
33
30
30
27
25
21
20
17
15

Jika skor 37
diberi nilai 10
maka,
74%
66%
60%
60%
54%
50%
42%
40%
34%
30%

Jika jumlah siswa banyak misalnya mencapai ratusan maka penggunaan


statistika sederhana yaitu harga rata-rata (mean) dan simpangan baku (SB).
a. Harga rata-rata (Mean)
Mean merupakan pengukuran gejala pusat yang paling sering
digunakan. Rumus menghitung mean:
J umlah seluru data
M =
Jumlah data
b. Simpangan Baku (SB)
Simpangan baku sangat bermanfaat dalam pengukuran variasi skor.
Pada dasarnya simpangan baku mengukur seberapa jauh setiap skor
menyebar dari mean. Semakin besar simpangan bakunya semakin
heterogenlah data tersebut, namun semakin kecil harga simpangan
bakunya maka data semakin homogen.
Zainul, A dan Nasoetion, N (1977) memberikan pendekatan
penghitungan harga simpangan baku yang sederhana, yaitu diambil
dari Jenkins seperti dikutip Edward, C.H, et.al (1977)
Rumus pendekannya:
11

Jml skor
SB=

1
1
peserta kelp atasJml peserta kelp. bawah
6
6
1
jml peserta
2

c. Penggunaan Kurva Normal


Jika jumlah siswa banyak maka penerapan Penilaian Acuan Norma
(PAN) dapat juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan sebaran
data berdasar kurva normal.
Jika dalam suatu tes akhir semester tes IPA guru telah menghitung
harga rata-rata dan simpangan baku yang diperoleh kelompok tersebut
maka berdasarkan kurva normal, jumlah siswa yang memperoleh hasil
tes di atas dengan beberapa batasan:
1. Rata-rata sampai dengan rata-rata +1 SB adalah 34,13%
2. Rata-rata + 1SB sampai dengan rata-rata +2SB adalah
sebanyak 13,59%
3. Rata-rata + 22 SB sampai dengan rata-rata + 3SB adalah
sebanyak 2,14%
2. Pendekatan Penilaian Acuan Kriteria (PAK)
Dalam pendekatan Penilaian Acuan Kriteria keberhasilan siswa akan
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan
kriteria atau patokan berorientasi pada pencapaian kompetensi atau tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Misalnya siswa dinyatakan berhasil jika siswa telah mampu mencapai
tingkat penguasaan lebih besar atau sama dengan 75% (75%). Artinya siswa
yang penguasaannya kurang dari 75% akan dinyatakan kurang berhasil dan
siswa tersebut harus mengikuti program remidiasi sampai mereka mampu
mencapai standart tersebut.
3. Penilaian
Agar penilaian tepat sasaran maka pada saat guru melakukan penilaian harus
memperhatikan prinsip-prinsip penilaian, di antaranya: (1) Berorientasi pada
pencapaian kompetensi (2)Valid, (3) Menyeluruh, (4) Terbuka, (5) Adil &
objektif, (6)Berkesinambungan, (7)Menyeluruh, dan (8)Bermakna.
4. Penyajian Hasil Penilaian
Dalam penilaian berbasis kompetensi terdapat empat bentuk penilaian yang
dapat dipergunakan guru untuk menilai hasil belajar siswa yaitu:
a. Penilaian dengan menggunakan angka
b. Penilaian dengan menggunakan kategori
c. Penilaian dengan uraian atau narasi
d. Penilaian kombinasi
5. Proses Pemberian Nilai
Penguasaan kompetensi hasil belajar untuk setiap mata pelajaran tidak sama.
Ada mata pelajaran yang kompetensi belajarnya lebih menekankan pada ranah
kognitif (misalnya matematika), afektif (misalnya agama dan PKN), dan ranah
psikomotor (misalnya olah raga).
12

Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan


tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian kompetensi diperlukan tagihantagihan. Beberapa jenis alat ukur dan jenis tagihan yang dapat guru gunakan
antara lain:
1. Kuis
2. Pertanyaan lisan di kelas
3. Ulangan Harian
4. Tugas individu dan kelompok
5. Ulangan Semesteran
6. Laporan tugas atau laporan kerja
7. Ujian Praktek
Pengambilan keputusan tentang hasil belajar siswa dilakukan
dengan menggabung keseluruhan komponen informasi hasil belajar siswa.
Misalnya nilai akhir semester suatu mata pelajaran diambil dari skor keaktifan
siswa dalam pembelajaran, skor ulangan harian, skor penyelesaian tugas, skor
ulangan tengah semester.

13

Você também pode gostar