Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh Kelompok 2
Anggota:
Arinda Puteri Wihardi
(1306376055)
(1306375626)
Mariska Robiyanti
(1306375512)
Nur Rohmah
(1306375771)
Putri Rahmadianti
(1306375935)
Daftar Isi
Halaman Judul............................................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................................2
Kata Pengantar...........................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan....................................................................................................................4
BAB II Isi...................................................................................................................................6
2.1 Economic Quantity Order (EOQ).6
2.2 Perhitungan Safety Stock dan ROP................................................................................10
2.3 Analisis ABC Pemakaian dalam Sistem Perencanaan Logistik (Obat)..........................13
2.4 Sistem Akuntansi Tunai..................................................................................................16
2.3 Formularium Nasional....................................................................................................18
BAB III Penutup......................................................................................................................32
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................33
3.2 Saran...............................................................................................................................33
Daftar Pustaka..........................................................................................................................34
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen Logistik tentang Analisis
Perhitungan dalam Perencanaan Obat di RS MH. Thamrin.
Tugas makalah ini dibuat guna melengkapi tugas dari mata kuliah Manajemen Logistik.
Dalam makalah ini disajikan mengenai bagaimana cara menghitung perkiraan mengenai
kebutuhan logistik yang ada di salah satu Rumah Sakit di Jakarta.
Penulisan makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan. Oleh
karena itu, segala bentuk kritikan
Penulis
BAB I
Pendahuluan
Manajemen Logistik merupakan proses perencanaan, implementasi dan pengawasan terhadap
pendistribusian dan penyimpanan barang atau jasa dan informasi secara efektif dan efisien
dengan tujuan untuk memuaskan pelanggan atau konsumen. Perencanaan logistik harus diatur
dengan sedemikian rupa sehingga barang yang dibutuhkan selalu tersedia. Fungsi perencanaan
dalam logistik mencakup aktivitas dalam menetapkan sasaran, pedoman dan pengukuran
penyelenggaran bidang logistik dan memperhitungkan semua faktor yang mempengaruhi.
Rumah Sakit sebagai unit usaha yang menghasilkan suatu jasa harus memperhatikan persediaan
obat, barang atau peralatan yang dibutuhkan dalam memproduksi jasa tersebut (Aditama, 2009).
Dalam memenuhi setiap kebutuhan pasien dirumah sakit dalam hal obat-obatan, sebuah rumah
sakit harus mempunyai persediaan untuk dapat mengantisipasi permintaan pasien yang tidak
menentu.
Manajemen persediaan yang dilakukan oleh sebuah rumah sakit adalah untuk meminimalkan
jumlah investasi dalam persediaan, pengadaan dan biaya penyimpanan dengan memperhatikan
permintaan dan supply. Dalam metode pengendalian petugas farmasi harus memeriksa sisa stok
yang masih ada dan membandingkannya dengan jumlah stok yang harus ada. Jika jumlahnya
lebih sedikit dibandingkan dengan stok yang harus ada maka segera dilakukan pemesanan
kembali. (West dalam Atmaja, 2012).
Dalam melakukan pengendalian obat-obatan ada beberapa metode yang digunakan salah satunya
adalah analisis ABC. Selain itu, dalam menentukan jumlah obat yang harus dipesan adalah
menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ).
perhitungan yang berasumsikan bahwa penggunaan selalu konsisten selama periode pemesanan
dan ketika stok kosong selalu ada barang yang menggantikan. Namun, pada kenyataannya
dalam perhitungan persediaan obat memliki pola yang berbeda dalam waktu tunggu selama
memesan (Lead Time). Menghindari terjadinya (Stock Out) maka diperlukan persediaan
tambahan yaitu (Safety Stock). Hal lain yang harus diperhatikan adalah Reorder Point (ROP)
atau titik dimana manajer harus melakukan melakukan pemesanan kembali untuk menjamin
persediaan yang cukup bagi pasien (Atmaja, 2012).
4
BAB II
Isi
2.1 Economic Order Quantity (EOQ)
5
Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah atau kuantitas barang yang dapat
diperoleh dengan biaya yang ekonomis untuk setiap kali pembelian. EOQ merupakan metode
yang digunakan untuk menentukan titik dimana biaya pemesanan dan penyimpanan sebuah
produk berada pada tingkat terendah. Menurut Peterson (2004) metode EOQ dapat digunakan
apabila terdapat pola pembelian yang berulang pada sebuah produk sehingga dapat menekan
biaya. Dengan menghitung EOQ maka kita dapat mengetahui jumlah pesanan yang bernilai
ekonomis. Tidak hanya mengetahui jumlah pesanan yang ekonomis, kita juga dapat mengetahui
frekuensi pemesanan yang harus dilakukan, hal ini berkontribusi dalam meminimalkan biaya
persediaan yang diperlukan. (Bowersox, 2002)
Terkait dengan konsep EOQ, jika jumlah pesanan meningkat, namun frekuensi
pemesanan menurun maka biaya penyimpanan juga akan meningkat, sedangkan untuk biaya
pemesananya akan menurun, begitu juga sebaliknya. (Waters, 2003)
Terdapat beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan EOQ, diantaranya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
EOQ =
Berdasarkan rumus di atas dapat kita ketahui bahwa untuk menghitung EOQ kita
memerlukan data obat yang digunakan selama 1 tahun, harga beli satuan terkecil, biaya
pemesanan dan juga biaya penyimpanan. Berikut adalah data obat yang digunakan selama 1
tahun, dan harga masing-masing obat.
Jumlah Kebutuhan dan Harga OBAT KELOMPOK A ANALISIS ABC
Nama
Obat
Jumlah Kebutuhan
Harga
No
583
1 ABBOTIC GRANUL 30 ML
Rp 74.488,00
6
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
1637
8322
432
356
166
7471
7869
2840
57
1033
2996
738
5545
1822
2598
552
423
2816
6907
677
1120
447
240
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
32.414,00
336,00
49.741,00
451.059,00
168.711,00
677,00
2.464,00
9.027,00
18.646,00
37.863,00
9.297,00
183.524,00
4.611,00
3.524,00
1.623,00
14.894,00
3.449,00
115,00
1.779,00
45.529,00
1.968,00
13.870,00
54.710,00
Untuk data biaya pemesanan dan pengiriman, peneliti tidak memperolehnya akibat
adanya keterbatasan dokumen hal ini disebabkan oleh RS MH Thamrin Salemba yang tidak
mengklasifikasikan biaya pemesanan dan juga biaya pengiriman. Oleh karena itu untuk
menentukan kedua biaya tersebut, peneliti berpatokan pada teori dari Waters (2003) untuk biaya
penyimpanan selama satu tahun adalah 25% dari harga satuan tiao item obat. Untuk biaya
pemesana adalah 10 % dari harga satuan tiap obat, hal ini merupakan perolehan dari hasil
wawancara dengan informan.
Rumus EOQ menurut Bowersox (2002) dan Peterson (2004) ialah :
EOQ =
7
Berikut adalah contoh perhitungan EOQ untuk obat Amoxillin 500 mg (Generik)
Diketahui
EOQ =
= 81,59 = 82
Berdasarkan hasil tersebut dapat kita simpulkan bahwa jumlah pemesanan obat Amoxillin
500 mg (Generik) yang ekonomis adalah 82 unit, dimana pesanan yang dapat dilakukan adalah
sebanyak 101,49 kali. Hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang erat antara EOQ dan
frekuensi pemesanan. Jika obat memiliki nilai yang tinggi maka frekuensi pemesanan akan
semakin sering
1
2
3
4
5
6
Nama Obat
ABBOTIC GRANUL 30 ML
ABBOTIC XL 500 MG TAB
AMOXICILLIN 500 MG (GENERIK)
AVELOX 400 MG TAB
AVELOX INF
BROADCED 1 GR INJ
Jumlah
Harga
Biaya Pemesanan
Kebutuhan
(Rp)
(Rp)
583
1637
8322
432
356
166
74488
32414
336
49741
451059
168711
7449
3241
34
4974
45106
16871
Biaya
Penyimpanan
EOQ
(Rp)
22
36
82
19
17
12
18622
8104
84
12435
112765
42178
8
7
8
9
10
11
CEFSPAN100 MG CAP
12
13
(GENERIK)
14
15
16
17
18
(GENERIK)
19
20
21
22
23
24
(GENERIK)
7471
7869
2840
57
1033
2996
738
5545
1822
2598
552
423
2816
6907
677
1120
447
240
677
2464
9027
68
246
903
169
616
2257
18646
37863
1865
3786
4662
9466
9297
183524
930
18352
2324
45881
4611
3524
1623
14894
3449
461
352
162
1489
345
1153
881
406
3724
862
115
1779
45529
1968
13870
54710
12
178
4553
197
1387
5471
29
445
11382
492
3468
13678
77
79
48
7
29
49
24
67
38
46
21
18
47
74
23
30
19
14
2.2 Perhitungan Safety Stock dan ROP dalam Sistem Perencanaan Logistik (Obat) di RS
M.H. Thamrin Salemba
Berdasarkan hasil penelitian Atmaja pada tahun 2012 di RS M.H. Thamrin Salemba
diketahui bahwa jeda waktu dari obat di pesan sampai obat datang (lead time) adalah 2 hari. Oleh
karena itu, perlu diketahui waktu pemesanan obat yang tepat. Penentuan waktu pemesanaan obat
dapat dilakukan dengan penghitungan ROP. ROP atau reorder point adalah waktu dimana harus
dilakukan pemesanan kembali. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung ROP.
Keterangan:
Penggunaan periode tertentu: jumlah produk yang digunakan atau dijual dalam jangka
waktu tertentu, biasanya digambarkan dalam satuan unit jumlah per satuan unit waktu.
Lead time: jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memesan dan menerima produk dari
supplier. Lead time biasanya 1 hari, namun dapat bervariasi sekitar 1-2 minggu.
Z : Suatu nilai dari tabel distribusi normal standar yang berkorelasi dengan probabilitas
tertentu.
Standar Deviasi (simpangan baku): seberapa besar perbedaan nilai sampel terhadap rataratanya. Standar deviasi dalam safety stock berguna untuk mengantisipasi fluktuasi
permintaan.
Sebelum melakukan perhitungan ROP tersebut, maka harus dihitung terlebih dahulu safety stock.
Safety stock merupakan batas minimum dari persedian yang harus ada pada gudang
penyimpanan. Safety stock ini berfungsi untuk melindungi kesalahan dalam memprediksi
permintaan selama lead time. Selain rumus SS yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa rumus
lagi yang dapat digunakan untuk menghitung SS, antara lain:
Berikut ini adalah contoh perhitungan Safety Stock (SS) dan ROP untuk obat Amoxicillin 500
mg (Generik) dari hasil penelitian Atmaja di RS M.H. Thamrin Salemba.
10
Service level 95%, sehingga menghasilkan Z = 1,64 (lihat dari table Z atau NORMSINV di
Excel). Service yang digunakan adalah 95% karena merupakan rata-rata service level yang
diinginkan suatu organisasi untuk semua persediaannya.
Service level 95% artinya adalah probabilitas semua permintaan dipenuhi adalah 95% dan masih
ada probabilitas permintaan yang tidak terpenuhi sebanyak 5%. Semakin tinggi deviasi
permintaan dan service level, maka semakin besar safety stock yang harus disediakan.
Berikut ini adalah perhitungan SS dan ROP untuk obat Amoxicillin 500 mg (Generik) di RS
M.H. Thamrin.
11
Artinya batas minimum dari persedian obat amoxicillin 500 mg (Generik) yang harus ada adalah
63 unit.
Diketahui bahwa penggunaan obat amoxicillin 500 mg (generik) dalam 1 tahun = 8,322 unit
ROP = (8.322 unit/365 hari) x 2 hari + 63 unit = 108,6 unit = 109 unit.
Artinya untuk memastikan obat yang dipesan akan tiba tepat pada waktunya agar tidak terjadi
stock out, maka pemesaan harus dilakukan saat obat Amoxicillin 500 mg (Generik) mencapai
109 unit. Dengan melakukan perhitungan ROP dan SS, maka rumah sakit dapat meningkatkan
mutu pelayanan dan menghindari terjadinya kerugian.
2.3 Analisis ABC Pemakaian dalam Sistem Perencanaan Logistik (Obat) di RS M.H.
Thamrin Salemba
Metode Analisis ABC
Analisis ABC merupakan alat yang membagi persedian menjadi beberapa kelompok kepentingan
barang berdasarkan jumlah pemakaian atau nilai investasi (Hamlett dalam Atmaja, 2012). Berdasarkan
analisis ABC, kelompok A adalah 10% barang berkontribusi pada 70% dari nilai. Kelompok B adalah
20% barang yang berkontribusi pada 20% nilai. Kelompok C adalah 70% barang berkontibusi pada 10%
nilai. Hal ini menunjukan bahwa dengan mengontrol sebagian kecil barang yaitu 10% dari jumlah total
barang akan menghasilkan kontol terhadap 70% dari nilai total persedian (Reddy, 2008 dalam Atmaja,
2012).
Analisis ABC digunakan dalam beberapa sistem persediaan untuk menganalisis pola konsumsi
dan jumlah dari total konsumsi untuk semua jenis obat. Analisis ABC memberikan prespektif mengenai
biaya dengan lebih mendalam pada pihak manajemen dan membantu dalam menentukan prioritas untuk
meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Cara melakukan analisis ABC:
1. Analisis ABC pemakaian
12
a) Mengurutkan dari nilai pemakaian terbesar sampai nilai pemakaian terkecin, kemudian
dibuat presentase nilai pemakaian.
b) Mencari nilai pemakaian presentase kumulatif pemakaian.
c) Mengklasifikasikan barang persedian tersebut berdasarkan presentase kumulatif
pemakaiannya.
d) Jika nilai frekuensi kumulatifnya 0-70% maka dikategorikan sebagai kelompok A. Jika
nilai frekuensi kumulatifnya 70-90% maka dikategorikan sebagai kelompok B.
Sedangkan jika nilai frekuensi kumulatifnya 90-100% maka dikategorikan sebagai
kelompok C.
Tabel kontrol selektif obat
Prosedur
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
kontrol
Tipe
kontrol Kontrol
otoritas
Pemesanan
sangat
ketat. Moderat
Pengontol
level management.
middle management.
dipesan
dapat
dengan Pemesanan
pemesanan Dipesan
dalam
jumlah
tahunan
untuk
konsumsi
setiap minggu.
sekali.
Perencanaan
Perencanaan
harus dapat
menggunakan dapat
penggunaan
tahun
menggunakan
sebagai dasar.
Sumber: Reddy, 2008 dalam Atmaja, 2012
Sedangkan yang tidak tercatat dalam formularium sebanyak 74 obat. Total obat sebanyak 292 yang akan
dikelompokan dengan analisis ABC pemakaian.
Pada RS M.H Thamrin, diketahui obat-obatan yang terdaftar pada kelas sub terapi antibiotik
diformularium yang digunakan RS terdiri dari sub kelas terapi aminoglikosid, chepalosporin, makrolid,
penisilin, quinolons, antifungal, antibakterial kombinasi, dan antiotik lainnya.
Analisis ABC pemakaian dilakukan sebagai berikut:
1. Daftar semua obat antibiotik periode Januari-Oktober 2011.
2. Masukan kuantitas pemakaian dan urutkan dari pemakaian terbesar hingga terkecil.
3. Hitung presentase pemakaian setiap item obat dan diurutkan dari pemakaian terkecil hingga
terbesar.
4. Hitung presentase kumulatif setiap item obat.
5. Obat dikelompokan berdasarkan presentase kumulatif pemakaian. Obat presentase kumulatif 070% maka dikategorikan sebagai kelompok A. Obat presentase
Berdasarkan hasil analisis ABC pemakaian, didapatkan kelompok A terdiri dari 40 item obat yaitu sebesar
13,70% dari total obat dengan presentase jumlah pemakaian sebesar 69,70% dari jumlah total pemakaian.
Kelompok B terdiri dari 54 item obat yaitu sebesar 18,49% dari total obat dengan presentase jumlah
pemakaian sebesar 20,15% dari total pemakaian. Sedangkan kelompok C terdiri dari 198 item obat yaitu
sebesar 67,81% dari total obat dengan presentase jumlah pemakaian sebesar 10,15% dari total pemakaian.
14
Kelompok A merupakan kelompok obat dengan jumlah pemakaian paling banyak, oleh karena itu
perlu dipastikan persediannya sehingga terhindar dari stock out yang dapat menghambat pelayanan pasien
di Rumah sakit.
Tabel Obat
Kelompok A
Analisis ABC
Pemakaian
2.4 Sistem
Akuntansi
Tunai
(Sistem
Pemesanan
dan Pembelian Barang di Institusi)
Sistem Akuntansi Tunai adalah sistem yang digunakan dalam perusahaan untuk
pengadaan barang yang diperlukan perusahaan. Aktivitas pembelian dalam sistem akuntansi
pembelian tunai meliputi semua kebutuhan yang dibutuhkan perusahaan. Pembelian merupakan
bagian dari sistem yang mendukung kegiatan dalam sebuah perusahaan untuk menentukan dan
mempertahankan jumlah barang agar perusahaan dapat berjalan baik.
Fungsi yang Terkait dengan Sistem Akuntansi Pembelian Tunai (Mulyadi (2001:299))
1) Fungsi gudang : fungsi gudang bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan pembelian
sesuai dengan posisi persediaan yang ada digudang dan untuk menyimpan barang yang di
terima oleh fungsi penerimaan.
2) Fungsi pembelian: fungsi pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi
mengenai harga barang, menentukan pemasok yang di pilih dalam pengadaan barang dan
mengeluarkan order pembelian kepada pemasok yang dipilih.
15
16
e) Arsip pemasok adalah tembusan surat order yang disimpan oleh fungsi pembelian
menurut nama pemasok, sebagai dasar untuk mencari informasi mengenai pemasok.
f) Tembusan fungsi penerimaan, tembusan ini dikirim ke fungsi penerimaan sebagai
otorisasi untuk menerima barang yang jenis, spesifikasi, mutu, kualitas, dan pemasoknya
seperti tercantum dalam dokumen tersebut.
g) Tembusan fungsi akuntansi, tembusan surat order ini dikirim ke fungsi akuntansi sebagai
salah satu dasar untuk mencatat kewajiban yang timbul dari transaksi pembelian.
4) Laporan penerimaan barang : dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan untuk menunjukkan
bahwa barang yang diterima dari pemasok telah memenuhi jenis, mutu, spesifikasi, dan
kuantitas seperti yang tercantum dalam surat order pembelian.
5) Surat perubahan order pembelian : didalam surat ini diperlukan perubahan terhadap isi surat
order pembelian sebelumnya yang telah diterbitkan. Perubahan tersebut dapat berupa
kuantitas, jadwal penyerahan barang, spesifikasi, penggantian (substitusi) atau hal lain yang
bersangkutan dengan perubahan desain atau bisnis.
6) Bukti kas keluar : dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar pencatatan transaksi
pembelian. Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas untuk pembayaran utang
kepada pemasok dan sekaligus berfungsi sebagai surat pemberitahuan kepada kreditur
mengenai maksud pembayaran.
2.5 Formularium Nasional
Formularium Nasional (Fornas) merupakan sebuah acuan yang digunakan dalam
pelayanan kesehatan diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan tingkat pertama,
maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Fornas merupakan daftar obat terpilih yang
dibutuhkan dan tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan JKN.
Tujuan dari pengaturan obat dalam Fornas adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, dengan peningkatan efektifitas dan efisiensi pengobatan sehingga tercapai
penggunaan obat yang rasional. Bagi tenaga kesehatan, penggunaan Fornas digunakan sebagai
acuan dalam penulisan resep, mengoptimalkan pelayanan kepada pasien, memudahkan
perencanaan, dan penyediaan obat di fasilitas pelayanan kesehatan. Penggunaan Fornas akan
membuat pasien mendapatkan obat terpilih yang tepat, berkhasiat, bermutu, aman dan
terjangkau. Oleh karena itu, obat yang tercantum dalam Fornas harus terjamin ketersediaan dan
keterjangkauannya.
17
Pemilihan Obat dalam Fornas didasarkan pada beberapa kriteria dibawah ini :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Nasional
diatur
dalam
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
Sub-Kelas Terapi
sub
kelas terapi
18
Analgesik,
1.1
Antipiretik,
Narkotik
1.2 Analgesik
Antiinflamasi non
Non
Narkotik
1.3 Antipirai
steroid, Antipirai
2
Analgesik
Anestesik
untuk
Antiepilepsi
Antikonvulasi
6
Antiinfeksi
6.1 Antelmintik
6.2 antibakteri
6.3 antiinfeksi khusus
6.4 antifungi
6.5 antiprotozoa
6.6 antivirus
6.1.1
antelmintik
intestinal
6.1.2 antifilaria
6.1.3
antisistosomiasis
6.2.1
6.2.2.1
Betalaktam
tetrasiklin
6.2.2 antibakteri 6.2.2.2
lain
klorafenikol
6.2.2.3
sulfa
trimetropim
6.2.2.4
makrolid
19
6.2.2.5
aminoglikosida
6.2.2.6
kuinolon
6.2.2.7
lain-
lain
6.3.1 antilepra
6.3.2
antituberkulosis
6.3.3. Antiseptik
saluran kemih
6.4.1
antifungi
sistemik
6.5.1 antiamuba 6.5.2.1
untuk
(NRTI)
6.6.3.2
Non
Nucleoside
Reverse
Transcriptase
Inhibitor
20
(NNRTI)
6.6.3.3
Protease
Inhibitor
7
Antimigren
7.1 profilaksis
7.2 serangan akut
Antineoplastik,
8.1
Hormon
dan
Antiparkinson
10
Obat
mempengaruhi
Darah
yang
mempengaruhi
koagulasi
10.3
obat
untuk
kelebihan besi
10.4 hematopoetik
11
12
Diagnostik
Gastrointestinal
magnetic 12.1.2
resonance
media
12.3
contrast Intravaskular
radiofarmaka
21
kedokteran nuklir
12.4 tes fungsi
12.2.1 Intratekal
12.2.2
Body
cavity
12.2.3
Ultrasound
12.3.1
Radiofarmaka
Kedokteran
Nuklir
Diagnostik
12.3.2 Farmaka
Kedokteran
Nuklir
12.3.3
Radiofarmaka
Kedokteran
Nuklir
untuk
Terapi
12.4.1 Ginjal
12.4.2 Mata
12.4.3 Tes Kulit
13
Antiseptik
Disifektan
14
Obat
dan
Untuk gigi
untuk
Saluran
akar gigi
22
14.2
Antifungiorofaringeal
14.3 Obat
untuk
Pencegahan Karies
14.4 Bahan Tumpat
14.5 Preparat Lainnya
15
16
Hormon,
Obat 16.1
hormon 16.2.1
Obat
17.1 antiangina
17.2 antiaritmia
23
kardiovaskuler
17.3 antihipertensi
17.4
antiagregasi
platelet
17.5 trombolitik
17.6 obat untuk gagal
jantung
17.7 obat untuk syok
kardiogenik
dan
sepsis
17.8
antihiperlipidemia
18
19
Larutan
dialisis
peritoneal
20
21
22
Oksitosik
23
Psikofarmaka
23.1 antiansietas
23.2 antidepresi dan
antimania
23.3
antiobsesi
kompulsi
23.4 antipsikosis
23.5 obat untuk adhd
(attention
deficit
hyperactivity disorder
)
23.6
obat
untuk
gangguan bipolar
23.7
obat
untuk
program
ketergantungan
24
Relaksan
Perifer
Penghambat
Kolinesterase
Transmisi
Neuromoskuler
24.2 Obat
untuk
Miastenia Gavis
25
dan
Antiulkus
25.2 Antiemetik
25.3 Antihemoroid
25.4 Antispasmodik
25.5 Obat untuk Diare
25.6 Katartik
25.7 Obat
untuk
Antiinflamasi
25.8 Lain-lain
26
Obat
penyakit
paru
obstruksi kronis
26.5 lain-lain
27
Obat
yang 27.1
Mempengaruhi
dan
Imunoglobulin
27.2 Vaksin
Sistem Imun
28
Serum
dan
Tenggorokan
29
Vitamin
dan
Mineral
Jawa Tengah yang telah mengeluarkan Surat Keputusan Direktur RSUD Dr. Moewardi Nomor:
26
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Terkait dengan konsep EOQ, jika jumlah pesanan meningkat, namun frekuensi
pemesanan menurun maka biaya penyimpanan juga akan meningkat, sedangkan untuk biaya
pemesananya akan menurun, begitu juga sebaliknya. (Waters, 2003)
Untuk melakukan perhitungan kapan perusahaan melakukan pemesanan kembali atau
biasa disebut ROP (Reorder Point), maka sebelumnya kita harus dihitung terlebih dahulu safety
stock. Safety stock merupakan batas minimum dari persedian yang harus ada pada gudang
27
penyimpanan. Safety stock ini berfungsi untuk melindungi kesalahan dalam memprediksi
permintaan selama lead time.
Untuk menganalisis pola konsumsi dan jumlah dari total konsumsi untuk semua jenis
obat dapat menggunakan Analisis ABC. Analisis ABC memberikan prespektif mengenai biaya
dengan lebih mendalam pada pihak manajemen dan membantu dalam menentukan prioritas
untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. ). Berdasarkan analisis ABC, kelompok A
adalah 10% barang berkontribusi pada 70% dari nilai. Kelompok B adalah 20% barang yang
berkontribusi pada 20% nilai. Kelompok C adalah 70% barang berkontibusi pada 10% nilai. Hal
ini menunjukan bahwa dengan mengontrol sebagian kecil barang yaitu 10% dari jumlah total
barang akan menghasilkan kontol terhadap 70% dari nilai total persedian (Reddy, 2008 dalam
Atmaja, 2012).
Untuk melakukan pemesanan barang dan bahan di rumah sakit diperlukan dokumendokumen penting yang berkaitan dengan pencatatan, pembelian, dan penerimaan. Dalam hal ini
semuanya bergabung di dalam suatu system atau biasa disebut system akuntansi pembelian tunai.
Sistem tersebut yang digunakan dalam rumah sakit untuk pengadaan barang yang diperlukan.
Aktivitas pembelian dalam sistem akuntansi pembelian tunai meliputi semua kebutuhan yang
dibutuhkan perusahaan. Pembelian merupakan bagian dari sistem yang mendukung kegiatan
dalam sebuah rumah sakit untuk menentukan dan mempertahankan jumlah barang agar
perusahaan dapat berjalan baik.
Agar mutu di Rumat Sakit tetap berkualitas maka perlu pula didukung oleh system
perencanaan obat yang berintegrasi yang disebut Formularium Nasional (Fornas) yakni sebuah
acuan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan.
Fasilitas kesehatan tingkat pertama, maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Fornas
merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan
sebagai acuan dalam pelaksanaan JKN.
3.2 Saran
Sebaiknya RS MH Thamrin menggunakan Fornas yang mengacu pada Keputusan
Menteri Kesehatan agar daftar obat yang tersedia di RS sesuai dengan Pelaksanaan JKN
dibidang penyediaan obat dan kefarmasian.
28
Daftar Pustaka
Aini Q. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Barang di Gudang Sentral Rumah
Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2012. Depok: FKM UI
Alhamidy F. 2006. Analisis Model Pengadaan Bahan Makanan Kering Berdasarkan Metode EOQ pada
Instalasi Gizi Rumah Sakit Roemani Semarang. Semarang: Undip
Atmaja, HK. 2012. Penggunaan Analisis ABC Indeks Kritis untuk Pengendalian Persedian Obat
Antibiotik Di Rumah Sakit M.H Thamrin Salemba. Tesis. Depok:Universitas Indonesia.
Hesti dkk. 2015. Pengendalian. Presentasi Manajemen Barang dan Bahan di RS. Depok: FKM UI
Kementrian kesehatan. 2014. Pedoman penerapan formularium nasional dalam Keputusan Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Nomor HK.02.03/III/1346/2014 Tentang Pedoman
Penerapan Formularium Nasional. Jakarta
29
Mulyadi, 1999. Sistem Akuntansi Tunai. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Available at:
http://eprints.uny.ac.id/8746/3/bab%202%20-05412144079.pdf [Accessed 13 Mar. 2016].
Nurillahidayati, (2009). Pengendalian Persediaan Obat Non Lafial di Departemen Farmasi RS TNI AL Dr.
Minthohardjo Tahun 2008. Depok: Universitas Indonesia. Available at: http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/126846-S-5853-Pengendalian%20persediaan-HA.pdf%20persediaan-HA.pdf
[Accessed
Mar. 2016].
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2015. Keputusan Direktur Rsud Dr. Moewardi Nomor :
188.4/4.820/2015 Tentang Penggunaan Formularium Nasional Di Rsud Dr. Moewardi. Surakarta. Jawa
Tengah.
Prakoso BH. Tanpa tahun. Pembuatan Aplikasi untuk Mengelola Persediaan Barang Farmasi pada Rumah
Sakit ABC dengan Fitur Alert dan Reporting. Tersedia di: http://digilib.its.ac.id/public/ITSUndergraduate-15163-Presentation-pdf.pdf (Diakses pada 8 November 2015)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20786/1/Appendix.pdf
Prihatiningsih D. 2012. Gambaran Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi RS Asri Tahun 2011.
Depok: FKM UI
Ruauw E. 2011. Pengendalian Persediaan Bahan Baku (Contoh Pengendalian pada Usaha Grenda Bakery
Lianli,
Manado).
Tersedia
di:
30