Você está na página 1de 30

MANAJEMEN LOGISTIK

Analisis Perhitungan dalam Perencanaan Obat di RS MH. Thamrin

Oleh Kelompok 2
Anggota:
Arinda Puteri Wihardi

(1306376055)

Friska Putri Amalia

(1306375626)

Mariska Robiyanti

(1306375512)

Nur Rohmah

(1306375771)

Putri Rahmadianti

(1306375935)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2016

Daftar Isi

Halaman Judul............................................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................................2
Kata Pengantar...........................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan....................................................................................................................4
BAB II Isi...................................................................................................................................6
2.1 Economic Quantity Order (EOQ).6
2.2 Perhitungan Safety Stock dan ROP................................................................................10
2.3 Analisis ABC Pemakaian dalam Sistem Perencanaan Logistik (Obat)..........................13
2.4 Sistem Akuntansi Tunai..................................................................................................16
2.3 Formularium Nasional....................................................................................................18
BAB III Penutup......................................................................................................................32
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................33
3.2 Saran...............................................................................................................................33
Daftar Pustaka..........................................................................................................................34

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen Logistik tentang Analisis
Perhitungan dalam Perencanaan Obat di RS MH. Thamrin.
Tugas makalah ini dibuat guna melengkapi tugas dari mata kuliah Manajemen Logistik.
Dalam makalah ini disajikan mengenai bagaimana cara menghitung perkiraan mengenai
kebutuhan logistik yang ada di salah satu Rumah Sakit di Jakarta.
Penulisan makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan. Oleh
karena itu, segala bentuk kritikan

dan saran demi perbaikan di masa mendatang penulis

harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Depok, Maret 2016

Penulis

BAB I
Pendahuluan
Manajemen Logistik merupakan proses perencanaan, implementasi dan pengawasan terhadap
pendistribusian dan penyimpanan barang atau jasa dan informasi secara efektif dan efisien
dengan tujuan untuk memuaskan pelanggan atau konsumen. Perencanaan logistik harus diatur
dengan sedemikian rupa sehingga barang yang dibutuhkan selalu tersedia. Fungsi perencanaan
dalam logistik mencakup aktivitas dalam menetapkan sasaran, pedoman dan pengukuran
penyelenggaran bidang logistik dan memperhitungkan semua faktor yang mempengaruhi.
Rumah Sakit sebagai unit usaha yang menghasilkan suatu jasa harus memperhatikan persediaan
obat, barang atau peralatan yang dibutuhkan dalam memproduksi jasa tersebut (Aditama, 2009).
Dalam memenuhi setiap kebutuhan pasien dirumah sakit dalam hal obat-obatan, sebuah rumah
sakit harus mempunyai persediaan untuk dapat mengantisipasi permintaan pasien yang tidak
menentu.
Manajemen persediaan yang dilakukan oleh sebuah rumah sakit adalah untuk meminimalkan
jumlah investasi dalam persediaan, pengadaan dan biaya penyimpanan dengan memperhatikan
permintaan dan supply. Dalam metode pengendalian petugas farmasi harus memeriksa sisa stok
yang masih ada dan membandingkannya dengan jumlah stok yang harus ada. Jika jumlahnya
lebih sedikit dibandingkan dengan stok yang harus ada maka segera dilakukan pemesanan
kembali. (West dalam Atmaja, 2012).
Dalam melakukan pengendalian obat-obatan ada beberapa metode yang digunakan salah satunya
adalah analisis ABC. Selain itu, dalam menentukan jumlah obat yang harus dipesan adalah
menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ).

Perhitungan EOQ merupakan

perhitungan yang berasumsikan bahwa penggunaan selalu konsisten selama periode pemesanan
dan ketika stok kosong selalu ada barang yang menggantikan. Namun, pada kenyataannya
dalam perhitungan persediaan obat memliki pola yang berbeda dalam waktu tunggu selama
memesan (Lead Time). Menghindari terjadinya (Stock Out) maka diperlukan persediaan
tambahan yaitu (Safety Stock). Hal lain yang harus diperhatikan adalah Reorder Point (ROP)
atau titik dimana manajer harus melakukan melakukan pemesanan kembali untuk menjamin
persediaan yang cukup bagi pasien (Atmaja, 2012).
4

BAB II
Isi
2.1 Economic Order Quantity (EOQ)
5

Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah atau kuantitas barang yang dapat
diperoleh dengan biaya yang ekonomis untuk setiap kali pembelian. EOQ merupakan metode
yang digunakan untuk menentukan titik dimana biaya pemesanan dan penyimpanan sebuah
produk berada pada tingkat terendah. Menurut Peterson (2004) metode EOQ dapat digunakan
apabila terdapat pola pembelian yang berulang pada sebuah produk sehingga dapat menekan
biaya. Dengan menghitung EOQ maka kita dapat mengetahui jumlah pesanan yang bernilai
ekonomis. Tidak hanya mengetahui jumlah pesanan yang ekonomis, kita juga dapat mengetahui
frekuensi pemesanan yang harus dilakukan, hal ini berkontribusi dalam meminimalkan biaya
persediaan yang diperlukan. (Bowersox, 2002)
Terkait dengan konsep EOQ, jika jumlah pesanan meningkat, namun frekuensi
pemesanan menurun maka biaya penyimpanan juga akan meningkat, sedangkan untuk biaya
pemesananya akan menurun, begitu juga sebaliknya. (Waters, 2003)
Terdapat beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan EOQ, diantaranya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Permintaan diketahui dan konstan


Waktu tunggu diketahui dan konstan
Pesanan diketahui sekaligus dan pasti
Harga konstan, tidak dipengaruhi oleh jumlah pesanan dan waktu
Terdapat biaya variable yaitu hanya biaya pemesanan dan biaya penyimpanan
Semua permintaan dapat terpenuhi

Rumus EOQ menurut Bowersox (2002) dan Peterson (2004) ialah :

EOQ =
Berdasarkan rumus di atas dapat kita ketahui bahwa untuk menghitung EOQ kita
memerlukan data obat yang digunakan selama 1 tahun, harga beli satuan terkecil, biaya
pemesanan dan juga biaya penyimpanan. Berikut adalah data obat yang digunakan selama 1
tahun, dan harga masing-masing obat.
Jumlah Kebutuhan dan Harga OBAT KELOMPOK A ANALISIS ABC
Nama
Obat
Jumlah Kebutuhan
Harga
No
583
1 ABBOTIC GRANUL 30 ML
Rp 74.488,00
6

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

ABBOTIC XL 500 MG TAB


AMOXICILLIN 500 MG (GENERIK)
AVELOX 400 MG TAB
AVELOX INF
BROADCED 1 GR INJ
CEFADROXIL 500 MG (GENERIK)
CEFIXIM 100 MG TAB (GENERIK)
CEFSPAN 50 MG CAP
CEFSPAN100 MG CAP
CEFTAZIDIM 1 GR INJ (GENERIK)
CEFTRIAXONE 1 GR INJ (GENERIK)
CEFTUM 1 GR INJ
CO AMOXCYCLAV 625 MG CAP (GENERIK)
CRAVIT 500 MG TAB
FIXIPHAR 100 MG
FOSMICIN 2 GR INJ
KEDACILLIN 1 GR INJ IM IV
LEVOFLOXACIN 500 MG TAB (GENERIK)
MEIAC 200 MG TAB
MERONEM 1 GR INJ
SHAROX 500 MG CAP
STABACTAM 1 GR INJ
TYGACIL 50 MG INJ

1637
8322
432
356
166
7471
7869
2840
57
1033
2996
738
5545
1822
2598
552
423
2816
6907
677
1120
447
240

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

32.414,00
336,00
49.741,00
451.059,00
168.711,00
677,00
2.464,00
9.027,00
18.646,00
37.863,00
9.297,00
183.524,00
4.611,00
3.524,00
1.623,00
14.894,00
3.449,00
115,00
1.779,00
45.529,00
1.968,00
13.870,00
54.710,00

Untuk data biaya pemesanan dan pengiriman, peneliti tidak memperolehnya akibat
adanya keterbatasan dokumen hal ini disebabkan oleh RS MH Thamrin Salemba yang tidak
mengklasifikasikan biaya pemesanan dan juga biaya pengiriman. Oleh karena itu untuk
menentukan kedua biaya tersebut, peneliti berpatokan pada teori dari Waters (2003) untuk biaya
penyimpanan selama satu tahun adalah 25% dari harga satuan tiao item obat. Untuk biaya
pemesana adalah 10 % dari harga satuan tiap obat, hal ini merupakan perolehan dari hasil
wawancara dengan informan.
Rumus EOQ menurut Bowersox (2002) dan Peterson (2004) ialah :

EOQ =
7

Berikut adalah contoh perhitungan EOQ untuk obat Amoxillin 500 mg (Generik)
Diketahui

Jumlah kebutuhan obat = 8322


Harga obat adalah Rp 336,Maka Biaya pemesanan = 10% Rp 336,- = Rp. 33.64,-

Maka Biaya penyimpanan = 25% Rp 336,- = Rp. 84.09,-

EOQ =

= 81,59 = 82

Berdasarkan hasil tersebut dapat kita simpulkan bahwa jumlah pemesanan obat Amoxillin
500 mg (Generik) yang ekonomis adalah 82 unit, dimana pesanan yang dapat dilakukan adalah
sebanyak 101,49 kali. Hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang erat antara EOQ dan
frekuensi pemesanan. Jika obat memiliki nilai yang tinggi maka frekuensi pemesanan akan
semakin sering

Jumlah Kebutuhan dan Harga OBAT KELOMPOK A ANALISIS ABC


No

1
2
3
4
5
6

Nama Obat
ABBOTIC GRANUL 30 ML
ABBOTIC XL 500 MG TAB
AMOXICILLIN 500 MG (GENERIK)
AVELOX 400 MG TAB
AVELOX INF
BROADCED 1 GR INJ

Jumlah

Harga

Biaya Pemesanan

Kebutuhan

(Rp)

(Rp)

583
1637
8322
432
356
166

74488
32414
336
49741
451059
168711

7449
3241
34
4974
45106
16871

Biaya
Penyimpanan

EOQ

(Rp)

22
36
82
19
17
12

18622
8104
84
12435
112765
42178
8

7
8
9

CEFADROXIL 500 MG (GENERIK)


CEFIXIM 100 MG TAB (GENERIK)
CEFSPAN 50 MG CAP

10
11

CEFSPAN100 MG CAP

12
13

(GENERIK)

14
15
16
17
18

(GENERIK)

19
20
21
22
23
24

(GENERIK)

CEFTAZIDIM 1 GR INJ (GENERIK)


CEFTRIAXONE 1 GR INJ
CEFTUM 1 GR INJ
CO AMOXCYCLAV 625 MG CAP
CRAVIT 500 MG TAB
FIXIPHAR 100 MG
FOSMICIN 2 GR INJ
KEDACILLIN 1 GR INJ IM IV
LEVOFLOXACIN 500 MG TAB
MEIAC 200 MG TAB
MERONEM 1 GR INJ
SHAROX 500 MG CAP
STABACTAM 1 GR INJ
TYGACIL 50 MG INJ

7471
7869
2840
57
1033
2996
738
5545
1822
2598
552
423
2816
6907
677
1120
447
240

677
2464
9027

68
246
903

169
616
2257

18646
37863

1865
3786

4662
9466

9297
183524

930
18352

2324
45881

4611
3524
1623
14894
3449

461
352
162
1489
345

1153
881
406
3724
862

115
1779
45529
1968
13870
54710

12
178
4553
197
1387
5471

29
445
11382
492
3468
13678

77
79
48
7
29
49
24
67
38
46
21
18
47
74
23
30
19
14

2.2 Perhitungan Safety Stock dan ROP dalam Sistem Perencanaan Logistik (Obat) di RS
M.H. Thamrin Salemba
Berdasarkan hasil penelitian Atmaja pada tahun 2012 di RS M.H. Thamrin Salemba
diketahui bahwa jeda waktu dari obat di pesan sampai obat datang (lead time) adalah 2 hari. Oleh
karena itu, perlu diketahui waktu pemesanan obat yang tepat. Penentuan waktu pemesanaan obat
dapat dilakukan dengan penghitungan ROP. ROP atau reorder point adalah waktu dimana harus
dilakukan pemesanan kembali. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung ROP.

Keterangan:

Penggunaan periode tertentu: jumlah produk yang digunakan atau dijual dalam jangka
waktu tertentu, biasanya digambarkan dalam satuan unit jumlah per satuan unit waktu.

Lead time: jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memesan dan menerima produk dari
supplier. Lead time biasanya 1 hari, namun dapat bervariasi sekitar 1-2 minggu.

Safety stock: stock pengaman

Z : Suatu nilai dari tabel distribusi normal standar yang berkorelasi dengan probabilitas
tertentu.

Standar Deviasi (simpangan baku): seberapa besar perbedaan nilai sampel terhadap rataratanya. Standar deviasi dalam safety stock berguna untuk mengantisipasi fluktuasi
permintaan.

Sebelum melakukan perhitungan ROP tersebut, maka harus dihitung terlebih dahulu safety stock.
Safety stock merupakan batas minimum dari persedian yang harus ada pada gudang
penyimpanan. Safety stock ini berfungsi untuk melindungi kesalahan dalam memprediksi
permintaan selama lead time. Selain rumus SS yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa rumus
lagi yang dapat digunakan untuk menghitung SS, antara lain:

Safety stock = (Max-Min)x Lead Time

Safety stock = Service Level x Rata-rata pemakaian x Lead Time

Safety stock = Z x standard deviasi

Safety stock = Z x standard deviasi x Lead Time

Berikut ini adalah contoh perhitungan Safety Stock (SS) dan ROP untuk obat Amoxicillin 500
mg (Generik) dari hasil penelitian Atmaja di RS M.H. Thamrin Salemba.

10

Service level 95%, sehingga menghasilkan Z = 1,64 (lihat dari table Z atau NORMSINV di
Excel). Service yang digunakan adalah 95% karena merupakan rata-rata service level yang
diinginkan suatu organisasi untuk semua persediaannya.

Service level 95% artinya adalah probabilitas semua permintaan dipenuhi adalah 95% dan masih
ada probabilitas permintaan yang tidak terpenuhi sebanyak 5%. Semakin tinggi deviasi
permintaan dan service level, maka semakin besar safety stock yang harus disediakan.
Berikut ini adalah perhitungan SS dan ROP untuk obat Amoxicillin 500 mg (Generik) di RS
M.H. Thamrin.

11

Safety Stock =1,64 x 147,82 unit x

= 62,89 unit = 63 unit.

Artinya batas minimum dari persedian obat amoxicillin 500 mg (Generik) yang harus ada adalah
63 unit.
Diketahui bahwa penggunaan obat amoxicillin 500 mg (generik) dalam 1 tahun = 8,322 unit

ROP = (8.322 unit/365 hari) x 2 hari + 63 unit = 108,6 unit = 109 unit.
Artinya untuk memastikan obat yang dipesan akan tiba tepat pada waktunya agar tidak terjadi
stock out, maka pemesaan harus dilakukan saat obat Amoxicillin 500 mg (Generik) mencapai
109 unit. Dengan melakukan perhitungan ROP dan SS, maka rumah sakit dapat meningkatkan
mutu pelayanan dan menghindari terjadinya kerugian.

2.3 Analisis ABC Pemakaian dalam Sistem Perencanaan Logistik (Obat) di RS M.H.
Thamrin Salemba
Metode Analisis ABC
Analisis ABC merupakan alat yang membagi persedian menjadi beberapa kelompok kepentingan
barang berdasarkan jumlah pemakaian atau nilai investasi (Hamlett dalam Atmaja, 2012). Berdasarkan
analisis ABC, kelompok A adalah 10% barang berkontribusi pada 70% dari nilai. Kelompok B adalah
20% barang yang berkontribusi pada 20% nilai. Kelompok C adalah 70% barang berkontibusi pada 10%
nilai. Hal ini menunjukan bahwa dengan mengontrol sebagian kecil barang yaitu 10% dari jumlah total
barang akan menghasilkan kontol terhadap 70% dari nilai total persedian (Reddy, 2008 dalam Atmaja,
2012).
Analisis ABC digunakan dalam beberapa sistem persediaan untuk menganalisis pola konsumsi
dan jumlah dari total konsumsi untuk semua jenis obat. Analisis ABC memberikan prespektif mengenai
biaya dengan lebih mendalam pada pihak manajemen dan membantu dalam menentukan prioritas untuk
meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Cara melakukan analisis ABC:
1. Analisis ABC pemakaian
12

a) Mengurutkan dari nilai pemakaian terbesar sampai nilai pemakaian terkecin, kemudian
dibuat presentase nilai pemakaian.
b) Mencari nilai pemakaian presentase kumulatif pemakaian.
c) Mengklasifikasikan barang persedian tersebut berdasarkan presentase kumulatif
pemakaiannya.
d) Jika nilai frekuensi kumulatifnya 0-70% maka dikategorikan sebagai kelompok A. Jika
nilai frekuensi kumulatifnya 70-90% maka dikategorikan sebagai kelompok B.
Sedangkan jika nilai frekuensi kumulatifnya 90-100% maka dikategorikan sebagai
kelompok C.
Tabel kontrol selektif obat
Prosedur

Kelompok A

Kelompok B

Kelompok C

kontrol
Tipe

kontrol Kontrol

otoritas

Pemesanan

sangat

ketat. Moderat

kontol. Kontrol longgar. Pengontol

Pengontrol adalah top

Pengontol

level management.

middle management.

dipesan

dapat

dengan Pemesanan

frekuensi lebih banyak.

dari berasal dari departemen


pengguna.

pemesanan Dipesan

dalam

jumlah

dapat dilakuakn bulanan banyak tiap 6 bulan atau


atau setiap tiga bulan.

tahunan

untuk

memanfaatkan diskon jika


memesan dalam jumlah
besar.
Kontrol

Kontrol setiap hari atau Kontrol setiap bulan.

kontol setiap tiga bulan

konsumsi

setiap minggu.

sekali.

Perencanaan

Perencanaan

harus dapat

akurat dan data terbaru.

menggunakan dapat

penggunaan

tahun

menggunakan

lalu perkiraan kasar.

sebagai dasar.
Sumber: Reddy, 2008 dalam Atmaja, 2012

Analisis ABC pemakaian obat antibiotik di RS M.H Thamrin


Berdasarkan penelitian dari catatan jumlah pemakaian dan harga pembelian periode JanuariOktober tahun 2011 dari obat yang termasuk kelas terapi antibiotik pada formularium sebanyak 218 obat.
13

Sedangkan yang tidak tercatat dalam formularium sebanyak 74 obat. Total obat sebanyak 292 yang akan
dikelompokan dengan analisis ABC pemakaian.
Pada RS M.H Thamrin, diketahui obat-obatan yang terdaftar pada kelas sub terapi antibiotik
diformularium yang digunakan RS terdiri dari sub kelas terapi aminoglikosid, chepalosporin, makrolid,
penisilin, quinolons, antifungal, antibakterial kombinasi, dan antiotik lainnya.
Analisis ABC pemakaian dilakukan sebagai berikut:
1. Daftar semua obat antibiotik periode Januari-Oktober 2011.
2. Masukan kuantitas pemakaian dan urutkan dari pemakaian terbesar hingga terkecil.
3. Hitung presentase pemakaian setiap item obat dan diurutkan dari pemakaian terkecil hingga
terbesar.
4. Hitung presentase kumulatif setiap item obat.
5. Obat dikelompokan berdasarkan presentase kumulatif pemakaian. Obat presentase kumulatif 070% maka dikategorikan sebagai kelompok A. Obat presentase

kumulatif 70-90% maka

dikategorikan sebagai kelompok B. Sedangkan obat presentase

kumulatif 90-100% maka

dikategorikan sebagai kelompok C.

Tabel Hasil Analisis ABC Pemakaian

Berdasarkan hasil analisis ABC pemakaian, didapatkan kelompok A terdiri dari 40 item obat yaitu sebesar
13,70% dari total obat dengan presentase jumlah pemakaian sebesar 69,70% dari jumlah total pemakaian.
Kelompok B terdiri dari 54 item obat yaitu sebesar 18,49% dari total obat dengan presentase jumlah
pemakaian sebesar 20,15% dari total pemakaian. Sedangkan kelompok C terdiri dari 198 item obat yaitu
sebesar 67,81% dari total obat dengan presentase jumlah pemakaian sebesar 10,15% dari total pemakaian.

14

Kelompok A merupakan kelompok obat dengan jumlah pemakaian paling banyak, oleh karena itu
perlu dipastikan persediannya sehingga terhindar dari stock out yang dapat menghambat pelayanan pasien
di Rumah sakit.
Tabel Obat
Kelompok A
Analisis ABC
Pemakaian

2.4 Sistem
Akuntansi
Tunai
(Sistem
Pemesanan
dan Pembelian Barang di Institusi)
Sistem Akuntansi Tunai adalah sistem yang digunakan dalam perusahaan untuk
pengadaan barang yang diperlukan perusahaan. Aktivitas pembelian dalam sistem akuntansi
pembelian tunai meliputi semua kebutuhan yang dibutuhkan perusahaan. Pembelian merupakan
bagian dari sistem yang mendukung kegiatan dalam sebuah perusahaan untuk menentukan dan
mempertahankan jumlah barang agar perusahaan dapat berjalan baik.
Fungsi yang Terkait dengan Sistem Akuntansi Pembelian Tunai (Mulyadi (2001:299))
1) Fungsi gudang : fungsi gudang bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan pembelian
sesuai dengan posisi persediaan yang ada digudang dan untuk menyimpan barang yang di
terima oleh fungsi penerimaan.
2) Fungsi pembelian: fungsi pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi
mengenai harga barang, menentukan pemasok yang di pilih dalam pengadaan barang dan
mengeluarkan order pembelian kepada pemasok yang dipilih.
15

3) Fungsi penerimaan : fungsi penerimaan bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan


terhadap jenis, mutu, dan kuantitas barang yang di terima dari pemasok guna menentukan
dapat atau tidaknya barang tersebut diterima perusahaan.
4) Fungsi akuntansi : fungsi akuntansi bertanggung jawab sebagai pencatat utang dan fungsi
pecatat persediaan. Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi pencatat utang bertanggung
jawab dalam mencatat transaksi pembelian, sedangkan sistem pecatat persediaan bertanggung
jawab untuk mencatat harga pokok persediaan barang yang dibeli dari kartu persediaan
Dokumen yang digunakan
Dalam sistem pembelian tunai terdapat beberapa dokumen yang digunakan, antara lain adalah :
1) Surat permintaan pembelian : dokumen ini adalah formulir yang diisi oleh bagian gudang atau
fungsi pemakai barang untuk melakukan pembelian barang dengan jenis, jumlah, dan mutu
seperti yang tersebut dalam surat permintaan.
2) Surat permintaan penawaran harga : dokumen ini digunakan untuk meminta penawaran harga
bagi barang yang pengadaannya tidak bersifat berulangkali, yang menyangkut jumlah rupiah
pembelian besar.
3) Surat order pembelian : dokumen ini digunakan untuk memesan barang kepada pemasok yang
telah dipilih.
Dokumen ini terdiri dari berbagai tembusan dengan fungsi sebagai berikut :
a) Surat order pembelian merupakan lembar pertama surat order pembelian yang dikirimkan
kepada pemasok sebagai order resmi yang dikeluarkan perusahaan.
b) Tembusan pengakuan oleh pemasok adalah tembusan yang dikirimkan kepada pemasok,
dimintakan tandatangan dari pemasok tersebut dan dikirimkan kembali ke perusahaan
sebagai bukti telah diterima dan disetujuinya order pembelian, serta kesanggupan
pemasok memenuhi janjipengiriman barang tersebut.
c) Tembusan bagi unit permintaan barang, tembusan ini dikirimkan kepada fungsi yang
meminta pembelian bahwa barang yang diminta telah dipesan.
d) Arsip tanggal permintaan adalah tembusan surat order pembelian ini disimpan oleh
fungsi pembelian menurut tanggal penerimaan barang yang diharapkan, sebagai dasar
untuk mengadakan tindakan penyelidikan jika barang yang datang tidak datang pada
tanggal yang telah ditetapkan.

16

e) Arsip pemasok adalah tembusan surat order yang disimpan oleh fungsi pembelian
menurut nama pemasok, sebagai dasar untuk mencari informasi mengenai pemasok.
f) Tembusan fungsi penerimaan, tembusan ini dikirim ke fungsi penerimaan sebagai
otorisasi untuk menerima barang yang jenis, spesifikasi, mutu, kualitas, dan pemasoknya
seperti tercantum dalam dokumen tersebut.
g) Tembusan fungsi akuntansi, tembusan surat order ini dikirim ke fungsi akuntansi sebagai
salah satu dasar untuk mencatat kewajiban yang timbul dari transaksi pembelian.
4) Laporan penerimaan barang : dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan untuk menunjukkan
bahwa barang yang diterima dari pemasok telah memenuhi jenis, mutu, spesifikasi, dan
kuantitas seperti yang tercantum dalam surat order pembelian.
5) Surat perubahan order pembelian : didalam surat ini diperlukan perubahan terhadap isi surat
order pembelian sebelumnya yang telah diterbitkan. Perubahan tersebut dapat berupa
kuantitas, jadwal penyerahan barang, spesifikasi, penggantian (substitusi) atau hal lain yang
bersangkutan dengan perubahan desain atau bisnis.
6) Bukti kas keluar : dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar pencatatan transaksi
pembelian. Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas untuk pembayaran utang
kepada pemasok dan sekaligus berfungsi sebagai surat pemberitahuan kepada kreditur
mengenai maksud pembayaran.
2.5 Formularium Nasional
Formularium Nasional (Fornas) merupakan sebuah acuan yang digunakan dalam
pelayanan kesehatan diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan tingkat pertama,
maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Fornas merupakan daftar obat terpilih yang
dibutuhkan dan tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan JKN.
Tujuan dari pengaturan obat dalam Fornas adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, dengan peningkatan efektifitas dan efisiensi pengobatan sehingga tercapai
penggunaan obat yang rasional. Bagi tenaga kesehatan, penggunaan Fornas digunakan sebagai
acuan dalam penulisan resep, mengoptimalkan pelayanan kepada pasien, memudahkan
perencanaan, dan penyediaan obat di fasilitas pelayanan kesehatan. Penggunaan Fornas akan
membuat pasien mendapatkan obat terpilih yang tepat, berkhasiat, bermutu, aman dan
terjangkau. Oleh karena itu, obat yang tercantum dalam Fornas harus terjamin ketersediaan dan
keterjangkauannya.
17

Pemilihan Obat dalam Fornas didasarkan pada beberapa kriteria dibawah ini :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Memiliki khasiat dan keamanan berdasarkan bukti ilmiah


Memiliki rasio manfaat resiko yang menguntungkan pasien
Memiliki izin edar dan indikasi yang disetujui oleh BPOM
Memiliki rasio manfaat biaya yang tertinggi
Obat tradisional dan suplemen makanan tidak dimasukan dalam Fornas
Apabila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi serupa maka, akan
dipilih obat yang paling banyak diketahui berdasarkan bukti ilmiahnya, stabilitasnya baik,

sifat farmakokinetik dan farmakodinamik paling menguntungkan dan mudah diperoleh


g. Obat jadi kombinasi tetap apabila obat bermanfaat untuk pasien jika diberikan dalam
kombinasi yang tepat, perbandingan dosis komponen kombinasi yang tepat untuk pasien,
untuk antiboitik kombinasinya harus dapat mencegah dan mengurangi terjadinya
resistensi atau efek merugikan lainnya.
Formularium

Nasional

diatur

dalam

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

No.

328/MENKES/IX/2013 Tentang Formularium Nasional. Didalam Fornas terdapat 519 item


dalam 923 sediaan/kekuatan dan obat rujuk balik 46 item dalam 95 sediaan/kekuatan. Fornas
telah mengalami dua kali adendum atau perubahan sehingga isi di dalam Fornas tersebut menjadi
538 item dalam 961 sediaan/kekuatan, obat rujuk balik 82 item dalam 155 sediaan/kekuatan, 3
item perubahan restriksi dan penulisan dan pengeluaran 1 item obat dari Fornas.
Tujuan dilakukannya adendum atau perubahan adalah untuk mengakomodir dinamika
yang terjadi dalam ilmu pengetahuan serta kebutuhan pasien, adanya ususlan item obat baru,
adanya restriksi obat, penggunaan obat yang memerlukan keahlian khusus, penambahan bentuk
sediaan obat dan perubahan kriteria obat rujuk balik dari 2 penyakit menjadi 9 penyakit.
Adendum I Fornas ditetapkan melalui KMK no 159/Menkes/SK/V/2014 dan Adendum II Fornas
ditetapkan melalui KMK no HK.02.02/Menkes/363/2015. Dalam draft Fornas 2015 mempunyai
jumlah 574 item obat dalam 1,060 bentuk sediaan/kekuatan terbagi dalam 29 Kelas Terapi dan
90 Sub Kelas Terapi.
Tabel cara mengklasifikasikan obat dalam Fornas
No Kelas Terapi

Sub-Kelas Terapi

Sub-sub Kelas Sub-sub


Terapi

sub

kelas terapi
18

Analgesik,

1.1

Antipiretik,

Narkotik
1.2 Analgesik

Antiinflamasi non

Non

Narkotik
1.3 Antipirai

steroid, Antipirai
2

Analgesik

Anestesik

2.1 Anestesik Lokal


2.2 Anestesik Umum
dan Oksigen
2.3
Obat

untuk

Prosedur Pre Operatif


3

Antialergi dan Obat


Untuk Anafilaksis

Antidot dan Obat 4.1 Khusus


4.2 Umum
Lain
untuk
keracunan

Antiepilepsi

Antikonvulasi
6

Antiinfeksi

6.1 Antelmintik
6.2 antibakteri
6.3 antiinfeksi khusus
6.4 antifungi
6.5 antiprotozoa
6.6 antivirus

6.1.1
antelmintik
intestinal
6.1.2 antifilaria
6.1.3
antisistosomiasis
6.2.1

6.2.2.1

Betalaktam
tetrasiklin
6.2.2 antibakteri 6.2.2.2
lain

klorafenikol
6.2.2.3

sulfa

trimetropim
6.2.2.4
makrolid
19

6.2.2.5
aminoglikosida
6.2.2.6
kuinolon
6.2.2.7

lain-

lain

6.3.1 antilepra
6.3.2
antituberkulosis
6.3.3. Antiseptik
saluran kemih
6.4.1

antifungi

sistemik
6.5.1 antiamuba 6.5.2.1

untuk

dan antigardiasis pencegahan


6.5.2 antimalaria 6.5.2.2 untuk
pengobatan
6.6.1 antiherpes 6.6.3.1
6.6.2
anti
Nucleoside
sitomegalovirus
Reverse
6.6.3
Transcriptase
Antiretroviral
6.6.4
Inhibitor
Antihepatitis

(NRTI)
6.6.3.2

Non

Nucleoside
Reverse
Transcriptase
Inhibitor
20

(NNRTI)
6.6.3.3
Protease
Inhibitor
7

Antimigren

7.1 profilaksis
7.2 serangan akut

Antineoplastik,

8.1

Hormon

dan

Imunosupresan dan antihormon


8.2 imunosupresan
Obat untuk Terapi
8.3 sitotoksik
Paliatif
8.4 lain-lain
9

Antiparkinson

10

Obat
mempengaruhi
Darah

yang 10.1 antianemi


10.2
obat

yang

mempengaruhi
koagulasi
10.3
obat

untuk

kelebihan besi
10.4 hematopoetik
11

Produk Darah dan 11.1 produk darah


11.2
pengganti
Pengganti Plasma
plasma dan plasma
ekspander

12

Diagnostik

12.1 bahan kontras 12.1.1


radiologi
12.2

Gastrointestinal
magnetic 12.1.2

resonance
media
12.3

contrast Intravaskular

radiofarmaka
21

kedokteran nuklir
12.4 tes fungsi

12.2.1 Intratekal
12.2.2
Body
cavity
12.2.3
Ultrasound
12.3.1
Radiofarmaka
Kedokteran
Nuklir
Diagnostik
12.3.2 Farmaka
Kedokteran
Nuklir
12.3.3
Radiofarmaka
Kedokteran
Nuklir

untuk

Terapi
12.4.1 Ginjal
12.4.2 Mata
12.4.3 Tes Kulit
13

Antiseptik
Disifektan

14

Obat

dan

Untuk gigi

dan 13.1 antiseptik


13.2 disinfektan
bahan 14.1 Antiseptik dan
Bahan
Perawatan

untuk
Saluran

akar gigi
22

14.2
Antifungiorofaringeal
14.3 Obat
untuk
Pencegahan Karies
14.4 Bahan Tumpat
14.5 Preparat Lainnya
15

Diuretik dan obat 15.1 diuretik


15.2
obat
untuk
untuk
hipertrofi
hipertrofi prostat
prostat

16

Hormon,

Obat 16.1

hormon 16.2.1

Endokrin Lain dan antidiuretik


Antidiabetes
16.2 antidiabetes
Kontrasepsi
Oral
16.3 hormon kelamin
16.2.2
dan
obat
yang
Antidiabetes
mempengaruhi
Parenteral
fertilitas
16.4 hormon tiroid
dan antitiroid
16.5 kortikosteroid
16.3.1 Androgen 16.3.4.1
16.3.2 Estrogen
Kontrasepsi,
16.3.3
Oral
Progestogen
16.3.4.2
16.3.4
Kontrasepsi,
Kontrasepsi
16.3.5 Lain-Lain Parenteral
16.3.4.3
Kontrasepsi,
AKDR (IUD)
16.3.4.4
Kontrasepsi,
Implan
17

Obat

17.1 antiangina
17.2 antiaritmia
23

kardiovaskuler

17.3 antihipertensi
17.4
antiagregasi
platelet
17.5 trombolitik
17.6 obat untuk gagal
jantung
17.7 obat untuk syok
kardiogenik

dan

sepsis
17.8
antihiperlipidemia
18

Obat Topikal untuk 18.1 antiakne


18.2 antibakteri
Kulit
18.3 antifungi
18.4 antiinflamasi dan
antipruritik
18.5 antiskabies dan
antipedikulosis
18.6 kaustik
18.7 keratolitik dan
keratoplastik
18.8 lain-lain

19

Larutan

dialisis

peritoneal
20

Larutan Elektrolit, 20.1 oral


20.2 parenteral
Nutrisi dan Lain20.3 lain-lain
lain

21

Obat Untuk Mata

21.1 anestetik lokal


21.2 antimikroba
21.3 antiinflamasi
21.4 midriatik
21.5
miotik
dan
antiglaukoma
21.6 lain-lain
24

22

Oksitosik

23

Psikofarmaka

23.1 antiansietas
23.2 antidepresi dan
antimania
23.3

antiobsesi

kompulsi
23.4 antipsikosis
23.5 obat untuk adhd
(attention

deficit

hyperactivity disorder
)
23.6

obat

untuk

gangguan bipolar
23.7
obat
untuk
program
ketergantungan
24

Relaksan
Perifer
Penghambat
Kolinesterase

Otot 24.1 Pengahmbat dan


dan Pmacu

Transmisi

Neuromoskuler
24.2 Obat
untuk
Miastenia Gavis

25

Obat untuk Saluran 25.1 Antasida


Cerna

dan

Antiulkus
25.2 Antiemetik
25.3 Antihemoroid
25.4 Antispasmodik
25.5 Obat untuk Diare
25.6 Katartik
25.7 Obat
untuk
Antiinflamasi
25.8 Lain-lain

26

Obat

Untuk 26.1 antiasma


26.2 antitusif
Saluran Nafas
26.3 ekspektoran
26.4
obat
untuk
25

penyakit

paru

obstruksi kronis
26.5 lain-lain
27

Obat

yang 27.1

Mempengaruhi

dan

Imunoglobulin
27.2 Vaksin

Sistem Imun
28

Serum

Obat untuk Telinga,


Hidung,

dan

Tenggorokan
29

Vitamin

dan

Mineral

Penerapan Fornas di Rumah Sakit Pemerintah


Fornas di pakai menjadi acuan bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, rumah sakit,
dan puskesmas serta pihak lain yang terkait dalam penerapan fornas pada penyelenggaraan dan
pengelolaan JKN. Penerapan Fornas di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (fasilitas kesehatan
tingkat kedua dan ketiga) / Rumah Sakit Pemerintah/swasta dan pola pembayaran dengan sistem
kapitasi pada fasilitas tingkat pertama dengan ketentuan bahwa setiap pasien yang dijamin oleh
BPJS Kesehatan tidak dikenakan iuran biaya untuk obat yang diresepkan.
Penerapan Fornas di Fasilitas Kesehatan khususnya Rumah Sakit Pemerintah/swasta
adalah untuk :
1. Menetapkan penggunaan obat yang aman, berkhasiat, bermutu,terjangkau, dan berbasis
2.
3.
4.
5.
6.

bukti ilmiah dalam JKN.


Meningkatkan penggunaan obat rasional.
Mengendalikan biaya dan mutu pengobatan.
Mengoptimalkan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Menjamin ketersediaan obat yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan.
Meningkatkan efisiensi anggaran pelayanan kesehatan.
Contoh Rumah Sakit Pemerintah yang memakai Fornas adalah RSUD Dr Moewardi,

Jawa Tengah yang telah mengeluarkan Surat Keputusan Direktur RSUD Dr. Moewardi Nomor:
26

188.4/4.820/2015 tentang Penggunaan Formularium di RSUD Dr. Moewardi. Penggunaan


Fornas di RS tersebut adalah sebagai acuan dalam pelayanan obat di RS, sebagai pedoman dalam
peresepan dan pengadaan obat di RSUD Dr. Moweardi, menjamin ketersediaan obat sesuai
Fornas dan e-catalouge dan apabila masih ada peresepan obat diluar Fornas maka instalasi
farmasi dapat mengganti obat tersebut (auto switching) dengan obat yang sesuai Fornas.

BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Terkait dengan konsep EOQ, jika jumlah pesanan meningkat, namun frekuensi
pemesanan menurun maka biaya penyimpanan juga akan meningkat, sedangkan untuk biaya
pemesananya akan menurun, begitu juga sebaliknya. (Waters, 2003)
Untuk melakukan perhitungan kapan perusahaan melakukan pemesanan kembali atau
biasa disebut ROP (Reorder Point), maka sebelumnya kita harus dihitung terlebih dahulu safety
stock. Safety stock merupakan batas minimum dari persedian yang harus ada pada gudang
27

penyimpanan. Safety stock ini berfungsi untuk melindungi kesalahan dalam memprediksi
permintaan selama lead time.
Untuk menganalisis pola konsumsi dan jumlah dari total konsumsi untuk semua jenis
obat dapat menggunakan Analisis ABC. Analisis ABC memberikan prespektif mengenai biaya
dengan lebih mendalam pada pihak manajemen dan membantu dalam menentukan prioritas
untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. ). Berdasarkan analisis ABC, kelompok A
adalah 10% barang berkontribusi pada 70% dari nilai. Kelompok B adalah 20% barang yang
berkontribusi pada 20% nilai. Kelompok C adalah 70% barang berkontibusi pada 10% nilai. Hal
ini menunjukan bahwa dengan mengontrol sebagian kecil barang yaitu 10% dari jumlah total
barang akan menghasilkan kontol terhadap 70% dari nilai total persedian (Reddy, 2008 dalam
Atmaja, 2012).
Untuk melakukan pemesanan barang dan bahan di rumah sakit diperlukan dokumendokumen penting yang berkaitan dengan pencatatan, pembelian, dan penerimaan. Dalam hal ini
semuanya bergabung di dalam suatu system atau biasa disebut system akuntansi pembelian tunai.
Sistem tersebut yang digunakan dalam rumah sakit untuk pengadaan barang yang diperlukan.
Aktivitas pembelian dalam sistem akuntansi pembelian tunai meliputi semua kebutuhan yang
dibutuhkan perusahaan. Pembelian merupakan bagian dari sistem yang mendukung kegiatan
dalam sebuah rumah sakit untuk menentukan dan mempertahankan jumlah barang agar
perusahaan dapat berjalan baik.
Agar mutu di Rumat Sakit tetap berkualitas maka perlu pula didukung oleh system
perencanaan obat yang berintegrasi yang disebut Formularium Nasional (Fornas) yakni sebuah
acuan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan.
Fasilitas kesehatan tingkat pertama, maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Fornas
merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan
sebagai acuan dalam pelaksanaan JKN.
3.2 Saran
Sebaiknya RS MH Thamrin menggunakan Fornas yang mengacu pada Keputusan
Menteri Kesehatan agar daftar obat yang tersedia di RS sesuai dengan Pelaksanaan JKN
dibidang penyediaan obat dan kefarmasian.
28

Daftar Pustaka
Aini Q. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Barang di Gudang Sentral Rumah
Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2012. Depok: FKM UI
Alhamidy F. 2006. Analisis Model Pengadaan Bahan Makanan Kering Berdasarkan Metode EOQ pada
Instalasi Gizi Rumah Sakit Roemani Semarang. Semarang: Undip
Atmaja, HK. 2012. Penggunaan Analisis ABC Indeks Kritis untuk Pengendalian Persedian Obat
Antibiotik Di Rumah Sakit M.H Thamrin Salemba. Tesis. Depok:Universitas Indonesia.
Hesti dkk. 2015. Pengendalian. Presentasi Manajemen Barang dan Bahan di RS. Depok: FKM UI
Kementrian kesehatan. 2014. Pedoman penerapan formularium nasional dalam Keputusan Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Nomor HK.02.03/III/1346/2014 Tentang Pedoman
Penerapan Formularium Nasional. Jakarta
29

Mulyadi, 1999. Sistem Akuntansi Tunai. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Available at:
http://eprints.uny.ac.id/8746/3/bab%202%20-05412144079.pdf [Accessed 13 Mar. 2016].
Nurillahidayati, (2009). Pengendalian Persediaan Obat Non Lafial di Departemen Farmasi RS TNI AL Dr.
Minthohardjo Tahun 2008. Depok: Universitas Indonesia. Available at: http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/126846-S-5853-Pengendalian%20persediaan-HA.pdf%20persediaan-HA.pdf

[Accessed

Mar. 2016].
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2015. Keputusan Direktur Rsud Dr. Moewardi Nomor :
188.4/4.820/2015 Tentang Penggunaan Formularium Nasional Di Rsud Dr. Moewardi. Surakarta. Jawa
Tengah.
Prakoso BH. Tanpa tahun. Pembuatan Aplikasi untuk Mengelola Persediaan Barang Farmasi pada Rumah
Sakit ABC dengan Fitur Alert dan Reporting. Tersedia di: http://digilib.its.ac.id/public/ITSUndergraduate-15163-Presentation-pdf.pdf (Diakses pada 8 November 2015)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20786/1/Appendix.pdf
Prihatiningsih D. 2012. Gambaran Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi RS Asri Tahun 2011.
Depok: FKM UI
Ruauw E. 2011. Pengendalian Persediaan Bahan Baku (Contoh Pengendalian pada Usaha Grenda Bakery
Lianli,

Manado).

Tersedia

di:

http://repo.unsrat.ac.id/6/1/PENGENDALIAN_PERSEDIAAN_BAHAN_BAKU.pdf. (Diakses pada 8


November 2015)
Sarjono H, Kuncoro EA. 2014. Analisis Perbandingan Perhitungan Re-order Point. Tersedia di:
http://library.binus.ac.id/eColls/eJournal/28_MN_Haryadi%20-%20Engkos_hs_OK.pdf (Diakses pada 8
November 2015)

30

Você também pode gostar