Você está na página 1de 7

Vega Silvia Nur Rahmah

Arwilla Faurillie A.O

(135020300111001)
(135020300111008)

Donny Prasetyo

(135020300111017)

AUDIT SAMPLING
Audit sampling adalah penerapan prosedur audit dengan item dibawah 100% dari
populasi yang mempunyai relevansi audit, sedemikian rupa sehingga semua sampling units
mempunyai peluang untuk dipilih, agar auditor dengan dasar yang layak dapat menarik
kesimpulan mengenai seluruh populasi.
Bukti audit yang cukup dan tepat dapat diperoleh dengan memilih dan memeriksa
dengan tiga cara yaitu, semua item, items yang spesifik, dan items yang mewakili populasi
(sampling). Keputusan untuk menentukan pendekatan mana yang diambil tergantung pada
situasi yang dihadapi. Metode sampling memungkinkan auditor untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti audit mengenai ciri-ciri tertentu.
Metode sampling sebagai suatu metode yang paling efisien untuk menetapkan
penurunan tingkat resiko untuk suatu asersi mempunyai beberapa keuntungan sebagai
berikut:
a. Kesimpulan yang valid bisa ditarik. Tujuan auditor ialah memperoleh pengurangan
tingkat risiko yang layak dan bukan kepastian mutlak
b. Hasilnya dapat digabungkan dengan hasil pengujian lainnya. Bukti yang diperoleh
lebih dari satu sumber dapat diperkuat dengan bukti dari sumber yang lain untuk
memperoleh lebih banyak pengurangan risiko
c. Pemeriksaan seluruh data tidak akan memberikan kepastian mutlak. Misalnya,
transaksi yang tidak dibutuhkan tidak pernah akan terdeteksi
d. Penghematan biaya karena auditor tidak memeriksa seluruh catatan pembukuan dan
bukti pendukungnya, satu per satu
Dalam setiap sampel dibawah 100% dari populasi, senantiasa ada risiko salah saji yang
tidak teridentifikasi dan salah saji ini melampaui tingkat salah saji yang dapat diterima atau
tingkat penyimpangan yang dapat diterima. Risiko bahwa kesimpulan auditor atas dasar
sampel yang diperiksanya berbeda dari kesimpulan auditor jika seluruh populasi diperiksa
dengan prosedur audit yang sama disebut risiko sampling. Sedangkan risiko auditor menarik
kesimpulan yang salah karena hal-hal diluar risiko sampling disebut risiko non sampling.
Ada dua metode yang digunakan dalam audit sampling yaitu statistikal sampling dan nonstatistikal sampling. Dalam statistikal sampling, atribut dari sampel adalah sebagai berikut:
1. Sampel dipilih secara acak (random). Ini berarti bahwa setiap item dari populasi
mempunyai peluang untuk dipilih, dan peluang ini secara statistik tepat
2. Hasilnya dapat diproyeksikan secara matematis. Teori probabilitas dapat digunakan
untuk mengevaluasi hasil dari sampel tersebut, termasuk risiko samplingnya.
Pendekatan yang tidak menggunakan ciri atau atribut yang disebutkan diatas disebut non
statistikal sampling.
Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non statistik. Biaya
tersebut dikeluarkan berkaitan dengan :
a. Biaya pelaksanaan training bagi staf auditor untuk menggunakan statistik
b. Biaya pelaksanaan implementasi rencana sampling statistik.
Sampling statistik lebih memberikan keuntungan atau manfaat bagi manajemen :
Perencanaan sampel yang efisien
Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun
Pengevaluasian hasil sampel

Terdapat dua teknik sampling statistik, antara lain :


a. Attribute Sampling
b. Variable Sampling
Ketika merencanakan penggunaan statistikal sampling, auditor memperhatikan tolerable
misstatement atau tolerable deviation rate.
Tolerable misstatement adalah penerapan performance materiality pada suatu prosedur
sampling tertentu. Tolerabe misstatement digunakan dalam sampling untuk uji rincian untuk
menangani: (a) risiko bahwa gabungan dari semua salah saji yang tidak material
mengakibatkan laporan keuangan disalahsajikan secara material, dan (b) memberikan margin
bagi salah saji yang mungkin tidak terdeteksi.
Tolerable rate of deviation digunakan dalam uji pengendalian dimana auditor
menetapkan tingkat penyimpangan dari prosedur pengendalian internal yang dirancang, untuk
memperoleh tingkat asuransi yang tepat dimana tingkat penyimpangan tidak melampaui
tingkat penyimpangan yang sebenarnya.
Sampling non statistik merupkan pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan
kriteria subjektif. Auditor dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam sampling
non statistik, dengan melakukan pertimbangan subjektif berdasarkan pengalmannya.
Dalam sampling non statistik, auditor menghadapi kemungkinan terjadinya :
a. Terlalu banyak sampel yang digunakan melebihi yang diperlukan.
b. Terlalu sedikit sampel yang digunakan sehingga mengakibatkan ketidakefektifan
pengambilan sampel.
c. Terlalu ekstensif kecukupan bukti audit berdasarkan sampel.
d. Kurangnya kecukupan bukti audit yang berdasarkan sampel.
Pada saat memilih teknik sampling (apakah menggunakan statistikal sampling atau non
statistikal sampling), audito harus memperhatikan dan mendokumentasikan hal-hal berikut:
a. Tujuan pengujian
Tolak ukur dalam merancang suatu pengujian adalah menetapkan tujuan pengujian
tersebut dan asersi apa yang diuji
b. Sumber utama bukti
Apa sumber utama dari bukti untuk setiap asersi yang diuji, dan apa sumber bukti
kedua/sekunder? Pembedaan ini memastikan bahwa upaya audit diarahkan ke tempat
yang benar
c. Pengalaman yang lalu
Apakah pengalaman yang lalu (jika ada) dalam melaksanakan pengujian serupa dalam
periode yang lalu? Pertimbangkan efektifnya pengujian dan apakah penyimpangan
yang ditemukan dalam sampel yang dipilih. Pertimbangkan cara penyelesaiannya
d. Populasi yang tepat
Pastikan populasi yang akan diuji, sudah tepat untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Contoh, sampel saldo piutang dapat digunakan untuk menguji asersi mengenai
eksistensi piutang. Namun, populasiyang sama tidak akan tepat untuk menguji asersi
mengenai lengkapnya piutang. Perhatikan juga besarnya populasi. Dalam hal tertentu,
kesimpulan statistik tidak dapat ditarik jika populasi tersebut terlalu kecil untuk
disampel
e. Sampling unit yang digunakan
Pertimbangkan tujuan pengujian dan asersi yang akan diuji. Keputusan ini akan
menentukan item mana yang akan dipilih untuk pengujian itu. Sebagai contoh, untuk
tujuan yang berbeda sampling unit-nya bisa berbeda, seperti faktur penjualan, pesanan
penjualan, saldo piutang pelanggan, dan seterusnya
f. Statstikal atau non statistikal sampling

g.

h.
i.

j.

k.
l.

Kesimpulan statistik dapat ditarik dari sampel yang ditentukan secara statistik.
Kesimpulan berdasarkan kearifan profesional dapat ditarik dari judgemental non
statistikal sampel. Non statistika sampel sering dikombinasikan dengan prosedur audit
yang lain yang menguji asersi yang sama
Definisi penyimpangan
Kegagalan mendefinisikan dengan tepat mengenai apa yang diartikan dengan
penyimpangan berakibat pemborosan waktu staf yang mereviu penyimpangan yang
kecil, yang sebenarnya tidak termasuk kategori penyimpangan. Juga, tentukan
bagaimana alasan dan implikasi dari ditemukannya penyimpangan harus ditindak
lanjuti oleh staf audit
Keluarkan item bernilai tinggi
Jika ada transaksi atau saldo dalam populasi yang dapat dievaluasi secara terpisah, ini
akan menghasilkan sampel yang lebih ke
Gunakan CAAT
Apakah Computer-Assisted Audit Techniques (CAATs) memberikan hasil yang lebih
baik dan lebih efisien? Pengujian 100% atas populasi dapat dilakukan dengan CAATs
(dan Bukannya dengan sampel), dan laporan baku yang dihasilkan, misalnya
mengenai unusual item yg perlu ditindak lanjuti
Apakah statifikasi mungkin dilakukan
Populasi dapat distratifikasi dengan mengelompokkannya ke dalam discrete
subpopulation yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi juga dapat
distratifikasi berdasarkan ciri khusus yg mengindikasikan risiko salah saji yang lebih
tinggi
Tingkat presisi apa yang diinginkan
Performance materiality sering digunakan sebagai dasar untuk menentukan tolerable
misstatement . Ini merupakan presisi untuk pengujian statistik
Confidence level yang diinginkan

Confidence level adalah tingkat risiko yang dapat diterima (Acceptable risk). Risiko
disini adalah risiko tidak terdeteksinya salah saji (detection risk). Apakah confidence
level yang tinggi menghasilkan sampel yang besar atau rendah? Confidence level
didasarkan atas bukti yang diperoleh dan pentingnya asersi LK dibandingkan dengan
overall materiality.
Berikut merupakan tahapan sampling audit:
1. Menyusun rencana audit
Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap ini
ditetapkan:
a. Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis sampling
yang akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya digunakan sampling
atribut, dan pada pengujian substantif digunakan sampling variabel.
b. Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat keandalan
pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti kewajaran nilai
informasi kuantitatif yang diteliti.
c. Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian yang
akan dilakukan.
d. Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang diperlukan
untuk menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil audit, seperti tingkat
keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya
2. Menetapkan jumlah/ unit sampel

3.

4.

5.

6.

Jika digunakan metode sampling statistik, unit sampel ditetapkan dengan


menggunakan rumus/formula statistik sesuai dengan jenis sampling yang dilakukan.
Pada tahap ini hasilnya berupa pernyataan mengenai jumlah unit sampel yang harus
diuji pada populasi yang menjadi objek penelitian.
Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah
memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik,
pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak (random).
Menguji Sampel
Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus diteliti.
Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut. Hasilnya,
auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut.
Mengestimasi Keadaan Populasi
Selanjutnya, berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan
evaluasi hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi.
Misalnya berupa estimasi tingkat penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai interval
populasi, dan sebagainya.
Membuat Simpulan Hasil Audit
Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat simpulan
hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan memperhatikan/
membandingkan derajat kesalahan dalam populasi dengan batas kesalahan yang dapat
ditolerir oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi masih dalam batas toleransi,
berarti populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan dalam populasi melebihi
batas toleransi, populasi tidak dapat dipercaya.

Daftar Pustaka
Tuanakotta, Theodorus M. 2015. Audit Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat
Halim, Abdul. 205. Auditing Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN
http://memebali.blogspot.co.id/2013/07/sampling-audit.html

CONTOH KASUS
Kantor Dinas Pekerjaan Umum (Dinas PU) daerah X, memiliki gudang perbekalan
tempat menyimpan barang-barang persediaan untuk berbagai keperluan dalam rangka
penyediaan sarana dan prasarana fisik. Faktor kunci pengendalian intern dari keluar
masuknya barang dalam gudang tersebut terletak pada sistem pengendalian yang dilakukan
oleh internal audit.
Setiap barang yang masuk ke dalam gudang harus sudah dipastikan bahwa barang
tersebut telah dipesan sebelumnya. Pengawasan atas barang yang masuk dilakukan oleh
penjaga gudang dengan cara memberikan cap diterima pada dokumen nota pembelian. Bila
barang hanya diterima sebagian, maka nota pembelian tersebut diberi coretan dengan tinta
merah sebagai tanda bahwa barang yang diterima hanya sebagian.
Parameter sampling
Dalam rangka melakukan audit terhadap pelaksanaan prosedur diatas (compliance audit),
auditor memutuskan untuk melakukan uji sampel terhadap dokumen-dokumen yang terkait
dengan keluar masuknya barang di gudang.
Parameter yang ditetapkan oleh auditor adalah sebagai berikut:
a) Auditor menghendaki tingkat keyakinan sebesar 90% bahwa dokumen yang tidak
diproses sesuai dengan prosedur (tingkat kesalahan) tidak lebih dari 4% dari total
dokumen yang ada dalam populasi.
b) Pada dokumen yang dijadikan sampel, diharapkan tidak ditemukan adanya kesalahan.
Hal ini merupakan contoh penerapan attribut sampling, dimana setiap dokumen yang
dijadikan sampel dilihat apakah telah sesuai atau tidak dengan standar yang telah ditetapkan.
Jumlah sampel
Dengan menggunakan Tabel Reliability Factor dibawah ini, maka jumlah sampel
yang akan diambil dapat dilakukan dengan cara berikut.

(Berdasarkan distribusi kumulatif Poisson)

Berdasarkan data pada tabel reliability factor untuk tingkat keyakinan 90% dan jumlah
kesalahan pada sampel sebesar 0 adalah 2,31. Dengan angka-angka tersebut maka jumlah
sampel yang akan diambil adalah sebagai berikut.
JumlahSampel

2.31
57,75 atau 58 sampel
4%

Pengambilan sampel
Dalam mengamati prosedur pengiriman barang, auditor melihat bahwa nota pengiriman
barang tersebut dibuat dalam suatu formulir yang dicetak oleh komputer. Formulir yang
digunakan tersebut sudah terdapat nomor yang berurutan. Bon permintaan barang disimpan
dalam file terpisah dan disusun.
Hasil yang Dicapai
Setelah melakukan verifikasi terhadap nota yang dijadikan sampel, auditor menyimpulkan
pekerjaannya sebagai berikut:
Jumlah populasi : 24.742 nota
Jumlah sampel : 58 nota
Jumlah kesalahan yang ditemukan : nihil
Dengan hasil tersebut, auditor mendapat keyakinan sebesar 90% bahwa kesalahan
yang terdapat dalam seluruh nota dalam populasi tidak melebihi 4%.

Você também pode gostar