Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
I.
PENDAHULUAN
IAS 1 menetapkan seluruh persyaratan yang berguna untuk menyajikan laporan
keuangan untuk kebutuhan umum, yang menguraikan pedoman untuk strukturnya, dan
mendasari persyaratan minimum atas isinya dan pengungkapannya. Tujuan laporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan
keputusan ekonomis. Tujuan IAS1 adalah untuk untuk memastikan informasi yang
dapat diperbandingkan dengan menyajikan laporan keuangan entitas periode sebelumnya
dan dengan menyajikan laporan keuangan entitas lainnya. Laporan keuangan disusun
atas dasar kelangsungan hidup usaha(Going concern). Suatu entitas menyusun laporan
keuangannya berdasarkan dasar akuntansi akrual kecuali untuk laporan arus kas.
(Ankarat, 2012:21)
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Tujuan IAS 1
Tujuan dari penetapan IAS 1 yaitu sebagai dasar-dasar bagi penyajian laporan
keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements) agar dapat dibandingkan
baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan
entitas lain. Pernyataan ini mengatur:
1) persyaratan bagi penyajian laporan keuangan
2) struktur laporan keuangan
3) persyaratan minimum isi laporan keuangan
4) isi laporan keuangan
II.
III.
depan, dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
Menurut IAS no 1, tujuan dibuat laporan keuangan untuk mencari tiga hal, yaitu :
1) Financial position, yaitu posisi keuangan pada saat tertentu laporan keuangan dibuat,
laporan yang mendukung untuk itu adalah Statement of Financial Position atau
Neraca;
2) Financial Performance, yaitu kondisi kinerja keuangan yang sedang berjalan,
laporan yang mendukung adalah Statement of Comprehensive Income atau Laporan
Laba Rugi dan Statement of Changes in Equity atau Laporan Perubahan Modal;
3) Cash Flow, yang diketahui dengan laporan arus kas, bertujuan untuk melihat posisi
kas.
Serta didukung oleh Notes to The Financial Statement atau Catatan atas Laporan
Keuangan yang memberikan penjelasan terhadap ketiga laporan sebelumnya.
IV.
Karakteristik Umum
Karakteristik umum laporan keuangan Standar IAS no 1 sama dengan PSAK no 1, yaitu :
keraguan
yang
signifikan
tentang
kemampuan
entitas
untuk
Asumsi kelangsungan usaha adalah minimal selama 12 bulan ke depan sejak akhir
periode pelaporan atau satu tahun periode pelaporan ke depan.
Dasar akrual
Entitas akan mengakui dan mencatat setiap kejadian atau peristiwa dalam laporan
keuangan jika peristiwa atau kejadian tersebut memenuhi kriteria pengakuan, tanpa
mempertimbangkan apakah peristiwa tersebut akan mengakibatkan kas masuk atau kas
keluar.
aset secara neto setelah dikurangi penyisihan penilaian (misalnya penyisihan keusangan
atas persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih) bukan termasuk kategori saling hapus.
Entitas menyajikan keuntungan dan kerugian transaksi sejenis secara neto semisal
keuntungan / kerugian dari foreign exchange, atau instrument trading. Namun entitas
menyajikan keuntungan dan kerugian tersebut secara terpisah jika bersifat material.
Informasi Komparatif
Entitas yang mengungkapkan informasi komparatif menyajikan minimal dua laporan
posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan catatan atas laporan
keuangan. Jika entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atas pos-pos
dalam laporan keuangan atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan, maka
entitas minimal tiga jenis laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan
lainnya, dan catatan atas laporan keuangan. Entitas menyajikan laporan posisi keuangan
pada :
Konsistensi penyajian.
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antarperiode dilakukan
secara konsisten, kecuali :
1. Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau mengkaji ulang
atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang
8
lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk penentuan
dan penerapan kebijakan akuntansi.
2. Perubahan tersebut diperkenankan oleh IFRS
VI.
a.
Aset tetap
b.
Properti investasi
c.
d.
Aset keuangan
e.
Persediaan
g.
h.
i.
Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset termasuk
dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual; aset tidak
lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan.
j.
k.
Provisi
l.
Liabilitas keuangan
m.
n.
o.
Liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki
untuk dijual
p.
q.
Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
Perbedaan aset lancar dan tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dan jangka
panjang
Entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dan jangka
panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam laporan posisi keuangan.
Jika penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat
diandalkan, maka entitas menyajikan seluruh aset dan liabilitas berdasarkan urutan
likuiditas.
Aset Lancar
10
Entitas memperkirakan akan merealisikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau
menggunakannya, dalam siklus operasi normal
Entitas memperkirakan akan merealisasi aset dalam jangka waktu dua belas bulan setelah
periode pelaporan.
Kas atau setara kas, kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran atau penggunaannya untuk
menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset tidak
lancar.
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas bulan
Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama
sekurang-kurannya dua belas bulan
11
Entitas mengklasifikasi liabilitas yang tidak termasuk pada kategori tsb sebagai liabilitas
jangka panjang
VII. Informasi yang Disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan atau Catatan atas Laporan
Keuangan
Entitas mengungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau dalam catatan atas
laporan keuangan, subklasifikasi pos-pos yang disajikan, dan diklasifikasikan dengan cara
yang tepat sesuai dengan operasi entitas.
Rincian subklasifikasi bergantung pada ketentuan SAK, serta ukuran, sifat, dan
fungsi jumlah yang terkait. Entitas juga menggunakan faktor-faktor yang diatur di paragraf
untuk menentukan dasar subklasifikasi. Pengungkapan berbeda untuk setiap pos, misalnya:
a. pos-pos aset tetap dipisahkan sesuai dengan PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap;
b. piutang dipisahkan menjadi jumlah piutang dagang, piutang dari pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, pembayaran di muka dan jumlah lain;
c. persediaan dipisahkan sesuai dengan PSAK 14 (revisi 2008): Persediaan menjadi
kelompok barang dagangan, barang produksi, bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi;
d. provisi dipisahkan menjadi provisi untuk imbalan kerja dan provisi lain; dan
e. ekuitas dan cadangan dipisahkan menjadi berbagai kelompok seperti modal disetor,
tambahan modal disetor, dan cadangan.
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut dalam laporan posisi keuangan atau laporan
perubahan ekuitas, atau catatan atas laporan keuangan:
a. untuk setiap jenis saham:
12
Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode
dalam bentuk :
(a)
pendapatan;
b.
biaya keuangan;
c.
bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas;
d.
beban pajak;
e.
keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan
dalam rangka operasi yang dihentikan;
f.laba rugi;
g.
setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan
sifat (selain jumlah dalam huruf (h));
14
h.
bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat
dengan menggunakan metode ekuitas; dan
b.
total laba rugi komprehensif periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
15
Karena dampak dari berbagai kegiatan, transaksi, dan peristiwa lain entitas berbeda
dalam frekuensi, potensi keuntungan atau kerugian dan kemampuan untuk dapat
diprediksi, maka pengungkapan unsur-unsur kinerja keuangan membantu pengguna
laporan keuangan dalam memahami kinerja keuangan yang dicapai dan dalam membuat
proyeksi kinerja keuangan masa depan. Entitas memasukkan pos pos tambahan dalam
laporan laba rugi komprehensif dan laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), perubahan
istilah yang dipakai dan perubahan urutan dari pos-pos jika hal ini diperlukan untuk
menjelaskan elemen kinerja keuangan. Entitas mempertimbangkan faktor-faktor termasuk
materialitas, sifat dan fungsi dari berbagai komponen pendapatan dan beban. Misalnya,
suatu institusi keuangan dapat mengubah istilah untuk memberikan informasi yang relevan
dengan operasinya.
Entitas tidak diperkenankan menyajikan pos-pos pendapatan dan beban sebagai pos
luar biasa dalam laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan),
atau dalam catatan atas laporan keuangan.
Laba rugi selama periode
Entitas mengakui seluruh pos-pos penghasilan dan beban pada suatu periode dalam laba
rugi kecuali suatu PSAK mnsyaratkan atau memperkenankan lain.
Entitas tdk diperkenankan menyajikan pos-pos pengahasilan dan beban sebagai pos luar
biasa dalam laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah, atau catatan atas
laporan keuangan.
16
Ketika pos-pos pendapatan atau beban adalah material, maka entitas mengungkapkan
sifat dan jumlahnya secara terpisah.
Entitas menyajikan analisis beban yang diakui dalam laba rugi dengan menggunakan
klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsinya dalam entitas, mana yg dapat menydiakan
informasi yg andal dan lebih relevan.
X. Perbandingan Metode Sifat Beban dan Metode Fungsi Beban
Metode fungsi beban dapat memberikan informasi yang lebih relevan kepada pengguna
laporan keuangan dibandingkan dengan metode klasifikasi beban berdasarkan sifat,
namun pengalokasian biaya berdasarkan fungsi mungkin membutuhkan pengalokasian
secara arbiter dan pertimbangan yang matang.
Metode sifat beban mudah diterapkan karena tidak memerlukan adanya alokasi beban
menurut klasifikasi fungsional.
XI. Informasi yang Disajikan dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif atau Catatan
atas Laporan Keuangan
Ketika pos-pos pendapatan
atau
beban
bernilai
material,
maka
entitas
penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto atau penurunan nilai aset tetap
menjadi jumlah yang dapat dipulihkan kembali, sebagaimana pemulihan atas penurunan
tersebut;
17
b.
restrukturisasi atas aktivitas-aktivitas suatu entitas dan untuk setiap provisi atas biaya
restrukturisasi;
c.
d.
pelepasan investasi;
e.
Entitas menyajikan analisis beban yang diakui dalam laba rugi dengan menggunakan
klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsinya dalam entitas, mana yang dapat menyediakan
informasi yang andal dan lebih relevan. Penyajian dilakukan dalam laporan laba rugi
komprehensif atau laporan laba rugi terpisah.
Beban disubklasifikasikan menjadi komponen utama dari kinerja keuangan yang
dapat berbeda dalam frekuensi, potensi keuntungan atau kerugian dan kemampuan untuk
dapat memprediksi. Analisis ini diberikan dalam satu dari dua bentuk.
Bentuk pertama analisis ini adalah metode sifat beban. Entitas menggabungkan
beban dalam laba rugi berdasarkan sifatnya (misalnya, penyusutan, pembelian bahan baku,
biaya transportasi, imbalan kerja, dan biaya iklan), dan tidak merealokasikan menurut
berbagai fungsi dalam entitas. Metode ini mudah diterapkan karena tidak memerlukan
adanya alokasi beban menurut klasifikasi fungsional. Contoh dari klasifikasi dengan
menggunakan metode sifat beban adalah sebagai berikut:
Pendapatan lainnya
Perubahan atas persediaan barang jadi
dan barang dalam proses
xxx
xxx
18
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
xxx
Bentuk kedua analisis ini adalah metode fungsi beban atau biaya penjualan dan
mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsinya sebagai bagian dari biaya penjualan atau,
misalnya, biaya aktivitas distribusi atau administratif. Sekurang-kurangnya entitas
mengungkapkan biaya penjualan berdasarkan metode ini secara terpisah dari beban-beban
lainnya. Metode ini dapat memberikan informasi yang lebih relevan kepada pengguna
laporan keuangan dibandingkan dengan metode klasifikasi beban berdasarkan sifat, namun
pengalokasian biaya berdasarkan fungsi mungkin membutuhkan pengalokasian secara
arbiter dan pertimbangan yang matang. Contoh klasifikasi berdasarkan metode fungsi
beban adalah sebagai berikut:
Pendapatan
Beban penjualan
Laba bruto
Pendapatan lainnya
Beban distribusi
Beban administratif
Beban lainnya
Laba sebelum pajak
xxx
(xxx)
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
(xxx)
xxx
Pemilihan antara metode fungsi beban dan sifat beban tergantung pada faktor historis
dan industri serta sifat entitas. Kedua metode tersebut memberikan indikasi tentang biayabiaya tersebut yang mungkin berbeda, baik langsung maupun tidak langsung, dengan
19
tingkat penjualan atau produksi entitas. Karena tiap metode penyajian memiliki manfaat
untuk jenis entitas yang berbeda, Pernyataan ini mensyaratkan manajemen untuk memilih
penyajian yang andal dan lebih relevan. Namun demikian, karena informasi atas sifat
beban bermanfaat dalam memprediksi arus kas masa depan, maka pengungkapan tambahan
diperlukan ketika metode fungsi beban digunakan.
XII. Laporan Perubahan Ekuitas
Menunjukan :
a). Total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yg menunjukan secara
terpisah total jumlah yg dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada
kepentingan nonpengendali.
b). Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian
kembali secara retrospektif yang diakui dengan PSAK 25.
c). Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan
akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yg timbul dari :
c.1 laba rugi
c.2 masing-masing pos pendapatan
komprehensif laidan
c.3 transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yg menunjukan
secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak
kepemilikan pada entitas anak yg tdk menyebabkan hilangnya pengendalian.
Penerapan retrospektif
20
Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan, dan praktik tertentu yg
diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
Penyajian
kembali
restrospektif
adalah
koreksi
pengakuan,
pengukuran,
dan
XIII.
dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas
tersebut. Persyaratan penyajian dan pengungkapan informasi arus kas diatur dalam IAS 7 :
Laporan Arus kAs. Laporan arus kas merupakan laporan yang menggambarkan aliran kas
dari tiga aktivitas utama, yaitu aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Ada dua metode
dalam penyusunan laporan arus kas, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.
Perbedaan dalam kedua metode ini terletak pada aktivitas operasi. Secara sederhana,
21
metode langsung menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas langsung kepada pos-pos
utamanya, seperti penerimaan kas dari pelanggan dan pengeluaran kas kepada pemasok
dan karyawan, sedangkan metode tidak langsung diawali dari laba bersih yang disesuaikan
dengan pos-pos dalam laporan laba rugi.
XIV. Catatan atas laporan Keuangan
Struktur
Catatan atas Laporan Keuangan:
a. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi tertentu yang digunakan.
b. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh IFRS yang tidak disajikan di bagian
mana pun dalam laporan keuangan; dan
c. Memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian mana pun dalam laporan keuangan,
tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.
IAS 1,114 menunjukkan bahwa catatan biasanya harus disajikan dalam urutan
sebagai berikut:
keuangan
kebijakan akuntansi lain yang digunakan yang relevan untuk memahami laporan keuangan
informasi pendukung untuk item yang disajikan di muka laporan posisi keuangan (neraca),
pernyataan dari laba atau rugi dan pendapatan komprehensif lain, laporan perubahan
22
ekuitas dan laporan arus kas, dalam urutan di mana setiap pernyataan dan setiap item baris
disajikan.
pengungkapan lainnya, termasuk: kewajiban kontinjensi (lihat IAS 37) dan komitmen
kontrak yang belum diakui pengungkapan non-keuangan, seperti tujuan manajemen risiko
keuangan entitas dan kebijakan (lihat IFRS 7 Instrumen Keuangan: Pengungkapan)
Sumber Estimasi Ketidakpastian
Entitas mengungkapkan informasi tentang asumsi yang dibuat mengenai masa depan,
dan sumber utama dari estimasi ketidakpastian lain pada akhir periode pelaporan, yang
memiliki risiko signifikan yang mengakibatkan penyesuaian material terhadap jumlah
tercatat aset dan liabilitas dalam periode pelaporan berikutnya. Berkaitan dengan aset dan
liabilitas tersebut, catatan atas laporan keuangan memasukkan rincian atas:
a. sifat; dan
b. jumlah tercatat pada akhir periode pelaporan.
Modal
Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan
untuk mengevaluasi tujuan, kebijakan, dan proses entitas dalam mengelola permodalannya.
Pengungkapan Lain (Other Disclosure)
Entitas mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan:
a. Jumlah dividen yang diusulkan atau diumumkan sebelum tanggal penyelesaian
laporan keuangan tetapi tidak diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama
periode serta jumlah dividen per lembar saham; dan
b. Jumlah dividen preferen kumulatif yang tidak diakui.
23
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini, jika tidak diungkapkan di bagian mana
pun dalam informasi yang dipublikasikan bersama dengan laporan keuangan:
a. domisili dan bentuk hukum, negara tempat pendirian, alamat kantor pusat entitas
(atau lokasi utama kegiatan usaha, jika berbeda dari lokasi kantor);
b. keterangan mengenai sifat operasi dan kegiatan utama;
c. nama entitas induk dan nama entitas induk terakhir dalam kelompok usaha; dan
d. bagi entitas yang mempunyai umur terbatas, informasi tentang lama umur entitas.
XV. Perbedaan antara PSAK No. 1 Tahun 2013 dengan IAS No. 1 Tahun 2013
PERBEDAAN DENGAN IFRSs
ED PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan mengadopsi IAS 1 Presentation of Financial
Statements per 1 Januari 2013 kecuali:
1. IAS 1 paragraf 2 yang menjadi PSAK 1 paragraf 02 tentang ruang lingkup dengan
penambahan kalimat yang menyatakan bahwa PSAK 1 tidak berlaku untuk entitas
syariah, karena penyajian laporan keuangan syariah diatur dalam PSAK 101:
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
2. IAS 1 paragraf 5 yang menjadi PSAK 1 paragraf 05 tentang ruang lingkup dengan
menghilangkan kemungkinan penerapan bagi entitas sektor publik karena pelaporan
24
keuangan entitas sektor publik diatur dalam standar akuntansi pemerintah bukan
Standar Akuntansi Keuangan.
3. IAS 1 paragraf 7 yang menjadi PSAK 1 paragraf 07 tentang definisi Standar
Akuntansi Keuangan dengan menambahkan peraturan regulator pasar modal untuk
entitas yang berada di bawah pengawasannya, karena untuk sinkronisasi dengan
peraturan perundang-undangan di pasar modal.
4. IAS 1 paragraf 10 yang menjadi PSAK 1 paragraf 11 dengan menghilangkan kalimat
yang memperkenankan entitas menggunakan judul lain untuk komponen laporan
keuangan, supaya menciptakan keseragaman untuk judul komponen laporan
keuangan.
5. Tambahan di paragraf 16 tentang tanggung jawab atas laporan keuangan, karena
peraturan perundang-undangan tidak mengatur pihak yang bertanggung jawab atas
laporan keuangan untuk semua entitas, tetapi hanya untuk sebagian entitas.
6. IAS 1 paragraf 1922 tentang penerapan penyimpangan dari suatu Standar Akuntansi
Keuangan tidak diadopsi, karena tidak sesuai dengan konteks di Indonesia.
Pengaturan IAS 1 paragraf 2324 diadopsi menjadi PSAK 1 paragraf 2122
mengenai pengungkapannya, tetapi dengan menghilangkan kalimat but the relevant
regulatory framework prohibits departure from the requirement dalam IAS 1
paragraf 23.
7. IAS 1 paragraf 54(f) tentang aset biolojik tidak diadopsi, karena IAS 41 Agriculture
belum diadopsi.
8. IAS 1 paragraf 139 yang menjadi PSAK 1 paragraf 139 tentang tanggal efektif
dengan meniadakan penerapan dini, karena penerapan dini tersebut hanya akan dapat
25
dilakukan dengan tepat jika seluruh pengaturan dalam IFRS diadopsi secara
bersamaan menjadi SAK. Adopsi IFRS menjadi SAK di Indonesia dilakukan secara
bertahap.
9. IAS 1 paragraf 139A, 139B, dan 139C tentang ketentuan transisi tidak diadopsi
karena paragraf tersebut tidak relevan.
10. IAS 1 paragraf 140 tentang penarikan IAS 1 (2003) karena hal tersebut tidak relevan.
BAB III
KESIMPULAN
I.
KESIMPULAN
IAS 1 menetapkan seluruh persyaratan yang berguna untuk menyajikan laporan
keuangan untuk kebutuhan umum, yang menguraikan pedoman untuk strukturnya, dan
mendasari persyaratan minimum atas isinya dan pengungkapannya.
Tujuan dari penetapan IAS 1 yaitu sebagai dasar-dasar bagi penyajian laporan
keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements) agar dapat dibandingkan
26
baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan
entitas lain.
IAS 1 berlaku untuk semua laporan keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan
disajikan sesuai dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). [IAS 1.2].
Laporan keuangan bertujuan umum yang dimaksudkan untuk melayani pengguna yang
tidak membutuhkan laporan keuangan yang disesuaikan dengan kebutuhan informasi
khusus mereka.
27