Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
Stadium III (3 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
Stadium IV (7 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
4. Mengapa keluhan disertai badan panas terus menerus sejak 10 hari yang
lalu?
Suhu tubuh diatur oleh otak di bagian hipotalamus pada pre-optik anterior,
merupakan bagian dari deinsephalon yang merupakan bagian dari otak
depan (prosencephalon). Dengan adanya termorespetor ini, suhu tubuh
dapat senatiasa berada dalam batas normal yakni sesuai dengan suhu inti
tubuh. Suhu inti tubuh merupakan pencerminan dari kandungan panas
yang ada di dalam tubuh kita. Kandungan panas didapatkan dari
pemasukan panas yang berasal dari proses metabolisme makanan yang
masuk ke dalam tubuh.
Pada umumnya suhu inti berada dalam batas 36,5-37,5C. Dalam berbagai
aktivitas sehari-hari, tubuh kita juga akan mengelurakan panas misalnya
saat berolahraga. Bilamana terjadi pengeluraan panas yang lebih besar
dibandingkan dengan pemasukannya, atau sebaliknya maka termostat
tubuh itu akan segera bekerja guna menyeimbangkan suhu tubuh inti. Bila
pemasukan panas lebih besar daripada pengeluarannya, maka termostat
ini akan memerintahkan tubuh kita untuk melepaskan panas tubuh yang
berlebih ke lingkungan luar tubuh salah satunya dengan mekanisme
berkeringat. Dan bila pengeluaran panas melebihi pemasukan panas,
maka termostat ini akan berusaha menyeimbakan suhu tersebut dengan
cara memerintahkan otot-otot rangka kita untuk berkontraksi(bergerak)
guna menghasilkan panas tubuh.
Kontraksi otot-otok rangka ini merupakan mekanisme dari menggigil.
Contohnya, seperti saat kita berada di lingkunganpegunungan yang
hawanya dingin, tanpa kita sadari tangan dan kaki kita bergemetar
(menggigil). Hal ini dimaksudkan agar tubuh kita tetap hangat. Karena
dengan menggigil itulah, tubuh kita akan memproduksi panas. Hal diatas
merupakan proses fisiologis. Lain halnya bila tubuh mengalami proses
patologis. Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan
sakit lebih dikarenakan oleh toksis yang masuk kedalam tubuh. Umumnya,
keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di
dalam tubuh.
Proses peradangan merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh
terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh.
Proses peradangan diawali dengan masuknya racun kedalam tubuh kita.
Contoh racun yang paling mudah adalah mikroorganisme penyebab sakit.
Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki
suatu zat toksin/racun tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen.
Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan
mencegahnya yakni dengan memerintahkan pertahanan tubuh antara lain
berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit).
Dengan adanya proses fagositosit ini, tubuh itu akan mengelurkan zat
kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya interleukin 1/ IL1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar,
selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk
mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat
bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.
Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh
hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran
prostaglandin pun berkat bantuan dan campur tangan dari enzim
siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan
mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya,
hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di
atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patakan ini dikarenakan
mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas
normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses
mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak.
5. Mengapa pada foto rontgen didapatkan infiltrat pada kedua lapang paru?
Gambaran untuk pneumonia adalah ditemukan perselubungan
homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru
secara anantomis, batasnya tegas, walaupun pada mulanya
kurang jelas, volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis
dimana
paru
mengecil.
Tidak
tampak
deviasi
trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis, silhouette sign
Patofisiologi
Terjadinya inflamasi
jaringan parenkim paru
dari bronchioles hingga
ka alveoli
Asthma
Hiperresponsivitas otot
bronkus karena mediator
inflamasi (sehingga
mudah kontriksi)
Ciri khas
Dyspnea bersifat
akut;gejala khas yang
sering muncul yaitu
nyeri pleura, batuk
dengan sputum
mucoid, purulent,
kemerahan, atau darah;
demam (meskipun
tidak selalu); sering
didahuilui infeksi
saluran pernapasan
atas;fremitus vocal
terdengar lebih jelas
dan nyaring; perkusi
terdengar redup (berisi
cairan)
Dyspnea yang tiba2,
bisa
nocturnal;dipidahkan
oleh waktu tanpa gejala
/ asimtomatik;
dipengaruhi oleh trigger
(lingkungan, obat,
emosi,dsb); batuk
(onset seringnya
Bronchitis
Hipersekresi mucus
berlebihan di bronchus
yang diikuti dnegan
obstruksi jalan napas
Bronchospasme
Effusi Pleura
sendirian;bisa tidak
terjadi bersamaan
dengan dyspneu),
perasaan dada-yangsempit ; pada inspeksi
bisa ditemukan pigeonchest / pectus
carinatum atau barrel
chest; pada perkusi bisa
ditemukan hipersonor
(udara yang terlalu
banyak terperangkap) ;
pada auzkkukltasi
terdaat wheezing atau
crackle (rhonchi bila
sekresi berlebihan di
saluran-napas dengan
lumen besar)
Batuk produktif yang
diikuti dengan dyspnea
progressif yang
menyusul setelahnya
(bila kronik) atau
sebaliknya;memburuk
bila aktivitas, bisa
diperingan dengan
istirahat meskipun ada
juga yang persisten;
ada riwayat merokok,
polusi, herediter, dsb.;
infeksi berulang; bisa
barrel chest pada
inspeksi; bisa sonor
hingga hipersonor pada
perkusi; auskultasi
didapati wheezing,
ronchi, atau crackle (di
awal inspirasi); fremitus
vocal normal.
Hampir sama dengan
asthma
Pada perkusi bisa
didapati redup hingga
pekak;posisi trakea bisa
berdeviasi kea rah yang
berlawanan dengan
tempat effuse yang
dada;memblok transmisi
suara yang digetarkan.
Atelectasis
Sumbatan di bronchus
principalis yang
menjadikan obstruksi
dan sebabkan jaringan
paru di bawahnya
collaps.
Konsolidasi
Keadaan dimana
alveolus dipenuhi
dengan cairan, entah itu
darah, plasma, atau
darah.
Abses Paru
8. Pemeriksaan penunjang?
Pemeriksaan radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan
gambaran air bronchogram (airspace disease), misalnya oleh
streptococcus pneumonia; bronchopneumonia (segmental
disease) oleh karena staphylococcus, virus atau mikroplasma.
Bentuk lesi bisa berupa kavitas dengan air-fluid level sugestif
untuk
infeksi anaerob, gram negatif atau amiloidosis.
Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis umumnya menandai infeksi bakteri, lekosit
normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma
atau pada infeksi yang berata sehingga tidak terjadi respon
lekosit.
Leukopeni menunjukkan adanya depresi imunitas.
Pemeriksaan bakteriologis
Pemeriksaan yang predominan pada sputum adalah yang disertai
PMN yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi.
Pemeriksaan khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionela dan mikoplasma dapat
dilakukan. Nilai diagnostik didapatkan bila titer tinggi atau ada
kenaikan 4x.
Analisa gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan oksigen.
9. Klasifikasi dari diagnosis?
Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris
dengan opasitas lobus atau lobularis.
Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang
meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral
yang difus.
b. Berdasarkan faktor lingkungan
Pneumonia komunitas
Pneumonia nosokomial
Pneumonia rekurens
Pneumonia aspirasi
Pneumonia pada gangguan imun
Pneumonia hipostatik
c. Berdasarkan sindrom klinis
Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal
yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk
bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia
bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit
ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang
disebabkan Mycoplasma,
Chlamydia pneumoniae
atau
Legionella.
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :
a.
Community
Acquired
Pneunomia
dimulai
sebagai
penyakit pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi
pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme
penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa
kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
b.
A.
PARU NON-IMUN
Mengandalkan:
1. Kemampuan selimut mukosa mengeluarkan kotoran melalui gerakan
silia di atasnya
2. Fagosit oleh makrofag yang dapat mencerna partikel dan
mengeluarkannya dengan cara bermigrasi ke elevator mukosilia
3. Fagositosis dan pembasmian partikel oleh neutrofil yang telah
diundang oleh kemotaktik makrofag
4. Komplemen serum yang bisa meningkatkan fagosoit melalui
embentukan C3b
5. Kelenjar getah bening yang menangkap antigen yang berhasil masuk
B. PARU IMUN
Mengandalkan:
1. IgA
2. IgM
3. IgG
Akumulasi sel T
Faktor resiko + predisposisi Imunitas turun etiologi gampang masuk
mulai akumulasi di paru berkembang infeksi peradangan
membran paru (bagian dari sawar darah-udara alveoli) cairan dan sel
darah merah bisa masuk alveoli terisi cairan dan sisa2 sel mati
mneyebar dari 1 daerah paru ke yang lain Bronkolidasi penurunan
permukaan luas membran total pernapasan ; menurunnya rasio ventilasiperfusi saturasi darah rata2 menurun.
12.Etiologi?
Non microbacteri :
1. Lipid pneumonia : oleh karena aspirasi minyak mineral
2. Chemical pneumonitis : inhalasi bahan2 organik atau uap kimia seperti
berilium
3. Extrinsic allergic alveolitis : inhalasi bahan2 debu yg mengandung spora
dari actinomyecetes thermofilik
4. Drug reaction pneumonitis : Nitrofurantoin, busulfan, methotrexate
5. Pneumonia karena radiasi sinar roentgen
6. Pneumonia yg sebabnya tdk jelas : desquamative interstitial pneumonia,
eosinofilik pneumonia.
Community-Acquired Acute Pneumonia
Streptococcus pneumoniae
Haemophilus influenzae
Moraxella catarrhalis
Staphylococcus aureus
Legionella pneumophila
Enterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas spp.
Community-Acquired Atypical Pneumonia
Mycoplasma pneumoniae
Chlamydia spp. (C. pneumoniae, C. psittaci, C. trachomatis)
Coxiella burnetti (Q fever)
Viruses: respiratory syncytial virus, parainfluenza virus (children);
influenza A and B (adults); adenovirus (military recruits); SARS * virus
Nosocomial Pneumonia
Gram-negative rods belonging to Enterobacteriaceae (Klebsiella spp.,
Serratia marcescens, Escherichia coli) and Pseudomonas spp.
Staphylococcus aureus (usually penicillin-resistant)
Aspiration Pneumonia
Anaerobic oral flora (Bacteroides, Prevotella, Fusobacterium,
Peptostreptococcus), admixed with aerobic bacteria (Streptococcus
pneumoniae, Staphylococcus aureus, Haemophilas
influenzae, and Pseudomonas aeruginosa)
Chronic Pneumonia
Nocardia
Actinomyces
Granulomatous: Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria,
Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Blastomyces dermatitidis
Necrotizing Pneumonia and Lung Abscess
Anaerobic bacteria (extremely common), with or without mixed aerobic
infection
bakteri
biasanya
didapatkan
pada
usia
lanjut.
Haemophilus
influenza,
klebsiella
pneumonia
dan
P.
Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
(Reeves, 2001)
13.Penatalaksanaan?
a. Antibiotik
Antibiotik yang sering digunakan adalah penicillin G. Mediaksi
efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin dan sefalosporin
generasi pertama.
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan pada keadaan sepsis berat.
c. Inotropik
Pemberian obat inotropik seperti dobutamin atau dopamine
kadang-kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan
sirkulasi atau gagal ginjal pre renal.
d. Terapi oksigen
Terapi oksigen diberikan dengan tujuan untuk mencapai PaO 2 80100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan
analisa gas darah.
e. Nebulizer
Nebulizer digunakan untuk mengencerkan dahak yang kental.
Dapat disertai nebulizer untuk pemberian bronchodilator bila
terdapat bronchospasme.
f. Ventilasi mekanis
Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia :
Nyeri pleuritik
Resti kekurangan
cairan dari kebutuhan tubuh
Restivolume
nutrisi kurang
Gangguan pola nafas Suplay O2 menurun
Sputum kental
Intoleransi aktivitas
Mual, muntah
Gangguan bersihan jalan nafas
Penatalaksanaan
1. Indikasi MRS :
a. Ada kesukaran nafas, toksis
b.
c.
d.
Sianosis
Umur kurang 6 bulan
Ada
penyulit,
misalnya
:muntah-muntah,
dehidrasi,
empiema
e. Diduga infeksi oleh Stafilokokus
f.Imunokompromais
g. Perawatan di rumah kurang baik
h. Tidak respon dengan pemberian antibiotika oral
2. Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau
masker, monitor dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal
nafas diberikan bantuan ventilasi mekanik.
3. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu cairan
parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan
status hidrasi.
4. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral bertahap
melalui selang nasogastrik.
5. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal
6. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi.
7. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita
dan dugaan penyebab Evaluasi pengobatan dilakukan setiap 4872 jam. Bila tidak ada perbaikan klinis dilakukan perubahan
pemberian antibiotik sampai anak dinyatakan sembuh. Lama
pemberian antibiotik tergantung : kemajuan klinis penderita, hasil
laboratoris, foto toraks dan jenis kuman penyebab :
a. Stafilokokus : perlu 6 minggu parenteral
b. Haemophylus influenzae/Streptokokus pneumonia : cukup 1014 hari
Pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung bawaan,
gangguan neuromuskular, keganasan, pengobatan kortikosteroid
jangka panjang, fibrosis kistik, infeksi HIV), pemberian antibiotik harus
segera dimulai saat tanda awal pneumonia didapatkan dengan pilihan
antibiotik : sefalosporin generasi 3.
Dapat dipertimbangkan juga pemberian :
a. Kotrimoksasol pada Pneumonia Pneumokistik Karinii
b. Anti viral (Aziclovir , ganciclovir) pada pneumonia karena CMV
c. Anti jamur (amphotericin B, ketokenazol, flukonazol) pada
pneumonia karena jamur
d. Imunoglobulin
Lampiran 1. : Pilihan pengunaan antibiotika pada pneumonia
Umur
Penyebab
Pilihan antibiotik
Rawat inap
Rawat jalan
< 3 bln
Enterobacteri
Kloksasilin iv ace
dan
(E.
Colli,
aminoglikosida
Klebsiella,
(gentamisin,
Enterobacter)
netromisin,
- Streptococcus
amikasin)
pneumonia
iv/im atau
- Streptococcus Ampisilin
iv
group B
dan
- Staphylococcu
aminoglikosida at
s
au
Sefalosporin
gen
3
iv
(cefotaxim,
ceftriaxon,
ceftazidim,
cefuroksim)atau
Meropenem iv
dan
aminoglikosida
iv/im
3 bln - 5
thn
Streptococcus
pneumonia
- Staphylococcu
s
- H. influenzae
- Ampisilin iv dan
kloramfenikol
iv atau
Ampisilin
dan
Kloksasilin ivatau
- Sefalosporin
gen
3
iv
(cefotaxim,ceftria
xon, ceftazidim,
cefuroksim)atau
- Meropenem iv
dan
aminoglikosida
iv/im
Amoksisilin atau
Kloksasilin atau
amoksisilin
asam
klavulanik atau
Erytromicin
atau
Claritromycin at
au
Azitromycin atau
Sefalosporin
oral
(Cefixim,
cefaclor)
> 5 thn
- Ampisilin
iv atau
- Erytromisin
po atau
- Claritromycin
po atau
- Azitromycin
po atau
- Kotrimoksasol
po atau
- Sefalosporin
gen 3
Amoksisilin atau
Erytromisin
po atau
Claritromycin
po atau
Azitromycin
po atau
- Kotrimoksasol
po atau
Sefalosporin
oral
(Cefixim,
cefaclor)
Streptococcus
pneumonia
- Mycoplasma
pneumonia
DOSIS/KgBB/24 jam
Ampisilin
Amoksisilin
Amoksisilin
klavulanik
Amikasin
Azithromycin
Eritromisin
Gentamisin
Cefotaxim
Cefixim
Ceftazidim
Ceftriaxon
Cefuroksim
Clarithromycin
Kloramfenikol
Kloksasilin
Kotrimoksazol
Meropenem
Netromisin
50-100 mg
30-75 mg
asam 30-75 mg
15 mg
7,5-15 mg
50 mg
5-7 mg
50-100 mg
5 mg
50-100 mg
50 100 mg
25-50 mg
15-30 mg
50 -100 mg
50 mg
6 mg (TMP)
30-50 mg
5-7 mg/kg
CARA PEMBERIAN
im/iv, 4x/hari
po/im/iv, 3-4x/hari
po, 3-4x/hari
im/iv, 1x/hari
po, 1x/hari
po, 4x/hari
im/iv, 1-2x/hari
iv, 3-4x/hari
po, 2x/hari
im/iv, 2-3x/hari
im/iv, 1-2x/hari
iv/oral, 3-4x/hari
po, 2x / hari
iv/oral, 4x/hari
im/iv, 4x/hari
po, 2x/hari
iv, 3x/hari
im /iv, 1x/hari
Sianosis
(-)
(+)
pada
kamar
2
udara (+) pada 40%
O2
Aktifitas
otot-otot
(-)
pernafasan tambahan
Sedang
Nyata
Pertukaran udara
Baik
Sedang
Jelek
Keadaan mental
Norma
l
Depresi/gelisah
Koma
10-40
>40
Pulsus
(Torr)
paradoksus < 10
PaO2 (Torr)
70-100
PaCO2 (Torr)
< 40
40-65
Skor :
0-4
5-6
7
> 65
Sumber:
http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=0711
0-lvzc283.htm
14.Faktor resiko?
FAKTOR RESIKO CHINKS IN THE ARMOR
Usia di atas 65 tahun
Asirasi secret orofaringeal
Infeksi pernapasan oleh virus
Sakit yang parah dan menyebabkan kelemahan (DM,
Uremia)
Penyakit Pernapasan Kronik (asthma, kistik fibrosis, COPD)
Kanker (terutama kanker paru)
Tirah baring yang lama
Trakeostomi atau pemakaian selang pada endotrakeal
Bedah abdominal atau thorax
Fraktur tulang iga
Pengobatan dengan immunosuppresif
AIDS
Riwayat merokok
Alkoholisme
Malnutrisi
Manifestasi Klinis
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
Nyeri pleuritik
Nafas dangkal dan mendengkur
Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
Mengecil, kemudian menjadi hilang
Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
Sputum
kuning
kehijauan
kemudian
berubah
menjadi
kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis
Area sirkumoral
Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati