Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KEPERAWATAN GERONTIK II
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik II.
Disusun Oleh :
Kelompok
Deshy Lia S.
(09060035)
Muhamad Ghufron
(09060059)
Indriawati I.
(09060022)
Diah Nurul H.
(090600
Nina dwi A.
(090600
Muhammad Tong
(08060125)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam,atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis buat dengan tujuan
memenuhi tugas Keperawatan Gerontik II.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada :
1 Team dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik selaku dosen pembimbing mata kuliah.
2 Teman teman dan berbagai pihak yang telah membantu terselasaikannya makalah ini.
Penulis berharap agar setelah membaca makalah ini , para pembaca dapat memahami dan
mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat di aplikasikan untuk
mengembangkan kompetensi dalam bidang keperawatan. Penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu penulis membuka diri
menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang.
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
2 Rumusan Masalah
3 Tujuan
BAB 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar pembaca dapat memahami lebih jauh tentang penyakit hipertensi pada
lansia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui pengertian hipertensi pada lansia.
1.3.2.2 Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi pada lansia.
1.3.2.3 Untuk mengetahui etiologi hipertensi pada lansia.
1.3.2.4 Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi pada lansia.
1.3.2.5 Untuk mengetahui Tanda dan Gejala hipertensi pada lansia.
1.3.2.6 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hipertensi pada lansia.
1.3.2.7 Untuk mengetahui komplikasi hipertensi pada lansia.
1.3.2.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan hipertensi pada lansia.
1.3.2.9 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan hipertensi pada lansia.
1.4 Manfaat
Tulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi baik bagi tenaga
kesehatan ataupun masyarakat umum mengenai Hipertensi pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Optimal
75 atau kurang
Normal
< 120
< 80
Prehipertensi
120-139
80-89
Hipertensi stage I
140-159
90-99
Hipertensi stage II
160
100
Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada usia lanjut dapat
dibedakan:
bertambahnya umur.
Hipertensi diastolic saja (Diastolic hypertension), terdapat antara 12-14%
penderita di atas usia 60th, terutama pada pria. Insidensi menurun seiring
bertambahnya umur.
Hipertensi sistolik-diastolik: terdapat pada 6-8% penderita usia di atas 60th,
lebih banyak pada wanita. Menningkat dengan bertambahnya umur.
Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain meliputi
diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya hidup seperti obesitas asupan
garam yang tinggi alkohol yang berlebihan.
Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol,
antara lain:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik
kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis kelamin pria atau
wanita pasca menopause.
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang
belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol
HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan
adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita
mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana
hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita
secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi
berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%.Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria
bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita
setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini
sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause.
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang
yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara
khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun,
karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada
kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. hipertensi sering
terjadi pada usia pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter (2009)
mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk
9
10
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan
yang mendesak arteri.
3. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
4. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu
World
Health
Organization
(WHO)
11
akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan
dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
2.4
2.5 Tanda Dan Gejala Hipertensi Pada Lansia
Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi sering tidak
memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau
tersembunyi (occult). Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,
Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun
2.6 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi Pada Lansia
a.
Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b.
c.
Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d.
Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
e.
Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
f.
g.
Pemeriksaan tiroid.
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
h.
pembentukan
Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
j.
Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
k.
Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l.
IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter.
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung.
n.
CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati.
o.
EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
serebri
adalah
akibat
dari
peningkatan
tekanan
darah
dan
2.
15
3.
4.
5.
Secara garis besar, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan obat
antihipertensi, yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi
2. Mempunyai toksisitas dan efek samping yang ringan atau minimal
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulkan intoleransi
5. Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh penderita.
6. Memungkinkan penggunaan obat dalam jangka panjang
16
BP Classification
SBP
DBP
Lifestyle
(mmHg)
(mmHg
Modificati
)*
on
With Compelling
Compelling
Indication
Indication
Normal
< 120
17
Prehypertension
Stage
120-139
I 140-159
or 80-89
or 90-99
Yes
Yes
Hypertension
No
Drug(s)
antihypertensive
compelling
indicated
indications.
Thiazide-type
May
ACEI
ARB,
BB , CCB or
Other
antihypertensive
combination.
drugs
Stage
for
II 160
100
Yes
Two-drug
Hypertension
combination
most
for
(usually
thiazide-type
diuretic and ACEI
or ARB or BB or
CCB)
SBP : Systolic Blood Pressure
DBP : Diastolic Blood Pressure.
Drug abbreviations : BP :
ACEI : Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
ARB : Angiotensin Receptor Blocker
CCB : Calsium Channel Bloker.
BB : Beta-Bloker
* Treatment determined by highest BP category.
18
(diuretics,
CCB) as needed.
Initial combined therapy should be used cautiously in those at risk for orthostatic
hypotension.
Treat patients with chronic kidney disease or diabetes or BP goal < 130/80 mmHg
2.8.1
19
Bila hipertensi yang terjadi tanpa disertai dengan komplikasi atau penyakit
penyerta lain, maka pengobatan adalah mudah. Penatalaksanaan untuk hipertensi
dibagi menjadi :
1. Non Farmakologis atau modifikasi gaya hidup.
2. Farmakologis
IMT (kg/m2)
Kurang
<18,5
Normal
18,5-24,9
25,0-29,9
Obesitas
30,0-34,9
Obesitas berat
35,0
20
Membatasi alkohol.
Olahraga teratur sesuai dengan kondisi tubuh.
Mengurangi asupan natrium (<100 mmol Na, atau 2.4 g Na , atau 6 g NaCl/hari)
Mempertahankan asupan kalium (90 mmol/hari), kalsium dan magnesium yang
adekuat.
Berhenti merokok.
Kurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.
Modification
Recommendation
Approximate
SBP
Reduction (Range)
Weight reduction
Adopt
weight loss
eating plan
Dietary
reduction
Physical activity
Engage
in
regular
aerobic
alcohol
consumption
B. Farmakologis :
Obat-obat Antihipertensi :
1. Diuretik
Cara kerja : meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga volume
plasma dan cairan ekstrasel.
Klortalidonn tab 50 mg
22
Bendroflumentiazid tab 5 mg
Xipamid tab 20 mg
b. Diuretik kuat :
a. Furosemid tab 40 mg
c. Diuretik hemat kalium :
a. Amilorid tab 5 mg
b. Spironolakton tab 25 dan 100 mg
2. Penghambat Adrenergik
23
3. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang
akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah
Bekerja
menghambat
sistem
renin-angiotensin,
menstimulasi
sintesis
5.
Antagonis Kalsium
24
SLOW)
Penurunan
tekanan
darah
sebaiknya
secara
perlahan,
untuk
Pengobatan harus segera dilakukan pada hipertensi berat dan apabila terdapat
kelainan target organ. Oleh karena fungsi ginjal telah menurun dan terdapat gangguan
metabolisme obat, sebaiknya dosis awal dimulai dengan dosis yang lebih rendah. Pada
hipertensi tanpa komplikasi golongan diuretik dosis rendah (HCT 12,5 25 mg atau
setara) yang dikombinasi dengan diuretik hemat kalium dapat diberi sebagai
pengobatan awal. Obat anti hipertensi lain dapat diberikan atas indikasi spesifik.
25
Pada pasien dengan payah jantung, obat penghambat ACE dan diuretik
merupakan obat pilihan pertama. Tetapi pada pemberian diuretika sering menimbulkan
efek hipokalemia dan hiponatremia karena kedua mineral tadi ikut terbuang bersama
urine.
Pada pasien pascainfark miokard, pemakaian penyebat yang kardioselektif
dianjurkan. Akan tetapi pada umumnya pemakaian penyekat tidak begitu disukai oleh
karena menimbulkan perburukan penyakit vaskuler perifer dan bronkospastik.
Penghambat merupakan pilihan pada pasien dengan dislipidemia dan hipertrofi
prostat, akan tetapi harus hati-hati terhadap efek hipotensi ortostatik, karena hal ini
dapat menyebabkan lansia jatuh bahkan sampai mengalami komplikasi fraktur.
Antagonis kalsium jangka panjang cukup efektif, terutama karena mempunyai
efek natriuretik dan dianjurkan pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Pada
pasien dengan diabetes dan proteinuria diindikasikan pemakaian obat penghambat
ACE.
Obat simpatolitik sentral seperti metildopa, klonidin dan guanfasin walaupun
efektif, pemakaiannya kurang dianjurkan pada usia lanjut karena efek samping sedasi,
mulut kering dan hipotensi ortostatik. Dan obat-obat yang mempunyai pengaruh pada
susunan saraf pusat, dan bloker dapat mengakibatkan depresi serta penurunan
kesadaran/fungsi kognitif.
Pemberian antihipertensi pada lansia harus hati-hati karena pada lansia terdapat :
Penurunan
refleks
baroreseptor
sehingga
meningkatkan
risiko
hipotensi ortostatik.
Gangguan autoregulasi otak sehingga iskemia serebral mudah terjadi
26
kelemahan otot.
Pemberian obat juga harus dipikirkan mengenai penyakit komorbid
2.
Pendidikan
masyarakat
untuk
meningkatkan
kewaspadaan akan bahaya hipertensi dan makna serta manfaat bila tekanan darah
dapat dinormalkan.
3.
kesehatan
maupun
masyarakat,
khususnya
mengenai
manfaat
penurunan/terapi hipertensi.
4.
5.
Memotivasi
para
tenaga
kesehatan
untuk
27
Terapi Kombinasi
Biasanya bila terapi dengan satu macam obat gagal untuk mencapai sasaran,
maka perlu ditambahkan obat ke-2 dengan dosis rendah dahulu dan tidak meningkatkan
dosis obat pertama.
tekanan darah dengan efek samping seminimal mungkin. Pada penelitian HOT, terapi
kombinasi diperlukan pada sekitar 70% penderita. Dalam JNC-VII, para ahli bahkan
menganjurkan terapi antihipertensi kombinasi langsung pada penderita yang ada pada
stadium 1. Walaupun dosis campuran tetap banyak disediakan oleh pabrik farmasi,
upaya titrasi dosis secara individual dianggap lebih baik. Berikut diberikan pedoman
yang dianut oleh para ahli hipertensi di Inggris yang disebut sebagai The Birmingham
Hypertension Square.
ACE Inhibitor
atau Bloker
Reseptor
Angiotensin II
Diuretik
Nasihat
nonfarmakologik :
garam, berat badan,
alkohol, olahraga,
28
Bloker Kanal
Kalsium
golongan
dihidropiridine
-Bloker
Mulai terapi pada kotak manapun dan gunakan terapi tambahan dengan obat yang
ditunjuk oleh panah. Obat-obatan pada kotak yang berdekatan memiliki efek
antihipertensi tambahan, aksi yang saling melengkapi dan biasanya ditoleransi dengan
baik.
DIAGNOSA
Gangguan rasa
nyaman nyeri
b.d
peningkatan
tekanan intra
kranial
NOC
NIC
Tujuan:
Intervensi :
Menghilangkan
Pertahankan
rasa nyeri
tirah baring
Kriteria hasil :
selama fase
Melaporkan
akut.
ketidakyam
anan hilang
atau
Berikan
terkontrol.
tindakan
Mengikuti
nonfarmakolog
regimen
i untuk
farmakologi
menghilangkan
yang
sakit kepala,
diresepkan.
misalnya
kompres dingin
pada dahi, pijat
punggung dan
leher.
29
RASIONAL
Meminimalka
n stimulasi
dan
meningkatkan
relaksasi.
Tindakan yang
menurunkan
tekanan
vaskuler
serebral,efektif
dalam
menghilangkan
sakit kepala dan
komplikasinya.
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d
intake nutrisi
inadekuat
Tujuan: kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Hilangkan/
minimalkan
aktifitas
vasokontraksi
yang dapat
meningkatkan
sakit kepala,
misalnya batuk
panjang,
mengejan saat
BAB.
Bantu pasien
dalam ambulasi
sesuai
kebutuhan.
Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian obat
analgetik, anti
ansietas,
diazepam dll.
Intervensi:
Bicarakan
pentingnya
Kriteria hasil:
menurunkan
Klien
masukan
menunjukk
lemak, garam
an
dan gula sesuai
peningkatan
indikasi.
berat badan
Menunjukk
an perilaku
meningkatk
an atau
mempertah
30
Aktifitas yang
meningkatkan
vasokontraksi
menyebabkan
sakit kepala
pada adanya
peningkatan
vaskuler
serebral.
Meminimalka
n penggunaan
oksigen dan
aktivitas yang
berlebihan
yang
memperberat
kondisi klien.
Analgetik
menurunkan
nyeri dan
menurunkan
rangsangan
saraf simpatis.
Kesalahan
kebiasaan
makan
menunjang
terjadinya
atero
sklerosis,
kelebihan
masukan
garam
memperbanya
k volume
cairan intra
ankan berat
badan ideal
vaskuler dan
dapat merusak
ginjal yang
lebih
memperburuk
hipertensi.
31
Kaji ulang
masukan kalori
harian dan
pilihan diet.
Mengidentifik
asi
kekuatan/kele
mahan dalam
program diit
terakhir.
Dorong klien
untuk
mempertahank
an masukan
makanan
harian
termasuk kapan
dan
dimanamakan
dilakukan,
lingkungan dan
perasaan
sekitar saat
makanan
dimakan.
Memberikan
data dasar
tentang
keadekuatan
nutrisi yang
dimakan dan
kondisi emosi
saat makan,
membantu
untuk
memfokuskan
perhatian
pada factor
mana pasien
telah/dapat
mengontrol
perubahan.
Intruksikan dan
bantu memilih
makanan yang
tepat, hindari
makanan
dengan
kejenuhan
lemak tinggi
(mentega, keju,
telur, es krim,
daging dll) dan
kolesterol
Menghindari
makanan
tinggi lemak
jenuh dan
kolesterol
penting dalam
mencegah
perkembanga
n atero
genesis.
(daging
berlemak,
kuning telur,
produk
kalengan,
jeroan).
Intoleransi
aktifitas b.d
kelemahan
umum.
Kolaborasi
dengan ahli
gizi sesuai
indikasi.
Tujuan : tidak
terjadi Intoleransi
aktifitas.
Intervensi :
Kaji toleransi
pasien terhadap
aktivitas
Kriteria Hasil :
dengan
Klien dapat
menggunkan
berpartisipa
parameter :
si dalam
frekwensi nadi
aktivitas
20x/menit
yang di
diatas
inginkan
frekwensi
atau
istirahat, catat
diperlukan
peningkatan
Melaporkan
TD, dipsnea,
peningkatan
atau nyeri
dalam
dada, kelelahan
toleransi
berat dan
aktivitas
kelemahan,
yang dapat
berkeringat,
diukur.
pusing atau
pingsan.
32
Kaji kesiapan
untuk
meningkatkan
aktivitas
contoh :
Memberikan
konseling dan
bantuan
dengan
memenuhi
kebutuhan
diet individual
Parameter
menunjukan
respon
fisiologis
pasien
terhadap
stress,
aktivitas dan
indikator
derajat
pengaruh
kelebihan
kerja jantung.
Stabilitas
fisiologis
pada istirahat
penting untuk
memajukan
penurunan
kelemahan/kele
lahan, TD
stabil,
frekwensi nadi,
peningkatan
perhatian pada
aktivitas dan
perawatan diri.
33
tingkat
aktivitas
individual.
Dorong
memajukan
aktivitas/tolera
nsi perawatan
diri.
Konsumsi
oksigen
miokardia
selama
berbagai
aktivitas dapat
meningkatkan
jumlah
oksigen yang
ada.
Kemajuan
aktivitas
bertahap
mencegah
peningkatan
tiba-tiba pada
kerja jantung.
Berikan
bantuan sesuai
kebutuhan dan
anjurkan
penggunaan
kursi mandi,
menyikat
gigi/rambut
dengan duduk
dan
sebagainya.
Teknik
penghematan
energi
menurunkan
penggunaan
energi dan
sehingga
membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan
oksigen.
Dorong pasien
untuk
berpartisipasi
Jadwal
meningkatkan
dalam memilih
periode
aktivitas.
Resiko tinggi
penurunan
curah jantung
berhubungan
dengan
vasokontriksi
pembuluh
darah.
Tujuan : Tidak
terjadi penurunan
curah jantung
Intervensi:
Observasi
tekanan darah.
Kriteria Hasil :
Klien
berpartisipa
si dalam
aktivitas
yang
menurunka
n tekanan
darah/beban
kerja
jantung
Mempertah
ankan TD
dalam
rentang
individu
yang dapat
diterima,
Memperliha
tkan normal
dan
frekwensi
jantung
stabil dalam
rentang
normal
pasien.
34
toleransi
terhadap
kemajuan
aktivitas dan
mencegah
kelemahan.
Perbandingan
dari tekanan
darah
memberikan
gambaran
yang lebih
lengkap
tentang
keterlibatan
vaskuler.
Catat
keberadaan,
kualitas
denyutan
sentral dan
perifer
Denyutan
karotis,
jugularis,
radialis dan
femoralis
mungkin
teramati saat
palpasi.
Denyut pada
tungkai
mungkin
menurun,
mencerminka
n efek dari
vasokontriksi
dan kongesti
vena.
Auskultasi
tonus jantung
dan bunyi
napas.
ICS4 umum
terdengar
pada pasien
hipertensi
berat karena
Amati warna
kulit,
kelembaban,
suhu, dan masa
pengisian
kapiler.
Berikan
lingkungan
yang nyaman,
tenang, kurangi
aktivitas atau
keributan
ligkungan,
batasi jumlah
pengunjung
dan lamanya
tinggal.
35
Anjurkan
teknik
relaksasi,
panduan
imajinasi dan
distraksi.
adanya
hipertropi
atrium,
perkembanga
n ICS3
menunjukan
hipertropi
ventrikel dan
kerusakan
fungsi,
adanya
krakels,
mengidapat
mengindikasi
kan kongesti
paru sekunder
terhadap
terjadinya
atau gagal
jantung
kronik.
Adanya pucat,
dingin, kulit
lembab dan
masa
pengisian
kapiler lambat
mencerminka
n
dekompensasi
/penurunan
curah jantung.
Membantu
untuk
menurunkan
rangsangan
simpatis,
meningkatkan
relaksasi.
36
Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pembrian terapi
anti hipertensi
dan diuretik.
Dapat
menurunkan
rangsangan
yang
menimbulkan
stress,
membuat efek
tenang,sehing
ga akan
menurunkan
tekanan
darah.
Menurunkan
tekanan
darah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan meningkatnya populasi lanjut usia di Indonesia, kejadian hipertensi
pada populasi ini meningkat pula. Meningkatnya tekanan darah sudah terbukti
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada usia lanjut. Salah satu karakteristik
hipertensi pada usia lanjut adalah terdapatnya berbagai penyakit penyerta (komorbid)
dan komplikasi organ target, seperti kejadian penyakit kardiovaskuler, ginjal,
gangguan pada sistem saraf pusat dan mata. Dengan menurunkan tekanan darah
sampai target 140/90 mmHg dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
Selain diagnosis yang sangat teliti, tatalaksana hipertensi pada usia lanjut harus
juga memperhatikan kedua hal tersebut di atas. Penatalaksanaan hipertensi pada lansia
tidak berbeda dengan penatalaksanaan hipertensi pada umumnya, yaitu merubah pola
hidup dan pengobatan anti hipertensi. Dan saat ini berbagai pilihan obat-obat anti
hipertensi telah beredar di pasaran. Pemakaian berbagai obat tersebut bisa disesuaikan
dengan penyakit komorbid yang menyertai keadaan hipertensi tersebut.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Chobanian A . 2003. JNC VII Report 18th Annual Scientific Meeting and
Exposotion of American Society of Hypertension. New York, USA.
2. Martono, H. (2004). Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut, Buku Ajar
Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi Ke-3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
3. Geratosima, Salma 2004. Buku Ajar GERIATRI (ilmu kesehatan usia lanjut)
edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Ganiswarna S., et al. 1995. Farmakologi & Terapi Edisi 4. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
5. Stanley, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta :
EGC.
6. Stocklager, Jaime L. 2008. Asuhan Keperawatan Geriatric Edisi 2. Jakarta :
EGC.
7. Kowalski, Robert E. 2010. Terapi Hipertensi. Bandung : Mizan Pustaka.
8. Nugroho, Wahjudi. 2000 . Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.
9. http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CB8QFjAA&url=http
%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream
%2F123456789%2F19074%2F5%2FChapter
%2520I.pdf&ei=FxSCUPTKEuciAeXsIDwAQ&usg=AFQjCNEirKwyg_Z55lpL
GGwhFxTq-efDKA
38