Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
YENNI OCTAVIANA
NIM. H311 12 293
A. PENGERTIAN ADSORBSI
Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada
permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada
permukaaan zat tersebut. Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorban,
dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan
dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media
penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon.
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom
atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat
padat ataupun zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada
gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat
dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada
absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi zat
yang diserap hanya terdapat pada permukaannya (Sukardjo, 1990). Komponen
yang terserap disebut adsorbat (adsorbate), sedangkan daerah tempat terjadinya
penyerapan disebut adsorben (adsorbent/substrate). Berdasarkan sifatnya,
adsorpsi dapat digolongkan menjadi adsorpsi fisik dan kimia.
1. Isotherm Langmuir
Teori Langmuir yaitu dimana banyaknya zat yang diadsorpsi pada
temperature tetap oleh suatu adsorben tergantung dari konsentrasi dan keaktifan
adsorbat untuk mengadsorpsi zat-zat tertentu. Hubungan dari jumlah zat
teradsorbsi persatuan luas atau satuan massa dan tekanan dinyatakan dengan
persamaan Freundlich :
y=k P1/n
(1)
dimana :
y = berat atau volume zat yang teradsorbsi persatuan luas atau massa adsorban.
P = tekanan saat kesetimbangan tercapai
k, n = konstanta
Untuk adsorbsi solute yang tidak melibatkan gas maka persamaan
Freundlich menjadi :
y = k C1/n
(2)
(3)
Jika kemudian dibuat plot log10y melawan log10C maka akan diperoleh
garis lurus yang mempunyai slope sebesar 1/n dan nilai interceptnya sebesar
log10k.
Langmuir berpendapat bahwa gas diadsorbsi pada permukaan solid dan
membentuk tidak lebih dari satu lapis ketebalannya.
Pada adsorbsi isothermis ini, persamaan-persamaan yang digunakan dalam
perhitungan diturunkan dari teori Langmuir, dengan asumsi-asumsi :
1. Seluruh permukaan adsorban memiliki aktivitas adsorbsi yang sama atau
seragam.
2. Tidak terjadi interaksi antara molekul-molekul adsorbat.
3. Mekanisme adsorbsi yang terjadi seluruhnya sama.
4. Hanya terbentuk satu lapisan adsorbat yang sempurna di permukaan adsorban.
2. Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm
adsorpsi dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh
Freundlich. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai
permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang
berbeda-beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak
digunakan saat ini. Persamaannya adalah :
x/m = k C 1/n
dimana:
x = banyaknya zat terlarut yng teradsorpsi (mg)
m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
k,n = konstanta adsorben
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan
diplot sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada
koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini,
akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan
digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat
ditentukan efisisensi dari suatu adsorben (Atkins, 1999).
Adsorbsi secara umum adalah proses penggumpalan subtansi terlarut
(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap,
dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara subtansi dengan penyerapannya.
Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ;
A. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan
suatu proses bolak balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan
adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya
maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada permukaan adsorben.
B. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorbsi.
Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari
adsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan
komponen mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan
adsorbatnya. Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang bersifat
polar akan terikat lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang kurang polar.
Kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh sifat keras-lemahnya dari adsorbat
maupun adsorben. Sifat keras untuk kation dihubungkan dengan istilah polarizing
power kation, yaitu kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi anion dalam
suatu ikatan. Kation yang mempunyai polarizing power kation besar cenderung
bersifat keras. Sifat polarizing power kation yang besar dimiliki oleh ion-ion
logam dengan ukuran (jari-jari) kecil dan muatan yang besar. Sebaliknya sifat
polarizing power kation yang rendah dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran
besar namun muatannya kecil, sehingga diklasifikasikan ion lemah.
Sedangkan pengertian keras untuk anion dihubungkan dengan istilah
polarisabilitas anion yaitu, kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisasi
akibat medan listrik dari kation. Anion bersifat keras adalah anion berukuran
kecil, muatan besar dan elektronegativitas tinggi, sebaliknya anion lemah dimiliki
oleh anion dengan ukuran besar, muatan kecil dan elektronegatifitas yang rendah.
Ion logam keras berikatan kuat dengan anion keras dan ion logam lemah berikatan
kuat dengan anion lemah (Atkins, 1999).
>
A.B
Dimana :
A = adsorbant
B = adsorbent
A.B = jumlah bahan yang terjerap
Energi yang dihasilkan seperti ikatan hidrogen dan gaya Van Der Waals
menyebabkan bahan yang teradsorp berkumpul pada permukaan penserap. Bila
reaksi dibalik, molekul yang terjerap akan terus berkumpul pada permukaan
karbon aktif sehingga jumlah zat diruas kanan reaksi sama dengan jumlah zat
pada ruas kiri. Apabila kesetimbangan telah tercapai, maka proses adsorpsi telah
selesai.
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukan distribusi adsorbent
antara fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben dengn fasa ruah saat
kesetimbangan pada suhu tertentu.
Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada
permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada
permukaaan zat tersebut. Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi
tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
a. Jenis adsorben
b.Jenis adsorbat
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat terlarut
e. Temperatur
Pada peristiwa adsorbsi ini, bila konsentrasi zat pada bidang batas menjadi
lebih besar daripada konsentrasi medan salah satu fase adsorbs maka disebut
adsorbs positif. Demikian juga sebaliknya apabila konsentrasi zat pada bidang
batas menjadi lebih kecil daripada konsentrasi medan salah satu fase adsorbs
maka disebut adsorbs negatif.
Hubungan antara jumlah substansi yang diserap oleh adsorban dantekanan
atau konsentrasi pada kesetimbangan pada suhu konstan disebut adsorbsi
isothermis. Hubungan dari jumlah zat teradsorbsi persatuan luas atau satuan
massa dan tekanan dinyatakan dengan persamaan Freundlich :
y=k P 1/n (1)
(Maron and Lando, 755)
dimana : y = berat atau volume zat yang teradsorbsi persatuan luas ataumassa
adsorban.
P = tekanan saat kesetimbangan tercapai
k, n = konstantauntuk adsorbsi solute yang tidak melibatkan gas maka persamaan
Freundlichmenjadi :
y = k C 1/n (2)
dimana C adalah konsentrasi solute saat kesetimbangan.Persamaan (2) dapat
dituliskan dalam bentuk logaritma.
3log 10 y = log 10
k + 1/n log 10 C
Jika kemudian dibuat plot log 10, y melawan log 10 C maka akan
diperoleh garis lurus yang mempunyai slope sebesar 1/n dan nilai interceptnya
sebesar log 10.
Disamping persamaan Freundlich terdapat persamaan yang lebih baik untuk
menyatakan
adsorbsi
isothermis
yaitu
persamaan
Langmuir.Langmuir
berpendapat bahwa gas diadsorbsi pada permukaan solid dan membentuk tidak
lebih dari satu lapis ketebalannya.Pada adsorbsi isothermis ini, persamaanpersamaan yang digunakan dalam perhitungan diturunkan dari teori Langmuir,
dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
3. ISOTERM BET