Você está na página 1de 3

ALIRAN ALIRAN DALAM FILSAFAT

Dosen : Khaerul Azmi, S.Sos.I, M.Sos.I

Aliran-aliran dalam Filsafat


1.

2.

3.

Rasionalisme

Muncul pada abad 17

Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat


dipercaya adalah rasio atau akal (Harun Hadiwijono, 1980)

Metode yang digunakan adalah metode deduktif, yaitu suatu penalaran


yang mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat umum
untuk diterapkan kepada hal-hal yang bersifat khusus

Tokoh-tokoh filsafat dari mazhab rasionalisme diantaranya adalah Rene


Descartes, Blaise Pascal, Baruch Spinoza.

Tokoh rasionalisme yang sangat berpengaruh adalah Rene Descartes yang


disebut juga bapak filsafat modern. Salah satu pernyataan paling populer
dari Descartes adalah cogito ergo sum, yang artinya aku berpikir maka
aku ada.

Empirisme

Mazhab ini muncul sezaman dengan rasionalisme yaitu pada abad 17.

Empirisme berpendapat bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi


sumber pengetahuan, baik pengetahuan lahiriah maupun batiniah.

Metode yang dipercayai adalah induktif, yaitu suatu penalaran yang


mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat khusus untuk
diterapkan kepada hal-hal yang bersifat umum

Beberapa tokoh dari aliran ini diantaranya adalah Thomas Hobbes, John
Locke dan David Hume.

Thomas Hobbes misalnya berpendapat bahwa pengalaman adalah awal


dari semua pengetahuan. Hanya pengalamanlah yang memberi kepastian.
Filsafat harus diarahkan kepada fakta-fakta yang diamati, dengan maksud
untuk mencari sebab-sebab terjadinya sebuah realitas.

Idealisme

Kata idealisme pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibniz,


seorang filosof Jerman pada pertengahan abad 17.

Kata Idealisme di sini dimaksudkan untuk menerapkan pemikiran Plato.

Idealisme berpendat bahwa seluruh realitas itu bersifat spiritual/psikis,


dan materi yang bersifat fisik sebenarnya tidak ada.

4.

5.

6.

Idealisme di Jerman memuncak pada pemikiran George Wilhelm Friedrech


Hegel (1770-1831).

Menurut Hegel, yang mutlak adalah roh yang mengungkapkan diri di


dalam alam, agar dapat sadar akan dirinya sendiri.

Filsafat Hegel menggunakan metode dialektik, yaitu suatu metode yang


mengusahakan kompromi dari keadaan yang berlawanan. Bentuknya
adalah tesa, antitesa dan sintesa

Positivisme

Mazhab ini berkembang pada abad 19.

Positivisme berpendapat bahwa pemikiran filsafat berpangkal dari apa


yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Sehingga sesuatu yang
sifatnya metafisik ditolak.

Positivisme dan empirisme memiliki kesamaan, yaitu bahwa keduanya


mengutamakan pengalaman. Perbedaannya positivisme membatasi diri
pada pengalaman-pengalaman objektif, sedangkan empirisme masih
menerima pengalaman yang subjektif.

Beberapa tokoh dari aliran ini antara lain August Comte, John Stuart Mill
dan Herbert Spencer.

August Comte menyatakan bahwa perkembangan pemikiran manusia,


baik sebagai pribadi maupun manusia secara keseluruhan meliputi tiga
zaman, yaitu: zaman teologis, zaman metafisis dan zaman positif.

Pragmatisme

Mazhab ini muncul pada awal abad 20.

Mazhab ini mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang


membuktikan dirinya sebagai benar dengan membawa akibat yang
bermanfaat secara praktis.

Pedoman pragmatisme adalah logika pengamatan. Pragmatisme bersedia


menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat yang praktis.

Beberapa pemikir dari aliran ini adalah William James dan John Dewey.

John Dewey misalnya, menyatakan bahwa tugas filsafat adalah


memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan
hidup. Oleh karena itu filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiranpemikiran metafisis yang tidak ada faedahnya.

Eksistensialisme

Eksistensialisme berkembang pada abad 20.

Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala dengan


berpangkal kepada eksistensi.

Eksistensi adalah cara manusia berada dalam dunia. Cara berada manusia
dalam dunia berbeda dengan cara berada benda-benda. Benda-benda
berada dengan tidak sadar tanpa hubungan. Sedangkan manusia berada

di dunia justru berhubungan dengan sesama manusia dan berhubungan


dengan benda-benda.

Beberapa pemikir dari aliran ini adalah Martin Heidegger, Jean Paul Sartre,
Karl Jaspers dan Gabriel Marcel.

Tetapi pada umumnya sumber utama dari filsafat eksistensialisme adalah


Soren Kierkegaard.

Menurut Sartre misalnya, ada atau yang ada itu dapat dilihat dari dua
sudut pandang, yaituada yang hidup dan berada bagi dirinya sendiri (etre
pour-soi) dan kedua, sebagai ada yang identik dengan dirinya, tidak aktif,
tidak pasif, tidak afirmatif, dan tidak negatif (etre en-soi)

Você também pode gostar