Você está na página 1de 6

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT, TOKOH DAN IDENYA

a. PENDAHULUAN
Filsafat merupakan kegiatan olah fikir yang sangat mendalam terhadap suatu
persoalan kecil yang dianggap penting oleh seseorang, yang mungkin dianggap sebagai hal
yang tidak penting oleh orang lain dan mungkin tidak dapat memberikan kontribusi secara
langsung dalam kehidupan seseorang. Dalam tahap perkembangannya, filsafat sering
mencapai pasang surut sesuai masanya. Ada kalanya filsafat mendapatkan tempat yang cukup
tinggi di suatu peradaban masyarakat, namun ada kalanya pula filsafat diabaikan, tidak
dianggap keberadaannya, bahkan sampai mati sama sekali, dan dapat kembali muncul berkat
perjuangan dan pemikiran para filsuf yang berperan sangat besar untuk perkembangan filsafat
tersebut. Dalam perkembangannya, ada banyak tokoh yang mengikuti suatu aliran filsafat
tertentu serta ide yang dicetuskannya, dan sebagian tokoh dan idenya tersebut akan
dipaparkan dalam makalah ini.
b. ALIRAN FILSAFAT, TOKOH DAN IDENYA
a. Filsafat pada Masa Yunani Kuno.
Pada masa Yunani Kuno, perkembangan filsafat diibaratkan bagai gunung-gunung
dan mata air.Filsafat (akal) mendapatkan tempat yang sangat tinggi dan mengalahkan
agama.Ada beberapa tokoh filsafat yang muncul pada masa ini, diantaranya adalah
Parmenides dan Heraclitos.Parmenidesberfilsafat dalam bentuk aphorisme yaitu kalimatkalimat pendek yang harus ditafsirkan lebih jauh. Di dalam tulisannya, dia mengajarkan dua
ajaran yang disebut jalan kebenaran (the way of truth) danjalan pendapat (the way of
opinion).
Dalam pengajarannya tentang jalan kebenaran mengenai konsep ada (being), Parmenides
mengajarkan yang ada itu ada (what is, is).
Yang ada merupakan yang tetap, tidak terbagi, dan sempurna seperti lingkaran.Maka,
yang ada itu tidak mungkin yang tidak ada, karena yang tidak ada itu tidak dapat
dipikirkan dan dikatakan.Dengan begitu, yang tidak ada itu tidak ada.
Ketika yang tidak ada itu tidak ada, maka konsekuensinya, yang menjadi itu pun tidak
ada, karena yang menjadi itu terjadi dari yang ada ke yang tidak ada, kemudian yang
menjadi.Akan tetapi yang tidak ada itu tidak ada, karena tidak dapat dipikirkan.Jelaslah,
yang menjadi, karena memiliki aspek tidak ada, itu tidak ada. Maka perubahan dari
yang ada menjadi yang menjadi itu tidak akan pernah terjadi. Maka perubahan itu tidak
ada.
Dalam
pengajarannya
tentang jalan
pendapat,
Parmenides
mengajarkan
konsep doxa (pendapat umum) dan aletheia (kebenaran).Doxa adalah kebiasaan dan
pandangan umum yang kita dengar dan dapatkan dengan begitu saja,
sedangkan aletheia bersumber pada akal budi semata.Dalam bersikap, dia mengajarkan agar
berpikir sendiri dan menemukan kebenaran itu sendiri, serta tidak boleh percaya pada
gagasan-gagasan umum yang kebenarannya tidak pasti.Menurutnya, kebenaran hanya dapat
diperoleh melalui akal budi semata. Dengan akal budi hendaklah kita menjadi penguji dan
hakim segala sesuatu, memperoleh pengetahuan yang murni dan sejati, yang mampu
menangkap yang ada, yang bersifat tetap, dan tidak berubah di balik pengetahuan indera
yang menipu. Parmenides mengajarkan pentingnya berpikir dan mengambil sikap tegas
terhadap apa yang diyakini oleh umum. Keyakinan umum tidak selalu benar.Oleh karena itu,
kita harus melihat realitas dengan menggunakan akal budi secara langsung.
Berbeda dengan Parmenides, Heraclitos justru menyatakan bahwa segala sesuatu itu terus
bergerak dan berubah, dan tidak hanya diam. Dia memandang api bersifat dinamis, yang

perlu diberikan umpan berupa bahan bakar agar menghasilkan suatu perubahan yang
menakjubkan, yaitu berupa cahaya. Selain api, dia juga tertarik pada pertentangan dan
kesatuan, misalnya pada laut. Satu sisi laut dapat menyelamatkan, namun di sisi lain laut juga
dapat menghancurkan kehidupan. Pernyataan Heraclitos yang paling terkenal adalah tentang
sungai, yaitu stepping into a river. Dari ide sungai ini, kemudian muncul slogan yang selalu
dikaitkan dengan pemikiran Herakleitos, yaitu panta rhei: segala sesuatu mengalir
(everything flows). Dengan menggunakan perumpamaan sungai, dia ingin kita memahami
bahwa segala sesuatu mengalir seperti air dan mengalami perubahan yang terus menerus
(flux).
b. Filsafat Socrates
Pada masa Yunani Kuno, akal mendapatkan tempat yang paling tinggi mengalahkan
agama dan segalanya, sehingga manusia pada zaman tersebut hidup tanpa suatu pegangan
apapun. Hal ini dapat terbukti dari:
1. Kekacauan kebenaran, karena tidak ada ukuran umum tentang suatu nilai kebenaran.
2. Semua teori sains diragukan dan semua akidah dan kaidah agama dicurigai..
3. Banyak muncul pembela kebenaran yang menjadi guru filsafat, filosof dan hakim sehingga
kekacauan semakin meluas.
Pada masa yang sangat kacau tersebut, tampillah Socrates sebagai pembela
kebenaran yang sebenarnya. Beliau membawa misi menghentikan pemikiran sofis bahwa
semua kebenaran bersifat relative, yaitu dengan cara meyakinkan orang Athena terutama para
filosof dan sofis bahwa tidak semua kebenaran bersifat relative. ada kebenaran yang umum,
yaitu kebenaran yang dapat diterima oleh semua orang, yang disebut Pengertian Umum,
yang merupakan penemuan terpenting dari Socrates. Setelah orang dapat diyakinkan bahwa
ada kebenran yang umum, tidak terlalu sulit untuk mengajak orang kembali ke
agamanya.Namun pengajaranSocrates harus dibayar mahal dengan hukuman mati meminum
racun, karena putusan pengadilan yang dihakimi oleh orang sofis.
c.

Filsafat pada sekitar Tahun 0 Masehi


Sepeninggal Socrates, pemikirannya masih tetap bekerja. Pada tahun 0 Masehi,
perkembangan Filsafat juga diibaratkan sebagai gunung-gunung dan mata air.Ada dua tokoh
penting pada masa ini, yaitu Plato dan Aristoteles.
Plato, murid sekaligus teman dari Socrates memperkuat pendapat dari gurunya tersebut. Dia
mengatakan bahwa memang ada kebenaran umum, yang dinamakan idea, dan idea itu
telah ada sebelum manusia ada, ia ada di dalam idea.
Aristoteles juga memperkuat pendapat gurunya tersebut.Dia menulis buku, yang mengupas
tentang kepalsuan logika orang-orang sofis.Dia sependapat bahwa pengertian umum yang
kebenarannya berlaku umum memang ada, dan dinamakan sebagai definisi. Pada masa ini,
akal dan hati, rasio dan iman, filsafat dan agama mendapatkan kedudukan yang sama tinggi.

d.

Jaman Kegelapan, Dominasi Gereja (Abad 12 s/d 13 Masehi)


Pada masa ini, perkembangan filsafat diibaratkan tertutup atau mati.Tepat di
pengujung zaman helenisme menjelang neo-Platonisme, filsafat benar-benar
kalah.Selanjutnya pemikiran memasuki jaman kegelapan, dimana agama menang mutlak
sedangkan akal kalah total.Hal ini terlihat jelas dari pemikiran Plotinus, Augustinus, dan
Anselmus. Menurut Plotinus, Tuhan bukan untuk dipahami, tetapi untuk dirasakan, sehingga
tujuan filsafat adalah bersatu dengan Tuhan. Filsafat rasional dan ilmu sains tidak
penting.Orang yang masih menghidupkan akal harus dimusuhi, bahkan dibunuh.Bahkan
tahun 529, Kaisar Justiniaus mengeluarkan Undang-undang yang melarang ajaran filsafat
apapun di Athena.Ciri khas filsafat pada masa ini adalah rumusan terkenal yang dikemukakan

oleh Saint Anselmus yaitu Credo ut intelligan, yang artinya iman lebih dulu, setelah itu baru
mengerti.
e. Abad 15 (Jaman Pengerahan)
Rumusan yang dikemukakan oleh Saint Anselmus yaitu Credo ut intelligan, tidak
akan merugikan perkembangan filsafat jika wahyu yang dijadikan acuan adalah wahyu yang
tidak berlawanan dengan akal logis. Pada masa pertengahan ini, agama Kristen bisa dikatakan
tidak bersumber pada kitab suci, namun lebih bersumber pada penafsiran kitab suci oleh para
saint (orang suci).Keyakinan yang begitu besar pada penafsiran tersebut dapat dikatakan
sebagai kelemahan filsafat Kristen pada masa ini, karena pada dasarnya kebenaran penafsiran
bersifat relative.Selain itu, kekurangjelasan perbatasan antara sains, filsafat dan iman
mengakibatkan sering terjadi bentrokan.Copernicus dan Galileo memiliki pemikiran yang
berbeda dari para tokoh gereja, sehingga kedua tokoh tersebut dihukum.Sebenarnya,
pendapat dua ilmuwan tersebut tidak berlawanan dengan kitab suci, namun berbeda dari
pendapat tokoh gereja yang mengatasnamakan kitab suci.Jika berlawanan dengan kitab suci,
berarti kitab suci itu yang salah karena bukti-bukti menunjukkan bahwa kedua ilmuwan
tersebut benar adanya.
Copernicus adalah orang pertama yang mengemukakan bahwa selain Bumi berputar
mengelilingi sumbunya sekali putaran dalam sehari, bumi juga bergerak mengelilingi
matahari sekali dalam setahun.Sesuai dengan pendapat Copernicus, maka bumi di samping
berputar mengelilingi sumbunya sekali sehari, juga berputar mengelilingi matahari atau yang
disebut dengan revolusi. Bumi berevolusi dapat dibuktikan dengan percobaan-percobaan
yang dilakukan oleh para ahli, antara lain: adanya aberasi (sesatan cahaya) dan Parallaxis.
Selama berada di Italia, Copernicus sudah berkenalan dengan ide-ide filosof Yunani
Aristarchus dari Samos (abad ke-13 SM), yang berpendapat bahwa bumi dan planit-planit
lain berputar mengitari matahari.Copernicus jadi yakin atas kebenaran hipotesa
"heliocentris".Copernicus memerlukan waktu bertahun-tahun untuk melakukan pengamatan
dan perhitungan cermat dalam untuk penyusunan buku besarnya De Revolutionibus Orbium
Coelestium (Tentang Revolusi Bulatan Benda-benda Langit), yang melukiskan teorinya
secara terperinci dan mengedepankan pembuktian-pembuktiannya.
f. Abad 16 (Awal Jaman Modern)
Pada awal jaman modern ini, perkembangan filsafat diibartkan sebagai sungaisungai.Ada beberapa tokoh yang memberikan sumbangan sejarah pada masa ini, antara lain
Rene Descartes dan David Hume.Descartes bertujuan untuk melepaskan filsafat dari
kekangan gereja, yang terlihat dari argument cogito yang mengatakan bahwa badanku boleh
saja diragukan adanya, namun aku yang berfikir tidak dapat diragukan.Setelah Descartes
berhasil, dan ternyata tidak mendapatkan reaksi keras dari gereja, maka kembali bermunculan
para filosof.Akal yang telah mendapat kekangan selama 1500 tahun itu, pada masa ini
menang lagi.Namun sofisme kembali terulang, dan dinamakan sebagai sofisme modern, dan
kembali menyatakan bahwa kebenaran bersifat relative.
Adanya tiga aliran besar yaitu rasionalisme, idealism dan empirisme mampu menjadikan
filsafat modern membingungkan orang modern.Rasionalisme dan idealisme mengatakan
bahwa roh yang hakikat, sedangkan empirisme mengatakan bahwa benda lah yang hakikat,
dan roh tidak ada.Akibatnya, sains sangat dicurigai, terutama pada masa Hume, dan agama
juga diragukan.Keadaan ini lebih parah daripada zaman Socrates.
g. Abad 17 s/d 18 (Jaman Modern)
Pada masa ini, filsafat diibaratkan sebagai muara sungai.Masa ini merupakan
kelanjutan dari awal jaman modern.Sains masih dicurigai dan agama juga masih

diragukan.Keadaan inilah yang dihadapi oleh Immanuel Kant. Cara Kant dalam
menyelesaikan masalah ini pada dasarnya sama dengan pada masa Socrates. Ia menyatakan
bahwa akal dan hati (iman) memiliki daerah masing-masing yang tidak saling tercampur satu
dengan yang lainnya. Jika akal memasuki wilayah hati, maka akan hilang dalam paralogisme.
Kant mengatakan bahwa akal dan agama keduanya sama-sama dapat dipegang dan samasama diperlukan.Skeptic terhadap sains sangat berbahaya.Begitu pula keraguan pada agama,
juga sangat berbahaya.
h. Abad 18 s/d 19 (Jaman Pos Modern)
Pada masa ini, perkembangan filsafat diibaratkan sebagai pantai-pantai.Tokoh utama
pada masa ini adalah Auguste Comte, yang merupakan tokoh aliran positivisme yang paling
terkenal.Kaum positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dimana
metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum
sosial kemasyarakatan.Pendiri filsafat positivis yang sesungguhnya adalah Henry de Saint
Simon yang menjadi guru sekaligus teman diskusi Comte. Menurut Simon, untuk memahami
sejarah orang harus mencari hubungan sebab akibat, hukum-hukum yang menguasai proses
perubahan.
Comte menuangkan gagasan positivisnya dalam bukunya the Course of Positivie
Philosoph, yang merupakan sebuah ensiklopedi mengenai evolusi filosofis dari semua ilmu
dan merupakan suatu pernyataan yang sistematis yang semuanya itu tewujud dalam tahap
akhir perkembangan.Perkembangan ini diletakkan dalam hubungan statika dan dinamika,
dimana statika yang dimaksud adalah kaitan organis antara gejala-gejala, sedangkan dinamika
adalah urutan gejala-gejala. Bagi Comte, untuk menciptakan masyarakat yang adil,
diperlukan metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat. Metode positif ini
mempunyai 4 ciri, yaitu metode ini diarahkan pada fakta-fakta, diarahkan pada perbaikan
terus menerus dari syarat-syarat hidup, berusaha ke arah kepastian, dan berusaha ke arah
kecermatan.
Metode positif juga mempunyai sarana-sarana bantu yaitu pengamatan, perbandingan,
eksperimen, yang biasa dilakukan dalam ilmu-ilmu alam, serta metode historis khusus
berlaku bagi masyarakat yaitu untuk mengungkapkan hukum-hukum yang menguasai
perkembangan gagasan. Menurut Comte, perkembangan pemikiran manusia berlangsung
dalam 3 zaman, yaitu; zaman teologis, zaman metafisis dan zaman ilmiah atau zaman positif.
1) Pada zaman teologis , manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasakuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut.
2) Zaman metafisis atau tahap transisi. Tahapan ini menurut Comte hanya modifikasi dari
tahapan sebelumnya. Penekanannya pada tahap ini, yaitu monoteisme yang dapat
menerangkan gejala-gejala alam dengan jawaban-jawaban yang spekulatif, bukan dari analisa
empirik.
3) Zaman positif, adalah tahapan yang terakhir dari pemikiran manusia dan perkembangannya,
pada tahap ini gejala alam diterangkan oleh akal budi berdasarkan hukum-hukumnya yang
dapat ditinjau, diuji dan dibuktikan atas cara empiris. Penerangan ini menghasilkan
pengetahuan yang instrumental.
i. Pos Pos Modern (Power Now)
Pada masa ini, perkembangan filsafat diibaratkan sebagai laut dangkal. Ada beberapa
pandangan yang sangat berpengaruh pada masa ini, antara lain paham Pragmatism,
Utilitarian, Capitalis dan Hedonisme.
1. Pragmatism
Konsep pragmatisme mula-mula dikemukan oleh Charles Sandre Peirce pada tahun
1839. Dalam konsep tersebut ia menyatakan bahwa, sesuatu dikatakan berpengaruh bila

memang memuat hasil yang praktis. Pada kesempatan yang lain ia juga menyatakan bahwa,
pragmatismesebenarnya bukan suatu filsafat, bukan metafisika, dan bukan teori kebenaran,
melainkan suatu teknik untuk membantu manusia dalam memecahkan masalah. Dari kedua
pernyataan itu tampaknya Pierce ingin menegaskan bahwa pragmatisme lebih cenderung
pada tataran ilmu praktis untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi
manusia.Jika tidak menimbulkan konskuensi yang praktis maka tidak ada makna yang
dikandungnya, sehingga muncul semboyan bahwa, Apa yang tidak mengakibatkan
perbedaan tidak mengandung makna.
Sebagian penganut pragmatisme yang lain mengatakan bahwa, suatu ide atau tanggapan
dianggap benar, jika ide atau tanggapan tersebut menghasilkan sesuatu, yakni jalan yang
dapat membawa manusia ke arah penyelesaian masalah secara tepat (berhasil). Bahkan, Budi
Darma mengatakan bahwa, masa depan itu tidak ada, masa lalu juga tidak ada, yang ada
adalah masa sekarang maka berjuanglah untuk saat ini. Inti dari peryataan tersebut adalah,
kebenaran pragmatik merupakan kebenaran yang bersifat fungsional, berguna atau
praktis.Segala sesuatu dianggap benar jika ada konsekuensi yang bersifat manfaat bagi hidup
manusia.
2. Utilitarian
Utilitarianisme merupakan bagian dari etika filsafat yang berkembang sebagai kritik
atas dominasi hukum alam.Teori utilitarianisme di kembangkan oleh Jeremy Bentham dan
muridnya, John Stuart Mill.Utilitarianisme disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the
greatest happines theory), karena utilitiarianisme dalam konsepsi Bentham berprinsip the
greatest happiness of the greatest number, yang menjadi landasan moral utama kaum
utilitarianisme.Kemunculan utilitarianisme dilatarbelakangi oleh keinginan besar untuk
melepaskan diri dari belenggu doktrin hukum alam.David Hume dan Helvetius, dan Beccaria
adalah arsitek utama doktrin Utilitarianisme tersebut.Namun, Jemery Bethamlah yang
berhasil merumuskannya dalam sebuah teori formal tentang refomasi social.
Menurut faham utilitarisme, kebahagiaan tercapai jika ia memiliki kesenangan dan bebas dari
kesusahan. Suatu perbuatan dapat dinilai baik atau buruk sejauh dapat meningkatkan atau
mengurangi kebahagiaan sebanyak mungkin orang. Prinsip kegunaan harus diterapkan secara
kuantitatif, karena kualitas kesenangan selalu sama sedangkan aspek kuantitasnya dapat
berbeda-beda. Berkat konsep fundamentalnya tersebut, Jeremy Betham diakui sebagai
pemimpin kaum Radikal Filosofis yang sangat berpengaruh.nemun teori yang di usung
Betham tersebut mempunyai banyak kelemahan, terutama tentang moralitas, sehingga
memperoleh celaan dari para pengkritik. Salah paham tersebut kemudian berusaha diluruskan
kembali oleh pengikutnya, yaitu Jhon Stuart Mill
3. Capitalis
Dalam perkembangan filsafat kapitalis, tokoh yang sangat berperan adalahKarl Marx
yang menyatakan beberapa hal penting terkait dengan kapitalisme.Pemikiran Kapitalisme adalah
sebuah sistem ekonomi yang filsafat sosial dan politiknya didasarkan kepada azas
pengembangan hak milik pribadi, dannasionalisme sekuler. Cirri utamanya adalah mencari keuntungan
dengan berbagai cara dan sarana (kecuali yang jelas dilarang negara karena merusak
masyarakat), mendewakan hak milik pribadi dengan membuka jalan selebar-lebarnya agar

tiap orang meningkatkan kekayaan dan memeliharanya, dan membatasi campur tangan
Negara dalam kehidupan ekonomi.
4. Hedonisme
Salah satu aliran aksiolgis dalam filsafat adalah Hedonisme.Hedonisme erat
kaitannya dengan Epicurus, karena dia yang menggagas hedonisme.Fokus pemikirannya
adalah, bahwa tujuan hidup manusia adalah mencapai kenyamanan batin, dan kebebasan dari
rasa sakit.Seluruh keinginan manusia adalah fitrah, dan layak untuk di puaskan. Intinya,
karena manusia akan mati, maka manusia harus senang. Epicurus memiliki pandangan
tentang agama dan kesenangan atau kenikmatan, yaitu:
a. Pendapat Epicurus tentang agama dan Tuhan
Atau Tuhan mau menghapuskan keburukan, tetapi tidak mampu. Atau sebenarnya ia
mampu, tetapi tidak mau. Atau ia tidak mampu dan tidak mau. Jikalau ia mau, tetapi tidak
mampu, ia lemah. Jikalau ia mampu, tetapi tidak mau, dia jahat. Tetapi, jikalau Tuhan
mampu dan mau menghapuskan kejahatan, lantas bagaimana kejahatan ada di dunia?
2. Pandangan Epicurus tentang kenikmatan:
Epicurus merekomendasikan kepada kita untuk mengejar kesenangan dan kebahagiaan,
namun harus diingat, dia tidak pernah mengajarkan bahwa kita harus menjalani kehidupan
dengan mementingkan diri sendiri (selfish) yang berdampak kepada terhalangnya kesenangan
dan kebahagiaan untuk orang lain.
10 Kehidupan Praktis (Kontekstual)
Pada masa ini, perkembangan filsafat diibaratkan sebagai Laut Dalam.Orang telah melakukan
telaah secara mendalam tentang segala sesuatu yang menarik di benak atau
fikirannya.Manusia berfilsafat sesuai pemikiran masing-masing, dan dapat merepresentasikan
suatu hal dengan sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya, sesuai dengan sudut
pandangan masing-masing.Berfilsafat dilakukan sesuai konteks tertentu, yang tidak harus
merupakan hal besar, namun hal tersebut menjadi pokok perhatian bagi seseorang.jadi, objek
berfilsafat antara satu orang dengan orang yang lainnya sangat mungkin berbeda-beda.
III.

KESIMPULAN
Dalam perkembangannya, filsafat seringkali mengalami pasang dan surut pada setiap
periode.Masa pasang dan surut dalam tahap perkembangan filsafat tersebut membuktikan
bahwa filsafat sebagai kegiatan olah fikir, tidak hanya tiba-tiba ada sebagai hasil pemikiran
manusia sekarang, namun itu merupakan hasil perkembangan olah fikir sejak zaman dahulu.
Dari hasil pemahaman perkembangan pasang surut filsafat sejak jaman yunani kuno hingga
jaman sekarang, dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa keberadaan filsafat (akal) dan
hati (agama) harus saling beriringan dan tidak saling mengalahkan.kejayaan filsafat tanpa
agama tidak akan membawa kehidupan yang seimbang dalam masyarakat. Hal ini terbukti
pada jaman yunani kuno dan awal jaman modern. Demikian pula kemenangan agama tanpa
filsafat juga tidak akan membawa kedamaian. Hal ini terbukti pada masa abad ke 12/ 13
Masehi, dimana kekuasaan didominasi kekuatan gereja.Jadi, peran filsafat dan agama secara
berimbang sangat diperlukan untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat yang seimbang
dan damai.

Você também pode gostar