Você está na página 1de 12

Kesulitan Belajar dan Identifikasi Kesulitan Belajar

Oleh: Dr. Elly Herliani, M.Phil. dan Dra. Euis Heryati


A. Kesulitan Belajar
1. Pengertian
Tidak semua peserta didik berhasil mencapai tujuan-tujuan belajar sesuai
dengan taraf kualifikasi yang diharapkan. Apabila peserta didik menunjukkan
kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya, maka peserta
didik dikatakan mengalami kesulitan belajar.
2. Ciri Peserta Didik Gagal Mencapai Tujuan Belajar
Menurut Burton (Makmun, 2002: 307) peserta didik dikatakan gagal jika
memiliki ciri-ciri sbb.
a. Dalam batas waktu yang ditentukan peserta didik tidak mencapai ukuran
tingkat keberhasilan atau penguasaan minimal yang telah ditetapkan oleh
guru.
b. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang seharusnya sesuai
dengan tingkat
underachievers

intelegensinya. Kasus peserta didik ini disebut


(prestasinya

tidak

sesuai

dengan

kemampuan

intelektualnya)
c. Tidak mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian
sosial sesuai dengan pola organisme pada fase perkembangan tertentu.
Kasus ini tersebut dikatakan ke dalam slow learners (peserta didik yang
lambat belajar).
d. Tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai
prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya. Kasus peserta
didik ini dapat dikategorikan ke dalam slow learners atau belum matang
sehingga mungkin harus menjadi pengulang.
Peserta didik diduga mengalami kesulitan belajar apabila tidak berhasil
mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu berdasarkan indikator atau
ukuran kapasitas (taraf intelegensi) atau kemampuan dalam program
pelajaran atau tingkat perkembangan. Kualifikasi hasil belajar meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.

3. Diagnostik Kesulitan Belajar


a. Pengertian
Suatu proses yang berusaha untuk memahami jenis dan karakteristik
kesulitan belajar serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan
cara mengumpulkan dan menggunakan data selengkap dan seobjektif
mungkin sehingga dapat mengambil kesimpulan dan keputusan serta
mencari alternatif pemecahan masalah.
b. Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar
Langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar menurut Ross dan Stanley
(Makmun, 2004: 309) menentukan tahapan diagnostik itu sebagai berikut
ini`.
1) Siapa-siapa yang mengalami gangguan?
2) Di manakah kelemahan-kelemahan itu terjadi?
3) Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi?
4) Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan?
5) Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah?
Untuk memahami karakteristik dan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
secara seksama, Burton (Makmun, 2002:310) melakukan diagnostik
kesulitan belajar berdasarkan pada teknik dan instrumen yang digunakan
dalam pelaksanaannya, yaitu sebagai berikut.
1) Diagnosis Umum
Pada tahap ini biasa digunakan tes baku, seperti yang digunakan untuk
evaluasi dan pengukuran psikologis dan hasil belajar. Tujuannya untuk
menemukan siapakah yang diduga mengalami kelemahan tertentu.
2) Diagnosis Analitik
Pada tahap ini biasanya digunakan tes diagnosis. Tujuannya untuk
mengetahui di mana letak kelemahan tersebut.
3) Diagnosis Psikologis
Pada tahap ini teknik, pendekatan, dan instrumen yang digunakan antara
lain sebagai berikut (1) Observasi; (2) Analisis karya tulis; (3) Analisi
proses dan respon lisan; (4) Analisis berbagai catatan objektif;(5) Analisi

berbagai catatan objektif;(6) Wawancara; (7) pendekatan laboratories


dan klinis;(8) Studi kasus.
B. Mengidentifikasi Kesulitan Belajar Peserta Didik
Ada dua langkah operasional dalam mengidentifikasi kesulitan belajar peserta
didik. Langkah pertama adalah menandai dan menemukan siswa

yang

mengalami kesulitan belajar dan langkah kedua menemukan dimana letak


kesulitannya serta mengidentifikasi bagaimana karakteristik kesulitan belajarnya
1.

Menandai dan Menemukan Peserta didik yang Mengalami Kesulitan


Belajar
Untuk mengetahui peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar
dilakukan dengan membandingkan nilai peserta didik dengan kriteria yang
telah ditetapkan sebagai batas lulus (KKM, rata-rata kelas). Peserta didik
yang prestasi belajarnya di bawah KKM diduga memiliki kesulitan belajar.
Peserta didik-peserta didik yang berada di bawah KKM diranking, untuk
menentukan prioritas pemberian bantuan. Semakin jauh perbedaan antara
nilai peserta didik dengan KKM maka kesulitan belajarnya semakin besar.
Apabila mayoritas dari peserta didik nilainya berada di bawah KKM, maka
termasuk kasus kelompok. Bila hanya sebagian kecil saja peserta didik yang
nilainya di bawah KKM, maka termasuk kasus individual.
Untuk mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
selain dari nilai prestasi belajar dapat pula dilakukan dengan
memperhatikan atau menganalisa catatan observasi atau laporan proses
kegiatan belajar.
a.

Penggunaan catatan belajar siswa untuk mengetahui cepat atau lambat


dalam

menyelesaikan

tugas

atau

pekerjaannya.

Dengan

membandingkan lamanya keterlambatan dan frekwensi siswa itu secara


kelompok kita akan mengetahui anak yang lambat dan sering terlambat
dalam menyelesaikan tugas-tugas. Anak yang lambat dan sering
terlambat adalah yang diduga mengalami kesulitan belajar. Anak yang
paling lambat dan paling sering menjadi prioritas dalam pemberian

bantuan, adalah peserta didik yang perlu banyak mendapat prhatian


guru.
b.

Penggunaan catatan absensi dapat digunakan umtuk menandai siswa


yang diduga mengalami kesulitan belajar. Frekuensi ketidakhadiran
merupakan indikator berharga untuk menandai unsur-unsur yang
diduga mengalami kesulitan belajar. Ada relevansi ketidak hadiran
dengan prestasi apabila guru memperhitungkan ketidak hadiran dengan
pemberian nilai

c.

Penggunaan catatan atau bagan partisipasi untuk mengetahui aktivitas


dan partisipasi peserta didik dalam kelas. Peserta didik yang pasif
diduga mengalami kesulitan belajar. Penggunaan catatan dan bagan
partisipasi sangat berharga

pada pelajaran yang mengutamakan

komunikasi dan interaksi sosial dalam memberikan pendapat,


menyanggah, dan menjawab dengan argumentasi tertentu.
d.

Penggunaan catatan sosiometri dilakukan pada bidang studi tertentu


yang menuntut siswa bekerja sama dalam kelompok. Catatan dan
gambaran sosiometri amat penting untuk mengetahui anak terisolir.
(tidak ada yang memilih).

2. Melokalisasikan Letak Kesulitan Belajar


Lokalisasi kesulitan belajar peserta didik bertujuan untuk mengetahui di
mana letak kesulitan itu terjadi dan bagaimana karakteristik kesulitan belajar
peserta didik. Ada beberapa pertanyaan yang mengarahkan kita untuk
mengetahui letak kesulitan belajar siswa , yaitu:
a. dalam mata pelajaran mana kesulitan belajar itu terjadi ?
b. pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang manakah kesulitan
belajar itu terjadi ?
c. pada bagian (ruang lingkup) materi manakah kesulitan belajar itu terjadi ?
d. pada segi-segi proses belajar yang manakah kesulitan belajar itu terjadi
Berikut ini adalah cara melokalisasi letak kesulitan belajar.
a. Mengidentifikasi Kesulitan Belajar pada Bidang Studi Tertentu

Untuk mengetahui pada bidang studi manakah siswa mengalami kesulitan


belajar, dan hanya

pada satu bidang studi atau lebih, yaitu

dengan

membandingkan nilai siswa pada semua bidang studi dengan nilai KKM
atau rata-rata dari semua bidang studi.
b. Mengidentifikasi pada Kawasan Tujuan Belajar dan Bagian Ruang
Lingkup Materi Pelajaran Manakah Kesulitan Belajar Terjadi
Pendekatan yang tepat untuk melakukan langkah ini adalah tes diagnostik
(Burton), namun hakikatnya tes diagnostik itu adalah tes prestasi belajar
(TPB). Untuk mengetahui materi pelajaran mana saja yang mengalami
kesulitan belajar bisa dilakukan dengan menganalisa lembar jawaban siswa
pada tes prestasi belajar

ulangan umum semester, dapat pula pada

pelaksanaan evaluasi reflektif, formatif, atau dengan rancangan pre-post


test bila belum ada tes diagnostik khusus
c. Analisis Terhadap Catatan Mengenai Proses Belajar
Untuk mengetahui kesulitan belajar pada aspek-aspek

proses belajar

tertentu dilakukan dengan menganalisis empiris terhadap catatan


keterlambatan penyelesaian tugas atau soal, absensi, kurang aktif dalam
partisipasi, kurang penyesuaian sosial. Hasil analisis tersebut dengan jelas
menunjukkan posisi dari kasus-kasus yang bersangkutan.
3. Mengidentifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
a. Bila kasus kelompok (mayoritas peserta didik memiliki kesulitan belajar)
maka faktor penyebab kesulitan belajar berasal luar diri peserta didik.
Kemungkinan besar faktor penyebabnya kondisi sekolah (kualifikasi guru,
sistem belajar mengajar, materi, sistem penilaian, strategi/metode/teknik
pembelajaran yang tidak sesuai dengan keragaman peserta didik,dsb)
b. Bila kasusnya individual (sebagian kecil) dari peserta didik (sekitar 525%), maka faktor penyebabnya kemungkinan berasal dari diri peserta
didik. Faktor penyebab itu dapat bersumber pada (a) kemampuan dasar
atau potensi yaitu intelegensi dan bakat; (b) Bukan yang bersifat potensial,
yaitu kurang memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang
diperlukan dari sutu bidang studi, aspek fisik (kesehatan, gangguan
pancaindra, kecacatan, dsb.), emosional (kecemasan, phobia, penyesuaian

yang salah),

kurang minat dan motivasi belajar, sikap dan kebiasaan

belajar yang negatif, kurang konsentrasi, kurang mampu menyesuaikan


diri, dsb.
c. Ada berapa cara untuk menemukan kemungkinan faktor penyebab
kesulitan belajar yang bersumber pada diri peserta didik antara lain:
1) Menentukan kelemahan yang bersumber pada kemampuan dasar
(potensi)
a) Tes inteligensi dan tes bakat oleh tenaga ahli
b) Guru dapat menganalisis prestasi belajar peserta didik (kasus) secara
keseluruhan (semua pelajaran), hal ini berkaitan dengan kecerdasan
umum (inteligensi).
c) Guru dapat menganalisis prestasi belajar peserta didik (kasus) pada
pelajaran tertentu . Misalnya

IPA,

IPS, Matematika, atau Bhs

Indonesia, dsb. Hal ini berkaitan dengan kemampuan khusus atau


bakat.
2) Untuk mengetahui faktor penyebab yang bukan bersifat potensial dapat
dilakukan :
a) Guru melakukan pengamatan terhadap sikap dan kebiasaan belajar
peserta didik , dan/atau memberi angket serta wawancara peserta
didik( kelas tinggi ) dan orangtua.
b) Guru mengamati perilaku, pola sambutan (respons) peserta didik
dalam kegiatan belajar-mengajar.
c) Guru menganalisis pekerjaan/tugas tertulis peserta didik seperti
analisis lembar kerja berhitung, karangan, laporan, dikte, dsb.
Dengan demikian guru dapat mengetahui apakah kelemahannya itu
disebabkan karena kurang memahami konsep (prinsip) cara kerja,
atau kurang teliti, dsb.
d) Untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan
kesehatan fisik, penyesuaian sosial, latar belakang keluarga, dan
sebagainya, maka guru dapat melakukan wawancara kepada
orangtua peserta didik, kerja sama dengan rekan sejawat, dokter,
konselor

C. Membuat Alternatif Bantuan


Pengambilan keputusan berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar dalam
kegiatan memberikan bantuan kepada peserta didik yang memiliki kesulitan
belajar
D. Melakukan Tindak Remedial atau Membuat Referal
Bila permasalahan yang bertalian dengan sistem belajar mengajar dan masih
dalam kesanggupan guru, maka diberikan oleh guru sendiri dengan layanan
pengajaran remedial. Namun bila diluar kesanggupan guru seperti aspek
kepribadian dan medis, guru hanya membuat rekomendasi atau rujukan.
E. Implementasi dalam Pembelajaran
1. Guru harus memahami gejala-gejala anak yang memiliki kesulitan belajar.
2. Melakukan identifikasi kesulitan belajar serta membantu peserta didik
mengatasi kesulitan belajarnya.
3. Memberikan layanan pembelajaran remedial bila permasalahannya bertalian
dengan sistem belajar mengajar dan masih dalam kesanggupan guru.
4. Membuat rujukan kepada tenaga ahli (konselor pendidikan, dokter, psikolog)
bila permasalahannya di luar kemampuan guru.
5. Membantu

peserta

didik

yang

mengalami

mengoptimalkan prestasi belajarnya, dan juga

kesulitan

belajar

dapat

untuk

meningkatkan

kepercayaan dirinya, minat dan sikap postif terhadap pelajaran.


6. Bekerja sama dengan rekan sejawat dan orangtua untuk lebih memahami
faktor penyebab kesulitan belajar dalam diri peserta didik.
7. Guru berupaya mencegah terjadinya kesulitan belajar pada peserta didik
dengan merancang pembelajaran yang sesuai dengan keragaman peserta
didik.

Contoh Pelaksanaan Identifikasi Kesulitan Belajar


a. Menandai Peserta Didik yang Diduga Mengalami Kesulitan Belajar
1) Himpun semua peserta didik yang nilai prestasinya di bawah KKM
2) Selisihkan nilai prestasi setiap peserta didik (kasus) dengan nilai KKM dan
urutkan daftar kasus (rangking) tersebut berdasarkan angka selisih dari
yang paling besar. Peserta didik yang paling berat kesulitannya menjadi
prioritas bantuan.
Grafik Prestasi Belajar Berdasarkan Batas Lulus atau KKM
NILAI
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J

Sebagai contoh perhatikan grafik di bawah ini. Pada grafik terdapat empat
orang peserta didik A, E, K, L , prestasi belajarnya berada di bawah KKM,
dengan demikian ke empat peserta didik tersebut tersebut merupakan
kasus, dan K menjadi prioritas untuk mendapat bantuan.
b. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar atau Permasalahan
1) Mendeteksi Kesulitan Belajar pada Mata Pelajaran Tertentu
Guru dengan mudah dapat mengetahui pada mata pelajaran mana saja
peserta didik mengalami kesulitan belajar. Contoh kasus X :

Grafik Prestasi Belajar pada Peserta Didik K


NILAI
A
B
C
D
E
F
G
H
J

Mata Pelajaran
A= Pendidikan Agama; B= PKn, C= Bhs Indonesia; D= Matematika; E=
IPS; F= IPA; G= Penjaskes H= Keterampilan; I= Bhs Daerah
Peserta didik K memiliki kesulitan belajar pada mata pelajaran
matematika dan IPA
2) Mendeteksi pada Kawasan Tujuan Belajar dan Bagian Ruang Lingkup
Materi Pelajaran yang Mengalami Kesulitan
Untuk mengetahui materi pelajaran matematika yang mengalami
kesulitan , dengan menganaliasis lembar jawab ulangan peserta didik
Contoh Tabel Analisis Kelemahan Jawaban Tes Matematika
Soal
Bilangan Bulat
Tambah
1

Kurang
3

Bilangan Pecahan

Kali
6

siswa

Tambah

11

12

Kurang
13

14

15

Kali
16

17

Bagi
18

19

B
C

Bagi

x
x

x
x

x
x
x

G
x

K *(X)

Salah

x
1

x
x

0
x

(X)
Tak

Tuntas
(-)
Tak

dibuat
(0)

Sumber: Abin Syamsudin Makmun, 2007


Berdasarkan tabel analisis kelemahan jawaban, maka guru dapat
mengetahui kasus:
(1) Kasus kelas, peserta didik umumnya memiliki kesulitan belajar
matematika dalam mengerjakan soal-soal perkalian dan pembagian
terutama soal-soal bilangan pecahan.
(2) Kasus individu K (X), peserta didik yang bersangkutan belum
mampu mengerjakan soal-soal pecahan, baik penjumlahan,
pengurangan maupun perkalian dan pembagian.
Analisis seperti di atas dapat dilakukan pada mata pelajaran lain.
3) Analisis Terhadap catatan Mengenai Proses Belajar
Hasil analisis empiris terhadap catatan keterlambatan dlam
penyelesaian tugas/soal, bagan partisipasi, absensi dan sosiometri,
sudah cukup jelas menentukan posisi dari kasus yang bersangkutan.
c. Mengidentifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
1) Untuk kasus kelas, karena banyaknya peserta didik yang belum
menguasai perkalian dan pembagian bilangan pecahan, maka faktor
diduga faktor penyebabnya ada di luar peserta didik. Oleh karena itu

guru harus mencari faktor luar individu yang mungkin menyebabkan


kesulitan belajar yang dialami oleh kelas,
2) Untuk kasus individual peserta didik K (X) guru harus mengidentifikasi
kemungkinan faktor penyebab kesulitan belajar yang berasal dari dalam
diri peserta didik C (X). Selain belum menguasai konsep penambahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan pecahan, kemungkinan
faktor penyebabnya apakah faktor kecerdasan, konsentrasi, atau
kebiasaan belajar, dsb.
d. Membuat Alternatif Bantuan (Prognosis)
Pengambilan keputusan berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar dalam
kegiatan memberikan bantuan kepada peserta didik yang memiliki
kesulitan belajar. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan
program dan penetapan alternatif bantuan yang harus diberikan kepada
peserta didik untuk mengatasi kesulitan belajarnya. Hal ini dapat dilakukan
dengan 5W + 1 H
1) Who: Siapakah yang memberikan bantuan kepada peserta didik?
- Guru bidang studi: Bantuan apa yang perlu diberikan oleh guru
bidang studi kepada peserta didik.
- Wali Kelas: Bantuan apa yang perlu diberikan oleh wali

kelas

kepada peserta didik


- Tenaga ahli seperti konselor pendidikan, psikolog bila masalahnya
menyangkut spek kepribadian yang mendalam atau dokter
apabila bila masalahnya menyangkut medis.
2) What: Materi apa yang perlu diberikan? Alat bantu apa yang harus
dipersiapkan? Pendekatan dan metode apa yang digunakan dalam
memberikan bantuan kepada peserta didik?
e. Melakukan Tindak Remedial atau Membuat Referal
Jenis dan sifat permasalahan yang bertalian dengan sistem belajar
mengajar dan masih dalam kesanggupan guru, maka diberikan oleh guru
sendiri, yaiu pemberian layanan pengajaran remedial. Namun bila diluar

kesanggupan guru seprti menyangkut aspek kepribadian dan medis, guru


hanya membuat rekomendasi atau rujukan(referral) kepada tenaga ahli.
Dalam melakukan agenda tindakan :
3) When

: Kapan pemberian bantuan itu dilaksanakan

4) Where

: Di mana pemberian bantuan itu diberikan

5) Which

: Siapa peserta didik yang diprioritaskan mendapatkan

bantuan lebih dahulu


6) How

: Bagaimana pemberian bantuan itu dilaksanakan? Dengan

cara cara pendekatan individual atau kelompok? Bentuk perlakukan


(treatment) yang bagaimana yang mungkin dapat diberikan kepada
peserta didik.
f. Evaluasi
Evaluasi di sini dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan dari bantuan
yang diberikan. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari
masalah kesulitan belajarnya, atau belum berhasil.

Você também pode gostar