Você está na página 1de 14

Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK)

Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013

ANALISIS PEMILIHAN LOKASI GALANGAN KAPAL KAYU DI


KABUPATEN BARRU
Lukman Bochary & Farianto Fachruddin
Staf pengajar Program Studi Teknik Perkapalan
Jurusan Teknik Perkapalan - Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, Sulsel 90254
Telp. 0411-585637, e-mail: lukman_bochary@ yahoo.co.id
Multazam Prayudhi
Alumni Program Studi Teknik Perkapalan
Abstrak
Sebagai salah satu kabupaten yang memiliki wilayah pesisir yang panjang, kabupaten Barru
memiliki perkembangan industri pembuatan kapal kayu yang cukup pesat. Namun laju
perkembangan tersebut masih terhambat oleh lamanya waktu pembuatan akibat tidak adanya
sarana pembangunan berupa galangan kapal kayu yang baik. Hal mendasar yang perlu diperhatikan
dalam pembangunan sebuah industri yakni pemilihan lokasi. Berdasarkan hal tersebut maka
dilakukan penelitian mengenai pemilihan lokasi optimal untuk pembangunan galangan kapal kayu
di Kabupaten Barru. Terdapat berbagai metode untuk melakukan pemilihan lokasi, salah satunya
Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode ini dipilih karena sangat memudahkan pengambilan
sebuah keputusan. Metode ini memilah beberapa pilihan ke sejumlah kriteria terkait sesuai jenisnya.
Dengan menggunakan metode AHP didapatkan hasil akhir berupa skala prioritas untuk tiap
alternatif. Skala prioritas tersebut didapat dari matriks berpasangan dari setiap kriteria dan
subkriteria. Dimana Kecamatan Tanete Rilau mendapat skala 40,56%, Kecamatan Barru sebesar
34,20%, dan Kecamatan Ballusu sebesar 25,24%. Berdasarkan skala tersebut, dapat terlihat bahwa
lokasi optimal untuk pembangunan galangan kapal kayu di Kabupaten Barru adalah Kecamatan
Tanete Rilau.
Kata Kunci
Galangan kapal, lokasi, Analytical Hierarchy Process (AHP)

PENDAHULUAN
Secara geografis, Kabupaten Barru terletak pada koordinat 40,549 sampai 44735
Lintang selatan dan 119350 sampai 1194916 Bujur Timur yang mempunyai luas
wilayah 1.174,72 km2 (117.427 Ha).
Kabupaten Barru terletak di wilayah pesisir Barat Sulawesi Selatan dengan panjang garis
pantai 78 km yang sangat cocok untuk pengembangan industri di bidang perkapalan, salah
satunya industri galangan kapal.
Industri galangan kapal tidak begitu saja dapat diwujudkan tanpa adanya perencanaan yang
matang. Khususnya dalam hal pemilihan lokasi pembangunan galangan kapal. Penentuan
lokasi galangan kapal perlu melakukan kajian dan penelitian mengenai analisis lokasi
optimal di wilayah pesisir dengan memperhatikan faktor-faktor penunjang. Antara lain
pemanfaatan sumberdaya bahan baku, pangsa pasar dan tenaga kerja. Maka dari itu
diperlukan pengambilan keputusan lokasi yang benar dan tepat.

Analisis Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Kayu di Kabupaten Barru

Terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk penentuan lokasi yang optimal.
Diantaranya penggunaan elementary method, multi attribute utility theory, simple multi
attribute rating technique, nominal group technic, dan analytical hierarchy process (AHP).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode AHP untuk mengambil keputusan.
Metode AHP memberi suatu skala pengukuran terhadap prioritas yang akan dicapai. Metode
AHP sangat mudah diterapkan karena dapat memilah-milah elemen-elemen ke beberapa
tingkatan sesuai jenisnya. Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian mengenai
analisis pemilihan lokasi galangan kapal kayu di kabupaten Barru.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Kabupaten Barru dan Labo-produksi Program Studi Teknik
Perkapalan Universitas Hasanuddin. Data yang dikumpulkan meliputi data primer, yaitu: 1).
Lokasi-lokasi yang menjadi alternatif untuk pembangunan galangan kapal kayu di
Kabupaten Barru. 2). Survey kepada masyarakat dengan menggunakan kuesioner. Serta data
sekunder berupa materi Analytical Hierarchy Process. Metode yang dikembangkan untuk
mencapai tujuan, terdiri dari 3 (tiga) tahapan utama, yaitu:
1. Identifikasi lokasi alternatif
Identifikasi diawali dengan mengunjungi beberapa daerah pesisir di Kabupaten Barru.
Dalam penelitian ini dikunjungi 3 (tiga) kecamatan di Kabupaten Barru yakni, Kecamatan
Tanete Rilau, Kecamatan Barru, dan Kecamatan Ballusu. Dari ketiga kecamatan tersebut
dilakukan pengamatan menyeluruh untuk menemukan lokasi-lokasi alternatif untuk
pembangunan galangan kapal kayu di Kabupaten Barru. Dari masing-masing kecamatan
didapatkan 1 lahan yang akan dijadikan alternatif lokasi.
2. Survey kepada masyarakat menggunakan kuesioner
Survey kepada masyarakat dengan menggunakan kuesioner juga dilakukan di sekitar lokasilokasi yang dikunjungi. Sebelum menyebarkan kuesioner, terlebih dahulu menentukan
jumlah populasi dan sampel yang akan diambil. Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:90).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Sedangkan sampling adalah suatu proses memilih sebagian dari unsur populasi yang
jumlahnya mencukupi secara statistik sehingga dengan mempelajari sampel serta memahami
karakteristik-karakteristiknya (ciri-cirinya) akan diketahui informasi tentang keadaan
populasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus Slovin untuk menentukan
jumlah sampel.
Rumus Slovin untuk menentukan ukuran sampel minimal (n) jika diketahui ukuran populasi
(N) pada taraf signifikansi adalah:
=

(1)

1+
2

Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK)


Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013

Keseluruhan data akan menghasilkan alternatif-alternatif pemilihan lokasi yang nantinya


akan dianalisis dengan metode AHP.
3. Analisis menggunakan metode AHP
Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan, penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
analisa data dengan teknik analisis hierarki untuk dapat menentukan lokasi pembangunan
galangan yang optimal melalui pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP).
Berdasarkan hasil kedua analisis tersebut dapat dirumuskan suatu rekomendasi yang
paling tepat sebagai landasan pengambilan keputusan dalam penentuan lokasi pembangunan
galangan kapal kayu.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kabupaten Barru memiliki daerah pinggir laut yang sangat panjang sekitar 78 km. Peneliti
membatasi pengambilan lokasi alternatif hanya pada kabupaten Barru bagian selatan yakni
meliputi kecamatan Tanete Rilau, kecamatan Barru, dan kecamatan Ballusu. Kabupaten
Barru terletak 100 km dari Kota Makassar.

Gambar 1.
Lokasi alternatif pembangunan galangan kapal kayu di Kabupaten
Barru.
(Sumber: Prayudhi, Multazam, 2013, halaman 23)

Pemilihan lokasi alternatif mempertimbangkan berbagai aspek, baik dari ketersediaan lahan,
infrastruktur pendukung, serta tersedianya tenaga kerja di sekitar lokasi yang akan dijadikan
alternatif.
Lokasi Alternatif
1. Lokasi Alternatif I
Lokasi alternatif I terletak di Kecamatan Tanete Rilau. Lokasi ini terletak di desa
Tellumpanua. Di lokasi ini terdapat sebuah lahan milik pemerintah daerah yakni bekas
rencana pembangunan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) terpadu. Lokasi ini memiliki daerah
lapang yang cukup luas, selain itu lokasi ini juga dekat dengan beberapa pengrajin kapal

Analisis Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Kayu di Kabupaten Barru

kayu tradisional. Akses ke lokasi ini juga sangat mudah, terdapat jalan penghubung ke jalan
kabupaten. Gambaran lokasi dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2.
Lokasi alternatif I Kecamatan Tanete Rilau.

2. Lokasi Alternatif II
Lokasi alternatif II terletak di Kecamatan Barru. Lokasi ini dipilih karena berada dekat
dengan pusat kota Kabupaten Barru. Lokasi ini memiliki lahan tepat di pinggir pantai namun
tidak terlalu luas karena di beberapa bagian terdapat rumah warga yang terletak tidak jauh
dari pinggir pantai. Gambaran lokasi dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3.
Lokasi alternatif II Kecamatan Barru.

3. Lokasi Alternatif III


Lokasi alternatif III terletak di Kecamatan Ballusu. Lokasi ini dipilih karena memiliki
wilayah pesisir yang cukup terlindungi dari gelombang besar. Namun lokasi ini terletak
cukup jauh dari Ibu Kota kabupaten Barru. Akses jalan ke lokasi ini cukup baik karena telah
diaspal. Gambaran lokasi dapat dilihat pada gambar 4.

Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK)


Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013

Gambar 4.
Lokasi alternatif III Kecamatan Ballusu.

Hasil Penilaian Responden


Langkah awal pengumpulan data yakni dengan menyebarkan kuesioner kepada 60
Responden yang dibagi menjadi 3 Kelompok, antara lain:
Pengrajin kapal
Instansi setempat
Masyarakat sekitar lokasi alternatif
Data yang dikumpulkan dari responden ini adalah data primer hasil kuesioner atau
wawancara. Jumlah kuesioner disebarkan kepada 60 responden yang dipilih secara
purposive dari masing-masing kelompok responden. Penyebaran kuesioner dilakukan
dengan memberikan langsung kepada responden. Responden membuat jawaban langsung
dan sekaligus melakukan diskusi dengan penulis. Angka-angka yang diberikan pada persepsi
responden merupakan skala perbandingan dari masing-masing faktor kriteria dan sub kriteria.
Besaran skala diambil Skala Matriks Perbandingan Berpasangan. Data dari penyebaran
kuesioner diringkas dalam beberapa tabel sesuai kelompok pertanyaan pada kuesioner.
Responden memberikan penilaian terhadap tingkat kepentingan tiap-tiap kriteria. Jawaban
responden nantinya akan memberikan gambaran terhadap kriteria yang memiliki tingkat
kepentingan yang tinggi dalam pemilihan lokasi galangan kapal kayu di Kabupaten Barru.
Adapun jawaban penilaian masing-masing responden terhadap Kriteria ditabulasikan
seperti diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1.
Rekapitulasi hasil penilaian responden terhadap kriteria.
Hasil Penilaian Responden terhadap Level Kriteria
Responden P-B
P-T
P-I
P-L
B-T
B-I
B-L
T-I
7
1
7
6
4
5
8
7
8
2
2
7
3
4
3
6
4
7
8
3
8
4
2
6
8
7
3
4
6
8
1
3
5
5
7
8

T-L
4
5
7
5

I-L
7
7
5
5

Analisis Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Kayu di Kabupaten Barru


Tabel 1.
Rekapitulasi hasil penilaian responden terhadap kriteria (lanjutan).
Responden P-B
5
7
6
7
7
5
8
5
9
5
10
7
11
7
12
7
13
7
14
8
15
5
16
6
17
7
18
5
19
7
20
7
21
7
22
6
23
5
24
8
25
4
26
5
27
6
28
7
29
7
30
8
31
5
32
5
33
3
34
7
35
7
36
7
37
5
38
8
39
8
40
3
41
3
42
7
43
7
44
7
45
8
46
8

Hasil Penilaian Responden terhadap Level Kriteria


P-T
P-I
P-L
B-T
B-I
B-L
T-I
7
3
2
4
6
4
6
5
8
5
8
7
7
8
5
4
4
4
4
4
7
3
1
8
4
6
4
8
4
8
3
6
3
8
8
7
6
8
8
7
7
7
7
8
8
7
6
6
7
7
5
8
7
6
7
3
6
8
8
4
6
7
7
5
4
2
4
3
8
2
8
4
2
3
4
8
3
8
4
4
3
4
4
3
5
3
3
3
3
4
7
7
6
5
6
6
4
8
7
3
5
4
8
3
7
7
3
6
8
8
7
7
6
8
8
8
4
7
3
7
5
3
6
8
8
8
7
4
8
3
6
7
8
7
4
8
8
4
7
8
3
4
8
4
6
7
8
3
8
4
2
8
7
6
7
8
8
8
4
7
2
7
7
7
3
3
7
2
7
8
7
4
3
7
6
7
2
6
4
6
3
7
6
4
5
8
8
7
6
3
2
8
7
8
6
8
6
8
8
8
8
4
8
2
2
4
7
6
4
6
7
8
3
6
3
8
3
7
4
8
3
7
8
8
4
3
5
3
6
7
8
4
6
8
3
4
7
8
6
8
8
6
7
7
7
5
4
7
8
5
5
7
7
4
6
5
6
5
7
7
8
7
4
8
8
7
7
3
3
8
5
6
1
7
6
3
6
4
7
8
7
3
3
4
4
7
8
6
8
4
4
8
7
7

T-L
4
8
7
7
7
7
7
7
5
7
5
8
8
6
8
8
6
3
4
4
1
6
3
3
3
2
5
5
5
4
3
7
3
3
7
8
4
4
2
1
9
6

I-L
6
7
6
5
8
7
4
8
8
3
6
4
4
7
6
4
3
3
8
3
3
5
7
6
6
8
7
6
6
3
3
3
3
3
7
7
7
7
3
7
4
5

Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK)


Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013
Tabel 1.
Rekapitulasi hasil penilaian responden terhadap kriteria (lanjutan).
Hasil Penilaian Responden terhadap Level Kriteria
Responden P-B
P-T
P-I
P-L
B-T
B-I
B-L
T-I
47
8
4
4
3
4
6
3
3
48
8
6
8
6
3
3
4
8
49
5
6
4
8
6
8
4
8
50
5
7
4
7
3
6
8
8
51
5
7
8
7
4
4
7
2
52
3
7
8
4
8
3
6
3
53
7
7
6
8
4
4
7
7
54
7
6
1
7
6
8
6
8
55
7
3
8
8
6
3
4
8
56
7
6
4
8
6
6
4
7
57
5
6
8
8
8
6
3
6
58
4
8
8
8
4
6
2
8
59
6
8
4
4
7
6
7
8
60
6
8
4
8
7
7
7
4
Sumber: Hasil Analisis, 2013

T-L
7
7
7
8
5
8
5
2
1
5
5
6
5
3

I-L
8
5
5
7
7
6
7
5
8
7
8
8
5
7

Keterangan Tabel 1:
R = Responden (terdiri dari 60 responden)
P-B = Perbandingan kriteria pasar terhadap kriteria bahan baku
P-T = Perbandingan kriteria pasar terhadap kriteria tenaga kerja
P-I = Perbandingan kriteria pasar terhadap kriteria infrastruktur
P-L = Perbandingan kriteria pasar terhadap kriteria lahan
B-T = Perbandingan kriteria bahan baku terhadap kriteria tenaga kerja
B-I = Perbandingan kriteria bahan baku terhadap kriteria infrastruktur
B-L = Perbandingan kriteria bahan baku terhadap kriteria lahan
T-I = Perbandingan kriteria tenaga kerja terhadap kriteria infrastruktur
T-L = Perbandingan kriteria tenaga kerja terhadap kriteria lahan
I-L = Perbandingan kriteria infrastruktur terhadap kriteria lahan

Penyusunan Hirarki dan Pembobotan


Data responden yang telah direkapitulasi kemudian dianalisa dengan metode AHP dengan
cara memecah suatu masalah yang kompleks ke dalam suatu hirarki. Setelah pembuatan
struktur hirarki maka setiap kriteria dihitung bobot prioritas dan konsistensinya
menggunakan Microsoft excel. Setelah dilakukan perhitungan manual kemudian dilakukan
tahap validasi dengan cara mengecek konsistensinya. Berdasarkan hasil analisis tersebut
dapat dirumuskan suatu rekomendasi yang paling tepat sebagai landasan pengambilan
keputusan dalam penentuan lokasi pembangunan galangan kapal kayu.
Dari hasil identifikasi kriteria kepada responden terdiri dari 4 (empat) level, yaitu Level
pertama adalah tujuan yaitu Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Kayu Di Kabupaten Barru,
Level kedua terdiri dari 5 faktor kriteria yaitu: Faktor Pasar, Faktor Lahan, Faktor Bahan
Baku, Faktor Tenaga Kerja dan terakhir Faktor Transportasi dan Utilitas. Level ketiga

Analisis Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Kayu di Kabupaten Barru

merupakan pengembangan dari Level 2 dan terdiri dari beberapa subkriteria. Secara
keseluruhan hirarki penentuan skala prioritas dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5.
Struktur hierarki pemilihan lokasi galangan kapal kayu.

Pembobotan dilakukan untuk tingkat kriteria dan tingkat subkriteria. Untuk tingkat kriteria,
nilai bobot dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.
Bobot jawaban responden terhadap kriteria.
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

P-B
7,000
0,500
8,000
6,000
7,000
0,143
5,000
5,000
5,000
7,000
7,000
7,000
7,000
8,000
5,000
6,000
7,000
0,200
7,000
7,000
7,000
6,000
5,000

Bobot Responden terhadap Level Kriteria


P-T
P-I
P-L
B-T
B-I
B-L
T-I
0,143 0,167 4,000 0,200 0,125 0,143 0,125
0,143 0,333 4,000 0,333 0,167 0,250 0,143
0,125 0,250 2,000 0,167 0,125 0,143 3,000
8,000 1,000 3,000 0,200 0,200 0,143 0,125
0,143 0,333 0,500 0,250 0,167 4,000 0,166
5,000 8,000 5,000 0,125 7,000 7,000 8,000
5,000 0,250 0,250 0,250 0,250 0,250 7,000
3,000 1,000 0,125 0,250 0,167 0,250 0,125
4,000 0,125 3,000 0,167 3,000 8,000 0,125
0,143 0,167 8,000 0,125 7,000 7,000 0,143
0,143 0,125 8,000 7,000 0,167 6,000 0,143
0,143 5,000 0,125 7,000 0,167 0,143 0,333
0,167 0,125 0,125 0,250 0,167 0,143 7,000
0,200 0,250 2,000 0,250 0,333 8,000 0,500
8,000 0,250 2,000 3,000 0,250 8,000 3,000
8,000 0,250 4,000 0,333 0,250 0,250 3,000
5,000 3,000 3,000 0,333 3,000 0,250 0,143
7,000 0,167 5,000 0,167 0,167 4,000 0,125
0,143 3,000 5,000 0,250 0,125 3,000 0,143
0,143 3,000 6,000 0,125 0,125 0,143 7,000
0,167 0,125 8,000 0,125 0,250 0,143 0,300
0,143 5,000 0,333 0,167 0,125 8,000 0,125
0,143 0,250 8,000 3,000 0,167 7,000 0,125
8

T-L
4,000
5,000
7,000
5,000
4,000
8,000
7,000
7,000
7,000
7,000
7,000
7,000
5,000
7,000
5,000
8,000
8,000
6,000
8,000
8,000
6,000
3,000
4,000

I-L
7,000
7,000
5,000
5,000
6,000
0,143
0,167
5,000
8,000
7,000
4,000
8,000
8,000
3,000
0,167
4,000
4,000
7,000
6,000
4,000
3,000
3,000
0,125

Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK)


Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013
Tabel 2.
Bobot jawaban responden terhadap kriteria (lanjutan).
Responden
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

P-B
8,000
4,000
5,000
6,000
7,000
7,000
8,000
5,000
5,000
0,333
0,143
7,000
7,000
5,000
8,000
8,000
3,000
3,000
7,000
7,000
7,000
8,000
8,000
8,000
8,000
5,000
5,000
0,200
0,333
7,000
7,000
7,000
7,000
5,000
4,000
6,000
6,000

Bobot Responden terhadap Level Kriteria


P-T
P-I
P-L
B-T
B-I
B-L
T-I
7,000 0,250 8,000 0,125 4,000 7,000 0,125
0,333 0,250 0,125 0,250 0,167 7,000 0,125
3,000 0,125 4,000 2,000 0,125 0,143 0,167
0,143 0,125 0,125 0,125 0,250 0,143 2,000
0,143 7,000 7,000 3,000 0,333 0,143 2,000
0,143 0,125 7,000 0,250 0,333 0,143 0,167
0,143 2,000 6,000 0,250 0,167 3,000 7,000
0,167 0,250 5,000 8,000 0,125 0,143 0,167
3,000 2,000 8,000 7,000 8,000 6,000 0,125
0,167 0,125 8,000 0,125 0,125 0,250 0,125
2,000 0,250 0,250 7,000 0,167 0,250 0,167
0,143 0,333 3,000 0,167 3,000 8,000 3,000
0,143 0,167 0,125 0,333 7,000 8,000 0,125
4,000 0,125 5,000 0,333 0,167 0,143 0,125
4,000 4,000 8,000 0,333 0,250 0,143 0,125
0,167 4,000 8,000 0,167 7,000 0,143 0,143
5,000 0,125 7,000 0,125 5,000 5,000 0,143
0,143 0,125 6,000 5,000 0,167 5,000 7,000
0,143 0,167 7,000 0,250 0,125 8,000 7,000
0,143 3,000 3,000 0,125 5,000 6,000 1,000
0,143 0,167 3,000 0,167 0,250 0,143 0,125
0,143 0,333 3,000 0,250 4,000 0,143 0,125
0,167 0,125 0,250 4,000 0,125 0,143 0,143
4,000 4,000 0,333 0,250 0,167 3,000 3,000
0,167 8,000 6,000 3,000 0,333 0,250 0,125
0,167 0,250 0,125 0,167 8,000 0,250 0,125
7,000 0,250 7,000 3,000 0,167 8,000 0,125
0,143 8,000 7,000 0,250 0,250 0,143 2,000
0,143 0,125 0,250 8,000 3,000 6,000 3,000
0,143 0,167 8,000 0,250 0,250 0,143 7,000
0,167 1,000 7,000 0,167 8,000 6,000 0,125
3,000 8,000 8,000 0,167 0,333 0,250 0,125
0,167 0,250 8,000 0,167 0,167 0,250 0,143
6,000 0,125 8,000 0,125 0,167 3,000 0,167
8,000 8,000 8,000 0,250 0,167 2,000 0,125
8,000 0,250 0,250 7,000 0,167 0,143 0,125
8,000 0,250 8,000 0,143 0,143 0,143 0,250

T-L
4,000
1,000
0,167
0,333
3,000
3,000
2,000
5,000
5,000
5,000
4,000
3,000
7,000
3,000
3,000
0,143
8,000
4,000
4,000
2,000
1,000
0,111
6,000
7,000
7,000
7,000
8,000
5,000
8,000
5,000
0,500
1,000
5,000
5,000
6,000
5,000
3,000

I-L
0,333
3,000
5,000
7,000
6,000
6,000
8,000
7,000
6,000
6,000
3,000
3,000
3,000
3,000
3,000
0,143
0,143
7,000
7,000
3,000
7,000
4,000
5,000
8,000
5,000
5,000
0,143
0,143
6,000
7,000
5,000
8,000
0,143
8,000
8,000
5,000
7,000

Bobot dari masing-masing kriteria yang terdapat seperti tabel 2 di atas dianalisis dengan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Analisis Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Kayu di Kabupaten Barru

1. Dilakukan perhitungan matriks awal


Seluruh responden memberikan penilaian yang berbeda-beda. Untuk menentukan nilai yang
akan digunakan untuk perbandingan berpasangan dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus rata-rata geometrik berikut:

Tabel 3.
Matriks awal nilai untuk skala penentuan prioritas kriteria.
P
B
1,000
4,241
P
0,236
1,000
B
1,710
2,300
T
1,490
6,593
I
0,428
1,214
L
4,863
15,348

Sumber: Hasil Analisis 2013

T
0,585
0,435
1,000
1,581
0,275
3,876

I
0,502
0,421
0,393
1,000
0,341
2,657

L
2,338
0,824
3,640
2,932
1,000
10,734

2. Perhitungan Eigen Vektor


Jumlah baris P = matrik PP x matrik PB x matrik PT x matrik PI x matrik PL
= 1,000 x 4,241 x 0,585 x 0,502 x 2,338
= 2,912
Jumlah baris B = matrik BP x matrik BB x matrik BT x matrik BI x matrik BL
= 0,236 x 1,000 x 0,435 x 0,421 x 0,824
= 0,036
Jumlah baris T = matrik TP x matrik TB x matrik TT x matrik TI x matrik TL
= 1,710 x 2,300 x 1,000 x 0,393 x 3,640
= 5,622
Jumlah baris I = matrik IP x matrik IB x matrik IT x matrik II x matrik IL
= 1,490 x 6,593 x 1,581 x 1,000 x 2,932
= 45, 533
Jumlah baris L = matrik LP x matrik LB x matrik LT x matrik LI x matrik LL
= 0,428 x 1,214 x 0,275 x 0,341 x 1,000
= 0,049
Menentukan Besaran wi:
wi = n Jumlah Baris ; n untuk matrik =5 x 5
Sehingga:
wi baris A = 52,912
wi baris B = 50,036
wi baris C = 55,622
wi baris D = 545,553

= 1,238
= 0,513
= 1,412
= 2,146
10

(2)

Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK)


Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013

wi baris E = 50,049 = 0,546


Jumlah wi = 5,856
Maka: Eigen Vektor (Xi) = wi / wi
baris P = 1,238 / 5,856 = 0,2114
baris B = 0,513 / 5,856 = 0,0876
baris T = 1,412 / 5,856 = 0,2412
baris I = 2,146 / 5,856 = 0,3665
baris L = 0,546 / 5,856 = 0,0933
Tabel 4.
Nilai Eigen vektor untuk skala penentuan prioritas kriteria.
P
B
1.00
4.241
P
0
0.23
1.000
B
6
1.71
2.300
T
0
1.49
6.593
I
0
0.42
1.214
L
8
4.86
15.348

3
Sumber: Analisis
2013

T
0.58
5
0.43
5
1.00
0
1.58
1
0.27
5
3.87
6

I
0.50
2
0.42
1
0.39
3
1.00
0
0.34
1
2.65
7

L
Jumlah
2.338
2.912
0.824
0.036
3.640
5.622
2.932 45.553
1.000
0.049
10.734 54.171

Wi
1.238
0.513
1.412
2.146
0.546
5.856

EVekto
0.211
r
45
0.087
6
0.241
18
0.366
5
0.093
28
1.000

3. Perhitungan nilai Eigen maksimum


Nilai Eigen maksimum diperoleh dari matriks Awal dikalikan dengan E-Vektor masingmasing matriks dan kemudian hasil perkalian tersebut dijumlahkan.
Tabel 5.
Matriks nilai Eigen maksimum kriteria.
P
B
T
I
L

P
1,000
0,236
1,710
1,490
0,428

B
4,241
1,000
2,300
6,593
1,214

T
0,585
0,435
1,000
1,581
0,275

I
0,502
0,421
0,393
1,000
0,341

L
2,338
0,824
3,640
2,932
1,000

E-Vektor
0,211
0,088
=
0,241
0,366
0,093
Jumlah =

n.eigen
1,12615
0,47342
1,28770
1,91405
0,48129
5,28262

Sumber: Hasil Analisis 2013

Baris P = ( 1 x 0,211 )+( 4,241 x 0,088 )+( 0,585x 0,241 )+( 0,502 x 0,366 )
+( 2,338 x 0,093 )
= 1,1262
Baris B = ( 0,236 x 0,211 )+( 1 x 0,088 )+( 0,435 x 0,241 )+( 0,421 x 0,366 )
+( 0,824 x 0,093 )
= 0,4734
Baris T = ( 1,710 x 0,211 )+( 2,300 x 0,088 )+( 1 x 0,241 )+( 0,393 x 0,366 )
+( 3,640 x 0,093 )
= 1,2877

11

Analisis Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Kayu di Kabupaten Barru

Baris I = ( 1,490 x 0,211 )+( 6,593 x 0,088 )+( 1,581 x 0,241 )+( 1 x 0,366 )
+( 2,392 x 0,093 )
= 1,9141
Baris E = ( 0,428 x 0,211)+( 1,214 x 0,088 )+( 0,275 x 0,241 )+( 0,341 x 0,366 )
+( 1 x 0,093 )
= 0,4813
Nilai Eigen Maksimum

= 1,1262+ 0,4734 + 1,2877 + 1,9141 + 0,4813


= 5,2826

4. Kontrol terhadap Index Consistency


Index Consistency (CI) = ( maks. n) / (n-1), dimana n= ukuran matrik 5x5
= (5.2826 5) / (5-1)
= 0,283
Ratio Consistency (CR) = CI/RI, untuk n=5 maka RI = 1.12
= 0,283 / 1,12
= 0,063 < 0,1 konsisten
Nilai Ratio Consistency (CR) lebih kecil dari 0,1 sama artinya lebih kecil dari 10%, maka nilai
tersebut sudah sesuai dengan syarat konsistensi yaitu harus lebih kecil dari 0,1 atau 10%.
5. Pembobotan dalam skala persentase
Bobot elemen diperoleh dari nilai E-Vektor yang dinyatakan dalam persentase.
Tabel 6.
Bobot kriteria Skala Prioritas Pemilihan Lokasi Galangan.
Kriteria
Faktor Pasar
Faktor Bahan Baku
Faktor Tenaga Kerja
Faktor Infrastruktur
Faktor Lahan

Bobot
0,211
0,088
0,241
0,366
0,093

Persentase
21,10%
08,80%
24,10%
36,60%
09,30%
100%

Sumber: Analisis 2013

Dari tabel di atas terlihat bahwa menurut penilaian responden kriteria infrastruktur memiliki
tingkat kepentingan tertinggi dalam pemilihan lokasi galangan kapal kayu yakni sebesar
36,60%, kemudian berturut-turut disusul oleh kriteria tenaga kerja sebesar 24,10 %, kriteria
pasar sebesar 21,10%, kriteria lahan 9,30%, dan kriteria bahan baku sebesar 8,80%.
Tahapan yang sama juga dilakukan untuk tingkatan subkriteria terhadap tiap-tiap alternatif
lokasi. Sehingga akan didapatkan bobot untuk tiap subkriteria seperti yang dapat dilihat pada
tabel 7 berikut.

12

Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK)


Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013
Tabel 7.
Bobot skala prioritas pemilihan lokasi galangan berdasarkan kriteria tenaga kerja.
No

Lokasi

1
2
3

Kec. Tanete Rilau


Kec. Barru
Kec. Ballusu

T1
0.243
0.599
0.157

T2
0.4773
0.2044
0.3183

Bobot
T3
0.665
0.173
0.162

Rata-Rata
46,20%
32,55%
21,25%

SIMPULAN

Lokasi alternatif I (Kecamatan Tanete Rilau) memiliki nilai bobot tertinggi hampir di
semua subkriteria. Lokasi alternatif III (Kecamatan Ballusu) hanya memiliki nilai bobot
tertinggi pada subkriteria bahan baku. Sedangkan untuk lokasi alternatif II (Kecamatan
Barru) hanya memiliki nilai bobot tertinggi kedua di semua subkriteria. Dari ketiga
lokasi alternatif, lokasi alternatif I (Kecamatan Tanete Rilau) memiliki rata-rata bobot
tertinggi untuk seluruh kriteria yakni sebesar 40.56%, kemudian disusul lokasi alternatif
II (Kecamatan Barru) sebesar 34.20%, dan lokasi alternatif III (Kecamatan Ballusu)
sebesar 25.24%.
Berdasarkan hasil pembobotan di atas, dapat terlihat bahwa lokasi optimal pembangunan
galangan kapal kayu di Kabupaten Barru adalah Lokasi Alternatif I yang terletak di
Kecamatan Tanete Rilau.

DAFTAR PUSTAKA
Prayudhi, Multazam, Bochary, Lukman & Fachruddin, Farianto, (2013), Analisis Pemilihan
Lokasi Galangan Kapal Kayu di Kabupaten Barru, Skripsi (S1) Program Studi Teknik
Perkapalan Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Saaty, Thomas, L., (1993), The Analytic Hierarchy Process, Planning, Priority Setting,
Resource Allocation, Volume 1, hal. 83 97.
Barru, (2013), Selayang Pandang Kabupaten Barru, (online), (http://www.barrukab.go.id/,
diakses tanggal 28 Januari 2013)
Komarudin, (2011), Analytic Hierarchy Process, (online), (http://staff.blog.ui.ac.id/
komarudin74/2011/04/07/analytic-hierarchy-process-ahp/, diakses tanggal 8 April
2013).
Kelemahan dan Kelebihan AHP, (online), (http://yudavedito.wordpress.com/, diakses
tanggal 1 Mei 2013)
ILPPD, (2010), Laporan Penyelenggaraan Daerah Kabupaten Barru, hal. 1 7.
Priatna, Bambang, A., (2011), Populasi dan Sampel, Jakarta.
Suyono, S., Rudi, (2010), Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam
Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat:
Studi Kasus Kabupaten Ketapang, Tesis Program Pasca Sarjana, Program Studi
magister Teknik sipil. FTS-UNIVERSITAS TANJUNGPURA, Kalimantan.
13

Analisis Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Kayu di Kabupaten Barru

Pudjiastutu, Utami, (2010), Lampiran Analisis Penetapan, FE-UI, Jakarta.


Amborowati, Armadyah, (2009), Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Perumahan
dengan Metode AHP Menggunakan Expert Choice, STMIK AMIKOM, Yogyakarta.
Analytical Hierarchy Process, http://www.rfp-templates.com/Analytical-HierarchyProcess-(AHP).html, Diakses tanggal 8 April 2013.

14

Você também pode gostar