Você está na página 1de 22

MAKALAH DHE PERIODONSIA

OLEH:
PUTU ISMAYANTI PINATIH
NPM: 10.8.03.81.41.1.5.014

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2015
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan kesehatan gigi adalah suatu proses belajar yang timbul oleh karena adanya
kebutuhan kesehatan sehingga menimbulkan aktivitas-aktivitas perseorangan atau masyarakat
dengan tujuan untuk menghasilkan kesehatan yang baik. Proses pendidikan adalah proses
transformasi atau perubahan kemampuan potensial siswa menjadi kemampuan nyata untuk
meningkatkan taraf hidup lahir dan batin. Proses pendidikan adalah terbentuk dan adanya
perubahan perilaku karena proses interaksi antara individu dengan lingkungan dan terjadi
melalui suatu proses. Perubahan yang diharapkan terjadi dalam proses pendidikan bukanlah
sekedar penambahan atau pengurangan perilaku atau keterampilan, namun perubahan struktur
pola perilaku dan pola kepribadian menuju pola yang makin sempurna.
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam
kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan ini sebagai sesuatu
yang tidak terhindari. Namun studi etiologi, pencegahan dan perawatan penyakit periodontal
menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan
periodontal adalah gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang
disebabkan bakteri dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gusi
bengkak dan berdarah pada tekanan ringan. Penderita biasanya tidak merasa sakit pada gusi.
Gingivitis bersifat reversible yaitu jaringan gusi dapat kembali normal apabila dilakukan
pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur. Periodontitis menunjukkan peradangan sudah
sampai ke jaringan pendukung gigi yang lebih dalam. Penyakit ini bersifat progresif dan
irreversible dan biasanya dijumpai pada usia 30-40 tahun.
3

Epidemiologi penyakit periodontal menunjukkan bahwa prevalensi dan keparahan


penyakit periodontal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, faktor lokal rongga mulut dan faktor
sistemik. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal sejalan
dengan bertambahnya umur.Menurut penelitian, bila dilihat berdasarkan umur skor penyakit
periodontal tertinggi (terparah) adalah pada usia 45-65 tahun (18,75 %), sedangkan skor penyakit
periodontal yang paling rendah adalah usia 25-34 tahun (6,12%). Perilaku tentunya juga dapat

mempengaruhi status kesehatan seseorang. Perilaku dapat mencakup pengetahuan, sikap dan
tindakan. Perilaku menyikat gigi yang baik tentu dapat mengendalikan salah satu faktor dalam
proses terjadinya karies dan penyakit periodontal yaitu plak.
Plak sebagai salah satu bentuk dental deposit yang berakumulasi pada gigi hanya bisa
dibersihkan dengan cara menyikat gigi. Plak akan kembali terbentuk satu jam setelah
dibersihkan. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa plak gigi adalah merupakan faktor
yang paling berpotensial menimbulkan penyakit gigi pada jaringan periodontal. Hal ini
disebabkan oleh produk-produk yang dihasilkan oleh bakteri plak seperti enzim, endotoksin,
eksotoksin, maupun sisa-sisa metabolisme bakteri lainnya. Produk bakteri ini akan meningkatkan
virulensi bakteri sehingga mengiritasi jaringan disekitarnya dan menimbukan suatu keadaan
patologis.
Plak yang tidak disingkirkan dari permukaan gigi akan membentuk asam yang akhirnya
akan menghancurkan enamel gigi dan menimbulkan gigi berlubang. Plak yang terbentuk
disepanjang permukaan gusi, akan menyebabkan gusi membengkak dan mudah berdarah. Ini
dikenali sebagai gingivitis. Jika plak ini tidak disingkirkan, maka terbentuk poket gingival, dan

menimbulkan kerusakan pada tulang alveolar sehingga gigi akan goyang. Keadaan ini dikenali
sebagai periodontitis.
Untuk menghindari timbulnya penyakit gusi dan jaringan periodontal, maka sangatlah
penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut sejak dini. Dental Health Education (DHE) atau
pendidikan kesehatan gigi dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam meningkatkan
kebersihan gigi dan mulutnya. Melalui pendidikan kesehatan gigi ini pula akan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan mulut, serta merubah
sikap dan perilaku masyarakat dalam memelihara kebersihan mulutnya.
Kunjungan ke dokter gigi diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, perilaku, dan sikap
yang positif dan bertanggung jawab mengenai prinsip-prinsip perawatan kesehatan gigi dan
mulut. Kontrol tiap enam bulan dilakukan meskipun tidak ada keluhan. Hal ini dilakukan untuk
memeriksa apakah terdapat gigi lain yang berlubang selain yang telah ditambal, sehingga dapat
dilakukan perawatan sedini mungkin. Selain itu juga untuk melihat, apakah telah terdapat
kembali karang gigi dan kelainan-kelainan lainnya yang mungkin ada.
B. Tujuan
1.

Menambah pengetahuan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut serta jaringan
pendukungnya.

2.

Merubah perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.

3.

Memotivasi masyarakat untuk memeriksakan gigi ke dokter gigi secara rutin, untuk
mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal.

C. Manfaat
1.

Meningkatkan

pengertian

dan

kesadaran

masyarakat

tentang

pentingnya

pemeliharan kesehatan gigi dan mulut.


2.

Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut di masyarakat.

3.

Meningkatkan

pengetahuan

masyarakat

mengenai

cara-cara

pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut yang benar sehingga dapat mencegah terjadinya gigi
berlubang serta penyakit gigi dan mulut lainnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Gigi
Gigi mempunyai beberapa bagian, yaitu:
a. Bagian akar gigi, adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang rahang dikelilingi
(dilindungi) oleh jaringan periodontal.
b. Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat dilihat.
c. Cusp adalah tonjolan runcing atau tumpul yang terdapat pada mahkota.
Menurut Itjiningsih (1995), secara mikroskopis gigi memiliki struktur tertentu yang terdiri dari :
1.

Jaringan Keras
Jaringan ini mengandung bahan kapur terdiri dari jaringan email, dentin dan
sementum. Emailmerupakan lapisan terluar dari gigi dan jaringan yang paling keras.
Dentin adalah bagian terbesar dari gigi, merupakan jaringan pengikat yang mengalami
pengapuran dan memberikan kekuatan elastis pada gigi serta berwarna agak kekuningkuningan. Sementum merupakan lapisan terluar dari akar gigi dan termasuk juga

2.

bagian dari jaringan periodontal karena menghubungkan gigi dengan tulang rahang.
Jaringan Lunak
Jaringan lunak adalah jaringan pulpa yang terdapat mulai dari mahkota gigi, yaitu
dalam rongga pulpa sampai ujung akar gigi. Umumnya jaringan ini mengandung bahan
dasar, bahan perekat, pembuluh limfe, pembuluh darah arteri dan vena, urat-urat saraf
yang peka sekali terhadap rangsang termis, mekanis, dan kimia. Rongga pulpa terdiri
dari tanduk pulpa, ruang pulpa, saluran pulpa, foramen apikal. Rongga pulpa akan
semakin kecil dengan bertambahnya umur seseorang.

Gigi berada di dalam rongga mulut didukung oleh suatu jaringan penyangga yang
disebut jaringan periodontal yang terdiri dari :
1. Gusi (gingival) adalah bagian dari mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan
menutupi tulang alveolar yang berfungsi melindungi jaringan di bawah perlekatan
gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut.
2. Ligamen periodontal adalah jaringan ikat yang menghubungkan gigi ke tulang rahang
dan jaringan yang menopang gigi pada soketnya serta menyerap beban yang mengenai
gigi secara efektif untuk diteruskan ke tulang pendukung.
3. Sementum adalah jaringan mesenkim yang mengalami proses

pengerasan

(kalsifikasi) dan menyelubungi dentin akar. Sementum juga dapat dianggap sebagai
tulang perlekatan.
4. Tulang alveolar adalah bagian tulang rahang yang menopang gigi geligi atau tempat
tertanamnya akar gigi. Tulang alveolar sebagian bergantung pada gigi
tanggalnya gigi akan terjadi resorpsi tulang.

Gambar 1. Anatomi Gigi

B.

Etiologi Penyakit Gigi dan Jaringan Periodontal

1.

Etiologi Karies.

dan setelah

Ada 4 faktor yang berperan pada pembentukan karies gigi yang biasanya disebut dengan
teori Multifaktorial yaitu:
a.

Kepekaan permukaan gigi terhadap serangan asam.

b.

Plak yang melekat pada gigi

c.

Aktivitas bakteri di dalam plak

d.

Penyerapan karbohidrat di dalam plak

2.

Etiologi penyakit periodontal


Etiologi penyakit periodontal terdiri dari faktor lokal dan faktor sistemik. Yang termasuk

faktor lokal antara lain :


a.

Impaksi makanan.
Impaksi makanan adalah salah satu faktor lokal yang lebih sering berperan dalam
memicu dan perkembangan penyakit periodontal inflamatif. Kontak terbuka, linger
(ridge) tepi yang tidak rata, letak gigi yang tidak teratur , serta kontur gigi dan
tambalan yang tidak sesuai dengan bentuk fisiologis, dapat menyebabkan impaksi
makanan pada gingival dan sulkus gingival. Impaksi dan retensi makanan memberikan
tempat bertumbuh atau berkembang biaknya bakteri yang mengawali proses penyakit.

Gambar 2. Food Impaksi


9

b.

Prosedur operatif
Sebagian besar cedera pada gingival yang terjadi selama prosedur kedokteran gigi
restoratif bersifat ringan dan dapat pulih kembali dengan cepat tanpa adanya perubahan
bentuk atau gangguan fungsi jaringan periodontal. Sekalipun demikian penggunaan
benang retraksi, tabung impresi, bur intan, dan tambalan sementara dapat
menyebabkan kerusakan jaringan periodontal.

Gambar 3. Faulty dentistry


c.

Materi yang terakumulasi dipermukaan gigi.


Beberapa materi yang terakumulasi di permukaan gigi antara lain dental plaque,
kalkulus, debris makanan, material alba, pelikel bawaan, dan dental stain.

d.

Penyakit kebiasaan (kebiasaan yang disengaja dan tidak wajar).


Ada pasien yang memiliki kebiasaan mencungkil atau menggaruk gingival
dengan kuku jarinya. Perilaku ini mengakibatkan terbukanya akar yang cukup luas dan

e.

inflamasi terbatas di daerah tersebut.


Abrasi karena penyikatan gigi.
Abrasi ini dapat merusak daerah gingival cekat yang sempit dan menyebabkan
resesi yang luas. Abrasi karena penyikatan gigi merupakan salah satu dari dua faktor
yang paling umum menyebabkan resesi. Faktor penyebab lain adalah posisi gigi. Abrasi
juga memyebabkan terbentuknya ceruk yang dalam pada permukaan akar, yang
10

menyebabkan kesulitan pembersihan bagi pasien dan masalah pelaksanaannya bagi


dokter gigi.
Sedangkan faktor sistemik yang bisa menyebabkan penyakit periodontal adalah
ketidakseimbangan endokrin, kelainan genetic, stess emosional dan psikososial, kelainan darah,
defisiensi nutrisi dan gangguan metabolik, obat-obatan dan jaringan periodontal, penuaan,
penyakit, penyakit periodontal dan Aids.
C.
1.

Penyakit gigi dan jaringan Periodontal


Karies.
Karies adalah daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi akibat suatu
proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras)
dan terus berkembang ke bagian dalam gigi. Ada beberapa versi mengenai teori
terjadinya karies. Salah satunya adalah teori asam dari Miller yang mengatakan karies
disebabkan karena terbentuknya asam di permukaan gigi yang timbul sebagai reaksi dari
sisa-sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi dengan mikroorganisme yang
terdapat pada mulut.
Ada 4 faktor yang berperan pada pembentukan karies gigi yang biasanya disebut
dengan teori Multifaktorial yaitu:
a.
b.
c.
d.

Host
Mikroorganisme
Karbohidrat
Waktu
Karies baru dapat terjadi apabila keempat faktor diatas bekerja secara simultan

(Tarigan, 1990). Adanya bakteri streptococcus mutans dan Laktobacillus inilah yang
11

mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui fermentasi.
Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak struktur gigi dan sedikit demi
sedikit. Jika tidak dirawat, proses ini akan terus berjalan sehingga lubangnya semakin
dalam.

Gambar 4. Karies

2. Gingivitis
Gingivitis adalah peradangan pada gusi. Pada kondisi ini tidak terjadi kehilangan
perlekatan. Pada pemeriksaan klinis terdapat gambaran kemerahan di margin gingival,
pembengkakan dengan tingkat yang bervariasi, perdarahan saat probing dengan
tekanan ringan dan perubahan bentuk gingival (fisiologik). Terlihat penambahan
kedalaman probing. Biasanya pada gingivitis tidak ada rasa sakit.

Gambar 5. Gingivitis
3. Periodontitis
12

Periodontitis adalah inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan


migrasi epitel jungsional ke apikal, kehilangan perlekatan dan puncak tulang alveolar.
Periodontitis merupakan salah satu penyebab utama lepasnya gigi pada dewasa dan
merupakan penyebab utama lepasnya gigi pada lanjut usia. Sebagian besar
periodontitis merupakan akibat dari penumpukan plak dan karang gigi (tartar) diantara
gigi dan gusi. Akan terbentuk kantong diantara gigi dan gusi dan meluas ke bawah
diantara akar gigi dan tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam
suatu lingkungan bebas oksigen, yang mempermudah pertumbuhan bakteri. Jika
keadaan ini terus berlanjut, pada akhirnya banyak tulang rahang di dekat kantong yang
dirusak sehingga gigi lepas.

Gambar 6. Periodontitis
Pada pemeriksaan klinis terdapat peningkatan kedalaman probing, perdarahan
saat probing (ditempat aktifnya penyakit) yang dilakukan dengan perlahan dan
perubahan kontur fisiologis. Dapat juga ditemukan kemerahan dan pembengkakan
gingival. Biasanya tidak ada rasa sakit dan menyebabkan bau mulut.

13

Gambar 7.

Probing

BAB III
PENCEGAHAN KARIES DAN PENYAKIT PERIODONTAL
Upaya pencegahan dapat dibagi dalam tiga tahap. Pertama, upaya pencegahan utama
yaitu berusaha untuk mencegah agar penyakit sama sekali tidak terjadi. Kedua, upaya
pengendalian lesi yaitu upaya mencegah agar kerusakan tidak meluas sedemikian rupa. Ketiga,
upaya pencegahan terhadap timbulnya kembali penyakit gigi dan periodontal.
Ada 3 anjuran pokok yang disampaikan kepada masyarakat yang merupakan upaya
preventif untuk mengurangi resiko penyakit periodontal yaitu pertama kontrol plak. Kedua,
mengunjungi dokter gigi secara teratur minimal dua kali setahun. Ketiga, kurangi makanmakanan dan minum-minuman yang mengandung gula (Moeis, 2006).
1. Kontrol plak
Penyakit karies gigi dan gusi adalah dua penyakit kronis yang sangat lazim pada
rongga mulut. Penyakit tersebut tergantung pada mikroorganime yang ada dalam plak.
14

Maka mengontrol plak merupakan bagian yang sangat penting bagi pencegahan penyakit
tersebut dan bagi kesehatan gigi yang baik. Plak gigi disebut sebagai suatu struktur
variabel yang sangat khusus yang dibentuk oleh kolonisasi rangkaian mikroorganisme
pada permukaan gigi. Kekuatan fisiologis alami yang membersihkan rongga mulut tidak
mampu manghilangkan plak gigi. Sehingga mengontrol plak merupakan cara untu
menghilangkan plak dan akumulasinya. Inilah tingkatan utama dalam pencegahan
penyakit gusi dan karies.Cara mengontrol plak meliputi menyikat gigi, pemakaian
benang gigi dan instrument lain. Pengenalan cara-cara kontrol plak dalam upaya
pencegahan penyakit gigi dan gusi yaitu :
Sikat gigi
Menyikat gigi yang tepat waktunya ialah sesudah makan dan sebelum tidur. Jadi
empat kali sehari semalam. Kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari semalam, yakni
pada saat mandi saja, itu tidak betul. Sebab sesudah sikat gigi pagi disat mandi, orang
akan makan pagi. Setelah makan pagi kalau hanya kumur-kumur akan kotor. Jadi pergi
ke sekolah atau ke kantor dalam keadaan kotor. Terutama dikotori oleh plak. Demikian
juga bila menyikat gigi pada saat mandi sore, masih akan menghadapi makan malam dan
makanan kecil lainnya pada sore hari. Padahal menurut bebebrapa ahli, kuman paling
aktif dapat merusak email gigi, ialah sekitar setengah jam sejak saat selesai makan.Pada
saat itu sisa makanan segera dirubah oleh kuman menjadi asam yang dapat melunakkan
email itu.
Karena itulah menyikat gigi yang betul adalah setiap habis makan, dan hendak
tidur. Bila hanya tiga kali, yang terakhir sebaiknya menjelang tidur, sebab antara saat

15

makan malam dan hendak tidur, mungkin saja masih makan makanan kecil. Sikat gigi
yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Tangkai lurus dan mudah dipegang.
b. Kepala sikat gigi kecil. Sebagai ancar-ancar paling besar sama dengan
jumlah lebar keempat gigi bawah. Kenapa harus kecil, sebab

kalau

besar tidak dapat masuk ke bagian-bagian yang sempit dan dalam.


c. Bulu sikat gigi harus lembut dan datar. Bila sikat gigi terlalu besar, bulu dapat
dicabut sebagian.
Cara menyimpan sikat gigi, yaitu :
Sesudah menyikat gigi maka sikat gigi harus dicuci bersih. Setelah itu digantung
dengan kepala dibawah. Bila ditaruh maka air tidak segera kering dan kuman yang
tinggal akan berkembang biak. Tetapi dengan digantung maka sikat gigi akan segera
kering dan bersih dari kuman. Tempat yang basah memungkinkan kuman menempel dan
berkembang biak.
Ada bermacam-macam teknik menyikat gigi antara lain, (Forrest, 1995) :
a.

b.

Teknik Horizontal
Semua permukaan gigi disikat dengan gerakan maju mundur seperti menggosok
lantai.Teknik ini biasanya dianjurkan untuk anak-anak.
Teknik Fone
Gigi dalam keadaan oklusi, bulu sikat gigi ditekan kuat-kuat dan digerakkan
melingkar selebar mungkin. Untuk permukaan oklusal lingual disikat dengan gerakan
maju mundur. Teknik ini baik untuk gigi yang lengkap dan mempunyai oklusi yang

c.

baik.
Teknik Charter
Bulu-bulu sikat mengarah ke permukaan oklusal membentuk sudut 45 derajat.
Sikat ditekan sehingga serabut-serabutnya melengkung dengan ujung ditekan diantara

16

dua gigi. Kemudian dengan getaran dari gerakan memutar pada gagangnya, ujung sikat
dipertahankan pada posisi ini. Teknik ini dianjurkan untuk penderita dengan daerah
d.

interdental yang terbuka.


Teknik Roll
Bulu sikat diletakkan digusi yang berhadapan dengan pipi kemudian digerakkan
dengan tekanan dan memutar ke oklusal hingga menyentuh permukaan gigi. Untuk
bagian palatum depan atas dan lingual depan bawah. Tangkai sikat berdiri. Sedangkan
bagian oklusal digosok maju mundur, dilakukan delapan kali untuk masing-masing

e.

daerah. Teknik ini dianjurkan untuk gigi bercampur dan permanen.


Teknik Stillman
Posisi bulu sikat sama dengan teknik Roll tetapi lebih dekat dengan mahkota gigi,
digerakkan maju mundur. Teknik ini dilakukan delapan kali daerah interproksimal,

f.

membersihkan dan memijat.


Teknik Fisiologik
Menggunakan bulu sikat yang halus digerakkan dari arah sevikal ke oklusal (dari
akar ke mahkota gigi) dengan gerakan halus untuk memijat gusi. Teknik ini tidak

g.

dianjurkan karena menyebabkan penurunan gusi.


Teknik Bass
Pada permukaan bukal, labial, dan lingual bulu sikat dimasukkan pada sulkus
gingiva membentuk sudut 45 derajat digerakkan pendek-pendek maju mundur. Karena
bulu sikat masuk sulkus maka semus sisa makanan dapat terlepas.
Masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan tetapi teknik yang

dianjurkan untuk digunakan adalah teknik Roll.

17

Gambar 10. Teknik menyikat gigi


Penggunaan Dental floss
Penggunaan dental floss bertujuan untuk mengangkat sisa makanan di sela gigi
yang tidak tercapai dengan sikat gigi. Cara pemakaian dental floss yang benar yaitu Jarijari yang memegang benang kurang lebih terpisah 15 mm harus di tuntun agar melalui
titik kontak perlahan-lahan dan kemudian melingkari permukaan. Interproksimal pada
setiap gigi dengan bergantian. Gerakan-gerakan seperti menggergaji di sepanjang
permukaan tersebut dapat menghilangkan plak. Jari-jari telujuk kedua belah tangan
biasanya dipakai untuk membersihkan gigi bawah, dan untuk gigi di rahang atas
digunakan jari telunjuk dan ibu jari setiap tangan.

Gambar 11. Cara penggunaan dental floss


Kumur-kumur Antiseptik (Oral Rinse)
Terdapat berbagai bahan aktif yang sering digunakan sebagai kumur-kumur. Yang
dijual bebas umumnya berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan seperti metal salisilat
( seperti pada produk Listerine), sedangkan yang perlu diresepkan dokter adalah

18

chlorhexidin 0,20 % (seperti pada produk minosep) dan H2O2 1,5 % atau 3 %. Kumurkumur yang lebih murah dan culup efektif adalah dengan air garam hangat.
Sebenarnya kumur-kumur lebih diperlukan pada penyakit-penyakit gusi dan
periodontal sedangkan dalam penggunaan sehari-hari tidak terbukti dalam mencegah
karies, apalagi jika penggunaannya tidak diawali dengan sikat gigi. Jadi penting untuk
diketahui bahwa kumur-kumur bukanlah pengganti sikat gigi dan sikat gigi masih
menjadi upaya pencegahan terpenting dari penyakit-penyakit gigi. Bahkan jika kumurkumur terlalu sering digunakan akan menyebabkan flora normal mulut akan mati dan
merangsang pertumbuhan candida serta juga membuat mulut dan menjadi kering
seperti terbakar.
Pembersih lidah
Pembersih lidah juga banyak digunakan, baik untuk membersihkan dorsum lidah
yang seringkali luput kita bersihkan saat gigi. Tumpukan debris di dorsum lidah penuh
dengan kuman-kuman opurtunis serta candida yang bermukin sebagai flora narmal
maupun transient (Suciadi, 2007).

Gambar 12. Pembersihan lidah

19

2. Pengaturan diet.
Diet seimbang sangat berperan untuk mengoptimalkan kesehatan secara umum,
begitu pula bagi kesehatan gigi. Faktor yang paling penting dalam hubungan diet
dengan kesehatan gigi adalah frekuensi konsumsi yang mengandung karbohidrat
terutama sukrosa. Jika makanan ini membentuk plak yang kemudian menghasilkan
asam dengan pH dibawah 5,5 maka terjadilah pengrusakan email gigi sebagai tahap
awal munculnya gigi berlubang. Sukrosa ini banyak terkandung pada makanan manis
dan camilan (snack). Karena itu tujuan diet yang berhubungan dengan kesehatan gigi
adalah memotivasi setiap orang untuk mengontrol frekuansi dalam mengkonsumsi
3.

jenis makanan yang mengandung karbohidrat (Pratiwi, 2007).


Kontrol Periodik ke Dokter Gigi
Kontrol ke dokter gigi secara teratur diperlukan sebagai salah satu upaya
preventif. Kontrol periodik ke dokter gigi dianjurkan dilakukan setidaknya 2-3 kali
dalam setahun minimal 6 bulan sekali. Bagi mereka yang pernah menderita penyakit
periodontal disarankan untuk kontrol secara teratur ke dokter gigi setiap 3 bulan sekali
(Suciadi, 2007).
Dokter gigi

dapat

memonitor

tingkat

kebersihan

mulut

pasien

serta

mengidentifikasi tanda-tanda patologis dan melakuakn upaya preventif sedini mungkin


untuk dapat mencegah kemungkinan perkembangan penyakit menjadi lebih parah.
Selain itu dokter gigi mempunyai peran untuk mendidik pasiennya mengenai cara-cara
menjaga kebersihan gigi dan mulut dan tentu saja merupakan tanggung jawab dokter
gigi untuk merawat masyarakat. Tujuannya tidak hanya memberi instruksi tetapi juga
membujuk, keberhasilannya tergantung pada ketulusan dan minat yang diperhatikan
oleh seluruh tim kesehatan gigi.

20

BAB IV
SIMPULAN
1. Penyakit gigi dan jaringan periodontal akan sering dialami sebagian besar masyarakat
apabila kesehatan gigi dan jaringan periodontalnya tidak dipelihara dengan baik. Ada
beberapa penyakit gigi dan jaringan peridontal yang umum dialami sebagian besar
masyarakat, yaitu karies, gingivitis, dan periodontitis.
2. Pencegahan penyakit gigi dan jaringan periodontal dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti :
a. Kontrol plak yang meliputi menyikat gigi secara teratur, menggunakan dental floss,
kumur-kumur antiseptik, pembersihan lidah.
b. Pengaturan diet.
c. Kontrol periodik ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

21

22

Você também pode gostar