Você está na página 1de 47

Asuhan Keperawatan Fraktur Femur

By SeputarSehat.com On Friday, January 4th, 2013 Categories : Keperawatan


Asuhan Keperawatan Fraktur Femur, Contoh Asuhan Keperawatan Fraktur Femur ,
Makalah Asuhan Keperawatan Fraktur Femur , Fraktur femur dapat terjadi pada
beberapa tempat : bagian kaput, kolum atau trochanter, batang femur dan daerah lutut
/suprakondiler.
Asuhan Keperawatan Fraktur Femur

1. Pengertian
Fraktur femur dapat terjadi pada beberapa tempat : bagian kaput, kolum atau trochanter,
batang femur dan daerah lutut /suprakondiler.
2. Klasifikasi
Ada 2 tipe utama fraktur pinggul :
1. fraktur kolum femur : intra kapsuler
2. fraktur trokhenter : ekstrakapsuler.
Fraktur kolum femur : penyembuhan akan lebih sulit disbandingkan dengan fraktur
trokhenter, karena system pembuluh darah yang memasok darah kekaput dan kolum femur
mengalami kerusakan karena fraktur.
3. Manifestasi Klinik

tungkai mengalami pemendekan

adduksi dan rotasi eksterna

nyeri ringan selangkangan atau sisi medial lutut

4. Penanganan Fraktur

Traksi kulit sementara untuk mereduksi spasme otot, untuk mengimobilisasi


ekstremitas dan mengurangi nyeri.

ORIF

5. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)

Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, tekanan dan


disuse

Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan


menjalankan aktivitas.

Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur
invasive

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang

Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan terhadap
informasi, terbatasnya kognitif
RENPRA FRAKTUR -Rencana Perawatan Fraktur

No

Diagnosa

Tujuan

Nyeri akut b/d Setelah dilakukan


Asuhan keperawatan
1 agen injuri
fisik, fraktur . jam tingkat
kenyamanan klien
meningkat, tingkat
nyeri terkontroldg
KH: Klien
melaporkan nyeri
berkurang dg scala 23 Ekspresi wajah
tenang klien dapat
istirahat dan tidur
v/s dbn

Intervensi
Manajemen nyeri :
Kaji nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan.
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien sebelumnya.
Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
Kurangi faktor presipitasi nyeri.

Pilih dan lakukan penanganan nyeri


(farmakologis/non farmakologis).

Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,


distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol


nyeri.

Kolaborasi dengan dokter bila ada


komplain tentang pemberian analgetik tidak
berhasil.

Administrasi analgetik :.

Cek program pemberian analgetik; jenis,


dosis, dan frekuensi.

Cek riwayat alergi.

Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian


dan dosis optimal.

Monitor TV

Berikan analgetik tepat waktu terutama saat


nyeri muncul.

Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan


gejala efek samping.

Resiko
Setelah dilakukan
2 terhadap cidera askep jam terjadi
b/d kerusakan peningkatan Status
neuromuskuler, keselamatan
tekanan dan
Injurifisik Dg KH :
disuse
Bebas dari cidera
Pencegahan Cidera
Sindrom defisit Setelah dilakukan
3 self care b/d akep jam
kelemahan,
kebutuhan ADLs
fraktur
terpenuhi dg KH:
Pasien dapat
melakukan aktivitas

Memberikan posisi yang nyaman untuk


Klien:
Berikan posisi yang aman untuk
pasien dengan meningkatkan obsevasi pasien,
beri pengaman tempat tidur
Periksa sirkulasi
periper dan status neurologi
Menilai ROM
pasien
Menilai integritas kulit pasien.
Libatkan banyak orang dalam memidahkan
pasien, atur posisi
Bantuan perawatan diri
Monitor
kemampuan pasien terhadap perawatan diri
Monitor kebutuhan akan personal hygiene,
berpakaian, toileting dan makan
Beri
bantuan sampai pasien mempunyai kemapuan
untuk merawat diri
Bantu pasien dalam

sehari-hari.
memenuhi kebutuhannya.
Kebersihan diri pasien
terpenuhi
Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai kemampuannya

Pertahankan aktivitas perawatan diri secara


rutin

Risiko infeksi
4 b/d imunitas
tubuh primer
menurun,
prosedur
invasive,
fraktur

Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
jam tidak terdapat
faktor risiko infeksi
dan infeksi
terdeteksidg KH:
Tdk ada tanda-tanda
infeksi AL
normal
V/S dbn

Konrol infeksi:
Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain.
Batasi
pengunjung bila perlu.
Intruksikan kepada
pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan sesudahnya.
Gunakan
sabun anti miroba untuk mencuci tangan.
Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.

Gunakan baju dan sarung tangan sebagai


alat pelindung.

Pertahankan lingkungan yang aseptik


selama pemasangan alat.

Lakukan perawatan luka, dainage, dresing


infus dan dan kateter setiap hari.

Tingkatkan intake nutrisi dan cairan

berikan antibiotik sesuai program.

Jelaskan tanda gejala infeksi dan anjurkan


u/ segera lapor petugas

Monitor V/S

Proteksi terhadap infeksi

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik


dan lokal.

Monitor hitung granulosit dan WBC.

Monitor kerentanan terhadap infeksi..

Pertahankan teknik aseptik untuk setiap


tindakan.


Inspeksi kulit dan mebran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase.

Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.

Ambil kultur, dan laporkan bila hasil


positip jika perlu

Dorong istirahat yang cukup.

Dorong peningkatan mobilitas dan latihan


sesuai indikasi
Kerusakan
5 mobilitas fisik
berhubungan
dengan patah
tulang

Setelah dilakukan
askep jam terjadi
peningkatan
Ambulasi :Tingkat
mobilisasi, Perawtan
diri Dg KH :
Peningkatan aktivitas
fisik

Terapi ambulasi
Kaji kemampuan pasien
dalam melakukan ambulasi
Kolaborasi dg
fisioterapi untuk perencanaan ambulasi
Latih pasien ROM pasif-aktif sesuai
kemampuan Ajarkan pasien berpindah
tempat secara bertahap
Evaluasi pasien
dalam kemampuan ambulasi

Pendidikan kesehatan

Edukasi pada pasien dan keluarga


pentingnya ambulasi dini

Edukasi pada pasien dan keluarga tahap


ambulasi

Berikan reinforcement positip atas usaha


yang dilakukan pasien.
Kurang
6 pengetahuan
tentang
penyakit dan
perawatannya
b/d kurang
paparan
terhadap
informasi,
keterbatan
kognitif

Setelah dilakukan
askep . Jam
pengetahuan klien
meningkat dg KH:
Klien dapat
mengungkapkan
kembali yg
dijelaskan.
Klien
kooperatif saat
dilakukan tindakan

Pendidikan kesehatan : proses penyakit


Kaji pengetahuan klien.
Jelaskan proses
terjadinya penyakit, tanda gejala serta
komplikasi yang mungkin terjadi
Berikan
informasi pada keluarga tentang perkembangan
klien.
Berikan informasi pada klien dan
keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan.
Diskusikan pilihan terapi

Berikan penjelasan tentang pentingnya


ambulasi dini

jelaskan komplikasi kronik yang mungkin

akan muncul
http://seputarsehat.com/keperawatan/asuhan-keperawatan-fraktur-femur.html

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. Ln DENGAN


GANGGUAN ELEMINASI
November 26, 2013

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. A.

Pengkajian

2. Identitas
1. Pasien

Nama

: Tn. Ln

Umur

: 51 tahun

Agama

: Hindu

Status

: Kawin

Kelamin

: laki laki

Alamat

: jalan Noja Gg 13-1 kesiman petilan

Pekerjaan

: PNS

Tgl MRS

: 11 juni 2010

Pendidikan

: SLTA

Suku Bangsa

: Indonesia

Bahasa yang digunakan

: Bahasa Bali

Tgl pengkajian

: 14 juni 2010

Diagnosa Medis

: Fraktut femur 1/3 proximal sinistra

1. Penanggung

Nama

: Tn. Wn

Alamat

: jalan Noja Gg 13-1 kesiman petilan

Hubungan keluarga

: kakak kandung

Pekerjaan

: karyawan swasta

Status

: sudah menikah

1. 2.

Status Kesehatan

1. Status kesehatan saat ini:

Keluhan utama

Saat MRS: Os datang karena fraktur femur 1/3 proximal sinistra.Pasien mengatakan
fraktur terjadi karena terpleset dikamar mandi sekitar 4 hari yang lalu.
Saat pengakajian: Os mengeluh tidak bisa BAB sejak 3 minggu yang lalu dan
mengeluh nyeri pada perut tengah bagian kanan dan nyeri pada kaki sebelah kiri.
Alasan masuk RS

Sejak 4 hari yang lalu pasien datang dengan fraktur dan sebelumnya pasien juga
mengeluh tidak bisa BAB sejak 3 minggu yang lalu.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi:
Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah bolak balik RS selama 3x dan mendapatkan
obat pencahar dari dokter. Pasien lupa nama obatnya. Walaupun telah menggunakan obat
pencahar, tapi pasien tetap tidak bisa BAB.
1. Status kesehatan masa lalu

Penyakit yang pernah di alami


: pasien mengatakan sebelumnya pernah mengalami
penyakit seperti batuk, demam, pilek dan pusing.
Pernah di rawat
RS.

: pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di

Alergi
: pasien mengatakan alergi terhadap makanan laut,
karena dapat menimbulkan reaksi gatal-gatal pada kulit. Sedangkan untuk obat-obatan pasien
tidak mengalami alergi.
Kebiasaan

: merokok (-), alcohol (-), kopi (-).

1. Riwayat penyakit keluarga


hipertensi (-).
2.

: asthma (-), DM (-), penyakit jiwa (-),

Diagnosa medis dan therapy : CF femur 1/3 proksimal sinistra +


konstipasi

3. Therapy :

ISDN

3x 5 mg

Oscandia

1 x 1 mg

Lactulosa

3 x 1 mg

Asamefenamat

3 x 1 mg

Laksobenont

1 x 20 tetes dalam 250 cc air.

Metyl predisolon 3 x 1 mg
1. 3.

a)

Pola kebutuhan dasar manusia ( virginia Henderson )

Pola nafas

Di rumah : pasien mengatakan sebelum sakit, tidak ada gangguan dalam bernafas, baik saat
menarik maupun mengeluarkan nafas. Dan nafas pasien normal.
Saat pengkajian : pasien tidak ada gangguan saat bernafas baik saat menarik maupun
mengeluarkan nafas. Dan nafas pasien normal.
.
b)

Pola makan dan minum

Di rumah : Pasien mengatakan saat dirumah tidak ada gangguan makan, pasien biasa makan
3 x sehari dengan menu nasi,lauk pauk dan sayur.
Pasien juga minum 7 gelas air putih perhari ( 1750cc)
Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak banyak makan dan minum, nafsu makannya juga
berkurang pasien juga mengatakan mual dan muntah. Pasien hanya makan buah pepaya dan
kue basah 1 potong. Pasien mengatakan hanya bisa minum 3 gelas perhari(,750 cc).Saat
makan dan minum dibantu oleh keluarga. Pasien mendapatkan cairan infuse NaCl 0,9 % 20
tetes /mnt.
c)

Pola eliminasi

Buang air besar

Di rumah : sebelum sakit, pasien mengatakan biasa BAB 1x sehari setiap pagi.
Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak bisa BAB selama 3 minggu.tapi bisa platus.
Buang air kecil
Di rumah : pasien mengatakan biasa kencing 5x sehari. Warnanya kuning
Saat pengkajian : pasien mengatakan bisa buang air kecil 3x sehari.warnanya kekuningan.
d)

Pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit, pasien biasa melakukan aktifitas dan bergerak secara mandiri.
Saat Pengkajian : Pasien tidak bisa duduk, berjalan, berdiri dan mengangkat kaki oleh karena
fraktur dan terpasang skin traksi 5kg.
e)

Pola tidur dan istirahat

Sebelum sakit,pasien biasa tidur dengan nyenyak dari pkl 22.00 sampai pkl 05.00. Terkadang
pasien bangun untuk buang air kecil.
Saat pengkajian : pasien mengatakan susah tidur karena situasi yang ramai,berisik dan
ruangan bercahaya. Pasien mengatakan hanya bisa tidur 3 jam dari pkl 23.00-02.00.Pasien
juga mengatakan tidak terbiasa tidur siang.
f)

Pola berpakaian

Sebelum sakit pasien biasa mengganti pakaiannya 2x sehari setelah mandi.


Saat pengkajian : pasien hanya memakai celana pendek, karena merasa kepanasan. Dalam
berpakaian pasien biasa dibantu oleh keluarga.
g)

Pola rasa nyaman

Sebelum masuk RS pasien mengatakan nyaman karena tidak mengalami masalah kesehatan
yang serius.
Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak nyaman karena masih merasakan nyeri pada perut
bagian tengah kanan dan kaki sebelah kiri.
Skala nyeri 6 ( 1-10)
h) Pola kebersihan diri
Sebelum masuk RS : pasien biasa mandi dan gosok gigi 2x sehari.

Saat pengkajian : rambut pasien terlihat berminyak, kulitnya kotor, tercium bau badan.
Pasien dibantu keluarganya dalam menjaga kebersihan diri.
i) Pola rasa aman
Di rumah : sebelum masuk RS pasien merasa aman tinggal dengan keluarganya.
Saat pengkajian : pasien mengatakan merasa kurang aman karena situasi di RS yang ramai
dan penunggu pasien yang sering ribut.
j) Pola komunikasi dan hubungan dengan orang lain
Di rumah : pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien biasa berkomunikasi
dengan tetangga, keluarga dan orang lain dengan baik dan biasa menggunakan bahasa bali.
Saat pengkajian : pasien biasa berkomunikasi dengan keluarga, penunggu pasien, dan tim
kesehatan.
k) Pola beribadah
Pasien menganut agama Hindu dan setiap hari raya pasien biasa sembahyang di merajan dan
di pura. Karena sakitnya pasien hanya bisa sembahyang dari tempat tidur.
l) Pola produktivitas
Pasien sebagai kepala keluarga dan pasien mempunyai seorang istri dan 3 orang anak.
Pekerjaan pasien sebagai PNS. Saat pengkajian pasien tidak bisa menjalankan tugasnya
sebagai kepala keluarga dan PNS.
m)

Pola Rekreasi

Di rumah : pasien biasa menghibur diri dengan menonton TV, mengobrol dengan keluarga,
membaca Koran dan ke pantai saat liburan.
Saat pengkajian : pasien hanya menghabiskan waktu dengan tiduran dan terkadang
mengobrol dengan keluarga.
n) Pola belajar
Di rumah : pasien biasa mandapatkan berita terkini dari TV, Koran dan lingkungan kerjanya.
Saat pengkajian : pasien mendapat informasi tentang penyakitnya dari tim kesehatan dan
pasien terlihat sering bertanya tanya mengenai penyakitnya.
1. 4.

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum

: sedang

Tingkat kesadaran

: komposmentis

GCS

: verbal = 5, psikomotor = 6, mata = 4

TTV
Tekanan darah

: 110/80 mmHg

Nadi

: 80 x/mnt

Pernapasan

: 20 x/mnt

Suhu

: 36,8oC

1. Keadaan Fisik

Difokuskan sesuai dengan kasus / sistem yang mengalami gangguan.


1. Kepala dan leher : bentuk oval, warna rambut kehitaman berminyak,
nyeri tekan (-) mata : simetris,tanpa kaca mata,tampak ada lingkaran
hitam pada mata,konjungtiva normal (merah muda).
2. Dada

: gerak nafas simetris

Paru paru

: Retraksi dada normal.Whesing(-),ronchi(-)

Jantung

: Suara jantung I+II normal.

1. Payudara dan ketiak : payudara simetris tidak ada benjolan ariola


menonjol. Ketiak ada rambut dan tidak ada hiperpigmentasi.
2. Abdomen : terdengar bising usus 16 x/mnt, teraba massa(skibala),pada
perut bagian tengah kanan, dan kembung (+) platus(+)

Hepar

: Normal

Lien

: Normal

1. Genetalia : Tidak dikaji..


2. Integumen : turgor kulit normal, kulit keriput (+) terdapat hiperpigmentasi
pada lengan dan kulit wajah.
3. Ekstremitas
1. Atas : bentuknya simetris, edema (-), teraba hangat dan bisa
berfungsi dengan baik dan pergerakan terkontrol terpasang infus
pada tangan kiri Nacl 0,9% 20 tetes/mnt.

2. Bawah : bentuk simetris, edema (-) , fraktur pada femur kaki kiri,
terbalut dengan elastic bendage dan terpasang skin traksi ( 5kg)
1. 5.

Pemeriksaan penunjang

1.

a. Data laboratorium

TEST

RESULT

ABN

NORMALS

UNIT

WBC

6.24

4.1 1O.9

10 e 3/uL

RBC

2.20

45 5.9

10 e 5/uL

HGB

5.8

13.5 17.5

g/dL

HCT

19.2

41.0 53.0

MCV

87.1

80 100

fL

MCH

26.5

26 34

Pg

MCHC

30.4

31 36

g/dL

CKCM

33.5

30 -37

9/dL

RDW

17.0

11.6 14.8

NDW

14.71

2.2 3.2

g/dL

PCT

31.8

150 440

10 e 3/uL

MPV

6,2

0.0 99.9

fL

MPC

26.1

26.5 40

g/dL

b. Pemeriksaan Radiologi
Hasil foto rontgen pasien terlihat kesan fraktur femur 1/3 bagian proximal sinistra.

1. B.

No
Dx
I.

Diagnosa Keperawatan

Tgl Dx

14/6/10

Diagnosa Keperawatan

Konstipasi b/d penurunan peristaltic usus,


ditandai dengan pasien tidak bisa BAB
dari 3 minggu yang lalu, teraba skibalak

Tgl Teratasi

TTD

II

14/6/10

III

14/6/10

IV

14/6/10

14/6/10

VI

14/6/10

VII

14/6/10

diperut tengah bagian kanan, peristaltik


usus 16x/mnt.

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh b/d tidak ada nafsu makan
ditandai dengan makan habis 5 sendok + buah
dan kue 1 potong,mual dan muntah.
Nyeri akut b/d distensi usus ditandai dengan
wajah pasien tampak meringis skala nyeri 6 dari
1-10.
Kerusakan mobilitas fisik b/d Kelemahan dan
keadaan umum yang menurun, ditandai dengan
pasien hanya terlihat berbaring ditempat
tidur,tidak bisa duduk,berdiri,berjalan,kaki tidak
dapat ditekuk
Defisit personal hygiene b/d kerusakan
musculoskeletal ditandai dengan kulit pasien
tampak kotor badan berbau dan rambut
berminyak .
Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
yang adekuat tentang pronosis pengobatan dan
perawatan penyakit ditandai dengan pasien
selalu bertanya tanya mengenai penyakitnya.
Gangguan pola tidur b/d ketidaknyamanan fisik
dan lingkungan ditandai dengan pasien hanya
bisa tidur 3 jam/hari tidak biasa istirahat siang
dan ada lingkran hitam disekitar mata.

Prioritas masalah :
Konstipasi b/d penurunan peristaltik usus, yang ditandai dengan tidak bisa BAB dari 3
minggu yang lalu, teraba skibalak diperut tengah bagian kanan, peristaltik usus 16x/mnt.
1. C.

Hari/tgl

Selasa

15/6/10

Rencana Keperawatan

No
Dx
I

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

Setelah diberikan
Mempermudah
Kaji tanda dan tidakan keperawatan gejala konstipasi pasien. dalam memberi
selama 324 jam
intervensi.
diharapkan pasien BAB Pantau BAB dan

Mengetahui status

secara teratur dengan platus setiap hari.


kriteria hasil:

defekasi

Anjurkan pasien Berfungsi


untuk makan makanan memperlancar BAB.
dan buah-buahan yang
Berfungsi
berserat tinggi.
Perut tidak
memperlancar BAB.
kembung.
Anjurkan pasien
Membantu
untuk
minum
banyak 5 Nyeri perut hilang.
meningkatkan dan
gelas/hari ( 1250cc
menormalkan peristaltik usus.
Bising usus normal /hari)
(19-32x/mnt)
Kolaborasi
dalam pemberian obat
pencahar (laxadine)
Pasiem mampu
BAB(+) setiap hari.

Anjurkan pasien
mobilisasi miring kiri
dan kanan ditempat
tidur setiap 2 jam.
D. IMPLEMENTASI
Hari/tgl Dx
Selasa

15 juni
2010

jam

Tindakan keperawatan

Evaluasi

10.20 Memantau BAB pasien setiap hari Pasien belum bisa BAB
11.00
12.00

Mengukur tanda tanda vital pasien

TD : 110/80 mmHg

Memberi pasien minum.

RR : 20x/menit
N : 80x/menit
S : 36,8o C
Pasien menghabiskan susu 1
gelas ( 250 cc) mual muntah
(+).

Rabu
16 juni
2010

08.45 Mengukur tanda tanda vital


pasien

11.00
11.30
12.30

TD : 110/80 mmHg

RR : 20x/menit

Memberikan therapi yang telah


diterapkan oleh dokter

N : 80x/menit

Laxsadin 1 sendok teh

S : 36o C

TTD

Membantu memberi makan sesuai


dengan diet yang diberikan

Pasien mampu BAB sedikit


dengan kosistensi feses keras dan
berwarna hitam.

Memberikan penyuluhan kesehatan


tentang manfaat makanan berserat tinggi Pasien tidak mau makan, hanya
mau makan buah dan kue basah 1
potong
Pasien masih merasakan mual
dan muntah
Pasien mengerti dan tampak
kooperatif
Kamis
17 juni
2010

08.30 Memberikan therapi yang telah


diterapkan oleh dokter.

09.15
10.00
11.45

Menganjurkan makan dengan porsi


sedikit tetapi sering.
Mengukur TTV.
Memberikan penyuluhan kesehatan
mengenai penyakit pasien .

Pasien mampu BAB sedikit


dengan kosistensi feses
keras dan berwarna agak
kehitaman.

Pasien sudah mampu makan


bubur 5 sendok makan , mual
dan muntah berkurang.
TD : 110/80 mmHg, R :
20x/mnt, N : 80x/mnt, S : 36oC
Pasien mengerti dan memahami
tentang penyakit yang dialami.

E. EVALUASI
NO Hari/tgl No DX
1 Kamis 17
juni 2010

Jam

Evaluasi

09.30 S : Pasien mengatakan hanya bisa makan 5


sendok dan sudah BAB dengan konsistensi
masih keras dan warna kehitaman.

O : Perut pasien masih terlihat kembung dan tegang


platus dan BAB (+)
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan renpra, kaji pola BAB pasien

ttd

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}

No
Dx

TGL

DATA

DX
1

14/6/1
0

DS:

iNTERPRETASI

Penurunan
peristaltik usus

MASALAH

Konstipasi

Pasien mengatakan tidak


bisa bab selama kurang
lebih 3 minggu, nyeri
tekan pada perut tengah
bagian kanan.

DO:

Penumpukan
feses di dalam
kolon dan rektum

Pada perut kanan pasien


teraba skibala, bising
usus 16 kali/ mt. perut
pasien terlihat
kembung , nyeri tekan
(+) 6 (1-10).
Konstipasi

DS:

Dx
2
14/6/1
0

Pasien mengatakan tidak


banyak makan, hanya
bisa makan 5 sendok
dan nafsu makan
berkurang.

Gangguan
gastrointestinal

Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

DO:
Porsi makanan yang
tersedia hanya habis 5
sendok.

anoreksia

Mual muntah
DS:

Dx
3

Pasien mengatakan nyeri


pada perut tengah
bagian kanan sejak
kurang lebih 3 minggu.

Ketidak
Nyeri akut

http://chandrarandy.wordpress.com/2013/11/26/asuhan-keperawatan-padapasien-tn-ln-dengan-gangguan-eleminasi/

rhie_shaphier

Kamis, 20 Juni 2013


Asuhan Keperawatan Fraktur Femur
BAB 3
Asuhan Keperawatan

Kasus semu
Sdr. E berusia 17 tahun dibawa ke RSUA tanggal 1 April 2013 pada jam
14.23 WIB oleh keluarganya. Pasien mengatakan pada tanggal 17 Agustus 2012
yang lalu pernah jatuh dari sepeda motor, kemudian pasien dibawa ke dukun
pijat oleh keluarganya. Setelah dibawa ke dukun pijat pasien tidak kunjung
sembuh tetapi tambah parah dan kaki membengkak. Pasien telah menjalani
operasi pada tanggal 2 April 2013. Pada tanggal 11 April 2013 pasien
mengatakan nyeri, skala nyeri 7, ekspresi wajah tampak meringis kesakitan,
ekspresi wajah tegang, bingung saat ditanya perawatan luka post operasi. Dari
hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD: 110/70 mmHg, N:88 x/menit,
S:36OC. Luka operasi pasien sepanjang 20 cm, jumlah jahitan 20, luka tampak
basah tidak ada PUS, leukosit 8000H/mm 3. Pasien mengatakan dalam beraktifitas
tidak bisa mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain, personal hygiene
kurang, aktifitas pasien di bantu keluarga.

Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
Pengkajian meliputi :
a.

Identitas Pasien

Nama

Sdr. E

Umur

17 tahun

Jenis kelamin

Laki-laki

b.

Suku/Bangsa

Jawa / Indonesia

Status

Belum menikah

Pekerjaan

Wiraswasta

Pendidikan

SMA

Tanggal MRS

1 April 2013

Diagnosa Medis

Mal union fraktur femur sinistra post op ke -8

Keluhan Utama : Pasien mengatakan kaki sebelah kirinya yang patah nyeri saat
di gerakkan.
c.

Riwayat Perawatan Sekarang : Pasien mengatakan pada tanggal 17 Agustus

2012, pasien pernah jatuh dari sepeda motor, kemudian pasien dibawa ke dukun
pijat oleh keluarganya. Setelah dibawa ke dukun pijat kaki pasien tidak kunjung
sembuh tetapi tambah parah, kaki membengkak, maka pada tanggal 1 April
2013 baru pasien dibawa ke RSUA pada jam 14.23 WIB oleh keluarganya.
Kemudian dilakukan operasi pada tanggal 2 April 2013. Pada tanggal 11 April
2013 pasien mengatakan nyeri, skala nyeri 7, ekspresi wajah tampak meringis
kesakitan,ekspresi wajah tegang,bingung saat di tanya perawatan luka post
operasi, TD: 110/70 mmHg, N:88 x/menit, S:36OC. Luka operasi sepanjang 20 cm,
jumlah jahitan 20, luka tampak basah tidak ada PUS, leukosit 8000H/mm 3, pasien
dalam mengatakan dalam beraktifitas tidak bisa mandiri dan membutuhkan
bantuan orang lain dan alat. Dalam berjalan pasien masih menggunakan
tongkat, personal hygiene kurang, aktifitas pasien di bantu keluarga.
d.

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien sebelumnya tidak pernah mempunyai

riwayat penyakit patah tulang seperti ini dan pasien juga belum pernah dirawat
di Rumah Sakit, tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan keturunan
seperti DM, Hipertensi, TBC, hepatitis, dll.
e.

Riwayat Keperawatan Keluarga : Pasien mengatakan bahwa keluarganya

tidak ada yang mempunyai penyakit seperti pasien dan keluarga pasien tidak
ada yang mempunyai riwayat penyakit menular seperti TBC dan hepatitis,
penyakit keturunan seperti hipertensi dan DM.
f.

Pola Kebiasaan

1.

Pola Persepsi dan Manajemen

Keluarga pasien sangat mementingkan kesehatannya sehingga apabila sakit


segera memeriksakan diri ke Puskesmas/dokter bahkan ke dukun terdekat.
a.

Sebelum dirawat : Pasien menggosok gigi sehari (2x setelah mandi dan 1x

sebelum tidur). Mandi 2x dengan sabun dan ganti baju 2x.


b.

Saat dirawat

: klien jarang mandi, mandi hanya jika ada keluarga yang

membantu
2. Pola Nutrisi
a.
A=

Sebelum dirawat

BB : 63 kg

B = Albumin 3,5 dl
C = Rambut bersih, tidak rontok, tidak mudah dicabut
D = Pasien makan 3x sehari dengan porsi 1n piring habis (lauk, nasi, sayur) dan
minum air putih + 8 gelas/hari.
b.

Saat dirawat

:
BB : 60 kg

Hb : 14,4 gr/dl

Rambut agak kotor, tidak rontok, tidak mudah dicabut

- Nutrisi TKTP
- Pasien makan 3x sehari dengan porsi piring habis (lauk, nasi, sayur) dan
minum air putih + 8 gelas/hari.
3.

Pola Eliminasi
Sebelum dirawat

: Pasien BAB 1-2x sehari dengan konsistensi lembek warna

kuning, bau khas, BAK 4-5x sehari, warna kuning jernih bau khas.
Saat dirawat

: Pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek warna

kuning, bau khas, BAK 4-5x sehari, warna kuning jernih bau khas. Terakhir BAB
tanggal 10 April 2008 hari Kamis.
4.

Pola Istirahat Tidur

Sebelum dirawat : Pasien tidur 7-8 jam sehari kadang-kadang tirud siang - 1
jam sehari.
Saat dirawat

: Pasien tidur selama 5-6 jam karena nyeri pada kaki

sebelah kiri dan tidak pernah tidur siang.


5.

Pola Aktivitas dan Latihan

Sebelum dirawat

:
Aktivitas

0 1 2

Makan

Minum

Berpakaia

Aktivitas

0 1 2

Makan

Minum

Berpakaia

n
Toileting
Ambulasi
Saat dirawat

n
Toileting

Ambulasi

Keterangan :
0 : Mandiri

: Bantuan orang lain + alat

1 : Alat Bantu

: Bantu dengan bantuan

2 : Bantuan orang lain


Pasien mengatakan bila berubah posisi/beraktivitas kakinya terasa nyeri dan
sakit.

6.

Pola Persepsi dan Kognitif

Sebelum dirawat : Penglihatan baik


Saat dirawat

:Antara telinga kanan dan kiri terdengar suara yang

sama
Pembau : Normal, dapat membedakan antara bau busuk dan harum
Perasa : Normal, dapat membedakan rasa manis, asam, asin, pahit
Peraba : Normal, dapat membedakan pemukaan kasar dan halus
Kognitif : Pasien dan keluarga beranggapan bahwa kesehatannya akan membaik
setelah mendapatkan perawatan dari RS. Pasien mengatakan kurang tahu cara
perawatan luka operasi dirumah.

7.

Pola Persepsi dan Konsep Diri

Gambaran Diri : Pasien menerima keadaan dirinya yang mengalami patah tulang pada
kakinya.
Ideal diri

Pasien menginginkan pasien bisa jalan dengan normal

lagi.
Peran diri

Pasien seorang wiraswasta, setelah pasien sakit dan

mengalami patah tulang seperti ini pasien tidak bisa melakukan aktivitas.
Identitas diri

: Pasien dapat menyebutkan dirinya.

Harga Diri :

Pasien merasa senang mendapat perawatan yang baik

dari perawat.
8.

Pola Reproduksi Sexual


Pasien seorang laki-laki yang belum menikah.

9.

Pola koping-toleransi terhadap stress


Jika pasien mempunyai masalah, maka pasien selalu membicarakan dan
merundingkan dengan keluarga.

10. Pola Peran Hubungan


Hubungan antara pasien dan keluarga dengan petugas pelayanan kesehatan
baik begitu pula hubungan dengan tetangganya.

11. Pola kepercayaan dan Keyakinan


Pasien beragama Islam, pasien selama dirawat tidak pernah menjalankan ibadah
sholat 5 waktu dan hanya berdoa agar penyakitnya cepat sembuh.

g.
1.
2.
3.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Tingkat Kesadaran
: Composmentis
Vital Sign
:
TD
:
110/70 mmHg
RR
:
20x /menit
N
:
88x /menit
S
:
369 C
4. Kepala
:
Mesochepal
Rambut
:
Kurang bersih, hitam tidak mudah rontok, tidak mudah
dicabut
:
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak mengalami

Mata

gangguan penglihatan
Hidung
:
Simetris, tidak ada polip
Telinga
:
Simetris, tidak ada serumen,

tidak

ada

gangguan

pendengaran
Muka :
Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, ekspresi wajah tampak
tegang, ekspresi wajah tampak bingung
Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP
5. Paru-paru :

6.

: Ictus simetris ka/ki

: Vocal fremitus ka/ki sama

: Sonor ka/ki

: Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi

Jantung :
I

: Ictus cordis tidak tampak

7.

: Ictus cordis teraba pada iga 4 dan 5

: Pekak

: Teratur, tidak ada murmur (53)

Perut

: Perut datar

: Bunyi peristaltik 14 x/menit

: Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen

: Tympani

8.

Genetalia

Tidak terpasang DC, bersih

9.

Anus

Tidak ada hemoroid

10. Ekstremitas :
Atas

: Tidak ada oedema, terpasang infus RL 120 tetes/menit pada

tangan
kiri, tidak ada lesi, CRT 2 detik.
Bawah : Tidak ada oedema, akral tidak dingin, CRT 2 detik, terdapat
luka post operasi, panjang luka operasi 20 cm, terdapat 20 jahitan,
keadaan lukanya basah, tidak ada PUS, kesemutan
Kulit

Turgor

: Baik

Warna

: Kuning

h. Data Penunjang
1.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan tanggal 2 April 2013


KIBC

8.000 H/mm3

(3.500-10.000)

HGM

14,4 g/dl

PLT

228.000 H/mm3 (150.000-390.000)

(11,0-16,5)

Pemeriksaan post op tanggal 3 April 2013


Hb

2.

11,3 g/dl

Therapy tanggal 11 April 2013


Cipro 2 x 500 mg diberikan secara oral
Asam mefenamat 2 x 50 mg secara oral
Hasil Rongent

1.

Hasil rongent sebelum operasi : mal union fraktur femur sinistra

3.2 ANALISA DATA


No

Data

Etiologi

Masalah
keperawatan

1.

DS :

Pasien mengatakan nyeri

P : Nyeri saat melakukan

Fraktur femur
tertutup

aktivitas
Q : Nyeri seperti dipukulpukul
R : Kaki sebelah kiri
S : Skala 7

Malunion, nonunion, dan


delayed union

T : Saat gerak sewaktuwaktu


- Ekspresi wajah tampak
meringis jika melakukan

DO :

aktivitas.

terapi bedah

- Ekspresi wajah tampak


tegang
TD : 110/70 mmHg
N

: 88 x/menit

kerusakan
jaringan pasca

Nyeri

operasi

nyeri

2.

DS :

Pasien mengatakan

Luka post

Resti infeksi

bekas luka operasi sudah


agak kering
1. Luka operasi sepanjang
DO : 20 cm

operasi

Port de entry

2. Luka tampak agak


kering tidak ada PUS dan
darah.
S : 360C

Resiko infeksi

N : 88 x/menit
3. Leukosit : 8.000 H/mm3
3.

DS :

Pasien mengatakan

Fraktur

dalam beraktivitas
pasien tidak bisa mandiri

mobilitas fisik
femur

dan membutuhkan
bantuan orang lain dan
alat

Hambatan

Terputusnya
hubungan
tulang

Ketidakmampu

an melakukan
pergerakan
kaki

Immobilisasi

4.

DS:

Klien jarang mandi,

fraktur

mandi jika hanya dibantu


keluarga.
DO:

Defisit perawatan
diri

femur

Klien tampak lusuh.


Rambut berantakan, baju

Kelemaha

tidak ganti
n fisik
ekstrimitas
bawah

Defisit
perawatan diri

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri b.d kompresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan
fragmen tulang
2. Resiko infeksi b.d port de entry luka pasca bedah, pemasangan alat fiksasi
invasive
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal, pergerakan fragmen
tulang
3.4 intervensi
Nyeri b.d kompresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen
tulang
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi

1.

Kriteria Hasil : Pasien menyatakan nyeri berkurang

2.

Skala nyeri 0-1 (0-5)

3.

Dapat mengidentifikasikan aktifitas yang dapat menurunkan nyeri

4.

Pasien tidak gelisah


Intervensi

Rasional

Kaji nyeri dengan skala 0-4

Nyeri merupakan respons subyektif


yang
dapat
dikaji
dengan
menggunakan
skala
nyeri.
Klien
melaporkan nyeri biasanya di atas
tingkat cedera

Lakukan
keperawatan

manajemen

nyeri

1. atur posisi immobilisasi pada paha

Immobilisasi yang adekuat dapat


mengurangi
pergerakan
fragmen
tulang yang menjadi unsur utama
penyebab nyeri pada paha.

2. manajemen lingkungan: lingkungan


tenang,
batasi
pengunjung,
dan
istirahatkan klien

Lingkungan tenang akan menurunkan


stimulus
nyeri
eksternal
dan
pembatasan
pengunjung
akan
membantu meningkatkan kondisi o2
ruangan

3. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan


dalam ketika nyeri muncul.

Meningkatkan asupan O2
akan menurunkan nyeri
akibat iskemia

4. Ajarkan teknik distraksi pada saat


nyeri

Distraksi (pengalihan perhatian) dapat


menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme
peningkatan
produksi
endorfin dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri agar tidak
dikirimkan ke korteks serebri sehingga
menurunkan presepsi nyeri

5. Lakukan manajemen sentuhan

Manajemen sentuhan pa. da saat nyeri


berupa sentuhan dukungan psikologis
dapat membantu menurunkan nyeri.
Masase ringan dapat meningkatkan
aliran darah dan membantu suplai
darah dan oksigen ke area nyeri.

6. Berikan kesempatan waktu istirahat


jika terasa nyeri dan berikan posisi
yang nyaman, misalnya waktu tidur,
bagian belakangnya dipasang bantal
kecil

Istirahat akan merelaksasikan semua


jaringan
sehingga
meningkatkan
kenyamanan

Kolaborasi

Analgesik memblok lintasan


sehingga nyeri akan berkurang

pemberian analgetik

sehingga
sekunder

nyeri

pemasngan traksi tulang

Operasi
interna

untuk

pemasangan

Traksi yang efektif akan memberikan


dampak pada penurunan pergeseran
fragmen tulang dan memberikan posisi
yang baik untuk penyatuan tulang
fiksasi

Fiksasi
interna
dapat
membantu
imobilisasi fraktur femur sehingga
pergerakan fragmen berkurang.

Resiko infeksi b.d port de entry luka pasca bedah, pemasangan alat fiksasi
invasive
Tujuan: dalam waktu 12x24 jam terjadi perbaikan pada intregitas jaringan lunak
dan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
1.

pada hari ke-12 tidak ada tanda-tanda infeksi dan peradangan pada area luka

pembedahan.
2. Leukosit dalam batas normal
3. Ttv dalam batas normal
Intervensi

Rasional

Kaji faktor-faktor yang memungkinkan


terjadinya infeksi yang masuk ke port
de entree

Faktor port de entree fraktur femur


adalahluka terbuka dari fraktur, luka
pasca-bedah, sisi luka dari traksi
tualng, setiap sisi besi pada fiksasi
eksterna. Faktor-faktor ini ini harus
dipantau oleh perawat dan dilakukan
perawatan luka steril

Lakukan perawatan luka secara steril

Teknik perawatan luka secara steril


dapat mengurangi kontaminasi kuman

Pantau/ batasi kunjungan

Mengurangi resiko kontak infeksi dari


orang lain

Tingkatkan asupan nutrisi tinggi kalori


dan protein

Meningkatkan imunitas tubuh secara


umum dan membantu menurunkan
resiko infeksi

Bantu perawatan diri dan keterbatasan


aktivitas
sesuai
toleransi.
Bantu
program latihan

Menunjukkan
kemampuan
secara
umum
dan
kekuatan
otot
dan
meransang pengembalian sistem imun

Kolaborasi:

Satu atau beberapa agens diberikan


yang bergantung pada sifat patogen

Beri antibiotik sesuai indikasi

dan infeksi yang terjadi.

Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal, pergerakan fragmen


tulang
Tujuan : dalam 2 x 24 jam pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal
meski degan bantuan.
Kriteria hasil :
1. penampilan yang seimbang.
2. melakukan pergerakkan dan perpindahan.
3.
mempertahankan mobilitas optimal yang

dapat

di

toleransi,

dengan

karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan
pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi

Rasional

Kaji mobilitas yang ada dan observasi


peningkatan kerusakan . kaji secara
teraur fungsi motorik

Mengetahui tingkat kemampuan klien


dalam melakukan aktivitas

Atur posisi imobilisasi pada paha

Imobilisasi
yang
adekuat
dapat
mengurangi
pergerakan
fragmen
tulang yang menjadi unsur utama
penyebab nyeri pada paha

Ajarkan klien untuk melakukan latihan


gerak aktif pada ekstremitas yang
tidak sakit

Gerakan aktif memberikan massa,


tonus, dan kekuatan otot serta
memperbaiki
fungsi
jantung
dan
pernapasan

Bantu klien melakukan latihan rom,


perawatan diri sesuai toleransi

Untuk memelihara fleksibilitas sendi


sesuai kemampuan

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk


latihan fisik klien

Peningkatan
kemampuan
dalam
mobilisasi ekstremitas dapat dicapai
dengan latihan fisik dari tim ahli
fisioterapi

Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan fisik ekstremitas


bawah

Tujuan: dalam waktu 2x24 jam, klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup
untuk kebutuhan merawat diri
Kriteria hasil: klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan
tingkat kemampuan, mengidentifikasi personel yang dapat membantu
Intervensi

Rasional

Kaji
kemampuan
dan
tingkat
penurunan dalam melakukan ADL

Membantu dalam mengantipasi dan


merencanakan pertemuan kebutuhan
individual

Hindari apa yang tidak bisa dilakukan


klien dan bantu jika perlu

Klien dalam keadaan cemas dan


bergantung, hal ini dilakukan untuk
mencegah frustasi dan meningkatkan
harga diri klien

Dekatkan alat dan


dibutuhkan klien

yang

Memudahkan klien dan meningkatkan


kemandirian klien

Pertahankan dukungan pola pikir,


izinkan klien melakukan tugas , beri
umpan balik positif untuk usahanya

Meningkatkan
harga
diri
klien,
memandirikan
klien,
dan
menganjurkan klien terus mencoba

Identifikasi kebiasaan defekasi ,


anjurkan minum dan tingkatkan
aktifitas

Meningkatkan latihan dan menolong


mencegah konstipasi

sarana

http://ayunilelet.blogspot.com/2013/06/asuhan-keperawatan-fraktur-femur.html

ASKEP PASIEN FRAKTUR FEMUR


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR FEMUR KANAN

A. PENGKAJIAN

1.

Biodata klien
Nama

: Tn.Ridwan

Umur

: 35 tahun

Jenis kelamin

2.

: laki-laki

Riwayat kesehatan

Keluhan utama

Klien mengatakan nyeri seperti teriris pada kaki kanan terutama bagian paha

dank lien tidak bisa menggerakkan kaki kanannya.


Riwayat keluhan utama
Mulai timbul keluhan
: sejak jatuh dari motor
Sifat keluhan
: terus-menerus
Lokasi
: paha bagian kanan
Riwayat keluhan sekarang
Klien mengatakan nyeri seperti teriris pada paha bagian kanan.
Klien mengatakan tidak dapat menggerakkan kaki kanannya.
Klien mengatakan nyeri dirasakan terus-menerus sejak jatuh dari motor.
Klien mengatakan nyeri bertambah ketika kaki kanannya digerakkan oleh
perawat.

3.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan vital sign

TD : 120/80 mmHg

N
: 98 X / menit

S
: 37 C

P
: 24 X / menit
Pemeriksaan ekstremitas bawah

Terdapat luka memar pada daerah paha kanan.

Terjadi pembengkakan pada daerah paha kanan.

Nyeri tekan pada daerah paha kanan.


Pemeriksaaan penunjang

Hasil pemeriksaan radiologi


: fraktur femur kanan.
4.

Klasifikasi data

Data subjektif :

Klien mengatakan nyeri seperti teriris pada paha bagian kanan.

Klien mengatakan tidak dapat menggerakkan kaki kanannya

Klien mengatakan nyeri dirasakan terus-menerus sejak jatuh dari motor.

Klien mengatakan nyeri bertambah ketika kaki kanannya digerakkan oleh


perawat
Data objektif :

Vital sign :
TD
: 120/80 mmHg
N
: 98 X / menit
S
: 37 C
P
: 24 X / menit

Terdapat luka memar pada daerah paha kanan.

Terjadi pembengkakan pada daerah paha kanan.

Nyeri tekan pada daerah paha kanan.

Klien nampak meringis kesakitan ketika kaki kanannya digerakkan.

5.

Analisa data
NO
1.

SYMPTOM
Data subjektif :

ETIOLOGI
benturan

PROBLEM
nyeri

Klien mengatakan nyeri


seperti teriris pada paha bagian
kanan.
Klien mengatakan nyeri

kerusakan jaringan

dirasakan terus-menerus.
Data objektif :

aktivasi nosiseptor

Terdapat luka memar pada


daerah paha kanan.
Terjadi pembengkakan pada
daerah paha kanan.
transmisi impuls nociceptif
ke SSP

respon nyeri
2.

Data subjektif :

Benturan

mobilitas

Klien mengatakan tidak dapat


menggerakkan kaki kanannya.
Klien mengatakan nyeri

fisik
Kerusakan jaringan

bertambah ketika kaki


kanannya digerakkan.
Data objektif :
Nyeri tekan pada daerah paha

Hambatan

Aktivasi nosiseptor

kanan.
Klien Nampak meringis
kesakitan ketika kaki kanannya
digerakkan.
Transmisi impuls nociceptif
ke SSP

Respon nyeri

Keterbatasan gerak

B.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Nyeri b/d perubahan fragmen tulang dan kerusakan jaringan otot.


Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri daerah fraktur.
C.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


N

DIAGNOSIS

KEPERAWATAN

1.

Nyeri b/d perubahan

Setelah

fragmen tulang dan

dilakukan

karakteristik

mengetahui

kerusakan jaringan

perawatan

nyeri,lokasi,durasi,

tingkat nyeri

otot.

nyeri dapat

intensitas nyeri

sehingga dapat

berkurang

menggunakan skala

menetukan jenis

dengan kriteria

nyeri.

tindakan.

Ditandai dengan :
Klien mengatakan
nyeri seperti teriris
pada paha bagian

PERENCANAAN
TUJUAN

INTERVENSI
Mengkaji

RASIONAL
Untuk

hasil :
Nyeri yang

Mempertahankan

Mencegah

kanan.
Klien mengatakan

dirasakan klien
tidak ada lagi

tulang dan

nyeri dirasakan

atau berkurang.
Klien Nampak

penekanan pada

terus-menerus.

immobilisasi.

pergeseran

jaringan luka.

tenang.
Nyeri seperti

Peningkatan

teriris tidak

vena return,

terasa lagi.

menurunkan
Berikan sokongan
pada ekstremitas
luka.

pembengkakan
dan mengurangi
nyeri.

Untuk
mempersiapkan
mental klien.
Mengurangi
rasa nyeri.
Menjelaskan
prosedur.

Pemberian obatobatan analgesic.


2.

Hambatan mobilitas

Meningkatkan

fisik b/d nyeri pada

atau

immobilisasi yang

membatasi

daerah fraktur

mempertahank

disebabkan oleh

gerak karena

an mobilitas

pembengkakan dan

salah persepsi.

fisik

persepsi klien

Ditandai dengan :
Data subjektif :
Klien mengatakan
tidak dapat
menggerakkan kaki
kanannya.
Klien mengatakan

Dengan criteria
hasil :
Mampu

Kaji tingkat

Klien akan

tentang
immobilisasi
tersebut.
Mendorong

melakukan

partisipasi dalam

aktivitas.

aktivitas rekreasi

Memberikan
kesempatan
untuk
mengeluarkan

nyeri bertambah

(menonton

energy,

ketika kaki kanannya

TV,membaca

membantu

digerakkan.

Koran,dll).

mengurangi
isolasi social.

Data objektif :
Nyeri tekan pada
daerah paha kanan.

Menganjurkan

Klien Nampak

pasien untuk

meringis kesakitan

melakukan latihan

ketika kaki kanannya

pasif dan aktif.

digerakkan.

Meningkatkan
aliran darah ke
otot dan tulang
untuk
meningkatkan
tonus otot,
mempertahanka
n mobilitas
sendi,
mencegah
atropi.

Memberikan diet
tinggi protein,
vitamin dan mineral.

Mempercepat
proses
penyembuhan,
mencegah
penurunan BB
karena pada
immobilisasi
biasanya terjadi
penurunan BB.

PATOFISIOLOGI NYERI YANG DIALAMI OLEH Tn.RIDWAN


Adanya stimulus benturan ketika mengalami kecelakaan mengakibatkan
terjadinya kerusakan jaringan, baik jaringan tulang (fraktur) dan kerusakan
jaringan otot sehingga menimbulkan aktivasi nosiseptor yang merupakan

reseptor nyeri. Impuls yang diterima oleh nosiseptor disampaikan ke system


saraf pusat kemudian diterjemahkan menjadi respon nyeri.
http://decha-ariani.blogspot.com/2012/03/askep-pasien-fraktur-femur.html

LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR FEMUR

A.

PENGERTIAN

Suatu keadaan diskontinuitas jaringan structural pada tulang (Sylvia Anderson Price,
1985).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang-tulang rawan (Purnawan Junaidi, 1982).

B.

PENYEBAB FRAKTUR

1. Trauma langsung/direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat, dimana


bagian tersebut mendapat ruda paksa misalnya benturan pukulan yang mengakibat
kan patah tulang.
2. Trauma yang tidak langsung/indirect trauma, contoh penderita jatuh dengan
lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pergelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri
rapuh/ada underlying disease dalam hal ini disebut fraktur patologis.

C.

INSIDENSI

Fraktur femur mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi dibanding dengan patah
tulang jenis berbeda umumnya fraktur terjadi pada 1/3 tengah.

D.
1.

DISKRIPSI FRAKTUR
Berdasarkan Keadaan Luka

a.
Fraktur Tertutup closed fraktur bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
b.
Fraktur Terbuka open/compound fraktur bila terdapat hubungan
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.
2.

antara

Berdasarkan Garis Patah

a.
Fraktur Komplet, bila garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi yang lain
jadi mengenai dari seluruh korteks tulang.

b.
Fraktur Inkomplet, bila tidak mengenai korteks tulang pada sisi yang lain jadi
masih ada korteks yang utuh seringkali pada anak-anak Green Stick Frackture.
3.

Berdasarkan Jumlah Garis Patah

a.

Simple Fraktur dengan satu garis patah

b.
Communitive Fraktur,
berhubungan / bertemu

bila

ada

garis

patah

lebih

dari

satu

dan

saling

c.
Segmental Fraktur, bila garis patah lebih dari satu dan tidak saling berhubungan
dengan pengertian bahwa fraktur terjadi pada tulang yang sama, eks fraktur yang
terjadi pada 1/3 proksimal dan 1/3 distal.
4.

Berdasarkan Arah Garis Patah

a.

Fraktur melintang

b.

Fraktur miring

c.

Fraktur spiral

d.

Fraktur kompresi

e.

Fraktur V/Y/T sering pada permukaan sendi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam patah tulang:


a.

Mengenai sisi kanan (dekstra) atau sisi kiri (sinistra) anggota gerak.

b.
Lokalisasinya semua tulang dibagi menjadi 1/3 proksimal, 1/3 tengah, dan 1/3 distal
kecuali klaukula dibagi menjadi medial tengah lateral.
c.

Dislokasi fragmen tulang

Undisplaced

Fragmen distal bersudut terhadap proksimal

Fragmen distal memutar

Kedua fragmen saling mendekat dan sejajar

Kedua fragmen saling menjauhi dan sumbu sejajar

E.

TANDA DAN GEJALA

1.

Sakit (nyeri)

2.

Inspeksi

a.

Bengkak

b.

Deformitas

3.

Palpasi

a.

Nyeri

b.

Nyeri sumbu

c.

Krepitasi

4.

Gerakan

a.

Aktif (tidak bisa fungsio lasea)

F.

PENATALAKSANAAN

Prinsipnya ada 2 jenis yaitu konservatif dan operatif, kriteria untuk menentukan
pengobatan dapat dilaksanakan secara konservatif (operatif) selamanya tidak absolut.

Sebagai pedoman dapat dikemukakan sebagai berikut:

Cara Konservatif

1.

Anak-anak dan remaja, dimana masih ada pertumbuhan tulang panjang

2.

Adanya infeksi/diperkirakan dapat terjadi infeksi

3.

Jenis fraktur tidak cocok untuk pemasangan fiksasi internal

4.

Ada kontraindikasi untuk dilakukan operasi

Cara Operatif dilakukan apabila:

1.

Bila reposisi mengalami kegagalan

2.

Pada orang tua dan lemah (imobilisasi) akibat yang lebih buruk

3.

Fraktur multiple pada ekstremitas bawah

4.

Fraktur patologik

5.

Penderita yang memerlukan immobilisasi cepat

Pengobatan konservatif dapat dilakukan dengan:

Pemasangan gips

Pemasangan traksi (skin traksi dan skeletal traksi)

Beban maksimal untuk skin traksi adalah 5 kg.

Pengobatan Operatif:

Reposisi

Fiksasi

Atau lazim disebut juga tindakan ORIF (Open Reductional Internal Fixation)

PROSES KEPERAWATAN PADA KLIEN


FRAKTUR FEMUR

Femur merupakan tulang yang terpanjang pada badan, dimana fraktur dapat terjadi
mulai dari proksimal sampai distal tulang memerlukan gaya yang besar untuk
mematahkan batang femur pada orang dewasa, kebanyakan fraktur ini terjadi pada
pria muda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau mengalami jatuh dari
ketinggian. Biasanya, klien ini mengalami trauma multiple yang menyertainya. Secara
klinis fraktur femur terdiri dari patah tulang paha terbuka dan patah tulang
paha tertutup yang asuhan keperawatannya berbeda.
Sering klien mengalami syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak
ke dalam jaringan maupun syok neurogenik disebabkan rasa nyeri yang sangat hebat
yang dialami klien.
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal
paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi
tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

Klasifikasi
Ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu:
1. Fraktur Intrakapsuler Femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan
melalui kepala femur (Capital Fraktur)
a.
Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar / yang
lebih kecil / pada daerah intertrokhanter.
b.
Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah
trokhanter kecil.

2.

Fraktur Ekstrakapsuler

a.

Hanya dibawah kepala femur

b.

Melalui leher dari femur

A. PENGKAJIAN

Manifestasi klinis fraktur femur hampir sama pada klinis fraktur umum tulang panjang
seperti nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas atas karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur, krepitus,
pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur, tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa
jam / hari setelah cedera.

B. ANAMNESA
1.

Identitas klien

2.

Keluhan utama

Pada umumnya keluhan utama fraktur femur adalah rasa nyeri yang hebat. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
Provoking Incident

Quality of Paint

Region

Severity
Pain

(Scale)

of

Rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan


klien bersifat menusuk-nusuk.
Rasa sakit bisa reda dengan immobilisasi
atau dengan istirahat, rasa sakit tidak
menjalar atau menyebar, dan rasa sakit
terjadi di bagian paha yang mengalami patah
tulang.
Rasa nyeri yang dirasakan klien secara
subjektif antara skala 2-4 pada rentang skala
pengukuran
0-4

:
Time

Faktor presipitasi nyeri adalah trauma pada


bagian paha.

Berapa lama nyeri berlangsung, kapan,


apakah bertambah buruk pada malam hari /
siang hari.

C. RIWAYAT PENYAKIT
1.

Riwayat Penyakit Sekarang


Kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha, pertolongan apa
yang telah didapatkan, apakah sudah berobat ke dukun? Selain itu, dengan
mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang
lain.

2.

Riwayat Penyakit Dahulu


Penyakit-penyakit tertentu seperti Kanker Tulang dan penyakit Pagets yang
menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu,
penyakit Diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadinya Osteomyelitis akut
maupun kronik dan juga Diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.

3.

Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit patah tulang paha adalah
faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada
beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.

4.

Riwayat Psikososial Spiritual


Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari baik dalam keluarga / masyarakat.
Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat
frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara
optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image).

D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum:

Kesadaran penderita: apatis, spoor, koma, gelisah, compos mentis, tergantung

pada keadaan klien.

Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus

fraktur biasanya akut.

Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan lokal baik fungsi maupun

bentuk.

B1 (Breathing)
Pada klien dengan fraktur femur pemeriksaan pada sistem pernapasan inspeksi
pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi thorax didapatkan taktil premitus seimbang
kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi nafas tambahan.
B2 (Blood)
Inspeksi : tidak tampak iktus jantung. Palpasi : nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.
B3 (Brain)
Tingkat kesadaran, biasanya compos mentis
Muka : wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk. Tidak ada lesi, simetris, tidak ada edema.
Mata : tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (apabila klien dengan
patah tulang tertutup, karena tidak terjadi perdarahan). Pada klien dengan fraktur
terbuka dengan banyaknya perdarahan yang keluar biasanya konjungtiva didapatkan
anemis.

Sistem sensorik, pada klien faktur femur daya rabanya berkurang terutama
pada bagian distal fraktur, sedangkan pada indera yang lain tidak timbul gangguan,
begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa
nyeri akibat fraktur.
B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine termasuk berat
jenis urine, biasanya klien fraktur femur tidak ada kelainan pada sistem urine.
B5 (Bowel)
Abdomen.
Inspeksi

: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

Palpasi

: turgor baik, tidak ada depands muskuler, hepar tidak teraba.

Perkusi

: suara tymphani.

Auskultasi : peristaltic usus normal 20 kali / menit.


Inguinal-Genetalia-Anus : tidak ada hernia, tidak ada pembesaran lympe, tak ada
kesulitan BAB
B6 (Bone)
Adanya fraktur pada femur akan mengganggu secara lokal baik fungsi motorik,
sensorik dan peredaran darah.
Look

Sistem Integumen : terdapat erytema, suhu sekitar daerah


trauma meningkat, bengkak, edema, nyeri tekan. Didapatkan
adanya pembengkakan hal-hal yang tidak biasa (abnormal),
deformitas, perhatikan adanya kompartemen sindrom pada
lengan bagian distal fraktur femur. Apabila terjadi open
fraktur di dapatkan adanya tanda-tanda trauma jaringan lunak
sampai pada kerusakan integritas kulit. Pada fraktur oblik,
spiral atau bergeser yang mengakibatkan pemendekan batang
femur.
Adanya
tanda-tanda
cidera
dan
kemungkinan
keterlibatan bekas neurovaskuler (saraf dan pembuluh darah).
Paha seperti bengkak/edema. Perawat perlu mengkaji apakah
dengan adanya pembengkakan pada tungkai atas yang
mengganggu sirkulasi peredaran darah ke bagian bawahnya.
Terjebaknya otot, lemak, saraf dan pembuluh darah dalam
sindroma kompartemen pada fraktur femur adalah perfusi
yang tidak baik pada bagian distal pada jari-jari kaki, tungkai
bawah pada sisi fraktur bengkak, adanya keluhan nyeri pada
tungkai, timbulnya bula yang banyaknya menyelimuti bagian
bawah dari fraktur femur.

Feel

Adanya nyeri tekan (tenderness) dan krepitasi pada daerah


paha.

Move

Terdapat keluhan nyeri pada pergerakan

Pola Tidur dan Istirahat:


Semula klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu dan kebutuhan tidur klien.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yang sering muncul pada fraktur humerus baik yang fraktur
terbuka dan fraktur tertutup, meliputi:
1.

Nyeri

2.

Kerusakan mobilitas fisik

3.

Defisit perawatan diri

4.

Resiko tinggi trauma

5.

Resiko tinggi infeksi

6.

Kerusakan integritas kulit

7.

Kecemasan
F.

1.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nyeri berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi, saraf, cedera


neuromuskuler, trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
Tujuan

Nyeri berkurang, hilang atau beradaptasi

Kriteria
Hasil

Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau


dapat diadaptasi. Dapat mengidentifikasi aktivitas
yang meningkat kan atau menurunkan nyeri. Klien
tidak gelisah. Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.

Intervensi
a.

Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4


Rasion
al

b.

Atur posisi immobilisasi pada paha


Rasiona

c.

Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa dikaji


dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan
nyeri biasanya diatas tingkat cedera.

Immobilisasi
yang
adekuat
dapat
mengurangi
pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama
penyebab nyeri pada paha.

Ajarkan relaksasi:

Teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan


intensitas nyeri dan juga tingkat relaksasi masase.
Rasiona
l

Akan
melancarkan
peredaran,
darah
sehingga
kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga

akan mengurangi nyerinya.


d.

Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut


Rasiona

Mengalihkan
perhatian
menyenang kan.

nyerinya

dengan

hal-hal

e.
Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian
analgetik untuk menguji keefektifannya. Serta setiap 1-2 jam setelah tindakan
perawat selama 1-2 hari.
Rasiona

Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat


data yang objektif untuk mencegah kemungkinan
komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat

f.

Kolaborasi dengan dokter

1)

Pemberian analgetik
Rasiona

l
2)

Pemasangan traksi kulit atau traksi tulang


Rasiona

3)

Rasiona

Fiksasi interna dapat membantu immobilisasi


fraktur
femur
sehingga
pergerakan fragmen
berkurang

Resiko tinggi trauma berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik


Tujuan

Resiko trauma tidak terjadi

Kriteria
Hasil

Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan trauma

Intervensi
a.

Traksi yang efektif akan memberikan dampak pada


penurunan
pergeseran
fragmen
tulang
dan
memberikan posisi yang baik untuk penyatuan
tulang

Operasi untuk pemasangan fiksasi interna

2.

Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri


akan berkurang.

Pertahankan immobilisasi pada lengan atas


Rasiona

Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan akibat


fragmen tulang dengan jaringan lunak di sekitarnya

b.
Bila terpasang bebat, sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut untuk
mempertahankan posisi yang netral.
Rasional

c.

Monitor traksi :

1)

Keadaan kontratraksi

Mencegah
perubahan
posisi
dengan
mempertahankan kenyamanan dan keamanan

tetap

Rasiona

2)

Kesinambungan traksi
Rasiona

Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan


immobilisasi fraktur efektif.

Traksi skelet tidak boleh terputus karena akan


memudah kan trauma pada tulang akibat adanya
pergeseran tiba-tiba fragmen tulang.

Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi


dimaksud kan intermitten. Setiap faktor yang dapat
mengurangi
tarikan
atau
mengubah
garis
resultanta tarikan harus dihilangkan. Pemberat
harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak
pada tempat tidur atau lantai.

l
3)

Tali traksi tulang


Rasiona
l

4)

Pemberat traksi
Rasiona
l

5)

Posisi anatomis paha klien


Rasiona

Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan


pusat tempat tidur ketika traksi dipasang

Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh


menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.

l
6)

Tali tidak boleh macet


Rasiona
l

d.

Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap


efektif. Umumnya berat badan klien dan pengaturan
posisi
tempat
tidur
mampu
memberikan
kontratraksi

Kolaborasi pemberian antibiotika


Rasiona

Antibiotic
bersifat
baketrisida/baktiostatik
membunuh/ menghambat perkembangan kuman

e.
Evaluasi
tanda/gejala
perluasan
cedera
lokal/sistemik, seperti peningkatan nyeri edema).
Rasiona

jaringan

(peradangan

untuk

dengan

Menilai perkembangan masalah klien

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurun


nya kekuatan pada otot paha.
Tujuan

Perawatan diri klien dapat teratasi

Kriteria
Hasil

Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk


kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan
aktivitas
perawatan
diri
sesuai
denga
tingkat
kemampuan, mengidenti-fikasi personal/masyarakat
yang dapat membantu.

Intervensi
a.

Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.
Rasiona

l
b.

Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan


pertemuan kebutuhan individual.

Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu klien perlu
Rasiona

Klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini


dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri
klien.

c.
Rencanakan tindakan untuk penurunan pergerakan pada sisi paha yang sakit
seperti tempatkan makanan dan peralatan dekat dengan klien.
Rasiona

d.

Klien akan lebih mudah mengambil peralatan yang


diperlu-kan karena lebih dekat dengan lengan yang
sehat.

Identifikasi kebiasaan BAB, anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas.


Rasiona
l

Meningkatkan
konstipasi

latihan

dan

menolong

mencegah

DAFTAR PUSTAKA

Anderson,
Sylvia
Price.
Penyakit. Jakarta: EGC.

1985. Pathofisiologi

Konsep

Klinisk

Proses-Proses

Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. dkk.


Aesculapius. FKUI.

2000. Kapita

Selekta

Kedokteran. Edisi

3.

Jakarta:

Media

Muttaqin, Arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Muskuloskletal. Edisi 1.

http://nareragan.blogspot.com/2013/03/askep-fraktur-femur.html

Você também pode gostar