Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Pengertian
Fraktur femur dapat terjadi pada beberapa tempat : bagian kaput, kolum atau trochanter,
batang femur dan daerah lutut /suprakondiler.
2. Klasifikasi
Ada 2 tipe utama fraktur pinggul :
1. fraktur kolum femur : intra kapsuler
2. fraktur trokhenter : ekstrakapsuler.
Fraktur kolum femur : penyembuhan akan lebih sulit disbandingkan dengan fraktur
trokhenter, karena system pembuluh darah yang memasok darah kekaput dan kolum femur
mengalami kerusakan karena fraktur.
3. Manifestasi Klinik
4. Penanganan Fraktur
ORIF
Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur
invasive
Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan terhadap
informasi, terbatasnya kognitif
RENPRA FRAKTUR -Rencana Perawatan Fraktur
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Manajemen nyeri :
Kaji nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan.
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien sebelumnya.
Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Administrasi analgetik :.
Monitor TV
Resiko
Setelah dilakukan
2 terhadap cidera askep jam terjadi
b/d kerusakan peningkatan Status
neuromuskuler, keselamatan
tekanan dan
Injurifisik Dg KH :
disuse
Bebas dari cidera
Pencegahan Cidera
Sindrom defisit Setelah dilakukan
3 self care b/d akep jam
kelemahan,
kebutuhan ADLs
fraktur
terpenuhi dg KH:
Pasien dapat
melakukan aktivitas
sehari-hari.
memenuhi kebutuhannya.
Kebersihan diri pasien
terpenuhi
Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai kemampuannya
Risiko infeksi
4 b/d imunitas
tubuh primer
menurun,
prosedur
invasive,
fraktur
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
jam tidak terdapat
faktor risiko infeksi
dan infeksi
terdeteksidg KH:
Tdk ada tanda-tanda
infeksi AL
normal
V/S dbn
Konrol infeksi:
Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain.
Batasi
pengunjung bila perlu.
Intruksikan kepada
pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan sesudahnya.
Gunakan
sabun anti miroba untuk mencuci tangan.
Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
Monitor V/S
Inspeksi kulit dan mebran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase.
Setelah dilakukan
askep jam terjadi
peningkatan
Ambulasi :Tingkat
mobilisasi, Perawtan
diri Dg KH :
Peningkatan aktivitas
fisik
Terapi ambulasi
Kaji kemampuan pasien
dalam melakukan ambulasi
Kolaborasi dg
fisioterapi untuk perencanaan ambulasi
Latih pasien ROM pasif-aktif sesuai
kemampuan Ajarkan pasien berpindah
tempat secara bertahap
Evaluasi pasien
dalam kemampuan ambulasi
Pendidikan kesehatan
Setelah dilakukan
askep . Jam
pengetahuan klien
meningkat dg KH:
Klien dapat
mengungkapkan
kembali yg
dijelaskan.
Klien
kooperatif saat
dilakukan tindakan
akan muncul
http://seputarsehat.com/keperawatan/asuhan-keperawatan-fraktur-femur.html
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. A.
Pengkajian
2. Identitas
1. Pasien
Nama
: Tn. Ln
Umur
: 51 tahun
Agama
: Hindu
Status
: Kawin
Kelamin
: laki laki
Alamat
Pekerjaan
: PNS
Tgl MRS
: 11 juni 2010
Pendidikan
: SLTA
Suku Bangsa
: Indonesia
: Bahasa Bali
Tgl pengkajian
: 14 juni 2010
Diagnosa Medis
1. Penanggung
Nama
: Tn. Wn
Alamat
Hubungan keluarga
: kakak kandung
Pekerjaan
: karyawan swasta
Status
: sudah menikah
1. 2.
Status Kesehatan
Keluhan utama
Saat MRS: Os datang karena fraktur femur 1/3 proximal sinistra.Pasien mengatakan
fraktur terjadi karena terpleset dikamar mandi sekitar 4 hari yang lalu.
Saat pengakajian: Os mengeluh tidak bisa BAB sejak 3 minggu yang lalu dan
mengeluh nyeri pada perut tengah bagian kanan dan nyeri pada kaki sebelah kiri.
Alasan masuk RS
Sejak 4 hari yang lalu pasien datang dengan fraktur dan sebelumnya pasien juga
mengeluh tidak bisa BAB sejak 3 minggu yang lalu.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi:
Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah bolak balik RS selama 3x dan mendapatkan
obat pencahar dari dokter. Pasien lupa nama obatnya. Walaupun telah menggunakan obat
pencahar, tapi pasien tetap tidak bisa BAB.
1. Status kesehatan masa lalu
Alergi
: pasien mengatakan alergi terhadap makanan laut,
karena dapat menimbulkan reaksi gatal-gatal pada kulit. Sedangkan untuk obat-obatan pasien
tidak mengalami alergi.
Kebiasaan
3. Therapy :
ISDN
3x 5 mg
Oscandia
1 x 1 mg
Lactulosa
3 x 1 mg
Asamefenamat
3 x 1 mg
Laksobenont
Metyl predisolon 3 x 1 mg
1. 3.
a)
Pola nafas
Di rumah : pasien mengatakan sebelum sakit, tidak ada gangguan dalam bernafas, baik saat
menarik maupun mengeluarkan nafas. Dan nafas pasien normal.
Saat pengkajian : pasien tidak ada gangguan saat bernafas baik saat menarik maupun
mengeluarkan nafas. Dan nafas pasien normal.
.
b)
Di rumah : Pasien mengatakan saat dirumah tidak ada gangguan makan, pasien biasa makan
3 x sehari dengan menu nasi,lauk pauk dan sayur.
Pasien juga minum 7 gelas air putih perhari ( 1750cc)
Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak banyak makan dan minum, nafsu makannya juga
berkurang pasien juga mengatakan mual dan muntah. Pasien hanya makan buah pepaya dan
kue basah 1 potong. Pasien mengatakan hanya bisa minum 3 gelas perhari(,750 cc).Saat
makan dan minum dibantu oleh keluarga. Pasien mendapatkan cairan infuse NaCl 0,9 % 20
tetes /mnt.
c)
Pola eliminasi
Di rumah : sebelum sakit, pasien mengatakan biasa BAB 1x sehari setiap pagi.
Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak bisa BAB selama 3 minggu.tapi bisa platus.
Buang air kecil
Di rumah : pasien mengatakan biasa kencing 5x sehari. Warnanya kuning
Saat pengkajian : pasien mengatakan bisa buang air kecil 3x sehari.warnanya kekuningan.
d)
Sebelum sakit, pasien biasa melakukan aktifitas dan bergerak secara mandiri.
Saat Pengkajian : Pasien tidak bisa duduk, berjalan, berdiri dan mengangkat kaki oleh karena
fraktur dan terpasang skin traksi 5kg.
e)
Sebelum sakit,pasien biasa tidur dengan nyenyak dari pkl 22.00 sampai pkl 05.00. Terkadang
pasien bangun untuk buang air kecil.
Saat pengkajian : pasien mengatakan susah tidur karena situasi yang ramai,berisik dan
ruangan bercahaya. Pasien mengatakan hanya bisa tidur 3 jam dari pkl 23.00-02.00.Pasien
juga mengatakan tidak terbiasa tidur siang.
f)
Pola berpakaian
Sebelum masuk RS pasien mengatakan nyaman karena tidak mengalami masalah kesehatan
yang serius.
Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak nyaman karena masih merasakan nyeri pada perut
bagian tengah kanan dan kaki sebelah kiri.
Skala nyeri 6 ( 1-10)
h) Pola kebersihan diri
Sebelum masuk RS : pasien biasa mandi dan gosok gigi 2x sehari.
Saat pengkajian : rambut pasien terlihat berminyak, kulitnya kotor, tercium bau badan.
Pasien dibantu keluarganya dalam menjaga kebersihan diri.
i) Pola rasa aman
Di rumah : sebelum masuk RS pasien merasa aman tinggal dengan keluarganya.
Saat pengkajian : pasien mengatakan merasa kurang aman karena situasi di RS yang ramai
dan penunggu pasien yang sering ribut.
j) Pola komunikasi dan hubungan dengan orang lain
Di rumah : pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien biasa berkomunikasi
dengan tetangga, keluarga dan orang lain dengan baik dan biasa menggunakan bahasa bali.
Saat pengkajian : pasien biasa berkomunikasi dengan keluarga, penunggu pasien, dan tim
kesehatan.
k) Pola beribadah
Pasien menganut agama Hindu dan setiap hari raya pasien biasa sembahyang di merajan dan
di pura. Karena sakitnya pasien hanya bisa sembahyang dari tempat tidur.
l) Pola produktivitas
Pasien sebagai kepala keluarga dan pasien mempunyai seorang istri dan 3 orang anak.
Pekerjaan pasien sebagai PNS. Saat pengkajian pasien tidak bisa menjalankan tugasnya
sebagai kepala keluarga dan PNS.
m)
Pola Rekreasi
Di rumah : pasien biasa menghibur diri dengan menonton TV, mengobrol dengan keluarga,
membaca Koran dan ke pantai saat liburan.
Saat pengkajian : pasien hanya menghabiskan waktu dengan tiduran dan terkadang
mengobrol dengan keluarga.
n) Pola belajar
Di rumah : pasien biasa mandapatkan berita terkini dari TV, Koran dan lingkungan kerjanya.
Saat pengkajian : pasien mendapat informasi tentang penyakitnya dari tim kesehatan dan
pasien terlihat sering bertanya tanya mengenai penyakitnya.
1. 4.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
: sedang
Tingkat kesadaran
: komposmentis
GCS
TTV
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 80 x/mnt
Pernapasan
: 20 x/mnt
Suhu
: 36,8oC
1. Keadaan Fisik
Paru paru
Jantung
Hepar
: Normal
Lien
: Normal
2. Bawah : bentuk simetris, edema (-) , fraktur pada femur kaki kiri,
terbalut dengan elastic bendage dan terpasang skin traksi ( 5kg)
1. 5.
Pemeriksaan penunjang
1.
a. Data laboratorium
TEST
RESULT
ABN
NORMALS
UNIT
WBC
6.24
4.1 1O.9
10 e 3/uL
RBC
2.20
45 5.9
10 e 5/uL
HGB
5.8
13.5 17.5
g/dL
HCT
19.2
41.0 53.0
MCV
87.1
80 100
fL
MCH
26.5
26 34
Pg
MCHC
30.4
31 36
g/dL
CKCM
33.5
30 -37
9/dL
RDW
17.0
11.6 14.8
NDW
14.71
2.2 3.2
g/dL
PCT
31.8
150 440
10 e 3/uL
MPV
6,2
0.0 99.9
fL
MPC
26.1
26.5 40
g/dL
b. Pemeriksaan Radiologi
Hasil foto rontgen pasien terlihat kesan fraktur femur 1/3 bagian proximal sinistra.
1. B.
No
Dx
I.
Diagnosa Keperawatan
Tgl Dx
14/6/10
Diagnosa Keperawatan
Tgl Teratasi
TTD
II
14/6/10
III
14/6/10
IV
14/6/10
14/6/10
VI
14/6/10
VII
14/6/10
Prioritas masalah :
Konstipasi b/d penurunan peristaltik usus, yang ditandai dengan tidak bisa BAB dari 3
minggu yang lalu, teraba skibalak diperut tengah bagian kanan, peristaltik usus 16x/mnt.
1. C.
Hari/tgl
Selasa
15/6/10
Rencana Keperawatan
No
Dx
I
Intervensi
Rasional
Setelah diberikan
Mempermudah
Kaji tanda dan tidakan keperawatan gejala konstipasi pasien. dalam memberi
selama 324 jam
intervensi.
diharapkan pasien BAB Pantau BAB dan
Mengetahui status
defekasi
Anjurkan pasien
mobilisasi miring kiri
dan kanan ditempat
tidur setiap 2 jam.
D. IMPLEMENTASI
Hari/tgl Dx
Selasa
15 juni
2010
jam
Tindakan keperawatan
Evaluasi
10.20 Memantau BAB pasien setiap hari Pasien belum bisa BAB
11.00
12.00
TD : 110/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
S : 36,8o C
Pasien menghabiskan susu 1
gelas ( 250 cc) mual muntah
(+).
Rabu
16 juni
2010
11.00
11.30
12.30
TD : 110/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
S : 36o C
TTD
09.15
10.00
11.45
E. EVALUASI
NO Hari/tgl No DX
1 Kamis 17
juni 2010
Jam
Evaluasi
ttd
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
No
Dx
TGL
DATA
DX
1
14/6/1
0
DS:
iNTERPRETASI
Penurunan
peristaltik usus
MASALAH
Konstipasi
DO:
Penumpukan
feses di dalam
kolon dan rektum
DS:
Dx
2
14/6/1
0
Gangguan
gastrointestinal
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
DO:
Porsi makanan yang
tersedia hanya habis 5
sendok.
anoreksia
Mual muntah
DS:
Dx
3
Ketidak
Nyeri akut
http://chandrarandy.wordpress.com/2013/11/26/asuhan-keperawatan-padapasien-tn-ln-dengan-gangguan-eleminasi/
rhie_shaphier
Kasus semu
Sdr. E berusia 17 tahun dibawa ke RSUA tanggal 1 April 2013 pada jam
14.23 WIB oleh keluarganya. Pasien mengatakan pada tanggal 17 Agustus 2012
yang lalu pernah jatuh dari sepeda motor, kemudian pasien dibawa ke dukun
pijat oleh keluarganya. Setelah dibawa ke dukun pijat pasien tidak kunjung
sembuh tetapi tambah parah dan kaki membengkak. Pasien telah menjalani
operasi pada tanggal 2 April 2013. Pada tanggal 11 April 2013 pasien
mengatakan nyeri, skala nyeri 7, ekspresi wajah tampak meringis kesakitan,
ekspresi wajah tegang, bingung saat ditanya perawatan luka post operasi. Dari
hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD: 110/70 mmHg, N:88 x/menit,
S:36OC. Luka operasi pasien sepanjang 20 cm, jumlah jahitan 20, luka tampak
basah tidak ada PUS, leukosit 8000H/mm 3. Pasien mengatakan dalam beraktifitas
tidak bisa mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain, personal hygiene
kurang, aktifitas pasien di bantu keluarga.
Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
Pengkajian meliputi :
a.
Identitas Pasien
Nama
Sdr. E
Umur
17 tahun
Jenis kelamin
Laki-laki
b.
Suku/Bangsa
Jawa / Indonesia
Status
Belum menikah
Pekerjaan
Wiraswasta
Pendidikan
SMA
Tanggal MRS
1 April 2013
Diagnosa Medis
Keluhan Utama : Pasien mengatakan kaki sebelah kirinya yang patah nyeri saat
di gerakkan.
c.
2012, pasien pernah jatuh dari sepeda motor, kemudian pasien dibawa ke dukun
pijat oleh keluarganya. Setelah dibawa ke dukun pijat kaki pasien tidak kunjung
sembuh tetapi tambah parah, kaki membengkak, maka pada tanggal 1 April
2013 baru pasien dibawa ke RSUA pada jam 14.23 WIB oleh keluarganya.
Kemudian dilakukan operasi pada tanggal 2 April 2013. Pada tanggal 11 April
2013 pasien mengatakan nyeri, skala nyeri 7, ekspresi wajah tampak meringis
kesakitan,ekspresi wajah tegang,bingung saat di tanya perawatan luka post
operasi, TD: 110/70 mmHg, N:88 x/menit, S:36OC. Luka operasi sepanjang 20 cm,
jumlah jahitan 20, luka tampak basah tidak ada PUS, leukosit 8000H/mm 3, pasien
dalam mengatakan dalam beraktifitas tidak bisa mandiri dan membutuhkan
bantuan orang lain dan alat. Dalam berjalan pasien masih menggunakan
tongkat, personal hygiene kurang, aktifitas pasien di bantu keluarga.
d.
riwayat penyakit patah tulang seperti ini dan pasien juga belum pernah dirawat
di Rumah Sakit, tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan keturunan
seperti DM, Hipertensi, TBC, hepatitis, dll.
e.
tidak ada yang mempunyai penyakit seperti pasien dan keluarga pasien tidak
ada yang mempunyai riwayat penyakit menular seperti TBC dan hepatitis,
penyakit keturunan seperti hipertensi dan DM.
f.
Pola Kebiasaan
1.
Sebelum dirawat : Pasien menggosok gigi sehari (2x setelah mandi dan 1x
Saat dirawat
membantu
2. Pola Nutrisi
a.
A=
Sebelum dirawat
BB : 63 kg
B = Albumin 3,5 dl
C = Rambut bersih, tidak rontok, tidak mudah dicabut
D = Pasien makan 3x sehari dengan porsi 1n piring habis (lauk, nasi, sayur) dan
minum air putih + 8 gelas/hari.
b.
Saat dirawat
:
BB : 60 kg
Hb : 14,4 gr/dl
- Nutrisi TKTP
- Pasien makan 3x sehari dengan porsi piring habis (lauk, nasi, sayur) dan
minum air putih + 8 gelas/hari.
3.
Pola Eliminasi
Sebelum dirawat
kuning, bau khas, BAK 4-5x sehari, warna kuning jernih bau khas.
Saat dirawat
kuning, bau khas, BAK 4-5x sehari, warna kuning jernih bau khas. Terakhir BAB
tanggal 10 April 2008 hari Kamis.
4.
Sebelum dirawat : Pasien tidur 7-8 jam sehari kadang-kadang tirud siang - 1
jam sehari.
Saat dirawat
Sebelum dirawat
:
Aktivitas
0 1 2
Makan
Minum
Berpakaia
Aktivitas
0 1 2
Makan
Minum
Berpakaia
n
Toileting
Ambulasi
Saat dirawat
n
Toileting
Ambulasi
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat Bantu
6.
sama
Pembau : Normal, dapat membedakan antara bau busuk dan harum
Perasa : Normal, dapat membedakan rasa manis, asam, asin, pahit
Peraba : Normal, dapat membedakan pemukaan kasar dan halus
Kognitif : Pasien dan keluarga beranggapan bahwa kesehatannya akan membaik
setelah mendapatkan perawatan dari RS. Pasien mengatakan kurang tahu cara
perawatan luka operasi dirumah.
7.
Gambaran Diri : Pasien menerima keadaan dirinya yang mengalami patah tulang pada
kakinya.
Ideal diri
lagi.
Peran diri
mengalami patah tulang seperti ini pasien tidak bisa melakukan aktivitas.
Identitas diri
Harga Diri :
dari perawat.
8.
9.
g.
1.
2.
3.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Tingkat Kesadaran
: Composmentis
Vital Sign
:
TD
:
110/70 mmHg
RR
:
20x /menit
N
:
88x /menit
S
:
369 C
4. Kepala
:
Mesochepal
Rambut
:
Kurang bersih, hitam tidak mudah rontok, tidak mudah
dicabut
:
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak mengalami
Mata
gangguan penglihatan
Hidung
:
Simetris, tidak ada polip
Telinga
:
Simetris, tidak ada serumen,
tidak
ada
gangguan
pendengaran
Muka :
Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, ekspresi wajah tampak
tegang, ekspresi wajah tampak bingung
Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP
5. Paru-paru :
6.
: Sonor ka/ki
Jantung :
I
7.
: Pekak
Perut
: Perut datar
: Tympani
8.
Genetalia
9.
Anus
10. Ekstremitas :
Atas
tangan
kiri, tidak ada lesi, CRT 2 detik.
Bawah : Tidak ada oedema, akral tidak dingin, CRT 2 detik, terdapat
luka post operasi, panjang luka operasi 20 cm, terdapat 20 jahitan,
keadaan lukanya basah, tidak ada PUS, kesemutan
Kulit
Turgor
: Baik
Warna
: Kuning
h. Data Penunjang
1.
8.000 H/mm3
(3.500-10.000)
HGM
14,4 g/dl
PLT
(11,0-16,5)
2.
11,3 g/dl
1.
Data
Etiologi
Masalah
keperawatan
1.
DS :
Fraktur femur
tertutup
aktivitas
Q : Nyeri seperti dipukulpukul
R : Kaki sebelah kiri
S : Skala 7
DO :
aktivitas.
terapi bedah
: 88 x/menit
kerusakan
jaringan pasca
Nyeri
operasi
nyeri
2.
DS :
Pasien mengatakan
Luka post
Resti infeksi
operasi
Port de entry
Resiko infeksi
N : 88 x/menit
3. Leukosit : 8.000 H/mm3
3.
DS :
Pasien mengatakan
Fraktur
dalam beraktivitas
pasien tidak bisa mandiri
mobilitas fisik
femur
dan membutuhkan
bantuan orang lain dan
alat
Hambatan
Terputusnya
hubungan
tulang
Ketidakmampu
an melakukan
pergerakan
kaki
Immobilisasi
4.
DS:
fraktur
Defisit perawatan
diri
femur
Kelemaha
tidak ganti
n fisik
ekstrimitas
bawah
Defisit
perawatan diri
1.
2.
3.
4.
Rasional
Lakukan
keperawatan
manajemen
nyeri
Meningkatkan asupan O2
akan menurunkan nyeri
akibat iskemia
Kolaborasi
pemberian analgetik
sehingga
sekunder
nyeri
Operasi
interna
untuk
pemasangan
Fiksasi
interna
dapat
membantu
imobilisasi fraktur femur sehingga
pergerakan fragmen berkurang.
Resiko infeksi b.d port de entry luka pasca bedah, pemasangan alat fiksasi
invasive
Tujuan: dalam waktu 12x24 jam terjadi perbaikan pada intregitas jaringan lunak
dan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
1.
pada hari ke-12 tidak ada tanda-tanda infeksi dan peradangan pada area luka
pembedahan.
2. Leukosit dalam batas normal
3. Ttv dalam batas normal
Intervensi
Rasional
Menunjukkan
kemampuan
secara
umum
dan
kekuatan
otot
dan
meransang pengembalian sistem imun
Kolaborasi:
dapat
di
toleransi,
dengan
karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan
pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi
Rasional
Imobilisasi
yang
adekuat
dapat
mengurangi
pergerakan
fragmen
tulang yang menjadi unsur utama
penyebab nyeri pada paha
Peningkatan
kemampuan
dalam
mobilisasi ekstremitas dapat dicapai
dengan latihan fisik dari tim ahli
fisioterapi
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam, klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup
untuk kebutuhan merawat diri
Kriteria hasil: klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan
tingkat kemampuan, mengidentifikasi personel yang dapat membantu
Intervensi
Rasional
Kaji
kemampuan
dan
tingkat
penurunan dalam melakukan ADL
yang
Meningkatkan
harga
diri
klien,
memandirikan
klien,
dan
menganjurkan klien terus mencoba
sarana
http://ayunilelet.blogspot.com/2013/06/asuhan-keperawatan-fraktur-femur.html
A. PENGKAJIAN
1.
Biodata klien
Nama
: Tn.Ridwan
Umur
: 35 tahun
Jenis kelamin
2.
: laki-laki
Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri seperti teriris pada kaki kanan terutama bagian paha
3.
Pemeriksaan fisik
TD : 120/80 mmHg
N
: 98 X / menit
S
: 37 C
P
: 24 X / menit
Pemeriksaan ekstremitas bawah
Klasifikasi data
Data subjektif :
Vital sign :
TD
: 120/80 mmHg
N
: 98 X / menit
S
: 37 C
P
: 24 X / menit
5.
Analisa data
NO
1.
SYMPTOM
Data subjektif :
ETIOLOGI
benturan
PROBLEM
nyeri
kerusakan jaringan
dirasakan terus-menerus.
Data objektif :
aktivasi nosiseptor
respon nyeri
2.
Data subjektif :
Benturan
mobilitas
fisik
Kerusakan jaringan
Hambatan
Aktivasi nosiseptor
kanan.
Klien Nampak meringis
kesakitan ketika kaki kanannya
digerakkan.
Transmisi impuls nociceptif
ke SSP
Respon nyeri
Keterbatasan gerak
B.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
1.
Setelah
dilakukan
karakteristik
mengetahui
kerusakan jaringan
perawatan
nyeri,lokasi,durasi,
tingkat nyeri
otot.
nyeri dapat
intensitas nyeri
sehingga dapat
berkurang
menggunakan skala
menetukan jenis
dengan kriteria
nyeri.
tindakan.
Ditandai dengan :
Klien mengatakan
nyeri seperti teriris
pada paha bagian
PERENCANAAN
TUJUAN
INTERVENSI
Mengkaji
RASIONAL
Untuk
hasil :
Nyeri yang
Mempertahankan
Mencegah
kanan.
Klien mengatakan
dirasakan klien
tidak ada lagi
tulang dan
nyeri dirasakan
atau berkurang.
Klien Nampak
penekanan pada
terus-menerus.
immobilisasi.
pergeseran
jaringan luka.
tenang.
Nyeri seperti
Peningkatan
teriris tidak
vena return,
terasa lagi.
menurunkan
Berikan sokongan
pada ekstremitas
luka.
pembengkakan
dan mengurangi
nyeri.
Untuk
mempersiapkan
mental klien.
Mengurangi
rasa nyeri.
Menjelaskan
prosedur.
Hambatan mobilitas
Meningkatkan
atau
immobilisasi yang
membatasi
daerah fraktur
mempertahank
disebabkan oleh
gerak karena
an mobilitas
pembengkakan dan
salah persepsi.
fisik
persepsi klien
Ditandai dengan :
Data subjektif :
Klien mengatakan
tidak dapat
menggerakkan kaki
kanannya.
Klien mengatakan
Dengan criteria
hasil :
Mampu
Kaji tingkat
Klien akan
tentang
immobilisasi
tersebut.
Mendorong
melakukan
partisipasi dalam
aktivitas.
aktivitas rekreasi
Memberikan
kesempatan
untuk
mengeluarkan
nyeri bertambah
(menonton
energy,
TV,membaca
membantu
digerakkan.
Koran,dll).
mengurangi
isolasi social.
Data objektif :
Nyeri tekan pada
daerah paha kanan.
Menganjurkan
Klien Nampak
pasien untuk
meringis kesakitan
melakukan latihan
digerakkan.
Meningkatkan
aliran darah ke
otot dan tulang
untuk
meningkatkan
tonus otot,
mempertahanka
n mobilitas
sendi,
mencegah
atropi.
Memberikan diet
tinggi protein,
vitamin dan mineral.
Mempercepat
proses
penyembuhan,
mencegah
penurunan BB
karena pada
immobilisasi
biasanya terjadi
penurunan BB.
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR FEMUR
A.
PENGERTIAN
Suatu keadaan diskontinuitas jaringan structural pada tulang (Sylvia Anderson Price,
1985).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang-tulang rawan (Purnawan Junaidi, 1982).
B.
PENYEBAB FRAKTUR
C.
INSIDENSI
Fraktur femur mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi dibanding dengan patah
tulang jenis berbeda umumnya fraktur terjadi pada 1/3 tengah.
D.
1.
DISKRIPSI FRAKTUR
Berdasarkan Keadaan Luka
a.
Fraktur Tertutup closed fraktur bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
b.
Fraktur Terbuka open/compound fraktur bila terdapat hubungan
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.
2.
antara
a.
Fraktur Komplet, bila garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi yang lain
jadi mengenai dari seluruh korteks tulang.
b.
Fraktur Inkomplet, bila tidak mengenai korteks tulang pada sisi yang lain jadi
masih ada korteks yang utuh seringkali pada anak-anak Green Stick Frackture.
3.
a.
b.
Communitive Fraktur,
berhubungan / bertemu
bila
ada
garis
patah
lebih
dari
satu
dan
saling
c.
Segmental Fraktur, bila garis patah lebih dari satu dan tidak saling berhubungan
dengan pengertian bahwa fraktur terjadi pada tulang yang sama, eks fraktur yang
terjadi pada 1/3 proksimal dan 1/3 distal.
4.
a.
Fraktur melintang
b.
Fraktur miring
c.
Fraktur spiral
d.
Fraktur kompresi
e.
Mengenai sisi kanan (dekstra) atau sisi kiri (sinistra) anggota gerak.
b.
Lokalisasinya semua tulang dibagi menjadi 1/3 proksimal, 1/3 tengah, dan 1/3 distal
kecuali klaukula dibagi menjadi medial tengah lateral.
c.
Undisplaced
E.
1.
Sakit (nyeri)
2.
Inspeksi
a.
Bengkak
b.
Deformitas
3.
Palpasi
a.
Nyeri
b.
Nyeri sumbu
c.
Krepitasi
4.
Gerakan
a.
F.
PENATALAKSANAAN
Prinsipnya ada 2 jenis yaitu konservatif dan operatif, kriteria untuk menentukan
pengobatan dapat dilaksanakan secara konservatif (operatif) selamanya tidak absolut.
Cara Konservatif
1.
2.
3.
4.
1.
2.
Pada orang tua dan lemah (imobilisasi) akibat yang lebih buruk
3.
4.
Fraktur patologik
5.
Pemasangan gips
Pengobatan Operatif:
Reposisi
Fiksasi
Atau lazim disebut juga tindakan ORIF (Open Reductional Internal Fixation)
Femur merupakan tulang yang terpanjang pada badan, dimana fraktur dapat terjadi
mulai dari proksimal sampai distal tulang memerlukan gaya yang besar untuk
mematahkan batang femur pada orang dewasa, kebanyakan fraktur ini terjadi pada
pria muda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau mengalami jatuh dari
ketinggian. Biasanya, klien ini mengalami trauma multiple yang menyertainya. Secara
klinis fraktur femur terdiri dari patah tulang paha terbuka dan patah tulang
paha tertutup yang asuhan keperawatannya berbeda.
Sering klien mengalami syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak
ke dalam jaringan maupun syok neurogenik disebabkan rasa nyeri yang sangat hebat
yang dialami klien.
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal
paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi
tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.
Klasifikasi
Ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu:
1. Fraktur Intrakapsuler Femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan
melalui kepala femur (Capital Fraktur)
a.
Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar / yang
lebih kecil / pada daerah intertrokhanter.
b.
Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah
trokhanter kecil.
2.
Fraktur Ekstrakapsuler
a.
b.
A. PENGKAJIAN
Manifestasi klinis fraktur femur hampir sama pada klinis fraktur umum tulang panjang
seperti nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas atas karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur, krepitus,
pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur, tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa
jam / hari setelah cedera.
B. ANAMNESA
1.
Identitas klien
2.
Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama fraktur femur adalah rasa nyeri yang hebat. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
Provoking Incident
Quality of Paint
Region
Severity
Pain
(Scale)
of
:
Time
C. RIWAYAT PENYAKIT
1.
2.
3.
4.
D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum:
Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus
Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan lokal baik fungsi maupun
bentuk.
B1 (Breathing)
Pada klien dengan fraktur femur pemeriksaan pada sistem pernapasan inspeksi
pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi thorax didapatkan taktil premitus seimbang
kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi nafas tambahan.
B2 (Blood)
Inspeksi : tidak tampak iktus jantung. Palpasi : nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.
B3 (Brain)
Tingkat kesadaran, biasanya compos mentis
Muka : wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk. Tidak ada lesi, simetris, tidak ada edema.
Mata : tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (apabila klien dengan
patah tulang tertutup, karena tidak terjadi perdarahan). Pada klien dengan fraktur
terbuka dengan banyaknya perdarahan yang keluar biasanya konjungtiva didapatkan
anemis.
Sistem sensorik, pada klien faktur femur daya rabanya berkurang terutama
pada bagian distal fraktur, sedangkan pada indera yang lain tidak timbul gangguan,
begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa
nyeri akibat fraktur.
B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine termasuk berat
jenis urine, biasanya klien fraktur femur tidak ada kelainan pada sistem urine.
B5 (Bowel)
Abdomen.
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: suara tymphani.
Feel
Move
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yang sering muncul pada fraktur humerus baik yang fraktur
terbuka dan fraktur tertutup, meliputi:
1.
Nyeri
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kecemasan
F.
1.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kriteria
Hasil
Intervensi
a.
b.
c.
Immobilisasi
yang
adekuat
dapat
mengurangi
pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama
penyebab nyeri pada paha.
Ajarkan relaksasi:
Akan
melancarkan
peredaran,
darah
sehingga
kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga
Mengalihkan
perhatian
menyenang kan.
nyerinya
dengan
hal-hal
e.
Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian
analgetik untuk menguji keefektifannya. Serta setiap 1-2 jam setelah tindakan
perawat selama 1-2 hari.
Rasiona
f.
1)
Pemberian analgetik
Rasiona
l
2)
3)
Rasiona
Kriteria
Hasil
Intervensi
a.
2.
b.
Bila terpasang bebat, sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut untuk
mempertahankan posisi yang netral.
Rasional
c.
Monitor traksi :
1)
Keadaan kontratraksi
Mencegah
perubahan
posisi
dengan
mempertahankan kenyamanan dan keamanan
tetap
Rasiona
2)
Kesinambungan traksi
Rasiona
l
3)
4)
Pemberat traksi
Rasiona
l
5)
l
6)
d.
Antibiotic
bersifat
baketrisida/baktiostatik
membunuh/ menghambat perkembangan kuman
e.
Evaluasi
tanda/gejala
perluasan
cedera
lokal/sistemik, seperti peningkatan nyeri edema).
Rasiona
jaringan
(peradangan
untuk
dengan
Kriteria
Hasil
Intervensi
a.
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.
Rasiona
l
b.
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu klien perlu
Rasiona
c.
Rencanakan tindakan untuk penurunan pergerakan pada sisi paha yang sakit
seperti tempatkan makanan dan peralatan dekat dengan klien.
Rasiona
d.
Meningkatkan
konstipasi
latihan
dan
menolong
mencegah
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,
Sylvia
Price.
Penyakit. Jakarta: EGC.
1985. Pathofisiologi
Konsep
Klinisk
Proses-Proses
2000. Kapita
Selekta
Kedokteran. Edisi
3.
Jakarta:
Media
Muttaqin, Arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Muskuloskletal. Edisi 1.
http://nareragan.blogspot.com/2013/03/askep-fraktur-femur.html