Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
HARYANI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
TESIS
HARYANI
NIM 1292161024
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
iv
TESIS
HARYANI
NIM 1292161024
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
ii
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui:
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
iii
Ketua
Anggota
1.
2.
3.
4.
:
dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH
Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And
Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si
Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes
iv
NAMA
: Haryani
NIM
: 1292161024
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di
kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Haryani
NIM. 1292161024
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyeselesaikan tesis yang berjudul Alasan Tidak
Diberikan ASI Eksklusif Oleh Ibu Bekerja Di Kota Mataram Nusa Tenggara
Barat ini tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. dr.
Mangku Karmaya, M. Kes. Repro sebagai pembimbing I yang telah penuh
perhatian telah memberi dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama
penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini.
Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Ibu dr. Luh Putu
Lila Wulandari, MPH sebagai pembimbing II yang telah dengan penuh perhatian
dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana
Bapak Prof. Dr. dr. I Ketut Suatika, SpPD(KEMD) atas kesempatan dan fasilitas
yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Ucapan
terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana yang dijabat oleh Ibu Prof.Dr.dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K)
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa
Program Magister pada Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.dr. Dewa Nyoman Wirawan,
MPH selaku ketua PS MIKM UNUD. Pada kesempatan ini, penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada sekretariat PS MIKM UNUD, Kordinator
Peminatan KIA-Kespro PS MIKM UNUD dan semua para dosen dan staf PS
MIKM UNUD. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para
penguji tesis ini, yaitu Bapak Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, MSc, Sp.And, Ibu Dr.
dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si dan Ibu Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes
yang telah memberikan masukan dan koreksi. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Wali Kota Mataram dan Bapak Kepala BAPPEDA Kota
Mataram yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di Kota Mataram.
vi
Denpasar,
Haryani
vii
ABSTRAK
ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU BEKERJA
DI KOTA MATARAM NUSA TENGGARA BARAT
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan ibu bekerja tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan hal-hal yang menghambat di dalam
pemberiannya di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. Cakupan ASI
eksklusif di Kota Mataram tahun 2011 sebesar 50,68%, namun pencapaian
tersebut masih di bawah target Nasional yaitu sebesar 80% .
Metodelogi : Studi ini menggunakan rancangan kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan
menggunakan metode FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam
(indepth interview). Sumber informasi terdiri dari dua yaitu informan kunci dan
informan lain. Jumlah sampel ditentukan oleh tersaturasinya data dari
pernyataan sumber informan. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan
adalah pedoman FGD, pedoman wawancara mendalam, kaset, alat perekam, buku
catatan dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan tidak diberikanya ASI Ekslusif
oleh ibu yang bekerja antara lain karena adanya rasa malas dari ibu, beban kerja
yang tinggi, waktu cuti terbatas, sarana prasarana yang kurang dan tuntutan
kebutuhan ekonomi keluarga. Sedangkan hal-hal yang menghambat ibu bekerja
didalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor seperti : faktor ekonomi, faktor fisik ibu, faktor psikologis dan
faktor kurangnya sarana dan prasarana pendukung, serta meningkatnya promosi
susu formula.
Simpulan penelitian ini adalah alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya karena rasa malas, beban kexrja, waktu cuti terbatas,
sarana dan prasarana kurang dan tuntutan ekonomi. Sedangkan hal yang
menghambat pemberian ASI tersebut adalah faktor ekonomi, keadaan fisik ibu,
psikologis, sarana prasarana pendukung dan peningkatan promosi susu formula.
Kata Kunci : ASI Eksklusif, Ibu Bekerja, Alasan Tidak Diberikan ASI Eksklusif.
viii
ABSTRACT
Statictics of exclusive breastfeeding in Mataram 2011 to 50.68%, and then
the proportion low targets for national for breasfeeding exlusivity to 80%. The
purpose of this study was to determine why working mothers choose to not
exclusively breast feed their infants in Mataram, NTB.
The study used a qualitative design with a phenomenological approach.
Data collection in this study involved 2 Focus Group Discussions comprising of
10 and 11 respondents (husbands, in-laws, mothers family, healthcare provider,
workplace representatives, religious and community leaders) and in-depth
interviews with 9 working women. In this study, the instruments used were FGD
guidelines, in-depth interview guides, cassettes, tape recorder, notebook and
documentation.
Study findings indicated that the primary reason for working women to not
exclusively breastfeed, because of a lack of individual motivation, pressures of a
high workload, lack of permitted time off, lack of infrastructure and concerns
about losing employment due to time off. Obstacles included fear of losing
employment, maternal physical factors (low/no milk production), psychological
factors (stress/anxiety/frustration), lack of facilities and supporting infrastructure,
and the constant promotion of infant formula.
The predominant reasons behind non-exclusive breastfeeding were lack of
personal motivation, high workload, lack of permitted time off, lack of supporting
infrastructure and fear of losing employment.
The external obstacles for providing exclusive breastfeeding were economic
factors, the mothers ability to produce milk, psychological factors, lack of
supporting infrastructure and the increasing promotion of infant formula.
Keywords: exclusive breastfeeding, working women, reasons, obstacles, NTB.
ix
DAFTAR ISI
PRASYARAT GELAR..................................................................................
ii
iii
iv
vi
ABSTRAK .....................................................................................................
viii
ABSTRACT...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL..........................................................................................
xiii
xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
BAB II
21
21
21
22
22
22
23
24
25
25
26
26
26
27
27
27
28
28
29
29
xi
29
31
31
31
32
33
33
35
35
37
38
38
38
52
53
53
54
55
61
xii
DAFTAR TABEL
37
38
38
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Penelitian tentang Alasan Ibu Bekerja Tidak
Memberikan ASI Eksklusif pada Bayinya Di Kota Mataram
Provinsi Nusa Tenggara Barat .................................................... 24
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ASI
BPS
Disdikpora
FGD
Kemenkes
MP-ASI
NCI
NTB
OR
PP-ASI
PNS
SDKI
TOGA
TOMA
UNICEF
UNUD
USA
USAID
WHO
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Jadwal Kegiatan........................................................................
61
Lampiran 2
62
Lampiran 3
63
71
Lampiran 5
76
Lampiran 6
104
Lampiran 7
105
.
Lampiran 4
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil pendataan dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, dinyatakan
bahwa situasi pemberian ASI di Indonesia masih kurang memuaskan.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tercatat bahwa
cakupan ASI ekslusif sebesar 40,2% (SDKI 2007), menurun dari kondisi tahun
2002-2003 yaitu 39,5% dari keseluruhan bayi, sementara jumlah bayi dibawah 6
bulan yang diberikan susu formula meningkat dari 16,7% (SDKI 2002-2003)
menjadi 27,9% (SDKI 2007).Dan hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa bayi
umur 0-1 bulan yang diberikan ASI dan susu lain sebesar 31,5%, umur 2 3
bulan sebesar 18% dan umur 4 5 bulan sebesar 7,6%. Ini adalah merupakan
angka yang cukup penting untuk diwaspadai dan diperhatikan.
Begitu juga dengan hasil pendataan Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa
cakupan ASI ekslusif rata-rata Nasional baru sekitar 15,3%. Data SDKI 2007
mencatat 32,4% ASI ekslusif 24 jam sebelum interview, ibu-ibu di desa lebih
banyak yang ASI ekslusif. Ibu-ibu yang berpendidikan SMA lebih sedikit (40,2%)
yang ASI eksklusif dibandingkan yang tidak berpendidikan (56%). Data yang
menarik dari DHS adalah bahwa ibu-ibu yang melahirkan ditolong oleh petugas
kesehatan terlatih, ASI ekslusifnya lebih sedikit (42,7%) dari pada ibu-ibu yang
tidak ditolong tenaga kesehatan (54,7%). (USAID, Indonesian Nutrition
Assessment Report, 2010). Data terakhir pemberian ASI ekslusif
(0 - 6 bulan) di
2003).
Selain itu berdasarkan beberapa laporan studi tentang permasalahan
pemberian ASI eksklusif menemukan faktor-faktor tidak diberikannya ASI
ekslusif pada bayi adalah karena ibu sibuk bekerja, pendidikan ibu yang rendah,
gencarnya periklanan tentang penggunaan susu formula,kurangnya sekresi ASI,
persepsi tentang bayi tanpa diberi makanan tambahan akan menjadi lapar dan
pengetahuan ibu tentang ASI kurang (Kearney, 1991; Diharjo, 1998).
Tenaga kerja perempuan yang meningkat menjadi salah satu kendala
dalam mensukseskan program ASI Eksklusif, hal ini karena cuti melahirkan hanya
12 minggu, dimana 4 (empat) minggu diantaranya sering harus diambil sebelum
melahirkan (Suradi, 2003). Dengan demikian, ibu yang bekerja hanya dapat
mendampingi bayinya secara intensif hanya 2 (dua) bulan, termasuk dalam
penyusuan bayinya. Setelah itu ibu harus kembali bekerja dan sering ibu terpaksa
berhenti menyusui.
Faktor ibu bekerja sering menjadi faktor penting dalam kegagalan
menyusui. Hal ini ditunjukkan oleh hasil studi yang dilakukan Old (2000) tentang
perilaku menyusui dari 140 sampel yang terbagi 2 kelompok (75,4% kelompok
kontrol dan 73,2% kelompok intervensi) dimana ditemukan responden yang tidak
bekerja menyusui jumlahnya 3(tiga) kali responden yang bekerja dan tetap
menyusui.
Di daerah perkotaan dimana relatif lebih banyak ibu yang bekerja untuk
mencari nafkah mengakibatkan ibu tidak dapat menyusui bayinya dengan baik
dan teratur. Hal ini menjadi signifikan karena situasi tempat kerja belum
Tenggara Barat.
1.3.2 Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini ingin mengetahui
1. Alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya di
Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Faktor apa saja yang menghambat ibu bekerja tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
1. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang alasan ibu
bekerja tidak memberikan ASI tidak eksklusif pada bayinya di Kota
Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Sebagai acuan yang dapat digunakan untuk penelitian sejenis dan lebih
spesifik lagi tentang ASI eksklusif pada bayi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi institusi
Sebagai masukan bagi instansi Dinas Kesehatan Kota Mataram dan
Puskesmas khususnya dalam melaksanakan intervensi penyusunan
program terutama untuk peningkatan program pemberian ASI eksklusif.
2. Manfaat bagi masyarakat
Diharapkan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN
MODEL PENELITIAN
10
tubuh bayi. Ibu juga memberikan tambahan makanan selain ASI yaitu diberi
pisang dan nasi lembut karena dengan pemberian makanan tambahan kepada
bayinya ibu merasa bayinya akan lebih tercukupi kebutuhan gizinya (Roesli,
2005). Adapun dampak jika bayi tidak diberi ASI secara eksklusif yaitu bayi akan
lebih mudah terkena resiko terjadinya penyakit infeksi seperti infeksi saluran
pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan dan infeksi telinga serta
menghambat sistem kekebalan tubuh bayi dan terjadinya karies dentis (kerusakan
gigi) pada bayi (Dwi, 2009).
Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif
bermacam-macam seperti misalnya budaya memberikan makanan pralaktal,
memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan
pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin
mencoba susu formula. Studi kualitatif Fikawati dan Syafiq melaporkan faktor
predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu
pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting
yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi
melakukan IMD (Fikawati, 2009)
Hasil studi kualitatif yang dilakukan oleh Farohiatul pada tahun 2011 di
Kabupaten Kudus, diperoleh hasil bahwa penyebab pemberian ASI non ekslusif
adalah pngetahuan ibu, kondisi kesehatan ibu, dukungan suami, sosial budaya
(meliputi adanya kepercayaan pemberian makanan prelaktal, anggapan yang salah
tentang kolostrum, serta anggapan tentang bayi yang menangis ketika sudah
disusui berarti bayi masih lapar dan harus diberi tambahan), adanya promosi susu
11
formula terutama dari petugas kesehatan, serta adanya tanggapan positif dari ibu
terhadap susu formula dan pengaruh orang tua. Penyebab paling dominan adalah
anggapan bahwa ASI saja tidak cukup sehingga bayi masih lapar dan harus diberi
tambahan berupa susu formula atau MP-ASI.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI
non eksklusif dapat berasal dari faktor ibu sendiri dari faktor dari luar. Faktor dari
dalam ibu meliputi pengetahuan, pendidikan, sikap, dari persepsi ibu tentang ASI
non eksklusif. Sedangkan faktor yang berasal dari luar adalah adanya dukungan
dari keluarga (ibu, mertua, suami) dan adanya dukungan dari tenaga kesehatan.
Persepsi ibu dari pengetahuan yang baik tentang manfaat ASI eksklusif dari
kerugian MP-ASI dini dapat mempengaruhi ibu dalam mengambil tindakan untuk
memberikan ASI eksklusif atau tidak (Afifah, 2009).
Peranan keluarga (suami, ibu mertua, ibu, dan ipar) dapat mempengaruhi
perilaku ibu untuk memberikan ASI non Eksklusif. Jika keluarga memberikan
dorongan dan arahan pada ibu untuk memberikan ASI non eksklusif, maka
kemungkinan besar ibu akan memberikan ASI non
sebaliknya jika keluarga tidak memberikan dorongan dan arahan kemungkinan ibu
akan memberikan ASI Eksklusif (Roesli, 2005).
Selain itu peranan tenaga kesehatan juga sangat penting dalam menentukan
perilaku ibu untuk memberikan ASI non eksklusif, dimana sejauh mana tenaga
kesehatan
memberikan
KIE
yang
diarahkan
untuk
membentuk
sikap,
kemungkinan ibu akan mempunyai pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif
dan dengan pengetahuan yang benar maka ibu akan bisa merubah perilaku untuk
12
memberikan ASI eksklusif dan ibu tidak memilih memberikan ASI non eksklusif
(susu formula) bagi bayinya (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2
2.1.2.1 Umur
Umur adalah lama hidup atau ada (sejak dilahirkan). Proses degenerasi
payudara mengenai ukuran dan kelenjar alveoli mengalami regresi yang dimulai
pada usia 30 tahun. Sehingga dengan proses tersebut payudara cenderung kurang
menghasilkan air susu. Makin tua umur seseorang maka proses-proses
perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika
berumur belasan tahun. Ibu yang umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi
ASI dibandingkan dengan ibu- ibu yang sudah tua. (Prakoso, 2002)
2.1.2.2 Pendidikan
Berdasarkan
GBHN,
pendidikan
adalah
usaha
sadar
untuk
rendah.
Tingkat
pendidikan
seorang
ibu
yang
rendah
13
14
Hal ini dimaksudkan bahwa orang percaya kepada sesuatu karena ia mempunyai
pengetahuan tentang hal itu.
2.1.2.6 Penyuluhan / Konseling di Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan penyuluhan kesehatan adalah suatu pemberian
informasi melalui media komunikasi, informasi dan edukasi (panduan penyuluh,
2003) dalam meningkatkan penggunaan ASI, masalah utama dan prinsipil adalah
bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan dan informasi yang mendukung sehingga
menambah keyakinan bahwa mereka akan dapat menyusui bayinya dengan sukses
(Soetjiningsih, 2004)
2.1.2.7 Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara
bertindak. Kebijakan merupakan pedoman tindakan yang paling mungkin
memperoleh hasil yang diinginkan. Kebijakan adalah aturan tertulis yang
merupakan keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat dan mengatur
prilaku yang bertujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat
(Pudjihardjo, 2007)
Bila kebijakan di Puskesmas mendukung program ASI Eksklusif maka
ASI Eksklusif selama 6 bulan lebih mudah dilaksanakan. Akan tetapi apabila
belum ada kebijakan, walaupun pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan sudah
baik terhadap praktek pemberian ASI Eksklusif, bila tidak ada kebijakan yang
mendukung akan tetap mengalami hambatan.
15
16
17
18
durasi pemberian Air Susu Ibu (ASI) oleh ibu karena harus bekerja (Glick, 2002).
Hogart et al. (2000) dalam Reynolds (2003) juga mengatakan bahwa sekitar satu
pertiga dari ibu yang bekerja saat mengandung, kembali bekerja penuh waktu saat
anak mereka berusia 11 bulan. Mereka kembali bekerja pada saat awal kehidupan
bayi mereka, yaitu saat-saat kritis dimana perkembangan otak sedang berlangsung
dan membutuhkan ASI sebagai nutrisi utama. Rekomendasi dari WHO, ASI
eksklusif sebaiknya diberikan dalamenam bulan pertama kelahiran, diteruskan
sampai umur 1-2 tahun (Ong et al., 2001). Sedangkan rekomendasi dari The
American Academy of Pediatrics (AAP), diharapkan para ibu untuk memberikan
ASI eksklusif enam bulan setelah kelahirandan diteruskan sampai anak berumur
satu tahun. Ong et al. (2001), dalam penelitiannya mendapatkan bahwa faktor
pendidikan ibu juga mempengaruhi lamanya durasi pemberian ASI oleh ibu-ibu
yang bekerja.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Rohani tahun 2010 di Kota
Mataram, NTB. Dari hasil analisis menunjukkan empat variabel yang terbukti
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatkan risiko kegagalan pemberian
ASI eksklusif pada ibu bayi usia 6-9 bulan adalah ibu bekerja dengan nilai
OR=7,89, persepsi ibu yang keliru dengan nilai OR=3,42, pengetahuan ibu yang
kurang dengan nilai OR=3,31 dan dukungan keluarga yang kurang dengan nilai
OR=2,68.Sedangkan dukungan tenaga kesehatan tidak terbukti meningkatkan
resiko kegagalan pemberian ASI eksklusif.
Sementara hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Mardiyanti tahun
2007 tentang pengaruh karakteristik dan dukungan keluarga terhadap pemberian
19
Dalam penelitian ini diketahui bahwa kegagalan praktik pemberian ASI eksklusif
disebabkan karena praktik pemberian ASI yang keliru seperti belum adanya
praktik pemberian ASI pada satu jam pertama setelah melahirkan, bayi masih
diberi prelaktal setelah bayi lahir yakni susu formula oleh tenaga kesehatan di
rumah bersalin, sebagian subyek meninggalkan susu formula di TPA, kurangnya
motivasi ibu untuk rutin menjenguk bayinya yang dititipkan di TPA diwaktu jam
istirahat, sebagian subyek masih percaya mitos mengenai pemberian MP-ASI dini
sebelum bayi genap usia 6 bulan, kurang adanya realisasi PP-ASI pekerja wanita
20
di tempat kerja, kurang dukungan dokter anak di TPA, serta adanya subyek yang
mengalami masalah produksi ASI.
Studi fenomenologi dengan judul Atribusi tentang kegagalan pemberian
ASI pada ibu pekerja yang dilakukan oleh Laily (2008) dapat disimpulkan sebagai
berikut:penyebab kegagalan pemberian ASI pada subjek penelitian berasal dari
tiga sumber yaitu: (a) faktor penyebab yang sifatnya internal, tidak stabil dan
dapat dikendalika adalah kondisi psikis ibu yang mengalami stress, kurangnya
usaha atau persiapan ibu semasa kehamilan, kurangnya pengetahuan ibu tentang
manajemen laktasi, kurangnya keterampilan menyusui, kurangnya ketekunan dan
kesabaran dalam berlatih menyusui, persepsi yang salah tentang menyusui,dan
tidak adanya motivasi untuk menyusui. (b) faktor penyebab yang sifatnya
eksternal, tidak stabil dan dapat dikendalikan adalah kegagalan dalam tehnik
menyusu. (c) faktor penyebab yang eksternal, stabil dan tidak dapat dikendalikan
adalah belum dimilikinya pengalaman menyusui dan kesulitan mencari waktu
yang efektif untuk menyusui.
Disamping itu juga hasil penelitian yang dilakukan Erlina tahun 2011 di
Surakarta didapatkan hasil
memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan yaitu disebabkan oleh
kurangnya pemahaman ibu terhadap pemberian ASI eksklusif dan motivasi
eksternal dalam memberikan susu formula yaitu karena faktor ekonomi yang
menuntut ibu bekerja, petugas kesehatan yang kurang memberikan sosialisasi
terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi, serta pemberian MP-ASI pada usia
yang tepat dan faktor budaya yang mempengaruhi informan dalam pemberian
21
susu formula.
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Tinuk (2012) tentang penerapan
hak cuti melahirkan bagi pekerja di sektor formal didapatkan bahwa hak tenaga
kerja perempuan dalam mendapatkan kesempatan memberikan ASI kepada
anaknya sampai usia 1 tahun yang diatur oleh PP No.4 Tahun 1951, dan diperkuat
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.409 Tahun 1984 Ps.10, hanya 25%
pengusaha yang telah memberlakukan kepada tenaga kerjanya.
2.2 Konsep Penelitian
2.2.2 ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian hanya air susu ibu saja pada bayi sejak lahir
sampai usia 6 bulan, tanpa diberikan makanan tambahan dalam bentuk
apapun.
2.2.3 ASI Non Eksklusif
Pengertian ASI non eksklusif adalah pemberian ASI yang ditambahkan
dengan jenis makanan atau minuman lainnya mulai bayi lahir sampai usia 6 bulan.
Jadi tidak hanya diberi ASI saja, tetapi diberikan tambahan cairan lain, seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh dan lain-lain.
2.3.3 Definisi Ibu Bekerja
Ibu bekerja adalah seorang ibu yang bekerja untuk mendapatkan
penghasilan tambahan.
22
23
24
2. Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian
komponennya dipisahkan
3. Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara
matematis.
2.4 Model Penelitian
Faktor Presdisposisi
Faktor Pemungkin
Faktor Penguat
- Ketersediaan sumber
daya kesehatan
- Keterjangkauan
sumber daya
kesehatan
- Hukum, prioritas dan
komitmen masyarakat
atau pemerintah
- Keterampilan yang
berkaitan dengan
kesehatan
- Dukungan keluarga
- Dukungan tenaga
kesehatan
- Dukungan Suami
- Pemimpin masyarakat
- Pengambil keputusan
Umur
Paritas
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Persepsi
Keyakinan
Nilai-nilai
Tingkah laku
Kepercayaan diri
Gambar 2.1 Model Penelitian tentang Alasan Ibu Bekerja Tidak Memberikan
ASI Eksklusif pada Bayinya Di Kota Mataram Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Model penelitian ini menggunakan Teori Lawrence green dan Kurt Lewin
untuk mengetahui alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya.
BAB III
METODE PENELITIAN
ini
menggunakan
rancangan
kualitatif
dengan
pendekatan
26
digunakan untuk membantu peneliti mengkaji tentang alasan ibu bekerja tidak
memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
Fenomenologi deskriptif menurut Spielberg (1975 dalam Speziale dan
Carpenter, 2003) memiliki tiga tahapan yaitu : Intuiting, analyzing dan
describing.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Mataram yang merupakan Ibu Kota
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dimana pengambilan data dilakukan selama dua
bulan yaitu bulan Maret sampai April 2014. Peneliti memilih Kota Mataram
sebagai lokasi tempat penelitian karena cakupan pemberian ASI eksklusif tahun
2011 sebesar 50,68%, dan pemberian ASI non eksklusif sebesar 49,32% . Angka
ini merupakan angka yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka
pemberian ASI eksklusif secara nasional masih dibawah target yaitu 80%. Kota
Mataram sebagai ibu kota Provinsi memiliki mobilitas penduduk yang cukup
tinggi dan secara komposisi pekerjaan penduduknya
berkerja di bidang
27
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil secara purposive
sampling, yang disesuaikan dengan tujuan dan jenis penelitian. Sampel pada
penelitian ini adalah informan kunci dan informan lain. Sebagai informan kunci
dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan informan
lain dalam penelitian ini adalah suami, mertua dan keluarga ibu bekerja, tokoh
agama, tokoh masyarakat serta pimpinan. Dalam penelitian ini jumlah sampel
ditentukan oleh tersaturasinya sumber informan, dalam penelitian ini jumlah
informan kunci sebanyak 9 orang yang terdiri dari ibu bekerja di perkantoran/PNS
sebanyak 4 orang dan ibu bekerja di swasta/non PNS
informan lain adalah: suami, mertua, keluarga, tenaga kesehatan atau kader,
pimpinan, tokoh agama dan tokoh masyarakat sebanyak 21 orang yang dibagi
dalam dua kelompok besar.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa
data primer dan data sekunder yang didapat dari hasil wawancara dengan
informan yang telah dipilih menjadi sampel. Data pada penelitian ini bersifat
narasi dan uraian serta penjelasan dari informan baik lisan maupun data dokumen
yang tertulis, perilaku subjek yang diamati di lapangan juga menjadi data dalam
pengumpulan hasil pada penelitian ini.
28
masyarakat serta pimpinan lembaga atau instansi baik swasta dan pemerintahan.
Adapun dalam penelitian ini melibatkan suami, mertua dan kelurga dari ibu
bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dimana pada FGD
kedua dihadirkan juga keluarga dari ibu bekerja yang memberikan ASI eksklusif,
sebagai pembanding dan triangulasi sumber untuk mendapatkan pernyataan yang
variatif dari informan. Untuk data sekunder didapatkan dari dokumen atau data data yang berkaitan dengan penelitian yang dipergunakan sebagai pendukung
penelitian ini.
Subjek dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya. Informan yang dipilih dalam penelitian ini memiliki
karakteristik sebagai berikut : dapat berkomunikasi dengan baik, ibu bekerja yang
tinggal diwilayah Kota Mataram dan bersedia menjadi informan.
3.5 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini pengambilan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan
menggunakan alat pengumpulan data yaitu pedoman FGD dan pedoman
wawancara mendalam. Dimana sebagai sumber data utama penelitian ini adalah
ibu bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Penggunaan
metode FGD dan wawancara mendalam (indepth interview) untuk memperoleh
29
informasi mengenai alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya. Dalam pelaksanaan penelitian ini, alat atau instrumen lainnya yang
digunakan adalah kaset, alat perekam, buku catatan dan dokumentasi.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data meliputi cara pengumpulan data, prosedur
pengumpulan data, dan alat pengumpulan data. Hal ini dijelaskan sebagai berikut :
3.6.1 Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan metode
FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam (indepth interview).
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan melakukan FGD pertama dengan
10 orang
30
penelitian sampai mereka mengerti dan memahami secara maksimal serta setelah
bersedia menjadi informan kemudian diminta untuk menandatangani surat
persetujuan (informed consent) yang telah disediakan.
Tahapan intuiting, merupakan langkah awal peneliti untuk dapat
menyatukan secara keseluruhan fenomena yang sedang diamati atau diteliti.
Intuiting memerlukan konsentrasi mental yang memungkinkan seorang peneliti
untuk melihat, mendengar dan sensitif terhadap setiap aspek dari fenomena (Asih,
2005). Pada tahap ini peneliti akan mengamati, mendengarkan setiap ungkapan
ibu bekerja tentang alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya melalui proses wawancara, mempelajari data yang dideskripsikan,
mengulang kembali serta memahami fenomena yang disampaikan oleh informan
kunci dan informan lainnya.
Dalam pelaksanaannya peneliti melakukan FGD dengan suami, mertua,
keluarga, tenaga kesehatan atau kader, pimpinan, tokoh agama dan tokoh
masyarakat. Tiap-tiap kelompok memiliki karakteristik yang mirip (homogen).
FGD dilakukan untuk mendapatkan variasi jawaban yang beragam dari informan.
FGD dilakukan sebanyak dua kali
wawancara mendalam dilakukan pada ibu bekerja yang tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya. Wawancara mendalam dilakukan satu kali untuk setiap
informan kunci dengan lama wawancara antara 30-40 menit
pada setiap
pertemuan. Apabila ada data yang perlu ditambahkan atau dikonfirmasi, dilakukan
member checking. Wawancara mendalam dilakukan satu per satu. Informasi yang
diperoleh dalam wawancara mendalam direkam dalam kaset, catatan lapangan,
31
32
eksklusif pada bayinya serta harapan ibu terhadap dukungan dalam pemberian
ASI eksklusif. Peneliti selanjutnya menelaah data secara berulang-ulang untuk
meyakinkan keaslian dan keakuratan deskripsi informan.
Adapun tahapan yang dilakukan dimulai dari tahap pertama yaitu dilakukan
pengumpulan data dan membuat transkrip data dengan cara mendengarkan secara
cermat dan berulang-ulang hasil rekaman yang kemudian membuat hasil
wawancara dalam bentuk verbatim. Selanjutnya pada tahap kedua peneliti
membaca berulang-ulang kali transkrip data yang ada sehingga peneliti dapat
menemukan makna data yang signifikan dan memberikan garis bawah pada
pernyataan-pernyataan penting informan. Tahap ketiga menentukan kategori/
tema. Dalam penentuan tema ini adalah merupakan proses yang agak sulit, disini
peneliti harus mampu mengelompokkan data yang ada ke dalam suatu tema.
Selanjutnya tema yang sudah ada peneliti kelompokkan menjadi tema-tema yang
potensial. Tahap kelima adalah menulis laporan. Dalam penulis laporan peneliti
harus mampu menulis setiap frase, kata dan kalimat serta pengertian secara tepat
sehingga dapat mendeskripsikan data dan hasil analisa.
3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Untuk hasil analisis data disajikan dalam bentuk naratif, dimana hasil
dianalisis
dengan uraian atau kata-kata biasa, sesuai dengan hasil FGD dan
wawancara mendalam serta tema yang telah ditentukan. Penyajian hasil analisis
juga mengikuti proses deduktif dan induktif dengan tujuan agar pemaparan yang
dilakukan tidak monoton.
Dalam Describing ini, peneliti mengkomunikasikan dan menggambarkan
33
secara tertulis dalam bentuk narasi yang luas dan mendalam, tentang deskripsi,
verbal, kejelasan dan elemen atau esensi yang kritikal dari sebuah fenomena
(Speziale dan Carpenter, 2003). Dalam tahap ini peneliti mendeskripsikan elemen
kritis atau esensi dari penjelasan alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI
eksklusif, dan penghambat serta harapan ibu bekerja terhadap dukungan
pemberian ASI eksklusif pada bayinya, sehingga didapatkan pemahaman yang
mendalam tentang fenomena yang menjadi alasan ibu bekerja tidak memberikan
ASI eksklusif pada bayinya.
3.9 Keabsahan Data
Dalam penelitian ini dilakukan pengecekan keabsahan data dengan teknik
Triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut. Ada empat macam teknik triangulasi
yaitu triangulasi sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan menanyakan kembali kepada
informan lain yaitu suami, mertua, keluarga, kader, pimpinan, tokoh agama dan
tokoh masyarakat.
3.10 Etika Penelitian
Sebelum penelitian dimulai, peneliti meminta ijin penelitian di Kesatuan
Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang Pol dan Linmas) Provinsi
Nusa Tenggara Barat (NTB) dan di Badan Kesatuan Bangsa Politik dan
Perlindunan Masyarakat (Kesbang Pol dan Linmas) Kota Mataram. Karena
peneliti melibatkan masyarakat, peneliti juga mengurus Ethical Clearance dari
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
35
36
37
Kode
Informan
P1
2.
Umur Pendidikan
40
Sarjana
P2
27
Sarjana
3.
P3
28
Sarjana
4.
P4
31
Sarjana
5.
P5
42
Sarjana
6.
7.
8.
9.
P6
P7
P8
P9
25
24
24
33
SMA
SMA
Sarjana
SMA
Pekerjaan
Informan
Dosen
Alamat Informan
Pengambilan data pada informan lain yaitu : suami, mertua, keluarga, kader,
pimpinan, TOGA dan TOMA dilakukan dengan FGD, dimana dilakukan
sebanyak 2 kali. Dimana pada pelaksanaan FGD pertama sebanyak 10 orang
peserta dan pada FGD kedua sebanyak 11 orang peserta. Karakteristik informan
lain dapat dilihat dari umur, kedudukan dalam keluarga atau masyarakat dan
alamat informan. Karakteristik informan FGD dapat disajikan pada tabel di bawah
ini.
38
Tabel 4.2
Karakteristik Informan FGD pertama
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kode Informan
RFA 1
RFA 2
RFA 3
RFA 4
RFA 5
RFA 6
RFA 7
RFA 8
RFA 9
RFA 10
Umur (th)
39
43
44
34
65
70
29
39
33
34
Kedudukan
Suami
Suami
TOGA
Keluarga
mertua
TOMA
Keluarga
Pemilik toko
Kader
Kader
Alamat Informan
Kr. Kateng , Punia
Kr. Kateng, Punia
Punia Saba
Kr. Kateng, Punia
Kr. Kateng, Punia
Punia Saba
Punia Saba
Kr. Kateng, Punia
Kr. Kateng, Punia
Punia Saba
Tabel 4.3
Karakteristik Informan FGD kedua
No
Kode Informan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
RFB 1
RFB 2
RFB 3
RFB 4
RFB 5
RFB 6
RFB 7
RFB 8
RFB 9
RFB 10
RFB 11
Umur (th)
Kedudukan
46
43
50
32
43
47
60
62
42
31
39
TOGA
Suami
Kepala Sekolah
Keluarga
Suami
Mertua
Mertua
TOMA
Keluarga
Kader
Keluarga
Alamat Informan
Gomong Lama, Mataram
Jl. Matahari, Gomong
Jl. Sakura, Gomong Lama
Gomong Lama, Mataram
Gomong Lama, Mataram
Jl. Pemuda, Gomong
Jl. Matahari, Gomong
Gomong Lama, Mataram
Jl. Pemuda, Gomong
Jl. Sakura, Gomong Lama
Gomong Lama, Mataram
39
menyebabkan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dapat
dilihat dari pernyataan sebagai berikut.
1. Pendapat yang dikemukanan oleh suami, dapat dilihat pada pernyataan berikut.
Pertama, mungkin pengetahuan tentang manfaat dari ASI. Kedua, seperti
yang dikatakan tadi karena tuntutan ekonomi dari ibu-ibu yang bekerja
disamping kurangnya pemahaman sehingga lalai dalam memberikan ASI itu
sendiri.
(RFA 1 )
Ini juga seperti buah simalakama, karena kita harus memenuhi kebutuhan
keluarga, tapi kita tidak mampu kalau dari hasil saya saja jadi ibunya bantubantu sedikit dengan bekerja, sehingga menyusui bayinya kurang.
( RFB 2 )
Saya sudah bilang sama ibunya untuk menyusui bayi dengan eksklusif, tapi
katanya tidak bisa karena air susunya sedikit dan terburu-buru untuk
berangkat kerja. Jadi terpaksa diberikan juga susu botol.
( RFA 2)
Kebutuhan ekonomi yang meningkat, sering menjadi faktor utama ibu harus
bekerja, sehingga pemberian ASI eksklusif tidak dapat sepenuhnya dilakukan. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qin (2009) di China
didapatkan kesimpulan bahwa pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh tempat
tinggal dari keluarga tersebut, rendahnya pendidikan, usia dan pendapatan dari
keluarga.
2.
40
( RFB 5)
Kita yang gendong anak merasa kasihan kalau anak nangis, jadi terpaksa
diberikan susu botol atau teh karena air susu ibunya tidak disediakan dan
disimpan untuk anaknya, cepat-cepat berangkat kerja. Dan diberi nyusu lagi
kalau sudah pulang.
( RFB 6)
Mertua merupakan orang terdekat didalam keluarga, khususnya di Indonesia,
keberadaan mertua juga sebagai pengambil keputusan juga sering dimanfaatkan
oleh anak atau menantu sebagai orang yang membantu didalam mengurus anakanaknya. Dan sebagai orang tua, mertua juga dapat mempengaruhi ibu di dalam
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Afifah tahun 2009, dikatakan bahwa faktor eksternal yang
mempengaruhi ibu di dalam memberikan ASI non eksklusif adalah adanya
dukungan keluarga yaitu ibu, mertua dan suami.
3. Pernyataan yang dikemukanan oleh keluarga, dapat dilihat pada pernyataan
berikut.
Banyak yang mempengaruhi, disamping karena kesibukan, bisa terjadi sampai
dia tidak bisa memberikan ASI dan juga mungkin dari segi manfaatnya dia
belum tahu. Kadang-kadang ya mungkin juga karena kegengsian ibu ini takut
mungkin ya mohon maaf aja payudaranya melembek atau gimana gitu kan bisa
jadi juga seperti itu. Penampilannya kurang oke gitu kan, memang banyak
factor-faktor yang dapat mempengaruhi si ibu ini sampai tidak memberikan
ASI kepada bayinya.
(RFA 9)
Ibunya yang malas, seperti ipar saya, sudah dikasi tahu air susunya jangan
dibuang-buang kasi bayinya, eh katanya terlalu banyak yang keluar, saya
suruh simpan dia tidak mau, dibilang nanti basi. Padahal tidak seperti itu kan.
( RFB 9 )
Saya lihat juga mereka tidak mau repot dalam memberikan ASI pada bayinya,
kan bisa izin sebentar dari tempat kerja untuk nyusuin, dibilang sibuk dan
susah, akhirnya bayi diberi susu sapi.
( RFA 9)
41
memberikan
KIE
yang
diarahkan
untuk
membentuk
sikap,
42
kemungkinan ibu akan mempunyai pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif
dan dengan pengetahuan yang benar maka ibu akan bisa merubah perilaku untuk
memberikan ASI eksklusif dan
43
penting ini sering disebut kelompok referensi. Individu cenderung melakukan atau
mencontoh perilaku orang lain yang penting untuknya.
6. Pendapat lain yang dikemukanan oleh TOGA, dapat dilihat pada pernyataan
berikut:
Mereka juga ada yang gengsi dan lebih memilih pekerjaan daripada
memikirkan bayinya, kan ini salah. Secara agama memberikan susu ke bayi
adalah kewajiban dan ini ada dalam Al-Quran.
(RFA 3)
Air susu ibu ya untuk bayi dan air susu sapi untuk anak sapi kan, jadi sudah
diberikan juga aturan oleh ALLAH bahwa, bayi itu diberikan air susu oleh
ibunya sampai berusia 2 tahun. Ini kewajiban ibu jadi jangan karena alasan
pekerjaan dan kesibukan, kewajibannya dilalaikan, kan ini berdosa jadinya.
( RFB 1)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bai et. al tahun 2009
di USA disimpulkan bahwa penyebab berhentinya pemberian ASI eksklusif salah
satunya karena kepercayaan dan tata nilai yang ada disekitarnya, hal ini dapat
mempengaruhi seseorang di dalam mengambil keputusan.
Menurut teori Lawrence Green menyatakan bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan
faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Perilaku itu sendiri terbentuk dari
tiga factor, dimana salah satu faktornya adalah faktor predisposisi (predisposing
factors) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan,
norma sosial, budaya dan sebagainya
7. Pendapat yang dikemukanan oleh Pimpinan, dapat dilihat pada pernyataan
berikut.
Kita juga melihat aturan cuti memang kurang dan hanya 3 bulan, tapi memang
itu sudah peraturan pemerintah, jadi tidak dapat dirubah, hanya saja ibu boleh
izin dengan tidak meninggalkan tanggung jawab kerjanya, itu saja.
44
( RFB 3 )
Ini kita swasta, toko kan harus buka terus kita harus dagang, untuk menyusui
bayi, ibu harus pandai membagi waktu dan kesempatan dong, tidak bisa libur
atau izin terlalu lama. Memang untuk cuti istilahnya kita beri hanya 1 bulan
saja kan kalau terlalau lama, saya bisa rugi dan kerepotan nantinya.
( RFA 8 )
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Tinuk (2012) tentang penerapan
hak cuti melahirkan bagi pekerja di sektor formal didapatkan bahwa hak tenaga
kerja perempuan dalam mendapatkan kesempatan memberikan ASI kepada
anaknya sampai usia 1 tahun yang diatur oleh PP No.4 Tahun 1951, dan diperkuat
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.409 Tahun 1984 Ps.10, hanya 25%
pengusaha yang telah memberlakukan kepada tenaga kerjanya.
Adapun hambatan dalam penerapan hak cuti melahirkan adalah
(a) Pengusaha belum semuanya memahami tentang hak cuti melahirkan,
(b) Kurangnya Disnaker dalam pengawasan/pembinaan terhadap pengusaha,
(c) Lemahnya penegakan hukum dan sanksi bagi pengusaha yang melanggar,
(d) Peran
perempuan. Dimana kesimpulan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Dewi (1996), yang mendapatkan bahwa tidak semua pengusaha memberikan
perlindungan kesehatan reproduksi bagi karyawannya, terutama para pekerja
wanita.
4.3.1.2 Pernyataan dari informan kunci.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam pada ibu di dapatkan bahwa dari 9
informan, mempunyai tanggapan yang beragam
45
46
menyusui.
Menurut teori perilaku menurut Lawrence Green Kesehatan seseorang
atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku dan
faktor di luar perilaku. Bahwa perilaku seseorang atau perilaku masyarakat
tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, tradisi, sikap,
dan sebagainya dari orang atau masyarakat tersebut. Di samping itu, sikap,
ketersediaan fasilitas dan perilaku petugas terhadap masyarakat juga akan
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
b. Adanya tuntutan ekonomi keluarga, hal ini seperti yang dikemukakan dalam
pernyataan ini :
Gimana ya, kita kan butuh uang untuk makan, sepertinya serba susah
milihnya, karena penghasilan suami saya tidak cukup, jadi saya juga
bantu-bantu seperti itu dengan ikut bekerja juga.
( wawancara mendalam, P9 )
Pekerjaan penting tapi anak juga penting, saya bingung juga ini, cuman
kita butuh mempersiapkan masa depan untuk anak, terpaksa ada yang
dikorbankan, tuntutan kebutuhan juga kan ini.
( wawancara mendalam, P1 )
Kita punya kemampuan untuk bekerja dan mendapat uang, jadi tidak ada
salahnya kan kita bekerja, ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan
anak-anak nantinya.
( wawancara mendalam, P8)
sangat
47
48
d. Kendala waktu cuti yang tidak mencukupi, dimana hal ini seperti pernyataan
berikut :
Memang kita diberi cuti, disini cuma 3 bulan dan itu sudah aturan, jadi
ya mau tidak mau harus masuk kembali kalau udah habis cutinya. Jadi
ya terpaksa anak saya tinggal dirumah, ASI ndak full diberikan 6 bulan.
( wawancara mendalam, P7)
Saya kan dagang, jadi mau ndak mau tetap harus jualan di pasar. Tidak
ada libur-liburan atau apa tadi itu, bayi saya titip di ibu saya sampai
siang.
( wawancara mendalam, P6)
Kalau kita di toko itu dikasi izin istilahnya 1 bulan saja, bukan cuti kata
tokenya, gaji dikasi sekedarnya tidak seperti biasa, makanya saya
berusaha cepet masuk kerja supaya gaji dapat penuh.
( wawancara mendalam, P8)
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Tinuk (2012) tentang penerapan
hak cuti melahirkan bagi pekerja di sektor formal didapatkan bahwa hak
tenaga kerja perempuan dalam mendapatkan kesempatan memberikan ASI
kepada anaknya sampai usia 1 tahun yang diatur oleh PP No.4 Tahun 1951,
dan diperkuat dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.409 Tahun 1984
Ps.10, hanya 25% pengusaha yang telah memberlakukan kepada tenaga
kerjanya.
Adapun hambatan dalam penerapan hak cuti melahirkan adalah
(a) Pengusaha belum semuanya memahami tentang hak cuti melahirkan,
(b) Kurangnya Disnaker dalam pengawasan/pembinaan terhadap pengusaha,
(c) Lemahnya penegakan hukum dan sanksi bagi pengusaha yang melanggar,
(d) Peran SPSI yang belum optimal mendukung kepentingan tenaga kerja
perempuan. Dimana kesimpulan ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan Dewi (1996), yang mendapatkan bahwa tidak semua pengusaha
49
50
51
52
menyusui, pengawetan ASI dan bagaimana cara agar ASI tetap produksi secara
baik. Berbagai perasaan dapat muncul karena ibu terpaksa meninggalkan bayi
dirumah, seperti perasaan tidak tega, berat, kasihan dan rasa penyesalan karena
harus bekerja. Beberapa hambatan yang dirasakan ibu bekerja dalam praktik
menyusui secara ekslusif adalah jarak rumah yang jauh, tidak ada fasilitas
ditempat kerja agar ibu dapat menyusui bayinya.
Hasil penelitian tentang tanggapan ibu dalam pemberian susu formula
didapatkan hasil bahwa ibu memiliki tanggapan yang sangat bervariasi. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohani (2010) di Kota Mataram
didapatkan empat variabel yang terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan risiko kegagalan pemberian ASI eksklusif yaitu: Ibu bekerja, persepsi
yang keliru, tingkat pengetahuan ibu kurang, dan dukungan keluarga yang kurang.
Dan berdasarkan besaran nilai OR menunjukkan bahwa ibu bekerja memiliki
risiko kegagalan pemberian ASI eksklusif sebesar 10 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
4.4 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi subyektifitas yang ada pada
peneliti. Penelitian ini sangat tergantung kepada interpretasi penelitian makna
yang tersirat di dalam melakukan FGD dan wawancara mendalam sehingga
kecenderungan untuk bias masih tetap ada. Dan perlunya variasi informan kunci
berdasarkan jenis pekerjaan dan tempat bekerja sehingga informasi yang di
dapatkan lebih beragam dan maksimal.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya di
Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada ibu bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya,
ditemukan beberapa alasan, antara lain: adanya rasa malas dari ibu, karena
tuntutan beban kerja yang tinggi, waktu cuti yang sedikit, sarana prasarana
yang kurang dan adannya tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga. Sehingga
para ibu tersebut memilih untuk tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya, sebagian besar memberikan ASI hanya 1 bulan saja dan
selanjutnya pemberian ASI dicampur atau diganti dengan susu formula
5.1.2 Hal-hal yang menghambat ibu bekerja didalam memberikan ASI
eksklusif pada bayinya di Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara
Barat.
Faktor-faktor yang menghambat ibu bekerja dalam memberikan ASI
eksklusif pada bayinya di Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti : faktor ekonomi, faktor
fisik ibu, faktor psikologis dan faktor kurangnya sarana dan prasarana
pendukung, waktu cuti yang terbatas,
formula.
53
54
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan, perlu mengembangkan program yang menarik dan
variatif dalam meningkatkan motivasi ibu bekerja untuk dapat memberikan ASI
eksklusif bagi bayinya.
5.2.2 Bagi Dinas Kesehatan
Diharapkan bagi pengambil kebijakan khususnya dinas kesehatan
memberikan dukungan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana pendukung
dalam pemberian ASI Eksklusif bagi kesehatan bayi dan anak.
5.2.3 Bagi Masyarakat
Agar meningkatkan partisinya dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah
dalam bentuk pemberian kebijakan bagi ibu bekerja untuk dapat memberikan ASI
eksklusif dengan baik. Dan melibatkan TOGA dalam memberikan motivasi dan
pemahaman kepada ibu bekerja untuk dapat memberikan ASI eksklusif sebagai
tanggung jawab sebagai orang tua.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti tentang faktor yang dapat
menghambat ibu bekerja dalam memberikan bayinya ASI Eksklusif secara cukup
dan maksimal.
55
DAFTAR PUSTAKA
56
57
58
59
60
Wulandari, Y. 2012, Kontroversi susu formula pada ibu hamil dan bayi, Artikel
majalah Bunda, Jakarta.
Wulandari, W. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif
Dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Kota Semarang. Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang.
61
Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kegiatan
Januari
1 2 3 4
Tahun 2014
Februari
Maret
1 2 3 4 1 2 3
April
2 3
Pengajuan Judul
Survey Awal
Penyelesaian dan Bimbingan Proposal dari Bab I s/d III
Sidang Proposal
Revisi Proposal
Penelitian
Penyelesaian dan Bimbingan Tesis
Sidang Hasil
Sidang Tesis
61
62
Lampiran 2
Umur
Alamat
Mataram,..2014
Partisipan
63
Lampiran 3
ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU BEKERJA
DI KOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
1. Nama Fasilitator
2. Tanggal FGD
3. Nama Informan
NAMA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
UMUR
PENDIDIKAN
PEKERJAAN
ALAMAT
64
A. Pendahuluan
1. Memperkenalkan diri. Saya adalah
Tema
Pertanyaan
Ceritakan apa yang
Pemahaman
tentang
ASI
eksklusif yaitu:
Probing
Tanyakan pandangan
saudara ketahui
tentang ASI
eksklusif.
Eksklusif?
Tanyakan apa
manfaat menyusui
bayi atau ASI
eksklusif
Tanyakan apa yang
sering memotivasi
para ibu untuk tidak
memberikan ASI
eksklusif pada
bayinya.
65
Apabila pernah
mendengar, tanyakan
dari mana
mendapatkan
informasi mengenai
ASI eksklusif.
Apakah saudara
pernah mendengar
tentang ASI Eksklusif
Tanyakan tentang
keunggulan ASI
dibandingkan dengan
susu formula.
Tanyakan hal yang
membuat para ibu
memberikan susu
formula pada bayinya.
2. Tanggung
Menurut pandangan
Apabila penting ,
Jawab
memberikan
ASI eksklusif
penting, tanyakan
yang merupakan
alasannya.
hak bayi.
ibu untuk
memberikannya?
tanyakan alasannya.
Apabila tidak
Tanyakan bagaimana
pendapat saudara
tentang ibu yang
tidak memberikan
ASI eksklusif pada
bayinya.
66
Bagaimana dengan
lamanya waktu cuti
pada ibu bekerja.
Dengan pemberian
Kondisi yang
mendorong dan
ASI eksklusif?
Apakah disediakan
menghambat
pemberian ASI
kerja? Tanyakan
alasannya
bekerja bayinya?
Bagimana dengan
tanggung jawab
dalam pekerjaan? Jika
ada kebijakan apa
bentuknya
3. Masalah-
Ceritakan hal-hal
Tanyakan tentang
masalah yang
yang menjadi
hambatan-hambatan
berkaitan
dengan
bekerja dalam
pemberian ASI
memberikan ASI
bekerja berkaitan
eksklusif oleh
dengan pemberian
ibu bekerja.
67
mendukung ibu
bekerja untuk
memberikan ASI
eksklusif pada
bayinya.
Bagaimana dengan
ASI perah/disimpan
dalam lemari es
selama ibu bekerja?
Tanyakan tentang
keberadaan dari
tempat penitipan
anak(TPA) selama ibu
bekerja dan
pemberian ASI
Eksklusif.
Tanyakan sarana dan
prasarana yang
dianggap penting
sebagai dukungan ibu
bekerja untuk
pemberian ASI
eksklusif pada
bayinya?
Tanyakan tentang
kurir ASI?
Apakah kurir ASI
penting? Apa
alasannya?
68
4. Dukungan atau
Menurut pandangan
support yang
diberikan pada
ibu bekerja
mertua/keluarga dan
dalam
bekerja dalam
alasannya.
memberikan
ASI eksklusif
pada bayinya.
memberikan ASI
eksklusif pada
teman-teman sekerja
bayinya?
yang memberikan
ASI eksklusif dan
alasannya.
Bentuk dukungan
TOGA dan TP-PKK
dan alasannya.
Bentuk dukungan
dari pimpinan atau
atasan di tempat kerja
dan alasannya.
Bentuk dukungan dari
tenaga kesehatan yang
ada?
Ceritakan bagaimana
menjadi
pandangan saudara
penting pekerjaan
prioritas dalam
dan alasannya?
menjalani
yang tidak
kehidupan.
memberikan ASI
Eksklusif pada
memberikan ASI
bayinya
5. Apakah yang
69
70
penerapan aturan
tersebut?
Bagaimana dengan
sanksi yang ada dari
peraturan tersebut?
71
Lampiran 4
ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU BEKERJA
DI KOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Nama Pewawancara
Tanggal Wawancara
Identitas Informan
Pendahuluan
1.
2.
3.
4.
5.
Setelah tercipta suasana kondusif dan nyaman maka wawancara baru bisa
dimulai.
72
Identitas Responden
Nama
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Pertanyaan
1. Ceritakan pandangan Anda berkaitan dengan
bulan..
2. Apa manfaat dari pemberian ASI eksklusif
pada bayi usia 0 - 6 bulan tersebut?
3. Menurut saudara apakah pemberian ASI
eksklusif tersebut penting bagi bayi? Sebutkan
alasannya.
4. Bagaimana dengan pemberian susu formula
bagi bayi usia 0 6 bulan? Apa akibatnya bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi dimasa
depan?
5. Apakah ada beban secara ekonomi yang ibu
rasakan karena memberikan susu formula? Apa
alasannya?
6. Adakah beban secara tanggung jawab profesi/
pekerjaan yang dirasakan oleh ibu sehingga
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi?
7. Apakah ada beban secara psikologis yang ibu
rasakan karena bekerja sehingga tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayi?
73
74
75
76
Lampiran 5
KONTROL PENGOLAHAN DATA KUALITATIF FGD 1 DAN 2
1.
Pertanyaan
Apa yang Bapak/Ibu ketahui
tentang ASI Eksklusif
Partisipan
RFA 1
RFB 2
2.
3.
Transkripsi/ Jawaban
ASI eksklusif yaitu ASI yang diberikan oleh ibu
dari anak bayi baru lahir sampai usia 6 bulan
dengan tidak diberikan tambahan susu apapun
hanya ASI saja
ASI Eksklusif itu ASI yang pertama kali teluar
dan jernih.
RFB 4
4.
5.
6.
7.
RFB 7
RFA 9
RFA 1
RFB 2
RFA 2
8.
9.
RFA 7
Iya pernah, karena dari petugas Puskesmas
77
RFB 11
RFB 6
RFA 2
RFA 3
RFB 3
RFB 8
RFA 10
RFB 5
RFA 9
RFA 10
18. Bagaimana pendapat Ibu
tentang Ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif
RFB 11
RFA 9
78
RFB 9
RFB 8
RFA 8
RFB 4
RFA 5
RFB 6
RFA 7
RFA 6
79
RFA 9
RFB 10
RFB 3
RFB 11
RFA 1
RFA 9
RFB 1
RFB 4
RFA 8
80
RFB 8
RFA 2
RFA 10
RFB 10
RFA 2
RFB 2
RFA 3
RFB 1
RFA 4
81
RFB 9
RFA 9
RFA 7
RFB 2
RFB 7
RFB 11
RFA 4
RFA 1
RFB 6
RFA 2
Memberikan semangat
RFB 11
RFB 3
82
RFA 8
49.
50.
51.
52.
53.
Bagaimana seharusnya
sikap seorang Ibu yang
bekerja dalam memberikan
ASI Eksklusif.
Bagaimana kaitannya
dengan peraturan pemberian
ASI dan bagaimana
penerapannya di tempat
kerja
Mengenai hal cuti, apakah
pernah diberikan tidak pada
karyawan
apakah pernah ada
sosialisasi dari dinas
kesehatan, dinas social
terkait dengan peraturan
pemberian ASI itu sendiri.
Apa kebijakan yang pernah
diberikan terkait dengan
kebijakan pada Ibu bekerja
RFB 10
RFA 1
RFB 4
Tidak baik
RFA 9
RFB 9
RFB 4
RFA 4
RFB 2
RFA 6
RFB 3
83
54.
55.
56.
RFA 3
RFB 3
RFA 8
84
1.
2.
Pertanyaan
Apa pandangan ibu tentang
pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan
Transkripsi/ Jawaban
P1 : Memberikan ASI eksklusif sangat penting buat anak,
selain untuk lebih mempererat ikatan antara ibu
dan anak juga bisa memberikan daya tahan tubuh
anak menjadi lebih bagus
P2 : Kalau menurut saya sih, sangat penting ASI
eksklusif sebenarnya, Cumakan kadang-kadang
ada beberapa hal yang menyebabkan kita ibu-ibu,
apalagi yang bekerja gk bias ngasih Asi, Cuma
kalau saya sendiri pengennya sih Asi eksklusif gitu.
Cuma kebetulan anak saya yang pertama sama
sekali, bukan sama sekali sih Cuma dia Asi itu gk
nyampe 1 bulan, kalau yang no. 2 ini yang asi
eksklusif saya kasihnya 4 bulan setelah itu saya
balik bekerja
P3 : Kalau menurut saya ASI Eksklusif sangat penting,
terkait dengan system kekebalan tubuh bayi ketika
sudah besar
P4 : Pemberian ASI ekslusif itu artinya memberikan ASI
sampai umur 6 bulan artinya tidak pakai susu
pendamping hanya pakai ASI saja
P5 : Saya pribadi, saya mewajibkan diri untuk
memberikan asi ekslusif. Rasanya gak klop ya
kalau tanpa asi. Jadi, anak pertama anak kedua asi
semua sampai genap 2 tahun. Tapi berhubung saya
kerja, jadi saya pakai formula tambahan untuk
pendampingnya. Untuk menjaga agar ditinggalkan
tidak dalam kondisi lapar kan nanti kalau sudah
pulang baru dikasi asi lagi
P6 : Ya bagus untuk pertumbuhan bayi, tidak mudah
terkena penyakit dan merupakan anugerah
pertama bagi ibu menyusui
P7 : Pandangan saya sih terhadap pemberia ASI
eksklusif adalah ASI eksklusif sangatlah penting
bagi bayi 0 sampai 6 bulan karena, karena asi itu
makanan terbaik bagi bayi dan asi juga dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan pada
si bayi tersebut
P8 : Pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan itu
harus diberikan sebenarnya,karna akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak nantinya
P9 : Lebih bagus ASI ekslusif nggeh karena untuk sisitem
kekebalan tubuhnya
85
3.
86
4.
87
5.
6.
88
7.
89
90
8.
9.
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
P1 : Yang mendorong adalah kesehatan saya yang pada saat itu saya
sedang rawat inap
P2 : Kalo yang dulu-dulu baru saya baru saya mulai mencoba untuk
pake formula saya coba berpikir nya ah gk masalah lah to
saya juga sudah perah susu saya, walaupun tidak cukup anak
saya juga gk begitu doyan sih sama susu formula saya bilang
begitu aja sih sebenarnya.
P3 : Di tempat kerja saya tidak ada TPA, untuk pojok ASI saja yang
khusus belum ada, jadi kita kadang-kadang pakai ruangan
yang kebetulan kosong saja, ini bikin susah.
P4 : Karena jaraknya yang cukup jauh dan waktu tempuh satu jam
P5 : Mungkin itu tapi, saya tidak merasa wajib pergi bekerja ya.
Bukan terdorong karena itu ya, bukan terdorong sehingga tidak
memberikan asi, karena kondisi yang mengharuskan. Saya
harus pergi kerja, jadi itu
P6 : Menurut saya sih, anak saya yang tidak mau ASI karena
kebiasaan memimik susu formula dari bayi .
P7 : Disini memang tidak mancet dan jalanan rata-rata bagus, tapi
saya tidak ada kendaraan untuk pulang pergi sendiri supaya
bisa ngasi anak susu, jadi terpaksa pakai susu dot itu sebagai
tambahan.
P8 : Yaa ASI yang sedikit
P9 : Mendorong karena malesnya itu ,jadi di dorong cepet kerja aja ,
jadi anak di abaikan terus. Pojok ASI disini tidak disediakan,
tadi untuk kurir ASI di lombok ini belum ada sama sekali,
paling kita bisa minta keluarga yang ambil ASInya, cuman
kadang bisa dan tidak. Jadi kesulitan juga akhirnya.
P1 : Sangat, sangat merasa bersalah karena pertumbuhan anak yang
tidak diberikan ASI eksklusif itu berbeda dengan saudaranya
yang mendapat ASI, baik dari pertumbuhan maupun
kemampuannya
P2 : Saya merasa bersalah saya besar, kalo sama anak saya yang
pertama, Cuma kalo anak yang ke dua ini saya merasa tidak
bersalah saya seperti anak saya yang pertama, Cuma yang ke
dua ini karena saya masih tetap intens dia nya juga gk suka
susu formula jadi saya masih agak ringan
P3 : Merasa bersalah juga sebenarnya, karena kita melihat anak
orang tampak terurus oleh orang tuanya tapi anak kita tidak.
Jadi ada rasa bersalah disitu
P4 : Merasa bersalah karena tidak meberikan ASI anak juga kurang
kontak kepada kita beda lalau pakai ASI itu ikatam batinya
lebih menyatu
P5 : Ada rasa bersalah sedikit
P6 : Rasa bersalah juga sih. Tapi apa boleh buat karena bayi ndak
mau
P7 : Saya merasa tidak mampu menjadi seorang ibu dan merasa
bersalah karena hak seorang bayi tidak saya penuhi.
P8 : Ada sih perasaan bersalah karna gak ngasik ASI itu,tapi bukan
maunya kita gak ngasik itu tapi karna keadaan yaa,kondisi
yang tidak mendukung untuk ngasik kalo sekedar ASI dia nagis
ajak karna ASI sedikit.terpaksa kasik susu formula baru dia
tenang.
P9 : Merasa bersalah, karena ndak pernah dikasi asi, ujungujungnya anak berhenti sendiri minum asi.
104
105