Você está na página 1de 122

TESIS

ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF


OLEH IBU BEKERJA DI KOTA MATARAM
NUSA TENGGARA BARAT

HARYANI

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014

TESIS

ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF


OLEH IBU BEKERJA DI KOTA MATARAM
NUSA TENGGARA BARAT

HARYANI
NIM 1292161024

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
iv

TESIS

ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF


OLEH IBU BEKERJA DI KOTA MATARAM
NUSA TENGGARA BARAT

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister


Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pascasarjana Universitas Udayana

HARYANI
NIM 1292161024

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014

ii

Lembar Persetujuan Pembimbing


TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL: 3 Juli 2014

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro., PA(K)


NIP. 19461231196902001

dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH


NIP. 197806272003012002

Mengetahui:

Ketua Program Studi Magister


Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,

Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,

Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH


NIP. 194810101977021001

Prof. Dr. dr. A. A Raka Sudewi, Sp. S (K)


NIP. 194810101977021001

iii

Tesis Ini Telah Diuji


Tanggal: 3 Juli 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No: 2060/UN14.4/HK/2014 Tanggal: 3 Juli 2014

Ketua

Anggota
1.
2.
3.
4.

: Prof. Dr. Dr. Mangku Karmaya, M. Repro., PA (K)

:
dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH
Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And
Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si
Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes

iv

SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT

NAMA

: Haryani

NIM

: 1292161024

PROGRAM STUDI : Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat


JUDUL TESIS

: ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF


OLEH IBU BEKERJA DI KOTA MATARAM NUSA
TENGGARA BARAT

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di
kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 3 Juli 2014


Yang Membuat Pernyataan,

Haryani
NIM. 1292161024

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyeselesaikan tesis yang berjudul Alasan Tidak
Diberikan ASI Eksklusif Oleh Ibu Bekerja Di Kota Mataram Nusa Tenggara
Barat ini tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. dr.
Mangku Karmaya, M. Kes. Repro sebagai pembimbing I yang telah penuh
perhatian telah memberi dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama
penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini.
Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Ibu dr. Luh Putu
Lila Wulandari, MPH sebagai pembimbing II yang telah dengan penuh perhatian
dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana
Bapak Prof. Dr. dr. I Ketut Suatika, SpPD(KEMD) atas kesempatan dan fasilitas
yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Ucapan
terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana yang dijabat oleh Ibu Prof.Dr.dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K)
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa
Program Magister pada Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.dr. Dewa Nyoman Wirawan,
MPH selaku ketua PS MIKM UNUD. Pada kesempatan ini, penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada sekretariat PS MIKM UNUD, Kordinator
Peminatan KIA-Kespro PS MIKM UNUD dan semua para dosen dan staf PS
MIKM UNUD. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para
penguji tesis ini, yaitu Bapak Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, MSc, Sp.And, Ibu Dr.
dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si dan Ibu Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes
yang telah memberikan masukan dan koreksi. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Wali Kota Mataram dan Bapak Kepala BAPPEDA Kota
Mataram yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di Kota Mataram.
vi

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jendral


Pendidikan Tinggi dan Kopertis Wilayah Bali dan Nusa Tenggara melalui
Program BPPS di Jakarta dan juga Civitas Akademika STIKES Yarsi Mataram,
yang telah memberikan bimbingan dan bantuan finansial sehingga meringankan
beban penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru, mulai dari SD sampai
perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang
telah mengasuh dan membesarkan penulis hingga seperti sekarang ini. Akhirnya
penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada suami tersayang (Alm)
Muhammad Matrapi Sibawae, SH., serta anak-anak tersayang Rudinal Muhtar
Sibawae dan Nauril Qolby Hasniah dan keluargaku, yang dengan penuh
pengorbanan telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk lebih
berkonsentrasi dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis
ucapkan kepada seluruh informan yang membantu terlaksananya proses penelitian
khusunya dalam pengambilan data penelitian. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada teman-teman yang telah memberikan dukungannya sehingga tesis ini
dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Amin Ya Rabbal Alamin.

Denpasar,

Haryani

vii

ABSTRAK
ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU BEKERJA
DI KOTA MATARAM NUSA TENGGARA BARAT

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan ibu bekerja tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan hal-hal yang menghambat di dalam
pemberiannya di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. Cakupan ASI
eksklusif di Kota Mataram tahun 2011 sebesar 50,68%, namun pencapaian
tersebut masih di bawah target Nasional yaitu sebesar 80% .
Metodelogi : Studi ini menggunakan rancangan kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan
menggunakan metode FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam
(indepth interview). Sumber informasi terdiri dari dua yaitu informan kunci dan
informan lain. Jumlah sampel ditentukan oleh tersaturasinya data dari
pernyataan sumber informan. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan
adalah pedoman FGD, pedoman wawancara mendalam, kaset, alat perekam, buku
catatan dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan tidak diberikanya ASI Ekslusif
oleh ibu yang bekerja antara lain karena adanya rasa malas dari ibu, beban kerja
yang tinggi, waktu cuti terbatas, sarana prasarana yang kurang dan tuntutan
kebutuhan ekonomi keluarga. Sedangkan hal-hal yang menghambat ibu bekerja
didalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor seperti : faktor ekonomi, faktor fisik ibu, faktor psikologis dan
faktor kurangnya sarana dan prasarana pendukung, serta meningkatnya promosi
susu formula.
Simpulan penelitian ini adalah alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya karena rasa malas, beban kexrja, waktu cuti terbatas,
sarana dan prasarana kurang dan tuntutan ekonomi. Sedangkan hal yang
menghambat pemberian ASI tersebut adalah faktor ekonomi, keadaan fisik ibu,
psikologis, sarana prasarana pendukung dan peningkatan promosi susu formula.

Kata Kunci : ASI Eksklusif, Ibu Bekerja, Alasan Tidak Diberikan ASI Eksklusif.

viii

REASONS BEHIND NON-EXCLUSIVE BREASTFEEDING BY


WORKING WOMEN, MATARAM
WEST NUSA TENGGARA (NTB) PROVINCE

ABSTRACT
Statictics of exclusive breastfeeding in Mataram 2011 to 50.68%, and then
the proportion low targets for national for breasfeeding exlusivity to 80%. The
purpose of this study was to determine why working mothers choose to not
exclusively breast feed their infants in Mataram, NTB.
The study used a qualitative design with a phenomenological approach.
Data collection in this study involved 2 Focus Group Discussions comprising of
10 and 11 respondents (husbands, in-laws, mothers family, healthcare provider,
workplace representatives, religious and community leaders) and in-depth
interviews with 9 working women. In this study, the instruments used were FGD
guidelines, in-depth interview guides, cassettes, tape recorder, notebook and
documentation.
Study findings indicated that the primary reason for working women to not
exclusively breastfeed, because of a lack of individual motivation, pressures of a
high workload, lack of permitted time off, lack of infrastructure and concerns
about losing employment due to time off. Obstacles included fear of losing
employment, maternal physical factors (low/no milk production), psychological
factors (stress/anxiety/frustration), lack of facilities and supporting infrastructure,
and the constant promotion of infant formula.
The predominant reasons behind non-exclusive breastfeeding were lack of
personal motivation, high workload, lack of permitted time off, lack of supporting
infrastructure and fear of losing employment.
The external obstacles for providing exclusive breastfeeding were economic
factors, the mothers ability to produce milk, psychological factors, lack of
supporting infrastructure and the increasing promotion of infant formula.
Keywords: exclusive breastfeeding, working women, reasons, obstacles, NTB.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ..................................................................

PRASYARAT GELAR..................................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................

iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS...................................................

iv

SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT ..............................................

UCAPAN TERIMA KASIH..........................................................................

vi

ABSTRAK .....................................................................................................

viii

ABSTRACT...................................................................................................

ix

DAFTAR ISI .................................................................................................

DAFTAR TABEL..........................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG.................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

xvi

BAB I

PENDAHULUAN ..........................................................................

1.1 Latar Belakang .........................................................................

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................

1.3 Tujuan ......................................................................................

1.3.1 Tujuan Umum ..............................................................

1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................

1.4 Manfaat ....................................................................................

1.4.1 Manfaat Akademik .....................................................

1.4.2 Manfaat Praktis ...........................................................

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN


MODEL PENELITIAN ..................................................................

2.1 Kajian Pustaka .........................................................................

2.2 Konsep Penelitian ....................................................................

21

2.2.1 ASI Eksklusif ...............................................................

21

2.2.2 ASI Non Eksklusif ...................................................... 21


2.2.3 Ibu Bekerja...................................................................

21

2.3 Landasan Teori ........................................................................

22

2.3.1 Teori Lawrence Green .................................................

22

2.3.2 Teori WHO 1998..........................................................

22

2.3.3 Teori Kurt Lewin ........................................................

23

2.4 Model Penelitian ......................................................................

24

BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................

25

3.1 Pendekatan Penelitian ..............................................................

25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................

26

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................

26

3.3.1 Populasi .........................................................................

26

3.3.2 Sampel ............................................................................

27

3.4 Jenis dan Sumber Data .............................................................

27

3.4.1 Jenis Data........................................................................

27

3.4.2 Sumber Data ...................................................................

28

3.5 Instrumen Penelitian ................................................................

28

3.6 Teknik Pengumpulan Data .......................................................

29

3.6.1 Cara Pengumpulan Data .................................................

29

xi

3.6.2 Prosedur Pengumpulan Data...........................................

29

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................

31

3.7.1 Pengolahan Data ............................................................

31

3.7.2 Analisis Data ...................................................................

31

3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ..................

32

3.9 Keabsahan Data ........................................................................

33

3.10 Etika Penelitian .......................................................................

33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................

35

4.1 Gambaran Umum Kota Mataram .............................................

35

4.2 Karakteristik Informan .............................................................

37

4.3 Hasil Penelitian .........................................................................

38

4.3.1 Alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada


bayinya ............................................................................

38

4.3.1.1 Pernyataan dari informan lain ...........................

38

4.3.1.2 Pernyataan dari informan kunci .......................... 44


4.3.2 Hambatan ibu bekerja dalam memberikan ASI
eksklusif pada bayinya ................................................... 50
4.4 Keterbatasan Penelitian .............................................................

52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

53

5.1 Simpulan ...................................................................................

53

5.2 Saran .........................................................................................

54

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

55

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

61

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Informan Wawancara Mendalam ..............................

37

Tabel 4.2 Karakteristik Informan FGD pertama ...........................................

38

Tabel 4.3 Karakteristik Informan FGD kedua ...............................................

38

xiii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Penelitian tentang Alasan Ibu Bekerja Tidak
Memberikan ASI Eksklusif pada Bayinya Di Kota Mataram
Provinsi Nusa Tenggara Barat .................................................... 24

xiv

DAFTAR SINGKATAN
ASI
BPS
Disdikpora
FGD
Kemenkes
MP-ASI
NCI
NTB
OR
PP-ASI
PNS
SDKI
TOGA
TOMA
UNICEF
UNUD
USA
USAID
WHO

: Air Susu Ibu


: Badan Pusat Statistik
: Dinas Pendidikan dan Olah Raga
: Focus Group Discusion
: Keputusan Menteri Kesehatan
: Makanan Pendamping Air Susu Ibu
: National Cancer Institute
: Nusa Tenggara Barat
: Odd Ratio
: Peraturan Pemerintah tentang Air Susu Ibu
: Pegawai Negeri Sipil
: Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
: Tokoh Agama
: Tokoh Masyarakat
: United Nations Childrens Fund
: Universitas Udayana
: United States American
: United States Agency for International Development
: World Health Organization

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Jadwal Kegiatan........................................................................

61

Lampiran 2

Informed Consent .....................................................................

62

Lampiran 3

Pedoman FGD Untuk informan lain yaitu suami, mertua,


keluarga, kader, pimpinan, TOGA dan TOMA........................

63

Pedoman wawancara mendalam untuk ibu bekerja


yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. ..............

71

Lampiran 5

Hasil Pengolahan data FGD dan wawancara mendalam ..........

76

Lampiran 6

Keterangan Kelaikan Etik .......................................................

104

Lampiran 7

Ijin Rekomendasi Dari BAPPEDA Kota Mataram ..................

105

.
Lampiran 4

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menyusui adalah suatu proses alamiah dan merupakan salah satu tugas
dalam perawatan kesehatan anak (bayi), namun pada kenyataannya tidak semua
ibu dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik,tidak berhasil menyusui atau
menghentikan menyusui lebih dini. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada
kesehatan bayi tetapi pada beberapa perempuan juga dapat menganggu konsep
diri sebagai ibu, karena tidak dapat berperan optimal dalam perawatan kesehatan
bayinya. Gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan konsep diri yang dialami
perempuan pada usia produktif sering berhubungan dengan perannya sebagai
isteri,ibu dan pekerja (Hamid,1998)
ASI memegang peranan penting untuk menjaga kesehatan dan
kelangsungan hidup bayi karena ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi.
ASI adalah pilihann makanan yang tepat ubtuk bayi, karena bayi yang diberikan
akan membuat bayi jarang menderita penyakit dan terhindar dari kurang gizi
dibandingkan dengan bayi yang diberi susu lainnya (Bobak, 2000; Prakoso, 2002;
Masoara, 2003). Ibu yang menyusui secara ekslusif mempunyai kontribusi yang
cukup besar terhadap peningkatan derajat kesehatan bayi terutama menurunkan
jumlah kematian bayi (Diharjo, 1998). Oleh karena itu sangat disayangkan apabila
sesudah persalinan ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif atau bahkan
menghentikan sama sekali pemberian ASI kepada bayinya.

Hasil pendataan dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, dinyatakan
bahwa situasi pemberian ASI di Indonesia masih kurang memuaskan.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tercatat bahwa
cakupan ASI ekslusif sebesar 40,2% (SDKI 2007), menurun dari kondisi tahun
2002-2003 yaitu 39,5% dari keseluruhan bayi, sementara jumlah bayi dibawah 6
bulan yang diberikan susu formula meningkat dari 16,7% (SDKI 2002-2003)
menjadi 27,9% (SDKI 2007).Dan hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa bayi
umur 0-1 bulan yang diberikan ASI dan susu lain sebesar 31,5%, umur 2 3
bulan sebesar 18% dan umur 4 5 bulan sebesar 7,6%. Ini adalah merupakan
angka yang cukup penting untuk diwaspadai dan diperhatikan.
Begitu juga dengan hasil pendataan Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa
cakupan ASI ekslusif rata-rata Nasional baru sekitar 15,3%. Data SDKI 2007
mencatat 32,4% ASI ekslusif 24 jam sebelum interview, ibu-ibu di desa lebih
banyak yang ASI ekslusif. Ibu-ibu yang berpendidikan SMA lebih sedikit (40,2%)
yang ASI eksklusif dibandingkan yang tidak berpendidikan (56%). Data yang
menarik dari DHS adalah bahwa ibu-ibu yang melahirkan ditolong oleh petugas
kesehatan terlatih, ASI ekslusifnya lebih sedikit (42,7%) dari pada ibu-ibu yang
tidak ditolong tenaga kesehatan (54,7%). (USAID, Indonesian Nutrition
Assessment Report, 2010). Data terakhir pemberian ASI ekslusif

(0 - 6 bulan) di

Indonesia sebesar 61,5% (Kemenkes RI, 2012).


Beberapa faktor diduga menyebabkan bayi tidak mendapatkan ASI dengan
baik. Faktor tersebut adalah faktor karakteristik ibu, faktor bayi, lingkungan,
dukungan keluarga, pendidikan kesehatan, sosial ekonomi dan budaya (Budiharjo,

2003).
Selain itu berdasarkan beberapa laporan studi tentang permasalahan
pemberian ASI eksklusif menemukan faktor-faktor tidak diberikannya ASI
ekslusif pada bayi adalah karena ibu sibuk bekerja, pendidikan ibu yang rendah,
gencarnya periklanan tentang penggunaan susu formula,kurangnya sekresi ASI,
persepsi tentang bayi tanpa diberi makanan tambahan akan menjadi lapar dan
pengetahuan ibu tentang ASI kurang (Kearney, 1991; Diharjo, 1998).
Tenaga kerja perempuan yang meningkat menjadi salah satu kendala
dalam mensukseskan program ASI Eksklusif, hal ini karena cuti melahirkan hanya
12 minggu, dimana 4 (empat) minggu diantaranya sering harus diambil sebelum
melahirkan (Suradi, 2003). Dengan demikian, ibu yang bekerja hanya dapat
mendampingi bayinya secara intensif hanya 2 (dua) bulan, termasuk dalam
penyusuan bayinya. Setelah itu ibu harus kembali bekerja dan sering ibu terpaksa
berhenti menyusui.
Faktor ibu bekerja sering menjadi faktor penting dalam kegagalan
menyusui. Hal ini ditunjukkan oleh hasil studi yang dilakukan Old (2000) tentang
perilaku menyusui dari 140 sampel yang terbagi 2 kelompok (75,4% kelompok
kontrol dan 73,2% kelompok intervensi) dimana ditemukan responden yang tidak
bekerja menyusui jumlahnya 3(tiga) kali responden yang bekerja dan tetap
menyusui.
Di daerah perkotaan dimana relatif lebih banyak ibu yang bekerja untuk
mencari nafkah mengakibatkan ibu tidak dapat menyusui bayinya dengan baik
dan teratur. Hal ini menjadi signifikan karena situasi tempat kerja belum

mendukung praktik pemberian ASI, misalnya tidak tersedianya tempat memerah


dan menyimpan ASI, belum banyak tersedia atau tidak adanya tempat penitipan
bayi agar ibu pekerja dapat menyusui bayinya pada saat-saat tertentu (Tumbelaka
(1977) dalam Diharjo, 1998).
Baik di negara maju maupun negara berkembang seperti halnya di
Indonesia, ibu bekerja sering dihadapkan pada suatu masalah,dimana ia harus
meninggalkan bayinya untuk jangka waktu tertentu. Hal ini karena ibu dihadapkan
pada 2 (dua) pilihan yang dilematik yaitu tetap menyusui atau bekerja untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi namun tidak menyusui secara teratur atau tidak
sama sekali. Tentunya hal tersebut berpengaruh pada kepuasan ibu dalam
menyusui. Dilaporkan oleh Kearney (1991) bahwa bagaimanapun ada perbedaan
kepuasan psikologis dalam penyusuan bayi anatara ibu yang bekerja dan ibu yang
tinggal dirumah.
Adapun cakupan pencapaian ASI ekslusif pada tahun 2008 di Provinsi
NTB pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 28%, pada tahun 2009 sebesar 35,8%, pada
tahun 2010 49,86%. Di Kota Mataram sendiri cakupan ASI eksklusif memang
mengalami peningkatan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2009 sebesar
19,12%, pada tahun 2010 sudah lebih dari 39%. Sedangkan pada tahun 2011
cakupan ASI eksklusif sebesar 50,68%. Namun pencapaian tersebut masih di
bawah target Nasional yaitu sebesar 80% setiap tahunnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohani (2010) tentang
faktor-faktor yang meningkatkan risiko kegagalan pemberian ASI ekslusif pada
ibu bayi usia 6 9 bulan di Kota Mataram di dapatkan hasil bahwa hasil empat

variabel yang terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan risiko


kegagalan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-9 bulan yaitu: Ibu bekerja,
persepsi yang keliru, tingkat pengetahuan ibu kurang dan dukungan keluarga yang
kurang. Dan berdasarkan besaran nilai OR menunjukkan bahwa ibu bekerja
memiliki risiko kegagalan pemberian ASI ekslusif sebesar 10 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
Hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Sri (2008) tentang studi
fenomenologi: pengalaman menyusui eksklusif ibu bekerja di wilayah Kendal
Jawa Tengah disimpulkan bahwa praktik menyusui secara eksklusif dipengaruhi
oleh persepsi dan pemahaman serta pengetahuan ibu tentang manfaat menyusui,
pengawetan ASI dan bagaimana cara agar ASI tetap produksi secara baik.
Berbagai perasaan dapat muncul karena ibu terpaksa meninggalkan bayi dirumah,
seperti perasaan tidak tega, berat, kasihan dan rasa penyesalan karena harus
bekerja. Beberapa hambatan yang dirasakan ibu bekerja dalam praktik menyusui
secara eksklusif adalah jarak rumah yang jauh, tidak ada fasilitas ditempat kerja
agar ibu dapat menyusui bayinya.
Beberapa alasan yang membuat penulis merasa perlu untuk meneliti
masalah ini adalah masih rendahnya cakupan pencapaian ASI eksklusif dan
besarnya risiko kegagalan pada ibu bekerja serta kompleksitasnya masalah yang
ada seperti diuraikan di atas. Adanya pemahaman dan kesadaran yang masih
rendah tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi pada ibu bekerja
sangat penting untuk menentukan perencanaan pengembangan program KIA,
pengambilan kebijakan pemerintah terkait hak cuti dan dan pengadaan sarana

prasarana pendukung bagi keberhasilan ASI eksklusif di NTB, terutama di Kota


Mataram, oleh karena itu penelitian ini sangat penting untuk dilakukan diteliti.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut Alasan apa saja dan faktor penghambat apa yang mendasari ibu bekerja
sehingga tidak

memberikan ASI eksklusif pada

bayinya di Kota Mataram

Provinsi Nusa Tenggara Barat .


1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui alasan dan faktor penghambat ibu bekerja tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayinya

di Kota Mataram Provinsi Nusa

Tenggara Barat.
1.3.2 Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini ingin mengetahui
1. Alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya di
Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Faktor apa saja yang menghambat ibu bekerja tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
1. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang alasan ibu
bekerja tidak memberikan ASI tidak eksklusif pada bayinya di Kota
Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat.

2. Sebagai acuan yang dapat digunakan untuk penelitian sejenis dan lebih
spesifik lagi tentang ASI eksklusif pada bayi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi institusi
Sebagai masukan bagi instansi Dinas Kesehatan Kota Mataram dan
Puskesmas khususnya dalam melaksanakan intervensi penyusunan
program terutama untuk peningkatan program pemberian ASI eksklusif.
2. Manfaat bagi masyarakat
Diharapkan

masyarakat pada umumnya dapat meningkatkan

pengetahuannya, memperbaiki persepsi yang keliru dan keluarga dapat


memberikan dukungan yang baik kepada ibu bayi sehingga pemberian
ASI eksklusif dapat ditingkatkan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN
MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 ASI Eksklusif
Menurut

Purwati (2004) menyatakan bahwa ibu yang memiliki

pengetahuan kurang tentang pemberian ASI ekslusif cenderung memiliki perilaku


yang kurang baik dalam pemberian ASI ekslusif dan beranggapan makanan
pendamping ASI(susu formula) baik diberikan kepada bayinya. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ifa dkk tahun 2011 di Kabupaten Demak disimpulkan bahwa
pengetahuan responden tentang ASI eksklusif sebagian besar dalam kategori
kurang yaitu sebanyak 45,7%. Sebagian besar tidak dapat memberikan ASI
eksklusif pada bayinya hingga usia 6 bulan yaitu sebanyak 85,7% sehingga
didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden
dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga umur 6 bulan bagi ibu yang
bekerja dengan nilai p sebesar 0,044.
Pada Tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF
memberikan/klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI
eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Assembly
(WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan dan setelah 6 bulan bayi boleh diperkenalkan
dengan makanan pendamping ASI dan ibu tetap menyusui bayinya sampai
berumur 2 tahun (Roesli, 2005)
8

Pemberian makanan padat yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian


ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak
ditemukan bukti yang menyokong pada pemberian makanan padat 4 atau 5 bulan
lebih menguntungkan, bahkan sebaliknya hal ini akan mempunyai dampak yang
negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk
perkembangan pertumbuhannya (Roesli, 2005).
Cox (2006) mengatakan, Bahwa dalam 48 jam kehidupannya, bayi tidak
membutuhkan air susu terlalu banyak, hanya setengah sendok teh kolostrum saat
pertama menyusu dan 1-2 sendok teh di hari kedua. Cairan kental yang sangat
sedikit tersebut akan mampu melapisi saluran pencernaan bayi dan menghentikan
masuknya bakteri ke dalam darah sehingga dapat mencegah timbulnya infeksi
pada bayi. Dan banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa bayi yang
diberikan ASI lebih sedikit yang terkena infeksi jika dibandingkan dengan bayi
yang tidak diberikan ASI.
Masalah rendahnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh banyak
faktor salah satunya adalah karena masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu
mengenai pentingnya ASI, hal ini disebabkan karena kurang atau salah informasi
mengenai pentingnya manfaat ASI, banyak ibu yang merasa bahwa susu formula
lebih baik daripada ASI sehingga ibu lebih percaya bahwa susu formula bisa
menambah gizi pada bayinya padahal promosi penambahan Arachidonic Acid
(AA), Decosahexanoic Acid (DHA), Arachinoid Acid (ARA), pada susu formula
ternyata sudah terkandung dalam komposisi ASI.
Demikian juga dengan zat kekebalan tubuh (antibodi) untuk ketahanan

10

tubuh bayi. Ibu juga memberikan tambahan makanan selain ASI yaitu diberi
pisang dan nasi lembut karena dengan pemberian makanan tambahan kepada
bayinya ibu merasa bayinya akan lebih tercukupi kebutuhan gizinya (Roesli,
2005). Adapun dampak jika bayi tidak diberi ASI secara eksklusif yaitu bayi akan
lebih mudah terkena resiko terjadinya penyakit infeksi seperti infeksi saluran
pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan dan infeksi telinga serta
menghambat sistem kekebalan tubuh bayi dan terjadinya karies dentis (kerusakan
gigi) pada bayi (Dwi, 2009).
Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif
bermacam-macam seperti misalnya budaya memberikan makanan pralaktal,
memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan
pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin
mencoba susu formula. Studi kualitatif Fikawati dan Syafiq melaporkan faktor
predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu
pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting
yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi
melakukan IMD (Fikawati, 2009)
Hasil studi kualitatif yang dilakukan oleh Farohiatul pada tahun 2011 di
Kabupaten Kudus, diperoleh hasil bahwa penyebab pemberian ASI non ekslusif
adalah pngetahuan ibu, kondisi kesehatan ibu, dukungan suami, sosial budaya
(meliputi adanya kepercayaan pemberian makanan prelaktal, anggapan yang salah
tentang kolostrum, serta anggapan tentang bayi yang menangis ketika sudah
disusui berarti bayi masih lapar dan harus diberi tambahan), adanya promosi susu

11

formula terutama dari petugas kesehatan, serta adanya tanggapan positif dari ibu
terhadap susu formula dan pengaruh orang tua. Penyebab paling dominan adalah
anggapan bahwa ASI saja tidak cukup sehingga bayi masih lapar dan harus diberi
tambahan berupa susu formula atau MP-ASI.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI
non eksklusif dapat berasal dari faktor ibu sendiri dari faktor dari luar. Faktor dari
dalam ibu meliputi pengetahuan, pendidikan, sikap, dari persepsi ibu tentang ASI
non eksklusif. Sedangkan faktor yang berasal dari luar adalah adanya dukungan
dari keluarga (ibu, mertua, suami) dan adanya dukungan dari tenaga kesehatan.
Persepsi ibu dari pengetahuan yang baik tentang manfaat ASI eksklusif dari
kerugian MP-ASI dini dapat mempengaruhi ibu dalam mengambil tindakan untuk
memberikan ASI eksklusif atau tidak (Afifah, 2009).
Peranan keluarga (suami, ibu mertua, ibu, dan ipar) dapat mempengaruhi
perilaku ibu untuk memberikan ASI non Eksklusif. Jika keluarga memberikan
dorongan dan arahan pada ibu untuk memberikan ASI non eksklusif, maka
kemungkinan besar ibu akan memberikan ASI non

Ekslusif, demikian pula

sebaliknya jika keluarga tidak memberikan dorongan dan arahan kemungkinan ibu
akan memberikan ASI Eksklusif (Roesli, 2005).
Selain itu peranan tenaga kesehatan juga sangat penting dalam menentukan
perilaku ibu untuk memberikan ASI non eksklusif, dimana sejauh mana tenaga
kesehatan

memberikan

KIE

yang

diarahkan

untuk

membentuk

sikap,

kemungkinan ibu akan mempunyai pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif
dan dengan pengetahuan yang benar maka ibu akan bisa merubah perilaku untuk

12

memberikan ASI eksklusif dan ibu tidak memilih memberikan ASI non eksklusif
(susu formula) bagi bayinya (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2

Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif

2.1.2.1 Umur
Umur adalah lama hidup atau ada (sejak dilahirkan). Proses degenerasi
payudara mengenai ukuran dan kelenjar alveoli mengalami regresi yang dimulai
pada usia 30 tahun. Sehingga dengan proses tersebut payudara cenderung kurang
menghasilkan air susu. Makin tua umur seseorang maka proses-proses
perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika
berumur belasan tahun. Ibu yang umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi
ASI dibandingkan dengan ibu- ibu yang sudah tua. (Prakoso, 2002)
2.1.2.2 Pendidikan
Berdasarkan

GBHN,

pendidikan

adalah

usaha

sadar

untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah yang


berlangsung seumur hidup. Sedangkan tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah
formal yang ditamatkan oleh seseorang. Sementara menurut Notoaatmodjo
(2003), pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan
apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang akan
membantu orang tersebut untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu
informasi. Mereka yang berpendidikan tinggi akan berbeda dengan mereka yang
berpendidikan

rendah.

Tingkat

pendidikan

seorang

ibu

yang

rendah

13

memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru khususnya hal-hal


yang berhubungan dengan ASI Eksklusif.
2.1.2.3 Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu
hidup di luar rahim. Semakin banyak anak yang dilahirkan akan mempengaruhi
produkvitias ASI karena berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelahan.
Pikiran, perasaan dan sensasi seorang ibu sangat mempengaruhi peningkatan atau
penghambat pengeluaran oksitosin yang sangat berperan dalam pengeluaran ASI
(Roesli, 2005)
2.1.2.4 Pekerjaan
Bekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI Eksklusif pada
bayi karena ibu meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian ASI pun
berkurang. Akan tetapi seharusnya seorang ibu yang bekerja tetap memberia ASI
secara eksklusif kepada bayinya dengan pengetahuan yang benar tentang
menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja
(Soetjiningsih, 2004)
2.1.2.5 Kepercayaan Ibu
Menurut Notoatmodjo (2010) kepercayaan adalah komponen kognitif
dari faktor sosio-psikologis. Kepercayaan dapat bersifat rasional dan irasional.
Kepercayaan yang rasional apabila kepercayaan orang terhadap sesuatu tersebut
masuk akal. Sebaliknya seorang mempunyai kepercayaan irasional bila ia
mempercayakan air yang diberi mantera oleh dukun dapat menyembuhkan
penyakit. Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan dan kepentingan.

14

Hal ini dimaksudkan bahwa orang percaya kepada sesuatu karena ia mempunyai
pengetahuan tentang hal itu.
2.1.2.6 Penyuluhan / Konseling di Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan penyuluhan kesehatan adalah suatu pemberian
informasi melalui media komunikasi, informasi dan edukasi (panduan penyuluh,
2003) dalam meningkatkan penggunaan ASI, masalah utama dan prinsipil adalah
bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan dan informasi yang mendukung sehingga
menambah keyakinan bahwa mereka akan dapat menyusui bayinya dengan sukses
(Soetjiningsih, 2004)
2.1.2.7 Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara
bertindak. Kebijakan merupakan pedoman tindakan yang paling mungkin
memperoleh hasil yang diinginkan. Kebijakan adalah aturan tertulis yang
merupakan keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat dan mengatur
prilaku yang bertujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat
(Pudjihardjo, 2007)
Bila kebijakan di Puskesmas mendukung program ASI Eksklusif maka
ASI Eksklusif selama 6 bulan lebih mudah dilaksanakan. Akan tetapi apabila
belum ada kebijakan, walaupun pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan sudah
baik terhadap praktek pemberian ASI Eksklusif, bila tidak ada kebijakan yang
mendukung akan tetap mengalami hambatan.

15

2.1.2.8 Dukungan Keluarga


Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung yang pada prinsipnya
adalah suatu kegiatan baik bersifat emosional maupun psikologis yang diberikan
kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI. Seorang ibu yang tidak pernah
mendapatkan nasehat atau penyuluhan tentang ASI dari keluarganya dapat
mempengaruhi sikapnya ketika ia harus menyusui sendiri bayinya (Lubis, 2000).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmijati (2007) menyebutkan ibu yang
mendapat dukungan keluarga memiliki kemungkinan memberikan ASI Eksklusif
6,533 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang tidak mendapat dukungan
keluarga. Penelitian lain juga mengatakan bahwa ibu yang tidak mendapat
dukungan keluarga akan meningkatkan resiko untuk tidak memberikan ASI
Eksklusif (Mardiyanti, 2007).
2.1.2.9 Dukungan Petugas Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003), prilaku terbentuk karena faktor pendorong
yang terwujud dalam sikap dan prilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain
yang merupakan referensi dari perilaku masyarakat. Sebagai seorang yang
dipercayai ibu-ibu dalam mengatasi masalah bayi, tenaga kesehatan hendaknya
memberikan nasehat kepada seorang ibu permulaan menyusui agar dapat
mengukuhkan kepercayaan dirinya atas kesanggupan menyusui dan bersikap
mendukung penilaian bahwa menyusui adalah suatu fungsi alamiah yang
sempurna.
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Sahusilawane dkk tahun 2013
di Ambon. Didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan,

16

mastitis, dukungan keluarga, dukungan lingkungan masyarakat, paparan media


dan penyuluhan dengan pemberian PASI(susu formula) pada bayi dibawah usai 6
bulan. Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Rahmawati (2009) didapatkan
hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam pemberian ASI eksklusif
pada ibu menyusui di kelurahan Pedalangan kecamatan Banyumanik kota
Semarang antara lain status pekerjaan, usia ibu, dukungan petugas kesehatan dan
urutan kelahiran bayi. Dan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pemberian
ASI eksklusif adalah status pekerjaan ibu dimana responden yang tidak bekerja
berpeluang untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya 4 kali lebih besar
dibanding responden yang bekerja.
2.1.3 Ibu Bekerja
Jumlah ibu bekerja di seluruh dunia mencapai 54,3 % pada tahun 2001
(OECD, 2001). Peran ganda ibu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pencari
nafkah semakin dibutuhkan seiring dengan kemajuan teknologi. Menurut Bower
(2001) dalam Reynolds et. al. (2003), selain faktor ekonomi, partisipasi para ibu
di lapangan kerja juga dipengaruhi oleh faktor sosial, politik dan demografi. Pada
tahun 2000, 35% dari ibu dengan anak balita bekerja selama 31 jam atau lebih
(Reynolds et. al., 2003).
Di negara maju dan negara industri seperti Inggris dan Amerika Serikat dua
pertiga dari jumlah ibu adalah seorang pekerja. Menurut data statistik Office for
National Statistics (ONS, 2008), di Inggris terdapat 57% ibu yang memiliki anak
dengan umur di bawah lima tahun. Menurut angka statistik tersebut, di Inggris
terdapat 71% dari ibu yang memiliki anak paling muda berumur lima sampai

17

sepuluh tahun merupakan seorang pekerja. Sedangkan di Amerika Serikat, 60%


wanita (35% ibu dengan anak di bawah 18 tahun dan 45% ibu dengan anak balita)
adalah seorang pekerja (AAP, 1984).

Mereka yang bekerja memiliki alasan

bahwa, bekerja merupakan suatu pilihan atau suatu kebutuhan.


Berbeda dengan negara maju, seorang ibu yang bekerja demi menambah
hasil pendapatan keluarga merupakan suatu keharusan. Di negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia tingkat kemiskinan yang semakin meningkat dan
merebaknya pengangguran menjadi salah satu alasan mengapa banyak ibu yang
bekerja (Tjaja, 2000). Didapati 29% dari populasi Indonesia di bawah garis
kemiskinan internasional pada tahun 1994-2008 (UNICEF, 2010). Menurut Data
Statistik Indonesia (2005), lebih kurang 34 juta penduduk berumur di atas 15
tahun dan berjenis kelamin perempuan adalah seorang pekerja. Sedangkan di
Sumatera Utara, menurut Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan (2010),
terdapat 35,7% wanita yang berumur 20-34 tahun adalah seorang pekerja.
Menurut data BPS kota mataram tahun 2013, di dapatkan data distribusi
perempuan dari segi jenis pekerjaan atau profesi yang dijalani, yang terbanyak
adalah ibu rumah tangga yaitu sekitar 40 %, PNS sebesar 25 % dan sisanya
adalah pegawai swasta dan pedagang yaitu sebesar 35 %.
Status ibu bekerja tentu saja memilki dampak terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, khususnya anak balita. Dampak tersebut dibagi menjadi dua
yaitu dampak positif dan dampak negatif. Adapun jika ditinjau dari segi dampak
negatif ibu bekerja dalam pemberian ASI eksklusif adalah, terjadinya status gizi
kurang atau gizi buruk yang dialami balita sebagai akibat dari memendeknya

18

durasi pemberian Air Susu Ibu (ASI) oleh ibu karena harus bekerja (Glick, 2002).
Hogart et al. (2000) dalam Reynolds (2003) juga mengatakan bahwa sekitar satu
pertiga dari ibu yang bekerja saat mengandung, kembali bekerja penuh waktu saat
anak mereka berusia 11 bulan. Mereka kembali bekerja pada saat awal kehidupan
bayi mereka, yaitu saat-saat kritis dimana perkembangan otak sedang berlangsung
dan membutuhkan ASI sebagai nutrisi utama. Rekomendasi dari WHO, ASI
eksklusif sebaiknya diberikan dalamenam bulan pertama kelahiran, diteruskan
sampai umur 1-2 tahun (Ong et al., 2001). Sedangkan rekomendasi dari The
American Academy of Pediatrics (AAP), diharapkan para ibu untuk memberikan
ASI eksklusif enam bulan setelah kelahirandan diteruskan sampai anak berumur
satu tahun. Ong et al. (2001), dalam penelitiannya mendapatkan bahwa faktor
pendidikan ibu juga mempengaruhi lamanya durasi pemberian ASI oleh ibu-ibu
yang bekerja.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Rohani tahun 2010 di Kota
Mataram, NTB. Dari hasil analisis menunjukkan empat variabel yang terbukti
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatkan risiko kegagalan pemberian
ASI eksklusif pada ibu bayi usia 6-9 bulan adalah ibu bekerja dengan nilai
OR=7,89, persepsi ibu yang keliru dengan nilai OR=3,42, pengetahuan ibu yang
kurang dengan nilai OR=3,31 dan dukungan keluarga yang kurang dengan nilai
OR=2,68.Sedangkan dukungan tenaga kesehatan tidak terbukti meningkatkan
resiko kegagalan pemberian ASI eksklusif.
Sementara hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Mardiyanti tahun
2007 tentang pengaruh karakteristik dan dukungan keluarga terhadap pemberian

19

ASI ekslusif di Tanggerang, dan Ita S, dkk (2008) di Semarang, disimpulkan


bahwa ibu yang tidak bekerja lebih besar peluangnya untuk memberikan ASI
ekslusif dan berpeluang kecil untuk memberikan PASI atau susu formula kepada
bayinya.
Penelitian kualitatif lainnya yang dilakukan oleh Agus (2008) di
Kabupaten Sukoharjo didapatkan kesimpulan bahwa menyusui masih populer di
Kecamatan Sukoharjo Kota, tetapi eklsklusifitasnya rendah. Terdapat perbedaan
yang bermakna dalam hal eksklusifitas menyusui antara kelompok ibu bekerja
pabrik dengan kelompok ibu yang tidak bekerja. Pada kelompok pekerja, faktor
yang berhubungan degan eksklusifitas menyusui adalah tingkat pendidikan dan
kesempatan menyusui pada saaat bekerja, yang didukung oleh jarak tempat
tinggal responden yang dekat serta kepemilikan sarana transportasi. Menyusui
tidak langsung (ASI perahan) belum dikenal secara luas di kalangan ibu-ibu di
Kecamatan Sukoharjo Kota.
Penelitian serupa yang dilakukan Dewi

tahun 2009 di Jawa Tengah.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa kegagalan praktik pemberian ASI eksklusif
disebabkan karena praktik pemberian ASI yang keliru seperti belum adanya
praktik pemberian ASI pada satu jam pertama setelah melahirkan, bayi masih
diberi prelaktal setelah bayi lahir yakni susu formula oleh tenaga kesehatan di
rumah bersalin, sebagian subyek meninggalkan susu formula di TPA, kurangnya
motivasi ibu untuk rutin menjenguk bayinya yang dititipkan di TPA diwaktu jam
istirahat, sebagian subyek masih percaya mitos mengenai pemberian MP-ASI dini
sebelum bayi genap usia 6 bulan, kurang adanya realisasi PP-ASI pekerja wanita

20

di tempat kerja, kurang dukungan dokter anak di TPA, serta adanya subyek yang
mengalami masalah produksi ASI.
Studi fenomenologi dengan judul Atribusi tentang kegagalan pemberian
ASI pada ibu pekerja yang dilakukan oleh Laily (2008) dapat disimpulkan sebagai
berikut:penyebab kegagalan pemberian ASI pada subjek penelitian berasal dari
tiga sumber yaitu: (a) faktor penyebab yang sifatnya internal, tidak stabil dan
dapat dikendalika adalah kondisi psikis ibu yang mengalami stress, kurangnya
usaha atau persiapan ibu semasa kehamilan, kurangnya pengetahuan ibu tentang
manajemen laktasi, kurangnya keterampilan menyusui, kurangnya ketekunan dan
kesabaran dalam berlatih menyusui, persepsi yang salah tentang menyusui,dan
tidak adanya motivasi untuk menyusui. (b) faktor penyebab yang sifatnya
eksternal, tidak stabil dan dapat dikendalikan adalah kegagalan dalam tehnik
menyusu. (c) faktor penyebab yang eksternal, stabil dan tidak dapat dikendalikan
adalah belum dimilikinya pengalaman menyusui dan kesulitan mencari waktu
yang efektif untuk menyusui.
Disamping itu juga hasil penelitian yang dilakukan Erlina tahun 2011 di
Surakarta didapatkan hasil

bahwa motivasi internal wanita bekerja dalam

memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan yaitu disebabkan oleh
kurangnya pemahaman ibu terhadap pemberian ASI eksklusif dan motivasi
eksternal dalam memberikan susu formula yaitu karena faktor ekonomi yang
menuntut ibu bekerja, petugas kesehatan yang kurang memberikan sosialisasi
terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi, serta pemberian MP-ASI pada usia
yang tepat dan faktor budaya yang mempengaruhi informan dalam pemberian

21

susu formula.
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Tinuk (2012) tentang penerapan
hak cuti melahirkan bagi pekerja di sektor formal didapatkan bahwa hak tenaga
kerja perempuan dalam mendapatkan kesempatan memberikan ASI kepada
anaknya sampai usia 1 tahun yang diatur oleh PP No.4 Tahun 1951, dan diperkuat
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.409 Tahun 1984 Ps.10, hanya 25%
pengusaha yang telah memberlakukan kepada tenaga kerjanya.
2.2 Konsep Penelitian
2.2.2 ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian hanya air susu ibu saja pada bayi sejak lahir
sampai usia 6 bulan, tanpa diberikan makanan tambahan dalam bentuk
apapun.
2.2.3 ASI Non Eksklusif
Pengertian ASI non eksklusif adalah pemberian ASI yang ditambahkan
dengan jenis makanan atau minuman lainnya mulai bayi lahir sampai usia 6 bulan.
Jadi tidak hanya diberi ASI saja, tetapi diberikan tambahan cairan lain, seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh dan lain-lain.
2.3.3 Definisi Ibu Bekerja
Ibu bekerja adalah seorang ibu yang bekerja untuk mendapatkan
penghasilan tambahan.

22

2.3 Landasan Teori


2.3.2 Teori Lawrence Green
Menurut teori Lawrence Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan
bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya
perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu faktor
predisposisi (predisposing factors)

yang mencakup pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, norma sosial, budaya dan sebagainya, faktor


pendukung (enabling factor) yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, pelatihan dan sebagainya serta
faktor pendorong (reinforcement factor) yang meliputi sikap dan perilaku petugas
kesehatan, kelompok referensi, dan tokoh masyarakat.
Teori Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni
faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Bahwa perilaku seseorang atau perilaku
masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, tradisi,
sikap, dan sebagainya dari orang atau masyarakat tersebut. Di samping itu, sikap,
ketersediaan fasilitas dan perilaku petugas terhadap masyarakat juga akan
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
2.3.3 Teori WHO 1998
Hasil analisis tim ahli WHO menunjukkan bahwa terdapat empat penyebab
orang berperilaku, antara lain sebagai berikut :

23

1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), meliputi pengetahuan,


persepsi, kepercayaan, sikap, dan nilai.
2. Orang penting sebagai referensi. Hal ini berarti perilaku seseorang banyak
dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Orang-orang yang
dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi. Individu cenderung
melakukan atau mencontoh perilaku orang lain yang penting untuknya.
3. Sumber daya yang mencakup fasilitas (uang, waktu, tenaga kerja, pelayanan
dan keterampilan, atau kemampuan petugas).
4. Kebudayaan, yaitu berupa perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan
penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilakan
pola hidup tertentu. Kebudayaan selalu berubah, baik cepat atau lambat
mengikuti peradaban umat manusia.
2.3.4 Teori Kurt Lewin
Teori kurt Lewin dikenal dengan teori medan magnet, yang merupakan
sekumpulan konsep dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan
psikologis. Dalam penerapannya konsep ini dapat mencakup semua bentuk
tingkah laku dan sekaligus cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu
dalam situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai suatu
metode untuk menganalisis hubungan hubungan kausal dan untuk
membangun konstruk-konstruk ilmiah
Ciri- ciri utama dari teori Lewin, yaitu :
1. Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah
laku itu terjadi

24

2. Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian
komponennya dipisahkan
3. Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara
matematis.
2.4 Model Penelitian
Faktor Presdisposisi

Faktor Pemungkin

Faktor Penguat

- Ketersediaan sumber
daya kesehatan
- Keterjangkauan
sumber daya
kesehatan
- Hukum, prioritas dan
komitmen masyarakat
atau pemerintah
- Keterampilan yang
berkaitan dengan
kesehatan

- Dukungan keluarga
- Dukungan tenaga
kesehatan
- Dukungan Suami
- Pemimpin masyarakat
- Pengambil keputusan

Umur
Paritas
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Persepsi
Keyakinan
Nilai-nilai
Tingkah laku
Kepercayaan diri

Alasan ibu bekerja tidak


memberikan ASI eksklusif
pada bayinya

Gambar 2.1 Model Penelitian tentang Alasan Ibu Bekerja Tidak Memberikan
ASI Eksklusif pada Bayinya Di Kota Mataram Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Model penelitian ini menggunakan Teori Lawrence green dan Kurt Lewin
untuk mengetahui alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Studi

ini

menggunakan

rancangan

kualitatif

dengan

pendekatan

fenomenologi. Rancangan kualitatif merupakan suatu paradigma penelitian untuk


mendiskripsikan peristiwa, perilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu
secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi. Penelitian kualitatif memberikan
kesempatan kepada peneliti untuk menekankan adanya kealamiahan data yang
diperoleh dan semua kenyataan yang ada terkait erat dengan pengalaman manusia
dalam hidupnya (Djaman dan Aan, 2012).
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah fenomenologi yaitu
penelitian yang berfokus pada penemuan fakta yang ada. Fenomenologi
merupakan suatu metode penelitian yang kritis dan menggali fenomena yang ada
secara sistematis (Speziale dan Carpenter, 2003 dalam Saryono dan Anggraeni,
2013).
Pengalaman dalam penelitian fenomenologi meliputi semua pengalaman
tentang persepsi manusia yang meliputi : penglihatan, pendengaran, perabaan,
pengecapan dan penciuman serta fenomena-fenomena lain seperti mempercayai,
mengingat, mengantisipasi, memutuskan, berintuisi, merasakan, kepedulian,
mencintai, menghayalkan dan mendambakan atau menginginkan (Meleong,
2013).
Penelitian ini berusaha menggali secara mendalam mengenai gambaran
pengalaman nyata yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada partisipan yang
25

26

digunakan untuk membantu peneliti mengkaji tentang alasan ibu bekerja tidak
memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
Fenomenologi deskriptif menurut Spielberg (1975 dalam Speziale dan
Carpenter, 2003) memiliki tiga tahapan yaitu : Intuiting, analyzing dan
describing.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Mataram yang merupakan Ibu Kota
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dimana pengambilan data dilakukan selama dua
bulan yaitu bulan Maret sampai April 2014. Peneliti memilih Kota Mataram
sebagai lokasi tempat penelitian karena cakupan pemberian ASI eksklusif tahun
2011 sebesar 50,68%, dan pemberian ASI non eksklusif sebesar 49,32% . Angka
ini merupakan angka yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka
pemberian ASI eksklusif secara nasional masih dibawah target yaitu 80%. Kota
Mataram sebagai ibu kota Provinsi memiliki mobilitas penduduk yang cukup
tinggi dan secara komposisi pekerjaan penduduknya

berkerja di bidang

pendidikan, perkantoran, perdagangan dan sebagian kecil dipertanian dan buruh


( BPS Provinsi NTB, 2012).
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu bekerja yang
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, bertempat tinggal di wilayah Kota
Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.

27

3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil secara purposive
sampling, yang disesuaikan dengan tujuan dan jenis penelitian. Sampel pada
penelitian ini adalah informan kunci dan informan lain. Sebagai informan kunci
dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan informan
lain dalam penelitian ini adalah suami, mertua dan keluarga ibu bekerja, tokoh
agama, tokoh masyarakat serta pimpinan. Dalam penelitian ini jumlah sampel
ditentukan oleh tersaturasinya sumber informan, dalam penelitian ini jumlah
informan kunci sebanyak 9 orang yang terdiri dari ibu bekerja di perkantoran/PNS
sebanyak 4 orang dan ibu bekerja di swasta/non PNS

sebanyak 5 orang. Dan

informan lain adalah: suami, mertua, keluarga, tenaga kesehatan atau kader,
pimpinan, tokoh agama dan tokoh masyarakat sebanyak 21 orang yang dibagi
dalam dua kelompok besar.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa
data primer dan data sekunder yang didapat dari hasil wawancara dengan
informan yang telah dipilih menjadi sampel. Data pada penelitian ini bersifat
narasi dan uraian serta penjelasan dari informan baik lisan maupun data dokumen
yang tertulis, perilaku subjek yang diamati di lapangan juga menjadi data dalam
pengumpulan hasil pada penelitian ini.

28

3.4.2 Sumber Data


Sumber data yang digunakan dapat dibagi menjadi dua yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer didapatkan dari informan kunci yaitu ibu bekerja
yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Informan lain dalam
penelitian ini adalah

suami, mertua , keluarga, tokoh agama dan tokoh

masyarakat serta pimpinan lembaga atau instansi baik swasta dan pemerintahan.
Adapun dalam penelitian ini melibatkan suami, mertua dan kelurga dari ibu
bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dimana pada FGD
kedua dihadirkan juga keluarga dari ibu bekerja yang memberikan ASI eksklusif,
sebagai pembanding dan triangulasi sumber untuk mendapatkan pernyataan yang
variatif dari informan. Untuk data sekunder didapatkan dari dokumen atau data data yang berkaitan dengan penelitian yang dipergunakan sebagai pendukung
penelitian ini.
Subjek dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya. Informan yang dipilih dalam penelitian ini memiliki
karakteristik sebagai berikut : dapat berkomunikasi dengan baik, ibu bekerja yang
tinggal diwilayah Kota Mataram dan bersedia menjadi informan.
3.5 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini pengambilan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan
menggunakan alat pengumpulan data yaitu pedoman FGD dan pedoman
wawancara mendalam. Dimana sebagai sumber data utama penelitian ini adalah
ibu bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Penggunaan
metode FGD dan wawancara mendalam (indepth interview) untuk memperoleh

29

informasi mengenai alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya. Dalam pelaksanaan penelitian ini, alat atau instrumen lainnya yang
digunakan adalah kaset, alat perekam, buku catatan dan dokumentasi.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data meliputi cara pengumpulan data, prosedur
pengumpulan data, dan alat pengumpulan data. Hal ini dijelaskan sebagai berikut :
3.6.1 Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan metode
FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam (indepth interview).
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan melakukan FGD pertama dengan
10 orang

peserta dan FGD kedua dengan 11 orang peserta informan lain.

Sedangkan untuk pelaksanaan wawancara mendalam dilakukan secara bertahap


dan hari yang berbeda pada 9 orang informan kunci.
Alat bantu yang digunakan adalah pedoman FGD dan pedoman wawancara,
alat tulis dan perekam atau handphone. Wawancara mendalam dilakukan untuk
mengeksplorasi secara mendalam partisipan dan peneliti akan menangkap arti
yang diberikan partisipan pada pengalamannya (Raco, 2010).
3.6.2 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dimulai, setelah mendapatkan surat keterangan
lulus uji etik dan surat ijin penelitian dari Fakultas Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Udayana. Setelah mendapatkan ijin penelitian, kemudian
peneliti akan menyerahkan ke Dinas Kesehatan Kota Mataram. Sebelum informan
memberikan persetujuan, terlebih dahulu peneliti menjelaskan berbagai hal dalam

30

penelitian sampai mereka mengerti dan memahami secara maksimal serta setelah
bersedia menjadi informan kemudian diminta untuk menandatangani surat
persetujuan (informed consent) yang telah disediakan.
Tahapan intuiting, merupakan langkah awal peneliti untuk dapat
menyatukan secara keseluruhan fenomena yang sedang diamati atau diteliti.
Intuiting memerlukan konsentrasi mental yang memungkinkan seorang peneliti
untuk melihat, mendengar dan sensitif terhadap setiap aspek dari fenomena (Asih,
2005). Pada tahap ini peneliti akan mengamati, mendengarkan setiap ungkapan
ibu bekerja tentang alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya melalui proses wawancara, mempelajari data yang dideskripsikan,
mengulang kembali serta memahami fenomena yang disampaikan oleh informan
kunci dan informan lainnya.
Dalam pelaksanaannya peneliti melakukan FGD dengan suami, mertua,
keluarga, tenaga kesehatan atau kader, pimpinan, tokoh agama dan tokoh
masyarakat. Tiap-tiap kelompok memiliki karakteristik yang mirip (homogen).
FGD dilakukan untuk mendapatkan variasi jawaban yang beragam dari informan.
FGD dilakukan sebanyak dua kali

dengan partisipan yang berbeda. Untuk

wawancara mendalam dilakukan pada ibu bekerja yang tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya. Wawancara mendalam dilakukan satu kali untuk setiap
informan kunci dengan lama wawancara antara 30-40 menit

pada setiap

pertemuan. Apabila ada data yang perlu ditambahkan atau dikonfirmasi, dilakukan
member checking. Wawancara mendalam dilakukan satu per satu. Informasi yang
diperoleh dalam wawancara mendalam direkam dalam kaset, catatan lapangan,

31

dan foto sebagai dokumentasi. Transkrip hasil wawancara langsung disusun


setelah selesai melakukan wawancara. Wawancara mendalam dilakukan sendiri
oleh peneliti tanpa bantuan orang lain.
3.7 Metode dan Teknik Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Proses pengolahan data dimulai dengan pemrosesan dokumentasi. Hasil
FGD dan wawancara mendalam yang telah direkam dalam alat perekam atau
handphone didengarkan berulang-ulang dan dipindahkan ke dalam bentuk
verbatim yang kemudian digabung dengan catatan lapangan. Hasil verbatim
dibuat dalam bentuk transkrip. Hasil transkrip dibaca berulang-ulang dan
mendengarkan kembali hasil rekaman secara berulang untuk memastikan
keakuratannya. Data kemudian dipindahkan ke dalam file khusus di komputer dan
dilakukan back up dengan flash disc untuk menghindari kehilangan data. Data
yang telah terkumpul diberikan kode (coding). Coding dilakukan untuk
memudahkan analisa data terhadap kata kunci dari partisipan satu dengan
partisipan lainnya. Coding dilakukan dengan memberikan angka 1, 2, 3 dan
seterusnya pada kata kunci member kode P1 pada partisipan 1, P2 pada partisipan
2, P3 pada partisipan 3 dan kepada partisipan selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk
membeda-bedakan antara transkrip partisipan satu dengan partisipan yang lainnya.
3.7.2 Analisis data
Dalam proses analisis peneliti mengidentifikasi tema-tema, arti dan makna
penjelasan mengenai alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya dan munculnya faktor penghambat ibu bekerja dalam memberikan ASI

32

eksklusif pada bayinya serta harapan ibu terhadap dukungan dalam pemberian
ASI eksklusif. Peneliti selanjutnya menelaah data secara berulang-ulang untuk
meyakinkan keaslian dan keakuratan deskripsi informan.
Adapun tahapan yang dilakukan dimulai dari tahap pertama yaitu dilakukan
pengumpulan data dan membuat transkrip data dengan cara mendengarkan secara
cermat dan berulang-ulang hasil rekaman yang kemudian membuat hasil
wawancara dalam bentuk verbatim. Selanjutnya pada tahap kedua peneliti
membaca berulang-ulang kali transkrip data yang ada sehingga peneliti dapat
menemukan makna data yang signifikan dan memberikan garis bawah pada
pernyataan-pernyataan penting informan. Tahap ketiga menentukan kategori/
tema. Dalam penentuan tema ini adalah merupakan proses yang agak sulit, disini
peneliti harus mampu mengelompokkan data yang ada ke dalam suatu tema.
Selanjutnya tema yang sudah ada peneliti kelompokkan menjadi tema-tema yang
potensial. Tahap kelima adalah menulis laporan. Dalam penulis laporan peneliti
harus mampu menulis setiap frase, kata dan kalimat serta pengertian secara tepat
sehingga dapat mendeskripsikan data dan hasil analisa.
3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Untuk hasil analisis data disajikan dalam bentuk naratif, dimana hasil
dianalisis

dengan uraian atau kata-kata biasa, sesuai dengan hasil FGD dan

wawancara mendalam serta tema yang telah ditentukan. Penyajian hasil analisis
juga mengikuti proses deduktif dan induktif dengan tujuan agar pemaparan yang
dilakukan tidak monoton.
Dalam Describing ini, peneliti mengkomunikasikan dan menggambarkan

33

secara tertulis dalam bentuk narasi yang luas dan mendalam, tentang deskripsi,
verbal, kejelasan dan elemen atau esensi yang kritikal dari sebuah fenomena
(Speziale dan Carpenter, 2003). Dalam tahap ini peneliti mendeskripsikan elemen
kritis atau esensi dari penjelasan alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI
eksklusif, dan penghambat serta harapan ibu bekerja terhadap dukungan
pemberian ASI eksklusif pada bayinya, sehingga didapatkan pemahaman yang
mendalam tentang fenomena yang menjadi alasan ibu bekerja tidak memberikan
ASI eksklusif pada bayinya.
3.9 Keabsahan Data
Dalam penelitian ini dilakukan pengecekan keabsahan data dengan teknik
Triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut. Ada empat macam teknik triangulasi
yaitu triangulasi sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan menanyakan kembali kepada
informan lain yaitu suami, mertua, keluarga, kader, pimpinan, tokoh agama dan
tokoh masyarakat.
3.10 Etika Penelitian
Sebelum penelitian dimulai, peneliti meminta ijin penelitian di Kesatuan
Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang Pol dan Linmas) Provinsi
Nusa Tenggara Barat (NTB) dan di Badan Kesatuan Bangsa Politik dan
Perlindunan Masyarakat (Kesbang Pol dan Linmas) Kota Mataram. Karena
peneliti melibatkan masyarakat, peneliti juga mengurus Ethical Clearance dari

34

Komisi Etik FK UNRAM. Peneliti melakukan koordinasi dan mengurus surat


rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Mataram.
Sebelum memulai wawancara mendalam informan menandatangani
pernyataan kesediaan menjadi partisipan penelitian, setelah dibacakan pernyataan
penelitian oleh peneliti. Pada akhir wawancara informaan diberikan bingkisan
sebagai ucapan terimakasih dan penghargaan karena telah ikut berpartisipasi
dalam penelitian.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Mataram


4.1.1 Data Demografi
Berdasarkan data sementara yang ada di BPS tahun 2013, jumlah
penduduk Kota Mataram tercatat 362.243 jiwa. Dimana distribusi jumlah
pendududk menurut jenis kelamin terdiri dari laki-laki berjumlah 156.720 jiwa
dan perempuan berjumlah 205.523 jiwa. Dan bila dilihat dari distribusi
perempuan dari segi jenis pekerjaan atau profesi yang dijalani, yang terbanyak
adalah ibu rumah tangga yaitu sekitar 40 %, PNS sebesar 25 % dan sisanya
adalah pegawai swasta dan pedagang yaitu sebesar 35 %. Perkembangan jumlah
penduduk dan kepadatan penduduk Kota Mataram dalam kurun waktu lima tahun
menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Hal tersebut tidak lepas dari
selain adanya pertumbuhan penduduk alami juga karena adanya migrasi.
Kedudukan dan fungsi Kota Mataram sebagai Ibukota Provinsi, pusat
pemerintahan, pendidikan serta perdagangan dan jasa menjadi penyebab tingginya
migrasi. Khususnya wilayah kecamatan pagesangan dan mataram, merupakan
kecamatan dengan tingkat mobilisasi penduduk yang tinggi, dimana kedua
kecamatan ini menjadi pusat pendidikan dan perdagangan selain kecamatan
cakranegara, hal inilah yang menjadi alasan sehingga peneliti memilih tempat
tersebut sebagai lokasi untuk mengambil informan dalam penelitian ini.

35

36

4.1.2 Sarana dan prasarana yang tersedia


Derajat kesehatan masyarakat selama lima tahun terakhir menunjukkan
adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator bidang
kesehatan, di mana angka kematian bayi selama lima tahun mengalami penurunan
dari 41,58 per 1000 kelahiran hidup pada 2007 menjadi 40,25 per 1000 kelahiran
hidup pada 2010. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pelayanan kesehatan.
Umur Harapan Hidup Kota Mataram mengalami peningkatan dari sebesar 64,90
tahun pada 2007 menjadi 66.60 tahun pada 2010. Untuk fasilitas kesehatan
khususnya di Kota Mataram cukup baik, hal ini dapat dilihat dari sarana gedung
puskesmas yang telah diperbaiki dan dilengkapi sesuai dengan standar yang ada.
Namun demikian khusus untuk sarana dan prasarana pendukung dalam
pemberian ASI eksklusif belum banyak tersedia, seperti adanya pojok ASI pada
tempat pelayanan publik. Pojok ASI hanya ada di tempat pelayanan kesehatan,
sementara di tempat lain belum tersedia. Seperti pada instansi pemerintah dan
swasta, keberadaan pojok ASI belum disediakan. Untuk saranan TPA (tempat
penitipan anak), baru tersedia pada 2 instansi saja yaitu di Kantor Gubenur NTB
dan di Universitas Mataram, sementara keberadaan TPA lainnya diadakan oleh
pihak swasta atau perorangan yang tempatnya berbeda dengan tempat kerja dari
ibu ( Disdikpora, Kota Mataram, 2012)
Sementara itu untuk keberadaan kurir ASI, secara umum di Nusa Tenggara
Barat dan khususnya di wilayah Kota Mataram belum ada, masyarakat bahkan
belum mengenai adanya istilah kurir ASI tersebut.

37

4.2 Karakteristik Informan


Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu informan kunci
dan informan lain. Untuk informan kunci, pengambilan data dilakukan dengan
wawancara mendalam. Karakteristik informan wawancara mendalam dapat dilihat
dari umur, tingkat pendidikan, pekerjaan informan dan alamat informan yang
berjumlah 9 orang.
Tabel 4.1
Karakteristik Informan Wawancara Mendalam
No.
1.

Kode
Informan
P1

2.

Umur Pendidikan
40

Sarjana

P2

27

Sarjana

3.

P3

28

Sarjana

4.

P4

31

Sarjana

5.

P5

42

Sarjana

6.
7.
8.
9.

P6
P7
P8
P9

25
24
24
33

SMA
SMA
Sarjana
SMA

Pekerjaan
Informan
Dosen

Alamat Informan

Jl. Krakatau No. 7x,


Mataram
Dosen
Pejeruk Sejahtera,
Ampenan
Guru
BTN Lingkar Permai,
Mataram
Dosen
Karang Baru, Rembiga,
Mataram
Staff Adm.
Jl. Seroja No. 5 ,
Ampenan
Pedagang
Kr. Kateng , Punia
Pegawai Koperasi Punia Saba
Pegawai toko
Kr. Kateng, Punia
Pegawai Salon
Punia Saba

Pengambilan data pada informan lain yaitu : suami, mertua, keluarga, kader,
pimpinan, TOGA dan TOMA dilakukan dengan FGD, dimana dilakukan
sebanyak 2 kali. Dimana pada pelaksanaan FGD pertama sebanyak 10 orang
peserta dan pada FGD kedua sebanyak 11 orang peserta. Karakteristik informan
lain dapat dilihat dari umur, kedudukan dalam keluarga atau masyarakat dan
alamat informan. Karakteristik informan FGD dapat disajikan pada tabel di bawah
ini.

38

Tabel 4.2
Karakteristik Informan FGD pertama
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Kode Informan
RFA 1
RFA 2
RFA 3
RFA 4
RFA 5
RFA 6
RFA 7
RFA 8
RFA 9
RFA 10

Umur (th)
39
43
44
34
65
70
29
39
33
34

Kedudukan
Suami
Suami
TOGA
Keluarga
mertua
TOMA
Keluarga
Pemilik toko
Kader
Kader

Alamat Informan
Kr. Kateng , Punia
Kr. Kateng, Punia
Punia Saba
Kr. Kateng, Punia
Kr. Kateng, Punia
Punia Saba
Punia Saba
Kr. Kateng, Punia
Kr. Kateng, Punia
Punia Saba

Tabel 4.3
Karakteristik Informan FGD kedua
No

Kode Informan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

RFB 1
RFB 2
RFB 3
RFB 4
RFB 5
RFB 6
RFB 7
RFB 8
RFB 9
RFB 10
RFB 11

Umur (th)

Kedudukan

46
43
50
32
43
47
60
62
42
31
39

TOGA
Suami
Kepala Sekolah
Keluarga
Suami
Mertua
Mertua
TOMA
Keluarga
Kader
Keluarga

Alamat Informan
Gomong Lama, Mataram
Jl. Matahari, Gomong
Jl. Sakura, Gomong Lama
Gomong Lama, Mataram
Gomong Lama, Mataram
Jl. Pemuda, Gomong
Jl. Matahari, Gomong
Gomong Lama, Mataram
Jl. Pemuda, Gomong
Jl. Sakura, Gomong Lama
Gomong Lama, Mataram

4.3 Hasil dan Pembahasan


4.3.1 Alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya di
Kota Mataram Nusa Tenggara Barat.
4.3.1.1 Pernyataan dari informan lain
Hasil FGD dengan informan lain yang dilakukan pada : suami, mertua,
keluarga, kader, TOGA, dan TOMA serta pimpinan, mengenai hal-hal yang

39

menyebabkan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dapat
dilihat dari pernyataan sebagai berikut.
1. Pendapat yang dikemukanan oleh suami, dapat dilihat pada pernyataan berikut.
Pertama, mungkin pengetahuan tentang manfaat dari ASI. Kedua, seperti
yang dikatakan tadi karena tuntutan ekonomi dari ibu-ibu yang bekerja
disamping kurangnya pemahaman sehingga lalai dalam memberikan ASI itu
sendiri.
(RFA 1 )
Ini juga seperti buah simalakama, karena kita harus memenuhi kebutuhan
keluarga, tapi kita tidak mampu kalau dari hasil saya saja jadi ibunya bantubantu sedikit dengan bekerja, sehingga menyusui bayinya kurang.
( RFB 2 )
Saya sudah bilang sama ibunya untuk menyusui bayi dengan eksklusif, tapi
katanya tidak bisa karena air susunya sedikit dan terburu-buru untuk
berangkat kerja. Jadi terpaksa diberikan juga susu botol.
( RFA 2)
Kebutuhan ekonomi yang meningkat, sering menjadi faktor utama ibu harus
bekerja, sehingga pemberian ASI eksklusif tidak dapat sepenuhnya dilakukan. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qin (2009) di China
didapatkan kesimpulan bahwa pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh tempat
tinggal dari keluarga tersebut, rendahnya pendidikan, usia dan pendapatan dari
keluarga.
2.

Pendapatan yang dikemukanan oleh mertua, dapat dilihat pada pernyataan


berikut.
Sekarang ini mereka tidak mau repot, jadi diberi susu botol. Padahal itukan
pemborosan, suami jadi susah utuk cari uang. Padahal air susunya kadang
dibuang-buang, tidak diberikan ke bayinya
( RFA 6)
Perempuan sekarang berbeda, solekannya saja diperhatikan anak kurang
diurus, susunya dia tidak diberikan ke anaknya, sibuk-sibuk saja katanya dan
malas menampung air susunya untuk anak, jadi anak dikasi susu kaleng.

40

( RFB 5)
Kita yang gendong anak merasa kasihan kalau anak nangis, jadi terpaksa
diberikan susu botol atau teh karena air susu ibunya tidak disediakan dan
disimpan untuk anaknya, cepat-cepat berangkat kerja. Dan diberi nyusu lagi
kalau sudah pulang.
( RFB 6)
Mertua merupakan orang terdekat didalam keluarga, khususnya di Indonesia,
keberadaan mertua juga sebagai pengambil keputusan juga sering dimanfaatkan
oleh anak atau menantu sebagai orang yang membantu didalam mengurus anakanaknya. Dan sebagai orang tua, mertua juga dapat mempengaruhi ibu di dalam
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Afifah tahun 2009, dikatakan bahwa faktor eksternal yang
mempengaruhi ibu di dalam memberikan ASI non eksklusif adalah adanya
dukungan keluarga yaitu ibu, mertua dan suami.
3. Pernyataan yang dikemukanan oleh keluarga, dapat dilihat pada pernyataan
berikut.
Banyak yang mempengaruhi, disamping karena kesibukan, bisa terjadi sampai
dia tidak bisa memberikan ASI dan juga mungkin dari segi manfaatnya dia
belum tahu. Kadang-kadang ya mungkin juga karena kegengsian ibu ini takut
mungkin ya mohon maaf aja payudaranya melembek atau gimana gitu kan bisa
jadi juga seperti itu. Penampilannya kurang oke gitu kan, memang banyak
factor-faktor yang dapat mempengaruhi si ibu ini sampai tidak memberikan
ASI kepada bayinya.
(RFA 9)
Ibunya yang malas, seperti ipar saya, sudah dikasi tahu air susunya jangan
dibuang-buang kasi bayinya, eh katanya terlalu banyak yang keluar, saya
suruh simpan dia tidak mau, dibilang nanti basi. Padahal tidak seperti itu kan.
( RFB 9 )
Saya lihat juga mereka tidak mau repot dalam memberikan ASI pada bayinya,
kan bisa izin sebentar dari tempat kerja untuk nyusuin, dibilang sibuk dan
susah, akhirnya bayi diberi susu sapi.
( RFA 9)

41

Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung yang pada prinsipnya


adalah suatu kegiatan baik bersifat emosional maupun psikologis yang diberikan
kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI. Seorang ibu yang tidak pernah
mendapatkan nasehat atau penyuluhan tentang ASI dari keluarganya dapat
mempengaruhi sikapnya ketika ia harus menyusui sendiri bayinya (Lubis, 2000).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmijati (2007) menyebutkan ibu yang
mendapat dukungan keluarga memiliki kemungkinan memberikan ASI Eksklusif
6,533 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang tidak mendapat dukungan
keluarga. Penelitian lain juga mengatakan bahwa ibu yang tidak mendapat
dukungan keluarga akan meningkatkan resiko untuk tidak memberikan ASI
Eksklusif (Mardiyanti, 2007)
4. Pendapat yang dikemukanan oleh kader, dapat dilihat pada pernyataan berikut.
Ibu-ibu itu kadang ada rasa malas dalam memberikan ASI pada bayinya,
mereka bilang repot harus menyusui bayi karena bekerja, padahal kan sudah
diberitahu, air susunya bisa diperas dan disimpan di kulkas.
( RFB 8)
Kita sudah beritahu cara menyiapkan susu perah, tapi ibunya tidak mau
melakukan, katanya susahlah, terburu-buru karena harus cepat jalan bekerja
dan ada yang mau tapi selang seling melakukan, akhirnya bayi diberi
tambahan susu formula.
( RFA 8)
Para ibu juga kurang punya keinginan yang besar untuk memberikan ASI
eksklusif pada bayinya, sehingga malas berusaha untuk dapat memenuhi
kebutuhan bayinya akan ASI eksklusif, padahal kalau dipiki-pikir semuanya
bisa sejalan walaupun ibu harus bekerja.
( RFA 7 )
Peranan tenaga kesehatan juga sangat penting dalam menentukan
perilaku ibu untuk memberikan ASI non eksklusif, dimana sejauh mana tenaga
kesehatan

memberikan

KIE

yang

diarahkan

untuk

membentuk

sikap,

42

kemungkinan ibu akan mempunyai pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif
dan dengan pengetahuan yang benar maka ibu akan bisa merubah perilaku untuk
memberikan ASI eksklusif dan

ibu tidak memilih memberikan ASI non

ekslusif(susu formula) bagi bayinya (Notoatmojo, 2003).


Ketika peran tersebut telah dilakukan, keputusan akan ada pada ibu
sendiri didalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh O Brien et. al. tahun 2008, dikatakan bahwa
strategi keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh
kepercayaan diri ibu, pikiran positif, mampu mengatasi masalah, pencapaian
tujuan dan keberhasilan dalam pelaksanaannya.
5. Adapun pendapat yang dikemukanan oleh TOMA, dapat dilihat pada
pernyataan berikut.
Kita lihat ibu-ibu terlalu mengabaikan kebutuhan anaknya karena ada susu
sapi itu, yang gampang untuk dibeli dan anaknya juga mau, ya walaupun
mampu dibeli oleh orang tua tapi itu kan tidak baik untuk kesehatan anaknya.
( RFA 10 )
Kalau saya perhatikan ini juga karena sudah zamannya yang dianggap
modern, sehingga kalau memberikan susu ibu dianggap kuno. Jadi ibu merasa
gengsi dan tidak mau direpotkan.ini kan tidak baik untuk tanggung jawabnya.
( RFB 10)
Tokoh masyarakat merupakan orang yang cukup dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan seorang individu atau keluarga, dimana keberadaannya
dapat memberikan kontribusi yang positif untuk perubahan prilaku kesehatan
masyarakat. Dalam teori perilaku kesehatan menurut WHO dikatakan bahwa,
orang penting sebagai referensi. Hal ini berarti perilaku seseorang banyak
dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Orang-orang yang dianggap

43

penting ini sering disebut kelompok referensi. Individu cenderung melakukan atau
mencontoh perilaku orang lain yang penting untuknya.
6. Pendapat lain yang dikemukanan oleh TOGA, dapat dilihat pada pernyataan
berikut:
Mereka juga ada yang gengsi dan lebih memilih pekerjaan daripada
memikirkan bayinya, kan ini salah. Secara agama memberikan susu ke bayi
adalah kewajiban dan ini ada dalam Al-Quran.
(RFA 3)
Air susu ibu ya untuk bayi dan air susu sapi untuk anak sapi kan, jadi sudah
diberikan juga aturan oleh ALLAH bahwa, bayi itu diberikan air susu oleh
ibunya sampai berusia 2 tahun. Ini kewajiban ibu jadi jangan karena alasan
pekerjaan dan kesibukan, kewajibannya dilalaikan, kan ini berdosa jadinya.
( RFB 1)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bai et. al tahun 2009
di USA disimpulkan bahwa penyebab berhentinya pemberian ASI eksklusif salah
satunya karena kepercayaan dan tata nilai yang ada disekitarnya, hal ini dapat
mempengaruhi seseorang di dalam mengambil keputusan.
Menurut teori Lawrence Green menyatakan bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan
faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Perilaku itu sendiri terbentuk dari
tiga factor, dimana salah satu faktornya adalah faktor predisposisi (predisposing
factors) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan,
norma sosial, budaya dan sebagainya
7. Pendapat yang dikemukanan oleh Pimpinan, dapat dilihat pada pernyataan
berikut.
Kita juga melihat aturan cuti memang kurang dan hanya 3 bulan, tapi memang
itu sudah peraturan pemerintah, jadi tidak dapat dirubah, hanya saja ibu boleh
izin dengan tidak meninggalkan tanggung jawab kerjanya, itu saja.

44

( RFB 3 )
Ini kita swasta, toko kan harus buka terus kita harus dagang, untuk menyusui
bayi, ibu harus pandai membagi waktu dan kesempatan dong, tidak bisa libur
atau izin terlalu lama. Memang untuk cuti istilahnya kita beri hanya 1 bulan
saja kan kalau terlalau lama, saya bisa rugi dan kerepotan nantinya.
( RFA 8 )
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Tinuk (2012) tentang penerapan
hak cuti melahirkan bagi pekerja di sektor formal didapatkan bahwa hak tenaga
kerja perempuan dalam mendapatkan kesempatan memberikan ASI kepada
anaknya sampai usia 1 tahun yang diatur oleh PP No.4 Tahun 1951, dan diperkuat
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.409 Tahun 1984 Ps.10, hanya 25%
pengusaha yang telah memberlakukan kepada tenaga kerjanya.
Adapun hambatan dalam penerapan hak cuti melahirkan adalah
(a) Pengusaha belum semuanya memahami tentang hak cuti melahirkan,
(b) Kurangnya Disnaker dalam pengawasan/pembinaan terhadap pengusaha,
(c) Lemahnya penegakan hukum dan sanksi bagi pengusaha yang melanggar,
(d) Peran

SPSI yang belum optimal mendukung kepentingan tenaga kerja

perempuan. Dimana kesimpulan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Dewi (1996), yang mendapatkan bahwa tidak semua pengusaha memberikan
perlindungan kesehatan reproduksi bagi karyawannya, terutama para pekerja
wanita.
4.3.1.2 Pernyataan dari informan kunci.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam pada ibu di dapatkan bahwa dari 9
informan, mempunyai tanggapan yang beragam

tentang alasan yang

menyebabkan mereka tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Pernyataan

45

informan tersebut diuraikan sebagai berikut :


a. Adanya alasan karena kemalasan dari ibu, seperti yang dikemukan dalam
pernyataan sebagai berikut :
Ya saya sebenarnya tahu ASI eksklusif penting, tapi kita kan bekerja dari
pagi sampai siang kadang sore, capek, jadi malas kita nyusuin dan anak
saya sudah biasa minum susu dot, jadi ndak mau nyusu disaya.
( wawancara mendalam, P2 )
Ndak bisa kita beri ASI terus, apalagi harus diperes tadi mbak bilang itu,
tidak banyak dapatnya, padahal bayinya butuh susu banyak, ya kita
tambah dengan susu formula saja supaya cukup.
( wawancara mendalam, P7)
Kalau ASI terus sepertinya susah mbak, karena saya kan repot dan sibuk,
harus kerja, jadi pilih yang praktis dan mudah saja gitu, supaya semua
bisa jalan maksudnya.
( wawancara mendalam, P4 )
Studi fenomenologi

dilakukan oleh Laily (2008) di Jawa Tengah,

Atribusi tentang kegagalan pemberian ASI pada ibu pekerja disimpulkan


sebagai berikut: penyebab kegagalan pemberian ASI pada subjek penelitian
berasal dari tiga sumber yaitu: (a) faktor penyebab yang sifatnya internal,
tidak stabil dan dapat dikendalika adalah kondisi psikis ibu yang mengalami
stress, kurangnya usaha atau persiapan ibu semasa kehamilan, kurangnya
pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi, kurangnya keterampilan
menyusui, kurangnya ketekunan dan kesabaran dalam berlatih menyusui,
persepsi yang salah tentang menyusui, dan tidak adanya motivasi untuk
menyusui. (b) faktor penyebab yang sifatnya eksternal, tidak stabil dan dapat
dikendalikan adalah kegagalan dalam tehnik menyusu. (c) faktor penyebab
yang eksternal, stabil dan tidak dapat dikendalikan adalah belum dimilikinya
pengalaman menyusui dan kesulitan mencari waktu yang efektif untuk

46

menyusui.
Menurut teori perilaku menurut Lawrence Green Kesehatan seseorang
atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku dan
faktor di luar perilaku. Bahwa perilaku seseorang atau perilaku masyarakat
tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, tradisi, sikap,
dan sebagainya dari orang atau masyarakat tersebut. Di samping itu, sikap,
ketersediaan fasilitas dan perilaku petugas terhadap masyarakat juga akan
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
b. Adanya tuntutan ekonomi keluarga, hal ini seperti yang dikemukakan dalam
pernyataan ini :
Gimana ya, kita kan butuh uang untuk makan, sepertinya serba susah
milihnya, karena penghasilan suami saya tidak cukup, jadi saya juga
bantu-bantu seperti itu dengan ikut bekerja juga.
( wawancara mendalam, P9 )
Pekerjaan penting tapi anak juga penting, saya bingung juga ini, cuman
kita butuh mempersiapkan masa depan untuk anak, terpaksa ada yang
dikorbankan, tuntutan kebutuhan juga kan ini.
( wawancara mendalam, P1 )
Kita punya kemampuan untuk bekerja dan mendapat uang, jadi tidak ada
salahnya kan kita bekerja, ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan
anak-anak nantinya.
( wawancara mendalam, P8)

Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Rahmawati (2009)


didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam pemberian
ASI eksklusif pada ibu menyusui di kelurahan Pedalangan kecamatan
Banyumanik kota Semarang antara lain status pekerjaan, usia ibu, dukungan
petugas kesehatan dan urutan kelahiran bayi. Dan faktor yang

sangat

47

berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif adalah status pekerjaan ibu


dimana responden yang tidak bekerja berpeluang untuk memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya 4 kali lebih besar dibanding responden yang bekerja.
Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maria,
et. al. tahun 2006 di Brazil, didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif pada 3 bulan pertama adalah rendahnya pendapatan
keluarga yang berkaitan dengan pendidikan dan kemauan dari ibu sendiri.
c. Karena tanggung jawab pekerjaan, hal ini seperti pernyataan berikut :
Sebagai pegawai kita kan harus disiplin dan tanggung jawab, jadi tidak
bisa juga sering izin atau tidak masuk kerja.
( wawancara mendalam, P3)
Kalau saya tidak masuk kerja, pekerjaan saya semakin menupuk jadinya
dan bisa stress nanti, jadi harus diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
( wawancara mendalam, P5)
Penelitian kualitatif lainnya yang dilakukan oleh Agus (2008) di
Kabupaten Sukoharjo didapatkan kesimpulan bahwa menyusui masih populer di
Kecamatan Sukoharjo Kota, tetapi eklsklusifitasnya rendah. Ditemukan perbedaan
yang bermakna dalam hal eksklusifitas menyusui antara kelompok ibu bekerja
pabrik dengan kelompok ibu yang tidak bekerja. Pada kelompok pekerja, faktor
yang berhubungan dengan eksklusifitas menyusui adalah tingkat pendidikan dan
kesempatan menyusui pada saaat bekerja, yang didukung oleh jarak tempat
tinggal responden yang dekat serta kepemilikan sarana transportasi. Menyusui
tidak langsung (ASI perahan) belum dikenal secara luas di kalangan ibu-ibu di
Kecamatan Sukoharjo Kota.

48

d. Kendala waktu cuti yang tidak mencukupi, dimana hal ini seperti pernyataan
berikut :
Memang kita diberi cuti, disini cuma 3 bulan dan itu sudah aturan, jadi
ya mau tidak mau harus masuk kembali kalau udah habis cutinya. Jadi
ya terpaksa anak saya tinggal dirumah, ASI ndak full diberikan 6 bulan.
( wawancara mendalam, P7)
Saya kan dagang, jadi mau ndak mau tetap harus jualan di pasar. Tidak
ada libur-liburan atau apa tadi itu, bayi saya titip di ibu saya sampai
siang.
( wawancara mendalam, P6)
Kalau kita di toko itu dikasi izin istilahnya 1 bulan saja, bukan cuti kata
tokenya, gaji dikasi sekedarnya tidak seperti biasa, makanya saya
berusaha cepet masuk kerja supaya gaji dapat penuh.
( wawancara mendalam, P8)
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Tinuk (2012) tentang penerapan
hak cuti melahirkan bagi pekerja di sektor formal didapatkan bahwa hak
tenaga kerja perempuan dalam mendapatkan kesempatan memberikan ASI
kepada anaknya sampai usia 1 tahun yang diatur oleh PP No.4 Tahun 1951,
dan diperkuat dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.409 Tahun 1984
Ps.10, hanya 25% pengusaha yang telah memberlakukan kepada tenaga
kerjanya.
Adapun hambatan dalam penerapan hak cuti melahirkan adalah
(a) Pengusaha belum semuanya memahami tentang hak cuti melahirkan,
(b) Kurangnya Disnaker dalam pengawasan/pembinaan terhadap pengusaha,
(c) Lemahnya penegakan hukum dan sanksi bagi pengusaha yang melanggar,
(d) Peran SPSI yang belum optimal mendukung kepentingan tenaga kerja
perempuan. Dimana kesimpulan ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan Dewi (1996), yang mendapatkan bahwa tidak semua pengusaha

49

memberikan perlindungan kesehatan reproduksi bagi karyawannya, terutama


para pekerja wanita.
e. Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung bagi ibu bekerja, hal ini seperti
pernyataan berikut :
Di tempat kerja saya tidak ada TPA, untuk pojok ASI saja yang khusu
belum ada, jadi kita kadang-kadang pakai ruangan yang kebetulan
kosong saja, ini bikin susah.
( wawancara mendalam, P3)
Pojok ASI disini tidak disediakan, tadi untuk kurir ASI di lombok ini
belum ada sama sekali, paling kita bisa minta keluarga yang ambil
ASInya, cuman kadang bisa dan tidak. Jadi kesulitan juga akhirnya.
( wawancara mendalam, P9)
Disini memang tidak mancet dan jalanan rata-rata bagus, tapi saya tidak
ada kendaraan untuk pulang pergi sendiri supaya bisa ngasi anak susu,
jadi terpaksa pakai susu dot itu sebagai tambahan.
( wawancara mendalam, P7)
Penelitian serupa yang dilakukan Dewi tahun 2009 di Jawa Tengah.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa kegagalan praktik pemberian ASI
eksklusif disebabkan karena praktik pemberian ASI yang keliru seperti belum
adanya praktik pemberian ASI pada satu jam pertama setelah melahirkan,bayi
masih diberi prelaktal setelah bayi lahir yakni susu formula oleh tenaga
kesehatan di rumah bersalin, sebagian subyek meninggalkan susu formula di
TPA, kurangnya motivasi ibu untuk rutin menjenguk bayinya yang dititipkan
di TPA diwaktu jam istirahat, sebagian subyek masih percaya mitos mengenai
pemberian MP-ASI dini sebelum bayi genap usia 6 bulan, kurang adanya
realisasi PP-ASI pekerja wanita di tempat kerja, kurang dukungan dokter anak
di TPA, serta adanya subyek yang mengalami masalah produksi ASI.

50

4.3.2 Hambatan yang menyebabkan ibu bekerja tidak memberikan ASI


eksklusif pada bayinya di Kota Mataram
Hasil wawancara mendalam pada ibu di dapatkan hasil bahwa dari 9
informan, mempunyai tanggapan yang berbeda-beda tentang faktor penghambat
ibu dalam pemberian ASI Eksklusif. Pernyataan informan tersebut diuraikan
sebagai berikut :
Hambatannya itu ya karena pekerjaan itu, pada saat itu juga sedang sakit,
saat anak saya umur 2 bulan saya opname karena saya kekurangan kalium,
kalau memberikan ASI kan harus membutuhkan nutrisi yang banyak
sementara saya mengalami kekuranga kalium, jalan satu-satunya ya dengan
memberikan susu formula
(wawancara mendalam, P 1 )
Kayanya kalau saya yang paling ini manajemen waktu dan kemalasan saya
kayaknya
(wawancara mendalam, P 2 )
Hambatan pemberian salah satunya karena pengaturan waktu yang tidak
efektif, yang seharusnya kita mengurus bayi tapi kita harus bekerja diluar
(wawancara mendalam, P 4 )
Karena ini anak pertama mungkin maslah psilogisnya dari yang tidak punya
anak menjadi punya anak dan yang kedua adalah maslah pekerjaan karena
jaraknya lumayan jauh antara rumah dan tempat kerja jadinya tidak bisa
semaksimal mungkin bersama anak
(wawancara mendalam, P 5 )
Bagi saya, ya bagi saya adalah bayi tidak bisa berkembang secara baik dan
kedua waktunya sangat terbatas untuk menyusui
(wawancara mendalam, P 4)
Sepertinya kalau orang kerja itu waktunya sama ini di tempat kerja
pisikiskan mempengaruhi reproduksi ASI gitu,jadinya kalau dia kerja capek
stres bekerja
(wawancara mendalam, P 6)
Hambatannya waktu aja, Waktu..jadi kita ngasi ASInya , ASInya harus cepet
kalau ndak kan waktu kerja kita kan telat , namanya juga kita diantar jemput
(wawancara mendalam, P 9)
Studi fenomenologi

dilakukan oleh Laily (2008) di Jawa Tengah,

51

Atribusi tentang kegagalan pemberian ASI pada ibu pekerja disimpulkan


sebagai berikut: penyebab kegagalan pemberian ASI pada subjek penelitian
berasal dari tiga sumber yaitu: (a) faktor penyebab yang sifatnya internal,
tidak stabil dan dapat dikendalika adalah kondisi psikis ibu yang mengalami
stress, kurangnya usaha atau persiapan ibu semasa kehamilan, kurangnya
pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi, kurangnya keterampilan
menyusui, kurangnya ketekunan dan kesabaran dalam berlatih menyusui,
persepsi yang salah tentang menyusui, dan tidak adanya motivasi untuk
menyusui. (b) faktor penyebab yang sifatnya eksternal, tidak stabil dan dapat
dikendalikan adalah kegagalan dalam tehnik menyusu. (c) faktor penyebab
yang eksternal, stabil dan tidak dapat dikendalikan adalah belum dimilikinya
pengalaman menyusui dan kesulitan mencari waktu yang efektif untuk
menyusui.
Banyak yang mempengaruhi, disamping karena kesibukan, bisa terjadi
sampai dia tidak bisa memberikan ASI dan juga mungkin dari segi
manfaatnya dia belum tahu. Kadang-kadang ya mungkin juga karena
kegengsian ibu ini takut mungkin ya mohon maaf aja payudaranya melembek
atau gimana gitu kan bisa jadi juga seperti itu. Penampilannya kurang oke
gitu kan, memang banyak factor-faktor yang dapat mempengaruhi si ibu ini
sampai tidak memberikan ASI kepada bayinya.
(RFA 9)
Pertama, mungkin pengetahuan tentang manfaat dari ASI. Kedua, seperti
yang dikatakan tadi karena tuntutan ekonomi dari ibu-ibu yang bekerja
disamping kurangnya pemahaman sehingga lalai dalam memberikan ASI itu
sendiri
(RFB 10 )
Hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Sri (2008) di wilayah
Kendal Jawa Tengah disimpulkan bahwa praktik menyusui secara eksklusif
dipengaruhi oleh persepsi dan pemahaman serta pengetahuan ibu tentang manfaat

52

menyusui, pengawetan ASI dan bagaimana cara agar ASI tetap produksi secara
baik. Berbagai perasaan dapat muncul karena ibu terpaksa meninggalkan bayi
dirumah, seperti perasaan tidak tega, berat, kasihan dan rasa penyesalan karena
harus bekerja. Beberapa hambatan yang dirasakan ibu bekerja dalam praktik
menyusui secara ekslusif adalah jarak rumah yang jauh, tidak ada fasilitas
ditempat kerja agar ibu dapat menyusui bayinya.
Hasil penelitian tentang tanggapan ibu dalam pemberian susu formula
didapatkan hasil bahwa ibu memiliki tanggapan yang sangat bervariasi. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohani (2010) di Kota Mataram
didapatkan empat variabel yang terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan risiko kegagalan pemberian ASI eksklusif yaitu: Ibu bekerja, persepsi
yang keliru, tingkat pengetahuan ibu kurang, dan dukungan keluarga yang kurang.
Dan berdasarkan besaran nilai OR menunjukkan bahwa ibu bekerja memiliki
risiko kegagalan pemberian ASI eksklusif sebesar 10 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
4.4 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi subyektifitas yang ada pada
peneliti. Penelitian ini sangat tergantung kepada interpretasi penelitian makna
yang tersirat di dalam melakukan FGD dan wawancara mendalam sehingga
kecenderungan untuk bias masih tetap ada. Dan perlunya variasi informan kunci
berdasarkan jenis pekerjaan dan tempat bekerja sehingga informasi yang di
dapatkan lebih beragam dan maksimal.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
5.1.1 Alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya di
Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada ibu bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya,
ditemukan beberapa alasan, antara lain: adanya rasa malas dari ibu, karena
tuntutan beban kerja yang tinggi, waktu cuti yang sedikit, sarana prasarana
yang kurang dan adannya tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga. Sehingga
para ibu tersebut memilih untuk tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya, sebagian besar memberikan ASI hanya 1 bulan saja dan
selanjutnya pemberian ASI dicampur atau diganti dengan susu formula
5.1.2 Hal-hal yang menghambat ibu bekerja didalam memberikan ASI
eksklusif pada bayinya di Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara
Barat.
Faktor-faktor yang menghambat ibu bekerja dalam memberikan ASI
eksklusif pada bayinya di Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti : faktor ekonomi, faktor
fisik ibu, faktor psikologis dan faktor kurangnya sarana dan prasarana
pendukung, waktu cuti yang terbatas,
formula.

53

meningkatkan promosi susu

54

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan, perlu mengembangkan program yang menarik dan
variatif dalam meningkatkan motivasi ibu bekerja untuk dapat memberikan ASI
eksklusif bagi bayinya.
5.2.2 Bagi Dinas Kesehatan
Diharapkan bagi pengambil kebijakan khususnya dinas kesehatan
memberikan dukungan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana pendukung
dalam pemberian ASI Eksklusif bagi kesehatan bayi dan anak.
5.2.3 Bagi Masyarakat
Agar meningkatkan partisinya dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah
dalam bentuk pemberian kebijakan bagi ibu bekerja untuk dapat memberikan ASI
eksklusif dengan baik. Dan melibatkan TOGA dalam memberikan motivasi dan
pemahaman kepada ibu bekerja untuk dapat memberikan ASI eksklusif sebagai
tanggung jawab sebagai orang tua.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti tentang faktor yang dapat
menghambat ibu bekerja dalam memberikan bayinya ASI Eksklusif secara cukup
dan maksimal.

55

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Dewi. 2009 penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan


pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja (studi kualitatif di tempat
penitipan anak (TPA) Dian Dharma Putra Provinsi Jawa Tengah).
Skripsi. Undip Semarang.
Afifah, D. N. 2009. Faktor yang berperan dalam Kegagalan Praktik Pemberian
ASI Eksklusif(tesis).Universitas Dipenogoro. Semarang
Arifah, N. D. 1996. Perlindungan Hukum tenaga Kerja Wanita di PT Nyoya
Meneer Semarang. Skripsi. Fakultas Hukum Unisulla.Semarang.
Asih, Y. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Numed.
Asmijati, 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif
di wilayah kerja puskesmas Tiga raksa Tangerang. Tesis FKM UI. Depok.
Badan Pusat Statistik (BPS), 2007. Survei Demografi dan Kesehatan indonesia
2006-2007, Jakarta.
______________________, 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia,
Jakarta.
______________________, 2013. Hasil Survei sementara Data Demografi dan
Distibusi Penduduk Kota Mataram, NTB. Mataram
______________________, 2010. Sumatera Utara Dalam Angka, Medan.
Sumatera Utara.
Bai. Y.K., Middlestadt, S.E., Peng J. C.Y. and Flys A.D ( 2009), Psychososial
Factor Undrlying the Mothers decision to continue exclusive breasfeeding
for 6 months: an elicitation study. Journal of Human Nutrition and
Dietetics. USA
Bobak. 2000. Maternity and Gynecology Care. 5.ed. Philadelphia.Mosby
Budiharjo, N. S. D. 2003 Masalah-masalah dalam menyusui, Perkumpulan
Pernatologi Indonesia.Jakarta
Chubley, J. 2004. Panduan Para Ibu Untuk Menyusui dan Mengenalkan Bayi
Pada Susu Botol. Jakarta.Erlangga
Cox, S. 2006. Breasfeeding wiyh Confidence, Panduan untuk belajar menyusui
dengan percaya diri. PT. Elex Media komputindo. Jakarta

56

Cresswell, J. 2010. Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed


Methods Approaches. SAGE
Departemen Kesehatan RI. 2001. Buku Panduan Manajemen Laktasi. Jakarta: Dit.
Gizi Masyarakat-Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 2005, Manajemen Laktasi: Buku Panduan Bagi Bidan
dan Petugas Kesehatan di Puskesmas, Jakarta:Dit.Gizi Masyarakat-Depkes
RI.
Diharjo, K, Riyadi, S., dan Media, Y. (1998) Masalah di seputar pemberian ASI
secara eksklusif, Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia.XXVI, April
No.3
Djaman, S. dan Komariah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung.
Alfabeta.
Dinas Kesehatan Propinsi NTB, 2011. Laporan tahunan bidang pelayanan
Kesehatan Propinsi NTB, Mataram.
Dinkes Kota Mataram. 2011. Profil Kesehatan 2012 Pemerintah Kota Mataram,
Mataram.
Disdikpora Kota Mataram, 2012. Laporan tahunan sarana dan prasarana
pelayanan pendidikan informal, Mataram
Dwi L., Yuliarti. 2008. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif. Universitas Sebelas Maret.
Fikawati S., Syafiq A., 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu
Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini di Indonesia. Jakarta
Green, L. W. Kreutter, M. W. 1991. Health Promoting Planning An Educational
And Environmental Approach, Second Edition Mayfield Publishing
Company, London, p. 142-147
Hamid, S. A. (1998) Adaptasi psikologis masa kehamilan dan nifas, Jurnal
Keperawatan Indonesia.Vol.1 No.4 bulan Juli.
Indiarti, M. T 2008. ASI, Susu Formula dan Makanan Bayi. Yogyakarta. Elmatera
Publishing.
Ita S. E., dkk., 2008. Gambaran pengetahuan,sikap dan perilaku BUTEKI pada
kalangan pekerja terhadap pemberian ASI ekslusif di perusahaan X,
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Skripsi. Semarang.

57

Kearney, M. H. and Cronenwett, L. (1991) Breasfeeding and Employment.


Jurnal Obstet-Gynecol-Neonatal-Nurs, 471-480
Lubis, 2000. Pengaruh pengetahuan keluarga tentang ASI dan sikap ibu di
dalam memberikan ASI pada bayinya. Universitas Sumatra Utara. Medan
Mardiyanti., 2007. Pengaruh karakteristik dan dukungan keluarga terhadap
pemberian
ASI
ekslusif
di
Tanggerang.
Tesis.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2089/2/reference.pdf,
jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.(Diakses pada tanggal 30 April
2013).
Mascarenhas M.L.,Albernaz E.P.,da Silva M.B., da Silveira R.B. ( 2006),
Prevalence of exclusive breasfeeding and its determiners in the fist 3
months of life in the south of Brazil. Jornal de pediatria. Brazil
Masoara, S. 2003 Manfaat ASI untuk bayi, ibu dan keluarga.Program
Manajemen Laktasi. Perkumpulan Perinatologi Indonesia.Jakarta
Moleong. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya
Notoatmojo, S. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
O Brien, L. M., Buikstra E.,Fallon T. And Hegney D., (2008), Stategies for
success : a toolbox of coping stategies used by breastfeeding women.
Journal of Clinical Nursing. Blackwell Publishing, Ltd. Australia
OECD.
2001.
BALANCING
WORK
AND
FAMILY
LIFE.
www.oecd.org/dataoedc/11/12/2079435.pdf. Diakses pada tanggal 20 Mei
2014.
Old. 2000. Maternal newborn nursing a family and community based approach.
6.ed. Philadelphia Prentice Hall.
Ong et. al. (2001). The role of breastfeeding on nutrition education and
prevention of childhood obesity. Congresso Latino on Americano de
Nutricao Comutaria. Porto. Portugal
Prakoso, H. 2002. Penggunaan ASI dan rawat gabung dalam Ilmu Kebidanan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.
Prasetyono, S. D. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Diva Press, Yogyakarta.
Purwati., 2008. Konsep penerapan ASI ekslusif, EGC.Jakarta
Qin, L., Zhao Y., Binns W. C., Lee H. A. And Xie X., (2009). Iniation of

58

breasfeeding and prevalence of exclusive breasfeeding at hospital


discharge in urban. Suburban and rural arens of Zhejiang, China.
International Breasfeeding Journal, Australia.
Raco. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulan.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rahmah, Laily . 2008. Atribusi tentang kegagalan pemberian ASI pada ibu
bekerja (Sebuah Studi Fenomenologi). Skripsi. Fakultas Psikologi
Universitas Islam Sultan Agung. Jawa Tengah.
Rahmat. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung : Shindunata
Rahmawati, M. D. 2010 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif pada ibu menyusui di kelurahan Pedalangan Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang. Skripsi. STIKES Kusuma Husada Surakarta.
Rejeki, Sri . 2008 penelitian Studi fenomenologi: pengalaman menyusui eksklusif
ibu bekerja di wilayah kendal Jawa Tengah.Universitas Muhamadiyah
Semarang. Dalam Media Ners,Volume 2,Nomor 1, Mei 2008.
Reynolds et.al. 2003. FI Research Summary: Fathers, Mothers, Work, And
Family.
http://www.fatherhoodinstitute.org/2011/fi.research-summaryfathers-mothers-work-and-family.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014.
Rikesdas. 2010. Cakupan pemberian ASI dan MP-ASI pada bayi. Jakarta.
Riksani, R. 2012, Keajaiban ASI,Penerbit: Naga Swadaya.Jakarta
Robin, P. S. 2001. Perilaku Organisasi, Jilid I, PT. Prenhalindo, Jakarta.
Roesli. U. 2005. Mengenai ASI Eklusif. Trubus Agriwidya.Jakarta
Rohani. 2010. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kegagalan pemberian
ASI eksklusif pada ibu bayi usia 6-9 bulan di Kota Mataram Provinsi Nusa
Tenggara Barat.Tesis. Universitas Udayana.Bali
Saifuddin. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sari I., Mulyono B., Andarsari W., 2011. Hubungan tingkat pengetahuan ibu
bekerja dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Sumberejo Kecamatan
Mrenggen Kabupaten Demak. Skripsi. Program Studi Diploma III
Kebidanan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang.

59

Sahusilawane H., Abdullah T. H. M., 2013. Faktor yang mempengaruhi


pemberian PASI pada bayi usia 0 6 bulan di Puskesmas Christina
Martha Tiahahu, Ambon.Tesis.UNHAS,Makasar.
Saryono dan Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Numed
Sartono, Agus 2008. Praktek menyusui ibu pekerja pabrik dan ibu tidak bekerja di
Kecamatan Sukoharjo Kota Kabupaten Sukoharjo.Skripsi. Program studi
gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Sholichah, F. 2011. Studi kualitatif penyebab pemberian ASI non Ekslusif pada
ibu rumah tangga di Desa Ngemplak Kecamatan undaan Kabupaten
Kudus,Tesis.Universitas Negeri Semarang.
Siagian. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia (cetakan 15). Jakarta : Bumi
Aksara
Soetjiningsih. 2004. ASI petunjuk untuk tenaga Kesehatan, EGC.Jakarta
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Suradi, R. 2003. Peranan Lingkungan untuk Menunjang Keberhasilan Laktasi,
Bunga Rampai Menyusui dan Rawat Gabung. Jakarta
Sutopo. 2006. Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya Dalam
Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Tjaja P.R., 2000. Wanita Bekerja dan Implikasi Sosial. Deputi I Bidang
Pertumbuhan dan Kuantitas Penduduk Kantor Menteri Negara
Transmigrasi dan Kependudukan. Naskah no.20, Juni Juli 2000.
UNICEF. 2006. Maternal and Fetal death in the World. Jenewa.Swiss
WHO. 2005. Modul Safe Motherhood. Jakarta: Depkes RI.
WHO-UNICEF, 2010. Pelatihan Konselor LaktasiBreasfeeding Counselling: A
Tranning Course. Jakarta.
Widyastuti, Erlina. 2011.motivasi wanita bekerja dalam memberikan susu
formula pad bayiusia 0-6 bulan.Skripsi. STIKES Kusuma Husada
Surakarta.
Widjaja, M. C. 2004. Gizi Tepat Untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan
Balita. Jakarta:Kawan Pustaka.Hal: 1-29

60

Wulandari, Y. 2012, Kontroversi susu formula pada ibu hamil dan bayi, Artikel
majalah Bunda, Jakarta.
Wulandari, W. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif
Dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Kota Semarang. Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang.

61

Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kegiatan

Januari
1 2 3 4

Tahun 2014
Februari
Maret
1 2 3 4 1 2 3

April
2 3

Pengajuan Judul
Survey Awal
Penyelesaian dan Bimbingan Proposal dari Bab I s/d III
Sidang Proposal
Revisi Proposal
Penelitian
Penyelesaian dan Bimbingan Tesis
Sidang Hasil
Sidang Tesis

61

62

Lampiran 2

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS UDAYANA

Pernyataan Kesediaan Menjadi Partisipan


Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama

Umur

Alamat

Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi partisipan pada penelitian


yang dilaksanakan oleh Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Udayana, yang bernama Haryani, dengan judul Alasan
Ibu Bekerja Tidak Memberikan ASI Eksklusif pada Bayi Usia 6 9 Bulan di Kota
Mataram Provinsi Nusa tenggara Barat. Saya mengetahui dan menyadari bahwa
informasi yang saya berikan ini bermanfaat bagi saya sendiri, masyarakat dan
peneliti.
Demikian pernyataan saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Mataram,..2014
Partisipan

63

Lampiran 3
ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU BEKERJA
DI KOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PANDUAN FOCUS GROUP DISSCUSION (FGD)


UNTUK INFORMAN LAIN (SUAMI, MERTUA, KELUARGA, TOGA,
TENAGA KESEHATAN, TIEM PENGGERAK PKK,
PIMPINAN/ATASAN DI TEMPAT KERJA)

1. Nama Fasilitator

2. Tanggal FGD

3. Nama Informan

NAMA
1.

2.

3.

4.

5.

6.

UMUR

PENDIDIKAN

PEKERJAAN

ALAMAT

64

A. Pendahuluan
1. Memperkenalkan diri. Saya adalah

Haryani , mahasiswa Program

Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.


2. Memberitahukan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan kami adalah untuk
mendapatkan informasi tentang hal-hal yang dapat menghambat ibu
bekerja dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan alasan tidak
diberikan ASI Eksklusif oleh ibu bekerja pada bayinya.
3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang diberikan
responden pada hari ini akan sangat kami jaga kerahasiannya dan hanya
untuk konsumsi pendidikan. Mohon kiranya memberikan informasi secara
terbuka dan tidak ada yang disembunyikan.
4. Mempersiapkan alat rekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang
dibantu oleh pendamping peneliti.
5. Setelah tercipta suasana kondusif dan nyaman maka FGD baru dapat
dimulai
B. Pertanyaan yang diajukan
No.
1.

Tema

Pertanyaan
Ceritakan apa yang

Pemahaman
tentang

ASI

eksklusif yaitu:

Probing
Tanyakan pandangan

saudara ketahui

mereka tentang ASI

tentang ASI

eksklusif.

Eksklusif?

Tanyakan apa
manfaat menyusui
bayi atau ASI
eksklusif
Tanyakan apa yang
sering memotivasi
para ibu untuk tidak
memberikan ASI
eksklusif pada
bayinya.

65

Apabila pernah
mendengar, tanyakan
dari mana
mendapatkan
informasi mengenai
ASI eksklusif.
Apakah saudara
pernah mendengar
tentang ASI Eksklusif

Tanyakan apa itu


ASI dan manfaat bagi
bayi.
Tanyakan manfaat
ASI bagi keluarga.
Tanyakan pada ibu
tentang susu formula.

Ceritakan apa yang


saudara ketahui
tentang manfaat ASI
bagi bayi dan
keluarga?

Tanyakan tentang
keunggulan ASI
dibandingkan dengan
susu formula.
Tanyakan hal yang
membuat para ibu
memberikan susu
formula pada bayinya.

2. Tanggung

Menurut pandangan

Apabila penting ,

Jawab

saudara, apakah ASI

memberikan

eksklusif penting bagi

ASI eksklusif

bayi dan merupakan

penting, tanyakan

yang merupakan

tanggung jawab bagi

alasannya.

hak bayi.

ibu untuk
memberikannya?

tanyakan alasannya.
Apabila tidak

Tanyakan bagaimana
pendapat saudara
tentang ibu yang
tidak memberikan
ASI eksklusif pada
bayinya.

66

Bagaimana dengan
lamanya waktu cuti
pada ibu bekerja.
Dengan pemberian
Kondisi yang
mendorong dan

ASI eksklusif?
Apakah disediakan

menghambat

pojok ASI ditempat

pemberian ASI

kerja? Tanyakan

eksklusif oleh ibu

alasannya

bekerja bayinya?

Bagimana dengan
tanggung jawab
dalam pekerjaan? Jika
ada kebijakan apa
bentuknya

3. Masalah-

Ceritakan hal-hal

Tanyakan tentang

masalah yang

yang menjadi

hambatan-hambatan

berkaitan

masalah bagi ibu

yang pernah dilihat

dengan

bekerja dalam

dan diamati pada Ibu

pemberian ASI

memberikan ASI

bekerja berkaitan

eksklusif oleh

eksklusif pada bayi?

dengan pemberian

ibu bekerja.

ASI eksklusif pada


bayinya?
Tanyakan apakah ada
keluhan yang pernah
diungkapkan oleh ibu
bekerja selama
memberikan ASI pada
bayinya.
Tanyakan tentang
usaha yang pernah
dilakukan dalam

67

mendukung ibu
bekerja untuk
memberikan ASI
eksklusif pada
bayinya.
Bagaimana dengan
ASI perah/disimpan
dalam lemari es
selama ibu bekerja?
Tanyakan tentang
keberadaan dari
tempat penitipan
anak(TPA) selama ibu
bekerja dan
pemberian ASI
Eksklusif.
Tanyakan sarana dan
prasarana yang
dianggap penting
sebagai dukungan ibu
bekerja untuk
pemberian ASI
eksklusif pada
bayinya?
Tanyakan tentang
kurir ASI?
Apakah kurir ASI
penting? Apa
alasannya?

68

4. Dukungan atau

Menurut pandangan

Bentuk dukungan dari

support yang

saudara, apa bentuk

diberikan pada

dukungan dan support

Bentuk dukungan dari

ibu bekerja

yang penting bagi ibu

mertua/keluarga dan

dalam

bekerja dalam

alasannya.

memberikan
ASI eksklusif
pada bayinya.

memberikan ASI

suami dan alasannya.

Bentuk dukungan dari

eksklusif pada

teman-teman sekerja

bayinya?

yang memberikan
ASI eksklusif dan
alasannya.
Bentuk dukungan
TOGA dan TP-PKK
dan alasannya.
Bentuk dukungan
dari pimpinan atau
atasan di tempat kerja
dan alasannya.
Bentuk dukungan dari
tenaga kesehatan yang
ada?

Ceritakan bagaimana

Tanyakan tentang arti

menjadi

pandangan saudara

penting pekerjaan

prioritas dalam

tentang ibu bekerja

dan alasannya?

menjalani

yang tidak

kehidupan.

memberikan ASI

bekerja yang tidak

Eksklusif pada

memberikan ASI

bayinya

eksklusif, apakah baik

5. Apakah yang

Tanyakan tentang ibu

atau tidak? Apa


alasannya?
Jika ibu tidak bekerja
apa yang dirasakan

69

dan dampaknya bagi


keluarga?
Bagaimana
seharusnya sikap ibu
bekerja didalam
memenuhi kebutuhan
ASI eksklusif bagi
bayinya?
Khusus bagi pimpinan
atau atasan : tanyakan
pendapatnya tentang
PP-ASI tahun 2013?
Bagaimana
penerapannya di
tempat/instansi
tersebut?
Tanyakah apakah
pernah mendapatkan
sosialisasi atau
informasi tentang PPASI oleh dinas
terkait?
Tanyakan bentuk
kebijakan yang
diberikan pada ibu
bekerja dalam
kaitannya dengan ASI
eksklusif ?
Apakah pernah ada
evaluasi dari dinas
terkait tentang

70

penerapan aturan
tersebut?
Bagaimana dengan
sanksi yang ada dari
peraturan tersebut?

71

Lampiran 4
ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU BEKERJA
DI KOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PANDUAN WAWANCARA MENDALAM


UNTUK IBU BEKERJA YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF
PADA BAYINYA

Nama Pewawancara

Tanggal Wawancara

Identitas Informan

Pendahuluan
1.

Memperkenalkan diri. Saya adalah Haryani, mahasiswa Program Magister


Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.

2.

Memberitahukan maksud dan tujuan wawancara. Tujuan kami adalah untuk


mendapatkan informasi tentang Alasan Tidak Diberikan ASI Eksklusif oleh
Ibu Bekerja Pada Bayinya.

3.

Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang diberikan


responden pada hari ini akan sangat dijaga kerahasianya dan hanya untuk
kebutuhan pendidikan. Mohon kiranya memberikan informasi secara terbuka
dan tidak ada yang ditutup-tutupi.

4.

Mempersiapkan alat rekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang


dibantu oleh pendamping peneliti.

5.

Setelah tercipta suasana kondusif dan nyaman maka wawancara baru bisa
dimulai.

72

Identitas Responden
Nama

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat

Panduan Wawancara Mendalam


Tema
Alasan tidak diberikan

Pertanyaan
1. Ceritakan pandangan Anda berkaitan dengan

ASI eksklusif oleh ibu

pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0- 6

bekerja pada bayinya.

bulan..
2. Apa manfaat dari pemberian ASI eksklusif
pada bayi usia 0 - 6 bulan tersebut?
3. Menurut saudara apakah pemberian ASI
eksklusif tersebut penting bagi bayi? Sebutkan
alasannya.
4. Bagaimana dengan pemberian susu formula
bagi bayi usia 0 6 bulan? Apa akibatnya bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi dimasa
depan?
5. Apakah ada beban secara ekonomi yang ibu
rasakan karena memberikan susu formula? Apa
alasannya?
6. Adakah beban secara tanggung jawab profesi/
pekerjaan yang dirasakan oleh ibu sehingga
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi?
7. Apakah ada beban secara psikologis yang ibu
rasakan karena bekerja sehingga tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayi?

73

8. Menurut pendapat saudara apa yang dapat


dilakukan oleh ibu bekerja di dalam
memberikan ASI eksklusif bagi bayinya?
9. Apakah yang menjadi hambatan bagi ibu
bekerja di dalam memberikan ASI eksklusif
bagi bayinya?
10. Apa yang mendasari ibu bekerja tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayi?
11. Bagaimana pendapat saudara tentang susu
formula dan iklannya yang ada saat ini?
12. Bentuk dukungan seperti apakah yang dapat
saudara harapkan dalam mendukung ibu
bekerja untuk menunjang keberhasilan
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 6
bulan?
13. Ceritakan apa yang saudara rasakan ketika
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi?
14. Menurut saudara jika ibu bekerja apa yang
harus dilakukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan bayi akan ASI selama ditinggal oleh
ibunya?
15. Menurut saudara mengapa pada ibu bekerja
sering terjadi kegagalan di dalam memberikan
ASI eksklusif pada bayinya?
16. Bagaimanakah pendapat saudara tentang
wanita karir dan keluarga?
17. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari suami?
18. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari suami?

74

19. Dukungan dan suport yang seperti apa yang


saudara harapkan dari mertua?
20. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari keluarga?
21. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari teman sekerja?
22. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari TOGA dan TP-PKK?
23. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari tenaga kesehatan?
24. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari pimpinan/ atasan di
tempat kerja?
25. Bentuk dukungan dari segi sarana dan
prasarana seperti apa yang saudara harapkan
untuk mendukung pemberian ASI eksklusif
pada bayi?
26. Apa yang saudara ketahui tentang susu perah?
27. Bagaimana pendapat saudara tentang kurir
ASI?
28. Bagaimana pendapat ibu tentang tempat
penitipan anak (TPA) ?
29. Apa arti penting kesehatan bayi dan anak bagi
saudara?
30. Bagimana persaan yang saudara rasakan ketika
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi?
31. Bagaimana dengan tanggung jawab ibu untuk
memberikan ASI eksklusif yang merupakan
hak bagi seorang bayi?
32. Apa usaha yang pernah dilakukan ibu dalam
memberikan ASI eksklusif pada bayi?

75

33. Apakah usaha yang dilakukan tersebut


berhasil? Apa alasannya?
34. Apa arti pentingnya pekerjaan bagi saudara?
Apa alasannya?
35. Jika ibu tidak bekerja apa yang dirasakan dan
dampaknya bagi keluarga?
36. Selama saudara bekerja siapakah yang
membantu merawat anak dan memenuhi
kebutuhan bagi bayi? Apa asalsannya?
37. Hal apa yang dirasakan paling menghambat ibu
bekerja dalam memberikan ASI eksklusif ? apa
alasannya?
38. Menurut ibu hal apa yang paling mendorong
ibu sehingga tidak memberikan ASI eksklusif
pada bayi? Apa alasannya?
39. Apakah ibu pernah merasa bersalah karena
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi?
Apa alasannya?
40. Apa yang menjadi prioritas dalam hidup ibu?
Apa alasannya?

76

Lampiran 5
KONTROL PENGOLAHAN DATA KUALITATIF FGD 1 DAN 2

1.

Pertanyaan
Apa yang Bapak/Ibu ketahui
tentang ASI Eksklusif

Partisipan
RFA 1

RFB 2
2.

Ada pendapat lain

3.

Ada pendapat lain lagi yang


diketahui tentang manfaat
ASI Eksklusif?

Transkripsi/ Jawaban
ASI eksklusif yaitu ASI yang diberikan oleh ibu
dari anak bayi baru lahir sampai usia 6 bulan
dengan tidak diberikan tambahan susu apapun
hanya ASI saja
ASI Eksklusif itu ASI yang pertama kali teluar
dan jernih.

RFB 4

ASI yang lebih pekat karena banyak


mengandung anti body
RFB
Manfaat
6
asi eksklusif untuk mempertahankan daya tahan
tubuh anak agar lebih kuat, tidak mudah
terkena penyakit, dan juga dengan mengiringi
imunisasi yang diterima
Untuk kekebalan tubuh
RFA 5

4.
5.

6.

7.

Penting tidak ASI Eksklusif


diberikan pada bayi
Apakah ibu tidak
memberikan ASI karena
benar-benar tidak ada atau
bagaimana
Kira-kira kenapa ASInya
tidak mau keluar? Apakah
karena sakit atau apa
Kalau menurut Bapak / ibu
apa yang diketahui tentang
alasaan ibu bekerja tidak
memberikan ASI Eksklusif?

RFB 7

RFA 9

RFA 1

RFB 2

RFA 2

8.

9.

Dimana Bapak-Ibu pernah


mendengar informasi tentang
ASI Eksklusif
Apakah dari informasi yang

Sangat penting untuk memberi kenyamanan


untuk bayi
Ada sih ada ASI nya dan saya juga sering
bilang terus aja dikasi biar ASI nya banyak
keluar tapi dibantu dengan air nasi yang
membuat anak tampak gemuk tetapi tampak
tidak ada tenaga
Ada yang sakit, ada juga yang karena puting
susunya itu kependekan jadi tidak bisa dihisap
oleh bayi sehingga itu menjadi kendala
Pertama, mungkin pengetahuan tentang
manfaat dari ASI. Kedua, seperti yang
dikatakan tadi karena tuntutan ekonomi dari
ibu-ibu yang bekerja disamping kurangnya
pemahaman sehingga lalai dalam memberikan
ASI itu sendiri.
Ini juga seperti buah simalakama, karena kita
harus memenuhi kebutuhan keluarga, tapi kita
tidak mampu kalau dari hasil saya saja jadi
ibunya bantu-bantu sedikit dengan bekerja,
sehingga menyusui bayinya kurang.
Saya sudah bilang sama ibunya untuk menyusui
bayi dengan eksklusif, tapi katanya tidak bisa
karena air susunya sedikit dan terburu-buru
untuk berangkat kerja. Jadi terpaksa diberikan
juga susu botol.
Di Puskesmas dan Posyandu

RFA 7
Iya pernah, karena dari petugas Puskesmas

77

didapatkan juga disebutkan


manfaat dari ASI itu sendiri
10. Apa manfaat ASI bagi
keluarga
11. Menurut ibu apakah Susu
Formula itu mahal atau tidak
12. Apa manfaat ASI Eksklusif
dari segi agama

RFB 11

RFB 6
RFA 2
RFA 3

13. Apa yang Bapak-Ibu ketahui


tentang Susu Formula

RFB 3

14. Apa keunggulan ASI


dibandingkan dengan Susu
Formula
15. Apa alasan ibu tidak
memberikan ASI Eksklusif

RFB 8

16. Menurut pandangan BapakIbu sekalian penting tidak


ASI Eksklusif itu diberikan
kepada anak
17. Kemudian apa pendapat
Bapak-Ibu sekalian tentang
Ibu yang tidak memberikan
ASI Eksklusif kepada
bayinya kalau dilihat dari
tanggung jawab

RFA 10

RFB 5

RFA 9

RFA 10
18. Bagaimana pendapat Ibu
tentang Ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif

diberikan penyuluhan dan juga kertas


bergambar ( kayak brosur atau leaflet)
Banyak sekali manfaat ASI, untuk mengurangi
pengeluaran dari segi ekonomi
Mahal, karena 1 kotak itu saja habis selama 3
hari dan harus beli lagi
Dari segi agama, dalam Al-Quran dianjurkan
untuk menyusui anak selama 2 tahun yang
bermanfaat bagi kekebalan tubuh dan menjaga
dari segala macam penyakit, dan proses
pertumbuhan intelektual.
Susu Formula itu menggunakan pengawet,
kalau untuk ASI itu sendiri jika seorang ibu
bekerja memerah air susunya kedalam botol
dan disimpan dalam lemari pendingin akan
bertahan cukup lama karena tidak akan bisa
basi bahkan sampai 6 bulan. Saya pernah
dengar dari ibu-ibu yang pulang dari pasar ada
yang membuang ASInya karena takut basi
mungkin disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan
ASI untuk kecerdasan anak, kalau untuk Susu
Formula mungkin untuk membantu saat kita
pergi begitu
Dari segi ekonomi karena untuk memenuhi
kebutuhan keluarga jadi para ibu lebih memilih
untuk bekerja dari pada menyusui anak
dirumah, mungkin itu faktor utamanya
Sangat penting

RFB 11

RFA 9

Perempuan sekarang berbeda, solekannya saja


diperhatikan anak kurang diurus, susunya dia
tidak diberikan ke anaknya, sibuk-sibuk saja
katanya dan malas menampung air susunya
untuk anak, jadi anak dikasi susu kaleng.
Saya lihat juga mereka tidak mau repot dalam
memberikan ASI pada bayinya, kan bisa izin
sebentar dari tempat kerja untuk nyusuin,
dibilang sibuk dan susah, akhirnya bayi diberi
susu sapi.
Pemberian ASI juga bisa dijadikan sebagai KB
alami
Mungkin karena banyak uang jadi berfikir
untuk tidak memberikan ASI.
Banyak yang mempengaruhi, disamping karena
kesibukan, bisa terjadi sampai dia tidak bisa
memberikan ASI dan juga mungkin dari segi
manfaatnya dia belum tahu. Kadang-kadang ya
mungkin juga karena kegengsian ibu ini takut
mungkin ya mohon maaf aja payudaranya

78

melembek atau gimana gitu kan bisa jadi juga


seperti itu. Penampilannya kurang oke gitu kan,
memang banyak factor-faktor yang dapat
mempengaruhi si ibu ini sampai tidak
memberikan ASI kepada bayinya.

RFB 9

RFB 8

RFA 8

19. Apa kira-kira yang


menyebabkan Ibu bekerja
tidak memberikan ASI
Eksklusif

RFB 4

RFA 5

20. Apa yang menghambat ibu


memberikan bayinya ASI
Eksklusif.

RFB 6

Ibunya yang malas, seperti ipar saya, sudah


dikasi tahu air susunya jangan dibuang-buang
kasi bayinya, eh katanya terlalu banyak yang
keluar, saya suruh simpan dia tidak mau,
dibilang nanti basi. Padahal tidak seperti itu
kan.
Ibu-ibu itu kadang ada rasa malas dalam
memberikan ASI pada bayinya, mereka bilang
repot harus menyusui bayi karena bekerja,
padahal kan sudah diberitahu, air susunya bisa
diperas dan disimpan di kulkas.
Kita sudah beritahu cara menyiapkan susu
perah, tapi ibunya tidak mau melakukan,
katanya susahlah, terburu-buru karena harus
cepat jalan bekerja dan ada yang mau tapi
selang seling melakukan, akhirnya bayi diberi
tambahan susu formula.
Sekarangkan zamannya Baby Sister, karena
ada orang yang mau memegang anak itu dan
memberikan Susu Formula sementara Ibu
harus bekerja mungkin itu yang menyebabkan
Ibu malas memberikan ASI
Sekarang ini mereka tidak mau repot, jadi
diberi susu botol. Padahal itukan pemborosan,
suami jadi susah utuk cari uang. Padahal air
susunya
kadang
dibuang-buang,
tidak
diberikan ke bayinya.
Kita yang gendong anak merasa kasihan kalau
anak nangis, jadi terpaksa diberikan susu botol
atau teh karena air susu ibunya tidak
disediakan dan disimpan untuk anaknya, cepatcepat berangkat kerja. Dan diberi nyusu lagi
kalau sudah pulang.

RFA 7

Para ibu juga kurang punya keinginan yang


besar untuk memberikan ASI eksklusif pada
bayinya, sehingga malas berusaha untuk dapat
memenuhi kebutuhan bayinya akan ASI
eksklusif, padahal kalau dipiki-pikir semuanya
bisa sejalan walaupun ibu harus bekerja.

RFA 6

Karena banyak pekerjaan dan banyak uang


mungkin, sehingga fasilitas mungkin juga
memuaskan bagi Ibu
Banyak yang mempengaruhi, disamping karena

79

21. Bagaimana pendapat BapakIbu tentang cuti dalam


bekerja.
22. Menurut Bapak-Bapak sudah
cukup untuk 2-3 bulan
tersebut atau ada pandangan
lain mengenai hal tersebut

23. Cukup tidak diberikan waktu


3 bulan untuk pemberian ASI
Eksklusif
24. Bagaimana strateginya agar
bisa memberikan ASI
Eksklusif
25. Bagaimana pendapat BapakIbu sekalian tentang pojok
ASI.
26. Bagaimana menurut ibu
kaitannya dengan tanggung
jawab dalam bekerja jika ada
kebijakan dari pimpinan,
bentuk kebijakan seperti apa
yang di inginkan oleh ibu
bekerja
27. Bagaimana dengan yang
bekerja ditoko

RFA 9

kesibukan, bisa terjadi sampai dia tidak bisa


memberikan ASI dan juga mungkin dari segi
manfaatnya dia belum tahu. Kadang-kadang ya
mungkin juga karena kegengsian ibu ini takut
mungkin ya mohon maaf aja payudaranya
melembek atau gimana gitu kan bisa jadi juga
seperti itu. Penampilannya kurang oke gitu kan,
memang banyak factor-faktor yang dapat
mempengaruhi si ibu ini sampai tidak
memberikan ASI kepada bayinya.

RFB 10

Pertama, mungkin pengetahuan tentang


manfaat dari ASI. Kedua, seperti yang
dikatakan tadi karena tuntutan ekonomi dari
ibu-ibu yang bekerja disamping kurangnya
pemahaman sehingga lalai dalam memberikan
ASI itu sendiri.
Nah, pada saaat cuti itu kita bisa memberikan
ASI kan.

RFB 3

RFB 11

RFA 1

RFA 9

RFB 1

RFB 4

RFA 8

Pada dasarnya masih tidak cukup kalau hanya


3 bulan, padahal dalam agama diperintahkan 2
tahun menyusui. Tapi yang utama disini adalah
pemberian yang pertama itu yang terpenting
karena ASI pertama baik untuk kekebalan tubuh
karena mengandung kolostrum. Kemudian yang
kedua adalah untuk mengatasi hambatan dari
tempat kerja itu sendiri bagaimana kita
membangun komunikasi dengan Bos, mungkin
nanti akan ada Perserikatan Buruh yang
dimana Perusahaan bisa memberikan
kelonggaran bagi para Ibu yang menyusui.
Tidak cukup, mungkin harus ditambah.

Mengatur waktu agar bisa memberikan ASI dan


bisa menyediakan ASI perah untuk cadangan
bagi bayi
Sangat bagus dan dapat dijadikan solusi untuk
mengatur waktu bekerja dan memperhatikan
kesehatan anak. Pekerjaan tidak terbengkalai
dan kesehatan anak juga terjamin
Komunikasikan dengan atasan agar kita bisa
meluangkan waktu untuk anak

Nah, tergantung bagaimana cara kita


mengkomunikasikan dengan atasan sebenarnya
dan rasa saling pengertian. Karena memang
disatu sisi ada tanggung jawab pekerjaan dan
disisi lain adanya tanggung jawab untuk
kesehatan anak

80

28. Kira-kira apa Pak bentuk


kebijakan yang diharapkan

29. Apa yang menghambat ibu


dalam memberikan bayinya
ASI EKSklusif.

30. Apa keluhan ibu terkait


dengan pemberian ASI
Eksklusif
31. Apa usaha yang pernah
diberikan untuk mendukung
Ibu dalam memberikan ASI
Eksklusif bagi Ibu bekerja

RFB 8

RFA 2

RFA 10

Kita lihat ibu-ibu terlalu mengabaikan


kebutuhan anaknya karena ada susu sapi itu,
yang gampang untuk dibeli dan anaknya juga
mau, ya walaupun mampu dibeli oleh orang tua
tapi itu kan tidak baik untuk kesehatan
anaknya.

RFB 10

Kalau saya perhatikan ini juga karena sudah


zamannya yang dianggap modern, sehingga
kalau memberikan susu ibu dianggap kuno.
Jadi ibu merasa gengsi dan tidak mau
direpotkan.ini kan tidak baik untuk tanggung
jawabnya.
Mungkin kebanyakan ada juga yang kesal
dengan suami jadi anak juga terkena imbasnya

RFA 2

RFB 2

RFA 3

RFB 1

32. Bagaimana pendapat BapakIbu sekalian tentang ASI


perah?

Kebijakan yang kita harapkan mungkin kalau


dari sisi Undang-undang itu sendiri sudah ada,
Undang-undang dalam dunia kerja dimana
Perusahaan memberikan waktu khusus untuk
Ibu hamil dan melahirkan. Kemudian yang
kedua dari sisi Perusahaan, bagaimanapun
juga kualitas dari pekerjaan itu akan
terpengaruh kalau konsenterasi Ibu terbagi
dengan anaknya, karena persoalan kesehatan
anak bukan hanya memberikan ASI saja tapi
dalam proses perkembangan anak itu juga
sangat rentan dengan penyakit jadi bentuk
kebijakan bisa lebih focus pada waktu yang
diberikan. Dari segi Psikologis juga ibu jadi
tidak bisa konsen
Karena faktor pekerjaan dan harus
menyelesaikan pekerjaan

RFA 4

Memberikan pengertian kepada Ibu agar bisa


menangani anak dalam pemberian ASI secara
teratur tanpa harus mengurangi tanggung
jawab pada keluarga.
Mereka juga ada yang gengsi dan lebih
memilih pekerjaan daripada memikirkan
bayinya, kan ini salah. Secara agama
memberikan susu ke bayi adalah kewajiban dan
ini ada dalam Al-Quran.
Air susu ibu ya untuk bayi dan air susu sapi
untuk anak sapi kan, jadi sudah diberikan juga
aturan oleh ALLAH bahwa, bayi itu diberikan
air susu oleh ibunya sampai berusia 2 tahun.
Ini kewajiban ibu jadi jangan karena alasan
pekerjaan dan kesibukan, kewajibannya
dilalaikan, kan ini berdosa jadinya.
Bagus juga untuk anak, dan misalnya saat anak
kita titipkan ketetangga dan rewel bisa
diberikan ASI perah itu tadi tanpa harus

81

33. Bagaimana pendapat BapakIbu sekalian tentang tempat


penitipan anak selama ibu
bekerja berkaitan dengan
pemberian ASI Eksklusifnya
34. Bagaimana menurut Ibu
tentang tempat penitipan
anak berkaitan dengan ASI
Eksklusif
35. Kalau ibu tidak dapat datang
apa yang harus dilakukan
agar dapat memberikan ASI
kepada anak
36. Menurut Bapak-Ibu sekalian
bagaimana dengan sarana dan
pra-sarana baik yang
disediakan oleh pemerintah
maupun swasta dalam
pemberian ASI Eksklusif
37. Kalau untuk PAUD mungkin
anak usia 3 tahun yang bisa
masuk, tapi kira-kira sarana
dan pra-sarana apa yang di
inginkan kira-kira
38. Selain motor, sarana dan prasarana apa yang diinginkan
dari pemerintah untuk
melancarkan pemberian ASI
pada anak

39. Bagaimana pendapat BapakIbu sekalian tentang kurir


ASI
40. Bagaimana bentuk dukungan
dari suami Ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif
41. Bagaimana bentuk dukungan
dari mertua atau keluarga
anda dalam memberikan ASI
Eksklusif.
42. Bagaimana kalau dari teman
kerja apakah ada bentuk
dukungan yang diberikan
43. Kalau dari pimpinan ditempat
kerja bentuk dukungan yang
penting seperti apa

RFB 9

mengeluarkan biaya untuk membeli Susu


Formula
Kita sebagai orang tua tidak boleh terlalu
mengandalkan orang lain dan harus terus
dipantau. Walaupun dalam keadaan bekerja
juga harus tetap di cek untuk melihat
kondisinya pada saat waktu istirahat
Sepertinya tidak diberikan ASI, kebanyakan
yang saya liat diberikan Susu Formula

RFA 9

Bisa memerah ASI untuk dititipkan di TPA dan


disimpan dalam lemari pendingin

RFA 7

TPA seperti PAUD disekitar lingkungan kerja


atau pojok ASI juga bisa

RFB 2

RFB 7

RFB 11

RFA 4

RFA 1

Mungkin dari kendaraan seperti motor agar


lancer dalam perjalanan yang mengharuskan
untuk kesana-kemari dari tempat kerja menuju
tempat anak
Mungkin berkaitan dengan jalan raya yang
harus bagus, dari sisi peraturan juga
pemerintah itu harus derpihak pada kesehatan
ibu dan anak sehingga harus ada undangundang yang mengatur perusahaan agar bisa
menyediakan fasilitas. Kemudian dana
oprasional untuk karyawan terutama para Ibu
Bagus juga untuk mengatasi kesulitan yang
dialami Ibu bekerja ditempat kerja, jadi bagus
kalau ada kurir yang bisa mengantarkan ASI
Suami akan lebih senang melihat Istrinya
memberikan ASI dari pada Susu Formula

RFB 6

Mungkin memberikan sayur yang sudah matang


itu juga merupakan dukungan untuk Ibu, ikut
membantu menggendong

RFA 2

Memberikan semangat

RFB 11

Mungkin itu tadi memberikan izin pada waktu


yang diperlukan saat menyusui dan
memberikan hadiah kepada karyawan yang
melahirkan sebagai bentuk penghargaan,
karena kalau diperhatikan seperti itu karyawan
juga akan bekerja lebih giat lagi

RFB 3

Kita juga melihat aturan cuti memang kurang


dan hanya 3 bulan, tapi memang itu sudah

82

peraturan pemerintah, jadi tidak dapat dirubah,


hanya saja ibu boleh izin dengan tidak
meninggalkan tanggung jawab kerjanya, itu
saja.

RFA 8

44. Kalau dari tenaga kesehatan


bentuk dukungannya seperti
apa
45. Bapak-Ibu sekalian kaitannya
dengan pekerjaan bagi
seorang ibu, terkadang ada
prioritas dalam pekerjaan.
Kalau menurut Bapak-Ibu
sekalian apa arti penting dari
pekerjaan?
46. Bagaimana pendapat
ibu/bapak tentang ASI
Eksklusif jika dikaitkan
dengan pekerjaan.
47. Baik tidak kalau seorang ibu
tidak memberikan ASI
48. Apa dampak yang Bapak /
Ibu dirasakan jika Ibu itu
tidak bekerja dagi keluarga

49.

50.

51.

52.

53.

Bagaimana seharusnya
sikap seorang Ibu yang
bekerja dalam memberikan
ASI Eksklusif.
Bagaimana kaitannya
dengan peraturan pemberian
ASI dan bagaimana
penerapannya di tempat
kerja
Mengenai hal cuti, apakah
pernah diberikan tidak pada
karyawan
apakah pernah ada
sosialisasi dari dinas
kesehatan, dinas social
terkait dengan peraturan
pemberian ASI itu sendiri.
Apa kebijakan yang pernah
diberikan terkait dengan
kebijakan pada Ibu bekerja

Ini kita swasta, toko kan harus buka terus kita


harus dagang, untuk menyusui bayi, ibu harus
pandai membagi waktu dan kesempatan dong,
tidak bisa libur atau izin terlalu lama. Memang
untuk cuti istilahnya kita beri hanya 1 bulan
saja kan kalau terlalau lama, saya bisa rugi
dan kerepotan nantinya.

RFB 10

Memberikan pengertian tentang pentingnya ASI


Eksklusif untuk bayi

RFA 1

Sangat penting karena untuk menopang


kehidupan rumah tangga dan kebutuhan baik
untuk bayi maupun Ibu

RFB 4

Tidak baik

RFA 9

Tidak baik karena kurangnya rasa kasih sayang


dari Ibu, asupan gizi juga berkurang
Selama suaminya masih mampu untuk
mencukupi kebutuhan mungkin tidak akan
terlalu mempengaruhi, tapi jika sebaliknya
tentu dampaknya akan cukup besar dalam
artian tidak dapat mencukupi kebutuhan
Biasanya Ibu yang menyusui mengurangi jam
kerja yang biasanya satu hari menjadi setengah
hari sehingga kebutuhan anak bisa terpenuhi

RFB 9

RFB 4

RFA 4

RFB 2

RFA 6

RFB 3

Jadi terkadang Perusahaan juga kurang faham


dengan peraturan pemerintah terkait dengan
berapa lama cuti, terkadang perusahaan
kurang faham. Kemudian terkait dengan
pemerintah harus bisa memantau terutama
pada perusahaan-perusahan besar
Pernah, tapi karena tidak bisa mencukupi jadi
Ibu harus tetap bekerja
Tidak ada sosialisasi maupun penyuluhan
terkait dengan pemberian ASI dan memang
belum pernah ada

Hanya diberikan cuti itu saja, kalau untuk


minta izin tidak pernah

83

54.

55.

56.

tentang pemberian ASI


Eksklusif.
Bagaimana peraturan dari
dinas terkait tentang
peraturan dalam pemberian
ASI terkait dengan cuti
Bagainama dengan sangsi
yang ada terkait peraturan
tersebut? Ada tidak sangsi
yang diberikan oleh
pemerintah pada perusahaan
yang melanggar atau
pimpinan yang tidak
memberikan keleluasaan
terkait peraturan tersebut
Apakah ibu/ bapak pernah
tidak mendengar ada sangsi
yang diberikan kepada
pimpinan.

RFA 3

RFB 3

RFA 8

Disini pemerintah belum ada yang menerapkan


peraturan, tapi disini Posyandu dalam
meningkatkan kesehatan anak, menimbang dan
sebagainya tapi kalau untuk penyuluhan terkait
dengan ASI mungkin ada tapi kurang maksimal
Belum ada saya lihat, karena di media pun
belum ada yang saya baca terkait kasus
memberikan sangsi oleh pemerintah terkait
dengan masalah tersebut. Mungkin juga belum
ada laporan dari masyarakat

Belum ada, belum pernah mendengar. Lebih


banyak yang memberi motivasi atau dorongan
kepada IIbu yang menyusui

84

KONTROL PENGOLAHAN DATA KUALITATIF (WAWANCARA MENDALAM)

1.

2.

Pertanyaan
Apa pandangan ibu tentang
pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan

Transkripsi/ Jawaban
P1 : Memberikan ASI eksklusif sangat penting buat anak,
selain untuk lebih mempererat ikatan antara ibu
dan anak juga bisa memberikan daya tahan tubuh
anak menjadi lebih bagus
P2 : Kalau menurut saya sih, sangat penting ASI
eksklusif sebenarnya, Cumakan kadang-kadang
ada beberapa hal yang menyebabkan kita ibu-ibu,
apalagi yang bekerja gk bias ngasih Asi, Cuma
kalau saya sendiri pengennya sih Asi eksklusif gitu.
Cuma kebetulan anak saya yang pertama sama
sekali, bukan sama sekali sih Cuma dia Asi itu gk
nyampe 1 bulan, kalau yang no. 2 ini yang asi
eksklusif saya kasihnya 4 bulan setelah itu saya
balik bekerja
P3 : Kalau menurut saya ASI Eksklusif sangat penting,
terkait dengan system kekebalan tubuh bayi ketika
sudah besar
P4 : Pemberian ASI ekslusif itu artinya memberikan ASI
sampai umur 6 bulan artinya tidak pakai susu
pendamping hanya pakai ASI saja
P5 : Saya pribadi, saya mewajibkan diri untuk
memberikan asi ekslusif. Rasanya gak klop ya
kalau tanpa asi. Jadi, anak pertama anak kedua asi
semua sampai genap 2 tahun. Tapi berhubung saya
kerja, jadi saya pakai formula tambahan untuk
pendampingnya. Untuk menjaga agar ditinggalkan
tidak dalam kondisi lapar kan nanti kalau sudah
pulang baru dikasi asi lagi
P6 : Ya bagus untuk pertumbuhan bayi, tidak mudah
terkena penyakit dan merupakan anugerah
pertama bagi ibu menyusui
P7 : Pandangan saya sih terhadap pemberia ASI
eksklusif adalah ASI eksklusif sangatlah penting
bagi bayi 0 sampai 6 bulan karena, karena asi itu
makanan terbaik bagi bayi dan asi juga dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan pada
si bayi tersebut
P8 : Pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan itu
harus diberikan sebenarnya,karna akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak nantinya
P9 : Lebih bagus ASI ekslusif nggeh karena untuk sisitem
kekebalan tubuhnya

Dari segi manfaat ASI


eksklusif bagaimana?

P1 : Manfaat ASI eksklusif bagi sang ibu bisa mencegah


terjadinya kehamilan, manfaatnya juga bagus
untuk kesehatan anak
P2 : Kalau yang saya rasakan sih kalau untuk anak saya
yang pertama bedanya kelihatan sekali memang
untuk anak saya yang 1 sama yg ke 2 walaupun

85

3.

Menurut ibu, apakah


pemberian ASI eksklusif itu
penting bagi bayi

untuk yang kedua gk nyampe 6 bulan, Cuma


memang keliatan perbedaannya banyak. Kalau
anak saya yang pertama disbanding ama yang ke
dua. Yang pertama cenderung lebih seringg sakit
terutama yang seperti untuk pencernaan kaya
diare, atau pilek, dll. Dia gk secepat kakaknya
kena kalau menurut saya sih begitu
P3 : Untuk manfaat sangat banyak, salah satunya untuk
kekebalan tubuh itu tadi jadi dapat mencegah bayi
dari berbagai penyakit infeksi
P4 : Kalau di lihat dari kandunganya memang sangat
komplit,system pencernaannya
bagus,perkembangannya juga bagus terutama
untuk ibu dan bayi itu seperti ada ikatan batinya
dan juga pada ikatan emosinya
P5 : Untuk saya sendiri secara pribadi badan saya jadi
lebih segar, terasa lebih enak selama memberikan.
Memang ribet ya, memang repot, Cuma ada
kelegaan tersendiri dalam memberikan asi,
kepuasan tersendiri, dan lega rasanya ssudah
memberikan sekalipun gak bisa ngomong apa gitu
selama menimang anak, bisa sambil ngomong ya.
Kadang-kadang capek tu gak ngomong apa apapun
kasi asi rasanya cukup. Kita ngomong dalam hati
aja deh
P6 : Manfaatnya bagus juga. tidak mudah terkena
penyakit dan pertumbuhan bayi bagus
P7 : Manfaat dari asi pertama bisa menjaga kekebalan
tubuh, terus kedua asi juga dapat mencegah
berbagai penyakit dan tidak mudah sakit,terus
yang ketiga asi juga berguna bagi pertumbuhan
dan perkembangan kesehatan anak, dan keempat
asi juga bisa menjalin kedekatan ibu dan anak
secara emosional
P8 : Kalau dari mamfaatnya setau saya sih,karna
didalam ASI itu ada anti bodinya.jadinya bayi itu
akan jarang sakit
P9 : Manfaatnya banyak..untuk kesehatan anak sama
niki menjaga sisitem bodynya.
P1 : Sangat penting, karena kebutuhan nutrisi bayi yang
paling mendasar adalah ASI, bayi apabila
diberikan makanan selain ASI belum cocok jadi
yang paling cocok ya ASI
P2 : Sangat penting, karena bisa memperkuat imun anak.
Yang saya rasakan kalau kita kasih asi eksklusif
sama anak hubungan rasa kasih saying antara
anak sama ibu itu lebih kuat, ya biasanya sih
begitu disbanding yang tidak di kasi asi.
P3 : Sangat penting, karena Yang pertama selain untuk
kekebalan, merupakan salah satu bentuk rasa
sayayang ibu kepada anaknya
P4 : Sangat penting terutama untuk perkembangan anak
dan untuk kesehatan karena semua kandungan ASI
itu semuanya diserap oleh tubuh
P5 : Penting penting penting, alasannya dengan dasar

86

4.

Bagaimana tanggapan ibu


tentang susu formula pada bayi
usia 0-6 bulan

ilmu pengetahuan itu saya jadi tahu bahwa asi


eksklusif itu memberikan manfaat terhadap data
tahan / imunitas tubuh anak-anak
P6 : Penting, Karena bagus untuk perkembangan bayi
dan otaknya
P7 : Penting sekali, karena sudah saya bilang, kalau asi
itu banyak sekali manfaatnya dibandingkan dengan
susu formula, karena asi adalah makanan terbaik
bagi bayi, dan asi juga dapat menc mencegah
berbagai penyakit (suara anak) karna didalam
susu ibu itu terdapat colostrum atau kekebalan
tubuh pada si bayi
P8 : Sangat Penting, karena di dalamnya ada anti body
jadi jarang sakit anak itu dan juga pertumbuhan
dan perkembangannya bagus dibanding anak yang
pake susu formula
P9 : Sangat penting, biar untuk jaga tenaganya juga kan
biar bagus perkembangan anak untuk otaknya apa
segala macem
P1 : Menurut saya, alangkah lebih bagusnya tidak
menggunakan susu formula bila ibunya mungkin
tidak bekerja atau ibu hanya diam dirumah, tidak
perlulah menggunakan susu formula apalagi harus
memperhatikan kebersihan botolnya, kemudian
airnya tapi kalau ASI kan bisa langsung diberikan
P2 : Dibilang gk boleh juga gk sebenarnyakan memang
dianjurkan asi eksklusif tetapi untuk beberapa hal,
misalkan tadi kita bekerja, mungkin ya boleh-boleh
saja, karena suatu alasan tertentu juga Cuma
kalau menurut saya kalau anak dengan formula
kita sebagai ibu harus teliti lagi ya itu tadi, ia
dapat susunya tidak langsung dari si ibu, kan
kebersihannya jadi sangat perlu di perhatikan. Ibuibu itu kan kita kadang-kadang malas untuk yang
mau rebus dulu, bersihkan dulu, kalau menurut
saya sih itu yang penting, gk papa yang penting
anaknya cocok kemudian orang tua sanggup gk
papa tergantung dari keadaan
P3 : Pada dasarnya pemberian susu formula tidak baik
diberikan kepada bayi, mungkin salah satu alasan
diberikan karna ibu juga bekerja. Tetapi jika
memungkinkan lebih baik diberikan ASI Eksklusif
P4 : Tidak bagus,karena bermasalah di system
pencernaan karena bisa menyebabkan mencret dan
berbahanya
P5 : Saya pakai komparasi ya, jadi komparasi antara
anak-anak saya yang pakai dot, susu formula
dengan asi. Tidak ada yang asi saja memang saya
dampingi dengan susu formula. Yang terakhir ini
hanya susu formula saja, anak saya jauh lebih
rewel ya, lebih membangkang gitu lo
P6 : Sebenarnya tidak bagus sih, tapi apa boleh buat
kalau bayi tidak mau
P7 : Menurut saya kalau kita berikan susu formula pada
bayi bahkan bayi itu sangat rentang pada penyakit

87

5.

Menurut ibu, ada tidak


akibatnya susu formula pada
tumbuh kembang anak

6.

Ada tidak beban secara


ekonomi pada saat memberikan
susu formula tersebut, apa
alasannya

dan memang kalau kita berikan susu formula pada


bayi pertumbuhanan, e pertumbuhan dan
perkembangannya sangat baik, (suara anak) tapi
tidak kalah baiknya kalau kita berikan (suara
anak) secara eksklusif
P8 : Sebenarnya susu formula itu hanya alternatif bagi
ibu-ibu yang tidak memiliki ASI atau ASInya
kurang
P9 : Kaitannya sebenarnya sih ndak bagus ya ..lebih
bagus asi.
P1 : Kalau menurut saya, iya. Dari pembuatan susu
formula yang tidak bersih dapat menyebabkan anak
itu sakit , apabila anak itu sudah sakit otomatis
perkembangan dan pertumbuhannya bisa
terganggu.
P2 : Kalau yang tumbuhnya kalau anak saya karena
minum susu, jadi dia makannya yang kurang, kalau
masalah kembangnya sih saya gk ada masalah, ya
itu karena dia banyak susu
P3 : Kalau untuk pengalaman saya sendiri, semua anak
saya alergi terhadap susu formula. Jadi yang saya
lihat dari pertumbuhan yang seharusnya sudah bisa
duduk atau berdiri, karena sering sakit jadi
menghambatnya
P4 : Kalau untuk pertumbuhan sperti yang di alami anak
saya pada pertumbuhanya agak kurang terutama
psikologisnya itu akan lebih keras untuk anak yang
mengunakan susu formula dan berat badanya juga
kurang
P5 : Saya pakai komparasi ya, jadi komparasi antara
anak-anak saya yang pakai dot, susu formula
dengan ASI. Tidak ada yang ASI saja memang saya
dampingi dengan susu formula. Yang terakhir ini
hanya susu formula saja, anak saya jauh lebih
rewel ya, lebih membangkang gitu lo
P6 : Baik-baik saja saya lihat
P7 : Menurut saya kalau kita berikan susu formula pada
bayi bahkan bayi itu sangat rentang pada penyakit
dan memang kalau kita berikan susu formula pada
bayi pertumbuhanan, e pertumbuhan dan
perkembangannya sangat baik, (suara anak) tapi
tidak kalah baiknya kalau kita berikan (suara
anak) secara eksklusif
P8 : Akibatnya gini anak sering sakit kalau dikasi
formula, itu dah batuk pilek itu cepet sekali dapet
P9 : Seperti yang saya rasakan saat ini,anak saya sudah
sakit baru umur 2 bulan setengah,sudah sakit.
P1 : Pada saat memberikan susu formula tentunya ada
beban. Pada saat itu saya sedang sekolah, butuh
biaya untuk membayar kos dan biaya hidup juga
tinggi kemudian diharuskan membelikan susu
formula
P2 : Ya pasti kalau saya, itu pasti apalagi kita tambah
anak ya misalkan kalau sudah anak lewat umur 6
bulan misalkan belum lewat 6 bulan, kalau anak

88

7.

Kaitannya dengan tanggung


jawab pekerjaan yang ibu
rasakan sehingga menyebabkan
ibu tidak memberi ASI
eksklusif bagaimana? Ada
tidak bebannya?

kita pake formulakan pasti ada tambahan biaya


terutama ibu-ibu yang mungkin membiarkan
anaknya dengan susu formula yang berharga
lumayan gitukan.
P3 : Jadi awalnya saya mencoba susu yang paling
murah tetapi anak saya jadi BAB terus. Akhirnya
saya coba dengan susu yang lebih mahal, kalau
saya boleh jujur
P4 : Sangat beban,terutama bebanya saat pembeliannya
yang terlalu mashal dan juga otomatis anak juga
akan benyak kencing jadi biaya untuk pampers nya
juga mahal dan juga kalau tidak memakai pamper
kita capek nyucinyadan kenyamanannya juga
tergangu karena tidak banyak di serap kalau
menggunakan susu formula
P5 : Mungkin setiap orang selalu menganggap setiap
pengeluaran itu adalah beban ya, kalau untuk anak
saya membuang jauh-jauh fikiran bahwa duuhh
harus ini harus itu. Dalam kondisi seperti apapun
saya harus selalu menyiapkan gitu. Dalam ya
bagaimanalah caranya agar susu itu selalu
tersedia
P6 : Sebenarnya kasihan sih, tapi ya karena ekonomi ya
terpaksa
P7 : Ada, disisi lain kan harga susu formula sangat
mahal dan saya merasa risih karna setiap kita
menyediakan dot yang bersih dan harus di stre
sterilkan setiap kali ingin membuat susu, dan bagi
saya susu formula itu tidak (suara anak) baik
karena kekebalan tubuh si bayi kurang dan mudah
sakit dibandingkan dengan susu asi, kedua repot
cara penyajiannya
P8 : Sangat terbebani, karena gaji suami kan gak banyak
ya secukupnya lah.kalau pake beli ASI yaa harus
irit-irit sedemikian rupa supaya dapet beli ini
itu,harus irit
P9 : Sangat berat, karena harga susu dampaknya ke
anak ini susunya aduuhh...ndak cukup ee..berapa
kilo dah satu bulan itu.
P1 : Bebannya ada sih, terpaksa kita berikan karena itu
juga tuntutan pekerjaan, mau sering-sering pulang
juga tidak enak izin-izin terus sama kantor, atasan,
nanti kalau diberikan surat peringatan tidak enak
juga.
P2 : kalo anak saya yang pertama alasannya tidak kasi
ASI eksklusif bukan karena saya nggak mau cuma
waktu itu kebetulan saya bersalin itu kan dalam
keadaan yang dibuat, istilahnya persalinan buatan,
memang saya dulu belum waktunya bersalin tetapi
harus bersalin dan kebetulan waktu itu anak saya
yang pertama itu lahir itu dalam keadaan air
ketuban saya kotor dan masuk ke saluran
pernafasan, akhirnya harus di saction dan tidak
dikasi mimi dulu, tidak langsung ASI
P3 : Sebagai pegawai kita kan harus disiplin dan

89

tanggung jawab, jadi tidak bisa juga sering izin


atau tidak masuk kerja. Yang pertama harus
berangkat kerja pagi, kemudian pulang jam sekian.
Jadi waktunya tidak bisa kita atur. Disamping itu
juga ibu-ibu bekerja itu banyak stresnya, sehingga
produksi ASI itu sedikit
P4 : Sebenarnya dari factor kerja bebanya tidak terlalu
besar, namun factor keluarga dan lingkungan juga
mempengaruhi dan factor setrees juga karena itu
anak pertama dan factor air susu juga tidak keluar
P5 : Kalau saya tidak masuk kerja, pekerjaan saya
semakin menupuk jadinya dan bisa stress nanti,
jadi harus diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
P6 : Sebenarnya kasihan sih, tapi ya karena ekonomi ya
terpaksa.
P7 : Ya memang ada, kalo tidak memberikan ASI karna
menurut saya beban utama (suara anak) adalah
pada si bayi, karena si bayi tersebut lagi
membutuhkan perhatian dalam tumbuh
kembangnya si bayi mba.
P8 : Sebenarnya kalo ASI saya banyak gak ada beban
sih, kalo bisakan kita pake pompa masukin dalam
dot masukin kulkaskan bisa dikasik tapi saya karna
berhubung ASInya yang kurang jadi sedotpun
cuma 2 sendok dapetnya itu terpaksa kasik susu
formula jadinya.
P9 : Pandangannya gitu , karena kita sibuk bekerja nike
jadi ndak terlalu full di kasi asi

90

8.

Apa beban psikologis yang ibu


rasakan karena ibu bekerja
sehingga tidak dapat
memberikan ASI eksklusif
pada bayi

9.

Apa yang menjadi hambatan


ibu sehingga ibu tidak
memberikan ASI eksklusif
pada bayi

P1 : Beban psikologisnya sendiri sih karena kita menjadi


ibu ya tetap ada, itu kan tanggung jawab kita
sebagai ibu , seharusnya bisa memberikan ASI
eksklusif, cuma kan kendalanya itu
P2 : Ya penting, misalkan kalau sekarang-karang aja
misalkan anak saya yang walaupun tidak ASI
eksklusif yang terakhir yang no 2, kalau misalkan
dia nggak menyusui pada malam hari kemudian
saya langsung berangkat kerja dan dia tidak
menyusui lagi saya pasti tidak merasa nyaman
karena, mungkin karena ASI saya masih cukup
lumayan banyak jadi di daerah payudara saya
masih sakit banget, apalagi kalau kita bekerja gk
nyaman harus basah-basah gitu saya sih
merasanya gitu
P3 : Kalau untuk saya sendiri, mungkin karena bekerja
dari pagi sampai siang. Melihat anak itu lebih
dekat dengan bapaknya karna setiap hari ketemu
dengan bapaknya, jadi mereka lebih akrab dengan
bapaknya.
P4 : Sebenarnya berpengaruh,karena kita tidak bisa
memberikan ASI secara ekslusif pada anaak
karena tuntutan ekonomi
P5 : Terasa sekali, saya suka sedih sendiri melihat anak
saya seperti itu aduuh rasanya terenyuh. Ini saja
dibahas rasanya terenyuh Kasian ya anakku yang
ini. Meskipun setiap hari digendong tapi tidak
memberikan asi itu kan diganti dengan dot saja
kan terasa itu
P6 : Ya sedih, kepikiran gitu, ndak seperti anak seumur
dia masih ASI sedangkan dia sudah mimik
formula.
P7 : Iya biasa saja, biasa saja nggak ngasi asi eksklusif
P8 : Ada sih perasaan bersalah karna gak ngasik ASI
itu,tapi bukan maunya kita gak ngasik itu tapi
karna keadaan yaa,kondisi yang tidak mendukung
untuk ngasik kalau sekedar ASI dia nagis ajak
karna ASI sedikit.terpaksa kasik susu formula baru
dia tenang
P9 : Ya bebannya kasian juga ya kerena kita kasi trus
iitu apa formula , jadi ndak netek sama kita ,
paling malem baru dia netek gitu
P1 : Hambatannya itu ya karena pekerjaan itu, pada saat
itu juga sedang sakit, saat anak saya umur 2 bulan
saya opname karena saya kekurangan kalium,
kalau memberikan ASI kan harus membutuhkan
nutrisi yang banyak sementara saya mengalami
kekuranga kalium, jalan satu-satunya ya dengan
memberikan susu formula
P2 : Ya saya sebenarnya tahu ASI eksklusif penting, tapi
kita kan bekerja dari pagi sampai siang kadang
sore, capek, jadi malas kita nyusuin dan anak saya
sudah biasa minum susu dot, jadi ndak mau nyusu
disaya.
P3 : Hambatan pemberian salah satunya karena

91

10. Dari segi dukungan, menurut


ibu dukungan apa yang penting
untuk ibu sehingga menunjang
keberhasilan pemberian ASI
eksklusif?

pengaturan waktu yang tidak efektif, yang


seharusnya kita mengurus bayi tapi kita harus
bekerja diluar
P 4: Kalau ASI terus sepertinya susah mbak, karena
saya kan repot dan sibuk, harus kerja, jadi pilih
yang praktis dan mudah saja gitu, supaya semua
bisa jalan maksudnya.
P5 : Banyak hambatan ya, kita masuk dilingkungan
bekerja itu kan ada aturan-aturan harus kita ikuti.
Tidak mungkin setiap saat kita akan pulang,
sebentar ya pergi menyusui. Kecuali jika saya
pimpinannya. Atau ada tempat penitipan anak
yang bisa kita pakai sewaktu-waktu
memperbolehkan kita, ada undang-undangnya, ada
peraturannya, ini tempat-tempat titip anak, nanti
dari jam sekian sampai jam sekian bisa khusus
untuk ibu-ibu menyusui bisa diberikan waktu untuk
menyusui. Misalnya seperti itu, mungkin saya akan
pakai itu. Kesempatan itu akan saya pergunakan.
Cuman kita 1 jauh. Saya di Lombok tengah kerja di
mataram. Tidak mungkin setiap hari bisa terbang
kan. Kalau ingin ya ingin memberikan. Yang kedua
ya aturan. Kalau misalnya rumah saya disebelah
kantor aturannya saya tidak boleh keluar setiap
waktu, tidak mungkin saya kasi
P6 : Ya karena ekonomi juga
P7 : Ndak bisa kita beri ASI terus, apalagi harus diperes
tadi mbak bilang itu, tidak banyak dapatnya,
padahal bayinya butuh susu banyak, ya kita
tambah dengan susu formula saja supaya cukup.
P8 : Sepertinya kalau orang kerja itu waktunya sama ini
di tempat kerja pisikiskan mempengaruhi
reproduksi asi gitu,jadinya kalau dia kerja capek
setres bekerja
P9 : Hambatannya waktu aja, Waktu..jadi kita ngasi
asinya , Asinya harus cepet kalau ndak kan waktu
kerja kita kan telat , namanya juga kita diantar
jemput.
P1 : Mungkin kalau dirumah ada neneknya dan bibinya,
dukungan yang saya inginkan mereka dapat
maksimal dalam merawat anak-anak, misalkan
dalam memberikan susu formula ini, sebelum saya
berangkat ke kantor saya buatkan dulu susuny,
saya steril dulu botolnya kemudian tinggal
diberikan nanti oleh neneknya.
P2 : Mungkin ya kalo memang bisa, mungkin dari
institusi sendiri bisa memberikan satu tempat
khusus, daeraah khusus untuk menyusui. Mungkin
misalkan nantinya kalo gk sempat pulang, minta
dibawakan bayinya ada tempat khusus yang kita gk
merasa risih ataupun mungkin ibu-ibu yang
memerah, jadi ada tempat yang nyaman gk harus
kekamar mandi, jadi kalo saya pas merah di kamar
mandi itu saya kurang giman gitu rasanya. :
P3 : Kembali seperti yang tadi untuk diberikan waktu

92

11. Menurut ibu, kenapa sering ibu


bekerja itu gagal memberikan
ASI eksklusif?

cuti yang lebih lama sampai dengan waktu


pemberian ASI Eksklusif selesai
P4 : Untuk dalam pekerjaan saya harap mendapatkan
cuti yang lebih panjang dan juga belajar mandiri
dari keluarga karena itu juga pencetus kita
menjadi bingung dalam pengambilan keputusan
dalam merawat anak
P5 : Tenaga ya, tenaga dalam artian tenaga saya
pribadi dan tenaga dari orang lain dirumah.
P6 : Ya . . . membutuhkan bantuan kurir atau memompa
terlebih dahulu air susu kita sebelum berangkat
bekerja dan menaruhnya di dalam frizer
P7 : Dukungan seperti penuluhan ato penyuluhan dari
tenaga kesehatan bagi ibu yang tidak bisa ato sulit
memberikan asi (suara panggilan) demi
kelancaran dan keberhasilan pemberian asi
eksklusif pada bayi 0-6 bulan.
P8 : Apa ya ? yang baik-baik lah.jangan bikin setres
maksutnya jangan menyinggung hati kita lah apa
atau bagemna karna kalo kita sosialisasi kan
pisikis pendukung reproduksi ASI
P9 : Saya kepingin didukung sama suami, biar terus
diberi asi tapi ya gimana ..karena kita ekonominya
kurang ya terpaksa kita harus keluar.
P1 : Ya karena tuntutan pekerjaan, jam sekian harus
sudah di kantor. Kita telat saja menjadi bahan
masalah apalagi sering tidak dating, telat sedikit
saja kita tidak enak, jadi omongan.
P2 : Mungkin karena itu tadi karena tuntutan, tanggung
jawab
P3 : Sebenarnya jika ada keinginan, bisa kita
memberikan ASI Eksklusif
P4 : Mungkin karna factor pekerjaan yang terlalu sibuk
dan juga di kasi istirahat Cuma 2 bulan itu
menyebabkab pemberian ASI tidak maksimal
P5 : Nah itu dia, karena banyak factor yang salah
duanya bukan salah satunya ya. Yaitu Karena
jarak bekerja dengan rumah, kemudian aturanaturan, sekalipun tadi ada solusi pernah saya baca
disebuah media ibu itu tetap memberikan asi
eksklusif, mungkin disini ada contoh yang begitu
kalau tidak salah, yang tetap memberikan asi
perah yang disimpan di freezer kemudian
diberikan. Jadi tetap mendapatkan asi.
P6 : Ya karena dia, kenapa ya, karena dia jarang mau
netek trus dia suka sama susu formula ya akhirnya
saya bekerja, itu aja.
P7 : Karena faktor utamanya adalah kesibkan bekerja
dalam berkarir (suara anak), terus kedua waktu
untuk menyusui terbatas.
P8 : Karna seperti sebelum-sebelumnya saya katakan
lagikan waktu,pekerjaan yang terlalu menumpuk
itukan yang bikin stress mungkin .
P9 : Na karena mungkin pada males begini sudah
..males memberikan anaknya asi kan ya kayak

93

12. Mengenai wanita karir dan


keluarga bagaimana pendapat
ibu tentang itu

katanya bu sophi tadi ,capek lupa urus anak gitu.


P1 : Sebagai wanita karir harus tetap mengutamakan
keluarga karena bagaimanapun kita perempuan
hanya sebagai pemberi nafkah tambahan saja.
Tapi karena sudah terikat kontrak dengan instansi
tempat bekerja juga tidak boleh semena-mena.
Keluarga tetap diutamakan, caranya mungkin yang
harus disiasati seperti apa.
P2 : Karir gimana ya, wanita karir wanita berkarir, kalo
menurut saya sih boleh-boleh saja, asalkan yaitu
tadi keluarga dan anak khususnya tetap dapat
porsinya, perhatiannya tetap dapat, jadi gk
masalah sih kalo menurut saya wanita karir cuma
jangan terlalu, karenakan pada hakekatnya wanita
senarnyakan tidak memiliki kewajiban untuk
berkarir mungkin untuk mengisi waktu luang atau
memang karena kebutuhan tetap kalo menurut saya
keluarga ya tetap no 1.
P3 : Wanita karir itu sebenarnya rugi, karena ibu rumah
tangga pada dasarnya dituntut bekerja dirumah
untuk mengurus anak, rumah, suami dan akan
mengurangi beban pekerjaan. Justru dengan
bekerja diluar kita menambah beban pekerjaan itu
sendiri, tapi untuk alasan mengapa harus bekerja
mungkin karena ada hal-hal urgen yang dimiliki
P4 : Kalau dalam keluarga wanita karir adlah wanita
yang hebat di samping harus mengurus anak juga
harus bekerja dan harus bisa juga memenuhi
kebutuhan keluarga
P5 : Kalau bisa seimbang dan berjalan secara
beriringan ya Alhamdulillah, karena menjadi
wanita karir tidak artinya semua waktu diluar
rumah tapi mempunyai sebuah pekerjaan yang
tetap dan terus eksis disitu itu pandangan saya
tentang wanita karir tapi keluarga tetap ada dalam
lingkup kehidupannya sehari-hari menjadi
prioritas, orang ibu itu bekerja pun kadangkadang, bukan kadang-kadang tapi sering sekali
karena alasan kebutuhan dirumah ya kan, jadi mau
tidak mau dia harus bekerja
P6 : Wanita karir itu, wanita yang ingin membantu
kebutuhan keluarga
P7 : Ya, wanita karir menurut saya adalah wanita yang
sangat menunjang perekonomian keluarga dan
keluarga adalah waktu yang sangat singkat
dibandingkan dengan wanita karir, dan menurut
saya adalah keluarga adalah hidupku
P8 : Wanita karir itu bagus juga, tapi harus seimbang
antara pekerjaan dan keluarga. Jangan mentangmentang bekerja terus keluarga di telantarkan
begitu saja seperti i ni sudah capek kerja sampek
rumah aaaa capek tidur harus seimbang duaduanya
P9 : Pendapatnya ya sebenernya kalo bisa sih harus ini ,
tapi ada dukungan dari suami kita bekerja terus

94

13. Kalau dukungan dari suami,


apa yang ibu harapkan

disebelahnya harus inget keluarga


P1 : Suami kan tidak bekerja full time dikantor karena
dia bekerja di lapangan, mungkin pada saat saya
tidak dirumah dia juga memperhatikan anakanaknya
P2 : Kalau suami saya sebenarnya dia sangat
mensupport untuk ASI eksklusif, sangat-sangat
kalau suami saya bahkan dia yang selalu anu aja
perah anu lagi ASI nya, ini lagi Cuma ya ini itu
kadang-kadang awal-awal umur 1, 2, 3 bulan
masih cape-capenya kita kan untuk malam yang gk
bangun sayanya yang lemah, kalau suami saya
selama ini untuk anak pertama dan kedua
walaupun ana yang pertama tidak mendapat ASI
eksklusif suami saya tetap. Sebenarnya suami saya
sangat mensupport Cuma lagi-lagi sayanya gk bisa
mengatur waktu, sehingga ssaya mungkin merasa
cape gitukan sehingga gk sempat mungkin begitu,
kalau suami saya dia selalu support, bahkan dia
kalau saya anu sedikit misalnya terlalu banyak kasi
dot yang rewel gitu
P3 : Kalau untuk saya sendiri karena anak-anak lebih
akrab dengan bapaknya, jadi untuk minum susu
dan makan mereka cenderung kebapaknya. Dan
karena kita sama-sama bekerja jadi harus saling
membantu
P4 : Suami harus bisa membantu mengurus rumah
tangga dan mengasuh bayi agar kita juga merasa
senang karena suami kita memperhatikan.
P5 : Ya mendukung kerja dan mendukung dirumah, tidak
terlalu banyak tuntutan, ya kita saling bertoleransi
lah, telaransi kalau kondisi istri bekerja terus
pulangnya juga harus mengurus anak itu pasti itu
ya kayaknya dimana-mana ibu Indonesia itu begitu
keluarga lagi sibuk lagi dari bangun subuh sampai
tengah malam ngurus dot ngurus ini belum ngurus
suami, jadi saling bertoleransi lah kalau capek ya
ada waktu istirahat bergiliran misalnya jaga anak.
P6 : Ingin selalu didukung lah.
P7 : Kalau dari suami sih menerima dan memahami
proses pemberian asi kepada anaknya tidak
eksklusif dan selalu memberikan asupan gizi
melalui susu formula
P8 : Bantu-bantu nyuci, bantu jaga anak ketika saya
mandi atau nyuci seperti itu
P9 : Saya kepingin didukung sama suami, biar terus
diberi asi tapi ya gimana ..karena kita ekonominya
kurang ya terpaksa kita harus keluar

95

14. Kemudian dari mertua,


dukungan apa yang ibu
harapkan

15. Kalau dari keluarga lain


bagaimana ?

P1 : Kalau dari mertua tanpa saya harapkan pun dia


sudah memberikan perhatian yang sangat luar
biasa, bahkan dia juga tidak mau cucu-cucunya
diasuh leh pembantu, jadi dia sangat maksimal
sekali dalam membentu merawat anak-anak
dirumah.
P2 : Kalo mertua saya kan jauh dan waktu saya, apa ya
kalo mertua saya tetap dia selalu mensupport dia
selalu bilang ini, misalkan saya harus makan apa,
biar ASI saya banyak.
P3 : Menganjurkan untuk memberikan susu dot atau
formula itu tadi bu, karena katanya agar anak
tidak rewel. Kalau anak terbiasa diberi ASI nanti
susah memberikan susu formula seperti itu kata
beliau
P4 : Untuk memberikan pengarahan atau komunikasi
yang lebih bagus
P5 : Saya tidak bisa menyatakan saya butuh dukungan
apa karna mereka fine-fine saja, kasi asi. Oh
malah mereka memberikan apa istilahnya saya
malah dikritik. Kok gak dikasi asi kasian dong
anakmu, sebagian besar terutama ibu saya bapak
saya. Kasian tuh anak kok gak dikasi asi. Sudah ini
obatnya sudah minum, ini makan, dukungannya
sangat besar malah, saya diberikan sayuran apa,
malah dalam kondisi mateng, ini supaya asi mu
lancar, ini supaya asi mu bisa keluar, saya bilang
saya butuh, mereka sudah memberikan gitu lo
P6 : Ya Selalu memberikan dukungan agar rumah
tangga rukun dan aman.
P7 : Yang saya inginkan adalah memberikan leluasa ato
kebebasan dalam memberikan asi.
P8 : Kalau dari mertua di pijitin ini punggungnya. Kata
bidankan di pijit-pijit biar ASInya banyak keluar,
makanya di pijit sama mertua
P9 : Ia dukungannya sama gini dah kayaktadi saya
ngomong itu biar dukung untuk keluaraga gitu
,jaga anak lah ,bantu-bantu jaga anak
P1 : Kalau keluarga lan tidak ada, dari suami dan
mertua saja.
P2 : :Palingan kalo kami sih kumpul-kumpul paling ini
aja sih sering-sering aja. Bagaimana gitu kalo ini
gk mau mimi, bagaimana caranya gitu-gitu aja sih
P3 : Kalau dari keluarga, saya berharap bisa dibantu
dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, dan
menjaga anak-anak untuk mengurangi beban
psikologis juga
P4 : Mungkin hanya membutuhkan pehatian seperti
dukungan dan motivasi tapi tidak menjastis
P5 : Saya tidak bisa menyatakan saya butuh dukungan
apa karna mereka fine-fine saja, kasi asi. Oh
malah mereka memberikan apa istilahnya saya
malah dikritik. Kok gak dikasi asi kasian dong
anakmu, sebagian besar terutama ibu saya bapak
saya. Kasian tuh anak kok gak dikasi asi. Sudah ini

96

16. Kalau dari teman kerja apa


dukungan dan support yang
diberikan

17. Kalau dari tokoh agama atau


tim PKK pernah tidak ibu
mendapat support atau
dukungan apa yang ibu
harapkan.

obatnya sudah minum, ini makan, dukungannya


sangat besar malah, saya diberikan sayuran apa,
malah dalam kondisi mateng, ini supaya asi mu
lancar, ini supaya asi mu bisa keluar, saya bilang
saya butuh, mereka sudah memberikan gitu lo.
P6 : Ya selalu mensupport lah.
P7 : Memberi motivasi dalam menunjang karir
pekerjaan .
P8 : Selama ini di perhatikan misalnya dibeliin apa
tablet buat susu
P9 : Nggeh sama pengen di dukung gini dah karir sama
keluarga aja kita kepingin di dukungan gitu kayak
apa
P1 : Kalau dari teman-teman yang sudah menikah
biasanya mengerti ya mereka memberi dukungan,
disuruh pulang saja bagi yang menyusui. Jadi kan
bisa lega juga pulangnya
P2 : Kalo rekan kerja sebagian besar memang, tetapi
gini, sebenarnya saya lihat kalo teman-teman di
kantor saya tau sebenarnya mereka semua ada
keinginan untuk ASI eksklusif bahkan ada salah
satu teman yang bu widya itu dia bahkan bolak
balik, bolak balik hanya untuk menyusui gitukan,
kami sangat iri sekali tapi memang posisinya jarak
dari rumah sangat dekat di samping ya jadi
memungkinkan untuk mobilitasnya cepat, bolak
balik gitu, sebenarnya kami di kantor kalo saya
rasa bagi ibu-ibu yang punya bayi sebenarnya
pingin cuman kembali lagi ya itu
P3 : Kalau dari teman-teman karena rata-rata
memberikan susu formula juga kepada anak
mereka. Untuk bentuk dukungan ada, tetapi tidak
secara langsung. Mereka hanya memberikan
informasi tentang susu formula yang menurut
mereka bagus itu yang lebih sering
P4 : Tukar informasi bagi teman yang mempunyai anak
lebih dari satu dan menjelaskan teknik atau cara
agar ASI keluar dengan lancar
P5 : Dari rekan kerja ya, hal biasa rasanya jika kita
membicarakan tentang memberikan asi kecuali jika
tidak memberikan asi malah pergi jalan-jalan ya
lain cerita. Mungkin jadi gunjingan
P6 : Memberikan dukungan juga
P7 : Kalo dari teman sih, semoga ini,kelancaran untuk
mencapai apa yang saya inginkan dan berdoa juga
P8 : Dukungan moril aja kalu bisa materi di kasi hahaha
kalau bisa materi di kasi
P9 : Yah suportnya paling nanyain kesehatan anak-anak
aja seperti itu.
P1 : Kalau dari mereka sih jarang karena kita kan
tinggal di perumahan jarang dengan masyarakat
social.
P2 : Kalo saya sih di rumah itu, mungkin karena saya
jarang ikut ini ya, karena kan kegiatan posyandu
itukan pagi, pas kerja jadi kalo kadang-kadang

97

18. Kalau dari tenaga kesehatan


kebetulan ibu juga kan dari
kesehatan juga

saya sempat ya mungkin saya kalo saya sempat,


saya hanya antar anak saya timbang nah setelah
itu langsung saya tinggal gitukan, geh saya jadi gk
sempat untuk yang lama-lama gitu
P3 : Dari kelompok PKK belum pernah, tapi dari tokoh
agama pemberian ASI sangat dianjurkan. Karena
katanya ibu yang mengurus anaknya, menyiapkan
makanan untuk anak tanpa harus membeli, anak
itu akan lebih berbakti kepada orang tuanya
P4 : Memang selama ini tidak pernah orang PKK dating
ke rumah saya dan sayamengharapkan dukungan
seperti bagaimana cara memberikan ASI yang baik
apalagi saya baru mempunyai anak pertama dan
kurang pengalaman
P5 : Kebetulan saya tidak aktif di lingkungan yang
seperti itu jadi mau bilang apa ya
P6 : Apa ya . . .
P7 : Tidak ada
P8 : Kalo saya sih, dapat memberikan program
tambahan pada ibu yang tidak memberikan asi
eksklusif pada bayi
P9 : Suportnya yang kepingin saya anuk biar di suport
saya untuk pemberian asinya harus di suport tapi
gimana karena kita sibuk bekerja jadi ndak ada
yang urus gitu-gitu
P1 : Ya sangat menganjurkan untuk memberikan ASI
eksklusif tapi ya memang kondisi yang tidak
memungkinkan
P2 : Kalau menurut saya karenakan banyak ya terutama
swasta-swasta mereka tidak inisiasi menyusui
dinikan kadang-kadang seperti itu IMD nya ya,
harapan saya mau kita yang bersalinnya
dimanapun, karena kan kebetulan teman itu
kemarin kan melahirkan padahal dia itu
riwayatnya dari anak pertamanya itu dia menyusui
ASI eksklusif itu sampe umur 2 tahunkan baru yang
disapinya umur 1 tahun lebih, itu dia eksklusif dia
P3 : Disetiap rumah sakit menuntut pemberian ASI
Eksklusif, tapi nyatanya jika ASI ibu tidak keluar 12 hari mereka menganjurkan untuk memberikan
susu formula
P4 : Intinya saja sepeti informasi cara cara tekhnik
menyusui yang benar itu seperti apa,memberikan
penyuluhan
P5 : Biasanya lewat penyuluhan
P6 : Ya penting sekali, karena dia adalah buah hati saya
dan suami
P7 : Memberikan ini pelayanan keehatan secara rutin,
terus kedua melakukan penanganannya terhadap
bayi, terus ketiga memberikan asupan gizi
tambahan terhadap bayi
P8 : Gak ada,Cuma dia bilang makan-makanan yang
mengandung apa yang bisa menunjang reproduksi
asi gitu ajak.
P9 : Untuk pemberian asinya ya kita harus dikasi

98

19. Kalau support dari pimpinan


bagaimana bu

20. Dari segi sarana dan pra


sarana, kalau menurut ibu di
tempat kerja perlu tidak adanya
TPA (Tempat Penitipan Anak)
atau tempat pemberian ASI

makanan yang bergizi-bergizi gitu kali gitu biar


banyak asinya , jadi dukungannya harus di suruh
makan ini-makan ini.
P1 : Diberikan cuti hanya 2 bulan tapi masih kurang
karena ASI eksklusif kan harus 6 bulan
P2 : Ya itu tadi disediakan tempat, harapan nya sih biar
bisa disediakan tempat
P3 : Mungkin cutinya lebih lama dan untuk jam kerja,
khusus untuk ibu yang memberikan ASI Eksklusif
bisa diberikan kelonggaran waktu
P4 : Saya harapkan di berikan pengertian kalau kita
mempunyai anak yang membutuhkan ASI ekslusif
di berikan waktu kerja yang lebih fleksibel dan
kelonggaran dalm pekerjaan
P5 : Hhmm, kalau berbalik kepada asi eksklusif yang
artinya tidak atau tanpa susu formula tambahan,
kalau disini di lingkungan sekolah kayaknya sulit
ya, ya sulit untuk memberikan kelonggaran setiap
jam harus pulang, harus pulang memberikan asi.
Ya mungkin kalaupun diadakan ada tempat
penitipan anak pun akan sulit juga, akan banyak
kendala seperti jarak tempuh si bayi ke kantor itu
P6 : Dukungannya sih yang baik-baik saja, yang penting
kerjaan kantor selesai dan tanggung jawab
sebagai istri dan ibu selesai
P7 : Dukungan yang bisa membangkitkan
menggairahkan kerja bagi saya
P8 : Kalau atasan sih materi hehehe
P9 : Kepingin asinya harus tetep di suruh misalnya di
suruh pulang gitu biar ngasi asinya tapi gak ada
gitu
P1 : Sangat perlu, karena itu sangat menunjang, buat
kita tenang juga saat kita bekerja, begitu anak
butuh ASI kita tinggal jalan sedikit sudah sampai,
tidak perllu banyak waktu. Itu sebenarnya sangat
penting kalau memang ada
P2 : Disediakan pojok ASI
P3 : Menurut saya sarana yang disediakan sudah cukup
mendukung karena sudah ada pojok ASI yang di
sediakan
P4 : Yang saya harapkan di dekat kantor di sediakan
tempat untuk penitipan anak ada yang menagsuh
walaupun kita bayar setidaknya nanti kita bisa
lihat anak karena lokasinya yang dekat dan ada
tempat di sediakan untuk menyusui (Pojok ASI )
P5 : Yes, ya mungkin itu dia. Mungkin ya untuk sebagian
orang yang memberi itu ada tempat khusus
ruangan yang sekarang kan ada itu sedang
diusulkan oleh DPR RI, anggota bagi untuk ibu-ibu
yang ada ruangan khusus untuk menyusui.
P6 : Ya, tidak mudah sering macet aja gitu
P7 : Kalo dari sarana (suara anak) mungkin,
memberikan alat untuk pemerah susu yang cepat,
cara proses keluarnya asi, terus dari segi
prasarananya mungkin ibu bisa menyiapkan waktu

99

21. Bagaimana pendapat ibu


tentang kesehatan bayi

dan memberikan perhatian kepada si bayi.


P8 : Sarana pompa ASI
P9 : Harapkan ya gini kayak tadi biar tumbuh
kembangnya baik
P1 : Kesehatan bayi itu sangat penting, apalagi di tahun
pertama itu sangat rentan sekali dengan masalah.
Karena mereka sangat butuh perhatian sekali pada
usia 1 tahun pertama itu
P2 : Penting sekali kalo menurut saya karena mulai bayi
itu kita bisa mempersiapkan anak kita menjadi
tumbuh kembang yang baik kalo menurut saya gitu.
P3 : Kesehatan bayi itu harus sesuai dengan tumbuh
kembangnya, seperti anak sudah bisa duduk dan
kesehatan anak itu sangat penting
P4 : Pentingnya akan membantu pertumbuahan dan
perkembangan anak terutama perkembangan
otaknya,kalau anak itu sehat maka cepat
perkembanganya
P5 : Oo penting sekali. Sangat penting. Anak sehat,
bahagia, itu tandanya orang tuanya siap menjadi
orang tua gitu atau peduli apalagi bahasanya yang
lain ndak lalai (care) kadang-kadang kita cerewet
orang tua tempat menitip anak tempat
menitipkannya itu bsa sembarangan. Tetap saja
akhirnya yang salah orang tua juga, ah lu sih pilih
orang begini, yang bantuin seperti ini, udah tau
kemproh masih dipekerjakan misalnya, orang tua
lagi yang salah, sakit, diare, karena makan sesuatu
yang diberikan si bibi misalnya, tetep aja saya
yang salah, aduuuhh bisa nggak tapi ngga
semudah itu cari orang baru yang bisa peduli
semuaaa kebutuhan si anak seperti ibunya itu gak
mungkin kan ya, jadi anak sehat biasanya ibunya
itu cerewet lah ya. Cerewet terhadap yang bantuin.
Gak boleh ini gak boleh itu, gini gini gini gini.
Seperti apa yang supaya anak itu aman. Jangan
sampai anak kena barang panas kan sakit, nangis
jadi sehat nomer satu.
P6 : Ya penting sekali, karena dia adalah buah hati saya
dan suam.
P7 : Arti penting kesehatan bayi dan anak bagi saya
adalah suatu yang berharga bagi kenyamanan
untuk berkeluarga yang sangat-sangat berharga.
P8 : Penting skali sih kesehatan anak, kaerna anak kan
titian ilahi jadi kita harus memberikan yang
terbaik untuk dia.
P9 : Ya penting kan karena kesehatan anak kita yang
menunjang juga dri ibu , dan dari makanannya apa

100

22. Bagaimana perasaan


ibu ketika tidak
memberikan ASI
eksklusif pada bayi

23. Apa usaha yang ibu


katakana untuk
memberikan ASI
eksklusif

P1 : Perasaannya miris ya, kenapa saya tidak bisa memberikan?.


Sebenarnya sih ingin memberikan Cuma kan kendalanya ya itu
tadi. Banyak sekali.
P2 : Gimana ya, dibilang iya tetap sebenarnya, kalo dibilang gimana
tetap saja ibunya salah, ya. Cuma ya itu tadi lah alasannya
tetap kalo kita mau bilang salah ya pasti salah.
P3 : Tidak sempat, disamping produksi yang sedikit tapi jika sering
diberikan lama-kelamaan akan mnjadi bnyak juga produksi ASI
nya. Hanya tidak ada kesempatan saja sih sebenarnya
P4 : Sangat berasa bersalah karena meras menjadi ibu yang tidak
sempurna
P5 : Perasaannya ya, saya tidak punya perasaan apapun itu wajib
saya harus ngasi sesuatu yang lain. Mau merasa bersalahpun
kondisi akan terus seperti ini. Itu ya
P6 : Sebenarnya kasihan sih, tapi ya karena ekonomi ya terpaksa
P7 : Merasa apa namanya, pertama saya merasa gagal dalam
memberikan hak bagi seorang bayi, terus kedua merasa
bersalah dan merasa berdosa, iya itu sih
P8 : Waktu yang pertama waktu, kecapean,kecapean jadi kanyak
yang tadi itu pulang bekerja,karna kecapean tidur ajak kasik
formua tidur hahaha
P9 : Kasihan anak kita kan ndak di kasi asi itu
P1 : Pulang lebih cepat, memberikan ASI walaupun sudah diberikan
susu formula tapi kan kasihan ASInya dibuang begitu saja
P2 : Kalo yang air susunya banyak saya rasa diusahakan untuk di
pompa sebanyak-banyaknya, susuh perah. Tapi kadang-kadang
ibu-ibu banyak yang gk tau caranya itu mungkin yang
menyebabkan kebingungan takut atau gimana
P3 : Dari penyuluhan yang pernah saya dengar, untuk pemberian
ASI Eksklusif dapat dilakukan oleh ibu bekerja dengan cara
melakukan susu perah karena ASI dapat disimpan dalam
lemari pendingin. Tapi mungkin karna stress jadi produksinya
sedikit sehingga yang diperah juga sedikit, sehingga tidak
maksimal
P4 : Pernah,mungkin karena awalnya sudah salah anak menjadi
bingung putting beda dengan susu formula anak lebih senang
karena rasanya yanglebih manis sudah di coba sampai 2
bulanan anaknya mau tapi cepat enagis mungki karena kurang
puas karena ASI yang keluar juga sedikit
P5 : Untuk rentan waktu yang pendek itu? Rentang waktu yang saya
berikan kepada anak saya selama cuti saja ya, selama cuti
jadinya kan? Tanpa adanya campuran susu formula, saya
makan yang memang harusnya dimakan ibu-ibu menyusui,
istirahat yang cukup, sering memberikan katanya teorinya,
sering memberikan asi akan memicu produksi asi menjadi lebih
banyak kan
P6 : Pergi ke orang pintar, itu dibacain apa itu biar terus dianuk
susu kita udah 2 kali tapi sayang ndak mau.
P7 : Pertama usahanya seperti memakan makanan yang sangat apa
namanya? Memakan makanan yang membuat merangsang
agar air susu cepat keluar dan banyak, terus kedua harus
minum yang banyak supaya air susunya keluar, ketiga membeli
alat-alat pemerah susu terus keempat melakukan rangsangan
dan memberikan bayi untuk menyusu secara berkala.
P8 : Terus menerus saya berikan ASI ditunjang makanan-makanan

101

24. Menurut ibu pekerjaan


ibu penting tidak

25. Kalau ibu tidak


bekerja dampak yang
ibu rasakan bagi
keluarga

yang menunjang produksinya.


P9 : Tak perah ngfgeh tak perah bawa pulang , kasi mbahnya suruh
bawa pulang
P1 : Ya penting sih, selain untuk menambah pendapatan dalam
keluarga kita juga bisa bersosialisasi dengan teman-teman,
kalau diam sendiri dirumah kan cepat bosan, gampang stress,
ada masalah sedikit cepat tersinggung karena tidak ada
aktifitas
P2 : Ini konteks dalam pekerjaan tanggung jawabnya saja ya bukan
maksud saya apa yang kita dapat dalam pekerjaan bukan kan
P3 : Kalau kita sebagai seorang ibu, pekerjaan diluar itu tidak
terlalu penting sih menurut saya, kecuali ada beberapa hal
yang sudah saya katakana tadi. Tapi sebenarnya kalau suami
sudah bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, kita sebagai
ibu tidak perlu bekerja diluar.
P4 : Untuk menunjang ekonomi terutama u tuk mas depan anak yang
lebih baik dan bisa sekolah tinggi
P5 : Penting sekali, ya kalo kayak seperti yang sudah saya singgung
di awal tadi juga untuk kehidupan anak-anak saya juga,
penting untuk tabungan mereka juga, bekerja juga untuk
mereka. Satu kebutuhan untuk saat ini, dua untuk kebutuhan
mereka kelak, kalau ada yang bisa kita sisihkan untuk mereka,
Cuma untuk anak-anak semua untuk anak-anak. Nggak cuman
untuk saya saja saat ini
P6 : Penting sekali karena dapat membantu kebutuhan keluarga
P7 : Kalo pentingnya pekerjaan bagi saya adalah kewajiba sangat
penting sekali itupun kewajiban karena dapat menunjang
perekonomian keluarga
P8 : Sangat penting lah kan dapat menunjang prekonomian keluarga
nambah uang jajan hehe
P9 : Ndak, prioritas diantara dua itu pilih salah satu mba atik
,prioritas kan ndak boleh dua
P1 : Pekerjaan penting tapi anak juga penting, saya bingung juga
ini, cuman kita butuh mempersiapkan masa depan untuk anak,
terpaksa ada yang dikorbankan, tuntutan kebutuhan juga kan
ini.
P2 : Pastinya saya agak sedikit kebingungan ya dalam arti saya
mengatur pemasukan atau pengeluaran, ya itu tadi karena
kembali lagi saya tidak bekerja, misalkan anak saya butuh
dibelikan susu misalkan begitukan dalam posisi misalkan tidak
mencukupi dari suami saya pasti saya akan kebingungan dan
kedua kalo saya tidak bekerja terusterang saya merasa tidak
nyaman saya bukan tipe orang yang senang diam gitu ya saya
P3 : Karena sedah terbiasa diluar, jadi ada rasa jenuh juga kalau
tidak bekerja
P4 : kalau tidak bekerja maka kebutuhan sehari-hari tidak akan
terpenuhi
P5 : Ada dong besar. Banyak dong dampaknya. Besar dong
dampaknya.
P6 : Ya . . . gajinya segini, sedangkan anak membutuhkan susu yang
banyak, membelikan pampers gitu, belanja
P7 : Yang saya rasakan adalah merasa bosan dan risih terhadap
lingkungan keluarga
P8 : Kita punya kemampuan untuk bekerja dan mendapat uang, jadi
tidak ada salahnya kan kita bekerja, ini juga dapat

102

26. Selama ibu bekerja,


siapa yang membantu
merawat anak ibu
untuk memenuhi
kebutuhannya

27. Selama ibu berusaha


memberikan ASI
eksklusif hambatan
apa yang paling ibu
rasakan

meningkatkan kesejahteraan anak-anak nantinya.


Gaji suamikan gak banyak seperti tak bilang tadi menambah
uang jajan,apa lagi sekarang dia gak netek kan jadi harus beli
susu
P9 : Gimana ya, kita kan butuh uang untuk makan, sepertinya serba
susah milihnya, karena penghasilan suami saya tidak cukup,
jadi saya juga bantu-bantu seperti itu dengan ikut bekerja juga.
Sangat berat banget bagi saya soal tanggung jawab juga kita
harepin suami ya gajinya pas-pasan.
P1 : Ada neneknya
P2 : Pengasuh
P3 : Bapaknya
P4 : Sementara saya bekerja saya titipkan anak saya di rumah orang
tua karena disana lebih aman
P5 : Bibi
P6 : Keluarga
P7 : Neneknya
P8 : Mertua dan ipar
P9 : Ibu kandung
P1 : Hambatannya itu ya karena pekerjaan itu, pada saat itu juga
sedang sakit, saat anak saya umur 2 bulan saya opname karena
saya kekurangan kalium, kalau memberikan ASI kan harus
membutuhkan nutrisi yang banyak sementara saya mengalami
kekuranga kalium, jalan satu-satunya ya dengan memberikan
susu formula
P2 : Manajemen waktu dan kemalasan saya kayanya.
P3 : Hambatan pemberian salah satunya karena pengaturan waktu
yang tidak efektif, yang seharusnya kita mengurus bayi tapi kita
harus bekerja diluar
P4 : Bagi saya, ya bagi saya adalah bayi tidak bisa berkembang
secara baik dan kedua waktunya sangat terbatas untuk
menyusui
P5 : Karena ini anak pertama mungkin masalah psilogisnya dari
yang tidak punya anak menjadi punya anak dan yang kedua
adalah maslah pekerjaan karena jaraknya lumayan jauh
antara rumah dan tempat kerja jadinya tidak bisa semaksimal
mungkin bersama anak
P6 : Sepertinya kalau orang kerja itu waktunya sama ini di tempat
kerja psikiskan mempengaruhi reproduksi ASI gitu,jadinya
kalau dia kerja capek stres bekerja
Saya kan dagang, jadi mau ndak mau tetap harus jualan di
pasar. Tidak ada libur-liburan atau apa tadi itu, bayi saya titip
di ibu saya sampai siang.
Ya karena ekonomi juga.
P7 : Memang kita diberi cuti, disini cuma 3 bulan dan itu sudah
aturan, jadi ya mau tidak mau harus masuk kembali kalau udah
habis cutinya. Jadi ya terpaksa anak saya tinggal dirumah, ASI
ndak full diberikan 6 bulan.
P8 : Kalau kita di toko itu dikasi izin istilahnya 1 bulan saja, bukan
cuti kata tokenya, gaji dikasi sekedarnya tidak seperti biasa,
makanya saya berusaha cepet masuk kerja supaya gaji dapat
penuh.
P9 : Hambatannya waktu aja, Waktu..jadi kita ngasi ASInya , ASInya
harus cepet kalau ndak kan waktu kerja kita kan telat ,
namanya juga kita diantar jemput.

103

28. Kemudian apa hal


yang paling
mendorong ibu
sehingga tidak
memberikan ASI
eksklusif pada bayinya

29. Apakah ibu pernah


merasa bersalah
karena tidak
memberikan ASI

P1 : Yang mendorong adalah kesehatan saya yang pada saat itu saya
sedang rawat inap
P2 : Kalo yang dulu-dulu baru saya baru saya mulai mencoba untuk
pake formula saya coba berpikir nya ah gk masalah lah to
saya juga sudah perah susu saya, walaupun tidak cukup anak
saya juga gk begitu doyan sih sama susu formula saya bilang
begitu aja sih sebenarnya.
P3 : Di tempat kerja saya tidak ada TPA, untuk pojok ASI saja yang
khusus belum ada, jadi kita kadang-kadang pakai ruangan
yang kebetulan kosong saja, ini bikin susah.
P4 : Karena jaraknya yang cukup jauh dan waktu tempuh satu jam
P5 : Mungkin itu tapi, saya tidak merasa wajib pergi bekerja ya.
Bukan terdorong karena itu ya, bukan terdorong sehingga tidak
memberikan asi, karena kondisi yang mengharuskan. Saya
harus pergi kerja, jadi itu
P6 : Menurut saya sih, anak saya yang tidak mau ASI karena
kebiasaan memimik susu formula dari bayi .
P7 : Disini memang tidak mancet dan jalanan rata-rata bagus, tapi
saya tidak ada kendaraan untuk pulang pergi sendiri supaya
bisa ngasi anak susu, jadi terpaksa pakai susu dot itu sebagai
tambahan.
P8 : Yaa ASI yang sedikit
P9 : Mendorong karena malesnya itu ,jadi di dorong cepet kerja aja ,
jadi anak di abaikan terus. Pojok ASI disini tidak disediakan,
tadi untuk kurir ASI di lombok ini belum ada sama sekali,
paling kita bisa minta keluarga yang ambil ASInya, cuman
kadang bisa dan tidak. Jadi kesulitan juga akhirnya.
P1 : Sangat, sangat merasa bersalah karena pertumbuhan anak yang
tidak diberikan ASI eksklusif itu berbeda dengan saudaranya
yang mendapat ASI, baik dari pertumbuhan maupun
kemampuannya
P2 : Saya merasa bersalah saya besar, kalo sama anak saya yang
pertama, Cuma kalo anak yang ke dua ini saya merasa tidak
bersalah saya seperti anak saya yang pertama, Cuma yang ke
dua ini karena saya masih tetap intens dia nya juga gk suka
susu formula jadi saya masih agak ringan
P3 : Merasa bersalah juga sebenarnya, karena kita melihat anak
orang tampak terurus oleh orang tuanya tapi anak kita tidak.
Jadi ada rasa bersalah disitu
P4 : Merasa bersalah karena tidak meberikan ASI anak juga kurang
kontak kepada kita beda lalau pakai ASI itu ikatam batinya
lebih menyatu
P5 : Ada rasa bersalah sedikit
P6 : Rasa bersalah juga sih. Tapi apa boleh buat karena bayi ndak
mau
P7 : Saya merasa tidak mampu menjadi seorang ibu dan merasa
bersalah karena hak seorang bayi tidak saya penuhi.
P8 : Ada sih perasaan bersalah karna gak ngasik ASI itu,tapi bukan
maunya kita gak ngasik itu tapi karna keadaan yaa,kondisi
yang tidak mendukung untuk ngasik kalo sekedar ASI dia nagis
ajak karna ASI sedikit.terpaksa kasik susu formula baru dia
tenang.
P9 : Merasa bersalah, karena ndak pernah dikasi asi, ujungujungnya anak berhenti sendiri minum asi.

104

Lampiran 6 Keterangan Kelaikan Etik

105

Lampiran 7 Ijin Rekomendasi Dari BAPPEDA Kota Matara

Você também pode gostar