Você está na página 1de 15

Posted on Desember 6, 2013 by Blie

BLISA NOVERTASARI .S
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Restorasi gigi
diselesaikan sebelum
dipasang di dalam
rongga mulut untuk
mendapatkan tiga
manfaat dari perawatan
gigi : kesehatan mulut,
fungsi, dan estetika.
Restorasi dengan

kontur dan pemolesan


yang baik akan
meningkatkan
kesehatan mulut
dengan jalan mencegah
akumulasi sisa makanan
dan bakteri patogen. Ini
diperoleh melalui
reduksi daerah
permukaan total dan
mengurangi kekasaran
permukaan restorasi.
Permukaan yang lebih
mulus akan lebih mudah
dijaga kebersihannya
dengan tindakan
pembersihan preventif
yang biasa dilakukan

sehari-hari karena
benang gigi dan sikat
gigi akan mendapat
jalan masuk yang lebih
baik ke semua
permukaan dan daerah
tepi. Dengan beberapa
bahan gigi tertentu,
aktivitas karat dan
korosi dapat dikurangi
cukup besar jika seluruh
restorasi dipoles
dengan baik. Fungsi
rongga mulut akan
meningkat jika restorasi
dipoles dengan baik
karena makanan akan
meluncur lebih bebas

pada permukaan oklusal


dan embrasur selama
mastikasi. Yang lebih
penting lagi, daerah
kontak restorasi yang
halus akan mengurangi
tingkat keausan pada
gigi tetangga maupun
antagonisnya. Ini
khususnya berlaku
untuk bahan restorasi
seperti keramik yang
mengandung fase yang
lebih keras daripada
email gigi dan dentin.
Permukaan yang kasar
menyebabkan
terjadinya tekanan

kontak yang tinggi yang


dapat menimbulkan
hilangnya kontak
fungsional dan
stabilisasi antara gigigigi. Akhirnya,
kebutuhan estetik dapat
membuat dokter gigi
menangani permukaan
restorasi yang tampak
jelas dengan cara
berbeda daripada
permukaan yang sulit
dijangkau. Walaupun
pemolesan yang mirip
cermin diinginkan demi
alasan di atas, jenis
permukaan ini mungkin

secara estetik kurang


baik karena tidak cocok
dengan gigi-gigi di
sebelahnya bila berada
di daerah yang mudah
kelihatan seperti
permukaan labial dari
gigi-gigi aterior atas.
Meskipun demikian,
permukaan ini tidak
terkena tekanan kontak
yang tinggi dan mudah
dibersihkan. Ciri dan
corak anatomi yang
samar dapat
ditambahkan pada
daerah ini tanpa
mempengaruhi

kesehatan maupun
fungsi rongga mulut.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Jenis Bahan Abrasif


Bahan abrasif adalah bahan untuk meratakan,
menghaluskan dan mengkilapkan. Sedangkan
polishing (pemolesan) adalah proses pengabrasian
permukaan yang akan mengurangi goresan sampai
akhirnya permukaan menjadi mengkilap. Ada banyak
jenis bahan abrasif, yaitu :
1. Chalk
Suatu mineral yang membentuk Calcite, mengandung
Calcium Carbonat. Digunakan sebagai pasta abrasi
ringan, untuk memolis enamel gigi, gold foil, amalgam
dan plastik material.
2. Arkansas stone

Suatu semitranslucent, abu-abu yang terdiri


mikrokristalin quartz, padat, keras.
3. Emery
Suatu corundum abrasive hitam abu-abu dalam bentuk
grain. Digunakan dalam bentuk selubung abrasive
pada disk untuk finishing metal alloy atau akrilik resin
material.
4. Corundum
Bentuk mineral dari aluminum oxide, putih warnanya.
Digunakan untuk grinding, metal alloy dikenal dengan
white stone.
5. Garnet
Yang terbentuk dari sejumlah mineral yang berbeda
membentuk suatu kristaline. Mineral-mineral yang
terkandung yaitu : Aluminium silikat, cobalt, besi,
magnesium dan mangan. Garnet ini sangat keras dan
sering dibuat utk melapisi disk. Digunakan utk grinding
metal alloy dan resin akrilik material.
6. Diamond

Disebut juga superabrasive, sangat keras dan sangat


efektif untuk enamel gigi.
7.Quartz
Suatu partikel quartz kristaline dalam bentuk sharp,
angular partikel dan dipakai sebagai lapisan abrasive
pada disk. Digunakan untuk finishing metal alloy dan
grinding enamel gigi.
8. Sand
Adalah campuran partikel-partikel kecil dari silica.
Dipakai dalam melapisi paper disk untuk grinding
metal dan akrilik resin.
9. Pumice
Berupa bubuk abrasive Kedokteran Gigi atau bahan
polis untuk konservatif, bahan ini mempunyai
bermacam-macam ukuran partikel. Partikel yang kasar
dipergunakan sebagai bahan abrasive di laboratorium,
sedangkan partikel yang halus dipergunakan untuk
konservatif dan polishing restorasi gigi.
10. Zirconium silicate

Bahan ini dipergunakan sebagai bahan polish


konservatif.
11. Tripoli
Bahan ini dipergunakan untuk menggantikan bahan
diatomaceous earth, meskipun bahannya tidak sama.
Bahan ini dipakai untuk polish ringan.
12. Tin Oxide
Digunakan sebagai bahan polish untuk gigi dan untuk
restorasi metal dalam mulut. Dicampur air, alkohol
atau glycerine sampai berbentuk pasta untuk
digunakan
13. Cuttle
Adalah suatu abrasive dalam betuk powder, berwarna
putih, dipakai sebagai bahan untuk abrasi ringan
seperti polish amalgam, metal margin.
14. Kieselguhr /Diatomaceous Earth

Dikenal sebagai kieselguhr, dipergunakan tidak hanya


sebagai bahan abrasive dan polishing tetapi juga
sebagai filer pada beberapa bahan Kedokteran Gigi
15. Rouge
Berbentuk powder halus atau berbentuk padatan yang
mempunyai komposisi iron oxide (Fe 203), kadang
diisikan pada paper disk. Rouge ini merupakan bahan
polish yang bagus untuk memoles emas dan logam
campur logam mulia.
16. Aluminium Oxide
Bahan abrasive ini murni dibentuk dari emery, bahan
ini dipergunakan untuk polishing metal.
17. Silicone Carbide
Suatu sintesis abrasive, warna hijau dan biru
kehitaman. Silicone carbide ini keras, mudah patah,
dan dipakai sebagai suatu abrasive pelapis pada disk
perekat instrument-instrumen dari karet.

B. Manfaat Pemolesan
1.
Mengurangi korosi
Restorasi logam yang dipoles dengan baik akan
terhindar dari tarnis dan korosi sehingga akan lebih
tahan lama.
1.
Meningkatkan estetis
Permukaan yang halus dan mengkilap akan lebih
terlihat estetis
1.
Membuat permukaan terasa lebih halus
2.
Mengurangi perlekatan
Permukaan yang halus pada restorasi akan
menyebabkan stain, plak, dan kalkulus sulit lengket.

C. Faktor yang Mempengaruhi Abrasi


1.
Kekerasan
Untuk mendapatkan abrasi maksimal maka partikel
abrasif harus lebih keras dibandingkan permukaan
yang akan diabrasi. Bahan abrasif biasanya terbuat
dari bahan yang sangat keras.
1.
Ukuran
Semakin besar partikel abrasif maka goresan yang
ditimbulkan juga semakin dalam. Semakin dalam

goresan maka sejumlah besar permukaan bahan akan


hilang.
1.
Bentuk
Bentuk partikel dapat berupa spherical ataupun
irreguler. Bentuk irreguler dipahami dapat lebih
meningkatkan abrasi dibandingkan bentuk spherical,
karena tepi bentuk irreguler cenderung untuk
menggerus permukaan dibandingkan bentuk bulat
yang hanya berputar pada permukaan bahan. Oleh
karena itu bentuk spherical kurang mengabrasi
dibandingkan bentuk irreguler.
1.
Tekanan
Tekanan yang berlebih pada saat finishing dan poles
akan meningkatkan abrasi pada permukaan
restorasi/material. Hal ini juga dapat meningkatkan
suhu material yang dipoles.
1.
Kecepatan
Semakin tinggi kecepatan putar yang digunakan maka
abrasi yang terjadi semakin besar, dan juga
meningkatkan suhu.

1.

Pelumas

Air merupakan pelumas yang sering digunakan. Air


digunakan bersamaan dengan bur untuk
mendinginkan gigi saat preparasi kavitas. Pada saat
finishing dan polishing, pelumas juga disarankan untuk
digunakan sebagai pembawa panas yang timbul pada
saat pengabrasian.

D. Restorasi yang Memerlukan Polishing


1.
o
o
1.
o
o

Dental amalgam
Bahan polish : bubuk pumice, qurtz atau tripoli,
atau tin oxide yang dicampur dengan air.
Alat : mata bur cup, brush atau felt.
Gold alloy
Bahan polish : tripoli, rouge atau bubuk pumice
Alat : rag wheels, stone wheel, dan rubber

1.
o

wheel
Acrylic resin
Bahan polish : bubuk pumice, tripoli, atau tin

o
o

oxide
Alat : rag wheel
Harus hati-hati karena acrylic sangat mudah

1.
o

terabrasif dengan bubuk pumice.


Komposit
Bahan polish : dapat berupa bubuk ataupun
pasta yang mengandung perlite, diamond,
quartz atau alumunium oxide

Alat : diamond atau green stone (grinding),

1.
o
o

quartz atau alumunium oxide disk, atau rubber


wheel, carbide burs.
Porselen
Pemolesan biasanya dengan glazing
Setelah penyesuaian kecil di mulut, porselen
dapat dipoles dengan bahan polish : silicone
carbide atau aluminium oxide dan alat : rubber
wheel atau felt wheel.

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.

Phillips. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran


Gigi 10th ed, Jakarta. EGC, 2003: 563-74
Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A,
Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar Ilmu Material
dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed, Medan.
USU Press, 2011: 239-44.

Você também pode gostar