Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kedua lobus ini dihubungkan oleh sebuah jaringan berbentuk jembatan, yang dinamakan isthmus.
Bila dua lobus disambungkan dengan isthmus, maka kelenjar tiroid terlihat seperti dasi kupu-kupu
pada pria. Isthmus meluas melintasi garis tengah di depan cincin trachea 2, 3, dan 4. Panjang dan
lebarnya kira-kira 1,25 cm dan biasanya di anterior dari cartilgo trachea walaupun terkadang lebih
tinggi atau rendah karena kedudukan dan ukurannya berubah. Sering terdapat lobus pyramidalis, yang
menonjol ke atas dari isthmus, biasanya ke sebelah kiri garis tengah. Sebuah pita fibrosa atau
muskular sering menghubungkan lobus pyramidalis dengan os hyoideum. Batas-Batas Isthmus:
1. Anterior: M. sternothyroideus, m. sternohyoideus, v. jugularis anterior, fascia, dan kulit
2. Posterior: Cincin trachea 2, 3, dan 4
Berat kelenjar thyroid bervariasi antara 20-30 gram, rata-rata 25 gram. Kelenjar thyroid memiliki
posisi axis (puncak) pada linea obliqua cartilaginis thyroidea dan memiliki basis (dasar) setinggi
cincin trachea ke-4 atau ke-5. Fungsinya sebagai ayunan/gendongan kelenjar ke larynx dan mencegah
jatuh/turunnya kelenjar dari larynx, terutama bila terjadi pembesaran kelenjar.
Kelenjar ini dibungkus oleh 2 kapsul:
1. Outer false capsule: berasal dari lamina pretracheal fascia cervicalis profunda yang akan
berlanjut ke inferior menjadi lapisan tipis yang akan bergabung dengan lapisan fibrosa jantung
pada bagian anterior
2. Inner true capsule: dibentuk oleh kondensasi jaringan fibroareolar kelenjar thyroidea.
Vaskularisasi
Arteria
1. Arteri thyroidea superior
Cabang dari arteri carotis externa dan memberi darah sebagian besar (15-20%). sebelum
mencapai kelenjar thyroid arteri ini bercabang dua menjadi ramus anterior dan ramus
posterior yang akan beranastomose dengan cabang arteri thyroidea inferior.
2. Arteri thyroidea inferior
Lanjutan dari trunkus tyrocervicalis yang berasal dari arteri subclavia, dan memberikan
darah paling banyak yaitu 76 78 %. Tepat dikutub caudal tyroid, arteri akan bercabang
dua yaitu ramus anterior dan posterior yang beranastomose dengan cabang arteri tyroidea
superior.
Vena
1. V. thyroidea superior (bermuara di V. jugularis interna)
2. V. thyroidea medialis (bermuara di V. jugularis interna)
3. V. thyroidea inferior (bermuara di V. anonyma kiri)
Persarafan
1. Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior
2. Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens (cabang N.vagus)
N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi, akibatnya pita suara
terganggu (stridor/serak).
Aliran Limfe
1. Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis
2. Jalinan kelenjar getah bening extraglandularis
Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu menuju ke kelenjar
limfe yang dalam sekitar V. jugularis. Dari sekitar V. jugularis ini diteruskan ke limfonoduli
mediastinum superior.
LO.1.2 Memahami dan Menjelaskan Mikroskopis
Kelenjar tiroid memiliki 2 lobus, yang dihubungkan oleh isthmus, diliputi suatu kapsula yang terdiri
atas ribuan folikel-folikel dengan diameter bervariasi, yang lumennya mengandung substansi
gelatinosa disebut Colloid. Bentuk dan ukuran folikel beragam tergantung penggembungan oleh
secret (colloid). Bila sel folikel berbentuk epitel pipih maka sel tersebut sedang tidak aktif, bila epitel
kuboid rendah maka sel tersebut aktif dan bila kuboid tinggi atau toraks maka sel folikel sedang
hiperaktif. Folikel tertanam dalam jaring halus serat reticular yang menyokong sebagai jala rapat yang
terdiri dari kapiler bertingkap.
Setiap folikel tersusun dari sel-sel epitel yang berdiri di atas membrana basalis. Sel folikel memiliki
inti besar, vesikular, yang berada ditengah atau ke arah basal. Sitoplasma sel bergranul halus, basofil,
banyak mitokondria dan dengan mikroskop elektron kita dapat melihat mikrovili pada sisi yang
menghadap ke lumen. Fungsi mikrovili tersebut adalah untuk memaksimalkan absorbsi di lumen.
Colloid merupakan senyawa glikoprotein yang disebut tiroglobulin (Tg). Struktur colloid biasanya
segar, homogen, jernih, kental. Warna colloid yang menggambarkan sel folikel sedang aktif dan dalam
metabolisme tinggi yaitu bersifat basofil (keunguan) dan terlihat tidak teratur atau kosong, karena
sudah dicurahkan ke darah. Sedangkan colloid yang menggambarkan sel folikel tersebut sedang tidak
aktif yaitu berwarna asidofil (merah muda) dan terlihat penuh.
Di dalam folikel, yodium terdapat dalam bentuk diiodothronin, triiodothyronin, dan tetraiodothyronin
(thyroxin) yang terikat pada suatu globulin. Thyroid juga mengandung sejumlah kecil sel
parafolikular (sel C, jernih, terang) yang berdampingan dengan folikel di lamina basal, bukan tepi
rongga folikular. Sel ini menghasilkan thyrocalcitonin (calcitonin) yang berperan dalam mobilisasi
kalsium. Sel ini berukuran lebih besar dari sel folikel, terletak eksentrik, dan sitoplasma mengandung
banyak granula padat (terbungkus selaput).
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Hormon Tiroid
Sintesis Hormon Thyroid
Bila diperlukan dengan stimulasi TSH terjadi proteolisis Tg untuk melepaskan hormon tiroid ke
dalam sirkulasi bebas. Proteolisis Tg melepaskan hormon tiroid dalam bentuk T3 dan T4 kedalam
sirkulasi bebas, sedangkan Tg-MIT dan Tg-DIT mengalami deyodinasi kembali dan iodidanya
masuk kembali ke simpanan yodium intratiroid sebagai cadangan yodium. Sebagian besar hormon
yang disekresikan dalam bentuk T4 (100nmol/hari), sejumlah kecil dalam bentuk T3 (5nmol/hari).
Kelenjar tiroid juga mensekresi calsitonin yang diproduksi oleh sel C.
Peran Iodium
a. Iodium adalah adalah bahan dasar yang sangat penting dalam biosintesis hormon thyroid.
b. Iodium yang dikonsumsi diubah menjadi iodida kemudian diabsorbsi.
c. Kelenjar thyroid mengkonsentrasikan iodida dengan mentransport aktif iodida dari sirkulasi
ke dalam koloid. Mekanisme transport tersebut dikenal dengan iodide trapping mechanism.
Na+ dan I- ditransport dengan mekanisme cotransport ke dalam sel thyroid, kemudian Na+
dipompa ke interstisial oleh Na+-K+ATPase.
d. Di dalam kelenjar thyroid, iodida mengalami oksidasi menjadi iodium.
e. Iodium kemudian berikatan dengan molekul tirosin yang melekat ke tiroglobulin dan
dimulailah sintesis hormon tiroid.
f. Enzim yang berperan dalam oksidasi dan pengikatan iodida adalah thyroid peroksidase.
Iodium adalah bahan mentah yang penting untuk sintesis hormon tiroid. Iodium yang terdapat
dalam makanan diubah menjadi iodida dan diabsorpsi. Organ utama yang mengambil iodium adalah
tiroid, yang menggunakannya untuk membuat hormon tiroid, dan ginjal, yang mengekskresikannya ke
dalam urin. Sekitar 120 g/h masuk ke dalam tiroid pada tingkat sintesis dan sekresi hormon tiroid
yang normal. Tiroid mensekresi 80 g/h iodium dalam bentuk T3 dan T4. Empat puluh mikrogram
iodium per hari berdifusi ke dalam CES (cairan ekstrasel). T4 dan T4 yang disekresikan
dimetabolisme dalam hati dan jaringan lain, yang akan melepaskan 60 g iodium per hari ke dalam
CES. Beberapa turunan hormon tiorid diekskresikan melalui empedu, dan sebagian iodium
didalamnya diserap ulang (sirkulasi enterohepatik), tetapi berat bersih kehilangan iodium dalam tinja
sekitar 20 g/h. Jadi, jumlah total iodium yang masuk ke dalam CES adalah 500+40+60, atau 600
g/h; 20% dari iodium ini masuk ke dalam kelenjar tiroid, sementara 80% diekskresikan melalui urin.
Gangguan sintesis hormon tiroid merupakan penyebab yang jarang untuk terjadinya hipotiroidisme
kongenital. Kelainan paling sering disebabkan adanya mutasi resesif pada TPO atau Tg, tetapi dapat
pula terjadi gangguan pada TSH-R, NIS, pendrin, dan hidrogen peroksidase. Karena adanya gangguan
biosintesis, kelenjar tidak mampu memproduksi hormon sehingga menimbulkan peningkatan TSH
dan pembesaran struma.
AMP. Berbagai growth factor yang diproduksi oleh kelenjar tiroid juga mempengaruhi sintesis
hormon tiroid, termasuk insulin like growth factor ( IGF-1), epidermal growth factor, transforming
growth factor (TGF- ), endotelin, dan berbagai sitokin. Sitokin dan interleukin ( IL) tertentu
dihasilkan dan berhubungan dengan penyakit tiroid autoimun, sedangkan yang lain berhubungan
dengan apoptosis. Adanya defisiensi iodin akan meningkatkan aliran darah tiroid dan mempengaruhi
NIS untuk melakukan pengambilan lebih efektif.
Sekresi Hormon Thyroid
T4 disekresi 20x lipat lebih banyak daripada T3.Kedua hormone ini diikat oleh protein
pengikat dalam serum (binding protein). Hanya 0,35% T4 total dan 0,25% T3 total dalam keadaan
bebas. Walaupun T3 lebih sedikit, dan ikatannya kurang kuat disbanding T4, T3 memiliki efek
hormone lebih kuat dan turn overnya cepat sehingga sangat penting. Kadar normal T4 80-100 mg,
sedangkan T3 26-39 mg, dan 30-40% T3 endogen berasal dari konversi ekstratiroid T4.
Ikatan hormon dari yang terlemah: Albumin, TBPA (thyroxin binding pre-albumin) / TTR
(transtirenin) dan paling kuat TBG (thyroxin binding globulin). Walaupun konsentrasinya rendah,
TBG sangat diperlukan karena afinitasnya yang tinggi. Kadar yodotironin total menggambarkan kadar
hormon bebas, namun jumlah binding protein bisa berubah. TBG membawa 80% dari jumlah
hormone, TTR membawa 10% T4 tetapi hanya sedikit T3, dan albumin (konsentrasi paling banyak)
membawa 10% T4 dan 30% T3. Karena kadar T3 kurang afinitasnya, maka T3 bebas banyak dan
hanya hormon bebas yang biologis aktif bisa ke jaringan.
Tabel 2: Transportasi hormone berubah pada keadaan
Meningkat
Menurun
Neonatus
Sakit berat
Pemakaian
estrogen Obat : salisilat, hidantonin, fenklofenak
(termasuk kontrasepsi oral mengikat protein binding protein
estrogen)
sedikit
Pemakaian kortikosteroid
Sindrom nefrotik
Kehamilan
Pemakaian
anabolic
androgen
dan
steroid
Perangsangan :
a. TRH
b. Penurunan T4 dan T3 serum, dan T3 intratirotrop
c. Penurunan aktivitas deiodinasi-5' tipe 2
d. Estrogen : meningkatkan tempat pengikatan TRH
Penghambatan:
a. Peningkatan T4 dan T3 serum, dan T3 intratirotrop
b. Peningkatan aktivitas deiodinase-5' Tipe 2
c. Somatostatin
d. Dopamin, agonis dopamin : bromokriptin
e. Glukokortikoid
f. Penyakit-penyakit kronis
g. Tumor hipofisis
3) Tiroid
Sintesis dan pelepasan hormon tiroid
Perangsangan :
a. TSH
b. Antibodi perangsangan TSH-R
Penghambatan :
a. Antibodi penghambat TSH-R
b. Kelebihan iodida
c. Terapi litium
Ada 4 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid:
1) TRH (Thyrotrophin releasing hormone)
Tripeptida yang disentesis oleh hpothalamus. Merangsang hipofisis mensekresi TSH (thyroid
stimulating hormone) yang selanjutnya kelenjar tiroid teransang menjadi hiperplasi dan
hiperfungsi.
2) TSH (thyroid stimulating hormone) TSH (tiroid stimulating hormone)
Glikoprotein yang terbentuk oleh dua sub unit (alfa dan beta). Dalam sirkulasi akan meningkatkan
reseptor di permukaan sel tiroid (TSH-reseptor-TSH-R) dan terjadi efek hormonal yaitu produksi
hormon meningkat.
3) Umpan Balik sekresi hormon (negative feedback)
Kedua hormon (T3 dan T4) ini menpunyai umpan balik di tingkat hipofisis. Khususnya hormon
bebas. T3 disamping berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan
mengurangi kepekaan hipifisis terhadap rangsangan TSH.
4) Pengaturan di tingkat kelenjar tiroid sendiri
Produksi hormon juga diatur oleh kadar iodium intra tiroid
Hormon tiroid mempengaruhi produksi, respon, dan bersihan berbagi hormon. Pada anak
dengan hipotiroidisme akan terjadi gangguan hormon pertumbuhan, menghambat puberitas
dengan menganggu GnRH. Hipotiroidisme dapat menimbulkan hiperprolaktinemia. Pada
hipertiroidisme terjadi peningkatan aromatisasi androgen menjadi estrogen sehingga dapat
terjadi ginekomastia.
Pertumbuhan
GH (growth hormone) dan IGF-1 (Somatomedin, mirip insulin) akan menyebabkan
pertumbuhan tulang dan protein structural baru. Bila GH terhambat, maka harus terapi sulih
tiroid, namun bila berlebihan masih tidak masalah. (Ganong, 2005)
Fungsi Fisiologis Hormon Tiroid
1. Meningkatkan transkripsi gen ketika hormon tiroid (kebanyakan T3) berikatan dengan
reseptornya di inti sel.
2. Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria sehingga pembentukkan ATP (adenosin
trifosfat) meningkat.
3. Meningkatkan transfor aktif ion melalui membran sel.
4. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, terutama pada masa janin.
Metabolisme hormon thyroid
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik secara cepat berikatan dengan
beberapa protein plasma. Kurang dari 1% T3 dan kurang dari 0,1% T4 tetap berada dalam bentuk tidak
terikat (bebas). Keadaan ini memang luar biasa mengingat bahwa hanya hormon bebas dari
keseluruhan hormon tiroid memiliki akses ke sel sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek.
Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid:
1. TBG (Thyroxine-Binding Globulin) yang secara selektif mengikat 55% T4 dan 65% T3 yang
ada di dalam darah.
2. Albumin yang secara nonselektif mengikat banyak hormone lipofilik, termasuk 10% dari T 4
dan 35% dari T3.
3. TBPA (Thyroxine-Binding Prealbumin) yang mengikat sisa 35% T4.
Di dalam darah, sekitar 90% hormon tiroid dalam bentuk T 4, walaupun T3 memiliki aktivitas biologis
sekitar empat kali lebih poten daripada T4. Namun, sebagian besar T4 yang disekresikan kemudian
dirubah menjadi T3, atau diaktifkan melalui proses pengeluaran satu yodium di hati dan ginjal. Sekitar
80% T3 dalam darah berasal dari sekresi T4 yang mengalami proses pengeluaran yodium di jaringan
perifer. Dengan demikian, T3 adalah bentuk hormon tiroid yang secara biologis aktif di tingkat sel.
Hormon yang terikat dan yang bebas berada dalam keseimbangan yang reversibel. Hormon yang
bebas merupakan fraksi yang aktif secara metabolik, sedangkan fraksi yang lebih banyak dan terikat
pada protein tidak dapat mencapai jaringan sasaran. Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG
merupakan protein pengikat yang paling spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih
besar terhadap protein pengikat ini dibandingkan dengan triiodotironin. Akibatnya triiodotironin lebih
mudah berpindah ke jaringan sasaran. Faktor ini yang merupakan alasan mengapa aktifitas metabolik
triiodotironin lebih besar.
Perubahan konsentrasi TBG dapat menyebabkan perubahan kadar tiroksin total dalam sirkulasi.
Peningkatan TBG, seperti pada kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi, hepatitis, sirosis primer
kandung empedu dan karsinoma hepatoselular dapat mengakibatkan peningkatan kadar tiroksin
yang terikat pada protein.
Sebaliknya, penurunan TBG, misalnya pada sindrom nefrotik, pemberian glukokortikoid dosis
tinggi, androgen dan steroid anabolik dapat menyebabkan penurunan kadar tiroksin yang terikat
pada
protein.
Hormon-hormon thyroid diubah secara kimia sebelum diekskresi. Perubahan yang pentingadalah
deiodinasi yang bertanggung jawab atas ekskresi 70 % hormon yang disekresi. 30 % lainnya hilang
dalam feses melalui ekskresi empedu sebagai glukuronida atau persenyawaan sulfat. Akibat
8
yang menimbulkan gambaran klinis miksedema. Gejala hipotiroidisme pada orang dewasa
kebanyakan reversibel dengan terapi.
Hipertiroid
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan suatu
jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah. Tirotoksikosis adalah
keadaaan hipermetabolik yang disebabkan oleh meningkatnya kadar T3 dan T4 bebas, terutama
disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar tiroid .
Struma
Pembesaran kelenjar tiroid (goiter/ struma) dapat merata difuse atau nodular, tunggal atau banyak
(multinodular). Goiter biasanya disebabkan rangsangan berkepanjangan oleh TSH atu zat serupa TSH
(TSH-like agent) baik pada hipotiroid (misalnya tiroiditis hashimoto) maupun hipertiroid (penyakit
graves, tumor sel germinal, adenoma hipofisis), dan dapat pula pada keadaan eutiroid. Penyebab
tersering adalah defisiensi yodium.
10
selama kehamilan dilaporkan memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi untuk
penyakit autoimun tiroid postpartum.
Thyroiditis subakut (granulomatous)
Penyakit yang jarang yang kebanyakan terjadi pada wanita usia pertengahan. Gejalanya
adalah demam rendah, sakit tiroid, disfagia dan meningkatnya laju sedimentasi eritrosit.
Penyakit ini biasanya self-limited dan biasanya tidak menjadi disfungsi tiroid jangka
lama. Perlu diingat bahwa kondisi inflamasi atau sindrom virus dapat berhubungan
dengan transien hipertiroidisme diikuti dengan transient hipotiroidisme.
Hypothyroidisme karena obat
Berikut adalah obat yang dilaporkan berpotensi menyebabkan hipotiroid:
Amiodarone
Interferon alfa
Thalidomide
Lithium
Stavudine
Oral tyrosine kinase inhibitors Sunitinib, imatinib
Bexarotene
Perchlorate
Interleukin (IL)-2
Ethionamide
Rifampin
Phenytoin
Carbamazepine
Phenobarbital
Aminoglutethimide
Sulfisoxazole
p -Aminosalicylic acid
Ipilimumab
Penggunaan iodine radioaktif (I-131) sebagai terapi penyakit Graves dapat berakhir sebagai
hipotiroid permanent dalam waktu 3-6bulan setelah terapi. Frekuensi hipotiroid setelah terapi
I-131 menurun pada pasien dengan goiter toxic nodular dan secara autonomy mengaktifkan
fungsi nodul tiroid. Iradiasi leher external dapat mengakibatkan hipotiroid. Tiroidektomi pasti
mengakibatkan hipotiroid.
Hypothyroidisme iatrogenic
2. Genetik
Polimorfisme nukleotida tunggal dekat gen FOXE1 berhubungan dengan penyakit tiroid
dan berhubungan sangat erat dengan hipotiroidisme.
Mutasi pada gen TSRH dan PAX9 menyebabkan hipotirod tanpa goiter. Mutasi pada
TSRH menyebabkan hipotiroidisme karena insensitivitasnya TSH, sedangkan mutasi
PAX8 menyebabkan hipotiroidisme karena dysgenesis atau agenesis kelenjar.
Sindrom pendred disebabkan karena mutasi gen SLC26A4 yang menyebabkan defek
organifikasi yodium
Autoimmune polyendocrinopathy type I disebabkan karena mutasi gen AIRE dan
berkarakteristik dengan adanya penyakit Addison, hipoparatiroidisme dan candidiasis
mukokutan.
3. Defisiensi atau kelebihan Iodine
4. Hypothyroidisme Sentral
Berhubungan dengan penyakit penyakit yang mempengaruhi produksi hormone thyrotropin
releasing hormone (TRH) oleh hipothalamus atau produksi tirotropin(TSH) oleh hipofisis.
Sekunder bila kelainannya terjadi di hipofisis
Tersier bila kelainannya terjadi di hipotalamus
Hipertiroid
1. Genetik
11
Kadar hormone hiroid dapat meningkat drastic pada penyakit Grave. Penemuan klinis
spesifik penyakit grave adalah ophthalmopathy tiroid (edema periorbital, chemosis
[edema konjungtiva], injeksi, atau proptosis) dan jarang dermopati di ekstremitas bawah.
Kondisi autoimun ini dapat berhubungan dengan autoimun lain, seperti anemia
pernisiosa, miastenia gravis,vitiligo, insufisiensi adrenal, penyakit celiac dan DM tipe 1.
3. Thyroiditis Subakut
Sekitar (15-20%), merupakan pelepasan destruksif hormone tiroid. Hormone tiroid dapat
meningkat tajam pada kondisi ini.
4. Goiter multinodular toxic
Atau disebut Plummer disease terjadi pada 15-20%. Terjadi lebih sering pada manula,
hormon tiroid berlebih terjadi sangat lambat seiring waktu dan kadang hanya naik sedang
saat didiagnosis.
Gejala thyrotoxicosis sedang, biasanya karena naiknya kadar hormon tiroid dan tanda
gejalanya adalah hipertiroid apathetic pada manula. Tetapi, kadar hormon tiroid yang
sangat tingi dapat terjadi pada kondisi ini setelah intake yodium yang tinggi (contoh:
dengan radiokontras iodinated atau amiodarone).
5. Adenoma toxic
12
Karena hiperfungsional adenoma folikuler tunggal. Sekresi h.tiroid yang berlebihan terjadi
dari tumor monoclonal benigna yang biasanya diameter lebih dari 2,5cm. kelebihan ini
menekan kadar TSH.
6. Penyebab lain thyrotoxicosis
Sindrom Jod-Basedow (karena yodium) pada pasien yang mendapat intake berlebih yodium.
Struma
1. Struma non toxic nodusa
Penyebab paling banyak dari struma non toxic adalah kekurangan iodium. Akan tetapi pasien
dengan pembentukan struma yang sporadis, penyebabnya belum diketahui. Struma non toxic
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi sedang yodium yang
kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi berat iodium adalah kurang dari 25
mcg/d dihubungkan dengan hypothyroidism dan cretinism.
Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada preexisting penyakit tiroid
autoimun
Goitrogen:
o Obat: Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, aminoglutethimide,
expectorants yang mengandung yodium
o Agen lingkungan: Phenolic dan phthalate ester derivative dan resorcinol
berasal dari tambang batu dan batubara.
o Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica (misalnya, kubis, lobak cina, brussels
kecambah), padi-padian millet, singkong, dan goitrin dalam rumput liar.
Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon kelejar tiroid
Riwayat radiasi kepala dan leher: Riwayat radiasi selama masa kanak-kanak
mengakibatkan nodul benigna dan maligna .
2. Struma Non Toxic Diffusa
Defisiensi Iodium
Autoimmun thyroiditis: Hashimoto oatau postpartum thyroiditis
Kelebihan iodium (efek Wolff-Chaikoff) dengan penurunan pelepasan hormon tiroid.
Stimulasi reseptor TSH dari tumor hipofisis
Inborn errors metabolisme yang menyebabkan kerusakan dalam biosynthesis hormon
tiroid.
Terpapar radiasi
Penyakit deposisi
Resistensi hormon tiroid
Tiroiditis Subakut (de Quervain thyroiditis)
Silent thyroiditis
Agen-agen infeksi
Suppuratif Akut: bacterial
Kronik: mycobacteria, fungal, dan penyakit granulomatosa parasit
Keganasan Tiroid
3. Struma Toxic Nodusa
Defisiensi iodium yang mengakibatkan penurunan level T4
Aktivasi reseptor TSH
Mutasi somatik reseptor TSH dan Protein G
Mediator-mediator pertumbuhan termasuk : Endothelin-1 (ET-1), insulin like growth
factor-1, epidermal growth factor, dan fibroblast growth factor
4. Struma Toxic Diffusa
13
Yang termasuk dalam struma toxic difusa adalah grave desease, yang merupakan penyakit
autoimun yang masih belum diketahui penyebab pastinya.
Struma
Nodusa
NT Struma
Diffusa
NT Struma
Nodusa
T Struma
Diffusa
Gejala
Tidak ada
Tidak ada
Hipertiroidisme Hipertiroidisme
Batas
nodul
Jelas
Tidak jelas
Jelas
Tidak jelas
Kenyal lembek
Etiologi
Defisiensi
yodium
Genetik
Autoimun
sistemik
Penyakit
Neoplasma
Endemic
Tirotoksikosis
goiter, Gravida sekunder
Hipersekresi
tiroid
Grave,
Tirotoksikosis
primer
MEKANISME PATOGENESIS
Antibodi merangsang TSH-R [TSH_R (stim)Ab]
Hiperfungsi otonom
Hiperfungsi otonom
Produksi lebih TRH
Stimulasi HCG
Metastasis fungsional
15
Lain-lain :
Tirotoksikosis medikamentosa
Struma
Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan dalam struktur dan fungsi
kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH reseptor tiroid oleh TSH, TSH-Resepor Antibodi atau TSH
reseptor agonis, seperti chorionic gonadotropin, akan menyebabkan struma diffusa. Jika suatu
kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan
menyebabkan struma nodusa.
Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan peningkatan produksi TSH.
Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah dan hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk
menormalisir level hormon tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan terbentuk struma. Penyebab
defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan goitrogen.
Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH. Yang termasuk stimulator
reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar hipofise yang resisten terhadap hormon tiroid,
adenoma di hipotalamus atau di kelenjar hipofise, dan tumor yang memproduksi human chorionic
gonadotropin.
LO.3.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis
Hipertiroidisme
Hipotiroidisme
Suara serak
Gemetaran
Gelisah
Sembelit
Lemah
Kebingungan
16
Depresi
Kebingungan
Demensia
Hipotiroid
Secara umum, berciri aktivitas fisik dan mental yang lambat tapi dapat asimptomatik
Lemas, kehilangan energi, lethargi
Naiknya berat badan
Kulit kering
Rambut rontok
Nyeri otot, nyeri sendi, ekstremitas melemah
Depresi
Emosinya labil, gangguan mental
Gangguan ingatan dan konsentrasi
Konstipasi
Penurunan nafsu makan
Intoleransi dingin
Gangguan menstruasi
Penurunan perspirasi
Penglihatan rabun
Pendengaran menurun
Tenggorokan terasa penuh
Goiter
Hipertiroid
Perjalanan penyakit hipertiroid biasanya perlahan-lahan dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun.
Manifestasi klinis yang paling sering adalah:
Penurunan berat badan
Salah satu efek dari hormon tiroid adalah berpengaruh terhadap laju metabolisme. Ini
mengakibatkan peningkatan konsumsi bahan bakar daripada penyimpanan bahan bakar.
Terjadi penurunan simpanan lemak dan penciutan otot akibat penguraian protein karena tubuh
membakar bahan bakar dengan kecepatan yang abnormal sehingga walaupun pasien banyak
makan, tapi badan akan tetap kurus. Pasien jugaakan banyak berkeringat walaupun tidak
terpapar sinar matahari karena peningkatan metabolisme. Kemungkinan diare karena terjadi
peningkatan motilitas usus.
Exophtalmus
Gambar
Kondisi dimana bola mata menonjol keluar. Tanpa ada alasan yang
terlalu jelas, dibelakang
mata tertimbun karbohidrat kompleks yang menahan air. Retensi
3.1cairan dibelakang mata
mendorong bola mata kedepan, sehingga mata menonjol keluar dari tulang orbita. Kondisi
seperti ini rentan terjadi ulkus kornea yang dapat mengakibatkan kebutaan.
Tremor
Frekuensi tremor antara 10-50x/menit hal ini karena efek hormone tiroid pada system
simpatis.
Takikardi
Kisaran nadi antara 90 dan 100 kali permenit, tekanan darah sistolik (bukan diastolic)
meningkat. Salah satu fungsi dari hormon tiroid yang diproduksi oleh kelenjar tiroid yaitu
adalah untuk mengatur kerja pada sistem kardiovaskuler. Hormon tiroid ini berfungsi untuk
meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung, sehingga curah jantung
meningkat. Mungkin terjadi fibrilasi atrium dan dekompensasi jantung dalam bentuk gagal
jantung kongestif, terutama pada pasien lansia.
Pembesaran tiroid
17
Pada hipertiroid kelenjar tiroid di paksa mengsekresikan hingga diluar batas sehingga untuk
memenuhi kebutuhan sel-sel kelenjar tiroid membesar dan menekan area trakeadan esofagus
sehingga terjadi gangguan respirasi, menelan dan sesak nafas juga bisa disebabkan oleh
kelemahan otot-otot pernafasan yang dapat menyebabkan dipsneadan edema.
Gelisah (peka rangsang berlebihan dengan emosional), mudah marah, ketakutan, tidak dapat
duduk dengan tenang
Toleransi terhadap panas buruk dan banyak berkeringat, kulit kemerahan dan mudah menjadi
lunak,hangat dan lembab. Terdapat clubbing finger yang disebut plumer nail.
Gangguan reproduksi dan menstruasi
Pasien lansia mungkin mengeluhkan kulit kering gatal-gatal menyebar
Struma
Klien tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipo atau hipertirodisme.
Peningkatan metabolisme karena klien hiperaktif dengan meningkatnya denyut nadi.
Peningkatan simpatis seperti: jantung menjadi berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak
tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.
Pembesaran pada leher yang dapat mengganggu nilai penampilan
Rasa tercekik di tenggorokan kadang disertai nyeri karena trachea dan esofagus tertekan
jaringan yang membesar.
Suara serak karena terdapat timbunan secret dan obstruksi pita suara
Kesulitan menelan karena tertekannya saluran esophagus
Fotofobia
LO.3.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis
1. Anamnesis
Ditanyakan apakah ada manifestasi klinis dari yang tertera diatas, obat atau terapi apa yang
sudah pernah dilakukan. Dan apakah pernah terjadi penyakit yang sama pada keluarga
Indeks Wayne :
No.
Gejala Yang Baru Timbul Dan Atau Nilai
Bertambah Berat
1.
Sesak saat kerja
+1
2.
Berdebar
+2
3.
Kelelahan
+3
4.
-5
5.
+5
6.
Keringat berlebihan
+3
7.
Gugup
+2
8.
+3
9.
-3
10.
-3
11.
+3
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada pada
posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat
18
Terapi supresi dengan hormone thyroid (levotiroksin) merupakan pilihan yang paling sering
dan mudah dilakukan.terapi supresi dapat menghambat pertumbuhan nodul serta mungkin
bermamfaat pada nodul yang kecil. Tetapi tidak semua ahli setuju melakukan terapi supresi
secara rutin, karena hanya sekitar 20% nodul yang reponsif. Bila kadar TSH sudah dalam
keadaan tersupresi, terapi supresi dengan I-tiroksin tidak diberikan. Terapi supresi dilakukan
dengan memberikan I-tiroksin dalam dosis supresi dengan sasaran kadar TSH sekitar 0,1-0,3
mlu/ml. Biasanya diberikan selama 6-12 bulan, dan bila dalam waktu tersebut nodul tidak
mengecil atau bertambah besar perlu dilakukan biopsy ulang atau disarankan operasi. Bila
setelah satu tahun nodul mengecil, terapi supresi dapat dilanjutkan, pada pasien tertentu terapi
supresi hormonal dapat diberikan seumur hidup, walaupun belum diketahui pasti mamfaat
terapi supresi jangka panjang tersebut.
Yang perlu di waspadai adalah terapi supresi hormonal jangka panjang yang dapat
menimbulkan keadaan hiperthyroidisme subklinik dengan efek samping berupa osteopeni
atau gangguan pada jantung. Terapi supresi hormonal tidak akan menimbulkan osteopeni pada
pria atau wanita yang masih dalam usia produktif namun dapat memicu terjadinya
osteoporosis pada wanita pasca-monopause walaupun ternyata tidak selalu disertai
peningkatan kejadian fraktur.
2. Suntikan etanol perkutan
Penyuntikan etanol pada jaringan thyroid akan menyebabkan dehidrasi seluler, denaturasi
protein, dan nekrosis pada jaringan thyroid dan infark hemoragik akibat trombosis vascular,
akan terjadi juga penurunan aktivitas enzim pada sel-sel yang masih viable yang mengelilingi
jaringan nekrotik. Nodul akan dikelilingi oleh reaksi granulomatosa dengan multinucleated
giant cell, dan kemudian secara bertahap jaringan thyroid diganti dengan jaringan parut
granulomatosa.
Terapi sklerosing dengan etanol dilakukan pada nodul jinak padat atau kistik dengan
menyuntikkan larutan etanol (alcohol) tidak banyak senter yang melakukan hal ini secar rutin
karena tingkat keberhasilannya tidak begitu tinggi, dalam 6 bulan ukuran nodul bisa
berkurang sebesar 45%. Di samping itudapat terjadi efek samping yang serius terutama bila
dilakukan oleh operator yang tidak berpengalaman. Efek samping yang mungkin terjadi
adalah rasa nyeri yang hebat, renbesan (leakage) alcohol kejaringan ekstrathyroid, juga ada
resiko tirotoksikosis dan poralisi pita suara.
3. Terapi iodium radioaktif
Terapi dengan iodium radioaktif (I-131) dilakukan pada nodulthyroid autonom atau nodul
panas (fungsional) baik dalam keadaan eutiroid maupun hyperthyroid. Tetapi iodium
radioaktif juga dapat diberikan pada struma multinodosa non-toksik terutama bagi pasien
yang tidak bersedia di operasi atau mempunyai resiko tinggi untuk operasi. Iodium radioaktif
dapat mengurangi volume modul thyroid dan memperbaiki keluhan dan gejala penekanan
pada sebagian besar pasien. Yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya
thyroiditis radiasi (jarang) dan disfungsi thyroid pasca-radiasi seperti hiperthyroidisme
selintas dan hipothyroidisme.
4. Pembedahan
Melauli tindakan bedah dapat dilakukan dekompresi terhadap jaringan vital disekitar nodul
disamping dapat diperoleh specimen untuk pemeriksaan patologi. Hemithyroidektomi dapat
dilakukan pada nodul jinak, sedanmgkan berapa luas thyroidektomi yang akan dilakukan pada
nodul ganas tergantung pada jenis histology dan tingkat resiko prognostic. Hal yang perlu
diperhatiakn adalah pengulit seperti perdarahan pasca-pembedahan, obstruksi trachea pascapembedahan, gangguan pada nervus rekurens laringeus, hipoparathyroiidi, hypothyroid atau
nodul kambuh.untuk menekan kejadian penyulit tersebut, pembedahan hendaknya dilakukan
oleh ahli bedah yang berpengalamn dalam bidangnya.
23
Untuk menghapus kelenjar tiroid, sayatan dibuat di bagian depan leher (A). Otot dan jaringan
penghubung, atau fasia, dibagi (B). Pembuluh darah dan arteri atas dan di bawah tiroid adalah
putus (C), dan kelenjar akan dihapus dalam dua bagian (D). Jaringan dan otot diperbaiki
sebelum irisan kulit ditutup (E).
Indikasi:
1. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid.
2. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
3. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
4. Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
5. Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
6. Multinodular
Komplikasi tiroidektomi:
a. Perdarahan.
b. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara.
c. Trauma pada nervus laryngeus recurrens.
d. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal ke dalam sirkulasi dengan
tekanan.
e. Sepsis yang meluas ke mediastinum.
f. Hipotiroidisme pasca bedah akibat terangkatnya kelenjar para tiroid.
g. Trakeumalasia (melunaknya trakea).
Trakea mempunyai rangka tulang rawan. Bila tiroid demikian besar dan menekan
trakea, tulang-tulang rawan akan melunak dan tiroid tersebut menjadi kerangka
bagian trakea.
5. Terapi laser interstisial denagn tuntunan ultrasonografi.
Nodul thyroid dengan laser masih dalam tahap eksperimantal. Dengan menggunakan low
power laser energy, energi termik yang diberikan dapat mengakibatkan nekrosis nodul tanpa
atau sedikit sekali kerusakna pada jaringan sekitarnya. Suatu studi tentang terapi laser yang
dilakukan oleh Dossing dkk (2005) pada 30 pasien dengan nodul padat-dingin soliter jinak
(benign solitary solid-cold nodule) mendapatkan hasil sebagai berikut: pengecilan
volumenodul sebesar 44% (median) yang berkorelasi denganpenurunan gejala penekanandan
keluhan kosmetik, sedangkan pada kelompok control ditemukan peningkatan volume nodul
yang tidak signifikan sebesar 7% (median) setelah 6 bulan. Tidak ditemukan efek samping
24
yang berati. Tidak ada korelasi antara deposit energi termal dengan penguirangan volume
nodul serta tidak ada perubahan pada fungsi thyroid.
6. Obat Anti Tiroid
Obat antitiroid
Indikasi :
Merupakan lini pertama terapi hipertiroid
Memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien muda
dengan hipertiroid.
Mengontrol tirotoksikosis sebelum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien
yang mendapat yodium radioaktif.
Persiapan tiroidektomi
Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
Pasien dengan krisis tiroid : hipermetabolik berlebihan, flushing, gg. GIT, gagal
jantung, panas, takikardia
Obat antitiroid yang sering digunakan:
Obat
Dosis awal(mg/hari)
Pemeliharaan(mg/hari)
Karbimazol
30-60
5-20
Metimazol
30-60
5-20
Propiltiourasil
30-60
5-20
a. Propiltiourasil (PTU)
Mekanisme kerja: menghambat iodinasi tiroglobulin menjadi T3 dan T4 serta
menghambat konversi T4 menjadi T3 di jaringan perifer. Masa kerja pendek
sehingga diminum tiap 8 jam
b. Metimazol
Mekanisme kerja: menghambat iodinasi tiroglobulin menjadi T3 dan T4 sehingga
diharapkan kadar hormon tiroid dalam plasma akan turun. Masa kerja panjang
karena itu diminum 1-2x sehari.
Lama terapi dengan obat-obat antitiroid pada penyakit Graves cukup bervariasi dan dapat
berkisar dari 6 bulan sampai 20 tahun. Remisi yang dipertahankan dapat diramalkan pada
80% pasien-pasien yang diterapi dengan karakteristik:
kelenjar tiroid kembali normal ukurannya
pasien dapat dikontrol dengan obat antitiroid dosis kecil
TSH R Ab tidak terdeteksi dalam serum
jika kelenjar tiroid kembali secara normal bisa disupresi liotironin
Monitoring T3 dilakukan selama terapi.Sering ditemui kondisi Relaps yaitu pasien yang
sudah berhenti minum antitiroid kemudian dalam 1 tahun kembali hipertiroid lagi. Biasanya
pasien ini akan diterapi antitiroid lagi atau iodium radioaktif dengan antitiroid.
Efek samping: rash (beri antihistamin), agranulositosis, ikterus kolestastik, edema
angioneurotik, hepatotoksik dan artralgia akut (hentikan terapi, ganti terapi lain seperti terapi
radioaktif atau bedah)
LO.3.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi
Hipotiroid
1. Koma miksedema: merupakan stadium akhir hipotiroidism yang tidak terobati.
Gejala: kelemahan progresif, stupor, hipotermia, hipoventilasi, hipoglikemia, hiponatremia,
intoksikasi air, syok dan meninggal. Komplikasi ini dihubungkan dengan peningkatan
penggunaan radioiodin untuk terapi penyakit Graves, dengan akibat hipotiroidism permanen.
Mortalitas sangat tinggi pada pasien-pasien tua dengan penyakit paru dan pembuluh darah.
25
Hipertiroid
1. Krisis Tirotoksikosis ("thyroid strom")
Merupakan eksaserbasi akut semua gejala tirotoksikosis dan dapat menyebabkan kematian.
Terkadang krisis tiroid dapat ringan dan nampak sebagai reaksi febris pasca tiroidektomi,
namun kebanyakan kasus terjadi dalam bentuk yang lebih berat. Terjadi pasca operasi, terapi
iodin radioaktif atau partus pada pasien tirotoksikosis tidak terkontrol, diabetes tak terkontrol,
trauma, infeksi akut, reaksi obat yang berat, atau infark miokard.
Gejala: hipermetabolisme yang menonjol dan respons adrenergik berlebihan. Febris dari 38
sampai 41C (10-106F), flushing dan keringat berlebihan. Takikardi berat hingga fibrilasi
atrium, tekanan nadi tinggi dan terkadang gagal jantung.Gejala SSP seperti agitasi berat,
gelisah, delirium, dan koma.Gejala GIT seperti nausea, muntah, diare dan ikterus. Akibat
yang fatal berhubungan dengan gagal jantung dan syok.
Gejala yang paling menonjol adalah hiperpireksia yang jauh lebih berat dari tanda-tanda lain
serta hasil lab berupa peningkatan T4, FT4 dan T3 serum, serta kadar TSH yang tersupresi.
2. Aritmia akibat kontraksi otot jantung tidak teratur dan serangan jantung.
3. Pada kehamilan meliputi morbiditas dan mortalitas pada ibu, janin dan bayi baru lahir. Pada
ibu dapat diinduksi hipertensi pada kehamilan, pre-eklamsia, gagal jantung, danpersalinan
preterm. Pada janin dan neonatus dapat terjadi kelahiran mati, goiter, hipertiroiditis dan
hipotiroiditis
Struma
1. Gangguan menelan atau bernafas
2. Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif (jantung
tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)
3. Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang menjadirapuh,
keropos dan mudah patah.
4. Pembengkakan pada leher depan secara bertahap membesar dan membentuk
benjolan,biasanya tidak sakit, penekanan pada esophagus dan trakea.
LO.3.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis
Hipotiroid
Perjalanan miksedema yang tidak diobati menyebabkan penurunan keadaan secara lambat yang
akhirnya menjadi koma miksedema dan kematian. Namun, denganterapi sesuai, prognosis jangka
panjang sangat menggembirakan. Karena waktu paruh tiroksin yang panjang (7 hari), diperlukan
waktu untuk mencapai keseimbangan pada suatu dosis yang tetap. Jadi, perlu untuk memantau FT4
atau FT4I dan kadar TSH setiap 4-6 minggu sampai suatu keseimbangan normal tercapai. Setelah itu,
FT4 dan TSH dapat dipantau sekali setahun. Dosis T4 harus ditingkatkan kira-kira 25% selama
26
kehamilan dan laktasi. Pasien lebih tua memetabolisir T4 lebih lambat, dan dosis akan diturunkan
sesuai dengan umur.
Pada suatu waktu angka mortalitas koma miksedema mencapai kira-kira80%. Prognosis telah sangat
membaik dengan diketahuinya pentingnya respirasi yang dibantu secara mekanis dan penggunaan
levotiroksin intravena. Pada saat ini, hasilnya mungkin tergantung pada seberapa baiknya masalah
penyakit dasar dapat dikelola.
Hipertiroid
Secara umum, perjalanan penyakit Graves ditandai oleh remisi dan eksaserbasi jangka lama kecuali
bila kelenjar dirusak melalui pembedahan atau iodin radioaktif. Walaupun beberapa pasien bisa tetap
eutiroid untuk jangka waktu lama setelah terapi, banyak yang akhirnya menjadi hipotiroidisme. Jadi,
follow-up seumur hidup merupakan indikasi untuk semua pasien dengan penyakit Graves.
Struma
Kebanyakan pasien yang diobati memiliki prognosis yang baik. Prognosis yang jelek berhubungan
dengan hipertiroidsm yang tidak terobati. Pasien harusnya mengetahui jika hipertiroid tidak diobati
maka akan menimbulkan osteoporosis, arrhythmia, gagal jantung, koma, dan kematian. Ablasi dari
Na131 I menghasilkan hipertiroid yang kontinyu dan membutuhkan terapi ulang dan pembedahan
untuk mengangkat kelenjar tiroid.
LO.3.10 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai
faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma
adalah:
a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan
dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium
b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah
dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk
menghindari hilangnya yodium dari makanan
d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini
memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena dapat
terjangkau daerah luas dan terpencil.Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan
dalam saluran air dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air yang mengalir,
dan penambahan yodida dalam sediaan air minum.
e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah
endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua pria
berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui
yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang.Dosis pemberiannya
bervariasi sesuai umur dan kelamin.
f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun
sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk
anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
2. Pencegahan Sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu penyakit, mengupayakan
orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit
3. Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik dan sosial penderita
setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk memastikan dan
mendeteksi adanya kekambuhan atau penyebaran.
b. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan
c. Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik segar dan
bugar serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui
melakukan fisioterapi yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan
27
rehabilitasi kejiwaan, sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi
aesthesis yaitu yang berhubungan dengan kecantikan
LI.4
Memahami dan Menjelaskan Mengatasi Kecemasan Menurut Pandangan Islam
1. Tawakal Kepada Allah
Terlepas ada yang bisa dilakukan atau tidak, tawakal akan mengurangi kecemasan. Kita
yakin, bahwa apa yang akan terjadi adalah ketentuan Allah dan Allah pasti memberikan yang
terbaik bagi kita. Untuk itu, serahkan semuanya kepada Allah, mintalah bantuan,
pertolongam, dan bimbingan Allah agar kita menemukan solusi, mampu menghadapi yang
kita cemaskan, dan lebih baik lagi jika terhindar dari apa yang kita cemaskan.
2. Tadabbur Quran
3. Berdzikir
4. Selalu berpikir bahwa apa yang terjadi, adalah yang terbaik bagi kita
Satu ayat yang langsung menghilangkan kehawatiran adalah:
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak Mengetahui. (QS Al Baqarah: 216)
Bisa jadi, kita memang tidak suka dengan rasanya, padahal itu yang terbaik bagi kita. Sebagai
contoh kehilangan uang memang pahit, apalagi dalam jumlah yang besar. Kita tidak suka,
padahal bisa jadi Allah sudah punya rencana yang lebih baik dibalik kehilangan uang tersebut.
Kita hanya tidak mengetahui dan tidak menyadarinya. Kadang, kesadaran akan manfaatnya
kita ketahui belakangan.
Masalahnya banyak orang yang menolak ini. Mereka lebih memilih mendapatkan keinginan
dia (hawa nafsu) ketimbang pilihan Allah yang pastinya jauh lebih baik. Ini tentang keimanan,
apakah anda yakin Allah memberikan yang terbaik atau tidak. Jika yakin, maka insya Allah,
kecemasan itu akan hilang.
5. Cari Pilihan Ikhtiar Yang Optimal
Saat merasa panik karena kecemasan berlebihan, sering kali pikiran menjadi buntu. Kita tidak
bisa memikirkan apa yang harus kita lakukan. Paling gawat saat kita memilih solusi jalan
pintas yang akan disesali bahkan tidak sesuai dengan ajaran agama. Dengan dua sikap diatas,
yaitu yakin bahwa Allah akan memberikan terbaik dan kita menyerahkan sepenuhnya kepada
Allah, insya Allah kita akan lebih tenang dan bisa berpikir lebih jernih.
DAFTAR PUSTAKA
FKUI, Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru
Ganong, W.F . 2008 . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC
Harrison. 1999. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13. Jakarta: EGC
Murray, Robert K. 2003. Biokimia Harper, Edisi 25. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed. 2.Jakarta: EGC.
28