Você está na página 1de 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN TETANUs
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya makalah dengan judul Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Diagnosa Tetanus dapat terselesaikan. Makalah ini di
susun guna memenuhi tugas mata kuliah Keparawatan Medikal Bedah II.
Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses
profesionalisasi yaitu terjadinya suatu perubahan dan perkembangan karakteristik
sesuai tuntunan secara global dan local atau otonomi. Untuk mewujudkannya
maka perawat Indonesia harus mampu memberikan Asuhan Keperawatan secara
profesional kepada pasien dan berpartisipasi secara aktif dalam membangun
bangsa dan negara Indonesia tercinta. Sehingga masyarakat (masyarakat umum
dan masyarakat profesional) mengenal dan mengakui eksistensi profesi
keperawatan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak kurniadi s.kep ns m.kep
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medical Bedah (KMB) II, apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan makalah ini, maka mohon dimaaafkan dan demi
kesempurnaan makalah ini kami memerlukan kritik, saran, maupun masukan dari
dosen mata kuliah dan rekan-rekan. Akhirnya penulis mengharapkan makalah ini
bisa bermanfaat bagi semua.
Kota bima, September 2016
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal
dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada
otot masester dan otot rangka
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4
0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk golongan Gram positif dan
hidupnya anaerob. Spora dewasa mempunyai bagian yang ber bentuk bulat yang
letaknya di ujung, penabuh genderang (drum stick). Kuman mengeluarkan toksin
yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanospasmin) mula-mula akan
menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin mi labil pada
pemaanasan, pada suhu 650C akan hancur dalam 5 menit. Di samping itu dikenai
pula tetanolisin yang bersifat hemolisis, yang perannya kurang berarti dalam
proses penyakit.
1.3 Tujuan
1.Mengetahui Pengertian dari Tetanus
2.Mengetahui Etiologi dari Tetanus
3.Mengetahui Patofisiologi dari Tetanus
4.Mengetahui Tanda dan gejala dari Tetanus
5.Mengetahui Gambaran Umum yang Khas pada Tetanus
6.Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik pada Tetanus
7.Mengetahui Komplikasi pada Tetanus
8.Mengetahui Prognosa dari Tetanus
9.Mengetahui Pencegahan dari Tetanus
10. Mengetahui Penatalaksanaan pada Tetanus
11. Mengetahui Askep pada pasien anak dengan Tetanus

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tetanus
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman
Clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan
diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot
rangka
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena
mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil daribahasa
Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah
penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan
trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus),
spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.
Penyakit tetanus addalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh kuman
Cloctradium tetani yang dimanifestasikan berupa kejang otot proksimal, diikuti
oleh kekuatan otot seluruh tubuh. Kekuatan tonos otot ini selalu tampak pada otot
maseter dan otot otot rangka.
2. Etiologi Tetanus
1.Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh
genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini
mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mulamula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya
tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang
dalam dengan perawatan yang salah.
Faktor predisposisi
1.Umur tua atau anak-anak
2.Luka yang dalam dan kotor
3.Belum terimunisasi
2. Clastradium tetani adalah kuman berbentuk batang, rangping berukuran 25x0,4-0-0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk dalam golongan gram
positif dan hidup anaerob. Spora dewasamempunyai bagian yang bergenderang
( drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neorotoksik. Toksik ini
(tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot daqn syaraf ferefer
setempat. Toksin labil pada pemanasan pada suhu 65 derajat celcius akan hancur
dalamwaktu5 menit. Disamping itu dikenal juga tetanolisin yang bersifat
hemolisis yang perannya kurang berani dalam proses hemolisis.

3.Patofisiologi Tetanus
Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat
disebabkan berbagai keadaan antara lain :
1). Luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng,
pisau, cangkul dan lain-lain.
2). Luka karena kecelakaan kerja (kena parang0, kecelakaan lalu lintas.
3). Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
Cara kerja toksin
Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu limbik masuk ke
sirkulasi darah dan masuk ke Susunan Saraf Pusat (SSP). Toksin bersifak antigen ,
sangat mudah diikat jaringan syaraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat
lagi dinetralkan oleh toksin spesifik. Toksin yang bebas dalam darah sangat
mudah dinetrakan oleh antitoksin spesifik.
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram positif
anaerob, Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah
inokulasi bentuk spora ke dalam darah tubuh yang mengalami cedera (periode
inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang manifestasi
klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin (tetanus, gas
ganggren, dipteri, botulisme).
Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan
hewan peliharaan dan di daerah pertanian. Tempat masuknya kuman penyakit ini
bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal,
tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang
dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari
tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada
pembedahan.
2.4 Tanda dan Gejala pada Tetanus
Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari. Timbulnya gejala klinis biasanya
mendadak yang didahului oleh ketegangan otot pada rahang dan leher. Timbul
kesukaran membuka mulut, (trismus) karena spasmus otot masseter. Kejang
ototini akan berlanjut kekuduk dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila
serangan toksik sedang sering tampak rimus sardonikus karena spasmus otot
muka dengan gambaran alis tertarik keatasdan sudut mulut tertarik keluar
dankebawah , bibir tertekan kuat pada gigi . Gambaran umum yang khas pada
tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus ,tungkaidalam keadaan
ektensi, lengan kaku dan tangan mengapel, biasanya kesadaran tetap baik.
Secara umumdalam kurun waktu kurang lebih 48 jam penyakit tetanus menjadi
nyata
4

terlihat dengan gambaran klinis sebagai berikut :


1. Tetanus : karena spasmus otot-otot matikatoris ( otot pengunyah).
2. Kaku kuduk sampai epistotonus ( karena ketegangan otot-otot erector tungkai).
3. Ketegangan otot dinding perut (perut kaku seperti papan).
4. Kejang tonis teritama bila dirangsang karena toksin yang tendapat di komus
anterior.
5. Resus sardonikos karena spasme otot muka ( alis tertarik keatas,sudut muka
tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat pada gigi)
6. Kerusakan menelan, gelisah ,mudah terrangsang, nyeri kepala, nyeri anggota
badan
7. Spasme yang khas yaitu badan kaku dengan epitotonus, ektrimitas inferior
dalam
keadaan ektensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat .
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan laring.
9. Panas biasanya tidak terlalu tinggi.
10. Biasanya terdapat leukositisis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan
cairan otak.
Menurut beratnya gejala dapat dibedakan dalam 3 stadium :
1. trismus ( 3cm) tampa kejang tonik umum meskipun dirangsang.
2. Trismus (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang tonik umum bila dirangsang.
3. Trismus ( 1 cm) dengan kejang tonik umum spontan

Penilaian tetanus berdasarkan Phillip skore :


Gardasi Penyakit :
1. Masa inkubasi :
- < 2 hari - Nilai 5
- 2-5 hari - 4
- 6-8 hari - 3
- 11-14 hari - 2
- > 15 hari - 1
2. Tempat infeksi :
- Umbilikus - Nilai 5
- Kepala/leher - 4
- Badan - 3
- Ektrimitas atas proksimal - 3
- Ektrimitas bawah proksimal - 3
- Ektrimitasd atas distal - 2
- Ektrimitas bawah distal - 2
- Tidak diketahui - 1
5

3. Imunisasi :
- Belum pernah - Nilai 10
- Mungkin pernah - 8
- Pernal > 10 th yang lalu - 4
- Pernah < 10 th yang lalu - 2
- Imunisasi lengkap - 0
4. Faktor penyerta :
- Trauma yg mengancam jiwa - Nilai 10
- Trauma berat - 8
- Trauma sedang - 4
- Trauma ringan - 2
- A.S.A derajat 1 - 1
Faktor-faktor yg mempengaruhi prognosa penyakit :
5. Derajat spasme :
- Epistotonus - Nilai 5
- Reflek spasme umum - 4
- Reflek terbatas - 3
- Spastisitas umum - 2
- Trismus - 1
6. Frekue3nsi spasme :
- Spontan > 3 x / 15 menit - Nilai 5
- Spontan < 3 x / 15 menit - 4
- Kadsang-kadang spontan - 3
- < 6 x / 12 jam - 1
7. Suhu Badan :
- > 38,9 derajat celcius - Nilai 10
- 38,3 38,9 derajat celcius - 8
- 37,8 38,2 derajat celcius - 4
- 37,2 37, 7 derajat celcius - 2
- 37,7 37,1 derajat celcius - 0
8. Pernapasan :
- Tracheostomy - Nilai 10
- Henti napas setiap konvulsi - 8
- Henti napas kadang setelah konvulsi - 4
- Henti napas hanya selama konvulsi - 2
- Normal - 0
2.5 Gambaran Umum yang Khas pada Tetanus
1). Badan kaku dengan epistotonus
2). Tungkai dalam ekstensi
6

3). Lengan kaku dan tangan mengepal


4). Biasanya keasadaran tetap baik
5). Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh karena :
a Rangsang suara, rangsang cahaya, rangsang sentuhan, spontan.
b Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine,
fraktur vertebralis (pada anak-anak), demam ringan dengan stadium akhir. Pada
saat kejang suhu dapat naik 2-4 derakat celsius dari normal, diaphoresis,
takikardia dan sulit menelan.
2.6 Pemeriksaan pada Tetanus
1. Pemeriksaan laboratorium :
a. Liquor Cerebri normal
b. hitung leukosit normal atau sedikit meningkat.
c. Pemeriksaan kadar elektrolit darah terutama kalsium dan magnesium
d. Analisa gas darah dan gula darah sewaktu penting untuk dilakukan.
2. Pemeriksaan radiologi : Foto rontgen thorax setelah hari ke-5.
2.7 Komplikasi
Komplikasi tetanus terjdi akibat penyakitnya seperti :
a. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) didalam
rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi
pnemonia aspirasi.
b. Asfiksia ini terjadi karena adanya kekakuaan otot-otot pernafasan sehingga
pengembangan paru tidak dapat maksimal
c. Atelektasis karena obstruksi oleh secret hal ini karena seseorang dengan tetanus
akan mengalami trismus (mult terkunci) sehingga klien tidak dapat mengeluarkan
sekret yang menumpuk di tenggorokan, atau pun menelanya.
d. Fraktura kompresi ini dapat terjadi bila saat kejang klien difiksasi kuat sehingga
tubuh tidak dapat menahan kekuatan luar.
2.8 Prognosa
Sangat buruk bila ada OMP (Otitis Media Purulenta), luka pada kulit kepala.
Tetanus memiliki angka kematian sampai 50%. Kematian biasanya terjadi pada
penderita yang sangat muda, sangat tua dan pemakai obat suntik. Jika gejalanya
memburuk dengan segera atau jika pengobatan tertunda, maka prognosisnya
buruk.
Dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat memperburuk keadaan yaitu :
1.Masa Inkubasi yang pendek (kurang dari 7 hari)
2.Neonatus dan usia tua (lebih dari 5tahun)
3.Frekuensi kejang yang sering
4.Kenaikan suhu badan yang tinggi

5.Pengobatan terlambat
6.Periode trismus dan kejang yang semakin sering
7.Adanya penyulit spasme otot pernafasan dan obstruksi jalan nafas
2.9 Pencegahan pada Tetanus
Pencegahan penyakit tetanus meliputi :
1). Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan
2). Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X
3). Pencegahan terjadinya luka & merawat luka secara adekuat
4). Pemberian anti tetanus serum.
2.10 Penatalaksanaan pada Tetanus
1.Penatalaksanaan medis
Empat pokok dasar tata laksana medik : debridement, pemberian antibiotik,
menghentikan kejang, serta imunisasi pasif dan aktif, yang dapat dijabarkan
sebagai berikut :
a. Diberikan cairan intravena dengan larutan glukosa 5% dan NaCl fisiologis
dalam perbandingan 4 : 1 selama 48-72 jam selanjutnya IVFD hanya untuk
memasukan obat. Jika pasien telah dirawat lebih dari 24 jam atau pasien sering
kejang atau apnea, diberikan larutan glukosa 10% dan natrium bikarbonat 1,5%
dalam perbandingan 4 : 1 (jika fasilitas ada lebih baik periksa analisa gas darah
dahulu). Bila setelah 72 jam bayi belum mungkin diberi minum peroral/sonde,
melalui infus diberikan tambahan protein dan kalium.
b. Diazepam dosis awal 2,5 mg intravena perlahan-lahan selama 2-3 menit,
kemudian diberikan dosis rumat 8-10 mg/kgBB/hari melalui IVFD (diazepam
dimasukan ke dalam cairan infus dan diganti setiap 6 jam). Bila kejang masih
sering timbul, boleh ditambah diazepam lagi 2,5 mg secara intravena perlahanlahan dan dalam 24 jam berikutnya boleh diberikan tembahan diazepam 5
mg/kgBB/hari sehingga dosis diazepam keseluruhannya menjadi 15
mg/kgBB/hari. Setelah keadaan klinis membaik, diazepam diberikan peroral dan
diurunkan secara bertahap. Pada pasien dengan hiperbilirubinemia berat atau bila
makin berat, diazepam diberikan per oral dan setelah bilirubin turun boleh
diberikan secara intravena.
c. ATS 10.000 U/hari, diberikan selama 2 hari berturut-turut dengan IM. Perinfus
diberikan 20.000 U sekaligus.
d. Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis, intravena selama 10 hari.
Bila pasien menjadi sepsis pengobatan seperti pasien lainnya. Bila pungsi lumbal
tidak dapat dilakukan pengobatan seperti yang diberikan pada pasien meningitis
bakterialis.
e. Tali pusat dibersihkan/kompres dengan alcohol 70%/Betadine 10%.
f. Perhatikan jalan napas, diuresis, dan tanda vital. Lendir sering dihisap.

2. Penatalaksanaan keperawatan
Perawatan intensif terutama ditujukan untuk mencukupi kebutuhan cairan dan
nutrisi, menjaga saluran nafas tetap bebas, mempertahankan oksignasi yang
adekuat, dan mencegah hipotermi. Perawatan puntung tali pusat sangat penting
untuk membuang jaringan yang telah tercemar spora dan mengubah keadaan
anaerob jaringan yang rusak, agar oksigenasi bertambah dan pertumbuhan bentuk
vegetatif maupun spora dapat dihambat. setelah puntung tali pusat dibersihkan
dengan perhydrol, dibutuhkan povidon 10% dan dirawat secara terbuka.
Perawatan puntung tali pusat dilakukan minimal 3 kali sehari

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN TETANUS
- Analisa data
TG
DATA
ETIOLOGI
L
Situasi
04DATA SUBYEKTIF
02- - Keluarga mengatakan
2002 bahwa tidak tahu
saya harus
bagaimana untuk
membantu suaminya
yang sedang kejang
- Keluarga mengatakan
bagaimana kondisi
suaminya apakah
bias disembuhkan
atau tidak
- Klien pernah diberi
penjelasan tentang
operasinya di Poli
dan ruangan
- Kelarga mengatakan
kenapa suami saya
sering kejang terus
- KEluarga (isteri)
mengatakan
suaminya tidak bias
makan dan minum
hanya bias
mengaduh,
mengerang
DATA OBYEKTIF
- Keluarga tampak
menangis dan
bingung menghdapai
sisuasi suaminya
yang sedang sakit
kritis penyakit
dan sambil duduk
tetanus
selonjorkan kaki
10

MASALAH
pengetahuan

Jalan nafas

- Klien dengan tetanus


dengan gradasi
penyakit 17 (berat;
masa inkubasi saat
MRS 5 hari, tempat
infeksi ekstremitas
bawah distal,
imnunisasi (-), dan
penyakit penyerta
(1)
- Keluarga banyak
bertanya
Paska operasi :
DATA SUBYEKTIF
- Klien mengatakan
terasa sakit ddan
pega-pegal sleuruh
utbuh.
- Klien mengatakan
tidak bias atau sulit
menelan

Keluarga kurang
mendapat
informasi dan
pengalaman
tentang
penyakitnya

Kurang
pengetahuan

Mekanisme
koping tidak
adekuat
cemas

Cedera fisik

DATA OBYEKTIF
- Sekresi pada mulut (+
+)
- Posisi terlentang
dengan tangan diikat
- Pernafasan spontan
dan agak ngorok
- Pemeriksaan paru Rh
-/-, wh -/- RR 24 kali/menit
Invasi kuman ke
otot bergaris
Otot pernafasan
terserang/spasme
lairng

Suhu tubuh
11

Rangsangan air
liur/sekresi ++

DATA SUBYEKTIF
- KLien mengatakan
terasa sakit, pegalpegal seluruh
tubuuh, dan kaku.

Kekakuan pada
mulut dan lidak

DATA OBYEKTIF
- Klien gelisah
- Klien selalu
menggerakkan kaki
sehingga sering kali
kaki menggelantung
- Tangan kanan dan kiri
terfiksasi, tangan kiri
terpasang infus
- Klien tidur terlentang
dengan dipasang
pengaman pad
atempat tidur.

DATA SUBYEKTIF
DATA OBYEKTIF
- Muka dan dada
berkeringan, suhu
akral hangat
- Suhu tubuh 395 oC,
nadi 96
kali/mnt/takhikardia
- Baju terbuka
- Lab.leuskosit (tae)

12

Sulit

menelan

Jalan nafas tidak


efektif
(aspiksia)

13

Bersihan jalan
nafas

Tetanus
Toksin pada Otot
motoik/sensoris
normal
Peningkatan
refleks pad
anggota gerak
yang terkena
luka
Kompresi tulang
Gelisah

Cedera fisik

Eksotoksin

Pembuluh
darah/jaringan
(neutropil,
limposit
meningkat)
Metabolisme
meningkat

Hiperpireksia

14

G.Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret yang
berlebihan pad ajalan nafas atas.
2. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan penyakitnya
berhubungan dengan keterbatasan informasi
3. Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan serangan kejang berulang.
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi eksotoksin
5. Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan
dengan ketidakmampuan menelan
II. Perencanaan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret yang
berlebihan pada jalan nafas atas.
Bersihan Jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret pada jalan nafas
Tujuan : Jalan nafas bersih
Kriteria ;
- pernafasan spontan (hidung dan mulut)
- RR 16-20 kali/mnt
- Tidak ada sianosis
Rencana Tindakan
1. Monitor tanda-tanda vital;
terutama pernafasan
2. Monitor bersihan jalan nafas :
sputum, mulut, stridor, ronchii
3. Atur posisi klien : kepala
hiperekstensi
4. Atur posisi klien :
Trendelenburk

5. Lakukan fibrasi paru dan


postural drainage

6. Lakukan penghisapan lendir

Rasional
Pernafasan merupakan
karakteristik utama yang
terpengaruh oleh adanya sumbatan
jalan nafas
Pemantauan kepatenan jalan nafas
penting untuk menentukan
tindakan yang perlu diambil
3. Meminimalkan resiko sumbatan
jalan nafas oleh lidah dan sputum
4. Merupakan mekanisme postural
drainage, memfasilitasi
pengeluaran secret paru
5. Rangsangan fisik dapat
meningkatkan mobilitas secret dan
merangsang pengeluaran secret
lebih banyak
6. Eliminasi lendir dengan suction
15

tiap 3 jam atau bila perlu

7. Evaluasi hasil kegiatan tiap 3


jam atau bila perlu

sebaiknya dilakukan dalam jangka


waktu kurang dari 10 menit,
dengan pengawasan efek samping
suction
7. Memastikan tindakan/prosedur
yang dilakukan telah mengurangi
masalah pada klien

2. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan penyakitnya


berhubungan dengan keterbatasan informasi
Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga tentang penanganan penyakitnya dapat
meningkat.
Kriteria Hasil :
a. Klien dan keluarga dapat mengerti proses penyakit dan penanganannya
b. klien dapat diajak kerja sama dalam program terapi
c. klien dan keluarga dapat menyatakan melaksanakan penejlasan dna pendidikan
kesehatan yang diberikan.

INTERVENSI
1. Identifikasi tingkat pengetahuan
klien dan keluarga
2. Hindari proteksi yang berlebihan
terhadap klien , biarkan klien
melakukan aktivitas sesuai dengan
kemampuannya.
3. ajarkan pada klein dan keluarga
tentang peraawatan yang harus
dilakukan sema kejang
4. jelaskan pentingnya
mempertahankan status kesehatan
yang optimal dengan diit, istirahat,
dan aktivitas yang dapat menimbulkan
kelelahan.
5. jelasakan tentang efek samping obat
(gangguan penglihatan, nausea,
vomiting, kemerahan pada kulit,
synkope dan konvusion)
6. jaga kebersihan mulut dan gigi
secara teratur

RASIONAL
1. Tingkat pengetahuan penting
untuk modifikasi proses
pembelajaran orang dewasa.
2. tidak memanipulasi klien
sehingga ada proses
kemandirian yang terbatas.
3. kerja sama yang baik
akanmembantu dalam proses
penyembuhannnya
4. status kesehatan yang baik
membawa damapak pertahanan
tubuh baik sehingga tidak timbul
penyakit penyerta/penyulit.
5. efek samping yang ditemukan
secara dini lebih aman dalam
penaganannya.
6. Kebersihan mulut dan gigi
yang baik merupakan dasar
16salah satu pencegahan terjadinya
infeksi berulang.

3. Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan serangan kejang berulang.


Tujuan : Klien tidak mengalami cedera selama perawatan
Kriteria hasil :
a. Klien tidak ada cedera akibat serangan kejang
b. klien tidur dengan tempat tidur pengaman
c. Tidak terjadi serangan kejang ulang.
d. Suhu 36 37,5 C , Nadi 60-80x/menit (bayi), Respirasi 16-20 x/menit
1. Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
INTERVENSI
1. Identifikasi dan hindari faktor
pencetus
2. Tempatkan klien pada tempat tidur
yang memakai pengaman di ruang
yang tenang dan nyaman
3. anjurkan klien istirahat
4. sediakan disamping tempat tidur
tongue spatel dan gudel untuk
mencegah lidah jatuh ke belakng
apabila klien kejang
5. lindungi klien pada saat kejang
dengan :
longgarakn pakaian
posisi miring ke satu sisi
jauhkan klien dari alat yang dapat
melukainya
kencangkan pengaman tempat tidur
lakukan suction bila banyak sekret
6. catat penyebab mulainya kejang,
proses berapa lama, adanya
sianosis dan inkontinesia, deviasi
dari mata dan gejala-hgejala
lainnya yang timbul.
7. sesudah kejang observasi TTV
setiap 15-30 menit dan obseervasi
keadaan klien sampai benar-benar
pulih dari kejang
8. observasi efek samping dan
keefektifan obat
9. observasi adanya depresi pernafasan
17

RASIONAL
1. Penemuan faktor pencetus untuk
memutuskan rantai penyebaran toksin
tetanus.
2. Tempat yang nyaman dan tenang dapat
mengurangi stimuli atau rangsangan yang
dapat menimbulkan kejang
4. efektivitas energi yang dibutuhkan
untuk metabolisme.
5. lidah jatung dapat menimbulkan
obstruksi jalan nafas.
5. tindakan untuk mengurangi atau
mencegah terjadinya cedera fisik.

6. dokumentasi untuk pedoman dalam


penaganan berikutnya.

7. tanda-tanda vital indikator terhadap


perkembangan penyakitnya dan
gambaran status umum klien.

dan gangguan irama jantung


10. lakukan pemeriksaan neurologis
setelah kejang
11. kerja sama dengan tim :
pemberian obat antikonvulsan dosis
tinggi
pemeberian antikonvulsan (valium,
dilantin, phenobarbital)
pemberian oksigen tambahan
pemberian cairan parenteral
pembuatan CT scan

8. efek samping dan efektifnya obat


diperlukan motitoring untuk tindakan
lanjut.
9 dan 10 kompliksi kejang dapat terjadi
depresi pernafasan dan kelainan irama
jantung.
11. untuk mengantisipasi kejang, kejang
berulang dengan menggunakan obat
antikonvulsan baik berupa bolus, syringe
pump.

6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi eksotoksin


Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal setelah 2 jam tindakan
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh normal (36-37OC)
Keringat minimal
Tidak haus
Nadi 80 x/mnt

Rencana Tindakan

Rasional

18

1. Monitori saat timbulnya


demam

1. Observasi hasil untuk


mengidentifikasi pola demam

2.Monitor tanda-tanda vital


tiap 3 jam atau lebih sering

2. Acuan untuk mengetahui keadaan


umum klien
3. Peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak
4. Konduksi suhu membantu
menurunkan suhu tubuh
5. Pakaian yang tipis akan membantu
mengurangi penguapan tubuh
6. Pemberian caiaran sangat penting
bagi klien dengan suhu tinggi.
Pemberian caiaran merupakan
wewenang dokter sehingga perawat
perlu berkolaborasi dalam hal ini.

3. Berikan kebutuhan cairan


ekstra

4. Berikan kompres dingin


5. Kenakan pakaian minimal
6. Lanjutkan terapi cairan
intravena RL Saline dan
pemberian antipiretik

BAB III

19

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal
dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada
otot masester dan otot rangka
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram positif
anaerob, Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah
inokulasi bentuk spora ke dalam darah tubuh yang mengalami cedera (periode
inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang manifestasi
klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin (tetanus, gas
ganggren, dipteri, botulisme).
Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan
hewan peliharaan dan di daerah pertanian. Tempat masuknya kuman penyakit ini
bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal,
tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang
dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari
tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada
pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA
20

Doenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi.3.Jakarta: EGC


http:// likalikuluke.multiply.com/journal/item/9+pengertian+Tetanus
A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran.Edisi Revisi. Jakarta :
Gitamedia Press.
Juall Carpenito, lynda RN,(1999).Diagnosa dan Rencana Keperawatan. Ed 3.
Jakarta : Media Aesculappius.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
Penerbit Kedokteran (EGC)

21

Você também pode gostar