Você está na página 1de 61

Arti Taqwa

Menurut

Syara' dan Macamnya


Ma'rifatullah Bagian II
Pengertian dan makna takwa yaitu berasal dari kata "Takwa" adalah mengambil tindakan
penjagaan dan juga memelihara diri dari sesuatu yang mengganggu dan juga keburukan.
Pengertian takwa menurut syara' "Takwa" itu berarti menjaga dan memelihara diri dari siksa dan
murka Allah dengan jalan melaksanakan perintah-perintah-Nya serta menjauhi semua laranganlarangan-Nya, menjauhi semua kemaksiatan dan taat kepada Allah SWT.
Sebagaimana dengan firman Allah berkenaan dengan takwa tersebut di atas yaitu : Artinya
"Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah adalah orang
yang paling bertakwa".
Rasulullah saw. pernah ditanya oleh seseorang : "Wahai Rasulullah saw. siapakah keluarga
Muhammad
itu?.
Buku Menjadi Takwa dengan puasa
Rasulullah saw, menjawabnya : "Orang yang bertakwa kepada Allah SWT. dan takwa itu
merupakan suatu kumpulan perbuatan baik, sedangkan esensinya adalah selalu taat kepada Allah
SWT. supaya sadar dan terhindar dari siksa-Nya.
Hal semacam itu supaya ditaati bukan untuk diingkari, agar diingat tidak untuk dilupakan, serta
supaya disyukuri bukan untuk dikufuri".
Takwa itu adalah membentengi diri dari siksa Allah SWT. dengan jalan taat kepada-Nya,
(menurut pendapat dari para ahli Tashawwuf), sedangkan menurut pendapat dari Fuqaha (ahli
fiqih) Takwa itu berarti bahwa menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat melibatkan diri
kepada perbuatan dosa.
Adapun pendapat dari Abdullah Ibnu Abbas ra. menerangkan bahwa orang yang bertakwa itu
ialah :

Orang yang selalu berhati-hati dalam ucapan dan perbuatannya agar tidak mendapatkan
suatu murka dan siksa Allah juga meninggalkan dorongan hawa nafsu.

Orang yang selalu mengharapkan suatu rahmat dari Allah dengan jalan meyakini dan juga
melaksanakan semua ajaran yang telah diturunkan Allah.

Takwa itu merupakan satu modal dari persiapan sedangkan sabar itu adalah merupakan satu dari
amal perbuatan baik, dan tidak ada satupun argumentasi yang benar kecuali Rasulullah saw,

sebab itu tidak ada seorang pun yang dapat menolong kecuali Allah SWT. (menurut pendapat
dari Sahal bin Abdullah).
Agar supaya manusia itu bertakwa maka akhirat diciptakan sedangkan supaya manusia itu
menerima cobaan maka diciptakan dunia, itulah pendapat dari Al-Kattani. Seseorang dapatlah
dikatakan sempurna takwanya jika orang tersebut dapat menjaga diri dari segala perbuatan dosa
meskipun seberat biji sawi atau sekecil atom sekalipun, dan meninggalkan sesuatu yang tidak
halal sebab takut akan tergelincir kepada hal-hal yang dimurkai allah dan dosa, maka dengan
demikian akan terbentuk suatu benteng pengingat kokoh sekali di antara dirinya dengan sesuatu
yang berakibat dosa dan perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT., itulah pengertian takwa
menurut pendapat dari Abu Darda.
Menurut pendapat Musa bin A'yun menerangkan bahwa bertakwa berarti membersihkan diri dari
bermacam-macam subhat, sebab takut akan jatuh ke dalam hal yang sama sehingga dari beberapa
pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai ciri-ciri dari orang yang bertakwa
antara lain adalah : kecuali tuntunan Allah, maka segala sesuatu haruslah ditinggalkan. Segala
sesuatu yang dapat menjauhkan diri dari Allah SWT., maka haruslah ditinggalkan.
Menentang hawa nafsu serta meninggalkan segala hasrat jiwa.
Melaksanakan serta memelihara tata cara kehidupan menurut syariat Islam di dalam segala
ucapan juga perbuatan haruslah mengikuti dan mencontoh tuntunan dari Rasulullah saw.
Ada beberapa arti mengenai kata "Takwa" yang telah dijelaskan oleh Al-Qur'an, di antaranya
adalah sebagai berikut :
Sebagaimana di dalam firman Allah SWT. arti takwa mempunyai arti "Taubat", yakni di dalam
surat Al Hujarah ayat 41 artinya adalah :
"Dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa". Takwa mempunyai makna "Ketaatan dan
ibadah", sesuai dengan firman Allah SWT. yang artinya adalah sebagai berikut: "Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". (QS. 3 : 102).
Takwa berarti "Bersih hati dari dosa", firman Allah SWT.: "Dan barangsiapa yang taat kepada
Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka itu adalah
orang-orang yang telah mendapatkan kemenangan". (QS. An-Nur : 52).
Dari ketiga dalil tersebut di atas maka yang dimaksudkan oleh tokoh-tokoh Shufi adalah yang
terakhir, sehingga mereka mengambil sebuah kesimpulan bahwa Takwa itu adalah terpeliharanya
hati dari berbagai dosa, yang memungkinkan akan terjadi karena adanya keinginan yang kuat
untuk meninggalkannya, maka dengan demikian manusia akan terpelihara dari segala kejahatan.
Kecuali hanya kepada Allah SWT., maka kepada segala apapun, seorang hamba tidak akan takut,
itulah yang dimaksud dengan takwa menurut Nashr Abadzi. Di samping itu juga Nashr
menerangkan satu hal lagi yaitu : "Barangsiapa yang selalu bertakwa, maka ia akan merasa
keberatan sekali untuk meninggalkan akhirat" sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
Artinya : "Desa akhirat itu lebih baik bagi orang-orang bertakwa, apakah kalian semua tidak
berpikir". (QS. Al-An'am: 32).
"Barangsiapa yang selalu menginginkan agar takwanya benar, maka dia harus meninggalkan
semua perbuatan dosa". (Menurut pendapat Sahal).
Allah akan memudahkan hatinya untuk berpaling dari kemewahan dunia, barangsiapa yang
mampu untuk merealisasikan takwa, menurut sebagian dari para Ulama'.
Takwa menurut Abu Bakar Muhammad Ar-Rudzabari adalah meninggalkan segala sesuatu yang
dapat menjauhkan! diri dari Allah SWT., sedangkan menurut dari Dzun Nun yang dimaksud

dengan takwa ialah: orang yang tidak mengotori jiwa secara lahir dengan suatu hal-hal yang
bertentangan dan tidak mengotori jiwa batin dengan interaksi sosial di dalam kondisi demikian,
seseorang itu akan selalu kontak dengan Allah SWT. dan dapat berkomunikasi dengan Allah.
Takwa itu terbagi menjadi dua bagian, menurut pendapat ini Ilmu Atha' yakni : Takwa lahir
adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Takwa lahir batin adalah niat
dan ikhlas. sehingga di dalam hal seperti ini Dzun Nun Al-Misri mengedapankan pendapatnya
dalam bentuk syair ada kehidupan yang sejati kecuali dengan kekuatan hati mereka yang selalu
merindukan takwa dan menyukai dzikir ketenangan telah merasuk ke dalam jiwa yakin dan baik
sebagaimana bayi yang masih menetek lelah merasuk ke dalam pangkuan.
Bertakwa itu dapat dijadikan standar apabila telah memenuhi dalam tiga hal, menurut pendapat
seorang laki-laki, antara lain: Niat yang baik dalam hal yang tidak mungkin diperolehnya, Ridha
yang baik dalam hati yang telah diperoleh, Sabar dalam hal yang "baik dalam hal yang telah
lewat. .
Menurut satu pendapat yang lain bahwa takwa itu dapat dibagi menjadi beberapa bentuk ialah :

Takwa orang awam karena menghindarkan diri dari syirik.

Takwa orang yang istimewa karena menghindarkan diri dari perilaku maksiat.

Takwa para wali karena menghindarkan diri dari perbuatan jelek.

Takwa para Nabi karena menghubungkan diri dengan berbagai aktivitas yang di
dalamnya terkandung takwa.

Telah dituturkan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra. bahwa sebaik-baik orang di dunia
ini adalah orang yang dermawan dan juga sebaik-baik orang di akhirat nanti adalah orang yang
takwa.
Adapun dalil-dalil yang menerangkan dan juga memperjelas mengenai Takwa itu adalah antara
lain berdasarkan pada firman-firman Allah SWT. dan juga hadits-hadits Nabi. .
Terdapat di dalam surat Ali-Imran ayat 102, artinya: "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah
kepada Allah SWT. dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". .
Di dalam surat Al-A'raf ayat 35, artinya adalah : "Barang- siapa yang bertakwa dan berlaku baik,
tidak akan ada rasa khawatir pada diri mereka dan mereka tidak akan berduka cita". .
Terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 103, artinya: "Sekiranya mereka beriman dan bertakwa,
tentu akan mendapatkan pahala yang lebih baik di sisi Allah, sekiranya mereka mengetahui". .
Di dalam surat An-Nahl ayat 128, yang artinya adalah : "Sesungguhnya Allah menyertai orangorang yang takwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan". .
Terdapat pada surat Al-Maidah ayat 96, artinya "Takwalah kamu kepada Allah SWT. yang
kepada-Nya nanti kamu akan dikumpulkan". .
Surat Al-Ahzab, ayat 70 - 71, artinya adalah : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah menghendaki bagimu amalanamalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.
Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul- Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar".

Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, adalah: "Aku berpesan kepadamu dengan takwa kepada
Allah dalam segala urusanmu baik yang tersembunyi ataupun yang terang-terangan".
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad juga, artinya : "Aku berpesan kepadamu untuk
takwa kepada Allah, karena takwa itu pokok pangkal segala sesuatu". Hadits riwayat Tirmidzi,
artinya adalah : "Takwalah kepada Allah di dalam segala sesuatu yang kamu ketahui",
Di dalam hadits yang telah diriwayatkan oleh Muslim, yakni artinya adalah : "Ya Allah!.
Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu bimbingan, takwa, perlindungan, dari perbuatan haram,
dan kecukupan". hadits yang telah diriwayatkan oleh Thabrani, artinya : "Wajib atas kamu takwa
kepada Allah, sesungguhnya takwa itu mengumpulkan setiap kebaikan dan wajib atasmu
berjihad di jalan Allah, karena sesungguhnya jihad ke jalan Allah kependetaan dalam Islam.
Wajib atas kamu ingat kepada Allah dan membaca kitab-Nya, maka sesungguhnya Dia itu
cahaya bagimu di bumi dan ingatan untuk kamu di langit. Dan sembunyikanlah lidahmu kecuali
dalam kebaikan, karena sesungguhnya dengan demikian itulah kamu mengalahkan setan". hadits
riwayat Ahmad yang artinya adalah sebagai berikut: "Sesungguhnya orang yang paling utama
kepada-Ku adalah orang-orang yang takwa, siapa pun mereka, dan di mana pun mereka berada".
Demikianlah dalil-dalil yang menerangkan atau memperjelas sebagai bukti takwa, untuk
dijadikan sebagai bahan rujukan agar kita dapat memelihara iman kita kepada Allah, juga agar
tetap takwa kepada Allah SWT. karena hanya kepada-Nyalah kita akan kembali juga hanya
kepada Allah jualah tempat segala-galanya
http://islamiwiki.blogspot.com/2013/01/arti-taqwa-menurut-syara-dan-macamnya.html#.VcnaI4mFnJ
Belajar Agama Islam Itu Indah
5 February 2013
TENTANG TAQWA
Seringkali kita mendengar dan mengucapkan kata taqwa, tetapi kita sebagai muslim belum
memahami dan mengerti apalagi memaknai taqwa dalam kehidupan kita yang singkat ini. Sangat
bersyukur sekali kita semua dikaruniakan hadiah terindah dalam hidup kita yakni hidayah islam
dan selalu berdoa untuk setia hingga akhir dalam pelukan hidayah Islam.
Seiring dengan krisis yang datang silih berganti, ibarat kata keimanan dan ketaqwaan kita diuji
dengan berbagai cobaan hidup baik itu kemiskinan, kemelaratan, sulitnya mencari pekerjaan,
meningkatnya kebutuhan hidup dan banyak hal lainnya yang menuntut kesabaran dan keihlasan
hati kita untuk tetap setia berdzikir mengingat kebesaran dan karunia Allah SWT. Cobaan yang
datang bukan saja menguji hakikat hati dan kadar keimanan tetapi menguji ketulusan dan
keridhaan kita akan menrima dan mensyukuri nimat yang diberikan Allah. Banyak Saudara kita
yang tergelincir imannya dan menukar dengan kebutuhan pokok, kepopuleritasan dan hal lainnya
yang gencar dilakukan pihak-pihak yang membenci ISLAM. Mari kita bersama memperkuat tali
silaturrahim diantara kita dan memperkokoh iman kita agar terhindar dari hal-hal yang merusak
dan menukar hidup kita dengan kemurkaan danazab dari Allah SWT. Semoga dengan tulisan
yang sederhana ini proses penguatan iman dan taqwa kita selalu kuat dan kuat tak tergoyahkan
dan tergantikan dengan keimanan lainnya yang sungguh- sunguh sesat dan menyesatkan. Amin
ya Rabbal Alamien.
Islam dengan ajarannya yang indah mengajarkan bahwa perbedaan hakiki manusia tidak berada
pada kedudukan, jabatan, pangkat, kekayaan dan lainnya. Manusia dibedakan dengan kadar dan

bobot nilai mereka di mata Allah. Perbedaan antar manusia di dalam Islam terletak pada sejauh
mana manusia mampu mengoptimalkan kadar ruhaninya untuk mendekat pada Tuhannya.
Perbedaan manusia dan kemuliaan manusia ditentukan oleh nilai dan kadar taqwanya yang
bergolak dalam dadanya. (QS. Al-Hujurat: 13)
Definisi Taqwa
Taqwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya merupakan tindakan seseorang untuk
melindungi dirinya dari hukuman Allah dengan ketundukan total kepada-Nya. Asal-usul taqwa
adalah menjaga dari kemusyrikan, dosa dan kejahatan dan hal-hal yang meragukan (syubhat).
Seruan Allah pada surat Ali Imran ayat 102 yang berbunyi, Bertaqwalah kamu sekalian dengan
sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali dalam keadaan muslim,
bermakna bahwa Allah harus dipatuhi dan tidak ditentang, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri
dan tidak dikufuri.
Taqwa adalah bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya dan jika kita tidak
melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Dia melihat kita. Taqwa adalah tidak terus menerus
melakukan maksiat dan tidak terpedaya dengan ketaatan. Taqwa kepada Allah adalah jika dalam
pandangan Allah seseorang selalu berada dalam keadaan tidak melakukan apa yang dilarangNya, dan Dia melihatnya selalu melakukan kebaikan. Menurut Sayyid Quth dalam tafsirnyaFi
Zhilal al-Qur`antaqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus
menerus dan hati-hati terhadap semua duri kehidupan.
Saat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Kaab apakah taqwa itu? Dia menjawab; Pernahkah
kamu melalui jalan berduri? Umar menjawab; Pernah! Ubay menyambung, Lalu apa yang
kamu lakukan? Umar menjawab; Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan. Maka
Ubay berkata; Maka demikian pulalah taqwa!
Demikian banyak ayat Al-Qur`an yang menyerukan kita untuk bertaqwa dalam bingkai taqwa
yang sebenarnya, dalam kadar taqwa yang semestinya, dalam bobot taqwa yang mampu kita
lakukan. Lihat umpamanya (QS. Al-Ahzab : 70) dan (QS. At-Taubah : 119).
Dalam hadits juga sangat banyak seruan agar taqwa menjadi penghias perilaku kita dan menjadi
mutiara batin kita. Seperti sabda Rasulullah, :
Bertaqwalah kamu kepada Allah, dimanapun kamu berada, dan ikutilah keburukan itu dengan
kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan itu. Dan bergaullah dengan manusia
dengan akhlak yang baik (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ad-Darimi).
Ciri Manusia Taqwa
Seseorang akan disebut bertaqwa jika memiliki beberapa ciri. Dia seorang yang melakukan
rukun Iman dan Islam, menepati janji, jujur kepada Allah, dirinya dan manusia dan menjaga
amanah. Dia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Manusia taqwa
adalah sosok yang tidak pernah menyakiti dan tidak zhalim pada sesama, berlaku adil di waktu
marah dan ridha, bertaubat dan selalu beristighfar kepada Allah. Manusia taqwa adalah manusia
yang mengagungkan syiar-syiar Allah, sabar dalam kesempitan dan penderitaan, beramar maruf
dan bernahi munkar, tidak peduli pada celaan orang-orang yang suka mencela, menjauhi syubhat,

mampu meredam hawa nafsu yang menggelincirkan dari shiratal mustaqim. Itulah diantara ciriciri sosok manusia taqwa itu.
Agar seseorang bisa mencapai taqwa diperlukan saran-sarana. Dia harus merasa selalu berada
dalam pengawasan Allah, memperbanyak dzikir, memiliki rasa takut dan harap kepada Allah.
Komitmen pada agama Allah. Meneladani perilaku para salafus saleh, memperdalam dan
memperluas ilmu pengetahuannya sebab hanya orang berilmulah yang akan senantiasa takut
kepada Allah (QS. Fathir: 28). Agar seseorang bertaqwa dia harus selalu berteman dengan orangorang yang baik, menjauhi pergaulan yang tidak sehat dan kotor. Sahabat yang baik laksana
penjual minyak wangi dimanapun kita dekat maka akan terasa wanginya dan teman jahat laksana
tukang besi, jika membakar pasti kita kena kotoran abunya (HR. Bukhari).
Membaca Al-Qur`an dengan penuh perenungan dan mengambil ibrah juga merupakan sarana
yang tak kalah pentingnya untuk mendaki tangga-tangga menuju puncak taqwa. Instrospeksi,
menghayati keagungan Allah, berdoa dengan khusyu adalah sarana lain yang bisa mengantarkan
kita ke gerbang taqwa. Pakaian dan makanan kita yang halal dan thayyib serta membunuh angan
yang jahat juga sarana yang demikian dahsyat yang akan membawa kita menuju singgasana
taqwa.
Buah Taqwa
Manusia dengan ciri dan karakterisrik di atas akan memetik buah ranum dan manisnya taqwa.
Bukan hanya individual sifatnya namun masyarakat juga akan menikmatinya.
Manusia taqwa akan mendapatkan mahabbah Allah (Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang bertaqwa, (QS. At-Taubah: 4), Allah akan selalu bersama langkah dan pikirnya
(Sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat
kebaikan (QS. An-Nahl; 128), mendapat manfaat dari apa yang dibaca di dalam Al-Qur`an (QS.
Al-Baqarah; 2), lepas dari gangguan syetan sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila
ditimpa was-was dari syetan, mereka ingat kepada Allah maka seketika itu juga mereka melihat
kesalahan-kesalahannya (QS. Al-Araf: 35), diterima amal-amalnya (QS. Al-Maidah: 27),
mendapatkan kemudahan setelah kesulitan dan mendapat jalan keluar setelah kesempitan (QS.
Ath-Thalaq: 2 dan 4)
.
Manusia taqwa akan memiliki firasat yang tajam, mata hati yang peka dan sensitif sehingga
dengan mudah mampu membedakan mana yang hak dan mana pula yang batil.
(QS. Al-Anfaal : 29). Mata hati manusia taqwa adalah mata hati yang bersih yang tidak terkotori
dosa-dosa dan maksiat, karenanya akan gampang baginya untuk masuk surga yang memiliki luas
seluas langit dan bumi yang Allah peruntukkan untuk orang-orang yang bertaqwa (QS. Ali
Imran: 133 dan Al-Baqarah: 211).
Taqwa yang terhimpun dalam individu-individu ini akan melahirkan keamanan dalam
masyarakat. Masyarakat akan merasa tenteram dengan kehadiran mereka. Sebaliknya pupusnya
taqwa akan menimbulkan sisi negatif yang demikian parah dan melelahkan. Umat ini akan lemah
dan selalu dilemahkan, akan menyebar penyakit moral dan penyakit hati. Kezhaliman akan
merajalela, adzab akan banyak menimpa. Masyarakat akan terampas rasa aman dan kenikmatan

hidupnya. Masyarakat akan terenggut keadilannya, masyarakat akan hilang hak-haknya.


Semakin taqwa seseorang -baik dalam tataran individu, sosial, politik, budaya, ekonomi- maka
akan lahir pula keamanan dan ketenteraman, akan semakin marak keadilan, akan semakin
menyebar kedamaian. Taqwa akan melahirkan individu dan masyarakat yang memiliki
kepekaaan Ilahi yang memantulkan sifat-sifat Rabbani dan insani pada dirinya.
Sungguh Allah Swt telah memberikan karunia terindah atas umat muslim yang beriman dan
bertaqwa hanya kepada NYA.
Akankah kita seperti hamba Allah lainnya menghadap kepadaNya dengan kebanggaan dan
tingkat taqwa setinggi-tinggi untuk menemui Dzat Yang Maha Agung Allah Swt ?
Semoga kelak kita termasuk ke dalam golongan orang beriman dan mendapat SyafaatNya di hari
Pembalasan. Amin.
Wallahu a'lam bis shawab
https://www.facebook.com/BelajarAgamaIslamItuIndah/posts/125240787652980

Lima Ciri Manusia Bertakwa


Jumat, 19 Juli 2013, 11:10 WIB
Komentar : 4

alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).
A+ | Reset | AREPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr HM Harry M Zein
Ibadah puasa yang saat ini kita jalani sebagaimana diperitahkan oleh Allah SWT didalam
firman-Nya QS al-Baqarah ayat 183, yang artinya, Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa.
Firman Allah tersebut terkandung makna bahwa ibadah puasa itu esensinya adalah membentuk
segepap pribadi muslim yg beriman dan bertaqwa. Betapa pentingnya nilai taqwa, dan taqwa
merupakan bekal yang terbaik dalam menjalani kehidupan di dunia dan betapa tingginya derajat
taqwa. Manusia yang paling mulia derajatnya di sisi Allah SWT adalah orang yang paling taqwa
di antara mereka.
Paling tidak ada lima ciri-ciri secara umum kategori orang-orang bertakwa diantaranya; Pertama,
dalam hidupnya gemar menginfakkan harta bendanya di jalan Allah, baik dalam keadaan sempit
maupun lapang.

Kedua, mampu mengendalikan serta menahan diri dari sifat amarah.


Ketiga, selalu bersifat pemaaf dan tidak pendendam kepada orang lain yang berbuat salah.
Keempat, tatkala terjerumus pada perbuatan keji dan dosa atau menzalimi diri sendiri, ia segera
ingat kepada Allah, dan kemudian bertobat, beristighfar, memohon ampunan kepada-Nya atas
segala perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
Kelima, secara sadar tidak mengulang perbuatan keji dan mungkar yang pernah dilakukan.
Ciri-ciri orang bertakwa itu dapat secara jelas kita lihat dalam QS Ali Imran: 133-135 yang
artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang
yang menginfakkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah SWT menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya
itu, sedang mereka mengetahui.
Betapa luhurnya manusia takwa ini, oleh karena itu ibadah puasa semoga dapat menempa
sekaligus melahirkan sebuah masyarakat kota Tangerang yang mengedepankan keluhuran ahlaq
mulia, ditengah hiruk pikuknya serta gemerlapnya kehidupan Kota Megapolitan ini. Kota yang
dihuni 1.5 juta jiwa dan 99 persen beragama Islam. Namun demikian Islam adalah sebuah agama
rahmatan lil alamin yang sangat menghormati agama-agama lain hidup serta tumbuh
berdampingan.
Kualitas puasa yang akan melahirkan orang-orang bermoral taqwa inilah sangat dibutukan di
dalam membangun masyarakat yang baik. Ada banyak keuntungan yang akan diperoleh baik
secara individu maupun kolektif terhadap kualitas nilai ketakwaan itu diantaranya:
Pertama, mereka akan memperoleh al-Furqon, yaitu kemampuan untuk membedakan antara yang
haq dan yang bathil, halal dan haram, dan segenap kesalahannya serta dosa-dosanya akan
diampuni. Hal ini menjadi bagian sebuah perjuangan masing-masing agar meraih predikat taqwa
tersebut.
Kedua, mereka akan memperoleh jalan keluar dari segala ragam problema hidup yang
dihadapinya, dan akan dianugrahkan rizki tanpa diduga serta dimudahkan segala urusannya.
Ketiga, segenap amalan-amalan shalehnya diterima oleh Allah SWT dan menjadi berat
timbangannya dihari kiamat kelak, dengan mudah penghisabannya dan kelak menerima catatancatatan amalnya yang baik. Coba kita renungkan firman Allah SWT dalam QS Az-Zalzalah: 7-8
yang artinya: Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat atompun, niscaya dia akan
melihat (balasan)-Nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat atompun, niscaya

dia akan melihat (balasan)-Nya pula.


Keempat, Allah SWT akan memasukan kedalam surga, kekal didalamnya serta hidup dalam
keridhaan-Nya. Hal itu sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Ali Imran: 15 yang artinya,
untuk orang-orang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang
disucikan serta keridhaan Allah SWT. Dan Allah maha melihat akan hamba-hambanhya.
Jelaslah bahwa dengan taqwa kepada Allah SWT akan dapat kita raih kemulian hidup serta
kebaikan di dunia. Melalui ibadah Shaum/puasa yang selama sebulan penuh kita tunaikan
semoga dapat membentuk sebuah pribadi yang baik dan yang lebih penting adalah daqpat
meningkatkan kualitas keimanan serta ketaqwaan kepada-Nya.
Nilai takwa ini akan sangat dibutuhkan dan bahkan menjadi modal sosial di dalam membangun
sebuah peradaban masyarakat Kota Tangerang yang multi kultur, dengan berbagai komplesitas
permasalahan kota terus menghadang, hanya orang-orang yng memiliki kualitas taqwa inilah
yang dapat survive dan dapat dimanifestasikan ke dalam tata laku kita sehari-hari. Sehingga nilai
taqwa akan memberi kontribusi positif bagi kehidupan sosial yang lebih luas.
Sebagaimana yang dituturkan Rasulullah SAW bahwa jihad yang paling besar adalah jihad
melawan hawa nafsu. Semoga kita ditakdirkan oleh Allah SWT ke dalam golongan orang-orang
yang selalu taat serta patuh terhadap perintah-Nya.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/07/19/mq60y8-lima-ciri-manusia-bertakwa

Pengertian Takwa Menurut Bahasa dan


Istilah
TAKWA (taqwa) bukan kata atau istilah asing bagi kita. Apa pengertian takwa yang
sebenarnya?
Pengertian Takwa Menurut Bahasa
Menurut bahasa, takwa berasal dari bahasa Arab yang berarti memelihara diri dari siksaan
Allah SWT, yaitu dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
(Imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahihi).
Takwa (taqwa) berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara, yakni menjaga
diri agar selamat dunia dan akhirat.
Kata Waqa juga bermakna melindungi sesuatu, yakni melindunginya dari berbagai hal yang
membahayakan dan merugikan.

Pengertian Takwa Menurut Istilah

Pengertian takwa menurut istilah kita dapatkan di banyak literatur, termasuk Al-Quran, Hadits,
dan pendapat sahabat serta para ulama. Semua pengertian takwa itu mengarah pada satu konsep:
yakni melaksanakan semua perintah Allah, menjauhi larangannya, dan menjaga diri agar
terhindari dari api neraka atau murka Allah SWT.
Ibn Abbas mendefinisikan takwa sebagai "takut berbuat syirik kepada Allah dan selalu
mengerjakan ketaatan kepada-Nya" (Tafsir Ibn Katsir).
Ketika Abu Dzarr Al-Ghifari meminta nasihat kepada baginda Rasulullah, maka pesan paling
pertama dan utama yang beliau sampaikan kepada sahabatnya itu adalah takwa. Rasulullah Saw
bersabda:
"Saya wasiatkan kepadamu, bertakwalah engkau kepada Allah karena takwa itu adalah pokok
dari segala perkara." (Tanbihul Ghofilin, Abi Laits As-Samarkindi).
Imam Qurthubi mengutip pendapat Abu Yazid al-Bustami, bahwa orang yang bertakwa itu
adalah: "Orang yang apabila berkata, berkata karena Allah, dan apabila berbuat, berbuat dan
beramal karena Allah."
Abu Sulaiman Ad-Dardani menyebutkan: "Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang
kecintaan terhadap hawa nafsunya dicabut dari hatinya oleh Allah."
Ibn Qayyim al-Jauziyyah menegaskan, bahwa hakikat taqwa adalah taqwa hati, bukan takwa
anggota badan." (Al-Fawaid).

Pengertian Takwa Menurut Al-Quran dan Hadits


Pengertian takwa menurut sahabat Nabi Saw dan ulama di atas tentu saja merujuk pada Quran
dan Hadits.
Al-Quran menyebutkan, takwa itu adalah beriman kepada hal gaib (Yang Mahagaib: Allah
SWT), Hari Akhir, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, beriman pada kitab-kitab Allah,
dengan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman dalam menjalankan hidupnya (QS. AlBaqarah:2-7).
Menurut hadits Nabi Saw, pengertian takwa berintikan pelaksanaan perintah Allah SWT atau
kewajiban agama.
"Laksanakan segala apa yang diwajibkan Allah, niscaya kamu menjadi orang yang paling
bertakwa". (HR. Ath-Thabrani).
Orang bertakwa senantiasa meluangkan waktu untuk beribadah dalam pengertian ibadah
mahdhoh --kewajiban utama seperti sholat dan zakat, serta puasa Ramadhan dan haji bagi yang
mampu.
Allah Azza Wajalla juga berfirman dala Hadits Qudsi): "Hai anak Adam, luangkan waktu untuk

beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan
kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku
tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Wallahu a'lam
bish-shawab. (www.risalahislam.com).*
http://www.risalahislam.com/2014/06/Pengertian-Takwa-Menurut-Bahasa-Istilah.html

Posted 17 Juli 2009 by jalandakwahbersama in TASAWUF. Tagged: TASAWUF. 16 Komentar


Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan
seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat.
Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya
di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan
menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama
hamba Nya itu suka menolong saudaranya. (HR. Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arbain
An Nawawi hadits ke 36).
Apabila kita mengetahui bahwa sebenarnya kita mampu berbuat sesuatu untuk menolong
kesulitan orang lain, maka segeralah lakukan, segeralah beri pertolongan. Terlebih lagi bila orang
itu telah memintanya kepada kita. Karena pertolongan yang kita berikan, akan sangat berarti bagi
orang yang sedang kesulitan. Cobalah bayangkan, bagaimana rasanya apabila kita berada di
posisi orang yang meminta pertolongan pada kita, Dan sungguh Allah SWT sangat mencintai
orang yang mau memberikan kebahagiaan kepada orang lain dan menghapuskan kesulitan orang
lain.
Berikut beberapa hadits yang menerangkan tentang keutamaan menolong dan meringankan
beban orang lain:
1. Pada suatu hari Rasululah SAW ditanya oleh sahabat beliau : Ya Rasulullah, siapakah
manusia yang paling dicintai Allah dan apakah perbuatan yang paling dicintai oleh
Allah ? Rasulullah SAW menjawab : Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah
manusia yang paling banyak bermanfaat dan berguna bagi manusia yang lain;
sedangkan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberikan kegembiraan
kepada orang lain atau menghapuskan kesusahan orang lain, atau melunasi hutang
orang yang tidak mampu untuk membayarnya, atau memberi makan kepada mereka
yang sedang kelaparan dan jika seseorang itu berjalan untuk menolong orang yang
sedang kesusahan itu lebih aku sukai daripada beritikaf di masjidku ini selama satu
bulan ( Hadits riwayat Thabrani ).
2. Setiap gerakan pertolongan merupakan nilai pahala Siapa yang menolong saudaranya
yang lain maka Allah akan menuliskan baginya tujuh kebaikan bagi setiap langkah yang
dilakukannya (HR. Thabrani ).
3. Memberikan bantuan juga dapat menolak bala, sebagaimana dinyatakan Sedekah itu
dapat menolak tujuh puluh pintu bala (HR Thabrani ). Pertolongan Allah kepada
seseorang juga tergantung dengan pertolongan yang dilakukannya antar manusia.

Sesungguhnya Allah akan menolong seorang hamba-Nya selama hamba itu menolong
orang yang lain. (Hadits muslim, abu daud dan tirmidzi)
4. Lebih hebat lagi, membantu orang yang susah lebih baik daripada ibadah umrah,
sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih berikut ini: Siapa yang berjalan
menolong orang yang susah maka Allah akan menurunkan baginya tujuh puluh
lima ribu malaikat yang selalu mendoakannya dan dia akan tetap berada dalam
rahmat Allah selama dia menolong orang tersebut dan jika telah selesai melakukan
pertolongan tersebut, maka Allah akan tuliskan baginya pahala haji dan umrah dan
sesiapa yang mengunjungi orang yang sakit maka Allah akan melindunginya dengan
tujuh puluh lima ribu malaikat dan tidaklah dia mengangkat kakinya melainkan akan
dituliskan Allah baginya satu kebaikan, dan tidaklah dia meletakkan tapak kakinya
untuk berjalan melainkan Allah angkatkan daripadanya, Allah akan ampunkan baginya
satu kesalahan dan tinggikan kedudukannya satu derajat sampai dia duduk disamping
orang sakit, dan dia akan tetap mendapat rahmat sampai dia kembali ke rumahnya
(HR Thabrani ).
5. Memberikan bantuan juga dapat memadamkan kemarahan Tuhan, perhatikan hadits
berikut ini: Sesungguhnya sedekah yang sembunyi-sembunyi akan memadamkan
kemarahan Allah, dan setiap perbuatan baik akan mencegah keburukan dan silaturrahmi
itu akan menambah umur dan menghilangkan kefaqiran dan itu lebih baik daripada
membaca laa haula wa laa quwwata illaa billah padahal dengan membacanya saja akan
mendapat perbendaharaan surga dan dengan berbuat baik itu juga dapat
menyembuhkan penyakit dan menghilangkan kegelisahan (HR. Thabrani ).
6. Menolong orang lain juga dapat mengampuni dosa. Siapa yang berjalan untuk
membantu saudaranya sesama muslim maka Allah akan menuliskan baginya suatu
kebaikan dari tiap langkah kakinya sampai dia pulang dari menolong orang tersebut.
Jika dia telah selesai dari menolong saudaranya tersebut, maka dia telah keluar dari
segala dosa-dosanya bagaikan dia dilahirkan oleh ibunya, dan jika dia ditimpa
kecelakaan (akibat menolong orang tersebut) maka dia akan dimasukkan ke dalam
surga tanpa hisab (HR. Abu Yala ).
7. Allah SWT akan memberikan pelayanan surga kepada orang yang menolong
meringankan beban hidup orang lain. Perhatikan hadits berikut ini: Sesiapa yang
bersikap ramah kepada orang lain dan meringankan beban hidupnya baik sedikit
maupun banyak maka kewajiban bagi Allah untuk memberikan kepadanya pelayanan
dengan pelayanan surga (HR Thabrani ).
8.

Orang yang menolong orang yang sakit laksana berada dalam taman surga, seperti
dinyatakan oleh hadits: Siapa yang mengunjungi seseorang yang lain maka dia
mendapatkan rahmat Allah dan siapa yang mengunjungi orang yang sakit maka dia
seperti berada di dalam taman-taman (raudhah) surga (HR Thabrani ).

9. Membantu orang lain juga merupakan ibadah shalat dan sedekah, sebagaimana dalam
hadtis disebutkan : Amar Makruf dan mencegah kemungkaran yang kamu lakukan

adalah shalat. Menolong orang yang susah juga merupakan shalat. Perbuatan
menyingkirkan sampah dari jalan juga shalat dan setiap langkah yang engkau lakukan
menuju tempat shalat juga merupakan shalat (HR. Ibnu Khuzaimah ).
Setelah kita mengetahui keutamaan membantu dan meringankan kesulitan orang lain, masih
enggankah kita memberikan bantuan dan meringankan kesulitan orang lain? Terlebih lagi bila
orang yang kesulitan, telah meminta langsung pertolongan kepada kita, pantaskah kita sebagai
orang beriman mengabaikan permintaan pertolongan yang dimohonkan? Padahal kita
mempunyai kemampuan dan kesanggupan untuk membantunya.
Apakah kita akan mengabaikan kesempatan berbuat amal kebaikan dan menghilangkan
kesempatan menjadi hamba yang dicintai Allah karena keengganan kita membantu saudara
semuslim yang sedang kesulitan dan meminta pertolongan dari kita? Apa yang membuat kita
menjadi enggan memberikan pertolongan, bukankah semua, segala sesuatu yang kita miliki
sebenarnya dari Allah, lalu mengapa saat Allah mengirimkan hamba-Nya yang kesulitan datang
pada kita, kita berpaling dan tidak menghiraukan?
Kita harus ingat, bahwa kita ini berada dalam pengawasan Allah, jiwa, harta dan segala sesuatu
yang kita miliki berada dalam genggaman-Nya. Sebaiknya kita selalu mengusahakan agar dalam
hidup, kita tidak mengundang murka dan azab Allah. Bila ada orang datang memohonkan suatu
bantuan, mungkin saja Allah SWT sedang menguji kita melalui orang tersebut.
Perhatikan sabda Nabi Muhammad SAW berikut ini: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
berfirman di hari kiamat, Wahai anak Adam, dulu Aku sakit tetapi engkau tidak menjengukKu. Manusia bertanya, Tuhanku, bagaimana kami dapat menjenguk-Mu sedangkan Engkau
adalah Tuhan alam semesta?
Tuhan menjawab, Tidak tahukah engkau bahwa si fulan sakit, tetapi engkau tidak
menjenguknya? Tidak tahukah engkau jika engkau menjenguknya, engkau pasti dapati Aku ada
di sisinya.
Tuhan berfirman lagi, Wahai anak Adam, dulu Aku minta makan kepada engkau tetapi engkau
tidak memberi Aku makan.
Manusia bertanya, Tuhanku, bagaimanakah aku dapat memberi-Mu makan sedangkan Engkau
adalah Tuhan alam semesta?
Tuhan menjawab, Tidak tahukah engkau bahwa hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu
dan engkau tidak memberinya makan? Tidak tahukah engkau bahwa jika engkau memberinya
makan, engkau pasti dapati ganjarannya ada di sisi-Ku.
Tuhan befirman, Wahai anak Adam, dulu Aku minta minum kepadamu dan engkau tidak
memberi-Ku minum.
Manusia bertanya, Tuhanku, bagaimanakah aku dapat memberi-Mu minum sedangkan Engkau
adalah Tuhan alam semesta?
Tuhan berfirman, Hamba-Ku fulan meminta minum padamu dan engkau tidak memberinya
minum. Apakah engkau tidak tahu bahwa seandainya engkau berikan ia minum engkau pasti
dapati ganjarannya ada di sisi-Ku. ( HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)
Perhatikan hadits Rasulullah SAW diatas dengan seksama, Allah SWT bersama orang-orang
yang menderita, kepiluan hati mereka adalah kepiluan Tuhan. Rintihan mereka pada manusia

adalah suara Tuhan. Tangan mereka yang menengadah adalah tangan Tuhan. Ketika seseorang
memberikan derma kepada fakir miskin atau seseorang memberikan bantuan atas kesulitan orang
lain, sebelum sedekah dan sebelum pertolongan tersebut sampai di tangan orang yang
membutuhkan, tangan Tuhanlah yang pertama-tama menerimanya.
Namun kadang ada dari kita yang masih lebih mempercayai apa yang ada ditangan kita,
ketimbang apa yang ada ditangan Allah. Hingga kadang seseorang merasa sangat sulit sekali
untuk bisa memberikan suatu bantuan pertolongan betapapun sebenarnya ia mampu. Ini mungkin
karena orang itu lebih memikirkan kedepannya nanti bagaimana, kalau ia memberikan
pertolongan. Ini yang disebut dengan lebih mempercayai apa yang ada ditangannya
sendiri, ketimbang apa yang ada ditangan Allah padahal seluruh hidupnya, jiwa raganya,
ada ditangan Allah. Tapi dia masih lebih mempercayai apa yang ada ditangannya,
ketimbang apa yang ada ditangan Allah. Orang ini masih lebih mempercayai akal
pikiran /logika nya.
Padahal Allah SWT lah Yang Maha Menggenggam segala sesuatu, Allah SWT lah Yang
Maha Lebih mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi nantinya, seperti, apa yang akan
terjadi bila ia memberikan pertolongan dan apa yang akan terjadi bila ia tidak
memberikan pertolongan, yang sebenarnya ia mampu untuk menolong.
Allah SWT Maha Memudahkan, Maha Menyulitkan, Maha Menyaksikan, Maha
Mengatur segalanya. Maha Meninggikan, Maha merendahkan. Allah SWT lah yang Maha
Kuasa Memberikan apa saja kepada siapapun yang dikendaki-Nya dan menarik atau
mengambil apa saja, dari siapapun yang dikendaki-Nya. Kekuasaan Allah SWT tidak
terbatas dan tidak terhingga.
Karena itu, bila ada seseorang yang datang atau menghubungi kita meminta suatu pertolongan
dan kita mengetahui bahwa kita mampu memberikan pertolongan yang diminta, maka segeralah
berikan pertolongan.
Sebaiknya kita menjadi seorang hamba yang benar-benar bisa mempercayai apa yang
ada ditangan Allah, ketimbang apa yang ada ditangan kita sendiri. Dan sebaiknya kita
benar-benar bisa menjadi hamba Allah yang lebih mempercayai Ilmu Pengetahuan Allah
yang Maha Meliputi segala sesuatu, ketimbang akal pikiran/logika kita yang sangat
terbatas, agar kita tidak ragu terhadap segala kemungkinan yang terjadi bila kita
memberikan bantuan pertolongan terhadap seseorang.
Sadarilah segera, bahwa semua, seluruh hidup kita ini, berada dalam genggaman-Nya,
Allah yang Menggenggam segala sesuatu, Mengatur segala sesuatu. Jangan sampai akal
pikiran kita yang terbatas serta kecemasan kita memikirkan bagaimana atau apa yang akan
terjadi pada kita, kedepannya nanti bila kita memberikan pertolongan membuat kita menjadi
hamba Allah yang tidak perduli dan enggan memberikan pertolongan walau sebenarnya kita
mampu.
Janganlah mengundang kesulitan dalam hidup kita, jangan mempersempit urusan kita,
dan jangan mengundang azab dan murka Allah. Tapi undanglah kemudahan, kelapangan

urusan, cinta, kasih sayang dan pertolongan dari Allah, dengan memberikan bantuan,
pertolongan kepada orang yang membutuhkannya.
Dewi Yana
https://jalandakwahbersama.wordpress.com
http://dewiyana.cybermq.com
@ https://jalandakwahbersama.wordpress.com/2009/07/17/mudahkanlah-urusan-orang-lain/

Jumlah Penduduk Miskin Indonesia


Meningkat Jadi 28,55 Juta Jiwa
By Pebrianto Eko Wicaksono
on 02 Jan 2014 at 16:03 WIB

Share

Comment (0)

Indonesia memiliki pekerjaan rumah yang cukup panjang guna mewujudkan kesejahteraan di
Tanah Air. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan 28,55 juta penduduk
Indonesia yang masuk kategori miskin.
Penduduk miskin dikategorikan sebagai kalangan masyarakat dengan pengeluaran per kapita per
bulan di bawah Garis Kemiskinan. Indikator garis kemiskinan terbentuk dari dua komponen
yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM).
Mengutip laporan terbaru BPS, Kamis (2/1/2014), jumlah penduduk miskin pada September
2013 bertambah 0,48 juta orang dibandingkan posisi Maret sebanyak 28,07 juta.
Jumlah dan presentase penduduk miskin sepanjang 2004-September 2013 bergerak fluktuatif.
Pada periode 2004 ke 2005, jumlah penduduk miskin tercatat menurun.
Namun setahun kemudian, penduduk miskin justru bertambbah akibar kenaikan harga barangbarang kebutuhan pokok. Pada periode ini, inflasi umum mencetak level tinggi hingga 17,95%.
Selanjutnya pada 2007-Maret 2013, jumlah maupun persentase penduduk miskin kembali
menurun. Terakhir, periode Maret-September 2013, angka penduduk miskin kembaku
mengalami kenaikan.
BPS juga melaporkan, Garis Kemiskinan sepanjang periode Maret-September 2013 mengalami
kenaiakn sebesar 7,85%. Jika pada Maret Garis Kemiskinan berada di level Rp 271.626 per
kapita per bulan, maka enam bulan kemudian naik menjadi Rp 292.951 per kapita per bulan.
(Pew/Shd)
http://bisnis.liputan6.com/read/790061/jumlah-penduduk-miskin-indonesia-meningkat-jadi2855-juta-jiwa

BPS: Maret 2014, Jumlah Penduduk Miskin


Indonesia Capai 28 Juta

Kemiskinan dan anak jalanan. (Antara)


Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk
miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta orang, sekitar 11,25%. Kepala BPS Suryamin
mengatakan, jumlah penduduk miskin berkurang sebesar 0,32 juta orang jika dibandingkan
dengan penduduk miskin pada September 2013 sebesar 28,60 juta orang.
Menurut dia, selama periode September 2013-Maret 2014 jumlah penduduk miskin daerah
perkotaan turun sebanyak 0,17 juta dari 10,68 juta pada September 2013 menjadi 10,51 juta pada
Maret 2014. Sementara itu, di daerah pedesaan turun sebanyak 0,15 juta orang dari 17,92 orang
pada September 2013 menjadi 17,77 juta pada Maret 2014.
Suryamin mengatakan, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan September 2013 sebesar
8,55% turun menjadi 8,34% pada Maret 2014 sementara persentase penduduk miskin di daerah
perdesaan turun 14,37% pada September 2013 menjadi 14,17% pada Maret 2014.
"Penduduk miskin di Indonesia semakin berkurang, hal tersebut menandakan kesejahteraan
masyarakat sudah lebih baik," ujar dia di Gedung BPS, Jakarta, Senin (1/7).
Menurut dia, komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di
perkotaan dan pedesaan relatif sama di antaranya beras, rokok kretek, telur ayam ras, daging
ayam, mie instan, dan gula pasir. Sedangkan komoditi bukan makanan di antaranya biaya
perumahan, pendidikan, listrik, dan bensin.
Suryamin mengatakan pada periode September 2013-Maret 2014, Indeks Kedalaman
Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan.
Indeks Kedalaman Kemiskinan turun 1,88% pada September 2013 menjadi 1,75% pada Maret
2014, dan Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,48 menjadi 0,44.
Untuk mengukur kemiskinan BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar dengan pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan.
Metode yang digunakan adalah menghitung garis kemiskinan yang terdiri dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM).

GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan makanan yang disetarakan dengan 2100 kalori per
kapita per hari sedangkan GKBM adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
pendidikan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di
perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

Ridho Syukro/NAD
http://www.beritasatu.com/nasional/193810-bps-maret-2014-jumlah-penduduk-miskinindonesia-capai-28-juta.html
Separuh Penduduk Indonesia Masuk Kategori Miskin
Heru Febrianto
Rabu, 18 Maret 2015 18:29 WIB
Separuh Penduduk Indonesia Masuk Kategori Miskin
Pertumbuhan ekonomi nasional melalui PDB hanya dinikmati golongan menengah atas, hal ini
menyebabkan ketimpangan sosial kian melebar. Foto: Ilustrasi/Istimewa
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi nasional melalui produk domestik bruto (PDB) hanya
dinikmati golongan menengah atas, hal ini menyebabkan ketimpangan sosial kian melebar.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Institut Bisnis Indonesia (IBI) Kwik Kian Gie, jika mengacu
pada Bank Dunia yang menyatakan bahwa ukuran masyarakat miskin atau tidak adalah
pengeluaran di bawah USD2 atau setara Rp26.000 (Rp13.000/USD) per hari per orang. Maka
50% masyarakat Indonesia masuk dalam kategori miskin.
"Parameter lain yang menunjukan betapa timpangnya antara kaya dan miskin di Indonesia juga
ditunjukan oleh gini ratio sebesar 0,43% tahun lalu," kata dia saat menghadiri seminar bertema
'Ironi Pembangunan Ekonomi: Kesenjangan Sosial Melebar' di Jakarta, Rabu (18/3/2015).
Gini ratio menggunakan skala 0-1, di mana 0 adalah tidak ada kesenjangan sosial di masyarakat
dan 1 adalah kesenjangan sosial mencapai titik maksimal. Salah satu penyebab mengapa orang
tidak memperdulikan adanya kesenjangan antara kaya dan miskin adalah obsesinya tentang PDB.
"PDB adalah barang dan jasa yang diproduksi di Indonesia tanpa memperdulikan siapa yang
membuatnya dan siapa yang memilikinya," terang dia.
Mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Keuangan, dan Industri era Presiden Megawati ini
juga menjelaskan, dengan demikian PDB yang terbentuk bisa dimiliki orang atau perusahaan
asing. Tentu saja ini, hanya dinikmati segelintir orang Indonesia, tanpa rakyat yang banyak
menikmatinya.
"Kemiskinan di Indonesia sudah melampaui batas kemanusiaan, tidak hanya di daerah, kota
besar seperti Jakarta bisa terlihat pemukiman kumuh dibelakang bangunan bertingkat,"

ungkapnya.
Salah satu penyebab ketimpangan ekonomi yang besar, kata Kwik, yaitu adanya sistem ekonomi
liberal di Indonesia. Pada akhirnya hanya tertinggal beberapa pemain besar dengan kapital yang
besar pula. Dengan kekuasaannya, mereka bisa mempekerjakan buruh dengan gaji sewenangwenang.
"Ketimpangan antara kaya miskin selalu terjadi dalam sistem ekonomi liberal yang sifatnya
adalah persaingan bebas," pungkas dia.
(izz)
source: http://ekbis.sindonews.com/read/978392/34/separuh-penduduk-indonesia-masukkategori-miskin-1426678170

Jumlah Penduduk Miskin Indonesia 27,7 Juta Orang


Jakarta, 2 Januari - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada
September 2014 mencapai 27,73 juta orang atau 10,96 persen, relatif menurun dari periode
yang sama tahun lalu yang tercatat 28,6 juta orang atau 11,46 persen.
Seperti dirilis Berita Resmi Statistik BPS No.06/01/Th.XVIII, tangga 2 Januari 2015 dalam
portal www.bps.go.id., yang bertajuk Profil Kemiskinan Di Indonesia September 2014,
menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin September 2014 mencapai 27,73 juta orang atau
10,96 persen dan berkurang sebesar 0,55 juta orang dibandungkan dengan penduduk miskin pada
Maret 2014 yang sebesar 28,28 juta orang (11,25 persen), dan berkurang sebesar 0,87 juta orang
dibandingkan dengan penduduk miskin pada Sepetember 2013 yang sebesar 28,60 juta orang
(11,46 persen).
Penurunan ini terjadi sebelum pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM pada Nopember
2014. Selama periode Maret 2014 September 2014, jumlah penduduk miskin di daerah
perkotaan turun sebanyak 0,15 juta orang ( dari 10,51 juta orang pada Maret 2014 menjadi 10,36
juta orang pada September 2014. Sementara di daerah pedesaan turun sebanyak 0,40 juta orang
(dari 17,77 juta orang pada Maret 2014 menjadi 17,37 juta orang pada September 2014.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2014 sebesar 8,34 persen, turun
menjadi 8,16 persen pada September 2014. Sementara persentase penduduk miskin di daerah
perdesaan turun dari 14,17 persen pada Maret 2014, menjadi 13,76 persen pada Sepetember
2014.
Peranan komoditi makanan terhadap garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan
komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Sumbangan Garis
Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2014 tercatat sebesar 73,47
persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi Maret 2014 yaitu sebesar 73,54 persen.
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis Kemiskinan perkotaan relatif
sama dengan di perdesaaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging

ayam ras, mie instan, gula pasir, tempe dan tahu. Sedangkan untuk komoditi bukan makanan
diantaranya adalah biaya perumahan, listrik, pendidikan dan bensin.
Pada periode Maret 2014 September 2014, baik indeks Kedalaman kemiskinan (Pi) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung tidak mengalami perubahan.(Bps/Gs)

- See more at: http://www.kemenkopmk.go.id/artikel/jumlah-penduduk-miskin-indonesia-277juta-orang#sthash.8P7BNbaT.dpuf


http://www.kemenkopmk.go.id/artikel/jumlah-penduduk-miskin-indonesia-277-juta-orang

MEMAHAMI KONSEP ISLAM TENTANG HARTA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adalah fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara lahiriyah maupun
batiniah. Hal ini mendorong manusia untuk senantiasa berupaya memperoleh segala sesuatu
yang menjadi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan lahiriyah identik dengan terpenuhinya
kebutuhan dasar (basic needs) berupa sandang, pangan dan papan. Tapi manusia tidak berhenti
sampai disitu, bahkan cenderung terus berkembang kebutuhan-kebutuhan lain yang ingin
dipenuhi. Segala kebutuhan itu seolah-olah bisa terselesaikan dengan dikumpulkannya Harta
sebanyak-banyaknya.
Istilah HARTA, atau al-mal dalam al-Quran maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang lingkup
makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu berkembang. Kriteria harta
menurut para ahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai ekonomis.Kedua, unsur
manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.
Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf (kebiasaan/
adat) yang berlaku di tengah masyarakat.As-Suyuti berpendapat bahwa istilah Mal hanya untuk
barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan, dan dikenakan ganti rugi bagi yang
merusak atau melenyapkannya.
Dengan demikian tempat bergantungna status al-mal terletak pada nilai ekonomis (al-qimah)
suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah dalam harta tergantung pada besar
ekcilnya anfaat suatu barng. Faktor manfaat menjadi patokan dalam menetapkan nilai ekonomis
suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi tujuan dari semua jenis harta.
1.2 Rumusan masalah
a. Bagaimanakah konsep islam tentang harta?
b. Adakah hubungan antara ayat-ayat alquran dengan harta?

c. Bagaimana metode memperoleh dan membelanjakan harta?


1.3 Tujuan
a)
Dapat mengidentifikasi ayat-ayat alquran yang berkaitan dengan harta.
b)
Dapat memahami konsep islam tentang harta.
c)
Dapat mengetahui metode memperoleh dan membelanjakan harta.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN HARTA
Istilah HARTA, atau al-mal dalam al-Quran maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang lingkup
makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu berkembang. Kriteria harta
menurut para ahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai ekonomis.Kedua, unsur
manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.
Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf (kebiasaan/
adat) yang berlaku di tengah masyarakat.As-Suyuti berpendapat bahwa istilah Mal hanya untuk
barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan, dan dikenakan ganti rugi bagi yang
merusak atau melenyapkannya.
Dengan demikian tempat bergantungna status al-mal terletak pada nilai ekonomis (al-qimah)
suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah dalam harta tergantung pada besar
ekcilnya anfaat suatu barng. Faktor manfaat menjadi patokan dalam menetapkan nilai ekonomis
suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi tujuan dari semua jenis harta.
2.2 PANDANGAN ISLAM MENGENAI HARTA
Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah ALLAH
SWT. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola
dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya (QS al_Hadiid: 7). Dalam sebuah Hadits riwayat
Abu Daud, Rasulullah bersabda:
Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal: usianya untuk apa
dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan, hartanya darimana didapatkan dan untuk apa
dipergunakan, serta ilmunya untuk apa dipergunakan.
Kedua, status harta yang dimiliki manusia adlah sebagai berikut :
1. harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karena
memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada.
2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa menikmatinya dengan baik
dan tidak berlebih-lebihan ( Ali Imran: 14). Sebagai perhiasan hidup harta sering menyebabkan
keangkuhan, kesombongan serta kebanggaan diri.(Al-Alaq: 6-7).

3. Harta sebgai ujian keimanan. Hal ini menyangkut soal cara mendapatkan dan
memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak (al-Anfal: 28)
4. harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksankan perintahNyadan melaksanakan
muamalah si antara sesama manusia, melalui zakat, infak, dan sedekah.(at-Taubah :41,60; Ali
Imran:133-134).
Ketiga, Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (amal) ataua mata pencaharian
(Maisyah) yang halal dan sesuai dengan aturanNya. (al-Baqarah:267)
Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang bekerja. Barangsiapa yang bekerja keras
mencari nafkah yang halal untk keluarganya maka sama dengan mujahid di jalan Allah (HR
Ahmad).
Mencari rezki yang halal adalah wajib setelah kewajiban yang lain(HR Thabrani)
jika telah melakukan sholat subuh janganlah kalian tidur, maka kalian tidak akan sempat
mencari rezki (HR Thabrani).
Keempat, dilarang mencari harta , berusaha atau bekerja yang melupakan mati (at-Takatsur:1-2),
melupakan Zikrullah/mengingat ALLAH (al-Munafiqun:9), melupakan sholat dan zakat (anNuur: 37), dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya saja (al-Hasyr: 7)
Kelima: dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba (al-Baqarah: 273281), perjudian, jual beli barang yang haram (al-maidah :90-91), mencuri merampok (alMaidah :38), curang dalam takaran dan timbangan (al-Muthaffifin: 1-6), melalui cara-cara yang
batil dan merugikan (al-Baqarah:188), dan melalui suap menyuap (HR Imam Ahmad).
2.3 KEPEMILIKAN HARTA
Di atas telah disinggung bahwa Pemilik Mutlak harta adalah Allah SWT. Penisbatan kepemilikan
kepada Allah mengandung tujuan sebagai jaminan emosional agar harta diarahkan untuk
kepentingan manusia yang selaras dengan tujuan penciptaan harta itu sendiri.
Namun demikian, Islam mengakui kepemilikan individu, dengan satu konsep khusus, yakni
konsep khilafah. Bahwa manusia adalah khalifah di muka bumi yang diberi kekuasaan dalam
mengelola dan memanfaatkan segala isi bumi dengan syarat sesuai dengan segala aturan dari
Pencipta harta itu sendiri.
Harta dinyatakan sebagai milik manusia, sebagai hasil usahanya. Al-Quran menggunakan istilah
al-milku dan al-kasbu (QS 111:2) untuk menunjukkan kepemilikan individu ini. Dengan
pengakuan hak milik perseorangan ini, Islam juga menjamin keselamatan harta dan perlindungan
harta secara hukum.
Islam juga mengakui kepemilikan bersama (syrkah) dan kepemilikan negara. Kepemilikan
bersama diakui pada bentuk-bentuk kerjasama antar manusia yang bermanfaat bagi kedua belah

pihak dan atas kerelaan bersama. Kepemilikan Negara diakui pada asset-asset penting (terutama
Sumber Daya Alam) yang pengelolaannya atau pemanfaatannya dapat mempengaruhi kehidupan
bangsa secara keseluruhan.
2.4. METODE MEMPEROLEH DAN MEMBELANJAKAN HARTA
Untuk memperoleh harta dapat ditempuh dengan beberapa cara dengan prinsip sukarela, menarik
manfaat dan menghindarkan mudarat bagi kehidupan manusia, memelihara nilai-nilai keadilan
dan tolong menolong serta dalam batas-batas yang diizinkan syara(hukum ALLAH)
Di antara cara memperoleh harta dapat disebutkan yang terpenting:
a. Menguasai benda-benda mubah yang belum menjadi milik seorang pun.
b. Perjanjian-perjanjian hak milik seperti jual-beli, hibah (pemberian/.hadiah), dan wasiat
c. Warisan sesuai dengan aturan Islam
d. Syufah, hak membeli dengan paksa atas harta persekutuan yang dijual kepada orang lain
tanpa izin para anggota persekutuan yang lain.
e. Iqtha, pemberian dari pemerintah
f. Hak-hak keagamaan seperti bagian zakat, bagi amil, nafkah istri, anak, dan orang tua.
Cara memperoleh harta yang dilarang ialah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut di
atas, yaitu memperoleh harta dengan cara-cara yang mengandung unsur paksaan dan tipuan yang
bertentanga dengan prinsip sukarela, seperti merampas harta orang lain, menjual barang palsu,
mengurangi ukuran dan timbangan, dan sebagainya. Kemudian memperoleh hartanya dengan
cara yang justru mendatangkan mudharat/keburukan dalam kehidupan masyarakat, seperti jual
beli ganja, perjudian, minuman keras, prostitusi,dan lain sebagainya. Atau memperoleh harta
dengan jalan yang bertentangan dengan nilai keadilan dan tolong menolong, seperti riba,
meminta balas jasa tidak seimbang dengan jasa yang diberikan. Juga menjual barang dengan
harga jauh lebih tinggi dari harga yang sebenarnya, atau bisa dikatakan mengambil kesempatan
dalam kesempitan.
Mengenai pembelanjaan harta, Islam mengajarkan agar membelanjakn hartanya mula-mula
untuk mencukupkan kebutuhan dirinya sendiri, lalu untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang
menjadi tanggungannya, barulah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemenuhan
kebutuhan ini, Islam mengharamkan bermegah-megah dan berlebih-lebihan (Israf dan mubazir).
Karena sifat ini cenderung kepada penumpukan harta yang membekukan fungsi ekonomis dari
harta tersebut.
Untuk itulah pada satu takaran tertentu harta dikenai wajib zakat. Zakat merupakan implementasi
pemenuhan hak masyarakat dan upaya memberdayakan harta pada fungsi ekonomisnya.

Ringkasnya, aturan dalam memperoleh harta dan membelanjakan harta, didasarkan pada prinsipprinsip sebagai berikut:
1. Prinsip Sirkulasi dan perputaran. Artinya harta memiliki fungsi ekonomis yang harus
senantiasa diberdayakan agar aktifitas ekonomi berjalan sehat. Maka harta harus berputar dan
bergerak di kalangan masyarakat baik dalam bentuk konsumsi atau investasi.sarana yang
diterapkan oleh syariat untuk merealisasikan prinsip ini adalah dengan larangan menumpuk
harta, monopoli terutama pada kebutuhan pokok, larangan riba, berjudi, menipu.
2. Prinsip jauhi konflik. Artinya harta jangan sampai menjadi konflik antar sesama manusia.
Untuk itu diperintahkan aturan dokumentasi, pencatatan/akuntansi, al-isyhad/saksi, jaminan
(rahn/gadai).
3. Prinsip Keadilan. Prinsip keadilan dimaksudkan untuk meminimalisasi kesenjangan sosial
yang ada akibat perbedaan kepemilikan harta secara individu. Terdapat dua metode untuk
merealisasikan keadilan dalam harta yaitu perintah untuk zakat infak shadaqah, dan larangan
terhadap penghamburan (Israf/mubazir).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah menegur:
!! !:!

:

.
Seorang hamba berkata: Hartaku! Hartaku!
Sesungguhnya yang menjadi (harta) miliknya tidak lain hanya tiga:
(1) Apa yang dia makan hingga habis,
(2) Apa yang dipakai hingga lusuh dan
(3) Apa yang dia sedekahkan maka ia disimpan sebagai pahala untuk akhirat.
Apa jua selain itu (bukanlah hartanya kerana) dia akan pergi (mati)
dan meninggalkannya kepada manusia.[3]
Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2959 (Kitab al-Zuhud wa al-Raqaiq).
Bahaya harta, tergantung sifat dan perbuatan kita terhadapnya:

1. Lebih banyak harta, lebih keras hisabnya


Nabi SAW bersabda, Harta sebagai kenikmatan yang akan dimintai pertanggungan jawabnya.
(Tirmidzi, Ibnu Majah)
Allah SWT berfirman, Kemudian pasti kamu akan ditanya tentang semua nikmat yang telah
kamu rasakan di dunia. (At-Takatsur:8)
Sabda Nabi SAW, Halalnya dunia itu hisab dan haramnya itu adzab. (Ibnu Abidunya)
2. Timbul penyakit cinta dunia dan melalaikan Akherat
Sabda Nabi SAW, Kemanisan dunia adalah kepahitan akherat. Dan pahitnya dunia adalah
manisnya akherat. (Thabrani, Baihaqi, Hakim)
Sabda Nabi SAW lainnya, Cinta dunia adalah induk segala kesalahan. (Baihaqi)
Pada hakikatnya semua harta yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah. Sebagaimana
dalam firmanNya :
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu
melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan
membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa
yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. ( Q.S Al Baqarah 284 )
Orang orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasihkekasih-Nya. Katakanlah: Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? (kamu
bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara
orang-orang yang diciptakan-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa
yang dikehendaki-Nya. dan kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. dan kepada Allah-lah
kembali (segala sesuatu). ( Q.S Al Maidah : 18 )
Orang orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti
agama mereka. Katakanlah: Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar). dan
Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu,
Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.( Q.S Al Baqarah : 120 )
Konsekwensi logis dari ayat di atas adalah:
1. Manusia bukanlah pemilik mutlak tapi dibatasi oleh hak hak Allah, maka wajib baginya
untuk mengeluarkan sebagian kecil hartanya untuk berzakat dan ibadah lainnya.
2. Harta perorangan boleh digunakan untuk umum dengan syarat pemiliknya memperoleh
imbalan yang wajar.

3. Cara cara pengambilan manfaat harta mengarah kepada kemakmuran bersama.


Pelaksanaannya dapat diatur oleh masyarakat melalui wakil wakilnya
Pada dasarnya harta mempunyai sifat yang saling bertolak belakang. Kadang-kadang dapat
menyelamatkan pemiliknya, namun tak sedikit pula mencelakakan. Oleh sebab itu Islam telah
mengatur bagaimana caranya seorang muslim dapat memanfaatkan harta yang dimilikinya itu
agar berguna bagi kehidupan dunia dan akhirat. Belumlah lengkap jika harta itu hanya dinikmati
untuk kepentingan duniawi dan sama sekali tidak berpengaruh pada kehidupan akhirat.
Keduanya harus mendapat porsi yang seimbang.
Harta bukanlah suatu tujuan hidup. Bukan suatu sebab untuk mencapai kebahagiaan. Kalau
seseorang menempatkan harta sebagai tujuan hidup dan menganggap segalagalanya, maka ia
akan sering mendapatkan kesulitan daripada kedamaian hati.
Tujuan hidup adalah melaksanakan suatu kewajiban-kewajiban. Adapun harta benda yang kita
miliki merupakan sarana untuk mendukung pelaksanaan kewajiban-kewajiban itu. Kita
beribadah perlu harta. Orang tak akan bisa membangun masjid, menyantuni yatim piatu, berzakat
dan bersedekah dan berangkat haji tanpa didukung oleh sarana harta benda.
Kadang-kadang orang menjadi tergila-gila oleh harta benda. Ia membanting tulang dan memeras
keringat, tak kenal siang atau malam, tak kenal kawan atau lawan asal tujuannya tercapai. Kalau
harta sudah didapat, Ia ingin lebih banyak lagi dan ingin terus bertambah. Kesibukannya
memburu harta membuat dirinya lupa terhadap kewajiban. Ibadahnya menjadi malas. Bahkan
hatinya menjadi kikir. Harta yang terkumpul sangat dicintainya sehingga enggan mengeluarkan
sedekah atau berzakat. Orang-orang yang demikian ini justru menjadi budak Hartanya sendiri.
Sangatlah beruntung orang kaya yang mampu mengendalikan harta kekayaannya. Dimanfaatkan
untuk jalan kebaikan, gemar bersedekah, berzakat, menunaikan ibadah haji, infak, menyantuni
yatim piatu dan sebagainya. Semakin banyak hartanya semakin sering pula ia bersyukur
kepada ,Allah. Ibadahnya pun menjadi lebih tekun. Orang-orang yang demikian ini sadar kalau
harta yang didapatkan semata-mata karena kemurahan Allah sehingga dimanfaatkan
sebagaimana mestinya.
Dalam kitabnya, Al Maal Fil Islam, DR. Muhammad Mahmud Bably berpendapat bahwa harta
tercela menurut Islam yaitu harta yang dijadikan obyek tujuan, dan bagi pemilik harta
menjadikan harta itu sebagai perlindungan terhadap harta yang ditimbunnya atau yang
disembunyikannya. Kemudian menahan terhadap orang lain dan pemanfaatan harta yang
seharusnya beredar dari tangan yang satu ke tangan lainnya. Sehingga akan timbul sifat kikir
atau memejamkan mata. Sebagaimana pula agama Islam melarang sifat yang berlebih-lebihan
dan sifat mubadzir, dan Islam mengajak kepada sifat cukup atau seimbang dalam segala hal.
Allah berfirman, Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebihlebihan dan tidak (pula) kikir tetapi (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Oleh sebab itu untuk mendapatkan rejeki yang halal, harta yang barokah dan terus bertambah
maka mulai sekarang kita harus berhati-hati dalam berikhtiar. Mencari, nafkah atau rejeki itu

gampang-gampang susah. Kadang-kadang seseorang sudah berhati-hati, namun suatu ketika Ia


lengah sehingga memungut harta yang tidak halal, atau cara mencarinya melanggar syariat Islam.
Sesungguhnya harta yang baik adalah jika diperoleh dari cara yang halal dan dimanfaatkan
menurut tempatnya. Sebuah hadis riwayat lbnu Umara ra. dijelaskan bahwa Rasulullah saw.
pernah bersabda, Dunia itu bagaikan tumbuh tumbuhan yang menarik. Barangsiapa yang
mencari harta dunia dari harta yang halal, kemudian dibelanjakan sesuai dengan haknya, maka
Allah Taala akan memberi pahala dan akan dimasukkan ke surga. Dan barangsiapa yang mencari
harta dunia, bukan dari harta yang halal dan dibelanjakan bukan pada haknya, maka Allah akan
menempatkan ke dalam tempat yang hina. Dan banyak orang yang ambisi dalam mencari di jalan
Allah dan Rasulnya yang masuk ke dalam api neraka pada hari Kiamat.
Harta itu pada hakikatnya halal. Namun bisa saja berubah menjadi tercela dan mencelakakan
pemiliknya. Sebab jika seseorang mencarinya dengan cara yang tidak halal, maka kedudukan
harta itu menjadi haram. Apabila harta haram itu dimakan maka sari-sari makanan akan
bercampur menjadi darah. Kalau sudah bercampur dengan darah dan setiap saat mengalir ke
sekujur tubuh, maka sulitlah seseorang untuk mensucikan sesuatu yang haram itu. Pada akhirnya
kelak di akhirat akan menjadi siksaan baginya.
Perlulah disadari bahwa sesungguhnya harta itu pada dasarnya merupakan sarana dan ladang
bagi kehidupan akhirat. Barangsiapa yang mendapatkannya dengan cara halal, lalu dimanfaatkan
untuk kebaikan, misalnya menafkahi keluarga, sebagian disisihkan untuk fi sabilillah, maka harta
akan menjadi sangat bermanfaat. Kelak akan menjadi penolong di akhirat.
Tak sedikit pula orang yang secara berlebih-lebihan beramal sedekah. Ia mendapatkan harta dan
cara yang tidak halal, kemudian terkumpul dan menjadi kaya. Jika berzakat diundangnya
wartawan untuk mengekspos amalannya itu. Jika menyumbang pembangunan masjid, ia
berharap panitia mengumumkannya. Lalu masyarakat memuji-mujinya sebagai orang yang
sangata dermawan. Dan ia merasa sangat puas mendengar pujian itu. Maka amalan dan
penggunaan harta seperti itu sangat dicela oleh Allah. Selain cara mendapatkan harta itu tidak
halal, hatinya juga dicemari oleh riya, mengharap pujian dari sesama manusia. Itulah yang
dimaksudkan dalam hadis bahwa banyak orang yang ambisi mencari jalan Allah namun yang
didapatkan hanyalah api neraka.
Harta menurut pandangan Islam merupakan suatu kebaikan; bukan suatu keburukan. Ada
sebagian golongan orang yang menilai bahwa harta dunia itu hanyalah menjadi penghalang bagi
amal ibadah Mereka Kemudian menghindarinya. Berpakaian compangcamping makan hanya
sesuap. Ia lebih banyak berpuasa dan sama sekali tidak memiliki harta yang disimpannya Orangorang sufi menilai lain terhadap harta benda itu sehingga mereka selalu mengaggap sebagai
suatu keburukan. Padahal sebenarnya harta benda itu merupakan suatu kebajkan.
Orang-orang yang lemah iman akan menilai, hartanya dengan angka matematika. Mereka hanya
menggunakan logika; akalnya. Padahal akal manusia itu tidak menjangkau ilmu dan kehendak
Allah. Mereka mengira dengan berperilaku kikir, hartanya akan awet dan tidak berkurang
Mereka bekerja keras membanting tulang. Dengan semakin rajin bekerja, hartanya semakin
bertambah Akhirnya ia menjadi kikir sekali. Sebab dengan bersikap kikir dia yakin hartanya akan

terpelihara Namun jika dibuat untuk bersedekah atau dikeluarkan untuk zakat, menurut
perhitungan matematika hartanya akan berkurang.
Mereka lupa bahwa harta atau rejeki itu bukan hanya semata-mata karena jerih payahnya Banyak
orang yang bekerja membanting tulang, tetapi yang didapat hanya Sedikit. Ada pula yang bekerja
dengan ringan, tanpa mengeluarkan keringat namun kekayaannya semakin banyak. Jadi Allahlah
yang sangat berperan dalam memberi harta itu. Manusia hanya berikhtiar saja. Mereka tidak
menyadari bahwa harta yang dikeluarkan untuk sedekah itu sesungguhnya tidaklah berkurang,
melainkan terus bertambah. Secara logika, hal yang demikian ini tidak dapat dijangkau oleh akal
manusia Namun kenyataannya, orang-orang yang gemar bersedekah bukan bertambah miskin,
namun hartanya semakin banyak. Orang-orang yang mau berpikir dan punya kadar keimanan
tinggi, tentu akan menggunakan harta yang menjadi miliknya itu secara benar. Rasulullah saw,
bersabda, Hanya ada dua hal yang tidak termasuk sifat dengki, yaitu seorang yang diberi harta
kemudian terdorong untuk menunaikan secara benar. Dan seseorang yang diberi ilmu oleh Allah
kemudian ia menghukumi dengan ilmunya serta mengajarkannya. HR. Bukhari.
Orang yang tergila-gila terhadap harta benda, menganggap bahwa harta itu adalah segalagalanya. Kecintaannya mengalahkan anak dan istrinya. Bahkan demi harta, tak Sedikit orang
mengorbankan akidahnya. Tepatlah jika Allah berfirman bahwa harta benda itu sesungguhnya
adalah perhiasan kehidupan dunia bagi orang-orang yang tertipu dan bagi yang suka menjadi
budakharta itu sendiri dan mereka yang melupakan perbuatan demi akhirat. Dalam surat AlKahfi ayat 46 dijelaskan, Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.
Banyak ayat-ayat di dalam Al-Quran yang menyinggung masalah kesenangan manusia terhadap
harta benda. Karena mereka tergila-gila sehingga lupa dan keluar dari tujuan hidup yang
sebenarnya. Mereka terlena, mengira dunia adalah kehidupan yang penuh dengan kesenangankesenangan. Mereka tidak ingat lagi kalau ada kampung yang lebih kekal yaitu akhirat. Mereka
terlena jika kelak ada surga dan neraka. Surga tempat kebahagiaan yang kekal dan neraca tempat
siksaan yang tiada berakhir.
Sesungguhnya seorang mukmin tidak dikatakan sebagai mukmin yang sebenar-benarnya kecuali
jika dia telah menundukkan dirinya untuk menerima dan menjalankan syariat Allah Subhanahu
wa Taala. Di antara kewajiban paling besar dari kewajiban-kewajiban yang Allah Subhanahu wa
Taala perintahkan, adalah kewajiban menunaikan zakat.
Bahkan kewajiban ini merupakan rukun Islam yang ketiga dan senantiasa diiringkan
penyebutannya dengan kewajiban shalat dalam banyak ayat di dalam Al-Quran. Oleh karena itu
wajib bagi setiap muslim yang terpenuhi pada dirinya syarat-syarat yang mewajibkan zakat
untuk menunaikannya. Seperti orang yang memiliki emas atau perak, maka wajib baginya untuk
mengeluarkan zakatnya apabila emas dan perak yang dimilikinya telah mencapai nishab serta
setelah melewati haul (yaitu satu tahun) juga masih mencapai nishab. Adapun besarnya zakat
yang harus dikeluarkan adalah 2,5% (dua setengah persen) dari berat emas atau perak yang
dimilikinya.
Begitu pula orang yang memiliki uang senilai nishab emas atau perak, maka wajib untuk
dikeluarkan zakatnya apabila setelah satu tahun jumlah uang yang dimilikinya masih mencapai

nishab. Namun apabila uang yang dimilikinya tidak pernah mencapai nishab maka tidak ada
kewajiban untuk dikeluarkan zakatnya, meskipun dia mendapatkan gaji setiap bulannya.
Begitu pula jika uang yang dimilikinya telah mencapai nishab, namun sebelum satu tahun uang
tersebut (sebagian atau seluruhnya) telah dipakai sehingga tidak lagi mencapai nishab atau
sebelum melewati satu tahun si pemilik uang tersebut meninggal dunia, maka tidak ada
kewajiban untuk dikeluarkan zakatnya. Adapun lebih lengkapnya tentang hal-hal yang berkaitan
dengan zakat maka bisa dipelajari atau ditanyakan dalam majelis-majelis ilmu.
Kewajiban zakat, memiliki faedah dan maslahat yang besar. Di antaranya adalah sebagai bentuk
bantuan kepada fakir miskin dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Begitu pula, untuk
membersihkan jiwa orang yang mengeluarkannya sehingga memiliki sifat kasih sayang,
kepedulian, serta terbebas dari sifat yang tercela seperti bakhil, kikir, dan semisalnya. Disamping
itu, kewajiban zakat ini juga bisa menghilangkan pada diri fakir miskin sifat iri, dengki, serta
menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Sehingga dengan ditunaikannya kewajiban zakat ini,
akan terwujud hubungan yang penuh kasih sayang dan saling menghormati terutama di antara
orang yang kaya dengan fakir miskin.
Allah Subhanahu wa Taala menyebutkan dalam firman-Nya:




.
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, yang dengan zakat itu kamu akan membersihkan
mereka (dari akhlak yang jelek) dan menyucikan mereka (sehingga memiliki akhlak yang mulia)
serta berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(At-Taubah:103)
Termasuk juga dari hikmahnya adalah bahwa kewajiban zakat akan menjadi sebab bertambahnya
atau semakin barakahnya harta orang yang mengeluarkannya.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Taala:
!
Dan apa saja yang kamu keluarkan (di jalan Allah Subhanahu wa Taala), maka Allah akan
menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Saba:39)
Ketahuilah bahwasanya seorang muslim yang mengingkari kewajiban zakat, sebagaimana
diterangkan para ulama, dia dihukumi sebagai orang kafir yang keluar dari agamanya. Adapun
orang yang meyakini kewajibannya namun tidak mau mengeluarkan zakat karena bakhil atau
pelit, maka dipaksa untuk mengeluarkannya zakatnya.
Namun apabila dipaksa juga tidak bisa dilakukan, maka penguasa berhak untuk memeranginya,
sebagaimana hal ini telah dilakukan oleh para sahabat radhiyallahuanhum.
Demikian hukuman bagi orang yang tidak mau mengeluarkan zakatnya di dunia. Bahkan
mungkin pula Allah Subhanahu wa Taala akan menimpakan berbagai musibah sebagai hukuman
lainnya atas mereka di dunia. Adapun hukumannya di akhirat, Allah Subhanahu wa Taala telah

sebutkan di dalam firman-Nya:






Maka janganlah sekali-kali orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada
mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan
kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit
dan di bumi, dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan. (Ali Imran: 180)
Berkaitan dengan ayat ini, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

( )!
:
Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah Subhanahu wa Taala namun tidak mau menunaikan
zakatnya, pada hari kiamat hartanya akan dijadikan sebagai ular jantan yang aqra (banyak
mengandung racun pada kepalanya), yang berbusa pada kedua sudut mulutnya. (Ular itu)
dikalungkan pada lehernya pada hari kiamat, kemudian akan mencengkeram (tangan orang
tersebut) dengan kedua rahangnya kemudian berkata: Aku hartamu, aku harta simpananmu.
(HR. Al-Bukhari)
Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

! . !


Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, serta tidak menafkahkannya pada jalan
Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi
mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: Inilah harta benda
kalian yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri. Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa
yang kalian simpan itu. (At-Taubah: 34-35)
Ayat ini pun telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalamsabdanya:


! !



!

Tidaklah orang yang memiliki emas ataupun perak, yang tidak menunaikan haknya darinya
(mengeluarkan zakatnya) kecuali pada hari kiamat nanti akan dijadikan lempengan-lempengan
dari neraka kemudian dipanaskan di dalam neraka lalu dibakarlah dahi, lambung, dan
punggungnya. Setiap lempengan itu dingin, akan dipanaskan kembali (untuk menyiksanya) pada
hari yang satu hari ukurannya 50.000 tahun, sehingga diputuskan hukuman di antara hamba.
Maka diketahui jalannya, ke surga atau ke neraka. (Muttafaqun alaih, dan ini lafadz AlImamMuslimrahimahullahu)

Sebagimana ibadah yang lainnya, zakat juga merupakan kewajiban yang telah ditetapkan
aturannya di dalam syariat. Baik yang berkaitan dengan jenis harta yang harus dizakati maupun
orang-orang yang berhak menerimanya. Oleh karena itu, tidak diperbolehkan bagi seseorang
untuk menetapkannya dari dirinya sendiri tanpa ada landasan dari Al-Quran ataupun hadits yang
shahih. Seperti menetapkan adanya zakat pada harta yang berupa rumah, tanah, kendaraan, dan
yang semisalnya, padahal tidak ada dalil yang menunjukkan hal tersebut. Meskipun hal ini bukan
berarti tidak menganjurkan pemiliknya untuk bersedekah membantu meringankan saudaranya
yang tidak mampu. Bahkan hal ini tentunya sangat dianjurkan. Karena Allah Subhanahu wa
Taala akan bersama dengan orang-orang yang berbuat baik.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga menyebutkan dalam haditsnya:


: . :

Tidaklah ada satu hari pun yang seorang hamba berada di dalamnya kecuali pada pagi harinya
turun dua malaikat, salah satunya berdoa: Ya Allah, berikanlah kepada orang yang bersedekah
pemberian yang lainnya. Sedangkan yang satunya lagi mengatakan: Ya Allah, berikanlah
kepada orang yang tidak bersedekah kehancuran apa yang dimilikinya. (Muttafaqun alaih)
Adapun tentang siapa saja yang berhak menerima zakat, Allah Subhanahu wa Taala telah
menyebutkan di dalam firman-Nya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil
zakat, para muallaf (yang dilembutkan) hati mereka (untuk menerima Islam), untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang terlilit hutang, untuk orang-orang yang berjihad, dan
untuk musafir yang mendapatkan kesulitan dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah: 60)
Dari ayat tersebut, kita mengetahui bahwa orang yang kaya atau telah mampu untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-harinya untuk makan, minum, serta tempat tinggal dan semisalnya, tidak
boleh baginya untuk menerima zakat.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Barangsiapa meminta-minta kepada orang untuk memperbanyak hartanya, maka sesungguhnya
tidaklah yang dia minta kecuali bara api. Maka mungkin dia meminta sedikit atau dia meminta
banyak (tergantung sebanyak apa dia memintanya). (HR. Muslim)
Disamping itu, menurut pendapat sebagian besar para ulama, zakat juga tidak boleh diberikan
untuk pembangunan masjid, madrasah serta untuk membiayai acara-acara taklim atau pengajian,
dan yang semisalnya.
Jangan sampai kita menyalahgunakan harta zakat atau membuat aturan baru terkait dengan
kewajiban yang mulia ini. Bahkan kita harus senantiasa ingat bahwa sebaik-baik perkataan
adalah kitab Allah Subhanahu wa Taala dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah

Shallallahu alaihi wa sallam. Adapun sejelek-jelek perkara adalah aturan ibadah yang diadaadakan, dan perbuatan tersebut adalah bidah, dan setiap bidah adalah sesat.
2.5. Ayat-Ayat Al Quran Beserta Artinya dan Tafsir Yang Menerangkan Tentang Harta
QS. ALI IMRAN
Ayat : 186
* cqn=7Fs9 N69uqBr& N6Rr&ur yJtFs9ur z`B z`%!$#
(#q?r& |=tG39$# `B N6=6s% z`Bur %!$# (#q.u r& ]
r&
#ZWx. 4 b)ur (#r9s? (#q)Gs?ur b*s 9s
`B Qt qBW{$#

Artinya :
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu sungguhsungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orangorang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu
bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut
diutamakan.
TAFSIR AL-QURAN
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw, dan pengikutnya akan ujian
sebagaimana mereka telah uji dengan kesulitan di peperangan Uhud. Mereka akan diuji lagi
mengenai harta dan dirinya. sesungguhnya kamu akan diuji mengenai hartamu dan dirimu.
Kamu akan berkorban dengan hartamu menghadapi musuhmu untuk menjunjung tinggi jerajat
umatmu. Kamu akan meningkatkan perjuangan yang mengakibatkan hilangnya keluarga, temanteman seperjuangan yang dicintai untuk membela yang hak. Kamu akan difitnah oleh orang yang
diberi kitab dan dan orang-orang yang mempersekutukan Allah. Kamu akan mendengar dari
mereka hal-hal yang menyakitkan hati, mengganggu ketentraman jiwa seperti fitnah zina yang
dilancarkan oleh mereka terhadap sitiaisyah. Ia tertinggal dari rombongan Nabi saw ketika
kembali dari satu peperangan, disuatu tempat karena mencari kalungnya yang hilang, kemudian
datang safwan bin Muatta menjemputnya. Orang-orang yang munafik menuduh Aisyah berzina
dengan safwan.
TAFSIR AL- MISBAH
Perlu digarisbawahi dari redaksi ayat di atas, bahwa Allah menjadikan ujian dalam hal yang
berkaitan dengan agama, sebagai ujian yang paling berat. Harta dan jiwa, pada tempatnya
dikorbankan, jika agama telah tersentuh kehormatannya.
Di atas dikemukakan bahwa ayat ini mengandung hiburan. Hal ini dapat diuraikan dari dua segi.
Yang pertama, karena ayat ini menetapkan bahwa ujian merupakan keniscayaan untuk semua
orang. Sehingga siapa yang dihadapkan pada ujian , hendaknya dia menyadari bahwa dia bukan

orang pertama dan terakhir mengalaminya. Ujian dan bencana yang dialami banyak orang akan
menjadi lebih ringan dipikul dibandigkan bila ujian itu menimpa seorang. Yang kedua,
penyampaian tentang keniscayaan ujian, merupakan persiapan mental menghadapinya, sehingga
kedatangannya yang telah terduga itu, menjadikannya lebih ringan untuk dipikul.
QS : AL-ANFAL
Ayat : 28
(#qJn=$#ur !$yJRr& N69uqBr& N.s9rr&ur puZG cr&ur !$#
nyY _r& Ot
Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar
TAFSIR AL-QURAN
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan pula agar supaya kaum muslimin mengetahui
bahwasanya harta dan anak-anak mereka itu adalah cobaan. Maksudnya ialah bahwa Allah
memberikan harta benda dan anak-anak yang banyak itu menambah ketaqwaan kepada Allah.
Menyukuri nikmatnya serta melaksaanakan hak dan kewajiban seperti yang telah ditentukan
Allah. Apabila seseorang muslim di berikan harta kekayaan oleh Allah kemudian ia mensyukuri
nikmat itu dengan membelanjakan menurt ketentuan-ketentuan Allah berarti memenuhi
kewajiban-kewajiban yang telah di tentukan Allah terhadap mereka. Tetapi apabila dengan
kekayaan yang mereka peroleh kemudian mereka bertambah tamak dan berusaha menambah
kekayaannya dengan cara yanng tidak khalal serta enggan menafkahkan hartanya berarti orang
yang demikian ini adalah orang yang mengingkari nikmat Allah.
TAFSIR AL-MISBAH
Dan ketahuilah, bahwa harta kamu sedikit atau banyak dan demikian juga anak-anak kamu
hanyalah hal-hal yang dijadikan oleh Allah sebagai cobaan untuk menguji kesungguhan kamu
mensyukuri nikmat Allah dan memenuhi panggilan Rasul. Ia juga menjadi cobaan untuk melihat
kesungguhan kamu menyerahkan amanat yang beriman dititipkan manusia kepada kamu. Karena
itu jangan sampai anak dan harta menjadikan kamu melanggar, sehingga kamu mendapat siksa,
dan ketahuilah bahwa kalau bukan sekarang, maka sebentar lagi kamu akan memperoleh
ganjaran sebagai imbalan kesyukuran kamu karena sesungguhnya di sisi Allah terdapat pahala
yang amat besar.
QS AL-MAARIJ
Ayat : 24-25
9$#ur Nl;uqBr& A,ym Pq=B @!$=j9 QrsyJ9$#ur

Artinya :
(24). Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, (25). Bagi orang (miskin)
yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),
TAFSIR AL-QURAN
Dismping mengerjakan salat untuk mengingat dan menghambakan diri kepada Allah, manusia
memperintahkan agar selalu meneliti harta yang telah dianugrahkan Allah kepadanya; apakah
dalam harta itu telah atau belum ada hak orang miskin yang meminta-minta, dan orang miskin
yang tidak mempunyai sesuatu apa pun. Jika ada hak mereka, segera mengeluarkan hak itu.
Karena dia percaya bahwa selama ada hak orang lain dalam hartanya itu, berarti hartanya belum
lagi suci, Allah SWT. Berfirman: ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka.
TAFSIR AL-MISBAH
Ayat-ayat di atas menyatakan bahwa: dan orang-orang dalam harta mereka ada hak yakni bagian
tertentu yang mereka peruntukkan bagi orang-orang yang butuh yang meminta dan yang tidak
mempunyai apa-apa tetapi enggan dan malu meminta dan juga orang-orang yang mempercayai
keniscayaan hari pembalasan, sehingga mempersiapkan bekal.
Sementara ulama memahami makna baqqun malum atau hak tertentu dalam arti zakat, karena
zakat adalah kewajiban yang telah tertentu kadarnya. Ulama lain memahaminya dalam arti
kewajiban yang ditetapkan sendiri oleh yang bersangkutan selain zakat dan yang mereka berikan
secara suka rela dan jumlah tertentu kepada fakir miskin. Ini karena ayat di atas dikemukakan
dalam konteks pujian, dan tentu saja pendapat kedua ini lebih menonjol sifat terpujinya. QS :
AT-TAUBAH
Ayat : 103
{ `B Nl;uqBr& Zps%y| Nddgs? Nkj.t?ur $pk5 e@|ur
Ngn=t ( b) y7s?4qn=| `s3y Nl; 3 !$#ur Jy O=t
Artinya :
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
TAFSIR AL-QURAN
Menurut riwayat Ibnu Jarir bahwa Abu Lubabah dan kawan-kawannya yang mengikatkan diri
ditiang-tiang masjid dating kepada Rasulullah SAW seraya berkata: Ya Rasulullah, inilah harta
benda kami yang merintangi kami untuk turut berperang. Ambillah harta itu dan bagi-bagikanlah,

serta mohonkanlah ampun untuk kami atas kesalahan kami. Rasulullah menjawab: Aku belum
diperintahkan untuk menerima hartamu itu, maka turunlah ayat ini. Perintah Allah SWT pada
permulaan ayat ini dituinjukan kepada Rasul- Nya, yaitu agar Rasullullah SAW mengambil
sebagian dari harta benda mereka itu sebagai sedekah atau zakat, untuk menjadi bukti tentang
benarnya taubat mereka, karena sedekah atas zakat tersebut akan membersihkan diri mereka dari
dosa yang timbul karena mangkirnya mereka dari peperangan dan untuk mensucikan diri mereka
dari sifat cinta harta yang mendorong mereka untuk mangkir dari peperangan itu. Selain itu
sedekah atau zakat tersebut akan membersihkan diri mereka pula dari semua sifat-sifat jelek
yang timbul karena harta benda, seperti kikir, tamak, dengki, dan sebagainya.
TAFSIR AL-MISBAH
Menurut Ulamah perintah ayat ini sebagai perintah wajib atas penguasa untuk memungut zakat.
Tetapi mayoritas ulamah memahaminya sebagai perintah sunnah. Ayat ini juga menjadi alasan
bagi ulamah untuk menganjurkan para penerima zakat agar mendoakannya setiap yang memberi
zakat dan menitipkannya untuk disalurkan kepada yang berhak.
Allah berfirman Allah menerima taubat dari hamba-hambanya dan mengambil sedekah-sedekah
mengisyaratkan bahwa kehidupan atau hubungan timbale balik hendaknya didasarkan oleh take
and give. Memang, dalm kehidupan nyata, hal tersebut seyogyanya terjadi, yakni sebanyak anda
menerima, sebnyak itu pula anda memberi.
QS : AZ-ZARIYAT
Ayat 19
ur Ng9uqBr& A,ym @!$=j9 QrspRQ$#ur
Artinya :
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang
tidak mendapat bagian.
TAFSIR AL-QURAN
Ayat ini menjelaskan bahwa di samping mereka melaksanakan shalat yang wajib dan sunnah,
mereka juga selalu mengeluarkan infaq fisabilillah dengan mengeluarkan zakat wajib atau
sumbangan derma atau sokongan sukarela karena mereka memandang bahwa harta-harta mereka
itu ada hak fakir miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta bagian karena
merasa malu untuk meminta.
Ibnu jarir meriwayatkan sebuah hadist dari Abu hurairah ra bahwa Nabi Muhammad saw pernah
menerangkan siapa yang tergolong orang miskin itu. Dengan sabdanya yang berarti Bukanlah
orang miskin itu yang dapat ditolak atau disuruh pulang dengan pemberian sebiji atau dua biji
kurma atau sesuap atau dua suap makanan. Beliau ditanya,(jika demikian). Siapakah yang
dinamakan miskin itu? Beliau menjawab, Orang tidak mempunyai apa yang diperlakukan dan

yang tidak dikenal tempatnya sehingga tidak diberikan sedekah kepadanya itulah orang yang
mahrum tidakdapat bagian. 265)
Di dalam Al-quran terdapat tiga kelompok ayat yang selalu berdampingan tidak dapat
dipisahkan yaitu perintah untuk shalat dan mengeluarkan zakat. Perintah supaya taat kepada
Allah dan Rasullnya, dan perintah untuk bersyukur kepada Allah dan kedua ibu bapak. Setelah
Allah SWT menerangkan sifat-sifat orang yang bertakwa, maka Allah menjelaskan bahwa
mereka itu melihat dengan hati nurani tanda-tanda kekuasaan Allah pada alam kosmos. Pada
alam semesta yang melintang disekelilingnya, di bumi dan di langit sehingga memiliki
ketenangan jiwa sebagai tanda seorang yang sudah makrifat kepada Allah SWT.
TARSIR AL-MISBAH
Ayat diatas mengisyaratkan tiga keistimewaan siapa yang dilukiskan sifatnya disini. Pertama
mereka hanya tidur sedikit di waktu malam pada saat orang biasanya tidur. Ini mereka isi dengan
ibadah kepada Allah SWT antara lain dengan salat tahajud. Yang kedua, setelah malam akan
berakhir yakni menjelang subuh mereka beristighfar. Ini mengisyaratkan betapa besar rasa takut
mereka kepada Allah, kendati ibadah mereka sudah sedemikian banyak. Dan yang ketiga adalah
mewajibkan atas diri mereka sendiri pengeluaran harta di mana orang biasannya kikir
mengeluarkan yang diwajibkan atasnya.
QS AN-NISA
Ayat : 29
$ygrt %!$# (#qYtB#u w (#q=2s? N3s9uqBr& M6oYt/
@t69$$/ Hw) br& cq3s? otpgB `t <#ts? N3ZiB 4 wur (#q=F)s?
N3|Rr& 4 b) !$# tb%x. N3/ $VJmu
Artinya :
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.
TARSIR AL-QURAN
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan pula bagaimana seharusnya setiap orang yang beriman
bersikap terhadap hak-hak dan milik orang lain. Allah SWT melarang mengambil harta orang
lain dengan jalan yang batil(tidak benar), kecuali dengan perniagaan yang suka sama suka.
Menurut ulama tafsir, larangan memakan harta orang lain dalam ayat ini mengandung pengertian
yang luas dan dalam, antara lain :

1. Agar islam mengakuai adanya hak milik perorangan yang berhak mendapatkan
perlindungan dan tidak dapat diganggu gugat.
2. Hak milik perorangan itu apabila banya, wajib dikeluarkan zakatnya dan kewajiban
lainnya untuk kepentingan agama, negara dan sebagainya.
3. Sekalipun seseorang mempunyai harta yang banyak dan banyak pula orang yang
memerlukannya dari golongan golongan yang memerlukannya dan golongan-golongan
yang berhak menerima zakatnya, tetapi harta orang itu tidak boleh diambil begitu saja
tanpa seijin pemiliknya atau tanpa menurut prosedur yang sah.
Kemudian Allah menerangkan bahwa mencari harta di bolehkan dengan cara berniaga atau
berjual beli berdasar suka sama suka tanpa suatu paksaan. Karena jual beli yang dilakukan
dengan paksaan tidak sah walaupun ada bayaran atau penggantinya.
Kemudian ayat 29 ini diakhiri dengan penjelasan : bahwa Allah melarang orang-prang yang
beriman memakan harta yang batil dan membunuh orang lain atau membunuh diri sendiri itu
karena kasih sayang Allah kepada hamba Nya,demi kebahagiaan hidup mereka di dunia dan
akhirat.
TAFSIR AL-MISBAH
Allah mengigatkan, wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan, yakni
memperoleh harta yang merupakan sarana kehidupan kamu, di antara kamu dengan jalan
perniagaan yang berdasarkan kerelaan di antara kamu, kerelaan yang tidak melanggar ketentuan
agama. Karena harta benda mempunyai kedudukan di bawah nyawa, bahkan terkadang nyawa
dipertaruhkan untuk memperoleh atau mempertahankankannya, maka pesan ayat ini selanjutnya
adalah dan janganlah kamu membunuh diri kamu sendiri, atau membunuh orang lain secara
tidak hak karena orang lain adalah sama dengan kamu, dan bila kamu membunuhnya kamupun
terancam dibunuh, sesungguhnya Allah terhadap kamu Maha penyayang.
QS : AL-ANFAL
Ayat : 28
(#qJn=$#ur !$yJRr& N69uqBr& N.s9rr&ur puZG cr&ur !$#
nyY _r& Ot
Artinya :
Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
TAFSIR AL-QURAN

Pada ayat ini Allah SWT menerangkan pula agar supaya kaum muslimin mengetahui
bahwasanya harta dan anak-anak mereka itu adalah cobaan. Maksudnya ialah bahwa Allah
memberikan harta benda dan anak-anak yang banyak itu menambah ketaqwaan kepada Allah.
Menyukuri nikmatnya serta melaksaanakan hak dan kewajiban seperti yang telah ditentukan
Allah. Apabila seseorang muslim di berikan harta kekayaan oleh Allah kemudian ia mensyukuri
nikmat itu dengan membelanjakan menurt ketentuan-ketentuan Allah berarti memenuhi
kewajiban-kewajiban yang telah di tentukan Allah terhadap mereka. Tetapi apabila dengan
kekayaan yang mereka peroleh kemudian mereka bertambah tamak dan berusaha menambah
kekayaannya dengan cara yanng tidak khalal serta enggan menafkahkan hartanya berarti orang
yang demikian ini adalah orang yang mengingkari nikmat Allah.
TAFSIR AL-MISBAH
Kegembiraan itu dilukiskan oleh Nabi Muhammad saw. Dalam satu ilustrasi Seorang musafir di
tengah padang pasir kehilangan unta dan bekalnya. Letih sudah dia mencari, sampai harapannya
pupus, dan dia tertidur di bawah naungan sebuah pohon. Tapi, ketika matanya terbuka, tiba-tiba
dia menemukan di hadapannya unta dan bekalnya yang hilang itu. Betapa gembiranya, sampaisampai sambil memegang kendali untanya, dia berseru keseleo lidah, Wahai Tuhan, Engakau
hambaku dan aku Tuhan-Mu. Kegembiraan Allah menerima taubat hamba-Nya,
melebihikegembiraan sang musafir. Demikian sabda Nabi saw. Sebagai diriwayatkan oleh pakar
hadits Imam Muslim.
QS AL-BAQOROH
Ayat : 188
wur (#q=.s? N3s9uqBr& N3oYt/ @t69$$/ (#q9?ur !$yg/ n<) Q$
6t:$# (#q=2tG9 $Z)s `iB AuqBr& $Y9$# OOM}$$/ OFRr&ur
tbqJn=s?
Artinya :
188. Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,
supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan
berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.
TAFSIR AL-QURAN
Pada ayat ini allah melarang agar jangan memakan harta orang lain dengan jalan yang batil. Yang
dimaksud dengan memakandisini ialah mempergunakan atau memanfaatkan sebagaimana
yang biasa dipergunakan dalam bahasa arab dan bahasa lainnya dan yang dimaksud dengan
batilialah dengan cara yang tidak menurut hukum yang telah ditentukan Allah.
Para ahli tafsir mengatakan banyak hal-hal yang dilarang, yang termasuk dalam lingkungan
bagian pertama dari ayat ini , antara lain :

1. Memakan Riba
2. Menerima zakat bagi orang yang tidak berhak menerimanya
3. Makelar-makelar yang melaksanakan penipuan terhadap pembeli atau penjual
Kemudian pada ayat ke dua atau bagian terakir dari ayat ini Allah SWT melarang membawa
urusan harta kepada hakim dengan maksud untuk mendapatkan sebagian harta dari orang lain
dengan caa yang batil, dengan menyogok atau memberikan sumpah palsu atau saksi palsu.
Rasulullah saw bersabda :
Artinya :
sesungguhnya saya adalah manusia, dan kamu membawa perkara untuk saya selesaikan.
Barangkali diantara kamu ada yang lebih pintar berbicara sehingga saya memenangkannya,
berdasarkan alasan-alasan yang kedengarannya baik maka barang siapa yang mendapatkan
keputusan hukum dari saya untuk mendapatkan bagian dari harta saudaranya (yang bukan
haknya)kemudian ia mengambil harta itu, maka ini berarti saya memberikan sepotong api
neraka kepadanya (mendengar ucapan itu)keduanya saling bertangisan dan masing-masing
berkata : saya bersedia meng ihlaskan harta bagian saya untuk teman saya. Lalu Rosulullah
memerointahkan : pergilah kamu berdua dengan penuh dengan rasa persaudaraan dan
lakukanlah undian dan terimalah bagianmu masing-masing menurut hasil undian itu dengan
penuh keihlasan.
Kesimpulan :
1. Tidak boleh memakan harta orang lain dengan cara yang tidak sah
2. Tidak boleh menyogok dan menerima sogokan untuk memperoleh sesuatu yang tidak
sah, dan membuat sumpah palsu dan menjadi saksi palsu.
TAFSIR AL-MISBAH
Salah satu yang terlarang, dan sering dilakukan dalam masyarakat, adalah menyogok. Dalam
ayat ini diibaratkan dengan perbuatan menurunkan timba ke dalam sumur untuk memperoleh air.
Timba yang turun tidak terlihat oleh orang lain, khususnya yang tidak berada di dekat dumur.
Penyogok menurunkan keinginannya kepada yang berwenang memutuskan sesuatu, tetapi secara
sembunyi-sembunyi dan dengan tujuan mengambil sesuatu secara tidak ah. Janganlah kamu
memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan yang batil dan menurunkan timbamu kepada
hakim, yakni yang berwenang memutuskan, dengan tujuan supaya kamu dapat memakan
sebagian daripada harta orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu telah
mengetahui buruknya perbuatan itu.
Sementara ulama memahami penutup ayat ini sebagai isyarat tentang bolehnya member sesuatu
kepada yang berwenang bila pemberian itu tidak bertujuan dosa, tetapi bertujuan mengambil hak

pemberi sendiri. Dalam hal ini, yang berdosa adalah yang menerima bukan yang member.
Demikian tulis al-BiqaI dalam tafsirnya. Hemat penulis, isyarat yang dimaksud tidak jelas
bahkan tidak benar, walau ada ulama lain yang membenarkan ide tersebut sepertia ash-Shanani
dalam buku hadistnya, Subul as-salam
QS AL-MUNAFIQUN
Ayat : 9
$pkrt t%!$# (#qZtB#u w /3g=? N39uqBr& Iwur N2s9rr&
`t 2 !$# 4 `tBur @yt y79s
y7s9rs Nd tbry9$#
Artinya :
(9). Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang
merugi.
TAFSIR AL-QURAN
Allah SWT menerangkan bahwa janganlah karena kesibukan mengurus harta benda yang
memperhatikan persoalan anak-anak menyebabkan manusia itu lalai dari kewajiban kepada Allah
atau tidak memuanaikan kewajiban yang telah diwajibkan atasnya. Hendaknya perhatian mereka
itu terhadap dunia dan akhirat seimbang, sebagaimana tertuang dalam sebuah Asar, yang artinya
kerjakanlah urusan duniamu, seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya, dan kerjakanlah
urusan akhiratmu, seakan-akan mati pada esok harinya.7)
Allah SWT bersabda yang artinya tiadalah lebih baik diantara kamu orang yang meninggalkan
dunianya untuk akhiratnya, dan tidak pula (orang meninggalkan) akhiratnya karena urusan
dunianya, sehingga ia melakukan kedua-duanya, karena sesungguhnya dunia itu jalan ke akhirat
dan janganlah kamu sekalian menjadi beban atas manusia.72)
Disini letak keistimewaan dan keunggulan agama yang dibawa oleh junjungan kita Nabi
Muhammadsaw yaitu agama islam. Agama yang tidak menghendaki umatnya matrialistis, yang
semua pikiran dan usahannya hanya ditujukan untuk mengumpulkan kekayaan dan kenikmatan
dunia, seperti halnya orang-orang yahudi. Agama yang tidak pula membenarkna umtnyahanya
mementingkan akhirat saja, tenggelam dalam kerohanian, menjauhkan diri dari kelezatan hidup,
membujang terus dan tidak kawin sebagaimana halnya orang-orang nasrani.
Allah berfirman dalam ayat yang bersamaan, yang artinya katakanlah; siapakah yang
mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkannya untuk hamba-hambanya dan
(siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?.73) dan dalam ayat yang lain pula Allah
berfirman yang artinya Hai anak adam pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.

Allah swt menegaskan pada akhir ayat ini bahwa orang-orang yang sangat mementingkan urusan
dunia dan meninggalkan kebahagiaan akhirat, berarti telah mengundang murka Allah. Mereka
akan merugi karena menukar sesuatu yang kekal abadi dengan sesuatu yang akan fana dan hilang
lenyap.
QS AT-TAGHABUN
Ayat 15
!$yJR) N39uqBr& /.s9rr&ur puZG 4 !$#ur nyY _r& Ot

Artinya :
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala
yang besar.
TAFSIR AL-QURAN
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa cinta terhadap harta anak adalah cobaan. Kalau
kita tidak hati-hati, akan mendatangkan bencana. Tidak sedikit orang, karena cintannya yang
berlebihan kepada harta dan anaknya., berani berbuat yang bukan-bukan, melanggar ketentuan
agama. Dalam ayat ini harta didahulukan dari anak Karena ujian dan bencana harta itu lebih
besar, sebagaimana firman Allah dalam ayat yang lain yang artinya Ketahuila! Sesungguhnya
manusia benar-benar melampaui batas karena dia melihat dirinya serba cukup.104)
Kalau manusia itu dapat menahan diri, tidak akan berlebih cintannya kepada harta dan anaknya,
tetapi cintannya kepada Allah lebih besar daripada cintanya kepada yang lainnya. Maka ia akan
mendapat pahala yang besar dan berlipat ganda.
TAFSIR AL-MISBAH
Kata fitnah yang penulis terjemahkan dengan ujian, dipahami oleh Thahir ibn Asyur dalam arti
kegoncangan hati serta kebingungannya akibat adanya situasi yang tidak sejalan dengan siapa
yang menghadapi situasi itu. Karena itu ulama ini menambahkan makna sabab (penyebab)
sebelum kata fitnah yakni harta dan anak-anak dapat menggoncangkan hati seseorang. Ulama ini
kemudian member contoh dengan keadaan Rasull saw. Yakni satu ketika beliau sedang
melakukan khutbah Jumat, tiba-tiba cucu beliau Sayidinna al-Hasan dan Sayyidina al-Husain ra.
Dating berjalan terbata-bata, terjatuh lalu berdiri. Maka rasul saw. Turun dari mimbar dan
menariknya lalu beliau membaca innama Amwalukum Wa auladukum ftnah dan bersabda;
Aku melihat keduannya, dan aku tidak sabar, kemudian setelah itu beliau melanjutkan khutbah
beliau (HR. Abu daud melalui Buraidah)
BAB III
KESIMPULAN

Istilah HARTA, atau al-mal dalam al-Quran maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang
lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu berkembang.
Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai
ekonomis.Kedua, unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.

Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah
ALLAH SWT.

Kedua, status harta yang dimiliki manusia adlah sebagai berikut :1. harta sebagai amanah
(titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karena memang tidak
mampu mengadakan benda dari tiada.2. Harta sebagai perhiasan hidup yang
memungkinkan manusia bisa menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan ( Ali
Imran: 14). Sebagai perhiasan hidup harta sering menyebabkan keangkuhan,
kesombongan serta kebanggaan diri.(Al-Alaq: 6-7). 3. Harta sebgai ujian keimanan. Hal
ini menyangkut soal cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan
ajaran Islam atau tidak (al-Anfal: 28) 4. harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk
melaksankan perintahNyadan melaksanakan muamalah si antara sesama manusia,
melalui zakat, infak, dan sedekah.(at-Taubah :41,60; Ali Imran:133-134).

Ketiga, Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (amal) ataua mata pencaharian
(Maisyah) yang halal dan sesuai dengan aturanNya. (al-Baqarah:267)

Keempat, dilarang mencari harta , berusaha atau bekerja yang melupakan mati (atTakatsur:1-2), melupakan Zikrullah/mengingat ALLAH (al-Munafiqun:9), melupakan
sholat dan zakat (an-Nuur: 37), dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompok orang
kaya saja (al-Hasyr: 7)

Kelima: dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba (alBaqarah: 273-281), perjudian, jual beli barang yang haram (al-maidah :90-91), mencuri
merampok (al-Maidah :38), curang dalam takaran dan timbangan (al-Muthaffifin: 1-6),
melalui cara-cara yang batil dan merugikan (al-Baqarah:188), dan melalui suap menyuap
(HR Imam Ahmad).

Di antara cara memperoleh harta dapat disebutkan yang terpenting: a. Menguasai bendabenda mubah yang belum menjadi milik seorang pun. b. Perjanjian-perjanjian hak milik
seperti jual-beli, hibah (pemberian/.hadiah), dan wasiat. c. Warisan sesuai dengan aturan
Islam. d. Syufah, hak membeli dengan paksa atas harta persekutuan yang dijual kepada
orang lain tanpa izin para anggota persekutuan yang lain. e. Iqtha, pemberian dari
pemerintah. f. Hak-hak keagamaan seperti bagian zakat, bagi amil, nafkah istri, anak,
dan orang tua.

Ayat-Ayat Al Quran Harta QS. ALI IMRAN Ayat : 186, QS : AL-ANFAL Ayat : 28, QS
AL-MAARIJ Ayat : 24-25 QS. AT-TAUBAH Ayat : 103, QS : AZ-ZARIYAT Ayat 19,

QS AN-NISA Ayat : 29, QS : AL-ANFAL Ayat : 28, QS AL-BAQOROH Ayat : 188, QS


AL-MUNAFIQUN Ayat : 9, QS AT-TAGHABUN Ayat 15.
https://zaifbio.wordpress.com/2010/06/25/memahami-konsep-islam-tentang-harta/

Keajaiban Sedekah
Sedekah adalah amalan yang mulia. Sedekah dengan ikhlas akan
menjanjikan ganjaran pahala buat kita. Kerana setiap perbuatan baik akan
dibalas dengan perkara yang baik juga. Allah akan melapangkan dada,
membuatkan kita gembira, melegakan perasaan dan mensejahterkan seluruh
hidup kita. Bersedekahlah kita walau sedikit dengan seikhlasnya. Kerana,
dalam setiap rezeki dan harta yang kita miliki itu terdapat juga hak orang lain.
Jadi, adalah lebih baik jika ia dikongsi dan dinikmati bersama. Beriman
dengannya dan bersedekah seikhlasnya. Sedekah seikhlasnya mampu
meringankan beban seseorang dan menjauhkan diri kita daripada panas api
neraka.
Perkara-perkara untuk mendapat kesempurnaan dalam amalan sedekah
Dalam amalan bersedekah, kita perlu melakukannya dengan ikhlas kerana
Allah. Bukan disebabkan nama dan balasan dikemudian hari. Bagi
memastikan sedekah kita tidak sia-sia, Islam mengajar umatnya
menyumbang dan bersedekah dengan menepati erti sedekah yang sebenar.
Maka, beberapa perkara perlu diambil kira demi kesempurnaan dalam amalan
bersedekah.
Barang yang elok dan baik
Antaranya, barang yang hendak disedekahkan itu mesti baik, elok dan tidak
malu untuk dipakai. Jika kita sendiri tidak tergamak memakainya, tidak
perlulah barang itu disedekahkan. Sedekahlah dengan barang yang disukai
penerima. Allah melarang kita bersedekah dengan barang yang tidak elok
kerana sedekah adalah ibadat dan sebagai tanda mensyukuri nikmat Allah.
Buktinya telah Allah nyatakan dalam Surah Al- Baqarah ayat 267.
Hasil yang halal
Semua perkara atau wang yang kita sedekahkan kepada golongan yang
memerlukan mesti terdiri daripada hasil yang halal. Kerana, pemberian yang

halal akan menggugurkan dosa dan mendatangkan pahala. Selain itu juga
akan dijauhkan dari bala. Seseorang yang bersedekah dengan harta yang
halal juga akan dijauhkan daripada api neraka dan akan dimasukkan ke
dalam syurga. Sekiranya seseorang bersedekah dengan harta yang haram,
dia tidak akan memperolehi sebarang kebaikan kecuali azab kerana memberi
sesuatu yang haram kepada orang lain. Terdapat sebuah hadith mengatakan
bahawa di dalam neraka Jahanam terdapat sebuah rumah yang bernama
Baitul Huzni yang disediakan Allah bagi orang yang bersedekah daripada
harta yang haram.
Memberi sedekah barang yang disayangi
Kemudian, adalah sunat bagi kita untuk memberi sedekah barang yang
menjadi kesayangan dan kesukaan kita tidak kira banyak atau sedikit. Allah
juga telah membuktikan perkara ini dalam Surah Al-Imran ayat 92 bermaksud,
Kamu sekali-kali tidak akan mecapai hakikat kebajikan dan kebaktian yang
sempurna sebelum kamu dermakan sebahagian daripada apa yang kamu
sayangi. Dan apa juga yang kamu dermakan maka, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui.
Sedekah dengan niat yang ikhlas
Sedekah dengan seikhlas hati, bukan mengungkit, merungut, membidas dan
menyakiti hati orang yang menerima sedekah kerana perbuatan ini haram dan
akan merosakkan niat bersedekah. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 264
bermaksud, Allah telah membandingkan orang yang mengungkit dalam
amalan sedekahnya seperti Batu licin yang terdapat tanah diatasnya,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat. Setelah hujan reda, batu itu sudah licin
dan tiada lagi tanah di atasnya. Demikian juga dengan orang yang kafir dan
riak. Mereka gagal mendapat satu ganjaran pahala daripada apa yang telah
diusahakan. Dan ingatlah bahawa Allah tidak akan memberi petunjuk kepada
kaum kafir.
Sedekah yang tidak dihebahkan
Sedekah yang tidak dihebahkan adalah lebih afdal. Ibarat tangan kanan yang
memberi, tangan kiri tidak mengetahuinya. Hal seperti ini akan membuatkan
keikhlasan itu sangat dekat dengan kita. Maka, kita akan jauh dari perasaan
riak yang boleh merosakkan amalan sedekah. Tidak berguna jika niat
bersedekah itu untuk mendapat pujian daripada pihak lain. Allah juga telah
memaklumkan perkara ini dalam Surah Al-Baqarah ayat 271 yang
bermaksud, Jika menampakkan sedekah kamu ini sangat baik, tetapi jika

kamu merahsiakannya dan memberikan kepada orang fakir, maka itu lebih
baik bagi kamu dan akan melepaskan kamu dari kejahatan sendiri, Allah
menyedari setiap apa yang kamu kerjakan.
Sedekah untuk menyucikan diri dan harta
Surah Al-Taubah ayat 103 membuktikan bahawa, Ambil sedekah daripada
harta mereka untuk membersihkan dan menyucikan mereka, dan doakanlah
mereka. Sesungguhnya doa kau itu menjadi ketenangan hati mereka. Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ayat ini mewakili dua perkara utama
iaitu barang yang harus disedekahkan dan sebab untuk bersedekah. Sedekah
bertujuan membersihkan jiwa dan harta yang dimiliki.
Sedekah bukan sekadar memberi, amalan ini mempunyai banyak manfaat
yang perlu kita ketahui. Manfaat sedekah bukan hanya dirasakan oleh
penerima atau pihak yang kita beri sedekah, namun manfaat sedekah itu juga
mampu kita rasakannya. Amalan sedekah sangat digalakkan dalam Islam,
kerana kita mampu memberikan kesenangan dan kebahagiaan kepada pihak
yang memerlukan. Lebih-lebih lagi kepada golongan yang betul-betul
memerlukan bantuan. Banyak manfaat yang boleh kita perolehi dari amalan
bersedekah ini.
Manfaat sedekah
Antaranya ialah, mengasingkan sebahagian kecil daripada harta kita untuk
diberikan kepada golongan yang memerlukan. Sekiranya beban itu semakin
ringan, kita turut merasai kebahagiannya. Manfaat bukan kerana wang dan
harta yang dikeluarkan semasa bersedekah, Adakah anda memikirkan
bahawa wang yang dikeluarkan itu mendatangkan manfaat? Sudah pasti
bukan kerana wang yang dikeluarkan. Kita harus memikirkannya untuk jangka
masa yang panjang.
Sedekah mampu memadam dosa
Pada masa hadapan kita bakal diberikan kebaikan oleh Allah dan kita akan
mendapat ganjaran pahala daripada Allah SWT. Selain itu, kita juga akan
mengurangi dosa lama yang telah kita lakukan. Menurut Hadis Riwayat AtTirmizi, Sedekah itu menghapuskan kesalahan seperti air memadamkan api.
Senyum juga adalah sedekah. Hanya melemparkan senyuman sudah
mendatangkan pahala buat kita. Tidak perlu mengeluarkan wang dan juga
peluh. Jadi, mari kita bersedekah dan memadam dosa silam!

Sedekah mampu menghindar dari kematian Suul Khatimah


Di samping itu, amalan bersedekah juga mampu menghindarkan kita dari
kematian yang Suul Khatimah. Suul Khatimah bermaksud kematian dalam
keadaan yang tidak beriman. Sebagai contoh, seorang yang sangat leka
dengan urusan dunia sehingga tidak bersedia untuk mati. Selain itu, orang itu
juga tidak bersedekah kerana terlalu cintakan hartanya lebih dari cintanya
kepada Allah SWT. Terdapat banyak hadith yang berkata, Sesungguhnya
sedekah itu akan memadamkan amarah Allah dan menghindarkan diri dari
kematian yang buruk.
Sedekah mampu menghindarkan bala
Menurut beberapa hadith yang lain, memulakan hari kita dengan bersedekah
akan menghindarkan kejadian buruk dan tidak diingini. Jika kita tidak
mempunyai harta, doa untuk kebahagiaan peminta sedekah juga dikira. Boleh
kita katakan bahawa sedekah itu mampu menolak bencana dan bala. Kerana
kita telah bersedekah pada hari itu, Allah akan melindungi kita sepanjang hari
kita besedekah. Adakah kita mahu diberkati sepanjang hari? Sudah pasti!
Sedekah adalah pembuka amalan yang suci sepanjang hari.
Sedekah mampu menyucikan jiwa
Sedekah juga mampu menyucikan jiwa dan harta kita. Hati orang yang
bersedekah akan tenang dan aman. Selain itu jiwanya akan damai, bersih
dan terhindar dari perasaan yang negatif. Semua hartanya juga akan diberkati
Allah SWT. Sekiranya datang seorang peminta sedekah kepada kita, jangan
dimarahi dan ditengking golongan itu. Jangan berkelakuan jahat dengannya
walaupun sedikit. Kerana dosa menengking dan menyakiti hatinya adalah
lebih besar daripada pahala jika bersedekah dengan separuh harta yang
dimiliki. Jangan pula kita menolak orang yang mula-mula mendatangi kita,
kerana kadang-kadang mereka itu bukan manusia. Mereka mungkin jin yang
diamanahkan Allah untuk datang dan menguji kita dengan harta yang kita
miliki. Jika kita menengking, kelak kita akan ditengking oleh Malaikat semasa
hari Qiamat.
Sedekah mampu memanjangkan umur
Percayakah anda bahawa sedekah akan memanjangkan umur kita? Kerana
Allah telah melanjutkan usia kerana amalan sedekah yang sering kita lakukan
itu. Allah sendiri telah mengatakan kepada Rasulullah bahawa sedekah

memang akan memanjangkan umur dan juga mampu menunda kematian


seseorang.
http://www.usahawan.com/agama-ibadah/keajaiban-sedekah.html

Keajaiban Sedekah
May 27, 2013 Artikel, Fikih Ibadah 0
Kita awali dengan sebuah kisah keajaiban sedekah. Kisah yang menunjukkan bagaimana Allah
sangat menghargai amal hamba. Tuhan Yang Maha Mendengar tidak akan menyia-nyiakan
kebaikan makhluk yang Dia ciptakan.
Tersebutlah seorang ibu solihah. Beliau memiliki seorang putra yang menjadi tulang punggung
keluarga. Di rumahnya yang penuh keterbatasan, sang ibu menunggu kapan putranya pulang. Dia
pergi melakukan safar yang jauh. Hingga sang ibu putus asa, sementara sisa makanan tinggal
cukup beberapa hari.
Suatu hari sang ibu sedang bersiap untuk menyantap makan siangnya. Ketika beliau mengambil
suapan pertama dan siap untuk dilahap, tiba-tiba di depan pintu ada pengemis yang meminta
makanan. Beliaupun tidak jadi melanjutkan suapannya. Beliau menaruh suapannya dan
menyerahkan satu porsi makanan itu ke pengemis. Sehari itu, sang ibu menahan lapar.
Ternyata selang beberapa hari, tibalah putranya yang lama dia nantikan. Mulailah dia bercerita
tentang kejadian yang luar biasa kepada ibunya,
Ada kejadian luar biasa yang aku alami. Setelah beberapa hari saya melintasi jalur di daerah
tertentu, tiba-tiba keluar seekor singa. Sehingga akupun memegang erat punggung keledai yang
aku naiki. Namun singa itu menyerang keledai. Dan kuku singa itu telah mengoyak jaket yang
aku bawa, baju dan jubahku. Ketika cakarnya menghantam badanku, saya tercengang dan hampir
hilang ingatan. Singa inipun membawaku dan menyeretku ke belukar yang tidak jauh. Dia
bersiap untuk mengoyakku.
Tiba-tiba saya melihat orang berbadan besar, wajah dan bajunya putih, datang dan langsung
memegang singa tanpa senjata. Dia naik dan pergi menghilang.
Ketika itu, orang besar tadi mengatakan: Berdirilah wahai singa, satu suapan dengan satu
suapan. Singa itupun berdiri dan lari meninggalkanku.
Akupun mencari lelaki itu, dan aku tidak berhasil menemukannya. Saya duduk menenangkan diri
di tempat itu dan kembali mengambil bekal makananku. Akupun memperhatikan badanku,
ternyata tidak ada satupun yang terluka. Kulanjutkan perjalanan, hingga aku bisa menyusul
rombongan. Mereka sangat terheran melihat kejadian yang kualami. Namun saya kebingungan,
apa makna satu suapan dengan satu suapan.

Mendengar ini, sang ibu memahami. Karena kejadian itu bersamaan dengan peristiwa saat beliau
memberikan sedekah makanan. Beliau tidak sempat menelan satu suap, dan diberikan kepada
orang yang membutuhkan. Dengan itu, Allah selamatkan anaknya dari suap singa.
[Kisah ini disebutkan oleh At-Tanuji dalam kitab: Al-Faraj bada As-Syiddah]

Sejuta Keajaiban Sedekah


Sedekah, mendengar namanya, orang sudah kenal keutamaannya. Sedekah berasal dari AsShidq, artinya jujur. Seorang muslim yang bersedekah berarti dia membuktikan kejujurannya
dalam beragama. Betapa tidak, harta yang merupakan bagian yang dia cintai dalam hidupnya,
harus dia berikan ke pihak lain. Karena itulah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyebut
sedekah sebagai burhan (bukti). Dalam hadis dari Abu Malik Al-Asyari, Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,





Shalat adalah cahaya, sedekah merupakan bukti, sabar itu sinar panas, sementara Al-Quran
bisa menjadi pembelamu atau sebaliknya, menjadi penuntutmu. (HR. Muslim 223).
Sedekah disebut burhan karena sedekah merupakan bukti kejujuran iman seseorang. Artinya,
sedekah dan pemurah identik dengan sifat seorang mukmin, sebaliknya, kikir dan bakhil
terhadap apa yang dimiliki identik dengan sifat orang munafik. Untuk itulah, setelah Allah
menceritakan sifat orang munafik, Allah sambung dengan perintah agar orang yang beriman
memperbanyak sedekah. Di surat Al-Munafiqun, Allah berfirman,


! !
Infakkanlah sebagian dari apa yang Aku berikan kepada kalian, sebelum kematian mendatangi
kalian, kemudian dia meng-iba: Ya Rab, andai Engkau menunda ajalku sedikit saja, agar aku
bisa bersedekah dan aku menjadi orang shaleh. (QS. Al-Munafiqun: 10).
Untuk itulah, seorang hamba hanya akan mendapatkan hakekat kebaikan dengan bersedekah,
memberikan apa yang dia cintai. Allah berfirman,

Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan, sampai kalian infakkan apa yang kalian cintai.
(QS. Ali Imran: 92)
Hadis berbicara tentang keajaiban Sedekah
a. Dari Ibnu Masud radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Sedekah dengan rahasia bisa memadamkan murka Allah (Shahih At-Targhib, 888)

b. Dari Kab bin Ujrah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Sedekah bisa memadamkan dosa, sebagaimana air bisa memadamkan api. (Shahih At-Targhib,
866)
c. Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
!
Sesungguhnya sedekah akan memadamkan panas kubur bagi pelakunya. Sungguh pada hari
kiamat, seorang mukmin akan berlindung di bawah naungan sedekahnya. (Silsilah AsShahihah, 3484).
Yazid salah seorang perawi yang membawakan hadis ini menceritakan: Dulu si Martsad,
setiap kali melakukan satu dosa di hari itu maka dia akan bersedekah dengan apa yang dia miliki,
meskipun hanya dengan secuil kue atau bawang. (As-Silsilah As-Shahihah, 872).
d. Dari Al-Hasan bin Ali radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Obati orang sakit di antara kalian dengan sedekah. (Shahih At-Targhib, 744).
Ibnu Syaqiq menceritakan, bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Ibnul Mubarak guru
Imam Bukhari -: Saya memiliki luka di lutut selama tujuh tahun, sudah coba diobati dengan
berbagai macam cara, sudah konsultasi dokter dan tidak ada perubahan. Ibnul Mubarak
menyarankan, Buatlah sumur di daerah yang membutuhkan air. Saya berharap akan
menghasilkan sumber air dan menyumbat darah yang keluar. Diapun melakukannya dan
sembuh. (Shahih At-Targhib)
e. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

: :

Setiap datang waktu pagi, ada dua malaikat yang turun dan keduanya berdoa. Malaikat pertama
memohon kepada Allah, Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang memberi nafkah,
sementara malaikat satunya berdoa, Ya Allah, berikan kehancuran bagi orang yang pelit. (HR.
Bukhari & Muslim).
f. Dari Al-Harits Al-Asyari radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bercerita
tentang wasiat Nabi Yahya kepada bani israil. Salah satu isi wasiat itu, Nabi Yahya mengatakan,

! !

Aku perintahkan kalian untuk banyak sedekah. Perumpamaan sedekah seperti orang orang yang
ditawan oleh musuhnya dan tangannya diikat di lehernya. Ketika mereka hendak dipenggal
kepalanya, dia bertanya: Bolehkah aku tebus diriku sehingga tidak kalian bunuh. Kemudian dia
memberikan yang dimiliki, sedikit atau banya, sampai dia berhasil menebus dirinya. (Shahih AtTarghib, 877).
Betapa luar biasanya pengaruh sedekah. Setiap dosa dan kesalahan yang dilakukan manusia
merupakan ancaman baginya. Tumpukan dosa itu cepat atau lambat akan membinasakannya.
Namun dia bisa selamat dari ancaman ini dengan memperbanyak sedekah, sampai dia bisa bebas
dari neraka.
g. Sedekah sama sekali tida mengurangi harta
Itulah jaminan dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Abu Hurairah meriwayatkan dari
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,



Sedekah tidak akan mengurangi harta (HR. Muslim)
h. Dari Umar bin Khatab radhiyallahu anhu, beliau mengatakan,
: ! !
Diceritakan kepadaku bahwa semua amal akan saling dibanggakan. Kemudia amal sedekah
mengatakan: Saya yang paling utama diantara kalian' (Shahih At-Targhib)
Hadis di atas hanya sebagian riwayat yang menunjukkan keajaiban Sedekah. Masih banyak
riwayat lain yang menyebutkan keajaiban Sedekah. Mengingat demikian besar keutamaan ini,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengizinkan umatnya untuk mengharapkan kenikmatan
yang Allah berikan kepada dua jenis manusia, salah satunya adalah orang yang Allah beri harta,
dan dia rajin bersedekah siang dan malam. (HR. Bukhari & Muslim).
Sedekah yang Paling Utama
Sedekah dengan banyak keutamaan di atas, tentu saja nilainya bertingkat-tingkat sesuai keadaan
ketika bersedekah. Berikut beberapa keadaan yang menyebabkan sedekah kita nilainya lebih
utama dari pada sedekah normal,
Pertama, sedekah secara rahasia
Merahasiakan sedekah akan lebih mendekati ikhlas. Karena itulah nilainya lebih besar dibanding
sedekah yang diketahui orang lain. Allah berfirman,

Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu
lebih baik bagimu.. (QS. Al-Baqarah: 271).
Kedua, sedekah ketika masih sehat, kuat, dan punya harapan hidup lebih lama
Dari Abu hurairah radhiyallahu anhu, bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Nabi
shallallahu alaihi wa sallam, Sedekah seperti apakah yang paling besar pahalanya? beliau
menjawab:






Engkau bersedekah ketika kamu masih sehat, rakus dengan dunia, takut miskim, dan bercitacita jadi orang kaya. Jangan tunda sedekah sampai ruh berada di tenggorokan, kemudian kamu
mengatakan: Untuk si A sekian, si B sekian, padahal sudah menjadi milik orang lain (melalui
warisan). (HR. Bukhari & Muslim)
Pada saat sehat, muda, umumnya manusia masih sangat butuh harta, dan cinta harta dan
kekayaan. Bersedekah pada kondisi tersebut akan membutuhkan perjuangan yang lebih besar
untuk melawan nafsunya, dibandingkan sedekah yang dilakukan oleh orang yang tidak lagi
punya harapan banyak dengan kehidupan dunia karena sudah tua.
Ketiga, sedekah yang diberikan setelah menunaikan kewajiban nafkah keluarga
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Sebaik-baik sedekah adalah harta sisa selain jatah nafkah keluarga. Mulailah dari orang yang
wajib kamu nafkahi. (HR. Bukhari & Muslim)
Sedekah ini bernilai lebih baik, karena dilakukan tanpa menelantarkan kewajibannya. Mengingat
kaidah baku dalam syariat, amal wajib lebih didahulukan dari pada amal sunah.
Keempat, sedekah pada saat krisis
Orang yang memiliki sedikit, namun dia berani bersedekah, menunjukkan keseriusan dia dalam
beramal, disamping sikap istiqamah yang dia lakukan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, Satu dirham bisa mengalahkan seratus ribu dirham. Para sahabat bertanya,
Bagaimana bia demikian

Ada orang yang memiliki 2 dirham, kemudian dia sedekahkan satu dirham. Sementara itu ada
orang yang memiliki banyak harta, kemudian dia mengambil seratus ribu dirham untuk
sedekah. (HR. Nasai dan dinilai hasan oleh Al-Albani).
Kelima, nafkah untuk keluarga
Barangkali banyak kepala keluarga yang belum terbayang, ternyata nafkah yang kita berikan
kepada kelurga sejatinya bisa bernilai pahala. Dengan syarat, dilakukan dalam rangka mengharap
pahala Allah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Seseorang yang memberikan nafkah kepada keluarganya dengan mengharap pahala dr Allah
maka itu bernilai sedekah. (HR. Bukhari & Muslim)
Bahkan nafkah keluarga yang diniatkan utk beribadah kepada Allah, nilainya lebih besar
dibandingkan yang disumbangkan untuk orang miskin. Karena nafkah keluarga hukumnya wajib.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
! ! :

Ada 4 dinar: satu dinar kau berikan ke orang miskin, satu dinar kau sumbangkan untuk
pembebasan budak, satu dinar untuk jihad fi sabililllah, dan satu dinar yang kau jadikan nafkah
untuk keluarga, yang paling utama adalah satu dinar yang kau nafkahkan untuk keluarga. (HR.
Muslim)
Keenam, sedekah kepada kerabat
Sedekah ini lebih utama karena nilainya ganda: sedekah sekaligus mempererat silatur rahim.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
!
Sedekah kepada orang miskin nilainya hanya sedekah. Sedekah kepada kerabat nilainya dua:
sedekah dan menyambung silaturrahim. (HR. Ahmad, Nasai, Turmudzi dan Ibnu Majah).
Semoga bermanfaat
Allahu alam
http://pengusahamuslim.com/keajaiban-sedekah-1823/
Keutamaan Sedekah
Keutamaan Sedekah

Diceritakan, ketika Nabi Ayub AS sedang mandi tiba-tiba Allah SWT mendatangkan seekor
belalang emas dan hinggap di lengannya. Baginda menepis-nepis lengan bajunya agar belalang
jatuh. Lantas Allah SWT berfirman, ''Bukankah Aku lakukan begitu supaya kamu menjadi lebih
kaya?'' Nabi Ayub AS menjawab, ''Ya benar, wahai Sang Pencipta! Demi keagungan-Mu apalah
makna kekayaan tanpa keberkahan-Mu.''
Kisah di atas menegaskan betapa pentingnya keberkahan dalam rezeki yang dikurniakan oleh
Allah SWT. Kekayaan tidak akan membawa arti tanpa ada keberkahan. Dengan adanya
keberkahan, harta dan rezeki yang sedikit akan bisa terasakan mencukupi. Sebaliknya, tanpa
keberkahan rezeki yang meskipun banyak akan terasakan sempit dan menyusahkan.
Agar rezeki yang Allah SWT berikan kepada kita menjadi berkah, Rasulullah SAW
menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak sedekah. Kata Rasulullah SAW, ''Belilah
semua kesulitanmu dengan sedekah.'' Dalam hadis lain, Rasulullah SAW menjelaskan, ''Setiap
awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi. Yang satu
menyeru, 'Ya Tuhanku, karuniakanlah?ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kerena
Allah'. Yang satu lagi menyeru, 'Musnahkanlah orang yang menahan hartanya'.''
Sedekah walaupun kecil tetapi amat berharga di sisi Allah SWT. Orang yang bakhil dan kikir
dengan tidak menyedekahkan sebagian hartanya akan merugi di dunia dan akhirat karena tidak
ada keberkahan. Jadi, sejatinya orang yang bersedekah adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab,
menginfakkan (belanjakan) harta akan memperoleh berkah, dan sebaliknya menahannya adalah
celaka.
Sedekah memiliki beberapa keutamaan bagi orang yang mengamalkannya. Pertama,
mengundang datangnya rezeki. Allah SWT berfirman dalam salah satu ayat Alquran bahwa Dia
akan membalas setiap kebaikan hamba-hamba-Nya dengan 10 kebaikan. Bahkan, di ayat yang
lain dinyatakan 700 kebaikan. Khalifah Ali bin Abi Thalib menyatakan, ''Pancinglah rezeki
dengan sedekah.'' Kedua, sedekah dapat menolak bala. Rasulullah SAW bersabda, ''Bersegeralah
bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah bisa mendahului sedekah.''
Ketiga, sedekah dapat menyembuhkan penyakit. Rasulullah SAW menganjurkan, ''Obatilah
penyakitmu dengan sedekah.'' Keempat, sedekah dapat menunda kematian dan memperpanjang
umur. Kata Rasulullah SAW, ''Perbanyaklah sedekah. Sebab, sedekah bisa memanjangkan umur.''
Mengapa semua itu bisa terjadi? Sebab, Allah SWT mencintai orang-orang yang bersedekah.
Kalau Allah SWT sudah mencintai seorang hambanya, maka tidak ada persoalan yang tidak bisa
diselesaikan, tidak ada permintaan dan doa yang Allah tidak kabulkan, serta tidak ada dosa yang
Allah tidak ampuni, dan hamba tersebut akan meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah
(baik).
Kekuatan dan kekuasaan Allah jauh lebih besar dari persoalan yang dihadapi manusia. Lalu,
kalau manfaat sedekah begitu dahsyatnya, masihkah kita belum juga tergerak untuk mencintai
sedekah? Wallahu a'lam bis-shawab.

http://sedekahindahberkah.blogspot.com/search/label/Kisah-kisah
Diposkan oleh tohary is Cyute di 20.47 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Kisah-kisah teladan
Bismillahirrahmaanir rahiim,
Assalamu'alaykum ww,
Berikut ini beberapa catatan dari Khotbah Jumat Mawlana Syekh Hisyam Kabbani 8 Nov 2008,
di Chicago
Nabi SAW bersabda,"Semua makanan mengandung racun, kecuali nasi." Allah SWT
menempatkan rahasia tertentu di dalam nasi. Nabi SAW juga bersabda bahwa semua penyakit
ada penyembuhnya. Salah satu aspek penyembuhan penyakit yang penting adalah sedekah.
Ada 360 titik atau joint (persendian) di dalam tubuh kita yang harus selalu diperiksa. Tubuh kita
bagaikan sebuah mobil. Dari luar mungkin kita melihat bahwa tidak ada masalah dengan mobil
itu, tetapi ternyata ia tidak bisa jalan. Montir dapat melihat bagian dalamnya, dan menemukan
bagian yang rusak yang harus diperbaiki agar bisa berjalan kembali. Montir itu diberikan
kemampuan oleh Allah SWT melebihi orang biasa. Begitu juga dengan dokter, ia diberikan
kemampuan untuk memeriksa bagian tubuh manusia bagian dalam.
Agar tubuh kita tetap sehat ke-360 titik itu harus diperiksa setiap hari, dicek, disentuh--melalui
sedekah. Sedekah sangat penting. Tetapi sedekah tidak hanya dengan memberi uang donasi saja.
Bila kita mengucapkan istighfar, itu juga sedekah, kita telah menyentuh salah satu titik itu. Lalu
kita ucapkan "Allahu akbar!" kita menyentuh titik yang lain, kita ucapkan "Alhamdulillah,
syukranlillah." itu semua adalah sedekah. Kita tersenyum, memberi makan kepada orang lain,
berzikir dan seluruh perbuatan yang kita tujukan untuk kesenangan Allah, berarti itu adalah
sedekah. Allah SWT tidak memerlukan semua itu, tetapi Allah SWT sangat menghargai sedekah
kita.
Diposkan oleh tohary is Cyute di 20.39 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Pengertian Sedekah
Definisi Sedekah
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh
seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan
jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan
yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh
para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara spontan dan sukarela).
Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum Muslimin untuk senantiasa
memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud adalah firman Allah SWT yang artinya:
''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang
yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian

di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah,
maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.'' (QS An Nisaa [4]: 114).
Hadis yang menganjurkan sedekah juga tidak sedikit jumlahnya.
Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah, berpahala bila dilakukan dan
tidak berdosa jika ditinggalkan. Di samping sunah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram
yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal
menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada
kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan
orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia
mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi
wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.
Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu' berbeda dengan zakat. Sedekah lebih
utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti
diberitahukan atau diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW dari
sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang
mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan
tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah
diberikan oleh tangan kanannya tersebut.
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum
diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang
betul-betul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama
disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang
berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya;
''Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sebagian harta yang kamu cintai...'' (QS Ali Imran [3]: 92).
Pahala sedekah akan lenyap bila si pemberi selalu menyebut-nyebut sedekah yang telah ia
berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya
yang berarti:
''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima.'' (QS Al Baqarah [2]: 264).
Dirangkum /disarikan dari buku Ensiklopedi Islam
Diposkan oleh tohary is Cyute di 20.32 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Kamis, 18 Maret 2010


manfaat sedekah
Manfaat Sedekah
Masuk Kategori: Fiqh, Hikmah, Dari Inboxku, Lain-lain
KEMATIAN BISA DIUNDUR
Kematian memang di tangan Allah. Maka ada satu hal yang bisa membuat kematian menjadi
sesuatu yang bisa ditunda, yaitu kemauan bersedekah, kemauan berbagi dan peduli.
SUATU hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabiyallah Ibrahim, dan bertanya, Siapa anak
muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?
Yang anak muda tadi maksudnya? tanya Ibrahim. Itu sahabat sekaligus muridku.
Ada apa dia datang menemuimu?
Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan pernikahannya besok pagi.
Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok pagi. Habis berkata
seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan Nabiyallah Ibrahim. Hampir saja Nabiyallah
Ibrahim tergerak untuk rriemberitahu anak muda tersebut, untuk menyegerakan pernikahannya
malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu besok. Tapi langkahnya terhenti.
Nabiyallah Ibrahim memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah.
Esok paginya, Nabiyallah Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut
tetap bisa melangsungkan pernikahannya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun,
Nabiyallah Ibrahim malah melihat anak muda ini panjang umurnya.
Hingga usia anak muda ini 70 tahun, Nabiyallah Ibrahim bertanya kepada Malaikat Kematian,
apakah dia berbohong tempo hari sewaktu menyampaikan bahwa anak muda itu umurnya tidak
akan sampai besok pagi? Malaikat Kematian menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut
nyawa anak muda tersebut, tapi Allah menahannya.
Apa gerangan yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak
muda tersebut, dulu?
Wahai Ibrahim, di malam menjelang pernikahannya, anak muda tersebut menyedekahkan
separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan
umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup.
Saudara-saudaraku, pembaca Kajian WisataHati dimanapun Anda berada, kematian memang
di tangan Allah. justru itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah
memberitahu lewat kalam Rasul-Nya, Muhammad shalla `alaih bahwa sedekah itu bisa
memanjangkan umur. jadi, bila disebut bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu

adalahsedekah.
Maka, tengoklah kanan-kiri Anda, lihat-lihatlah sekeliling Anda. Bila Anda menemukan ada
satu-dua kesusahan tergelar. maka sesungguhnya Andalah yang butuh pertolongan. Karena siapa
tahu kesusahan itu digelar Allah untuk memperpanjang umur Anda. Tinggal apakah Anda
bersedia menolongnya atau tidak. Bila bersedia, maka kemungkinan besar memang Allah akan
memanjangkan umur Anda.
Saudara-saudaraku sekalian, tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya akan sampai.
Dan, tidak seseorangpun yang mengetahui dalam kondisi apa ajalnya tiba. Maka mengeluarkan
sedekah bukan saja akan memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal
dalam keadaan baik. Bukankah sedekah akan mengundang cintanya Allah? Sedangkan kalau
seseorang sudah dicintai oleh Allah, maka tidak ada masalahnya yang tidak diselesaikan, tidak
ada keinginannya yang tidak dikabulkan, tidak ada dosanya yang tidak diampunkan, dan tidak
ada nyawa yang dicabut dalam keadaan husnul khatimah.
Mudah-mudahan Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua berkesempatan
untuk mengejar ampunan Allah dan mengubah segala kelakuan kita, sambil mempersiapkan
kematian datang.
Sampai ketemu di pembahasan berikutnya. Insya Allah, kita masih membahas sedikit tentang
menunda umur, tapi kaitannya dengan kesulitan-kesulitan hidup yang kita hadapi .
Diposkan oleh tohary is Cyute di 00.53 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
sedekah yang utama
Sedekah yang Utama
Pada satu kesempatan, Rasulullah SAW ditanya seseorang sahabatnya tentang sedekah yang
paling utama. Kata beliau, ''Engkau menyedekahkan harta itu pada saat engkau dalam keadaan
sehat dan di kala engkau benarbenar menginginkan harta tersebut saat itu.'' (HR Abu Dawud).
Dalam Alquran, Allah SWT juga berfirman, ''Engkau tak akan mendapatkan kebaikan apa pun
hingga kalian menyedekahkan sebagian harta yang paling kalian cintai. Ketahuilah, apa pun yang
kalian infakkan, Allah pasti mengetahuinya.'' (QS. Ali 'Imran: 92). Setiap manusia memiliki
kecenderungan mencintai harta benda.
Karena cinta inilah, mereka lalu berusaha mempertahankannya selama mungkin, bahkan kalau
perlu, berusaha menambahnya terusmenerus. Namun, mencintai harta tidak selamanya dapat
membuat orang bahagia. Tak jarang, harta justru membuatnya tidak tenang dan resah. Karena
itulah, sedekah yang Nabi SAW anjurkan sebetulnya, selain untuk mendapatkan pahala di sisi
Allah SWT, juga untuk membuat manusia itu tenang dan tenteram.
Kondisi sehat dan cinta terhadap harta, bisa menjadi penghambat seseorang untuk mengeluarkan
sedekahnya. Padahal, menurut Nabi SAW justru pada saatsaat itulah, sedekah memiliki nilai
yang utama di sisi Allah SWT. Pertama, kondisi sehat pada hakikatnya adalah nikmat dan
karunia yang Allah SWT berikan kepada manusia.

Karena itu, manusia mesti mensyukurinya dalam bentuk amaliah bermanfaat untuk dirinya dan
orang lain. Seorang yang mensyukuri karunia sehat, akan menyadari kondisi sehat itu sebetulnya
adalah kesempatan untuk berbuat baik.
Kedua, karunia sehat juga sekaligus menjadi ujian berat manusia. Karena terkadang, dalam
keadaan ini, manusia sering lalai berbuat kebaikan. Sedekah pada saatsaat ini terasa begitu
berat, karena selain keinginan untuk menikmatinya di kala sehat, ada keinginan kuat agar harta
itu jangan dulu diberikan kepada orang lain. Dalam arti lain, menunda hingga waktu tertentu.
Padahal, salah satu akhlak mulia Nabi SAW dalam masalah sedekah adalah mempercepat dalam
memberikan sedekah itu. Pernah suatu ketika, Nabi SAW mempercepat shalatnya hingga
membuat para sahabatnya bertanyatanya. Setelah ditanya, beliau menjawab, ''Ketika shalat, aku
teringat ada harta bendaku yang belum aku sedekahkan.'' (HR Bukhari).
Harta bukan untuk ditumpuk, kemudian dinikmati sendiri. Ada kewajiban yang mesti dilakukan
terhadap harta itu, agar harta yang diberikan Allah tidak siasia. Yakni, bisa menjadi bekal hidup,
baik dunia maupun di akhirat. Keseimbangan dalam mengelola harta itulah yang ditekankan
Rasulullah SAW.
Harta memang miliknya, tapi di dalamnya juga ada milik orang lain yang mesti diberikan. Inilah
yang terkadang berat dilakukan, karena menganggap harta benda yang dimiliki adalah hasil kerja
keras yang harus dinikmati sendiri. Padahal, dalam harta seseorang sejatinya ada campur tangan
dari Allah SWT. Karena itu, harta mesti dikelola sesuai dengan petunjuk Allah juga.
(Hikmah/Republika)
Diposkan oleh tohary is Cyute di 00.34 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Senin, 01 Maret 2010


sedekah berkah dan indah

DEFINISI SEDEKAH

Perumpamaan sedekah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Allah Maha Luas Karunia-Nya lagi maha Mengetahui. (QS:Al Baqarah:27)

Al Jurjani memberikan definisi sedekah ialah suatu pemberian yang diberikan oleh seorang
kepada orang lain secara sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Hal
tersebut juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang
mengharap ridho Allah.
Dalam sebuah tausiahnya, Ustadz Yusuf Mansur menyampaikan bahwa sedikitnya ada empat
keutamaan bersedekah. Pertama, mengundang datangnya rezeki. Allah berfirman dalam salah
satu ayat Alquran bahwa Dia akan membalas setiap kebaikan hamba-hamba-Nya dengan 10
kebaikan. Bahkan di ayat yang lain dinyatakan 700 kebaikan. Ali bin Abi Thalib pernah
menyatakan, Pancinglah rezeki dengan sedekah.
Sedekah adalah suatu amalan yang baik yang apabila dilakukan mendapatkan pahala,
sedekah itu banyak sekali jalannya antara lain seperti :tolong-menolong merupakan
contoh sederhana dari perbuatan sedekah.
Bahkan senyum,bicara baik merupakan sedekah juga lho, sebagaimana Hadist Nabi
SAW :
"Bicara baik merupakan sedekah"
Mungkin sedekah terasa berat sekali bagi yang belum pernah/belum terbiasa melakukannya,tapi
jika anda sudah terbiasa melakukannya maka sedekah akan terasa ringan,mudah dan lebih
terasa indah.

INDAHNYA SEDEKAH

Perumpam
aan orang-orang yang menafkahkan hartanya di Jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi
Maha Mengetahui
(QS Al-Baqarah [2]:261)
Saat ini negara Indonesia tercinta, sekali lagi, TERCINTA, memang belum bisa memberikan
kemakmuran yang layak bagi rakyatnya. Meskipun kaya raya akan hasil alam, tetapi hampir
semua hasil tersebut dinikmati oleh sekelompok orang tertentu, dan sebagian lagi dinikmati oleh
orang asing. Bahkan di sebuah negara yang kaya raya akan minyak, tetapi rakyatnya tidak
mampu membeli minyak. Ironis memang.

Islam sebenarnya sudah memberikan solusi yang tepat untuk menyelesaikan, atau paling tidak
meringankan permasalahan orang yang kurang mampu. Solusi tersebut adalah melalui, yang
tentunya sudah kita kenal dengan baik, yaitu zakat, infak dan sedekah. Allah swt menegaskan
bahwa dalam harta orang-orang kaya terdapat hak orang miskin. Bila ada orang kaya yang tidak
mengeluarkan zakatnya, maka sesungguhnya ia telah mencuri harga orang miskin. Kalau kita
cermati, sebenarnya zakat itu tidak besar kok jumlahnya, hanya 2,5% yang relatif kecil jika
dibandingkan dengan pajak PPN yang sebesar 10 persen, atau bahkan pajak undian yang sampai
20%.
Jika seorang kaya dengan segala ketulusan hati dapat memberikan bantuan secara maksimal
untuk orang miskin, maka dapat dipastikan bahwa upaya mengentaskan kemiskinan akan
berjalan baik dan jurang pemisah yang menganga lebar antara si kaya dan si miskin akan
tereliminir. Dengan catatan, kalian yang miskin jangan jadi pemalas dan hanya mengharapkan
sedekah saja. OK?? Fair kan? Sejarah telah menunjukkan bahwa para sahabat Nabi merupakan
orang yang sangat antusias dalam derma.
Perlu juga dicermati, bahwa harta yang kita peroleh secara halal, dari gaji misalnya, harus
disucikan dengan zakat 2,5%. Sebenarnya cara kita memperoleh harta tersebut memang tidak
murni seratus persen. Kadang-kadang kita bertengkar dengan teman kantor karena urusan
pekerjaan, atau kita mengeluh karena pusing oleh pekerjaan. Nah, untuk itulah maka ada nilai
sebesar 2,5% yang harus kita ikhlaskan agar hal-hal buruk yang terjadi ketika kita mendapatkan
harta menjadi hilang. Dengan demikian sisanya merupakan harta yang benar-benar barokah.
Hal ini tidak berlaku bagi harta yang memang sejak awal sudah tidak halal. Seorang koruptor
yang melakukan korupsi sebesar 1 Milliar tidak dapat dengan serta merta memberikan zakat
sebesar 25 juta sehingga harta korupsinya menjadi halal. Ini sangat tidak benar. Harta korupsi
tetap tidak berkah dan tidak dapat disucikan dengan 2,5%. Koruptor tersebut harus
mengembalikan seluruh harta korupsi, beserta kerugiannya dan harus menanggung risiko hukum
dan sosial akibat perbuatannya. barulah impas. Jadi, kalau dipikir-pikir, kalau harta kita halal,
maka kewajiban kita hanya 2,5%. Tapi kalau harta kita tidak halal, maka kewajiban kita lebih
besar dari pada harta yang telah kita peroleh tadi. Nah Anda milih yang mana.
(Diposkan oleh Muhdi Thohari demak-semarang-indonesia)
Diposkan oleh tohary is Cyute di 20.26 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Beranda
Langganan: Entri (Atom)

KODE
Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

http://sedekahindahberkah.blogspot.com/
Home Ma'rifatullah Bagian II Arti Taqwa Menurut Syara' dan Macamnya

Você também pode gostar