Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
Dewi Putri Mardyaningsih
NIM. S10011
ii
SURAT PERNYATAAN
: S10011
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah serta
karuniaNya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Kualitas Hidup
Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis di
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Dalam penyusunan
skripsi ini, penulis mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan maka kurang sempurna
penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ibu Dra. Agnes Sri Harti, MSi. selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta
2.
Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns. M.Kep, selaku Pembimbing Utama dan
Kepala Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
3.
4.
5.
6.
7.
Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah membantu penulis.
8.
Bapak Sobirin dan Ibu Maryati, Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu
mengajarkan arti kesabaran dan kekuatan, yang tak henti hentinya
mendoakan dan selalu memberikan motivasi serta dukungan terbesar kepada
penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk Bapak dan Ibu tercinta, meskipun
belum sebanding dengan pengorbanan dan perjuangan Bapak dan Ibu dalam
merawat dan membesarkan penulis.
9.
Adik tercinta Retno Mardyanti atas doa dan motivasi yang selalu diberikan
kepada penulis dan telah berjuang bersama sama dalam membahagiakan
dan membanggakan Bapak dan Ibu tercinta.
10. Kakek, nenek serta saudara saudara yang terkasih atas doa dan motivasi
yang diberikan kepada penulis.
11. Teman teman kost Matic dan kost Mawar Berduri yang telah memberikan
dukungan, semangat dan motivasi kepada penulis serta telah berjuang
bersama sama dalam penyelesaian skripsi.
12. Teman teman seperjuangan dan seangkatan (S10) Prodi S-1 Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta yang tak pernah berhenti memberikan
Surakarta,
Juli 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ii
SURAT PERNYATAAN
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR SKEMA
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xiv
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
10
1.5.Keaslian Penelitian
11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Penyakit Gagal Ginjal Kronik
2.1.1. Pengertian
14
14
vii
2.1.2. Etiologi
15
15
2.1.4. Patofisiologi
16
2.1.5. Klasifikasi
18
2.1.6. Penatalaksanaan
18
19
2.2. Hemodialisis
20
2.2.1. Pengertian
20
2.2.2. Tujuan
20
21
21
22
BAB III
25
2.3.1. Pengertian
25
26
28
32
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Fokus Penelitian
36
37
38
39
viii
BAB IV
41
41
42
42
46
47
49
50
51
72
72
81
87
90
4.4. Pembahasan
94
94
108
110
115
ix
117
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
119
5.2. Saran
120
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ..................................................................... 12
Tabel 2.1 Klasifikasi GGK berdasarkan derajat penyakit .......................... 18
xi
DAFTARSKEMA
Halaman
Skema 2.1 Skala Pengukuran kualitas hidup menurut WHOQOL-Bref ..... 28
Skema 3.1 Fokus Penelitian .........................................................................
xii
36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
xiii
DAFTAR SINGKATAN
AVF
Av-Shunt
: Akses Vaskular-Shunt
BAK
BUN
CKD
CRF
ESRD
ESRF
FGD
GGK
GFR
HB
: Hemoglobin
HD
: Hemodialisis
ICU
LFG
Ml
: Mili Liter
Mg
: Mili Gram
NKF
PH
: Pangkat Hidrogen
QB
: Quick Of Blood
RSUD
xiv
SD
: Sekolah Dasar
USRDS
WHO
WHOQoL
YGDI
xv
Penyakit
ginjalmencakup
berbagaipenyakit
dan
gangguan
yangmempengaruhi ginjal. Jika penyakit ginjal tidak segera diobati dan ditangani
maka akan terjadi gagal ginjal. Gagal ginjal akan mengakibatkan terganggunya
kualitas hidup penderita. Hemodialisis merupakan tindakan pengganti fungsi
ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup penderita gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD dr.Soediran Mangun
Sumarso Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan fenomenologis. Data diperoleh dari wawancara mendalam
terhadap 5 partisipan yang menjalani terapi hemodialisis satu tahun terakhir. Data
dianalisa menggunakan metode Colaizzi. Kemudian data dianalisa dan didapatkan
kata kunci, makna makna dan tema tema. Hasil penelitian didapatkan
beberapa tema. (1) Tema dimensi fisik : (a) kelemahan fisik; (b) sesak nafas; (c)
BAK tidak lampias; (d) kulit hitam; (e) kualitas tidur dan (f) perubahan pola
nutrisi. (2) Tema dimensi psikologis : (a) perasaan positif dan (b) perasaan
negatif. (3)Tema dimensi hubungan sosial : (a) kurang bersosialisasi; (b) disfungsi
seksual dan (c) butuh dukungan. (4) Tema dimensi lingkungan : (a) perubahan
status ekonomi; (b) butuh informasi dan (c) puas dengan akses kesehatan dan
transportasi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak
rumah sakit khususnya pelayanan hemodialisis untuk lebih meningkatkan asuhan
keperawatan yang menyeluruh terhadap penderita gagal ginjal.
Kata Kunci : Gagal Ginjal Kronik, Kualitas Hidup, Hemodialisis
Daftar Pustaka : 42 (2001-2013)
xvi
Kidney disease includes various diseases and disorders that affect kidneys.
If the kidney disease is not immediately medicated and handled, the renal failure
will occur. The renal failure will disrupt the life quality of its sufferer.
Hemodialysis is an intervention to substitute the renal functions to discharge the
wastes of metabolism.
The objective of this research is to investigate the life quality of chronic
renal failure clients undergoing hemodialysis therapy at dr.Soediran Mangun
Sumarso Local General Hospital of Wonogiri regency.
This research used the qualitative research method with the
phenomenological approach. The data of the research were were gathered through
in-depth interview to five participants who underwent hemodialysis therapy for
the last one year. The data of the research were analyzed by using the Colaizzi
method.
The result of the research includes several themes as follows: (1) physical
dimension theme which includes (a) physical weakness, (b) difficulty in
breathing, (c) incomplete emptying of the bladder when urinating, (d) black skin,
(e) sleep quality, and (f) nutrition pattern change; (2) psychological dimension
theme which comprises (a) positive feeling and (b) negative feeling; (3) social
relation dimension theme which includes (a) lack of socialization, (b) sexual
dysfunction, and (c) support need; and (4) environmental dimension theme which
covers (a) economic status change, (b) information need, and (c) satisfaction to
health access and transportation.
The result of this research is expected to provide information to the
hospital particularly to the department which provides hemodialysis services to
improve nursing care thoroughly for the sufferers of renal failure.
Keywords: Chronic renal failure, life quality, and Hemodialysis
References: 42 (2001-2013)
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Ketiga pasien saat ini menerima kondisinya karena memang sudah jalan yang
ditentukan Tuhan, ini membuat mereka semakin mendekatkan diri kepada
Tuhan. Namun 2 pasien mengatakan, bahwa dirinya merasa sehat dan tidak
perlu dilakukan hemodialisis lagi.
Data yang diperoleh dari dimensi hubungan sosial, ketiga pasien
mengatakan masih dapat berhubungan dengan orang lain secara baik. Satu
pasien mengatakan teman kantor sudah dapat menerima kondisi saat ini dan
membantu pekerjaannya. Ketiga pasien sudah mendapat dukungan yang
penuh dari beberapa anggota keluarga dan teman. Tiga pasien menyebutkan
tidak dapat berhubungan seksual dengan pasangannya dikarenakan kondisi
saat ini yang tidak memungkinkan.
Data yang diperoleh dari dimensi lingkungan, ketiga pasien
mengatakan bahwa pembiayaan hemodialisis ditanggung oleh pemerintah,
mereka terdaftar sebagai peserta jamkesmas. Hanya saja untuk transportasi
harus menggunakan uang sendiri. Pada awalnya 2 pasien belum mengetahui
alur untuk hemodialisis dengan program jamkesmas, kemudian dijelaskan
oleh perawat ruangan. Akses kesehatan yang tidak terlalu jauh dari rumah
membuat ketiga pasien mudah untuk mendapatkan pelayanan hemodialisis
atau pelayanan kesehatan. Hampir dari seluruh kualitas kehidupan pasien
berubah semenjak harus menjalani hemodialisis. Mereka telah mengetahui
hemodialisis akan dilakukan seumur hidupnya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari wawancara terhadap 3 orang
pasien adalah ketiga pasien mengalami masalah mengenai hidupnya, hampir
dari
terapi
hemodialisis.
Hemodialisis
bertujuan
untuk
penyakit tersebut terjadi penurunan kualitas hidup yang meliputi aspek aspek tersebut (Lacson 2010).
World Health OrganizationQuality of Life mengemukakankualitas
hidup adalah persepsi individu dalam kemampuan, keterbatasan, gejala serta
sifat psikososial hidupnya dalam konteks budaya dan sistem nilai untuk
menjalankan peran dan fungsinya (WHOQoL dikutip dalam Nurchayati
2010). Perubahan fisik yang berasal dari gagal ginjal kronik yang sudah
mencapai stage V tidak hanya terbatas pada sistem ginjal. Sistem tubuh lain
juga dapat dipengaruhi dan menyebabkan penurunan status kesehatan dan
kualitas hidup. Banyak perubahan yang terjadi pada penderita gagal ginjal
kronik yaitu, perubahan fisik, secara terpisah, masing-masing perubahan fisik
memiliki potensi untuk menurunkan kualitas hidup, perubahan psikologi
(Psychological Changes), respon psikologis pasien terhadap penyakit dapat
bervariasi dan sering berhubungan dengan kerugian, baik aktual atau
potensial, dan telah disamakan dengan proses kesedihan. Salah satu
bentuknya adalah depresi, diketahui bahwa depresi dapat menurunkan respon
kekebalan tubuh, dan untuk pasien dengan gagal ginjal kronik stage V
penambahan depresi ke dalam pikirannya dapat semakin memperburuk
keadaan (Tallis 2005).
Selain perubahan pada fisik dan psikologis, Tallis juga menyebutkan
pada penyakit gagal ginjal kronik akan mengalami perubahan sosial (social
changes), nutrisi merupakan komponen penting dan utama dalam kehidupan
setiap orang. Untuk orang dengan gagal ginjal kronik pentingnya gizi
mengingat dampak negatif dari manajemen diet yang buruk. Efek samping
tersebut termasuk hiperkalemia, hiperfosfatemia, protein yang berhubungan
dengan kekurangan gizi dan kelebihan cairan. Sebagian besar dari interaksi
sosial antara orang melibatkan makan dan minum sehingga tidak jarang untuk
pasien dengan gagal ginjal kronik untuk mengurangi keterlibatan sosial
mereka karena pembatasan makanan dan cairan yang ketat (Tallis 2005).
Hasil penelitian Kusumawardani (2009) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara karakteristik individu dengan kualitas hidup dimensi fisik
pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Hal ini
menunjukkan semakin tinggi karakteristik seseorang maka akan semakin baik
pula kualitas hidupnya. Karakteristik seseorang sangat mempengaruhi pola
kehidupan seseorang, karakteristik bisa dilihat dari beberapa sudut pandang
diantaranya umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan seseorang, disamping
itu keseriusan seseorang dalam menjaga kesehatannya sangat mempengaruhi
kualitas kehidupannya baik dalam beraktivitas, istirahat, ataupun secara
psikologis. Banyak orang yang beranggapan bahwa orang terkena penyakit
gagal ginjal akan mengalami penurunan dalam kehidupannya.
Sebagai care provider dan pemberi layanan kepada pasien maka
perawat khusunya spesialis hemodialisis berperan dalam meningkatkan
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik, yaitu dalam ranah primer, sekunder
dan tersier. Perawat berperan dalam memberikan edukasi kepada pasien
tentang penyakit, prognosis serta perawatannya, sehingga penyakit ginjal
10
menambah
wawasan
perawat
tentang
pentingnya
yang
11
12
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Nama
Peneliti
Sofiana
Nurchayati
(2010)
I Gusti Ayu
Puja Astuti
Dewi
(2010)
Judul
Penelitian
Faktor faktor
yang
berhubungan
dengan
kualitas hidup
pasien
penyakit gagal
ginjal kronik
yang menjalani
hemodislisis di
Rumah Sakit
Islam Fatimah
Cilacap
dan
Rumah Sakit
Umum Daerah
Banyumas
Metode
Penelitian
Deskriptif
korelasi
dengan
pendekatan
cross
sectional
study.
Hubungan
antara Quick of
Blood
(QB)
dengan
adekuasi
hemodialisis
pada
pasien
yang menjalani
terapi
Kuantitatif
dengan
pendekatan
cross
sectional
study.
Hasil
Penelitian
Kualitas hidup
penderita tidak
berhubungan
dengan usia,
jenis kelamin,
pendidikan,
pekerjaan,
anemia,
adekuasi
hemodialisis
dan
akses
vaskular; lama
hemodialisis
berhubungan
dengan
kualitas hidup
artinya
responden
yang
belum
lama menjalani
hemodialisis
beresiko
2.6
kali hidupnya
kurang
berkualitas;
faktor dominan
yang
berhubungan
dengan
kualitas hidup
adalah tekanan
darah.
Tidak
ada
hubungan yang
bermakna
antara
Qb
dengan
adekuasi
hemodialisis
menggunakan
rumus
Penelitian
Sekarang
Judul
:
Kualitas hidup
pada penderita
gagal
ginjal
kronik
yang
menjalani
terapi
hemodialisis di
RSUD
dr.Soediran
Mangun
Sumarso
Kabupaten
Wonogiri.
Metode
:
Kualitatif
dengan
pendekatan
fenomenologis
Judul
:
Kualitas hidup
pada penderita
gagal
ginjal
kronik
yang
menjalani
terapi
hemodialisis di
RSUD
13
hemodialisis di
ruang
HD
BRSU Dareah
Tabanan Bali
Aditya
Rizky Arief
Rahman
(2013)
Hubungan
antara
adekuasi
hemodialisis
dan
kualitas
hidup pasien di
RSUD
Ulin
Banjarmasin.
Kuantitatif
dengan
pendekatan
cross
sectional.
penghitungan
Kt/V
dan
URR.
Dari
variabel
perancu, hanya
jenis kelamin
yang memiliki
hubungan
bermakna
dengan
adekuasi
hemodialisis.
Nilai adekuasi
yang adekuat
yaitu 22,72%
dan
pasien
yang memiliki
nilai adekuasi
yang inadekuat
adalah sebesar
77,28%. nilai
kualitas
kesehatan fisik
(PCS) pasien
memiliki
proporsi nilai
yang
terdiri
atas
kualitas
fisik
rendah
43,3%,
kualitas fisik
sedang 47,8%,
kualitas fisik
baik 9 %; nilai
kualitas
kesehatan
mental (MCS)
pasien
memiliki
proporsi nilai
yang
terdiri
atas
kualitas
mental rendah
20,5 %
dr.Soediran
Mangun
Sumarso
Kabupaten
Wonogiri
Metode
:
Kualitatif
dengan
pendekatan
fenomenologis
Judul
:
Kualitas hidup
pada penderita
gagal
ginjal
kronik
yang
menjalani
terapi
hemodialisis di
RSUD
dr.Soediran
Mangun
Sumarso
Kabupaten
Wonogiri
Metode
:
Kualitatif
dengan
pendekatan
fenomenologis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
15
diabetes
melitus
yaitu
sebesar
30%,
hipertensi
24%,
16
2. Derajat II
Umumnya
asimptomatik,
berkembang
menjadi
hipertensi
dan
17
mengacu
pada
banyak
efek
yang
dihasilkan
dari
18
tertimbun sisa akhir metabolisme, maka gejala akan semakin berat. Klien
akan merasa kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari hari akibat
timbulnya berbagai macam manifestasi klinis tersebut. Beberapa
komplikasi yang ditimbulkan akan berpengaruh buruk terhadap kualitas
hidup (Corwin 2009).
2.1.5. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronik dapat dibedakan seperti dibawah ini :
Tabel 2.1
Klasifikasi gagal ginjal kronik menurut derajat penyakit
Derajat
Deskripsi
Kerusakan ginjal
dengan
GFR
normal
Kerusakan ginjal
dengan penurunan
GFR ringan
Penurunan GFR
tingkat sedang
Penuruna
GFR
tingkat berat
Gagal ginjal
II
III
IV
V
Nama lain
risiko
GFR
(ml/menit/1,73m2)
>90
Chronic renal
insufisiensi
60 - 89
Chornic renal
failure (CRF)
CRF
30 - 59
End-stage
renal disease
(ESDR)
15 - 29
<15
19
1.
2.
20
2.2. HEMODIALISIS
2.2.1. Pengertian
Hemodialisis adalah dialisis yang dilakukan diluar tubuh, darah
dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter arteri, kemudian masuk ke
dalam sebuah mesin besar, di dalam mesin tersebut terdapat dua ruang
yang dipisahkan oleh sebuah membran semipermeabel. Darah dimasukkan
ke salah satu ruang, sedangkan ruang yang lain diisi oleh cairan perdialisis
dan diantara keduanya akan terjadi difusi. Darah dikembalikan ke tubuh
melalui sebuah pirau vena. Hemodialisis memerlukan waktu selama 3 5
jam dan dilakukan sekitar 3x dalam seminggu. Pada akhir interval 2 3
hari diantara terapi, keseimbangan garam, air dan pangkat hidrogen (PH)
sudah tidak normal lagi dan penderita biasanya merasa tidak sehat (Corwin
2009).
Price & Wilson (2005) hemodialisis adalah proses dimana terjadi
difusi partikel terlarut (solut) dan air secara pasif melalui satu
kompartemen cair yaitu darah dan menuju kompartemen lainnya yaitu
cairan dyalisat melalui membran semipermeabel dalam dialiser.
2.2.2. Tujuan
Tujuan
dilaksanakannya
terapi
hemodialisis
adalah
untuk
21
2.
Hiperkalemia
3.
4.
5.
6.
Kelebihan cairan
7.
22
23
(kolaborasi
dengan
dokter),
perawatan
akses
dan
aktifitas
kembali
24
Wall
(dikutip
dalam
Farida
2010) praktek
menikmati
banyak
kepuasan
dalam
membantu
pasien
25
2.3.KUALITAS HIDUP
2.3.1. Pengertian
Nurchayati (2010) menyebutkan bahwa kualitas hidup seseorang
tidak dapat didefinisikan dengan pasti, hanya orang tersebut yang dapat
mendefinisikannya, karena kualitas hidup merupakan suatu yang bersifat
subyektif. WHOQoL menyatakan kualitas hidup adalah persepsi individu
terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem
nilai dimana individu tersebut hidup, dan hubungan terhadap tujuan,
harapan, standar dan keinginan. Hal ini merupakan suatu konsep yang
dipadukan dengan berbagai cara seseorang untuk mendapat kesehatan
26
27
Dimensi kesehatan fisik yang terdiri dari rasa nyeri, energi, istirahat,
tidur, mobilitas, aktivitas, pengobatan dan pekerjaan;
2.
Dimensi psikologis yang terdiri dari perasaan positif dan negatif, cara
berfikir, harga diri, body image, spiritual.
3.
4.
28
Fisik
Psikologi
Hubungan
sosial
Kualitas
Hidup
Lingkungan
29
30
spiritual.
dibandingkan
Pasien
sebelum
lebih
mendekatkan
terkena
gagal
diri
ginjal
kepada
dan
Tuhan
melakukan
31
Inti dari spiritual adalah kualitas dari suatu proses menjadi lebih
religius, berusaha mendapatkan inspirasi, penghormatan, perasaan
kagum, memberi makna dan tujuan yang dilakukan oleh individu yang
percaya dan tidak percaya kepada Tuhan. Lebih memikirkan
kehidupan untuk bekal diakherat. Selain dampak spiritual, penderita
akan merasa mudah putus asa, malu, merasa bersalah, hal ini dapat
menyebabkan depresi. Rasa kehilangan pekerjaan, peran dalam
keluarga dan kehilangan teman, serta tingkat pendidikan yang rendah
merupakan resiko utama terjadinya depresi. Depresi merupakan hal
yang berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. Adaptasi psikologi
yang dilakukan adalah menjadi lebih sabar, menerima keadaan dan
ikhlas (Farida 2010)
3. Dimensi hubungan sosial
Nutrisi merupakan komponen penting dalam kehidupan pasien
dengan gagal ginjal kronik. Efek samping jika mengalami gangguan
nutrisi
adalah
hiperkalemia,
hiperfosfatemia,
protein
yang
32
33
penyakit tulang (kontrol phospat dan kalsium) (Clarkson & NKF dikutip
dalam Nurchayati 2010) :
1. Anemia
Brunner & Suddart (2002), menyatakan derajat anemia yang
terjadi pada pasien dengan gagal ginjal kronik sangat bervariasi,
mayoritas terjadi pada pasien dengan nitrogen urea dalam darah
(BUN) > 10 mg/dl. Hematokrit turun antara 20 30%, sedangkan pada
pemeriksaan apusan darah tepi sel darah merah tampak normal.
Anemia tersebut terjadi karena penurunan ketahanan hidup sel darah
merah maupun defisiensi eritropoetin.
Dampak anemia terhadap kualitas hidup, adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
34
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Skema 3.1
Fokus Penelitian
Peran perawat
hemodialisis
Fisik
Kualitas Hidup
penderita gagal
ginjal kronik
Psikologi
Faktor yang
mempengaruhi :
- Anemia
- Adekuasi
hemodialisis
- Hipertensi
- Akses vascular
- Nutrisi
- Kontrol
phospat dan
kalsium
Hubungan
sosial
Lingkungan
Keterangan :
Tidak diteliti
Diteliti
36
37
38
39
40
sumber data yang akurat (Sutopo 2006). Kekhususan penelitian ini adalah
pasien
yang
menjalani
hemodialisis
yang
dapat
mengungkapkan
41
terhadap
informasi
atau
keterangan
yang diperoleh
42
mengetahui
indikator
indikator
seperti
mobilisasi,
2.
3.
Alat tulis.
43
44
dimensi
pengembangan
kualitas
sesuai
hidup,
dengan
dengan
keadaan
berbagai
partisipan.
macam
Wawancara
45
46
data
dalam
penelitian
ini
menggunakan
metode
mengumpulkan
gambaran
fenomena
partisipan
berupa
47
48
Peneliti
meyakini
bahwa
partisipan
harus
dilindungi
dengan
49
4. Anonymity
Nama partisipan selama penelitian tidak digunakan melainkan
diganti dengan nomor dan inisial penelitian. Nomor dan inisial dari
partisipan ini digunakan dengan tujuan untuk menjaga kerahasiaan
partisipan dan mencegah kekeliruan peneliti dalam memasukkan data.
Berikut kode partisipan yang digunakan dalam penelitian ini : Partisipan I
(P01), Partisipan II (P02), Partisipan III (P03), Partisipan IV (P04) dan
Partisipan V (P05).
5. Protections for discomfort
Selama pengambilan data penelitian, peneliti memberi kenyamanan pada
partisipan dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan keinginan
partisipan. Sehingga partisipan dapat leluasa tanpa ada pengaruh
lingkungan untuk mengungkapkan masalah yang alami. Pada penelitian
ini, penelitian dilakukan dirumah masing masing partisipan karena
penelitian tidak memungkinkan dilakukan di ruang Hemodialisis.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai karakteristik seluruh partisipan dan
berbagai pengalaman kehidupan pasien dengan gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.Soediran
Mangun Soemarso Kabupaten Wonogiri. Pada penelitian ini telah ditemukan tema
tema yang memberikan sebuah gambaran mengenai kualitas hidup penderita
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis.
4.1.GAMBARAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) dr. Soediran Mangun Sumarso. RSUD dr. Soediran Mangun
Sumarso Kabupaten Wonogiri telah lama menemani masyarakat Kabupaten
Wonogiri dalam memberikan pelayanan dibidang kesehatan dan juga
dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat diluar kabupaten Wonogiri,
sehingga memuaskan masyarakat dalam jasa pelayanan rumah sakit.
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri telah
ditetapkan izin operasionalnya oleh Menteri Kesehatan pada tanggal 13
Januari 1956 sebagai rumah sakit tipe D. Seiring dan sejalan tuntutan publik,
maka pembenahan pelayanan dilakukan dengan kerja keras oleh RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri yang membawa peningkatan
tipe rumah sakit menjadi tipe C pada tanggal 11 Juni 1983. Setelah itu, RSUD
50
51
52
dilakukan
pemeriksaan
pemeriksaan
penunjang
untuk
53
54
satu minggu. Tidak ada pilihan lain Ny.ST dan keluarga harus mentaati
perintah dari dokter mengingat kondisi Ny.ST yang harus tetap menjalani
hemodialisis.
Pada saat dilakukan hemodialisis 1x dalam seminggu, kondisi Ny.ST
kurang baik, lalu oleh dokter disarankan untuk menambah frekuensi
hemodialisis menjadi 2x dalam seminggu. Dengan hemodialisis yang
dilakukan 2x dalam seminggu kondisi Ny.ST jauh lebih baik. Pada awal
diagnosa gagal ginjal, ada perasaan menyesal, sedih, pasrah dan bingung.
Mengingat kondisi keuangan Ny.ST yang merupakan keluarga menengah
kebawah, sehingga Ny.ST dan keluarga harus berfikir 2x untuk
mendapatkan uang. Tindakan hemodialisis yang dijalani Ny.ST sudah
termasuk dalam jamkesmas, keluarga Ny.ST hanya memikirkan untuk
transportasi.
Akses yang tidak mudah dan jarak yang terlalu jauh yang harus
dijangkau oleh Ny.ST untuk melakukan tindakan hemodialisis membuat
Ny.ST selalu merasa lelah sebelum dan sesudah hemodialisis. Hal itu akan
tetap dilakukan oleh Ny.ST mengingat unit hemodialisis di Rumah Sakit
Dr.Moewardi merupakan unit hemodialisis yang terdekat. Selama tahun
Ny.ST menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Dr.Moewardi, Ny.ST
meminta pindah tempat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Wonogiri, mengingat pada saat itu RSUD Wonogiri sudah membuka unit
hemodialisis. Ny.ST dapat meminimalkan biaya transportasi dan tidak
mengeluarkan banyak tenaga. Sejak saat itu, Ny.ST melakukan terapi
55
56
hanya menetes pada saat pagi dan malam hari. Ny.ST selalu
mengharapkan ingin cepat sembuh dari sakitnya agar tidak merepotkan
keluarga yang lain. Semenjak hemodialisis dilakukan 2x dalam seminggu
Ny.ST selalu merasakan badan yang enak setelah terapi hemodialisis
selesai, namun pada saat terapi dilakukan badan terasa capek dan lemas
serta kadang kadang ingin muntah.
Manfaat dari terapi hemodialisis dirasakan Ny.ST setelah 1 hari
melakukan terapi. Satu sampai dua hari menjelang hemodialisis
berikutnya, Ny.ST mengeluhkan badan yang kurang enak dan kurang
stabil, perut terasa sesak dan tidak dapat buang air kecil (BAK). Saat ini
Ny.ST tetap rutin menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.
Akses vaskular yang digunakan Ny.ST adalah akses vaskular biasa. Saat
ini kondisi Ny.ST sudah mulai membaik dan terhitung dari awal tahun
2014 Ny.ST belum pernah dirawat dirumah sakit dengan sakit yang sama.
4.2.2. Partisipan II (P02)
Tn.ST
umur
54
tahun
merupakan
partisipan
kedua
yang
diwawancarai pada hari Rabu tanggal 5 Februari 2014 pukul 13.00 WIB.
Tn.ST bertempat tinggal di Dusun Kajar, Blembem Pokoh Kidul
Kabupaten Wonogiri. Wawancara kedua dilakukan pada hari Minggu, 18
Mei 2014, jarak antara partisipan dengan peneliti adalah 1 meter. Tn.ST
menjalani terapi hemodialisis sejak tanggal 28 Agustus 2012, sejak saat itu
Tn.ST mengalami perubahan yang drastis pada kehidupannya.
57
58
59
tidak stabil, karena kondisi dan keadaan tersebut Tn.ST berkali kali
keluar masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama.
Kehidupan Tn.ST mulai berubah, Tn.ST tidak dapat bekerja seperti
dulu dan tidak dapat bersosialisasi dengan bebas. Kebutuhan keuangan
keluarga Tn.ST juga ikut terpengaruh, Tn.ST sudah terdaftar sebagai
peserta jamkesmas, namun Tn.ST harus mempersiapkan biaya transportasi
untuk mencapai layanan kesehatan. Setiap harinya Tn.ST merasakan
badannya lemas, tidak mampu untuk berkativitas seperti biasanya, badan
mudah lelah dan terkadang sesak nafas. Pada awal diagnosa, Tn.ST tidak
dapat menerima kondisinya dikarenakan gagal ginjal merupakan penyakit
yang tidak dapat disembuhkan. Namun berkat dukungan keluarga, Tn.ST
sedikit demi sedikit telah mampu untuk menerima kondisinya.
Banyak keluhan yang dirasakan Tn.ST semenjak sakit, Tn.ST
mengeluhkan tidak dapat buang air kecil (BAK) dengan puas. Satu hari
menjelang hemodialisis, Tn.ST selalu merasakan badannya tidak enak dan
pikiran tidak tenang, namun setelah hemodialisis selesai, Tn.ST merasakan
badannya enak, dapat buang air kecil (BAK) meskipun hanya menetes.
Tn.ST ingin segera sembuh dari sakitnya dan ingin kembali beraktivitas
seperti dahulu. Tn.ST harus mentaati diit dari rumah sakit untuk menjaga
cairan supaya seimbang antara masukan dan pengeluaran.
Namun Tn.ST tidak pernah taat diit dari rumah sakit, minum tidak
pernah patuh, Tn.ST minum sehari minimal dua gelas. Pada saat awal
Tn.ST melakukan terapi hemodialisis, Tn.ST merasakan tidak nyaman
60
61
62
sama
seperti
sebelumnya,
Ny.SL menghendaki
untuk
dilakukan
63
penyakit yang sekarang sedang dideritanya namun saat ini sudah bisa
menerima kondisinya dengan ikhlas dan sabar.
Pada awal diagnosa penyakit gagal ginjal Ny.SL tidak pernah
mematuhi diitnya. Ketika Ny.SL tidak mematuhi diit, maka kondisi
badannya akan drop, sesak nafas dan tidak bisa tidur nyenyak. Ny.SL juga
tidak pernah mendengar nasehat dari suami dan anak anaknya, namun
setelah sekian lama harus mengidap penyakit gagal ginjal dan harus
menjalani terapi hemodialisis dan efek yang ditimbulkan akibat tidak
mentaati diit, Ny.SL mulai merubah kebiasaannya yang kurang baik.
Ny.SL mulai mentaati diit sedikit demi sedikit, hingga saat ini Ny.SL
sudah bisa menerima kondisinya dan mentaati diit terutama minum.
Keluhan yang diungkapkan Ny.SL adalah tidak puas dalam buang air kecil
(BAK), buang air kecil (BAK) hanya pagi hari saja dan menetes, selain itu
Ny.SL selalu tidak bisa tidur pada malam hari, karena merasakan kaki
yang terasa pegal pegal. Ny.SL tidak mampu dalam melakukan aktivitas
sehari hari, badan selalu terasa capek dan lemah serta kondisi yang tidak
seperti dahulu.
Kegiatan sehari hari dari Ny.SL hanya menonton televisi dan
sekedar bersantai dengan keluarga, namun sesekali Ny.SL melakukan
kegiatan menyapu dan memasak. Ny.SL tidak dapat melakukan pekerjaan
sebagai penjaga warung dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan.
Ny.SL hanya bisa pasrah dan bersabar, Ny.SL percaya bahwa akan ada
hikmah dibalik setiap cobaan. Semenjak harus melakukan terapi
64
65
mengeluhkan
masalah
ekonomi
yang
semakin
bertambah
66
dalam satu minggu. Tn.SG tidak pernah melakukan rekreasi keluar rumah
dengan keluarga mengingat kondisi yang tidak memungkinkan.
Keluhan lain yang diungkapkan oleh Tn.SG yaitu mengeluhkan
tidak puas dalam buang air kecil (BAK), buang air kecil (BAK) hanya
menetes pada pagi hari dan sore hari. Tn.SG bisa tidur lelap pada malam
hari jika kondisinya sedang baik dan tidak sesak nafas, namun jika
kondisinya tidak baik, maka Tn.SG tidak dapat tidur dengan nyenyak dan
selalu terbangun. Jika terbangun di malam hari, aktivitas yang dilakukan
Tn.SG adalah berdoa dan pasrah kepada Tuhan. Tn.SG merasa tidak
pernah melakukan dosa besar, namun selalu bertanya tanya mengapa
dirinya yang diberikan sakit sampai seperti ini, sehingga membuat Tn.SG
selalu sabar dengan kondisinya.
Pada awal diagnosa Tn.SG tidak dapat menerima keadaannya, dan
selalu menyalahkan dirinya sendiri, Tn.SG merasa menyesal. Tn.SG juga
sempat putus asa dengan pengobatan yang dijalani, karena tidak pernah
ada hasilnya. Banyak pengobatan alternatif yang telah diikutinya namun
kondisinya tidak membaik dan tidak ada perubahan. Saat ini Tn.SG sudah
mulai menerima kondisinya dan hanya pasrah kepada yang diatas berharap
bisa sembuh dari penyakitnya.
Tn.SG mengaku mengalami gangguan dalam bersosialisasi dengan
orang lain sehingga dalam kesehariannya Tn.SG jarang kelaur rumah.
Tn.SG juga merasa malu dengan orang yang belum dikenalnya. Saat ini
Tn.SG sedang menjalani terapi hemodialisis dengan frekuensi 2x dalam
67
68
badan tidak lagi sekuat dahulu, Tn.SO juga tidak kuat lagi untuk
mengerjakan pekerjaan yang kasar kasar. Aktivitas Tn.SO sudah mulai
mengalami penurunan dan energi tidak sekuat dulu, gejala gejala mual
muntah juga sering dirasakan Tn.SO, namun hal tersebut tidak pernah
dirasa sebagai penyakit yang parah.
Awal sakit pada bulan puasa tahun 2012, Tn.SO tidak dapat
melaksanakan ibadah puasa dengan maksimal dikarenakan kondisi yang
tidak memungkinkan. Awalnya Tn.SO tidak mengetahui bahwa dirinya
mengidap gagal ginjal, kemudian oleh keluarga disarankan untuk
melakukan cek darah ke laboratorium Pramesti. Hasil cek lab tersebut
dibawa ke dokter umum, oleh dokter umum Tn.SO hanya disarankan
untuk istirahat, setelah beberapa hari istirahat kondisi Tn.SO tidak kunjung
sembuh, lalu Tn.SO memeriksakan dirinya ke Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri, niat hanya
untuk periksa namun Tn.SO dianjurkan untuk rawat inap, kemudian
Tn.SO menunjukkan hasil laboratorium yang telah dilakukannya.
Setelah beberapa saat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri dicurigai
Tn.SO mengidap gagal ginjal, selama 4 hari Tn.SO dirawat di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten
Wonogiri. Tn.SO tidak mengalami penurunan kesadaran, namun harus
merasakan badan yang lemas, tidak kuat untuk aktivitas, makan dan
minum tidak enak dan rasanya seperti melayang layang. Merasakan
69
badan
yang terlalu
70
Tn.SO tidak percaya jika harus sakit gagal ginjal dan harus
hemodialisis seumur hidupnya. Tn.SO merasa tidak berguna bagi istri dan
anak anaknya terlebih lagi Tn.SO sebagai kepala keluarga. Saat sakit,
Tn.SO jarang melakukan ibadah sholat, namun yang dilakukan hanya
berdoa kepada Tuhan semoga diberi kesembuhan dan ketabahan. Tn.SO
merasakan ada sedikit perubahan dalam hal ekonomi, kebutuhan ekonomi
semakin bertambah seiring dengan biaya transportasi hemodialisis yang
dijalaninya namun hal itu masih bisa diatasi oleh keluarga.
Tindakan hemodialisis sepenuhnya sudah termasuk jamkesmas
sehingga Tn.SO hanya butuh biaya untuk transportasi. Hemodialisis
pertama kali dilakukan oleh Tn.SO adalah pada saat hari pertama lebaran
tahun 2012. Transportasi yang digunakan Tn.SO adalah menggunakan
bus, namun sekarang Tn.SO sudah menggunakan sepeda motor miliknya
sendiri. Banyak perubahan yang dialami oleh Tn.SO. Keluhan lain yang
dirasakan Tn.SO adalah tidak bisa buang air kecil (BAK) dengan puas.
Tn.SO selalu mengeluhkan tidak puas dalam buang air kecil (BAK).
Buang air kecil (BAK) hanya menetes pada saat pagi dan sore.
Awal penyakitnya, Tn.SO tidak mengerti mengenai penyakit gagal
ginjal, Tn.SO menyatakan kurang mendapat informasi dari petugas
kesehatan mengenai penyakitnya. Tn.SO selalu ingin mendapatkan
informasi khususnya mengenai konsumsi air. Sampai peneliti melakukan
wawancara yang pertama Tn.SO mengeluhkan tidak pernah mendapat
informasi mengenai konsumsi air. Konsumsi air yang dilakukan Tn.SO
71
saat ini hanya belajar dari pengalami dirinya sendiri. Jika Tn.SO banyak
minum, maka Tn.SO tidak nyaman, akan merasa sesak nafas dan perut
penuh. Namun jika Tn.SO membatasi cairan yang masuk, badan akan
terasa enak dan lebih baik.
Kondisi Tn.SO semakin meburuk ditambah dengan penyakit
strokenya. Tn.SO tidak mampu melakukan toileting dengan mandiri,
toileting dibantu oleh keluarga. Tn.SO mengeluhkan tidak berani ke toilet
sendiri dikarenakan takut jika jatuh dan akan memperburuk kondisinya.
Tn.SO juga mengeluhkan, pada saat akan dilakukan hemodialisis,
kondisinya kurang baik, karena itu pada saat malam menjelang
hemodialisis Tn.SO akan merasa gelisah dan ingin cepat menjelang pagi
lalu berangkat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.Soediran
Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.
Kondisi Tn.SO akan membaik lagi selang beberapa jam setelah
hemodialisis dilakukan, karena menurut Tn.SO seluruh kotoran dan racun
didalam darah sudah dikeluarkan pada saat hemodialsis. Pada saat
hemodialisis berlangsung, Tn.SO selalu merasakan badan lemas dan ingin
muntah, hemodialisis dilakukan selama kurang lebih 4 5 jam. Tn.SO
sudah dapat menerima kondisinya dengan berserah kepada yang diatas.
Saat dilakukan wawancara kondisi Tn.SO sedang membaik, namun hanya
merasakan sedikit sesak nafas, jika Tn.SO terlalu lama berbincang
bincang maka akan merasakan sesak nafas, sehingga wawancara
menyesuaikan dengan kondisi Tn.SO.
72
4.3.HASIL PENELITIAN
Dalam analisa tematik akan dijelaskan mengenai tema yang telah
didapat dan telah teridentifikasi dari hasil wawancara. Tema tema yang
telah dihasilkan tersebut mengacu pada tema dimensi fisik, dimensi
psikologis, dimensi hubungan sosial dan dimensi lingkungan. Masing
masing dimensi akan menghasilkan beberapa tema.
Tema tema yang telah dihasilkan dan telah teridentifikasi dari hasil
wawancara tersebut akan secara rinci dibahas untuk mengungkapkan makna
makna atau arti dari berbagai pengalaman hidup penderita gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisis, yang telah dilakukan dan dijalani oleh
partisipan dalam kehidupan sehari hari. Tema tema dan makna makna
yang telah dihasilkan akan saling berhubungan satu per satu dengan yang
lain. Berikut penjelasan mengenai masing masing tema dari empat macam
dimensi kualistas hidup :
4.3.1. Tema dari dimensi fisik
Tema tema yang telah dihasilkan dari dimensi fisik adalah : 1)
kelemahan fisik; 2) sesak nafas; 3) Buang air kecil (BAK) tidak lampias;
4) kulit hitam; 5) kualitas tidur; dan 6) perubahan pola nutrisi. Tema ini
didapatkan dari analisa terhadap kategori kategori yang didapat dari
73
74
75
76
77
2) Sesak nafas
Gangguan pola nafas yaitu sesak nafas ditemukan pada
penelitian ini. Berikut ungkapan dari partisipan mengenai sesak nafas :
...kalau banyak kadang sesek, rasanya penuh diperut... (P02)
...minumnya banyak rasanya mual dan senep... (P03)
...rasanya ya jelas nggak enak.gimana ya, rasanya sesek kalau
kebanyakan minum... (P04)
...niku keluhan tiap hari nggih sesek. Aktivitas sehari hari
sering sesek... (P05)
Sesak nafas diungkapkan tiga partisipan akibat dari konsumsi
air yang berlebih dan tidak dibatasi selain itu sesak nafas juga
dirasakan oleh satu partisipan pada saat aktivitas yang berlebih.
Akibat dari sesak nafas tersebut partisipan akan mengalami gangguan
pada saat tidur malam yang mengakibatkan partisipan tersebut tidak
dapat tidur kembali dan akhirnya tidurnya akan kurang. Selain
gangguan tidur, sesak nafas juga akan berakibat partisipan tidak dapat
melakukan aktivitas yang berat berat.
3) Buang air kecil (BAK) tidak lampias
Gangguan eliminasi BAK diungkapkan oleh kelima dari
partisipan dan merupakan masalah yang terjadi pada partisipan.
Berikut ungkapan dari kelima partisipan mengenai BAK tidak lampias
:
...nggak bisa puas. (P01)
...siang dan sore cuma tes - tes saja. Tidak puas.(P02)
78
yang
dilakukan
2x
dalam
seminggu
dengan
79
80
81
82
1) Perasaan positif
a. Banyak berdoa dan beribadah
Berdoa dan beribadah merupakan tindakan yang selalu
dilakukan dan dilaksanakan oleh keseluruhan dari partisipan.
berikut ungkapan dari kelima partisipan mengenai hal ini :
...alhamdulillah mbak, sehari hari semakin meningkat.
saya jalankan sholat 5 waktu, menjalankan ibadah, berdoa
kepada Tuhan... (P01)
... selama ini saya menjalankan yang ringan ringan saja,
dulu waktu masih sehat saya ke masjid, berdzikir itu selalu,
berbuat baik juga dilakukan, rajin beribadah. Pas jam 12
malam cuma berdoa sama Tuhan bahwa diri saya dikasih
kesehatan lagi. Sholat udah nggak, nggak bisa bungkuk...
(P02)
...ya sholat ngaji, berbuat kebaikan, tetap jalankan ibadah
mbak, saya suka dzikir pas malem malem nggak bisa tidur,
semakin mendekatkan diri sama yang diatas... (P03)
...ikhatiar, tetap harus itu, kalau malam nggak bisa tidur
mungkin berdzikir atau merenung, banyak berdoa, sudah
diterima keadaan ini, agama saya semankin meningkat
mbak... (P04)
...sekarang nggak bisa sholat. Sebelum sakit masih bisa
mbak, masih ke masjid. Sekarang nggak bisa. Beribadah
kepada Tuhan hanya berdoa cuma biasa. Dzikir pas malam
malam. Pasrah juga mbak, mau gimana lagi mbak, kalau
mau wudlu kalau malam takut jatuh... (P05)
Berdoa dan beribadah dilakukan setiap hari oleh partisipan
meskipun tidak dengan menjalankan sholat. Karena suatu alasan
tertentu seperti badan tidak bisa membungkuk dan tidak tahan
untuk berdiri lama maka partisipan tidak dapat melaksanakan
sholat 5 waktu. Jika partisipan tidak dapat melaksanakan sholat 5
83
84
2) Perasaan negatif
a. Putus asa
Perasaan putus asa diungkapkan oleh tiga partisipan penderita
gagal ginjal kronik. Seperti yang diungkapkan oleh ketiga
partisipan :
...kadang putus asa kok nggak sembuh sembuh, merasa
bersalah dengan keadaan, tapi ya mau gimana lagi... (P02)
...putus asa juga mbak, kok nggak sembuh sembuh
padahal sudah berobat bertahun tahun... (P03)
...karena sakitnya nggak sembuh sembuh, kalau cuci
darah kan bukan obat, cuma ngebersihin darah atau sampah
yang habis dikonsumsi... minum obat diikutin, berobat
kesana diikutin, tapi kok lama lama nggak ada perubahan,
udah capek iya tapi nggak ada perubahan... (P04)
Putus asa dirasakan ketiga partisipan yang sudah menjalani
bermacam macam pengobatan namun kondisinya tetap tidak
membaik dan belum mendapat kesembuhan.
b. Sedih
Perasaan sedih yang dialami oleh partisipan terutama pada
saat awal harus didiagnosa gagal ginjal dan harus menjalani
hemodialisis sepanjang hidupnya. Berikut ungkapan perasaan sedih
dari 4 partisipan :
...saya takut mbak, takutnya itu suntuk jarum. Capek juga
mbak... (P01)
...tapi kadang saya nangis mbak kalau sakit sama kambuh
itu... (P03)
...dulu selalu berfikir positif, mungkin iya mbak, sekarang
dengan kondisi seperti ini ada sedikit gangguan, gimana sih
85
partisipan
yang
lain
tidak
mengungkapkan
rasa
86
d. Kecewa
Perasaan kecewa diungkapkan oleh dua dari partisipan.
Partisipan mengungkapkan perasaan kecewanya terhadap kondisi
saat ini. Berikut ungkapan dari kedua partisipan :
...nggak ada puasnya malahan, adanya kecewa kecewa dan
kecewa...kalau awal awalnya nggak nerima dengan kondisi
kaya gini, kok bisa ya aku kan kayaknya nggak berbuat
terlalu buruk, kok bisa begini jadi nggak nerima tapi ya
untungnya ada orang sekeliling yang support, kasih
semangat jadi tambah kuat lagi...(P04)
...belum bisa nerima keadaan karena usianya masih
muda,masih 54 tahun... (P05)
Apa yang dialami partisipan merupakan sebuah kondisi yang
membuat partisipan merasa kecewa. Kecewa kepada diri sendiri
maupun kecewa kepada Tuhan. Satu partisipan merasa bahwa
dirinya tidak melakukan kesalahan yang besar namun diberikan
sakit yang begitu parah
e. Malu
Rasa malu diungkapkan oleh tiga partisipan. Berikut
ungkapan dari ketiga partisipan :
...tetap ada rasa malu mbak, mau ketemu sama orang lain
aja susah, masalahnya malu kok aku dadi kaya ngene
rupaku, kok perutku jadi gedhe, misal mau bertemu sama
orang lain niku isin... (P01)
...kadang kadang ada malu juga sih sama temen, malunya
karena dengan kondisi badan yang seperti ini, dulu kan
nggak keliatan orang sakit gitu lho, sekarang udah kaya gini,
kan cuci darah kan kulitnya jadi item, terus kurus, pokoknya
nggak ada nyaman nyamannya... (P04)
87
88
89
Keseluruhan
berhubungan
dari
suami
partisipan
istri
dengan
mengungkapkan
pasangannya.
tidak
lagi
Partisipan
90
91
92
kurang
baik.
Namun
ada
satu
partisipan
yang
93
petugas
kesehatan,
namun
ada
satu
partisipan
yang
tersebut
belum
mendapatkan
informasi
yang
94
4.4.PEMBAHASAN
4.4.1. Dimensi Fisik
1) Kelemahan fisik
Kelemahan
fisik
dirasakan
oleh
keseluruhan
dari
partisipan.
95
96
97
selalu
mengalami
kelemahan
fisik
untuk
beraktivitas
98
99
dari
partisipan
tetap
membutuhkan
terapi
100
dan
akhirnya
mati.
Sehingga
ginjal
tidak
dapat
tersebut
mulai
(2003)
sisa
akhir
metabolisme
terakumulasi dalam darah sebab nefron yang sehat tidak mampu untuk
mengkompensasi nefron nefron yang tidak berfungsi, yang akan
mengakibatkan tertimbunnya produk akhir metabolisme di dalam
darah yang tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal termasuk produksi urin.
Pada penelitian ini keseluruhan dari partisipan mengalami keluhan
anuria setiap harinya.
4) Kulit hitam
Perubahan warna kulit menjadi kehitaman ditemukan dalam
penelitian ini. Partisipan mengalami perubahan warna kulit menjadi
101
dengan
penelitian
yang
dilakukan
Farida
(2010)
tersebut
diharapkan
mampu
melembabkan
kulit
dan
102
103
faktor
gaya
hidup
(peningkatan
konsumsi
kopi,
tersebut
dijelaskan
bahwa
semakin
kurang
kadar
104
105
mempertahankan
berat
badan
dan
membantu
tubuh
untuk
106
harus
melakukan
pembatasan
asupan
cairan
untuk
107
108
terapi
hemodialisis
selama
hidupnya.
Beberapa
109
110
untuk
mengurangi
keterlibatan
sosial
mereka
karena
111
112
113
114
115
mengungkapkan
kebutuhan
ekonomi
yang
semakin
116
117
4.5.KETERBATASAN PENELITIAN
4.5.1. Peneliti memiliki keterbatasan kemampuan untuk melakukan penelitian
kualitatif mengingat baru pertama kali melakukan penelitian kualitatif,
dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen utama yang mana
pada saat wawancara dan hasil wawancara akan sangat mempengaruhi
hasil penelitian.
4.5.2. Saat pengisian kuesioner untuk melakukan studi pendahuluan dan
pengambilan data, kuesioner tidak seluruhnya diisi oleh calon partisipan
dikarenakan pada saat pengambilan data kondisi calon partisipan tidak
memungkinkan untuk menulis sendiri mengingat saat itu calon partisipan
sedang menjalani terapi hemodialisis. Untuk itu, pertanyaan kuesioner
diisi oleh keluarga partisipan.
4.5.3. Pada saat penelitian, peneliti harus mendatangi satu per satu rumah pasien
di Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Pacitan, jarak yang terlalu jauh
118
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian yang
telah didapat mengenai tema tema yang telah dianalisa. Kesimpulan akan
menjelaskan dan menjawab dari tujuan tujuan khusus dan masalah masalah
yang sudah dirumuskan. Selain itu, pada bab ini akan dijelaskan mengenai saran
saran bagi institusi yang bersangkutan.
5.1.KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dari kata kunci yang telah didapatkan dalam penelitian
ini, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1. Dimensi fisik
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian ini, kualitas
hidup dari dimensi fisik didapatkan tema sebagai berikut : 1) kelemahan
fisik meliputi gangguan aktivitas, pembatasan energi, tidak puas aktivitas
dan gangguan mobilitas; 2) sesak nafas; 3) BAK tidak lampias; 4) kulit
hitam; 5) kualitas tidur dan 6) perubahan pola nutrisi.
5.1.2. Dimensi psikologis
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian ini, kualitas
hidup dari dimensi psikologis didapatkan tema mengenai adaptasi
psikologis. Adaptasi psikologis tersebut adalah 1) perasaan positif meliputi
banyak berdoa dan beribadah serta sabar; 2) perasaan negatif meliputi
119
120
5.2.SARAN
5.2.1. Institusi keperawatan / rumah sakit
Bagi institusi keperawatan / rumah sakit khususnya keperawatan medikal
bedah yang menangani tindakan hemodialisis diperlukan pelayanan yang
lebih maksimal mengingat pasien hemodialisis sangat membutuhkan
informasi mengenai penyakit gagal ginjal kronik, terapi hemodialisis dan
diit yang dijalani bagi penderita gagal ginjal kronik. Selain itu, dukungan
sosial dari perawat ruangan hemodialisis sangat diperlukan oleh pasien
mengingat kontak pasien dengan perawat adalah yang paling sering
dilakukan dengan jadwal hemodialisis dalam satu minggu. Sehingga
121
DAFTAR PUSTAKA
Andika, H 2003, Ketebalan parenkim ginjal pada penderita gagal ginjal kronik
dengan pemeriksaan ultrasonografi, Laporan Penelitian, SMF Radiologi
RSUP Dr.Kariadi, Semarang.
Benz, RL, Pressman, MR & Masood, I 2012, Sleep disorders associated with
chronic kidney disease, Department of Nephrology Department of Sleep
Medicine Lankenau Medical Center and Lankenau Institute for Medical
Research, Wynnewood, USA
Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta
Cahyanignsih, ND 2008, Hemodialisis (cuci darah) panduan praktis perawatan
gagal ginjal, Mitra Cendekia Pres, Yogyakarta
Corrigan, RM 2011, The experience of the older adult with end-stage renal
disease on hemodialysis, Thesis, Queens University, Canada
Corwin, EJ 2009, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta
Dewi, IGAPA 2010, Hubungan antara quick of blood (Qb) dengan adekuasi
hemodialisis pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis di ruang HD
BRSU Daerah Tabanan Bali, Tesis, Universitas Indonesia, Depok
Diaz, FM, Ferrer, AR & Cascales, FR 2006, Sexual functioning and quality of
life of male patients on hemodialysis, Nephrologia Journal, vol. 26, no. 4,
hal. 453-458
Emanuelsen, KL & Rosenlicht, JM 2010, Handbook Of Critical Care Nursing,
Bethary Connecticut, New York
Farida, A 2010, Pengalaman klien hemodialisis terhadap kualitas hidup dalam
konteks asuhan keperawatan di RSUP Fatmawati Jakarta, Universitas
Indonesia, Tesis, Depok
Gregory, N 2005, Quality of life in patients on dyalisis benefits of maintaining a
hemoglobin of 11 to 12 g/dl, Nephrol Nursing Journal, vol. 32, no. 3, hal.
7-10, diakses 21 November 2013, http: // www. ncbi. nlm. nig.
gov/pubmed/16035472
Soni, KK, Porter, AC, Lash, JP & Unrih, ML 2010, Health - releated quality of
life In hypertention, chronic kidney disease and coexisten chronic health
conditions, Journal Of Elsevier Helath, vol. 17, no. 14, hal. 17-26, diakses
pada 21 November 2013, http://journals.elsevierhealth.com/
Tallis, K 2005, How to improve the quality of life in patients living with end
stage renal failure, Renal Nursing Society of Australian Journal, vol. 1, no.
1
Togatorop, L 2011, Hubungan perawat pelaksana dengan kualitas hidup pasien
GGK yang menjalani terapi hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik
Medan, Universitas Sumatera Utara, Medan
USRDS 2013, Incidence, prevalence, patient characteristik and treatmen
modalities, vol. 2, USA, diakses 15 November 2013, http://usrds.go.org
USRDS 2013, Chronic kidney disease in the general population, vol. 1, USA,
diakses 15 November 2013, http://usrds.go.org
Wasse,H, Nancy, K, Rebbeca, Z & Yijian, H 2007, Association of initial
hemodialysis vascular access with patient-reported health status and quality
of life, Clin J Am Soc Nephrol, vol.2, hal 708 714
Widodo 2006, Zat besi dan peranannya pada pasien penyakit ginjal kronik,
diakses 3 Juni 2014, http://ika.or.id/print,php?id=325
YGDI, 2008, Yayasan ginjal diatrans Indonesia, cuci darah demi Kualitas hidup
diakses 3 Juni 2014, http://ygdi.org.