Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pendahuluan
Kondisi yang diharapkan dalam pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar
adalah kondisi dimana guru mampu menggabungkan beberapa mata pelajaran dalam
suatu tema dan kondisi dimana guru mampu memahami pengertian cara pembelajaran
Tematik. Untuk itu guru harus memahami teori pembelajaran. Pelaksanaan
1
pembelajaran dengan Tematik yaitu yang sesuai dengan Standar Isi dari Pusat
Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2006 adalah: 1) Kegiatan
Pembukaan menyangkut mengarahkan perhatian peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran dengan baik bisa dilakukan dalam bentuk motivasi, bernyanyi, bermain
atau bercerita; 2) Kegiatan Inti yaitu setiap kegiatan dapat digunakan untuk mencapai
kompetensi beberapa mata pelajaran sekaligus sehingga tidak disebutkan mata
pelajarannya sedangkan pencapaian kompetensi mata pelajaran lainnya, khususnya
pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan serta Seni Budaya dan Keterampilan
(SBK) dilakukan melalui kegiatan pendahuluan atau kegiatan penutup; 3) Kegiatan
Penutup dilakukan untuk penenangan seperti mendengarkan cerita, menyanyikan lagu
dan berman (kegiatan jasmani).
Memahami bagaimana semestinya seorang guru memberi pembelajaran di SD
sama artinya dengan mengetahui kondisi pembelajaran yang diharapkan. Dengan
memahami hal tersebut maka guru tidak bisa menghindar dari bagaimana sebenarnya
seni seorang guru dalam mengajar. Maka itu cuplikan berikut perlu disimak. Dengan
memahami semua cuplikan yang sudah disampaikan maka kondisi yang diharapkan
terjadi dalam pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar sudah dapat dipahami. Dengan
kondisi tersebut, apakah guru betul melakukannya dengan baik, tentu saja akan
terpenuhi kondisi yang diharapkan dalam pembelajaran. Kebenaran yang ada adalah
kondisi yang diharapkan terjadi tidak terlaksana. Hal tersebut terbukti dari kebenaran
data di lapangan yaitu rata-rata nilai anak-anak SD kelas I pada semester I tahun
ajaran2012/2013 baru mencapai nilai 56 sebagai tahap awal.
Kesenjangan antara kondisi yang diharapkan terjadi dengan kondisi nyata
yang ada di lapangan seperti yang sudah dipaparkan di atas maka guru harus giat
mengupayakan cara untuk pemecahannya. Apabila tidak diupayakan maka kondisi
yang sebenarnya ada dalam pembelajaran di kelas I pada semester I tahun ajaran
2012/2013 akan terus berlanjut dan akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan
anak-anak selanjutnya. Oleh karenanya peneliti mencoba model pembelajaran
Tematik dengan penerapan metode diskusi dan metode pemberian tugas dalam
penelitian ini. Dengan upaya tersebut diharapkan masalah pembelajaran yang
dihadapi akan dapat dipecahkan.
2
Metode pemberian tugas biasanya digunakan dengan tujuan agar peserta didik
memiliki hasil belajar yang lebih mantap karena peserta didik melaksanakan latihanlatihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman peserta didik dalam
mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi.Hal itu disebabkan peserta didik
mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda ketika menghadapi masalahmasalah baru.
Depdiknas, 2006 (dalam Trianto, 2010: 78-79) tentang pembelajaran Tematik
disampaikan bahwa pembelajaran Tematik sebagai model pembelajaran termasuk
salah satu tipe/jenis daripada model pembelajaran-model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Penjelasan Trianto selanjutnya
tentang hakekat model pembelajaran Tematik menyatakan bahwa pembelajaran
Tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema
tertentu.Dalam pembahasannya, tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.
Prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar anak dan sebagaimana
biasa dilaporkan pada wali kelas, murid dan orang tua anak setiap akhir semester atau
akhir tahun ajaran. Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting
bagi anak didik, pendidik, orang tua/wali murid dan sekolah, karena nilai atau angka
yang diberikan merupakan manifestasi dari prestasi belajar anak dan berguna dalam
pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap anak yang bersangkutan maupun
sekolah.Prestasi belajar merupakan kemampuan anak yang dapat diukur, berupa
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai anak dalam kegiatan belajar
mengajar.
Djamarah (1994:23) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu
sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.Kalau perubahan tingkah laku adalah tujuan
yang mau dicapai dari aktivitas belajar, maka perubahan tingkah laku itulah salah satu
indikator yang dijadikan pedoman untuk mengetahui kemajuan individu dalam segala
hal yang diperolehnya di sekolah. Dengan kata lain prestasi belajar merupakan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki
atau setelah menerima pengalaman belajar, yang dapat dikatagorikan menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Model pembelajaran tematik diupayakan untuk pengembangan kemampuan
akademik, menghindarkan anak dari hafalan, dapat memberikan tambahan
kemampuan untuk dapat mengasimilasikan dan mengakomodasikan informasi,
Dengan cara kerja yang sedemikian rupa sudah dapat diyakini bahwa model
pembelajaran Tematik dapat digunakan sebagai pemecah masalah penelitian.
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu apabila
model pembelajaran
tematik dengan penerapan metode pemberian tugas berjalan secara efektif maka
prestasi belajar anak dapat ditingkatkan.
2.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian tindakan.Oleh karenanya,
rancangan yang khusus untuk sebuah penelitian tindakan sangat diperlukan.Penelitian
tindakan didasarkan pada filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang
statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.Peningkatan diri untuk hal
yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai (Suharsimi
Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 67). Rancangan yang digunakan pada
penelitian tindakan yaitu rancangan yang disampaikan oleh Kemmis dan Mc. Taggart
seperti terlihat pada gambar berikut.
R
E
F
L
E
C
T
Plan
Plan
Plan
8
Plan
Gambar 1.
R
E
F
L
E
C
T
T
A
Alur Kemmis dan Mc. Taggart memberi contoh sebagai berikut: Anak
mengira bahwa sain sekedar mengingat fakta dan bukan proses inkuiri. Bagaimana
saya dapat merangsang inkuiri pada siswa? Apakah dengan mengubah teknik
bertanya? Teknik bertanya yang sama? Prosedur yang dilakukan adalah: Menukar
strategi bertanya agar anak dapat menggali jawaban atas pertanyaan sendiri. Mencoba
bertanya agar anak mau mengatakan keinginannya, catat pertanyaan dan respon,
pengendalian, tujuan umum, kurangi pengendalian, kendorkan pengendalian,
pertanyaan direkam dan dikendalikan, Inkuiri berkembang. Bagaimana mengajar
tetap pada jalur.
Dr. Hamzah B. Uno, dkk (2011: 69-70) menjelaskan, bagi Kemmis dan
Taggart perumusan masalah dan perencanaan tindakan menjadi langkah pertama yang
dilakukan peneliti secara bersamaan. Perumusan masalah dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah-masalah yang berkembang di lapangan. Alternatif yang
paling mungkin untuk diterapkan menjadi rencana tindakan. Refleksi hasil
pengamatan merupakan langkah selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan dan
observasi. Dengan refleksi dapat dipahami kelebihan dan kekurangan yang terjadi
selama melaksanakan tindakan. Dengan demikian, bila dampak tindakan belum
sesuai dengan yang diinginkan dapat dilakukan revisi terhadap ide atau gagasan
sebelumnya yang tertuang dalam perencanaan sehingga dapat dilakukan perencanaan
kembali. Demikian seterusnya.
Subjek dari penelitian ini adalah semua anak kelas I SDN 18 Padangsambian
yang berjumlah 37 anak. Objek penelitiannya adalah peningkatan prestasi belajar
anak kelas I SDN 18 Padangsambian setelah diterapkan model Tematik dalam proses
pembelajaran. Metode yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini
adalah metode deskriptif.
Instrumen yang digunakan untuk menilai prestasi belajar anak kelas I B adalah
tes. Tes yang digunakan tes sikap dan tertulis. Tes tersebut tertera dimasing-masing
RPP untuk tidak terjadi double penulisan maka semua tes tersebut tidak ditulis di
bagian ini. Indikator yang diusulkan untuk tingkat keberhasilan per siklus yaitu pada
prestasi belajar anak diharapkan pada siklus I mencapai rata-rata 64 dan pada siklus II
nilai rata-rata 76. Prestasi rata-rata hasil anak pada kategori meningkat. Ketuntasan
klasikal anak mencapai 100% yanhg berarti 37 orang anak memperoleh nilai diatas
KKM yang ditentukan.
3.
F. ABSOLUT
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
39,5 - 47,5 47,5 - 55,5 55,5 - 63,5 63,5 - 71,5 71,5 - 79,5 79,5 - 87,5
NILAI
F. ABSOLUT
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
NILAI
Hasil penelitian ini ternyata telah memberi efek utama bahwa model yang
diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap
prestasi belajar siswa. Melihat perbandingan nilai awal, nilai siklus I dan nilai siklus
8
II, terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu dari rata-rata nilai awal adalah 56 naik di
siklus I menjadi 64 dan di siklus II naik menjadi 76. Kenaikan ini tidak bisa
dipandang sebelah mata karena kenaikan nilai ini adalah dari upaya-upaya yang
maksimal yang dilaksanakan peneliti demi peningkatan mutu pendidikan dan
kemajuan pendidikan khususnya di SDN 18 Padangsambian.
4. Simpulan dan Saran
a. Simpulan
Berdasarkan pada rendahnya prestasi belajar anak yang disampaikan pada
latar belakang masalah, penggunaan model pembelajaran Tematik diupayakan untuk
dapat menyelesaikan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa. Berikut adalah data yang diperoleh :
Dari data awal ada 33 anak mendapat nilai di bawah 68 pada siklus I menurun
menjadi 18 anak dan siklus IItidak terdapat anak mendapatkan nilai dibawah
KKM.
Dari rata-rata awal 56 naik menjadi 64 pada siklus I dan pada siklus II naik
menjadi 76.
Dari data awal anak yang tuntas hanya 4orang sedangkan pada siklus I menjadi
lebih banyak yaitu 19anak dan pada siklus II seluruh anak mendapatkan nilai
diatas KKM.
Dari semua data pendukung pembuktian pencapaian tujuan pembelajaran dapat
disampaikan bahwa model pembelajaranTematik dapat memberi jawaban yang
diharapkan sesuai tujuan penelitian ini. Semua ini dapat dicapai adalah akibat
kesiapan dan kerja keras peneliti dari sejak pembuatan proposal, review hal-hal yang
belum bagus bersama teman-teman guru, penyusunan kisi-kisi dan instrumen
penelitian, penggunaan sarana trianggulasi data sampai pada pelaksanaan penelitian
yang maksimal.
b. Saran
Berdasarkan temuan yang sudah disimpulan dari hasil penelitian, dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran Tematik dengan metode pemberian tugas, dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Apabila mau melaksanakan model pembelajaranTematik semestinya menjadi
pilihan dari beberapa metode yang ada mengingat metode ini telah terbukti dapat
meningkatkan kerjasama, berkreasi, bertindak aktif, bertukar informasi,
mengeluarkan pendapat, bertanya, berargumentasi dan lain-lain.
2. Walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari model
pembelajaran Tematik dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar, sudah
pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dilakukan, oleh
karenanya kepada peneliti lain yang berminat meneliti topik yang sama untuk
meneliti bagian-bagian yang tidak sempat diteliti.
3. Selanjutnya untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan bagi peneliti lain
untuk melakukan penelitian lanjutan guna verifikasi data hasil penelitian ini.
5.
Daftar Pustaka
Amri, Sofan. 2013. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah.
Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.
Depdiknas. 2008. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian. Jakarta: Direktorat
Tenaga Kependidikan Dirjen PMPTK.
Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.
Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
10
11