Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (ssp) yang dicirikan
oleh terjadinya bangkitan yang bersifat spontan dan berkala. Bangkitan
dapat diartikan sebagai modifikasi
fungsi
otak
yang
bersifat
neonatorum,pascacedera
keturunan
kepala,riwayat
demam
gangguan
sirkulasi
epilepsi,riwayat
penyakit
keracunan,riwayat
infeksi
ibu-ibu
yang
pada
risiko
masa
anak-anak,riwayat
tinggi,riwayat
ibu
yang
kompleks
dari
banyak
gangguan
fungsi
otak
yang
pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral
yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran
ringan, aktivitas motorik, atau gangguan fenomena sensori (Christanto
dkk, 2014).
2. Etiologi
Adapun penyebab epilepsi, yaitu:
a. Epilepsi Primer (Idiopatik)
Pada sebagian besar pasien, penyebab epilepsi tidak diketahui dan
biasanya pasien tidak menunjukkan manifestasi cacat otak dan
juga tidak bodoh.Sebagian dari jenis idiopatik disebabkan oleh
interaksi beberapa faktor genetik. Gangguan fisiologis ini
melibatkan stabilitas sistem talamik intralaminar dari substansia
kelabu basal dan mencakup reticuler activating system dalam
sinkronisasi lepas muatan. Sebagai akibatnya dapat terjadi
gangguan kesadaran yang berlangsung singkat (absens murni,
petit mal), atau lebih lama dan disertai kontraksi otot tonik-klonik
(tonik-klonik umum, grand mal) Pengaruh faktor genetik atau
hereditas memang ada pada epilepsi, tetapi kecil. Pada epilepsi
idiopatik pengaruh lebih besar. Telah dilakukan beberapa
penelitian anak kembar untuk mengungkapkan hal iniTsuboi dan
Okada mengumpulkan 6 laporan penelitian besar mengenai
epilepsi pada kembaran dan mendapatkan bahwa konkordans
untuk epilepsi ialah 60% bagi kembar telor tunggal dan 13%
untuk kembar telor ganda
b. Epilepsi Sekunder (Simtomatik)
Epilepsi simtomatik terjadi bila fungsi otak terganggu oleh
berbagai kelainan intrakranial atau ekstrakranial. Penyebab
intrakranial misalnya anomali kongenital, trauma otak, neoplasma
otak, lesi iskemia, ensefalopati, abses otak, jaringan parut.
Penyabab yang bermula dari ekstrakranial dan kemudian juga
menggangu fungsi otak, misalnya gagal jantung, gangguan
pernafasan, gangguan metabolisme (hipoglikemia, hiperglikemia,
2
yang
mengekstasi
atau
mengekshibisi
membrane
terganggu
dan
mengakibatkan
meningkatnya
PATHWAY
Ketidak seimbangan
neurotransmitter otak
Asetilkolin
GABA
Hiperpolarisasi
Depolirasasi
meningkat
Exitabilitas otak
menurun
Kejang
Penyakit metabolik
automatisme,
yaitu
gerakan-gerakan,
menata sesuatu,
6) Sawan Tonik-Klonik
Sawan ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang
terkenal dengan nama grand mal. Serangan dapat diawali
dengan aura, yaitu tanda-tanda yang mendahului suatu sawan.
Pasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku.
Kejang kaku berlangsung kira-kira menit diikuti
kejang-kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya
berhenti sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat
lamanya. Bila pembentukan ludah ketika kejang meningkat,
mulut menjadi berbusa karena hembusan napas. Mungkin
pula pasien kencing ketika mendapat serangan. Setelah kejang
berhenti pasien tidur beberapa lamanya, dapat pula bangun
dengan kesadaran yang masih rendah, atau langsung menjadi
sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah, nyeri kepala.
7) Sawan atonik
Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas
sehingga pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau
menurun sebentar. Sawan ini terutama sekali dijumpai pada
anak.
misalnya
sikle
cell,polisitemia
dan
leukemia.
Jenis epilepsi
Karbamazepin
Generalisata, parsial
Etoksimid
Petit mal
Gabapentin
Parsial
Tenang
Lamotrigin
Generalisata, parsial
Ruam kulit
Fenobarbital
Generalisata, parsial
Tenang
Fenitoin
Generalisata, parsial
Pembengkakan gusi
Primidon
Generalisata, parsial
Tenang
Valproat
6. Perawatan
Tindakan yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Jangan panik karena serangan akan berhenti sendiri
b. Bebaskan jalan nafas, longgarkan baju
c. Bila mulut terbuka, masukkan bahan empuk diantara gigi
d. Bila mulut tertutup jangan dibuka paksa
13
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien
ditanyakan tentang faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang.
Asupan alkohol dicatat. Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji: Apakah ada
keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang? Mekanisme
koping apa yang digunakan? Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah
kejang akan membantu dalam mengindentifikasi tipe kejang dan
penatalaksanaannya
a. Selama serangan :
1) Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan.
2) Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.
3) Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke
lantai.
4) Apakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik,
kejang klonik, kejang tonik-klonik, kejang mioklonik,
kejang atonik.
5) Apakah pasien menggigit lidah.
6) Apakah mulut berbuih.
7) Apakah ada inkontinen urin.
8) Apakah bibir atau muka berubah warna.
9) Apakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
10) Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya
berubah pada satu sisi atau keduanya.
b. Sesudah serangan
1) Apakah pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot
sakit, gangguan bicara
2) Apakah ada perubahan dalam gerakan.
3) Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang
terjadi sebelum, selama dan sesudah serangan.
14
3) B3: Brain
Sakit kepala,
17
berhubungan
dengan
3. Perencanaan
4.
10.
5. DIAGNOSA
KEP/MASA
LAH
KOLABOR
ATIF
11.
Risiko
berhubungan
aktivitas
rumah
kejang
cidera
6. TUJ
UA
N
DA
N
KRI
TER
IA
HAS
IL
7. RENCANA
TINDAKAN
12. Tuju
dengan
an:
ketikadi
Risi
ko
cider
14. Monitoring
evaluasi
perkembangan
pasien
1. Observasi keadaan klien 2. pasien kejang akan
dan intensitas kejang
kehilangan
15. Nursing treatment:
a
Ana
8. RASION
AL
koordinasi otot
sehingga dapat
2. Lindungi
trauma
akan
dengan
men
klien
atau
dari
kejang
trauma
memasang 3. Melindungi pasien
urun
18
menyebabkan
9.
18.
ketik
mempersiapkan
keja
ng
seperti
Anak terbebas
berada
dari cidera
Keluarga dapat
pasien
dengan
cara mencegah
mempertahankan bedrest
cidera
Keluarga dapat
faktor penyebab
cidera
Memodifikasi
gaya hidup
menghindari
cidera
6. Untuk efektifan
jalan nafas agar
lidah tidak jatuh ke
belakang
7. keadaan kejang
mengakibatkan
penurunan
kesadaran agar tidak
megurangi risiko
cidera
Menggunakan
jika kejang
5. Posisi nyaman
untuk
dekat
4. Anjurkan
menjelaskan
tempat
13. KH:
menjelaskan
batasan
kejang
8. Terapi medikasi
untuk mengontrol
menurunkan respons
kejang berulang
fasilitas
dan
jangan
memberi
kesehatan yang
ada
Mamapu
mengenali
perubahan status
yang
kesehatan
kejang
melawan
saat
17. Kolaborasi:
8. pemberian
fenitoin
(dilantin )
19.
20.
Defisiensi
21. Tuju
an:
berhubungan
dengan
Kelu
kurangnya
sumber
arga
informasi
24. Monitoring
evaluasi
dapat keluarga
tentang 2. Dengan berpikir
pemahaman
keluarga
sendiri lebih
tentang penyakit anaknya
mempermudah
aha
mi
dijel
pemahaman yang di
1. Menilai
mem
yang
aska
20
pendapat
pemahanan
3. Pengetahuan yang
lebih mempermudah
pengawasan
28.
pera
yang
wat/t
indiksikan
di
26. HE:
risiko
tenta
tandanya
ng
pencegahannya
peny
anak
dan
27. Kolaborasi:
akit
nya
tenaga
22. KH:
-
dan
mengurangi banyak
enag
medi
tepat
kesehatan
pelayanan
terdekat.
Keluarga dapat
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
perawat/tenaga
21
atau
kesehatan
5.
medis lainnya
Postur
tubuh,ekspresi
wajah
23.
29.
30.
Ketidakmampuan
koping
berhubungan
31. Tuju
keluarga
33. Monitoring
an:
dengan
Kelu
arga
pasien
men
evaluasi
efekt
membantu keluarga
dirasakan.
memahami kondisi
dan keterbatasan
35.
if
yang diakibatkan
oleh epilepsi
4. beberapa klien
36. HE:
32. KH:
Keluarga dapat
menumbuhkan
yang
diasingkan dari
berbagai aktifitas
asing,depresi dan tidak 2. Dengan terbuka
pasti dengan
keluarga bisa
kan
ng
1. Dengan setatus
epilpsi biasanya
1. Mengkaji,perasaan takut,
unju
kopi
dan
3. Melakukan
konseling
mengidentifikas
rasional
22
epilepsi dapat
mengalami masalah
39.
i koping yang
37. Kolaborasi:
efektif
Keluarga dapat
mengidentifikas
adanya
i strategi koping
psikologis
psikologis yang
masalah
dapat disebabkan
oleh kerusakan otak
38.
seperti
40.DAFTAR PUSTAKA
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta:
Salemba Medika
Harsono. 2007. Epilepsi Edisi Kedua.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Fransisca B. Batticaca. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta:
Salemba Medika.
Mardjono, Mahar. (2009). Neurologis Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
Nuratif Amin H & Kusuma H. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC.
23
Tanto, Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV. Jakarta : Media Aesculapius.
54.
55.
24