Você está na página 1de 21

TINGKAH LAKU

Disusun Oleh :
Kelompok VI (Kelas E)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Khoirun NisaLubis
(151000373)
ChairaniAsma Hasibuan
(151000405)
Stefanus
Roma Arta Dame Manurung
(151000428)
Febryani
(151000442)
Fadhilah Zauhari
(151000452)
Umi Kalzum Situmeang
(151000458)

Dosen Pembimbing

: Namora Lumongga Lubis M, Sc

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

DARTAR ISI
Kata pengantar.............................................................................................. i
Daftar isi........................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang....................................................................................... 1

1. Rumusan Masalah........................................................................... 1
2. Maksud dan Tujuan......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pengertian Tingah Laku Manusia....................................................


Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Manusia........................
Bentuk Perilaku...............................................................................
Domain Perilaku..............................................................................
Proses Terjadinya Perilaku...............................................................
Tingkatan dan Tanggapan Perilaku Manusia...................................
Jenis-jenis Tingkah Laku Bermasalah..............................................
Tingkah Laku Menolong..................................................................

2
4
4
5
5
5
6
8

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan................................................................................... 15
2. Saran............................................................................................. 15
Daftar Pustaka..................................................................................... iii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan
paper ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dengan Judul
Tingkah Laku.
Dalam penyusunan paper ini, tidak terlepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun
makalah ini hingga selesai, diantaranya:
1. Yth. Ibu Namora Lumongga Lubis M.Sc, selaku dosen Psikologi
Kesehatan.
2. Teman-teman yang ikut membantu dalam penyusunan paper ini.
Paper ini menampilkan materi-materi pokok dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman kepada pembaca tentang pokok-pokok materi
yang telah dipelajari. Dengan pola penyajian tersebut, diharapkan paper
ini dapat membantu pembaca dalam kegiatan belajar guna meraih
prestasi belajar yang maksimal.
Kami menyadari masih ada kekurangan dalam penyajian paper ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran akan kami terima dengan senang hati
guna penyempurnaan paper ini.
Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, 23 Mei 2016

Tim Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ditinjau dari perspektif psikologi perkembangan, manusia adalah
makhluk yang senantiasa mengalami perubahan atau change over time.
Sejak dari masa konsepsi hingga meninggal dunia, manusia secara
bertahap mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu
aspek perkembangan psikososial yang dialami manusia adalah
perkembangan tingkah laku.
Perilaku manusia terhadap lingkungannya memberikan kemungkinan
kemungkinan atau kesempatan kepada individu, bagaimana individu
mengambil manfaat dari kesempatan yang di berikan oleh lingkungan
tergantung kepada individu yang bersangkutan, sekalipun pengaruh
lingkungan tidak bersifat memaksa, namun tidak dapat di ingkari bahwa
peranan lingkungan cukup besar dalam perkembangan individu.
B.

1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah
dalam makalah ini dapat dikemukakan sebagai berikut ;
Apa Pengertian Tingkah Laku?
Apa Saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku?
Apa saja proses terjadinya perilaku?
Menjelaskan Alasan Mengapa Orang Menolong?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah ;
1. Menjelaskan Pengertian Tingkah Laku.
2. Menjelaskan Apa Saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku.
3. Memberikan Gambaran Apa Saja Yang Termasuk Dalam Proses Terjadinya
Perilaku.
4. Menjelaskan Teori-Teori Terkait Perilaku Menolong.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tingkah Laku Manusia
1) Menurut ahli psikoanalisis
Psikoanalisis memandang manusia sebagai dorongan dan keinginan.
Sigmund Freud sebagai pendiri psikoanalisis secara tegas menyatakan
bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil interaksi dari tiga subsistem
yaitu Das Es ( Id ), Das Ich ( Ego ), Das Uberich ( Super Ego ).
a. Das Es (Id) adalah aspek biologis yang berasal dari sistem original
didalam diri manusia yang timbul dan tumbuh dengan nyata (The true
physic reality). Dimana hal tersebut berhubungan dengan batin
manusia serta berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir . Peran
utamanya menjadi wadah enegi psikis penggerak Das Ich (the Ego) dan
Das Ueber Ich (the Super Ego). Fungsi Das Es ialah menghindarkan diri
dari tidak keenakan menjadi keenakan atau bisa disebut sebagai
prinsip kenikmatan. Ada 2 proses Das Es untuk mencapai kenikmatan
yakni, Refleks (ex : berkedip, bersin, bersendawa, dsb.) dan primair
Vorgang (ex : membayangkan makanan ketika lapar, membayangkan
minum ketika haus, dsb.)
b. Das Ich (Ego) adalah aspek psikologis (kepribadian) yang timbul karena
adanya kebutuhan organisme untuk berhubungan di dunia kenyataan
(Realitat). Das Ich dapat membedakan antara sesuatu yang ada di
dalam batin atau tidak (dunia realitas). Fungsi dari aspek ini ialah
berpengang teguh pada prinsip kenyataan. Terdapat 2 proses untuk
mencapai kenyataan, yang ditimbulkan oleh oragasnisme, yaitu :
- The reality principle : find something that what you need now.
- Secondary process : plan your decision to choose something that you
need and get it.
Peran utama Das Ich adalah menjadi perantara antara kebutuhan
instinktif dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya
organisme.
c. Das Uberich (Super Ego) adalah aspek sosiologis merupakan
perwakilan dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat dalam

menerapkan norma perintah maupun larangan yang dapat diterima


oleh kalangan masyarakat. Norma tersebut adalah hasil dari didikan
atau ajaran dari orang tua kepada anak. Das Ueber Ich dianggap pula
sebagai dasar aspek moral kepribadian. Fungsinya yaitu penentu salah
benarnya, pantas tidaknya, tindakan seseorang di dalam lingkungan
masyarakat. Maka, seseorang harus bertindak sesuai dengan norma
dan moral masyarakat. Lain itu, fungsi pokok yang berhubungan dari 2
sistem diatas adalah merintangi impuls-impuls Das Es yang
bertentangan(impuls seksual dan impuls agresif), mendorong Das Ich
untuk mengejar sesuatu yang moralistis, dan mengejar kesempurnaan.
Dapat kita simpulkan dari ketiga struktur kepribadian ini, bahwa
mereka berlangsung sebagai proses psikologis yang satu dalam
membentuk tindakan-tindakan manusia. Perlu kita ketahui, Das Ich
berperan besar dalam mengatur jalannya kerja sama tiga aspek
tersebut.
2) Menurut Behaviorisme
Lebih menekankan aspek lahiriah ya ng dapat diamati ( observable ),
dapat diukur dan dapat diprediksi.pandangan ini akhirnya terkenal dengan
teori belajar, jadi setiap tingkah laku manusia diasumsikan sebagai hasil
belajar. Belajar berarti perubahan tingkah laku organism sebagai
pengaruh lingkungan.Jadi semua tingkah laku manusia berpengaruh pada
lingkungannya.
3) Menurut Cognitivisme
Kognitif memandang manusia bukan sekedar sebagai makhluk yang
pasif dan mekanistik bereaksi terhadap lingkungan, tetapi sebagai
makhluk yang selalu berusaha m emahami lingkungannya, serta sebagai
makhluk yang selalu berfikir.Tingkah laku manusia senantiasa didasarkan
pada kognisi, yaitu tindakan mengenal dan memikirkan situasi dimana
tingah laku itu terjadi.
Secara umum kognitivisme memiliki arti :

Mementingkan apa yang ada pada manusia.


Mementingkan keseluruhan daripada bagian bagian
Mementingkan peranan kognitif
Mementingkan kondisi waktu sekarang
Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
Mengutamakan insight ( pencerahan ).

4) Menurut pandangan psikologi humanistic

Menurut psikologi humanistic , pandangan tingkah laku psikoanalisis


dan behaviorisme, dinilai tidak parsial, tidak utuh, hanya sepotong
potong, menyederhanakan manusia. Secara umum humanism memiliki
ciri ciri:

Mementingkan manusia secara pribadi


Mementingkan kebulatan pribadi
Mementingkan peranan kognitif dan afektif
Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri
Mementingkan pesepsi subyektif yang dimiliki setiap individu
Mengutamakan aktualisasi dan self consep
Mengutamakan insight

5) Menurut pandangan psikologi transpersonal


Hampir sama dengan teori humanistic, bahwa manusia memiliki
sejumlah besar potensi yang belum seluruhnya teraktualisasikan dan
terwujud pada dirinya.
6) Menurut suatu tinjauan psikologi islami
Dalam islam diyakini adanya kekuatan diluar manusia, terutama
adanya kekuatan tuhan. Manusia itu bukanlah sebuah problem yang dapat
habis dipecahkan, melainkan makhluk yang penuh misteri, yang tidak
pernah habis dikaji dan dipahami.
Dapat diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan.Oleh sebab itu, dari sudut
pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh tumbuhan,
binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktifitas masing masing. Sehingga yang dimaksud perilaku
manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara
lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah.
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh
manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan,
persuasi, dan/atau genetika.
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku
dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi,
perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain
dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang
sangat mendasar.

2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Manusia


a. Genetika adalah bersifat keturunan atau bawaan dari lahir.
b. Sikap adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap
perilaku tertentu.
c. Norma sosial adalah pengaruh tekanan sosial.
d. Kontrol perilaku pribadi adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit
tidaknya melakukan suatu perilaku.
3. Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam
bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan /
kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh
orang lain.
2) Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka.Respon terhadap terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek
(practice).
4. Domain Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari
stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk
stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang.
Faktor faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut
determinan perilaku.
Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2) Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi,
politik, dan sebagainya.Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor
yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007
hal 139)
5. Proses Terjadinya Perilaku
Di dalam diri manusia terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. wareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti


mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. cevaluation (menimbang nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi
dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif
maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng .
6. Tingkatan dan Tanggapan Perilaku Manusia
Dalam perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh
Benjamin Bloom dibagi menjadi tiga tingkat:

1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya.
2) Sikap (attitude)
Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi
yang bersangkutan.
3) Tindakan atau praktik (practice)
Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk
tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap
yang telah dimiliki.
Selain itu, Skinner juga memaparkan definisi perilaku sebagai berikut
perilaku merupakan hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan
tanggapan (respon). Ia membedakan adanya dua bentuk tanggapan,
yakni:
1) Respondent response atau reflexive response, ialah tanggapan yang
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.Rangsangan yang
semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan tanggapan
yang relatif tetap.
2) Operant response atau instrumental response, adalah tanggapan yang
timbul dan berkembangnya sebagai akibat oleh rangsangan tertentu,
yang disebut reinforcing stimuli atau reinforcer.Rangsangan tersebut
dapat memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.Oleh

sebab itu, rangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat


sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan.
7. Jenis-jenis Tingkah Laku Bermasalah

Tingkah laku bermasalah positif meliputi :

Tingkah laku ingin tahu sikap ingin tahu yang tinggi terhadap
sesuatu perkara yang dilihat

Tingkah laku cepat belajar cepat menangkap atau catch up


sesuatu perkara yang baru dipelajari, dapat mempelajari sesuatu
yang baru dengan cepat

Tingkah laku pintar cerdas sentiasa cepat dan pantas apabila


menggunakan otak dan berfikir

Tingkah laku proaktif sentiasa menunjukkan kesungguhan atau


sikap maju ke depan berbanding kawan-kawan yang lain

Tingkah laku bermasalah negatif

Tingkah laku yang menghalang ( bergantung ) : Tingkah laku ini


merupakan tingkah laku yang boleh membahayakan diri.

Kebimbangan sentiasa berasa takut, menunjukkan reaksi bimbang,


tiada keyakinan diri.

Pergantungan lebihan terlalu mengharapkan pertolongan atau


bantuan dari orang lain terutama ibu bapa atau orang yang rapat
dengannya, terlalu manja, tidak boleh berdikari

Pengunduran diri malu untuk menunjukkan kebolehan, teragakagak memberi pendapat atau idea, tidak yakin pada kebolehan diri,
sering menggangap orang lebih baik dari dirinya

Pengasingan diri tidak suka bergaul atau berkomunikasi dengan


kawan-kawan, sikap rendah diri yang terlalu tinggi, perasaan malu
pada kawan-kawan

Tingkah laku yang mengganggu( disruptif ) : Tingkah laku ini


merupakan tingkah laku yang boleh membahayakan orang lain.

Hiperaktif kelakuan atau bertingkah laku yang tersangat agresif

Kelakuan nakal suka menggangu kawan-kawan, membuli atau


menyakat kawan-kawan sekelas.

Bising menganggu ketenteraman bilik darjah, banyak bercakap .

Bergerak sesuka hati suka keluar masuk kelas tanpa kebenaran,


berjalan-jalan di dalam kelas semasa sesi pembelajaran berlaku,
melakukan aktiviti yang disukai bila-bila masa.

Ketawa kuat ketawa dengan suara yang nyaring dan kuat tanpa
menghiraukan orang yang berada di sekelilingnya

Agresif secara lisan / fizikal menggunakan kata-kata kasar, lucah,


kurang ajar, tidak sopan.

Tingkah laku anti sosial ( distruktif ) : Tingkah laku ini merupakan


tingkah laku yang boleh membahayakan diri, sekolah dan masyarakat.

Permusuhan nyata suka bergaduh, berlawan, bertumbuk, mencari


pasal dengan mana-mana murid terutama rakan sebaya.

Vandalisme suka merosakkan harta benda awam seperti


menconteng dinding menggunakan pen, pensil, marker atau tapak
kaki, mematahkan alat pengepam tandas, memecahkan kerusi atau
meja di dalam bilik darjah, menggores atau menconteng meja.

Kumpulan liar terlibat dengan kumpulan tidak bermoral

Klik mempunyai hubungan dengan beberapa orang yang


mempunyai perangai atau tabiat yang sama tetapi lebih kepada
tingkah laku tidak baik

Geng menubuhkan kumpulan tertentu di dalam sekolah, kumpulan


yang ditakuti atau digeruni oleh murid-murid lain, bertindak
membuli atau menakut-nakutkan murid-murid lain.

8. Tingkah laku menolong


Tingkah laku menolong atau dalam psikologi sosial dikenal dengan
tingkah laku prososial, adalah tindakan individu untuk menolong orang
lain tanpa adanya keuntungan langsung bagi si penolong (Baron, Byrne,
dan Branscombe, 2006). Contoh dari tingkah laku menolong yang paling
jelas adalah altruisme, yaitu motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan
orang lain (Baston, 1995, 2008)

MENGAPA ORANG MENOLONG ?


Teori Evolusi
1. Perlindungan Kerabat (kin protection)
Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Orang tua
mengorbankan kepentingan dirinya demi anak-anaknya. Menurut teori
evolusi, tindakan orang tua ini adalah demi kelangsungan gen-gen orang
tua yang ada dalam diri anak. Orang tua yang mengutamakan
kesejahteraan anak dibandingkan dengan kesejahteraan dirinya sendiri,
gennya akan mempunyai peluang lebih besar untuk bertahan dan lestari
dibandingkan orang tua yang mengabaikan anaknya (Myers, 1996).
2. Timbal Balik Biologi (biological reciprocity)
Dalam teori evolusi terdapat prinsip timbal balik, yaitu menolong untuk
memperoleh pertolongan kembali (Sarwono, 2002). Seseorang menolong
karena ia mengantisipasi kelak orang yang ditolong akan menolongnya
kembali sebagai balasan, dan bila ia tidak menolong maka kelak ia pun
tidak akan mendapat pertolongan.
Teori Belajar
1. Teori Belajar Sosial (social learning theory)
Dalam teori belajar social, tingkah laku manusia dijelaskan sebagai
hasil proses belajar terhadap lingkungan. Berkaitan dengan tingkah laku
menolong, seseorang menolong karena ada proses belajar melalui
observasi terhadap mosel prososial. Jika, model prososial mendukung
terjadinya tingkah laku menolong, maka sebaliknya model antisosial dapat
menghambat tingkah laku menolong (Baron, Byren, dan Branscombe,
2006).Dengan demikian, seseorang dapat menjadi altruis karena
lingkungan memberi contoh-contoh yang dapat diobservasi untuk
bertindak menolong.
Menurut teori belajar, apa yang tampak sebagai altruis sesungguhnya
dapat mempunyai kepentingan pribadi yang terselubung. Misalnya, orang
dapat merasa lebih baik setelah memberikan pertolongan, atau menolong
untuk menghindari perasaan bersalah atau malu jika tidak menolong
(Deaux, Dane, dan Wrightsman, 1993).
2. Teori Pertukaran Sosial (social exchange theory)
Menurut teori pertukaran sosial, interaksi social bergantung pada
untung dan rugi yang terjadi. Sesuai dengan namanya, teori ini melihat
tingkah laku social sebagai hubungan pertukaran dengan memberi dan

menerima (take and give relationship). Apa yang dipertukan dapat berupa
materi (misalnya uang atau perhiasan), atau non materi (misalnya
penghargaan, penerimaan, prestise) (Deaux, Dane, dan Wrightsman,
1993).
Teori Empati
Daniel Batson (1995, 2008) menjelaskan adanya hubungan antara empati
dengan tingkah laku menolong serta menjelaskan bahwa empati adalah
sumber dari motivasi altruistic.
1. Hipotesis empati-altruisme (empathy-altruism hypothesis)
Ketika seseorang melihat penderitaan orang lain maka muncul
perasaan empati yang mendorong dirinya untuk menolong. Dalam
hipotesis empati altruisme dikatakan bahwa perhatian yang empatik yang
dirasakan seseorang terhadap penderitaan orang alin akan menghasilkan
motivasi untuk mengurangi penderitaan orang tersebut.
2. Model mengurangi perasaan negatif (negative-state-relief model)
Dalam teori ini dijelaskan bahwa orang menolong untuk mengurangi
perasaan negative akibat melihat penderitaan orang lain. Perasaan
negative ini tidak selalu harus merupakan akibat dari melihat penderitaan
orang lain. Seseorang bisa saja berada dalam suasana hati yang negative
sebelum melihat orang yang sedang kesusahan dan dengan menolong
diharapkan ia dapat mengurangi perasaan negative nya tersebut.
3. Hipotesis kesenangan empati (empathic joy hypothesis)
Dalam hipotesis tersebut, dikatakan bahwa seseorang akan menolong
bila ia memperkirakan dapat ikut merasakan kebahagiaan orang yang
akan ditolong atas pertolongan yang diberikannya. Satu hal yang penting
di sini adalah seseorang yang menolong perlu untuk mengetahui bahwa
tindakannya akan memberikan pengaruh positif bagi orang yang
ditolongnya.
Teori Perkembangan Kognisi Sosial
Dalam merespon suatu situasi darurat (situasi yang membutuhkan
pertolongan), tentunya diperlukan sejumlah informasi yang harus diproses
dengan cepat sebelum seseorang memutuskan untuk memberikan
pertolongan. Dengan demikian, tingkah laku menolong melibatkan proses
kognitif seperti persepsi, penalaran, pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan. Penelitian yang mengkaji hubungan antara
perkembangan kognisi social dengan tingkah laku menolong lebh

difokuskan pada bagaimana seorang anak memahami kebutuhan orang


lain dan bereaksi untuk membantunya.
Teori Norma Sosial
Ada dua bentuk norma sosial yang memotivasi seseorang untuk
melakukan tingkah laku menolong, yaitu:
1. Norma timbal-balik (the reciprocity norm)
Sosiolog Alvin Gouldner (1960), dikutip dalam Myers (1996), dan
Sarwono (2002), mengemukakan bahwa salah satu norma yang bersifat
universal adalah norma timbal-balik, yaitu seseorang harus menolong
orang yang pernah menolongnya. Hal ini menyirtkan adanya prinsip balas
budi dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Norma tanggung jawab social (the social-responsibility norm)
Dalam norma tanggung-jawab social, orang harus memberikan
pertolongan kepada orang yang membutuhkan pertolongan tanpa
mengharapkan balasan di masa datang (Schwartz, 1975 dalam Sarwono
2002).
KAPAN ORANG AKAN MENOLONG ?
Pengaruh Faktor Situasional
1. Bystander
Bystander atau orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian
mempunyai peran besar dalam mempengaruhi seseorang saat
memutuskan antara menolong atau tidak ketika dihadapkan pada
keadaan darurat. Efek bystander terjadi karena:
a. Pengaruh social (social influence), yaitu pengaruh dari orang lain yang
dijadikan sebagai patokan dalam menginterpretasi situasi dan
mengambil keputusan untuk menolong seseorang akan menolong jika
orang lain juga menolong.
b. Hambatan penonton (audience inhibition), yaitu merasa dirinya dinilai
oleh orang lain (evaluation apprehension) dan resiko membuat malu
diri sendiri karena tindakannya menolong yang kurang tepat akan
menghambat orang untuk menolong.
c. Penyebaran tanggung jawab (diffusion of responsibility), membuat
tanggung jawab untuk menolong menjadi terbagi karena hadirnya
orang lain.
2. Daya tarik

Sejauh mana seseorang mengevaluasi korban secara positif (memiliki


daya tarik) akan mempengaruhi kesediaan orang untuk memberikan
bantuan.
Adanya kesamaan antara penolong dengan orang yang akan ditolong
juga meningkatkan kemungkinan terjadinya tingkah laku menolong. Oleh
karena itu, pada umumnya orang akan menolong anggota kelompoknya
terlebih dahulu (in-group), baru kemudian menolong orang lain (outgroup) karena sebagai suatu kelompok tentunya ada beberapa kesamaan
dalam diri mereka yang mengikat mereka dalam suatu kelompok.
3. Atribusi terhadap korban
Seseorang akan termotivasi untuk memberikan bantuan kepada orang
lain bila ia mengasumsikan bahwa ketidakberuntungan korban adalah di
luar kendali korban (Weiner, 1980). Dengan demikian, pertolongan tidak
akan diberikan bila bystander mengasumsikan kejadian yang kurang
menguntungkan pada korban adalah akibat kesalahan korban sendiri
(atribusi internal).
4. Ada model
Seperti yang telah dijelaskan pada teori belajar social, adanya model
yang melakukan tingkah laku menolong dapat mendorong seseorang
untuk memberikan pertolongan pada orang lain.
5. Desakan waktu
Orang yang sibuk dan tergesa-gesa cenderung tidak menolong,
sedangkan orang yang punya waktu luang lebih besar kemungkinannya
untuk memberikan pertolongan kepada yang memerlukannya (Sarwono,
2002).
6. Sifat kebutuhan korban
Kesediaan untuk menolong dipengaruhi oleh kejelasan bahwa korban
benar-benar membutuhkan pertolongan (clarity of need), korban memang
layak mendapatkan bantuan yang dibuthkan (legitimate of need), dan
bukanlah tanggung jawab korban sehingga ia memerlukan bantuan dari
orang lain (atribusi eksternal). Dengan demikian, orang yang meminta
pertolongan akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk ditolong
daripada orang yang tidak meminta pertolongan (walau ia sesungguhnya
juga butuh pertolongan) karena permintaan pertolongan korban membuat
situasi pertolongan tidak menjadi ambigu.
Pengaruh Faktor dari Dalam Diri

1. Suasana Hati (Mood)


Emosi
positif
secara
umum
meningkatkan
tingkah
laku
menolong.Namun, jika situasi tidak jelas (ambigu), maka orang yang
sedang bahagia cenderung untuk mengasumsikan bahwa tidak ada
keadaan darurat sehingga tidak menolong.Pada emosi negatif, seseorang
yang sedang sedih mempunyai kemungkinan menolong yang lebih kecil.
Namun, jika dengan menolong dapat membuat suasana hati lebih baik,
maka dia akan member pertolongan.
2. Sifat
Orang yang mempunyai sifat pemaaf ( forgiveness), ia akan
mempunyai kecenderungan mudah menolong. Orang yang mempunyai
pemantauan diri (self monitoring) yang tingggi juga cenderung lebih
penolong, karena dengan menjadi penolong, ia akan memperoleh
pengharagaan sosial lebih tinggi. Bebarapa karasteristik lain yang
mendukung tingakah laku menolong adalah kebutuhan akan persetujuan
(need for approval). Individu yang kebutuhannya akan pujian ataupun
tanda-tanda pengharagaan lainnya sangat tinggi, jika situasi menolong
memberikan peluang untuk mendapatkan penghargaan bagi dirinya,
maka ia akan meningkatkan tingkah laku menolongnya.
3. Jenis Kelamin
Laki-laki cenderung lebih mau terlibat dalam aktivitas menolong pada
situasi darurat yang membahayakan.Sementara perempuan lebih tampil
menolong pada situasi yang bersifat memberi dukungan emosi, merawat,
dan mengasuh.
4. Tempat Tinggal
Orang yang tinggal di pedesaan cenderung lebih penolong daripada
orang yang tinggal diperkotaan. Hal ini dapat dijelaskan melalui korban
urban-overload hypothesis, yaitu orang-orang yang tinggal diperkotaan
terlalu banyak mendapat stimulasi dari lingkunga. Oleh karenanya ia
harus selektif dalam menerima paparan informasi yang sangat banyak
agar tetap bisa menjalankan peran-perannya dengan baik. Itu sebabnya,
diperkotaan, orang yang sibuk sering tidak peduli dengan kesulitan orang
lain karena sudah overload dengan beban tugasnya sehari-hari.
5. Pola Asuh
Tingkah laku social sebagai bentuk tingkah laku yang menguntungkan
orang lain tidak terlepas dari peranan pola asuh dalam keluarga. Pola
asuh yang bersifat demokratis secara signifikan memfasilitasi adanya

kecenderungan anak untuk tumbuh menjadi seorang yang mau menolong.


Pola asuh orang tua yang demokratis juga turut mendukung terbentuknya
internal locus off control , yang merupakan salah satu sifat dari
kepribadian altruistrik, yaitu orang yang suka menolong memiliki locus off
control internal lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak suka
menolong.
Pertolongan Jangka Panjang
Memberikan pertolongan dapat bersifat seketika ataupun membutuhkan
waktu yang lama.Seperti para sukarelawan yang memberikan bantuan
pada korban bencana alam, menjadi pendamping bagi penderita AIDS,
pendamping di panti asuhan, dan yang lainnya, tentu harus memiliki
komitmen dalam waktu, keterampilan dan materi.Maka seseorang harus
benar-benar termotivasi untuk secara sukarela memberikan pertolongan
jangka panjang.
SIAPA YANG AKAN DITOLONG?
1. Gender
Persepsi adanya kebutuhan akan pertolongan sangat menentukan
apakah seseorang akan ditolong atau tidak. Jika laki-laki lebih potensial
menjadi penolong, maka korban perempuan akan cenderung lebih
ditolong. Akan tetapi, jika perempuan lebih potensial menjadi penolong,
maka korban perempuan dan laki-laki mempunyai peluang yang sama
untuk ditolong.
2. Kesamaan
Kesamaan dengan orang lain mendukung munculnya persamaan yang
positif, dan adanya perasaan positif, memperbesar peluang untuk
munculnya tingkah laku menolong sehingga orang cenderung menolong
kepada seseorang yang memilik kesamaan dengan dirinya. Kesamaan ini
bisa berupa kesamaan dalam penampilan ataupun dalam keyakinan.
3. Orang yang Minta Pertolongan
Ketidakpastian apa yang terjadi pada situasi darurat dan
ketidakpastian dengan yang tidak harus dilakukan mengenai apa yang
harus dilakukan dapat menghambat respon bystander untuk menolong.
Kondisi tidak jelas atau ambigu dapat menyebabkan penolong potensial
menahan diri dan menunggu kejelasan.Cara yang paling langsung dan
paling efektif bagi seseorang korban untuk mengurangi ketidakjelasan
tersebut adalah dengan meminta pertolongan secara jelas.
BAGAIMANA ORANG MENERIMA PERTOLONGAN?

Menerima pertolongan dari orang lain kadang-kadang disatu sisi dapat


menurunkan harga diri korban walapun di sisi lain korban menjadi
terbantu keluar dari kesulitannya. Menerima pertolongan dapat
menunjukan bahwa sesorang memiliki ketidak mampuan dalam hal
tertentu. Selain itu juga dapat menimbulkan rasa hutang budi kepada
penolong yang membuat korban merasa harus membalas kebaikan
penolong di masa depan. Dalam memberi pertolongan kepada orang lain
kita harus memperhatikan cara menolong yang tidak mengancam harga
diri korban agar pertolongannya dapat dihargai atau diterima.
Pertolongan, selain tidak mengancam harga diri, juga jangan sampai
membuat korban tergantung unutk seterusnya. Bila orang muda
mendapat bantuan, dampaknya dapat mempengaruhi pesepsinya
terhadap kemampuan dirinya sehingga ia menjadi kurang berusaha untuk
meningkatkan kemampuannya dan kurang mendukung terbentuknya
internal locus off control.
MENINGKATKAN TINGKAH LAKU MENOLONG
Untuk meningkatkan tingkah laku menolong hambatan-hambatan yang
mengurangi munculnya tingkah laku menolong perlu dihilangkan,
diantaranya ketidak jelasan situasi darurat. Situasi darurat yang jelas
akan dorong keberanian seseorang untuk memberikan bantuan. Selain
adanya kejelasan situasi darurat, meningkatkan rasa tanggung jawab
setiap orang juga penting. Memberikan bantuan adalah tanggung jawab
setiap orang, bukan tanggung jawab orang lain. Meningkatkan rasa
bersalah dan menciptakan self image (gambaran diri) yang positif dalam
penolong potensial juga dapat meningkatkan kemungkinan munculnya
pertolongan. Hal ini dapat dilakukan melalui teknik door-in-the-face, yaitu
stategi untuk memperoleh persetujuan dari orang lain dengan cara
mengajukan permintaan setingkat lebih tinggi dari yang diingikan. Apabila
permintaan ditolak, maka mengajukan permintaan lebih kecil dan masuk
akal. Hal ini membuat orang yang dimintai pertolongan merasa bersalah
bila menolaknya lagi dan untuk mendapatkan save image yang positf,
maka penolong potensial memberikan apa yang diminta.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara biologis tingkah laku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung. Tingkah laku timbul apabila ada sesuatu yang
dapat menimbulkan reaksi, yakni disebut dengan rangsangan. Menurut
Ribert Kwick(1974) tingkah laku adalah tindakan atau prilaku suatu
organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Jadi, Psikologi
Perilaku mempelajari bagaimana mengembangkan perilaku hidup
organisme dalam menanggapi kondisi tertentu.
Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam
psikologi dijelaskan beberapa cara pendekatan, yaitu: Pendekatan
neurobiologis, Pendekatan perilaku (Behaviorisme), Pendekatan kognitif,
Pendekatan
psikoanalisa,
Pendekatan
fenomenologi,
Pendekatan
Humanistik.
Psikologi Tingkah laku dapat dipelajari dengan berbagai cara,
diantaranya dengan memperhatikan, menghayati, menerangkan apa yang
terjadi dalam proses kejiwaan.
Pandangan belajar menurut aliran tingkah laku tidak lain adalah
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respons. Adapun Penganut psikologi tingkah laku, yaitu :
Teori Belajar Thorn Dike, Teori Belajar Skinner, Teori Belajar Ausubel, Teori
Pavlov , Aliran Latihan Mental, Teori Baruda, dan Teori Belajar Gagne.
B.

Saran
Manusia adalah makhluk yang sering berbuat salah karena manusia
tidak sempurna. Karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Dan
apabila dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan dan
jauh dari sempurna kami selaku penulis meminta kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan pembuatan makalah lain ke depannya. Atas
saran perbaikan makalah ini yang di berikan pembaca, maka penulis
mengucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://mycikguprihatin.blogspot.co.id/2012/08/konsep-dan-jenis-jenistingkah-laku.html
http://www.infoskripsi.com/Free-Resource/Konsep-Perilaku-PengertianPerilaku-Bentuk-Perilaku-dan-Domain-Perilaku.html.
Gochman, David S. Handbook of Health Behavior Research: Relevance for
Professionals and Issues for the Future. Springer, 1997.Page. 89-90
Notoatmodjo, Soekidjo, & Sarwono, Solita. 1985. Pengantar Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hlm. 23
Jumarin. 2005. Tingkah Laku Manusia dan Pengunahannya. Yogyakarta :
Talenta.
Sarwono, Sarlito dan Eko A. Meinarno. 2011. Psikologi Sosial. Jakarta :
Salemba Humanika.

Você também pode gostar