Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang terperinci merupakan tahap awal terpenting untuk
membuat diagnosis alergi obat. Anamnesis meliputi formulasi obat,
dosis, rute, dan waktu pemberian (Tabel 1). Selain itu harus
ditanyakan perjalanan, awitan, dan hilangnya gejala. Catatan medik
dan keperawatan harus diperiksa untuk mengkonfirmasi hubungan
antara obat dan gejala yang timbul. Riwayat alergi terhadap obat
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan fisis yang teliti dapat menentukan mekanisme yang
mendasari reaksi obat.
Reaksi obat dapat terjadi sistemik atau mengenai satu atau
beberapa organ (Tabel 2). Kulit merupakan organ yang sering
terkena.
Pemeriksaan penunjang
Tes kulit dapat memberikan bukti adanya sensitisasi obat, terutama
yang didasari oleh reaksi tipe 1 (IgE mediated). Namun demikian
sebagian besar obat tidak diketahui imunogen yang relevan
sehingga nilai prediktif tes kulit tidak dapat ditentukan. Penisilin
merupakan obat yang sudah dapat ditentukan metabolit
imunogennya. Tes kulit dapat berupa skin prick test (SPT) atau tes
intradermal. Tes intradermal lebih sensitif tapi kurang spesifik
dibandingkan SPT. Pemeriksaan penunjang lainnya antara lain: IgE
spesifik, serum tryptase, dan cellular allergen stimulation test
(CAST).
Tes Kulit
Tes kulit untuk preparat penisilin diperlukan metabolit imunogennya,
major antigenic determinant yaitu penicylloil. Preparat penicylloil
untuk tes kulit dijual dengan nama dagang Pre-Pen, sayangnya
preparat ini belum ada di Indonesia sehingga tes kulit terhadap
penisilin tidak dapat dilakukan di Indonesia.
Untuk obat dan antibiotika yang lain, belum ada preparat khusus untuk
tes kulit. Untuk beberapa jenis antibiotika yang sering digunakan dan
kita ragu apakah pasien alergi atau tidak, dapat dilakukan tes kulit
dengan pengenceran yang tidak menimbulkan iritasi (nonirritating
concentration). Meskipun demikian, tes kulit untuk diagnosis alergi obat
terutama antibiotika tidak dianjurkan karena nilai prediksi rendah.
Kalau hasil tes positif, masih mungkin alergi terhadap obat tersebut,
tetapi kalau negatif belum tentu tidak alergi.
Graded Challenge
Graded challenge, tes provokasi dengan dosis yang ditingkatkan,
dilakukan dengan hati-hati pada pasien yang diragukan apakah
alergi terhadap sesuatu obat atau tidak. Tes provokasi ini biasanya
dilakukan secara oral. Anak yang jelas dan nyata menunjukkan
reaksi yang berat setelah terpajan dengan obat, tidak dilakukan tes
provokasi ini.
Graded challenge biasanya aman untuk dikerjakan, tetapi tetap
Alergi Obat
Tata laksana
-- Menghentikan obat yang dicurigai
-- Mengobati reaksi yang terjadi sesuai manifestasi klinis (antara lain
lihat Bab Urtikaria dan Angioedema) .
-- Mengidentifikasi dan menghindari potential cross-reacting drugs
-- Mencatat secara tepat reaksi yang terjadi dan pengobatannya
-- Jika memungkinkan, identifikasi pilihan pengobatan lain yang
aman
-- Jika dibutuhkan pertimbangkan desensitisasi. Desensitisasi
dilakukan dengan memberikan alergen obat secara bertahap
untuk membuat sel efektor menjadi kurang reaktif. Prosedur ini
hanya dikerjakan pada pasien yang terbukti memiliki antibodi IgE
terhadap obat tertentu dan tidak tersedia obat alternatif yang
sesuai
untuk
pasien
tersebut.
Protokol
spesifik
telah
dikembangkan untuk masing-masing obat. Prosedur ini harus
dikerjakan di rumah sakit dengan peralatan resusitasi yang
tersedia lengkap dan berdasarkan konsultasi dengan dokter
konsultan alergi.
Kepustakaan
1.
2.
3.
4.
5.
Solensky R, Mendelson LM. Drug allergy and anaphylaxis. Dalam: Leung DYM,
Sampson HA, Geha RS, Szefler SJ, penyunting. Pediatric allergy, principles and
practices. St. Louis: Mosby; 2003. h. 611-23.
Tabel 1. Informasi penting yang dibutuhkan pada anak yang dicurigai mengalami alergi
obat
Gambaran terperinci gejala reaksi obat
Lama dan urutan gejala
Terapi yang telah diberikan
Outcome
Hubungan antara waktu pemberian obat dan gejala
Apakah penderita sudah pernah mendapatkan obat yang sama sebelum terapi sekarang?
Berapa lama penderita telah mendapatkan obat sebelum munculnya reaksi?
Kapan obat dihentikan?
Apa efeknya?
Keterangan keluarga atau dokter yang
merawat
Apakah ada foto pasien saat mengalami
reaksi?
Apakah ada penyakit lain yang
menyertai?
Daftar obat yang diminum pada waktu
yang sama
Riwayat sebelumnya
Alergi lainnya
Reaksi obat lainnya
Penyakit lainnya
Tabel 2. Manifestasi klinis reaksi
obat
Reaksi
sistemik
Reaksi
spesifik
pada organ
Anafilaksis
Serum sickness
SLE like
Sclerodermalike
Microscopic polyangiitis
Kulit
Urtikaria/angio-edema
Pemphigus
Purpura
Ruam makula papular
Dermatitis kontak
Foto-dermatitis
Acute generalized
exanthematouspustulosis
(AGEP)
Fixed drug eruption (FDE)
Erythema multiforme
Nephrogenic systemic fibrosis
Paru
Asma
Batuk
Pneumonitis interstisial
Hati
Cholestatic hepatitis
Hepato-cellular hepatitis
Ginjal
Interstitial nephritis
Membranous nephritis
Darah
Anemia hemolitik
Netropenia
Trombositopenia
Jantung
Valvular disease
Musculo-skeletal/neurological
Polymyositis
Myasthenia gravis
Aseptic meningitis