Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSTRAKSI
Dalam peleburan kuningan ditambahkan bahan karbon berupa arang sebagai
pencegah oksidasi dan kehilangan seng. Pada penelitian ini kuningan yang digunakan
sebagai sampel adalah kuningan yang digunakan sebagai bahan baku impeller pompa
sanyo yaitu pada PT. Pascal Component Intaranusa. Sampel diambil dengan selang
waktu penuangan 5 menit untuk tiap sampelnya dengan suhu penuangan 1100oC,
kemudian sampel dibagi empat dan tiap bagiannya dikenakan pengujian metalografi
dan kekerasan. Dari hasil pengujian metalografi didapatlah setruktur fasa kuningan
yaitu fasa proeutektik dan fasa . Fasa proeutektik mempunyai struktur fcc
sedangkan fasa mempunyai struktur bcc.Terdapat juga titik-titik hitam yang
merupakan karbonnya dengan persentase yang berbeda untuk tiap sampelnya. Karbon
cenderung berada pada bagian samping berbentuk partikel. Kekerasan cenderung
meningkat pada bagian samping dikarenakan kandungan karbonnya lebih banyak.
Terjadi perubahan fasa proeutektik dari bentuk memanjang menjadi cenderung
berbentuk bulat. Fasa proeutektik lebih dominan pada setiap sampel. Fasa
proeutektik meningkat dan fasa menurun dengan meningkatnya waktu pengambilan.
Selain meningkatnya jumlah karbon, meningkatnya fasa proeutektik dan menurunnya
fasa juga mempengaruhi meningkatnya nilai kekerasan coran kuningan.
Kata Kunci : Mikrostruktur, Kekerasan, Coran Kuningan
1. Pendahuluan
Dalam rangka menghadapi pasar
bebas, industri komponen seperti pipa
kondensor, inti radoator, impller
pompa, baling-baling kapal, keran,
katup, roda gigi dan lain-lain, perlu
meningkatkan kualitas produknya.
Seiring dengan hal tersebut maka perlu
dilakukan penelitian-penelitian agar
kualitasnya dapat dioptimalkan dan
disesuaikan dengan kebutuhan. Salah
satu bahan yang paling banyak dipakai
dalam
pembuatan
komponenkomponen seperti diatas adalah coran
kuningan, maka dari itu hingga saat ini
masih terus dikembangkan dan
dilakukan penelitian oleh para ahli.
2. Dasar Teori
2.1 Kuningan
Kuningan adalah paduan antara
tembaga dan seng. Biasanya kandungan
seng sampai kira-kira 40%. Paduan
yang merah kekuning-kuningan adalah
paduan dengan seng 40% sedangkan
yang kuning kemerah-merahan adalah
paduan dengan seng 30%. Dalam
ketahanan terhadap korosi dan aus,
kurang
baik
dibanding
dengan
perunggu. Tetapi kuningan lebih murah
dari pada perunggu dan mampu cornya
lebih baik dari perunggu.
Coran kuningan dipakai untuk
bagian-bagian
pompa,
bantalan,
bumbung, roda gigi dan sebagainya,
dimana tidak dibutuhkan sifat-sifat
yang begitu baik. Kuningan dengan
kadar tin 1,0-1,5% disebut kuningan
kapal mempunyai ketahanan tinggi
terhadap korosi air garam [1].
Pengaruh Unsur
Pada Kuningan
Paduan
ALUMANIUM (Al)
Al adalah efektif untuk
memperhalus
butir
kristal
dan
memperbaiki
ketahanan
korosi
terhadap air laut, jadi paduan ditambah
1,5 sampai 2,5%Al dapat dipergunakan
untuk pipa kondensor dsb [8].
3.4 Pengamatan
Pengujian Metalografi
Pengamatan struktur mikro dilakukan di Laboratorium Material Teknik
dan Pengecoran Logam Universitas
Gunadarma. Tujuan pengamatan adalah
untuk mengetahui fasa-fasa dan Ada
tidaknya kandungan arang pada coran
kuningan.
Tahap proses untuk mendapatkan
foto mikrostruktur sebagai berikut :
1. Pemotongan
Untuk pengamatan struktur
mikro, dilakukan pemotongan terhadap
sampel hasil dari proses pengecoran,
karena pengujian struktur mikro tidak
membutuhkan dimensi sampel besar.
Dalam pemotongan harus dipilih lokasi
yang bersih dan tidak terkena proses
deformasi akibat pemotongan sebelum
nya. Pemotongan dilakukan dengan
menggunakan
gergaji
pemotong
dengan pendingin air.
2. Mounting
Sampel hasil pemotongan dibuat
kan mounting dari bubuk bakelit yang
dilakukan dengan proses penekanan
kondisi vakum. Tujuan mounting
adalah untuk memuahkan pengamp
lasan.
3. Pengamplasan
Pengamplasan dilakukan secara
kasar dan halus. Preparasi awal dengan
mengamplas sampel yang dimulai
dengan amplas yang paling kasar
sampai paling halus, yaitu imulai dari
amplas bernomor 400, 600, 800, 100,
1200, 1500, 2000. Untuk setiap
perubahan nomor amplas dilakukan
perubahan arah pengamplasan hingga
arah
sebelumnya
hilang.
Pada
pengamplasan dialirkan air untuk
menghindari panas akibat gesekan
permukaan sampel dengan amplas dan
untuk menghilangkan gram agar tidak
tergores sampel.
4. Pemolesan
Ada dua tahap pemolesan yaitu
poles kasar dan halus. Poles kasar
dilakukan dengan menggunakan kain
poles berukuran 0,9 dengan penambahan cairan alumina. Sedangkan poles
halus dilakukan dengan cairan alumina
0,3 yang dipoleskan ke permukaan
kain poles berukuran 0,3 kemudian
dikerjakan seperti paa pemolesan kasar.
5. Proses etsa
Sampel
dietsa
dengan
menggunakan zat etsa Nital yang
diperoleh dengan mereaksikan HN03 +
Alkohol dengan perbandingan 5%
HN03 + 95% Alkohol. Proses etsa
dilakukan dengan tahap-tahap sebagai
berikut :
Pencelupan sampel pada
wadah yang berisi zat etsa
yang
dilakukan
secara
kontinyu selama 20 menit.
Pncelupan sampel kedalam
cairan Alkohol 95%.
Pembilasan sampel dengan
air mengalir.
Pengeringan sampel dengan
steem kompresor.
Prosedur
yang
sama
dilakukan untuk semua
sampel uji metalografi.
6. Pengambilan Foto Struktur mikro
elanjutnya dilakukan pemotretan
dengan mikroscop optic dengan
pembesaran 150X
menggunakan
kamera
digital.
Gambar
3.3
menunjukan
gambar
mikroskop
metalurgi yang digunakan.
berbentuk
memanjang.
Titik-titik
hitam
merupakan karbon yaitu sebesar 5,9%
untuk gambar 4.1, 2,3% untuk gambar
4.2, 6,8% untuk gambar 4.3 dan 5,0%
untuk gambar 4.4.
4.1.2 Struktur Mikro Kuningan
Sampel Kedua
Sampel kedua diambil (dicetak)
selang waktu 5 menit dari sampel
pertama.
Pada
pengamatan
struktur
mikro sampel keempat didapat fasa
proeutektik yang lebih terlihat
membulat dari pada yang terlihat pada
sampel ketiga. Dengan kandungan
karbon sebesar 5,47% untuk gambar
4.13, 1,25% untuk gambar 4.14, 6,35%
untuk gambar 4.15 dan 6,56% untuk
gambar 4.16.
.
4.2
Kekerasan
4.2.1 Kekerasan Kuningan Sampel
Pertama
Tabel 4.2 Hasil uji kekerasan
sampel pertama
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Struktur mikro coran kuningan
terdiri dari fasa proeutektik ,
fasa dan karbon. Fasa
proeutektik mempunyai struktur
fcc dan fasa mempunyai
struktur bcc. Fasa proeutektik
ditunjukan dengan warna putih
dan fasa ditunjukan dengan
warna
gelap,
sedangkan
karbonnya ditunjukan dengan
titik-titik warna hitam kelam.
Fasa proeutektik lebih dominan
pada setiap sampelnya diikuti
fasa dan karbon dalam bentuk
partikel.
2. Dengan selang waktu penuangan 5
menit sebanyak 5 kali penuangan
(pengambilan sampel) didapatlah
kuningan dengan struktur mikro
yang
berbeda
untuk
tiap
sampelnya. Dari struktur fasa
proeutektik yang besar dan
memanjang hingga halus dan
juga
mempengaruhi
meningkatnya
nilai kekerasan pada coran
kuningan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Surdia Tata dan Kenji Chijiiwa,
Teknik Pengecoran Logam,
Pradnya Paramita, Jakarta, 2006.
2. Surdia Tata dan Shinroku Saito,
Pengetahuan Bahan Teknik,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1999.
3. ., ASM Handbook, Materials
Slection And Design, Volume 20,
ASM International, 1997.
4. Harris and Marsall, The Control
Of Corrosion In Industrial
Cooling water System, 1980.
5. Metal Handbook, Corrosion
Handbook, Vol9thed, ASM
International.
6. Sudjana Hadi, Teknik Pengecoran
Logam, Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan,
Jakarta 2008.
7. , Composisi Casting, PT.
Pascal Component Intaranusa,
Bekasi 2009.
8. http://diglib.petra.ac.id/viewer.php
=7submit.x=167submit.y=23&sub
Mit=next&qual=higt&submitval=
Next&fname=%Fjiunkpe%2Fsl%
2Fmesn%2F2005%2Fjiunkpe-sn
sl2005-24400030-6919-pompa
sirkulasi-chapter4.pdf, 2009
9. http://hening27.wordpress.com/te
ori-fractal,2009.