Você está na página 1de 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab 1 Pasal 1 Butir 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut. Dan tujuan diadakannya PAUD adalah untuk mengembangkan
berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Lebih lanjut, dijelaskan dalam Pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia
Dini dinyatakan bahwa:
1. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang Pendidikan Dasar
2. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal
dan/atau informal
3. PAUD jalur pendidikan formal: TK, RA atau bentuk lain yang sederajat
4. PAUD jalur pendidikan non formal: KB, TPA atau bentuk lain yang
sederajat
5. PAUD jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan
TK Baitussalam merupakan salah satu Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) jalur pendidikan formal yang berada di Desa Megaluh Kecamatan
Megaluh Kabupaten Jombang. TK Baitussalam mempunyai beberapa tujuan,
salah satunya adalah mengembangkan potensi atau kemampuan kognitif dan
bahasa anak. Bahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. TK Baitussalam berkeinginan budaya membaca pada
anak dipupuk sejak dini.
Ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai pembelajaran membaca.
Ada sebagian pendapat yang menyatakan bahwa membaca baru diajarkan pada
saat anak sudah di tingkat Sekolah Dasar (SD). Hal itu berlawanan dengan
pendapat Moleong (dalam Dhieni,2015:11.4) salah satu aspek yang harus
1

dikembangkan pada anak-anak Taman Kanak-kanak (TK) adalah kemampuan


membaca dan menulis. Hal ini mengingat potensi dasar yang harus dimiliki
setiap anak sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989
tentang Pendidikan Nasional yakni Sistem Pendidikan Nasional harus dapat
memberikan pendidikan dasar bagi setiap warga negara Republik Indonesia
agar masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan membaca,
menulis dan berhitung serta mempergunakan bahasa Indonesia yang diperlukan
oleh setiap warga negara untuk berbangsa dan bernegara. Jadi pengembangan
kemampuan membaca dan menulis untuk Anak Usia Dini di tingkat TK dapat
dilaksanakan sesuai dengan karakteristik anak.
Berdasarkan pendapat-pendapat itulah TK Baitussalam mengembangkan
kemampuan membaca pada anak namun disesuaikan dengan karakteristik anak
Taman Kanak-kanak dengan metode yang menyenangkan. Selain itu perlu juga
memperhatikan motivasi dan minat anak sehingga dapat memberikan pengaruh
yang besar dalam pengembangan kemampuan membaca. Salah satu cara yang
dilakukan pendidik di TK Baitussalam adalah mengembangkan kemampuan
membaca anak dengan menggunakan media bungkus bekas makanan ringan.
Karena makanan ringan atau snack dianggap dekat dan digemari anak.
B. Fokus Penelitian
Setelah dilakukan penelitian di kelas tingkat A TK Baitussalam
Balongsari Megaluh Jombang pada hari Jumat tanggal 23 September 2016,
maka penelitian ini terfokus pada kegiatan pengembangan kemampuan anak
dalam membaca dengan media bungkus bekas makanan ringan.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengumpulkan data mengenai:
a. Pelaksanaan pengembangan kemampuan membaca pada anak TK A
b. Media yang digunakan untuk pengembangan kemampuan membaca
2. Membuat analisis kritis
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
2

1. Mengembangkan kemampuan peneliti dalam menganalisis kegiatan


pengembangan bahasa yang dilakukan di TK
2. Mengembangkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian kelas
3. Memberi ide untuk memakai media pembelajaran dengan memanfaatkan
benda-benda yang ada di dekat anak atau di lingkungan sekitar

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengembangan Bahasa
1. Pengertian Bahasa

Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk


menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh
bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam
arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem
lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan
manusiawi (Chaer,2010:11).
Secara umum, dalam kehidupan sehari-hari bila ditinjau dari segi
media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, kita
menggunakan dua ragam bahasa, yaitu ragam bahasa lisan dan ragam
bahasa tulisan. Bahasa lisan berkaitan dengan kemampuan untuk
menyimak/mendengarkan dan berbicara, sedangkan bahasa tulisan
mencakup membaca dan menulis. Jadi yang termasuk ragam bahasa lisan
adalah menyimak dan berbicara, sedangkan yang tremasuk ragam bahasa
tulis adalah membaca dan menulis (Dhieni,2015:10.2).
2. Indikator Perkembangan Bahasa
Indikator perkembangan bahasa Anak Usia Dini adalah sebagai
berikut:
a. Anak usia 3 tahun
1) Menikmati bernyanyi dan mengingat nada sederhana
b. Anak usia 4 tahun
1) Mengenal kata yang sudah diketahuinya atau simbol dalam buku
sederhana
2) Menikmati menyanyi dengan lagu sederhana

c. Anak usia 5 tahun


4

1) Mengidentifikasi surat dengan alfabet dan beberapa angka jika


diajarkan
(Dhieni,2015:12.10).
3. Fungsi Bahasa
Menurut Halliday (dalam Dhieni,2015:1.20) fungsi bahasa ada 7
macam:
a. Fungsi instrumental
Bahasa memudahkan orang lain untuk mengerti kita
b. Fungsi regulatif
Bahasa berfungsi sebagai pengawas, pengendali, atau pengatur
peristiwa atau berfungsi untuk mengendalikan serta mengatur orang
lain
c. Fungsi heuristik
Bahasa adalah sistem yang membantu anak mengumpulkan
pengetahuan

melalui

pengalaman

dan

pembelajaran.

Hal

ini

memungkinkan anak untuk menyimpan dan memilah informasi yang


akan digunakan untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah.
Ketika anak menulis atau berbicara tentang suatu topik, kita
mengklarifikasi ide-ide dan menghasilkan pengetahuan baru
d. Fungsi interaksional
Bahasa berfungsi menjamin dan memantapkan ketahanan dan
keberlangsungan komunikasi serta menjalin interaksi sosial. Bahasa
memungkinkan anak untuk membangun dan memelihara hubungan
dengan orang-orang di sekitarnya. Bahasa memainkan peran sebagai
pusat dalam fungsi sosial yang sukses bagi anak.
e. Fungsi personal
Bahasa

memberi

kesempatan

kepada

pembicara

untuk

mengekspresikan perasaan, emosi pribadi, serta reaksi-reaksi yang


mendalam.
f. Fungsi imajinatif
5

Bahasa berfungsi sebagai pencipta sistem, gagasan atau kisah


yang iamjinatif. Pada anak usia dini, bahasa sebagai fungsi imajinatif
adalah pada saat anak bermain peran atau bermain pura-pura.
g. Fungsi representasi
Bahasa
menyampaikan

berfungsi

untuk

fakta-fakta

dan

membuat

pernyataan-pernyataan,

pengetahuan,

menjelaskan

atau

melaporkan realitas sebenarnya sebagaimana yang dilihat atau dialami


orang.
B. Kemampuan Membaca
1. Pengertian Membaca
Kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan terpadu yang
mencakup beberapa kegiatan, seperti mengenali huruf dan kata-kata,
menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan
mengenai maksud bacaan. Anderson (dalam Dhieni,2015:7.2) memandang
membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan.
Proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian kembali dan
penafsiran suatu kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan,
frase, kalimat dan wacana serta menghubungkannya dengan bunyi dan
maknanya, bahkan lebih jauh dari itu dalam kegiatan membaca, pembaca
menghubungkannya dengan maksud penulis berdasarkan pengalamannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca
terkait dengan:
a. Pengenalan huruf atau aksara
b. Bunyi dari huruf atau rangkaian huruf-huruf
c. Makna atau maksud
d. Pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana
(Dhieni,2015:7.3).
Adapun menurut Hari (dalam Dhieni,2015:7.3) membaca merupakan
interpretasi yang bermakna dari simbol verbal yang tertulis/tercetak.
6

Membaca adalah tindakan menyesuaikan arti kata dengan simbol-simbol


verbal yang tertulis/tercetak. Sejalan dengan itu Kridalaksana (dalam
Dhieni,2015:7.3)

juga

mengemukakan

bahwa

membaca

adalah

keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan


lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna.
2.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca


Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca antara lain:
a. Motivasi
Motivasi adalah sebuah ketertarikan untuk membaca, hal ini
penting karena jika ada motivasi akan menghasilkan siswa yang
memiliki kemampuan belajar yang lebih baik. Cara agar siswa
termotivasi dan tertarik adalah dengan menyediakan bahan bacaan yang
berkualitas tinggi yang memiliki hubungan dengan kehidupan mereka.
Cara lainnya adalah dengan membantu mereka memperjelas apa yang
mereka sudah tahu ataupun yang belum diketahuinya sehingga mereka
akan mudah menerima dan menghubungkan dengan informasi baru,
cara lainnya juga adalah dengan mengerti tujuan dari membaca dan apa
yang diharapkan didapat dari proses membaca tersebut. Selain itu guru
bertindak sebagai katalisator motivasi dan ketertarikan serta model bagi
siswa.
b. Lingkungan keluarga
Menurut Leichter (dalam Dhieni,2015:7.12) perkembangan
kemampuan membaca dan menulis dipengaruhi oleh keluarga dalam:
1) Interaksi interpersonal
2) Lingkungan fisik
3) Suasana

c. Bahan bacaan

Minat

baca

serta

kemampuan

membaca

seseorang

juga

dipengaruhi oleh bahan bacaan. Bahan bacaan yang terlalu sulit untuk
seseorang dapat mematikan selera untuk membaca (Dhieni,2015:7.13).
Bahan bacaan seharusnya memberikan anak-anak kesenangan.
Disertai dengan gambar-gambar yang menarik. Gambar lebih dominan
daripada tulisan.
C. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
Menurut Gagne (dalam Sujiono,2014:8.3) media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan anak yang dapat mendorong anak untuk
belajar. Sedangkan Briggs (dalam Sujiono,2014:8.4) berpendapat bahwa
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
mendorong anak untuk belajar.
Media berasal dari bahasa Latin yang artinya antara. Pengertian
tersebut menggambarkan suatu perantara dalam penyampaian informasi
dari suatu sumber kepada penerima. Dalam konteks sekolah, sumber
informasi adalah guru dan penerimanya adalah anak. Guru dapat
menggunakan media sebagai perantara dalam menyampaikan pesan
kepada anak (Sujiono,2014:8.4).
Media dapat melayani berbagai peranan dalam pembelajaran. Suatu
pembelajaran mungkin tergantung pada kehadiran seorang guru. Dalam
situasi ini, media dapat menolong guru memberikan sebagian informasi
kepada anak (Sujiono,2014:8.4).
2. Fungsi Media
Media mampu memenuhi kebutuhan, minat atau keinginan untuk
belajar dan bermain anak sehingga media mempu membantu anak
mengerjakan tugas yang harus diselesaikan secara menyenangkan. Oleh
karena media pembelajaran ini mampu memancing minat atau motivasi
anak, maka pengalaman belajar yang akan mereka alami harus relevan dan
berarti bagi mereka (Sujiono,2014:8.9).

Media juga berfungsi untuk meningkatkan motivasi. Media mampu


memperpanjang ingatan anak terhadap pengetahuan dan keterampilan baru
(Sujiono, 2014:8.11).
D. Bungkus Makanan Ringan
1. Pengertian Bungkus
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, arti kata bungkus adalah
penutup suatu barang
2. Pengertian Makanan Ringan
Makanan ringan adalah makanan yang bukan merupakan menu utama
yang dimaksudkan untuk menghilangkan rasa lapar seseorang sementara
waktu dan dapat memberi sedikit suplai energi ke tubuh atau merupakan
sesuatu yang dimakan untuk dinikmati rasanya. Produk yang termasuk
dalam kategori makanan ringan menurut Surat Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.52.4040
tanggal 9 Oktober 2006 tentang Kategori Pangan adalah semua makanan
ringan yang berbahan dasar kentang, umbi, serealia, tepung atau pati (dari
umbi dan kacang) dalam bentuk krupuk, kripik, jipang dan produk ekstrusi
seperti chiki-chiki-an. Selain itu produk olahan kacang, termasuk kacang
terlapisi dan campuran kacang (contoh dengan buah kering) serta makanan
ringan berbasis ikan (dalam bentuk kerupuk atau keripik) juga masuk
kedalam kategori makanan ringan.
3. Pengertian Bungkus Makanan Ringan dalam Pembelajaran
Berdasarkan pengertian dari kata bungkus dan kata makanan ringan,
maka peneliti menyimpulkan pengertian bungkus makanan ringan adalah
penutup atau kemasan suatu makanan yang bukan termasuk menu utama,
yang dimakan untuk dinikmati rasanya dalam bentuk kerupuk atau keripik
dan sejenisnya.
Namun bungkus makanan ringan yang digunakan dalam kegiatan
pengembangan kemampuan membaca pada anak di TK Baitussalam
adalah bungkus makanan apapun yang dimiliki anak setelah mereka
9

memakan isinya atau makanannya. Makanan ringan ini tidak ditentukan


oleh pendidik melainkan kesukaan anak atau yang dibawa anak. Bungkus
makanan inipun tidak diharuskan dari bungkus makanan ringan, melainkan
bisa juga dengan menggunakan kotak makanan anak yang terdapat tulisan
atau huruf di kotak makanannya.
E. Pengertian Anak Usia Dini

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, Bab 1 Pasal 1 Butir 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut. Dan tujuan diadakannya PAUD adalah untuk mengembangkan
berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Lebih lanjut, dijelaskan dalam Pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia
Dini dinyatakan bahwa:
1. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang Pendidikan Dasar
2. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal
dan/atau informal
3. PAUD jalur pendidikan formal: TK, RA atau bentuk lain yang sederajat
4. PAUD jalur pendidikan non formal: KB, TPA atau bentuk lain yang
sederajat
5. PAUD jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan

10

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas A, pendidik dan kepala Taman
Kanak-kanak Baitussalam Balongsari Megaluh Jombang dengan kegiatan
pembelajaran pada semester ganjil tema kebutuhanku.
B. Metode Penelitian
Penelitian
ini

menggunakan

metode

interpretatif

yaitu

menginterpretasikan data mengenai kegiatan yang diteliti di lapangan, yaitu di


TK Baitussalam Balongsari Megaluh Jombang.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Instrumen Observasi
Instrumen observasi adalah alat atau perlengkapan yang digunakan
untuk melihat atau mengamati kegiatan yang unik atau menarik untuk
dijadikan fokus penelitian. Kegiatan yang menarik ini terkait di dalam
model pengembangan kegiatan, penataan ruangan, kegiatan yang dilakukan
anak, media yang digunakan dan pengelompokan/pengaturan anak serta
cara pendidik memimpin kegiatan.
2. Panduan Wawancara
Panduan wawancara adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk
menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah kumpulan bukti-bukti dan penjelasan yang lebih
luas mengenai fokus penelitian. Dokumen-dokumen yang dikumpulkan
antara lain:
a. Profil TK
b. Visi, Misi dan Tujuan TK
c. Jadwal Kegiatan
d. RPPM dan RPPH
e. Daftar Nama Guru
f. Daftar Nama Siswa
g. Foto Kegiatan

11

BAB IV
ANALISIS DATA
A. Tabulasi Data
Untuk memudahkan analisis data, maka data hasil penelitian dibuat
tabulasi sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tabulasi Data
Observasi
Di kelas dipenuhi
dengan tempelan
tulisan yang
menunjukkan
nama benda-benda
di seluruh
ruangan. Ada
tulisan almari,
meja, kursi, papan
dan jendela
bahkan pintu dan
sebagainya.

Guru
menggunakan
bungkus
makanan/jajan
masing-masing
anak yang telah
dimakan anak
sebagai alat
peraga edukatif

Wawancara
dengan Guru
Ketika anak tahu
nama benda di
ruang kelas
misalnya papan,
dan anak melihat
tulisan yang
ditempel di papan,
serta guru
menunjuk benda
tersebut sambil
mengatakan,
papan maka
anak pasti
menyimpulkan
itulah huruf huruf
pembentuk kata
papan. P, A,
P,A,N. Kegiatan
seperti ini diulang
ulang terus.
kami mengajak
anak membaca
dengan cara yang
menyenangkan,
salah satunya
melalui nama
makanan ringan
yang ada pada
bungkusnya,
tentunya makanan
tersebut disukai
anak

Wawancara
dengan Pimpinan Dokumentasi
TK
itu ide kami
Foto penataan
bersama
ruang

Dalam
Rencana
Kegiatan
Harian
(RKH)
tercantum
salah satu alat
yang
digunakan
dalam
pembelajaran
adalah
bungkus jajan
yang dibawa
12

Wawancara
dengan Pimpinan Dokumentasi
TK
anak
Pendidik meminta Anak menyukai
Iya, kegiatan
Dalam
anak untuk
seperti
itu
Rencana
jajan, mungkin
menunjukkan
memang kami
Kegiatan
anak mendengar
bungkus
rencanakan
Harian
dari siapapun di
makanan/jajan
bersama dan kami (RKH)
sekitarnya apa
yang telah anak
lakukan rutin,
tercantum
nama
jajan
makan dan
karena kami ingin bahwa
tersebut. Dia tahu mengajak anak
meminta anak
metode yang
menyebutkan
membaca
dengan
digunakan
nama jajan
nama jajan yang ia tersebut. Dan
cara yang
adalah
makan. Setelah
menyenangkan
metode tanya
pastinya anak
mendapatkan
bagi anak. Tapi
jawab dan
melihat
jawaban yang
perlu dicatat
bercakapbungkusnya
ketika
benar dari anak,
kemampuan
cakap
pendidik meminta memakannya. Itu
membaca disini
justru sangat
anak untuk
bukanlah hal yang
menyebutkan
diharuskan
menguntungkan
huruf-huruf
untuk pengenalan
pembentuk nama
awal membaca.
makanan/jajan
Nah, tugas guru
tersebut. Selain
itu, pendidik juga lah merangsang
kemampuan anak
bertanya kepada
dengan cara
anak bagaimana
rasa makanan
meminta anak
tersebut, mengapa menyebutkan
anak
huruf apa aja yang
menyukainya, dan
ada pada bungkus
seterusnya.
jajan tersebut.
Dengan kegiatan
seperti inilah kami
berharap anakanak akan tahu
huruf apa saja
pembentuk nama
jajan
kesukaannya. Dan
ke depannya anakanak bisa
membaca.
Observasi

Wawancara
dengan Guru

13

Observasi

Wawancara
dengan Guru

Wawancara
dengan Pimpinan Dokumentasi
TK

Misalnya, anak
suka sekali dengan
jajan wafer dan
anak tau jajan
tersebut namanya
wafer. Ketika
anak melihat
bungkusnya, dia
akan berpikir
tulisan inilah yang
berbunyi wafer
dan akan
menyimpulkan
bahwa untuk
membentuk kata
wafer dia
membutuhkan
huruf W, A, F, E
dan R. Dan
kegiatan seperti
ini tidak cukup
hanya dilakukan
satu kali saja,
besok atau lusa
kami akan
mengulanginya.
B. Analisis Kritis
Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan pendidik meminta anak untuk menyebutkan nama makanan ringan
atau jajan yang dimakan anak dan meminta anak untuk menyebutkan satu per
satu huruf yang ada di pembungkus jajan adalah bertujuan
mengembangkan

kemampuan

membaca

pada

anak.

untuk

Pengembangan

kemampuan membaca merupakan salah satu tujuan yang dicantumkan pada


visi misi di TK Baitussalam. Karena terdapat perbedaan pendapat mengenai
14

kapan pengembangan kegiatan membaca harus diberikan ke anak, apakah di


tingkat SD ataukah TK, maka TK Baitussalam ingin mengembangkan
kemampuan membaca pada anak namun disesuaikan dengan karakteristik anak
Taman Kanak-kanak dengan metode yang menyenangkan. Selain itu perlu juga
memperhatikan motivasi dan minat anak sehingga dapat memberikan pengaruh
yang besar dalam pengembangan kemampuan membaca.
Kegiatan pengembangan membaca di usia dini yang dilakukan di TK
Baitussalam sesuai dengan pendapat Montessori dan Hainstock (dalam
Dhieni,2015:7.2) mengemukakan bahwa pada usia 4 - 5 tahun anak sudah
dapat diajarkan membaca dan menulis, bahkan membaca dan menulis
merupakan permainan yang menyenangkan bagi anak usia dini. Selain itu
Moleong (dalam Dhieni,2015:11.4) mengemukakan bahwa salah satu aspek
yang harus dikembangkan pada anak-anak Taman Kanak-kanak (TK) adalah
kemampuan membaca dan menulis. Hal ini mengingat potensi dasar yang
harus dimiliki setiap anak sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor
2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional yakni Sistem Pendidikan Nasional
harus dapat memberikan pendidikan dasar bagi setiap warga negara Republik
Indonesia agar masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan
membaca, menulis dan berhitung serta mempergunakan bahasa Indonesia yang
diperlukan oleh setiap warga negara untuk berbangsa dan bernegara. Jadi
pengembangan kemampuan membaca dan menulis untuk Anak Usia Dini dapat
dilaksanakan selama masih dalam batas-batas aturan praskolastik dan sesuai
dengan karakteristik anak.
Berdasarkan pengamatan peneliti tentang penataan ruang, ditemukan
bahwa hampir seluruh benda di ruangan kelas A TK Baitussalam diberi label
nama benda tersebut. Jawaban yang didapat dari wawancara adalah tujuan
memberikan label pada benda-benda tersebut adalah agar anak yang tahu nama
benda tersebut dan terbiasa melihat label yang ada diharapkan anak akan tahu
huruf apa saja pembentuk nama benda tersebut. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Dhieni bahwa salah satu kunci dasar whole language adalah
immersion (mencelupkan anak dalam lingkungan yang kaya akan bacaan).
Semakin dini kita mengenalkan anak pada lingkungan yang kaya akan bacaan
15

akan semakin mudah anak mencapai setiap tahapan baik dalam membaca,
menulis, berbicara maupun menyimak. Lingkungan yang kaya akan bahasa
adalah sebuah lingkungan yang dikondisikan sedemikian rupa agar penuh
dengan keaksaraan. Kita dapat menghias setiap sudut ruang, dinding, pintu,
jendela dan apapun di dalam kelas dengan berbagai hal yang mendukung
keaksaraan. Katalog belanja, bungkus bekas makanan, kardus bekas minuman,
poster-poster dapat ditempel atau secara kreatif diatur menjadi sebuah benda
yang mengundang minat anak untuk sadar dengan tulisan. (Dhieni,2015:3.6).
Di kelas whole language benda-benda sebaiknya diberi label dengan jelas
(Dhieni,2015:3.18).
Salah satu cara yang dilakukan pendidik di TK Baitussalam adalah
mengembangkan kemampuan membaca anak dengan menggunakan media
bungkus bekas makanan ringan. Karena makanan ringan atau snack dianggap
dekat dan digemari anak. Hal ini didukung oleh (Dhieni,2015:7.13) yang
menyatakan bahwa minat baca serta kemampuan membaca seseorang juga
dipengaruhi oleh bahan bacaan. Bahan bacaan yang terlalu sulit untuk
seseorang dapat mematikan selera untuk membaca. Bahan bacaan seharusnya
memberikan anak-anak kesenangan. Disertai dengan gambar-gambar yang
menarik. Gambar lebih dominan daripada tulisan. Disini bungkus makanan
ringan anak dianggap memenuhi kriteria gambar menarik dan dominan serta
memberikan kesenangan pada anak.

16

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari tabulasi data dan analisis yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti
dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. TK Baitussalam mempunyai program pengembangan kegiatan membaca di
usia dini. Alasan dari pengembangan kemampuan membaca ini adalah
karena melihat pentingnya membaca bagi anak. Salah satunya adalah
dengan membaca maka anak punya modal untuk mempelajari ilmu-ilmu
lain.
2. Kegiatan pengembangan kemampuan membaca di TK Baitussalam
dilakukan dengan cara yang menyenangkan, salah satunya adalah dengan
menggunakan media bekas bungkus makanan ringan yang dibawa anak,
karena makanan ringan dianggap dekat dengan anak dan disukai atau
menarik bagi anak untuk dijadikan media membaca.
3. Penataan ruang di kelas A TK Baitussalam dirancang sedemikian rupa
dengan memberi label pada hampir keseluruhan benda yang ada di ruangan
untuk mendukung kegiatan pengembangan kemampuan membaca anak.
B. Saran
1. Dalam mengembangkan kemampuan membaca pada kegiatan selanjutnya
sebaiknya TK Baitussalam menggunakan media selain bungkus dari
makanan yang disukai anak karena ketika anak membawa makanan ringan
yang disukainya, bukan hal yang tidak mungkin anak akan selalu
membawa makanan yang sama setiap harinya, jadi huruf yang dipelajari
anak masih tetap sama dengan sebelumnya. Media selain bungkus makanan
ringan yang bisa digunakan adalah buku yang disukai anak, dan anak
diminta menyebutkan huruf yang ada di sampul bukunya.
2. Pengembangan kemampuan membaca di lembaga Pendidikan Anak Usia
Dini khususnya Taman Kanak-kanak harus benar-benar disesuaikan dengan
tingkat perkembangan anak dan dilakukan secara terpadu dengan kegiatankegiatan pengembangan lainnya.

17

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A. dan Agustina, L. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dhieni, N. 2015. Metode Pengembangan Bahasa. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Sujiono, Y.N. 2014. Metode Pengembangan Kognitif. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

18

LAMPIRAN- LAMPIRAN

19

Você também pode gostar