Você está na página 1de 136

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN

IBU TENTANG GIZI BURUK PADA ANAK (BAWAH LIMA TAHUN)


BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN CIPUTAT
TIMUR

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh

Azizatu Zahroh
NIM:108104000026

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M/1433 H

LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Tiada gading yang tak retak begitu pepatah mengatakan
Tiada kesempurnaan kecuali kesempurnaan milik-Nya.
Berkat rahmat Allah Karya kecil telah kuselesaikan
dan akan kupersembahkan untuk cahaya hidupku
yang senantiasa ada disaat suka maupun duka(bapak dan ibu tercinta)
yang selalu mendoakan putri sulungnya
untuk semua dosen yang telah berjasa,
untuk sahabat-sahabat terindahku dan
terima kasihku tiada terhingga untuk semuanya
Dari semua telah Kau tetapkan hidupku dalam tangan Mu,
Rencana indah yang telah Engkau siapkan bagi masa depanku yang penuh harapan
harapan kesuksesan terpangku dipundak sebagai janji kepada mereka, bapak dan ibu
Rencana Allah itu lebih baik dari rencanamu
Jadi tetaplah berjuang dan berdoa hingga engkau akan menemukan ternyata memang
allah memberikan yang terbaik untukmu
pendidikan.mempunyai akar yang pahit tapi buahnya manis(Aristoteless)

RIWAYAT HIDUP

Nama

: Azizatu Zahroh

Tempat, Tanggal Lahir

: Rawabening, 30 Mei 1990

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Status

: Belum Menikah

Alamat

: Ds Serdang Kuring Kec. Bahuga, Kab. Waykanan


Lampung 34763

Tlp/Hp

: 085711568847

Email

: azizatu_rizha28@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan:
1. SD N 1 Serdang Kuring

(1996-2002)

2. SMP N 1 Buay Bahuga

(2002-2005)

3. SMA N 1 Belitang

(2005-200)8

4. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(2008-2012)

Pengalaman Organisasi
1. Anggota Pramuka SD N 1 Serdang Kuring
2. Anggota OSIS SMP N1 Buay Bahuga
3. Anggota Pramuka SMP N1 Buay Bahuga
4. Anggota Pramuka SMA N 1 Belitang
5. Anggota ROHIS SMA N 1 Belitang
6. Anggota BEMJ Ilmu Keperawatan
7. Anggota Relawan LK ESQ 165

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillahi rabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Buruk Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur Tahun 2012.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan sehingga penulis tetap
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skipsi, penulis
sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. DR (hc). Dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. H.M. Djauhari W, AIF., PFK, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Pembantu Dekan Bidang
Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

vii

4. Dra. Farida Hamid, Mpd, selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Waras

Budiutomo,S.kep,M.kep,

selaku

Ketua

Program

Studi

Ilmu

Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


6. Eni, S.Kep, MKep, Sp.Mat, selaku sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan
pembimbing akademik penulis selama kuliah.
7. Maulina Handayani S.Kp., M.Sc.. selaku pembimbing I dan Puspita Palupi,
S.kep,M.kep,Ns,Sp.Mat selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu
dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan masukan, nasihat, petunjuk
dan arahan serta motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta
staff akademik (Bapak Azib Rosyidi S. Psi dan Ibu Syamsiah) atas bantuannya
yang telah memudahkan penulis dalam proses belajar di PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9. Segenap jajaran staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN yang telah banyak membantu dalam menyediakan
referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
10. Kepala puskesmas kecamatan Ciputat Timur yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian.
11. Segenap responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi
kuisioner.

viii

12. Orang tua tercinta (Bapak Zainal abidin dan Ibu Iin Yulistio Wati) yang telah
memberikan kasih sayang tulus dan selalu mendoakan serta memberikan
motivasi tiada hentinya kepada penulis.
13. Kakak adik penulis (mas lana dan adik tifa) yang selalu memberikan
dukungan baik moril maupun materiil serta doa yang tiada henti.
14. Teman-teman angkatan 2008 yang telah bersama-sama dengan penulis
melewati hari-hari baik suka maupun duka dalam menyelesaikan kuliah di
PSIK UIN Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk
itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, September 2012

AZIZATU ZAHROH

ix

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, September 2012
Azizatu Zahroh, NIM: 108104000026
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Buruk Pada Balita di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur
xix + 95 halaman +16 tabel+ 3 gambar+ 5 lampiran

ABSTRAK
Gizi buruk merupakan masalah yang masih sering terjadi di Indonesia.
Penanganannya tidak hanya dengan pendekatan medis tetapi juga dengan
pendekatan non medis contohnya promosi kesehatan. Pengetahuan ibu merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada balita. Oleh karena itu,
peranan ibu sangat penting dalam proses pencegahan gizi buruk pada balita.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhuungan
dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita di wilayah kerja
puskesmas Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analitik dengan rancangan cros sectional. Sampel penelitian
yaitu ibu yang memiliki balita sebanyak 79 responden. Pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik acccidental sampling. Data di peroleh melalui
wawancara dengan mengguanakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji
Spearman Ranx. Hasil penelitian didapatkan bahwa ibu yang memiliki
pengetahuan kurang tentang gizi buruk sebesar 10,1%, cukup sebesar 36,7% dan
baik sebesar 53,2%. Analisa bivariat diperoleh faktor-faktor yang berhubungan
dengan pengetahuan ibu yaitu pendidikan (p=0,000), usia (p=0,024), pekerjaan
(p=0,000), pendapatan keluarga (p=0,004), dan faktor yang tidak berhubungan
dengan pengetahuan adalah pengalaman (p=0,343). Saran bagi puskesmas
diharapkan dapat meningkatkan pfrekuensi penyuluhan tentang gizi buruk bagi
ibu-ibu yang mempunyai balita.
Kata kunci: faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan,
pengetahuan ibu, gizi buruk.
Daftar bacaan : 52 (1996-2011)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE


NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, January 2013
Azizatu Zahroh, NIM: 108104000026
Factors Related To Mothers Knowledge About Malnutrition Among
Children Under Five Age at Community Health Centers In East Ciputat.
xix + 95 pages + 16 tables + 3 pictures + 5 attachments

ABSTRACT

Malnutrition is a problem that is common in Indonesia. Handling is not only a


medical approach but also approach else for example health promotion. Mothers
knowledge is one of the factors affecting malnutrition in children under five.
Therefore, the role of mother is very important in the prevention of malnutrition in
children under five age. The purpose of this research is to know the factors related
to the knowledge of mothers about malnutrition among children under five age at
community health center in East Ciputat, South Tangerang City. This research use
method descriptive analytic with cross sectional design. The research sample are
mothers who have children under five age as many as 79 respondents. Sampling is
using acccidental sampling technique. Data was obtained through interviews by
using the questionnaire. Analysis of the data using the Spearman Ranx test. The
showed that mothers who had average knowledge 10.1%, enough 36.7% and good
53.2%. Bivariate analysis obtained factors related to the mother's knowledge were
education (p = 0.000), age (p = 0.024), occupation (p = 0.000), household income
(p = 0.004), and factors that are not related to the mother's knowledge were
experience (p = 0.343). Suggestions for the community health centers expects to
increase the frequency of of malnutrition counseling for mothers who have
children under five age.

Key words: factors related to the knowledge, knowledge of mothers,


malnutrition.
Reference : 52 (1996-2011)

xi

DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................... v
RIWAYAT HIDUP. ....................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
ABTRACT ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xx
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxi
BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
E. Ruang Lingkup .......................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 12


A. Pengetahuan ................................................................................ 12
1. Pengertian............................................................................... 12
2. Proses Adopsi Prilaku ............................................................ 12

xii

3. Tingkatan Pengetahuan .......................................................... 13


4. Kategori Pengetahuan ............................................................ 15
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ................. 15
B. Konsep Balita .............................................................................. 21
1. Pertumbuhan Dan Perkembangan Balita ............................... 21
2. Ciri-Ciri Pertumbuhan Dan Perkembangan Balita ................. 22
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbang Balita............ 23
4. Tahapan Tumbuh Kembang ................................................... 25
5. Balita ...................................................................................... 25
C. Gizi ............................................................................................. 25
1. Pengertian Gizi ....................................................................... 25
2. Status Gizi .............................................................................. 26
3. Gizi Buruk .............................................................................. 26
a. Klasifikasi Gizi Buruk .................................................... 27
b. Tanda Gejala Umum Balita Menderita Gizi Buruk ........ 27
c. Faktor Penyebab Gizi Buruk Pada Balita ....................... 28
d. Dampak Gizi Buruk Pada Balita ..................................... 30
e. Cara Mendeteksi Gizi Buruk Pada Balita ....................... 34
f. Pencegahan Gizi Buruk Pada Balita ............................... 38
4. Kebutuhan Nutrisi Untuk Balita ............................................ 40
5. Pentingnya Pengetahuan Tentang Gizi .................................. 44
D. Peranan Ibu ................................................................................. 45
E. Penelitian Terkait ........................................................................ 47
F. Kerangka Teori ........................................................................... 49

xiii

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN


HIPOTESIS.................................................................................... 50
A. Kerangka Kosep .......................................................................... 50
B. Definisi Operasional ................................................................... 51
C. Hipotesisi .................................................................................... 54
BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 55
A. Desain Penelitian ........................................................................ 55
B. Identifikasi Variable ................................................................... 55
1.

Variable Independen ............................................................ 55

2.

Variable dependen ............................................................... 56

C. Lokasi Dan Waktu ...................................................................... 56


D. Populasi, Sample dan Teknik Pengambilan Sampel .................. 56
E. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 60
1.

Proses Pengumpulan Data ................................................... 60

2.

Alat Pengumpul Data ........................................................... 61

F. Teknik Uji Instrument Penelitian ................................................ 63


1. Uji Validitas ......................................................................... 64
2. Uji Reabilitas ....................................................................... 65
G. Etika Penelitian ........................................................................... 65
1. Prinsip-Prinsip Etika Penelitian ........................................... 66
2. Masalah Etika Penelitian ..................................................... 67
H. Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................. 68
1. Pengolahan Data .................................................................. 68
2. Analisa data ......................................................................... 69

xiv

BAB V HASIL PENELITIAN. ..... 71


A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian. ... 71
1.

Puskesmas Ciputat Timur..71

2.

Pencapaian Program Kesehatan. ...... 72

B. Analisis Univariat. .. 72
1.

Gambaran Distribusi Umur Responden ....... 72

2.

Gambaran Distribusi Tingkat Pendidikan responden...73

3.

Gambaran Distribusi Status Pekerjaan Responden.......... 73

4.

Gambaran Distribusi Status Pendapatan Responden.. ......... 74

5.

Gambaran Distribusi Pengalaman Responden............. 74

6.

Gambaran Distribusi Tingkat Pengtahuan Responden... ..... 75

C. Analisis Bivariat... .. 75
1.

Hubungan umur dengan pengetahuan ibu tentang gizi


buruk pada ballita .... 76

2.

Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu


tentang gizi buruk pada ballita ..... 77

3.

Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang


gizi buruk pada ballita.. 78

4.

Hubungan pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu


tentang gizi buruk pada ballita ..... 79

5.

Hubungan pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang


gizi buruk pada ballita...80

BAB VI PEMBAHASAN... 82
A Pembahasan Univariat 82

xv

1.

Gambaran Responden Berdasarkan Umur....... 82

2.

Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 83

3.

Gambaran Responden Berdasarkan Status Pekerjaan .84

4.

Gambaran Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga.. 85

5.

Gambaran Responden Berdasarkan Pengalaman 85

6.

Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan.. 86

B Pembahasan Bivariat... 85
1.

Hubungan Umur Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi


Buruk Pada Balita. 87

2.

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu


Tentang Gizi Buruk Pada Balita .. 88

3.

Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang


Gizi Buruk Pada Balita 89

4.

Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Pengetahuan Ibu


Tentang Gizi Buruk Pada Balita.. 91

5.

Hubungan Pengalaman Dengan Pengetahuan Ibu Tentang


Gizi Buruk Pada Balita. .. 91

C Keterbatasan Penelitian... 92
D Implikasi Penelitian. 93
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .. 95
A Kesimpulan . 95
B Saran 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xvi

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

Tabel 1.1 Pola Makan Balita... 40


Tabel 1.2 Kebutuhan Energi Per Hari. 43
Tabel 1.3 Definisi Operasional 50
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden Di
wilayah

kerja

Puskesmas

Kecamatan

Ciputat

Timur

Tangerang Selatan 2012......................................................

71

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden Di


wilayah

kerja

Puskesmas

Kecamatan

Ciputat

Timur

Tangerang Selatan................................................................

72

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan


Responden Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur Tangerang Selatan....................................................

72

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan


Responden Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur Tangerang Selatan.....................................................

73

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan pengalaman Merawat


Balita Gizi Buruk Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur Tangerang Selatan........................................

73

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


Responden Tentang Gizi Buruk Pada Balita Di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan....... 74

xvii

Tabel 5.7 Proporsi umur menurut pengetahuan tentang gizi buruk balita
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Tangerang Selatan..............................................................

75

Tabel 5.8 Proporsi pendidikan ibu menurut pegetahuan tentang gizi


buruk Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Tangerang Selatan................................................................

76

Tabel 5.9 Proporsi pekerjaan menurut pengetahuan pegetahuan ibu


tentang gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan.......................

77

Tabel 5.10 Proporsi pendapatan keluarga menurut pengetahuan ibu


tentang gizi buruk Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur Tangerang Selatan.........................................

78

Tabel 5.11 Proporsi pengalaman ibu menurut tingkat pengetahuan ibu


tentang gizi buruk pada balita Di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan........................ 79

xviii

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

Gambar 1 Diagram Taksonomi Bloom .

Gambar 2 Kerangka Teori.. 48


Gambar 3 Kerangka Konsep..

xix

49

DAFTAR SINGKATAN

AKABA

=Angka Kematian Balita

AKB

=Angka Kematian Bayi

AKI

=Angka Kematian Ibu

BALITA

=Bawah Lima Tahun

BB/U

=Berat Badan Per Umur

IKM

=Indeks Kemiskinan Manusia

IPM

=Indeks Pembangunan Manusia

KKAL

=Kilokalori

KMS

=Kartu Menuju Sehat

MP-ASI

=Makanan Pendamping Air Susu Ibu

SPSS

=Statistical Package For Social Science

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data


Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data
Lampiran 3 Lembar persetujuan menjadi responden penelitian (Informed
consent)
Lampiran 4 Kuesioner penelitian
Lampiran 5 Hasil pengolahan data responden

xxi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan dan kualitas pembanguanan suatu negara dilihat dari Indeks
Pembanguan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) (Depkes,
2005). Menurut laporan United Nation Development Programme (UNDP) tahun
2008, Indeks pembangunan dan kemiskinan bangsa Indonesia ditempatkan pada
urutan ke 107 dari 177 negara. Rendahnya Indeks ini dipengaruhi oleh rendahnya
status gizi dan status kesehatan pendudukyang terlihat dari masih tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI),Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) yang merupakan indikator kesehatan penduduk (Depkes, 2005).
Survei Demografi Dan Kesehatan di Indonesia (2007), AKI sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan target yang harus dicapai adalah 102 per
100.000 kelahiran hidup, demikian juga dengan AKB sebesar 34 per 1.000
kelahiran hidup dan AKABA sebesar 58 per 1.000 kelahiran hidup. Target yang
akan dicapai adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini masih tinggi jika di
bandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015
yang sudah disepakati oleh lebih dari 180 kepala negara termasuk Indonesia
(Depkes, 2010).
Salah satu tantangan untuk menurunkan angka kematian terutama angka
kematian balita yaitu masih terbatasnya upaya perbaikan gizi pada anak, karena
lebih dari separuh kematian bayi dan anak balita disebabkan oleh buruknya status
gizi (Azwar, 2000). Gizi yang baik perlu ditingkatkan untuk mendukung

pembanguan manusia guna menjamin kesehatanya. Gizi dibutuhkan dari sejak


dalam kandungan melalui peran ibu hingga lanjut usia. Balita merupakan salah
satu golongan penduduk yang rawan dengan masalah gizi (Azwar, 2002).
Status gizi yang buruk pada bayi dan anak dapat menghambat pertumbuhan
fisik, mental maupun perkembangan dalam berfikir yang gilirannya akan
menurunkan produktivitas kerja (Suhardjo, 2007). Keadaan ini memberikan
petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi buruk atau kurang akan berdampak pada
penurunan kualitas sumber daya manusia yang akan mempengaruhi nilai Indeks
Pembangunan Manusia. Penyebab terjadinya kurang gizi pada balita salah satunya
yaitu kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan pada orang tua, khususnya ibu
(Balawati, 2004).
Sesuai dengan penelitian Sandjaja (2000) menyatakan bahwa sebagian anak
dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi
yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan berkembang, salah satu faktor yang
mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan. Penelitian
serupa oleh Pranadji (2000) di Bogor, Jawa Barat menyatakan bahwa faktor-faktor
yang behubungan dengan gizi buruk dari anak dibawah lima tahun meliputi
tingkat pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu tentang gizi.
Pemberian makanan bayi di pedesaan banyak dipengaruhi oleh keadaan
sosial ekonomi dan kebudayaan. Misalnya, terdapat pantangan makan pada balita
misalnya anak kecil tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan
(Balawati, 2004). Secara kultural di Indonesia, ibu memegang peranan dalam
mengatur tata laksana rumah tangga sehari-hari termasuk hal pengaturan makan
keluarga. Apabila seorang ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi dan

dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak diharapkan adanya


pencegahan sejak dini terhadap terjadinya gizi buruk pada anak. Gizi merupakan
bagian dari kehidupan dan proses tumbuh kembang anak, sehingga pemenuhan
kebutuhan gizi secara adekuat turut menentukan kualitas tumbuh kembang anak.
Dalam hal ini pertumbuhan dan perkembangan itu secara signifikan terjadi pada
masa kanak-kanak (Suanadi, 1998). Pertumbuhan dan perkembangan anak
dipengaruhi faktor salah satunya yaitu status gizi (Nursalam,dkk, 2008).
Anak dapat mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan hanya
karena kurang adekuatnya asupan zat gizi (Supartini, 2004). Beberapa penelitian
mengungkapkan ada hubungan mekanisme gizi kurang dengan perkembangan
anak. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa karakteristik perilaku anak-anak
yang gizinya kurang menyebabkan penurunan interaksi dengan lingkungannya
dan keadaan ini selanjutnya akan menimbukan outcome perkembangan yang
buruk (Hartono, 2008). Penelitian lain di Jamaika, dilaporkan bahwa anak-anak
yang bertubuh pendek (stuanted) memperlihatkan pertumbuhan yang lebih
terhambat dalam situasi stress dan menunjukkan kadar kortisol yang meningkat
dalam saliva serta kadar adrenalin yang meningkat dalam urin dengan frekuensi
detak jantung yang lebih lambat jika dibandingkan dengan anak yang bertubuh
normal (Gibney, 2008)
Gizi

buruk

dapat

mengakibatkan

pertumbuhan

sangat

merugikan

performance anak, akibat kondisi Stunting postur tubuh anak menjadi kecil
pendek (Nency, 2005). Keadaan yang memprihatinkan lagi, perkembangan anak
pun akan terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak
tergantung pada derajat berat, lama dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Jika

kondisi gizi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak (0-3
tahun), dapat dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak
yang sehat, dan kondisi ini akan (irreversible) sulit untuk dapat pulih kembali
(Nency, 2005).
Kurang gizi dimasa kanak-kanak juga menyebabkan tingkat intlektual anak
(IQ) menurun 10-15 poin. Penurunan ini beresiko anak tidak mampu mengadopsi
ilmu pengetahuan dan daya pikirpun melemah (Kasdu, 2004). Dampak jangka
pendek gizi buruk meliputi anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan
perkembangan, sedangkan dampak jangka panjang meliputi penurunan skor IQ,
penurunan perkembangan kognitif, dan penurunan integrasi sensori (Nency,
2007). Seiring dengan kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang
bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kekurangan gizi, akan tetapi
penyebab yang tidak kalah pentingnya sesuai yang terpapar diatas adalah
kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan
kemampuan informasi pangan yang diproduksi dan tersedia (Harper, 1986 dalam
Morani 2008). Sesuatu hal yang meyakinkan bahwa pengetahuan gizi sangat
penting adalah bahwa status gizi yang cukup merupakan hal penting bagi
kesehatan dan kesejahteraan generasi masa depan (Furqan, 2008).
Beberapa penelitian terkait pengetahuan ibu tentang gizi seimbang yakni
penelitian yang dilakukan oleh Purwaningtyas (2008) di desa Sidoardjo Jawa
Timur, data hasil yang didapatkan dari 33 responden berupa 60.6% ibu
mempunyai pengetahuan buruk dan 39.4% ibu mempunyai pegetahuan baik.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmaulina (2006) menyatakan bahwa
semakin tinggi pengetahuan ibu mengenai gizi dan tumbuh kembang anak, serta

pemberian stimulasi psikososial pada anak maka perkembangan kognitif anak


semakin baik pula. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi gizi
buruk pada anak di Ciawi, Bogor oleh Pranadji (2000) bahwa faktor-faktor yang
berhubungan dengan gizi buruk meliputi tingkat pendapatan orang tua sebesar
66,7% dan pengetahuan ibu sebesar 73%.
Penelitian lain yang diakukan oleh Fatimah,dkk (2008)

hasil penelitan

menunjukkan faktor yang memiliki kontribusi terhadap gizi kurang pada anak
adalah riwayat penyakit infeksi, tingkat pengetahuan ibu yang kurang, tingkat
sosial ekonomi keluarga yang rendah, dan asupan kalori serta protein yang
kurang, sedangkan faktor yang kepercayaan ibu terhadap makanan (100%)
memiliki kepercayaan yang mendukung terhadap status gizi balita tidak
berkontribusi terhadap status gizi kurang pada balita. Dari berbagai penelitian
mengenai pengetahuan dikemukakan pula beberapa faktor yang berhubungan
dengan pengetahuan, penelitian yang dilakukan oleh Rubiyanto (2002)
menyatakan bahwa factor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang
AIDS meliputi tingkat pendidikan, umur, pekerjaan, tempat tinggal serta
keterpajanan informasi. Penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan ibu dan status gizi memberikan peranan penting dalam tumbuh
kembang anak.
Jika dilihat dalam perspektif agama Islam telah dijelaskan bahwa makanan
bergizi sangat dianjurkan terutama untuk balita maupan anak-anak, begitu banyak
makanan untuk semua manusia di muka bumi yang di sediakan Allah SWT.
Banyak makanan sehat yang berbedabeda rasa, bentuk maupun warnanya.
Pemberian makanan yang baik dengan kadar gizi cukup dapat membantu

pertumbuhan anak secara optimal. Apabila terjadi kekurangan makanan yang


berkualitas maka akan berdampak bagi kesehatan anak (Asnawi, 2005).
Sesuai dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 9 yang artinya: Hendaklah
mereka takut jangan sampai meninggalkan anak keturunan yang lemah di
belakangnya,dikhawatirkan akan sengsara, sebab itu hendaklah mereka patuh
kepada Allah dan hendaklah mereka berkata dengan perkataan yang benar.
(QS. An-Nisa: 9). Ayat tersebut secara jelas menekankan agar orang tua
memperhatikan anak-anaknya, Salah satunya dengan meningkatkan pengetahuan
tentang gizi makanan pada anak. Apabila ada orang tua yang mengabaikan
perkembangan anak-anaknya, agama menilainya sebagai dosa. Hal ini secara
tegas di nyatakan oleh Rasulullah yang artinya cukuplah berdosa bagi seseorang
jika dia mengabaikan orang-orang yang menjadi tanggungannya.
Penyebab gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia sesuai hasil penelitian
bermula dari krisis ekonomi, politik dan sosial menimbulkan dampak negatif
seperti kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan rendah, kesempatan kerja
kurang, pola makan, ketersediaan bahan pangan pada tingkat rumah tangga
rendah, pola asuh anak yang tidak memadai, pendapatan keluarga yang rendah,
sanitasi dan air bersih serta pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai Unicef
(1999) dalam Khomsan, dkk (2004). Pemerintah Indonesia sendiri telah
menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20102014 di bidang Pembangunan Pangan dan Gizi yang mencakup program yang
meliputi pembangunan pangan, kesehatan dan gizi dengan penanggulangan
kemiskinan, pendidikan pemberdayaan keluarga dan penyelenggaraan urusan
wajib pelayanan masyarakat. Indikator keberhasilannya program meliputi

penurunan prevalensi gizi kurang dan pendek pada balita dan peningkatan jumlah
penduduk yang mendapat asupan kalori 2000 Kkal/orang/hari pada tahun 2015
(Bappenas, 2011).
Secara nasional sudah terjadi penurunan prevalensi kurang gizi ditinjau dari
berat badan menurut umur (BB/U) pada balita dari 18,4 persen tahun 2007
menjadi 17,9 persen tahun 2010. Penurunan terjadi pada prevalensi gizi buruk
yaitu dari 5,4 persen pada tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010. Tidak
terjadi penurunan pada prevalensi gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. Di provinsi
banten sendiri prevelensi status gizi menurut BB/U kejadian gizi buruk sebesar
4,8% (total nasional) dan gizi kurang sebesar 13,7 % (total nasional) (Riskesdas,
2010).
Data terakhir dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten (2011), persentase
jumlah penderita gizi buruk ini mengalami peningkatan sebesar 0,09 persen atau
9.378 balita pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 sebesar 1,04 persen atau
sekitar 8.737 balita gizi buruk dari 839.857 balita terpantau. Kasus gizi buruk ini
merata hampir diseluruh kabupaten atau kota di Provinsi Banten, sedangkan di
Kabupaten Tangerang tercatat 2.166 balita gizi buruk atau 0,95 persen dari
227.343 balita terpantau, Kabupaten Pandeglang sebanyak 1.398 balita atau 1,30
persen dari 107.342 balita terpantau, Kota Cilegon 241 balita atau 0,83 persen dari
28,883 balita terpantau, dan terakhir di Kota Tangerang sebanyak 323 balita gizi
buruk atau 0,41 persen dari 79.593 balita terpantau. Dari jumlah gizi buruk di
Tangerang paling banyak berasal dari puskesmas di wilayah Tangerang Selatan
sebanyak 433 orang (0,14%).

Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur melalui


observasi dan wawancara pada tanggal 5 mei 2012 di lapangan pada saat
dilakukan pemeriksaan status gizi terdapatnya ibu yang mempunyai balita dengan
status gizi kurang akan tetapi ibu menolak dengan anggapan bahwa ibu tersebut
telah mencukupi semua gizi balitanya. Pada saat wawancara dari 10 responden
terdapat 4 responden ibu yang pengetahuan tentang gizi kurang (40%), 4
responden yang pengetahuan baik (40%), dan 2 responden yang pengetahuan
cukup (20%). Dari uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti
tenang fakor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada
balita.

B. Rumusan Masalah
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manuasia ( SDM ) yang di lakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan
kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak
sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang
ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi
yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang sehat,
cerdas dan produktif.
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya
dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut
aspek pengetahuan orang tua dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup

sehat. Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan pada orang tua, khususnya ibu
merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Anak
yang

menderita

gizi

buruk

akan

mempengaruhi

pertumbuhan

dan

perkembangannya. Dampak yang ditimbulkan anak yang menderita gizi buruk


terjadinya stunting atau tubuh pendek pada pertumbuhan anak dan penurunan
kognitif pada perkembangan anak.
Dari data jumlah gizi buruk di Kabupaten Tangerang paling banyak berasal
dari puskesmas di wilayah Tangerang Selatan sebanyak 433 orang (0,14%).
Penelitian yang telah dilakukan tentang pengetahuan gizi buruk peneliti hanya
menemukan tentang gambaran saja, belum menemukan penelitian yang
mengidenifikasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil
uraian rumusan masalah dan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita
di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang
berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Ciputat Timur.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi buruk
b. Diketahuinya hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang
gizi buruk.

10

c. Diketahuinya hubungan usia dengan pengetahuan ibu tentang gizi


buruk.
d. Diketahuinya hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang
gizi buruk.
e. Diketahuinya hubungan sosial ekonomi

dengan

pengetahuan ibu

tentang gizi buruk.


f. Diketahuinya hubungan pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang
gizi buruk.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber rujukan untuk
penelitian selanjutnya
2. Manfaan praktisi
a. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah sumber masukan
untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas dalam bidang promosi
kesehatan dan memberikan informasi yang berhubungan dengan
pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita serta upaya penanganan
terhadap factor-faktor yang mempengaruhiya.
b. Pendidikan profesi keperawatan
Manfaat bagi pendidikan profesi keperawatan sebagai bahan acuan
dalam pengembangan kurikulum pelaksanaan praktik keperawatan
khususnya keperawatan anak dan meningkatkat peran perawat sebagai

11

edukator pada masyarakat khususnya ibu-ibu yang mempunyai balita


dalam upaya pemenuhan gizi seimbang pada anak usia balita.
c. Bagi ibu-ibu
Diharapkan penelitian ini memberikan informasi yang berhubungan
dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita agar bisa
meingkatkan pegetahuan tentang gizi seimbang pada balita serta dapat
mengidetifikasi anak yang megalami gizi buruk.

E. Ruang Lingkup
Penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita. Penelitian ini dilakukan di
wilayah kerja Puskesmas kelurahan Ciputat Timur selama bulan September 2012.
Sample penelitian ini yaitu ibu yang mempunyai anak usia balita (12 bulan sampai
5 tahun). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan
penelitian secara cross sectional. Sampel diambil dengan menggunakan
accidental sampling.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengnderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Sedangkan, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni:
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang.
2. Proses Adopsi Perilaku
Dari beberapa penelitian bahwa perilaku yang didasari pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari pengetahuan. Menurut
Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) orang sebelum mengadopsi
prilaku baru akan terjadi proses, yakni:
1)

Awareness ; yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui


stimulus terlebih dahulu.

2)

Interest ; orang mulai tertarik kepada stimulus

3)

Evaluation; menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus bagi dirinya

4)

Trial ; orang telah mulai mencoba prilaku baru

5)

Adoption; subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,


kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

12

13

3. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif


Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai tujuh tingkatan (HL
Bloom dalam Notoatmodjo, 2007), yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2007).
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara

benar

tentang

objek

yang

diketahui,

dan

dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar (Notoatmodjo, 2007).


c. Aplikasi (Application)
Aplikaasi

diartikan

sebagai

suatu

kemampuan

untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau pengguanaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

14

e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
g. Berkreasi (Created)
Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu
keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam
pola atau struktur baru, termasuk didalamnya:
a) Generating (Hipotesa)
b) Planning (Perencanaan)
c) Producing ( Penghasil)

15

Gambar 1. Diagram Taksonomi Bloom

4.

Pengetahuan seseorang dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan meliputi


pengetahuan kurang (skor55%), cukup (skor 56-75%), baik (skor 76100%) (Arikunto, 2006).

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pengetahuan

meliputi

(Notoadmojo, 2003)
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih
dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau

16

masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan


terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu
mempertinggi taraf intelegensi individu.
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan
yang akan berpengaruh pada pemilihan bahan makanan dan pemenuhan
kebutuhan gizi. Salah satu contoh, prinsip yang dimiliki seseorang yang
berpendidikan rendah biasanya adalah yang penting menyenangkan
sehingga porsi bahan

makanan sumber karbohidrat lebih banyak

dibanding dengan kelompok bahan makanan lain (Sulistyoningsih,


2011). Kosasih (1996) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan
nilai alfha 0,05 terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan tingkat pengetahuan.
Pendidikan dapat dikategorikan dalam tingkatan yaitu pendidikan
dasar yaitu pendidikan minimum yang diwajibkan bagi semua warga
negara meliputi SD dan SMP, pendidikan menengah yaitu jenjang
pedidikan formal setelah pendidikan dasar yang meliputi SMA/sederjat
dan pendidikan tinggi yaitu jenjang pendidikan formal setelah
pendidikan menengah yang meliputi perguruan tinggi (akademi dan
universitas) (KBBI, 2002), sehingga dalam penelitian ini pendidikan
dibagi dalam tiga kategori yaitu pendidikan rendah meliputi tidak tamat
SD, SD, dan SMP dan pendidikan menengah keatas yang meliputi
SMA dan perguruan tinggi. Pedidikan mempunyai pengaruh terhadap
tingkat pengetahuan seseorang sehingga peneliti ingin mengetahui
hubungan pendidikan ibu dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk.

17

2) Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan)
juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera
manusia. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu. Pengalaman berbanding lurus dengan pengetahuan,
dimana seseorang yang telah berpengalaman maka pengetahuannya
tentang pengalaman itu akan meningkat (Notoadmojo, 2003). Penelitian
ini memasukkan pengalaman dalam faktor pengetahuan

yang

dikategorikan dalam dua kategori yaitu pernah dan tidak pernah. Hal ini
dimaksudkan ibu yang pernah merawat bayi diharapkan mempunyai
pengalaman dibandingkan dengan ibu yang belum pernah merawat
bayi.
3) Sumber Informasi
Sumber informasi yang diperoleh baik dari pendidikan fomal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh pada perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai

pengaruh

besar

terhadap

pembentukan

opini

dan

kepercayan orang (Sandjaja, 2007).


4) Usia
Secara umum dapat dikatakan bahwa bertambah pengetahuan
seseorang berbanding lurus dengan

pertambahan usia. Hal ini

18

dikarenakan semakin bertambah usia seseorang maka ia akan semakin


terpajan oleh informasi, sehingga dengan demikian ada kecendrungan
akan semakin bertambah pegetahuannya. selain itu, usia mempengaruhi
terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga

pengetahuan

(Notoadmodjo,

2003).

yang

diperolehnya

Rubiyanto

(2002)

semakin
dalam

membaik

penelitiannya

mengungkapkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia


dengan tingkat pengetahuan ibu. Dari hasil penelitian terhadap
pengetahuan tentang kusta kepada kepala keluarga dan tokoh
masyarakat didapatkan ada hubungan yang bermakna antara usia
dengan pengetahuan mengenai kusta (Kosasih, 1996).
Menurut Notoatmodjo (2003) pembagian umur pada penelitian ini
didasarkan pada standar WHO yaitu membagi umur menurut tingkat
kedewasaan dan hasilnya dengan mengelompokkan usia responden
dengan batas usia 32 tahun, dimana usia dibawah 32 tahun berada pada
tahap dewasa muda dan usia 32 tahun atau lebih berada pada tahap
dewasa

tua.

Pembagian

umur

dalam

suatu

penelitian

dapat

menggunakan umur median (median age) yaitu umur yang membagi


penduduk menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama, bagian yang
pertama lebih muda dan bagian yang kedua lebih tua dari median. Guna
umur median adalah untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada
kelompok-kelompok umur tertentu. Berdasarkan teori Erikson masa
dewasa berada pada usia 30-60 tahun dimana individu telah mencapai

19

puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pada tahap ini


terdapat masa dimana mempunyai kepedulian terhadap generasi yang
akan datang dibandingkan dewasa awal yaitu 20-30 tahun. Sebagain
besar ibu yang masih muda memiliki sedikit pengetahuan tentang gizi
(Budiyanto, 2002), sehingga dapat diasumsikan bahwa kemampuan
pemilihan makanan pada ibu rumah tangga muda akan berbeda dengan
kemampuan pemilihan makanan pada ibu rumah tangga yang telah
berumur lebih tua karena cenderung didasarkan pada pengalaman orang
tua terdahulu (Herdiansyah, 2007).
5) Sosial Budaya Dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan masyarakat tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. UMR (upah
minimum regional) merupakan batas minimum upah yang menurut
undang-undang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada karyawan.
Tujuan dibuat UMR merupakan salah satu upaya pemerataan
pendapatan di daerah masing-masing dimaksudkan bahwa keluarga
yang berpenghasilan sesuai UMR ataupun diatas UMR mampu
mencukupi biaya kehidupan selama sebulan. Menurut BPS untuk UMR
wilayah kota Tangerang Selatan adalah Rp 1.529.150,00/kapita/bulan

20

(Disnaker, 2011). Penelitian ini membagi tingkat social ekonomi yaitu


<UMR dan UMR.
6) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat pengetahuan subyek. Hal ini dikarenakan ibu yang mempunyai
pekerjaan diluar pekerjaan rumah tangga, cenderung mempunyai
peluang lebih besar untuk terpajan dengan berbagai informsi baik dari
media cetak, elektronik maupun rekan sejawat yang dengan sendirinya
akan menimbulkan pengalamam baru yang lebih luas (Nursalam, 2000).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Sugito (1996) memunjukan bahwa
ada hubungan antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja terhadap
tingkat pengetahuan.
Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan dilaporkan pula oleh
Wawolumaya (1997) bahwa ibu yang bekerja mempunyai kemungkinan
untuk mempunyai pengetahuan yang cukup dibandingkan dengan ibu
yang tidak bekerja. Menurut Ali (2003), ibu bekerja adalah ibu-ibu yang
melakukan aktivitas ekonomi mencari penghasilan baik disektor formal
maupun informal, yang dilakukan secara reguler di luar rumah.
Sedangkan ibu tidak bekerja adalah ibu-ibu yang tidak melakukan
pekerjaan mencari penghasilan dan hanya menjalankan fungsi sebagai
ibu rumah tangga saja. Berdasarkan konsep diatas pekerjaan dalam
penelitian ini dibagi dalam dua kategori yaitu ibu yang bekerja dan
tidak bekerja, dimana ibu yang tidak bekerja meliputi ibu rumah tangga

21

sedang ibu yang bekerja seperti sebagai pegawai, karyawan,wirausaha


dll.

B. Konsep Balita
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Tumbuh kembang sebenarnya dua istiah yang sifatnya berbeda, tetapi
saling

berkaitan

dan

sulit

dipisahkan,

yaitu

pertumbuhan

dan

perkembangan. Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dari jumlah serta


jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi, dapat kita ukur dengan
mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. Perkembangan ialah
bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi dari lebih kompleks, jadi
bersifat kuantitatif yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang
pengukurannya jauh lebih sulit dari pada pengukuran pertumbuhan
(Narendra, 2005).
a. Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan pada anak dilihat dari pertumbuhan berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala, gigi, organ penglihatan, organ
pendengran, dan organ seksual.
b. Perkembangan Anak
Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik
halus, perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, dan
perkembangan prilaku (Hidayat, 2009).

22

2. Ciri-Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan


Adapun ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan menurut Hidayat
(2008) yaitu:
1. Ciri Pertumbuhan
a. Perubahan Ukuran
Pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal
bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan tinggi badan, lingkar
kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain lain.

b. Perubahan Proporsi
Perubahan proporsi terlihat pada proporsi fisik atau organ
manusia muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
c. Hilangnya Ciri Lama
Pada pertumbuhan terjadi hilangnya cirri-ciri lama yang ada
selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus,
lepasnya gigi susu dan laian-lain.
d. Timbulnya Ciri-Ciri Baru
Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan
mengikuti proses kematangan, seperti adanya rambut pada daerah
ketiak, pubis atau dada.
2. Ciri Perkembangan
a. Perkembangan melibatkan perubahan.
Karena

perkembangan

terjadinya

bersamaan

dengan

pertumbuhan maka setiap pertumbuhan disertai dengan peruhan

23

fungsi, perkembangan sistim reproduksi misalnya, disertai dengan


perubahan organ kelamin, perkembangan intelegensia menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya.
Perkembangan awal merupakan awal masa kritis karena akan
menetukan perkembangan selanjutnya.
c. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang mengatur
dan berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bias terjadi terbalik.
Misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum
membuat gambar kotak berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan tumbuh kembang
anak menurut Hidayat (2008), meliputi faktor herediter, factor lingkungan,
status gizi dan faktor hormonal.
1. Faktor herediter
Factor ini dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh
kembang anaak. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras
dan suku bangsa.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (yaitu
lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (lingkungan
setelah bayi lahir). Salah satu faktor lingkungan postnatal yaitu
pendidikan atau pengetahuan orang tua. Pengetahuan orang tua

24

merupakan salah satu factor yang penting dalam tumbuh kembang anak.
Karena dengan pendidikan atau pengetahuan yang baik, maka orang tua
dapat mengasuh anaknya dengan cara yang baik, serta mengetahui
bagaimana menjaga kesehatan anaknya.
3. Status gizi
Bayi yang mendapat asupan gizi yang seimbang baik kualitas
maupun kuantitasnya akan memperoleh energy yang cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan nutrien tertinggi per kg
berat badan dalam siklus daur kehidupan adalah masa bayi dan anakanak, dimana kecepatan tertinggi dalam pertumbuhan dan metabolisme
terjadi pada masa ini (Hidayat, 2008). Dukungan gizi sangat berarti,
karena dengan gizi yang sesuai kebutuhan, pertumbuhan fisik dan
perkembangan dini dapat membentuk dasar kehidupan yang sehat dan
produktif. Imaturitas dari organ-organ tubuh dan kemampuan dalam
mencerna dan menyerap nutrient dari ASI serta prilaku makan yang
berkembang tahap demi tahap mengharuskan masukan gizi yang sangat
diperhatikan (Kusharisupeni, 2010 ).
4. Faktor hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak
antara lain hormone somatrotopin, hormone tiroid dan glukotiroid.
Menurut Sediaoetomo (2000) terdapat dua fase pertumbuhan cepat
(growth spurdt) pada pola pertumbuhan seseorang, yaitu periode bayi
dan balita serta periode remaja. Terutama pada fase pertumbuhan cepat,
kebutuhan zat gizi akan meningkat dengan pesat. Sehingga, suatu

25

kondisi defisiensi pada fase ini akan sagat berpengaruh pada tumbuh
kembang anak.
4. Tahapan Tumbuh Kembang Balita
Tahapan tumbuh kembang anak dimulai dari bayi (0-11bulan), toddler
(1-3 tahun), usia prasekolah (3-5 tahun),usia sekolah dan remaja (Hidayat,
2008).
5. Balita
Perkembangan seorang anak secara umum digambarkan melalui
beberapa periode, salah satunya yaitu periode Bawah Lima Tahun
(BALITA) yang merupakan salah satu periode manusia setelah bayi dan
sebelum anak-anak awal. Rentang usia balita dimulai dari 1 sampai 5 tahun.
Periode usia ini disebut juga periode usia prasekolah. Periode ini adalah
periode penting dalam tumbuh kembang anak karena pada masa ini
pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan bagi perkembangan selanjutnya (Djaeni,
2000).

C. Gizi
1. Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
peyimpanan, metabolise dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan

26

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari


organ-organ, serta menghasilkan energi (Supriasa, 2002).
2. Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bantuk
variable tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentu variable
terrtentu. Contoh: KEP merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan
dan pengeluaran energy dan didalam tubuh seseorang (Supriasa, 2001).
Sedangkan menurut Suhardjo (2003), status gizi adalah keadaan kesehatan
individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat
kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan
dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri.
3. Gizi Buruk
Gizi buruk adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan
secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2001). Gizi
buruk adalah keadaan di mana asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan
tubuh. Umumnya gizi buruk ini di derita oleh balita karena pada usia
tersebut terjadi peningkatan energi yang sangat tajam dan peningkatan
kerentanan terhadap infeksi virus atau bakteri (Almatsier, 2003).
Sedangkan Gizi buruk menurut Depkes (2003) adalah keadaan kurang
gizi yag disebabkan karena kurangnya asupan energi dan protein juga
mikronutrien dalam jangka waktu lama.

27

1. Klasifikasi gizi buruk


Ada empat bentuk malnutrisi menurut Supriasa (2002) yaitu;
1) Under nutrition: kekurangan konsumsi pangan secara relative
atau absolute untuk periode tertentu.
2) Specific Deficiency: kekurangan zat gizi tertentu. Misalnya:
kekurangan vitamin A, yodium, fe, dan lain-lain.
3) Over nutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode
tertentu. Misalnya penyerapan gizi yang buruk atau kehilangan
gizi secara berlebihan.
4) Imbalance : karena disporposi zat gizi, misal: kolestrol terjadi
karena tidak seimbangnya (LDL) low density lipoprotein, (HDL)
high dendity lipoprotein, (VLDL) very low density lipoprotein.
2. Tanda Gejala Umum Balita Menderita Gizi Buruk
Tanda-tanda klinis gizi buruk adalah badan menjadi kurus, jaringan
lemak mulai terasa lunak dan otot-otot tidak kencang dan ini biasanya
tampak bila paha bagian dalam saat diraba. Penyusutan otot mulai terlihat
pada bagian lengan atas serta bahu bagian atas dan belakang. Biasanya
disertai dengan keadaan perut yang membesar (buncit). Bayi menjadi
kurang responsive dan mengarah kepada apatis, serta perkembangan
kepandaian lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang normal
(Muchtadi 2002). Menurut Supriasa (2002) pada balita yang mengalami
malnutrisi pada pemeriksaan fisik terdapat tanda :

28

1) Rambut
Rambut kusam, kering, tipis dan jarang, dan mudah
putus/kurang kuat.
2) Wajah
Pucat atau penurunan pigmentasi, moon face (wajah seperti
bulan), pengeringan selaput mata dan flek hitam dibawah mata.
Terdapat jaringan parus sekitar sudut bibir, serta adanya gusi yang
mudah berdarah.
3) Kelenjar
Pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar tiroid,
sedangkan menurut Depkes RI 1999, tanda- tanda klinis penderita
malnutrisi yaitu; anak tampak sangat kurus, cengeng, rewel, kadang
apatis, kulit kering, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, rambut
kusam dan mudah putus, pandangan mata anak nampak sayu, dan
sering disertai infeksi anemi dan diare.
3. Faktor Penyebab Gizi Buruk
Factor penyebab gizi buruk menurut menurut Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), ada tiga faktor penyebab gizi buruk, meliputi
a. Keluarga miskin.
b. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak.
c. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC,
HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare (Sudayasa, 2010).

29

Menurut UNICEF (1988) dalam Depkes (2005) Ada dua faktor


penyebab gizi buruk meliputi penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung,
a. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan
gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan
asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang
mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada
akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak
yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya
akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
b. Penyebab tidak langsung
Ada tiga penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi
kurang yaitu :
1) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap
keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan
pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup
baik jumlah maupun mutu gizinya.
2) Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan
mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian,
dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang
dengan baik baik fisik, mental dan social.

30

3) Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim


pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin
penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar
yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan,
pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat
pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat
ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka
akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan (Depkes, 2005).
Selain penyebab langsung dan penyebab tidak langsung gizi
buruk terdapat juga penyebab lain yaitu pengetahuan ibu. Sesuai
dengan penelitian Berg 1986 dalam Morani (2008) penelitian
tersebut mengidentifikasi dan menjelaskan kwasihiokor dan
melaporkan bahwa di Afrika barat gizi kurang tidak terjadi karena
kemiskinan harta, tetapi karena kemiskinan pengetahuan tentang
kebutuhan gizi anak.
4. Dampak Gizi Buruk
a. Dampak Gizi Buruk Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan
Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada
kelambatan

pertumbuhan

dan

perkembangannya

yang

sulit

disembuhkan, oleh karena itu anak yang bergizi kurang tersebut


kemampuanya untuk belajar dan bekerja serta bersikap akan lebih

31

terbatas dibandingkan dengan anak yang normal (Santoso dan Lies,


2007).
Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan
system, karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan
defisiensi (kekurangan) asupan mikro atau makro nutrien lain yang
sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan memporak
porandakan system pertahanan tubuh terhadap microorganisme
maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi.
Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa
mengancam jiwa karena berberbagai disfungsi yang di alami,
ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah kedinginan)
karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam
darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit penting
serta cairan tubuh.
Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan
baik akibatnya anak tidak dapat 'catch up' dan mengejar
ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak
buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya. Akibat gizi
buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance anak,
akibat kondisi 'stunting' (postur tubuh kecil pendek) yang
diakibatkannya. Yang lebih memprihatinkan lagi, perkembangan
anak pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental
dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu
pertumbuhan otak itu sendiri. Jika kondisi gizi buruk terjadi pada

32

masa golden period perkembangan otak (0-3 tahun), dapat


dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak
yang sehat, dan kondisi ini akan irreversible (sulit untuk dapat pulih
kembali).
Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi vital karena
otak adalah salah satu 'aset' yang vital bagi anak untuk dapat menjadi
manusia yang berkualitas di kemudian hari.
b. Efek Jangka Pendek Dan Jangka Panjang
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi
buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis,
mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain.
Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ,
penurunan perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori,
gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya
diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah. Kurang
gizi berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya
kualitas sumber daya manusia dan produktivitas. Tidak heran jika
gizi buruk yang tidak dikelola dengan baik, pada fase akutnya akan
mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman
hilangnya sebuah generasi penerus bangsa (Nency, 2000).
Tindak lanjutan terhadap balita yang malnutrisi, terus
menunjukan kemampuan yang lebih buruk dalam fungsi kognitif
yang beragam, hal ini lebih buruk jika dibandingkan dengan balita
yang mempunyai gizi baik. Di negara berkembang banyak dilakukan

33

penelitian lanjutan terhadap malnutrisi. Gangguan perkembangan


ditemukan hingga usia pubertas (Gibney, 2008). Suatu analilisis
terpadu (analilis meta) 8 penelitian dari 5 negara berkembang
(Bangladesh, India, Malawi, Tanzani, dan Papua New Guinea)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara
kurang gizi berat dan kematian anak. Pada anak umur 6 bulan
sampai 5 tahun resiko kematian meningkat dengan lebih besar pada
mereka yang menderita gizi buruk berat yang diukkur degan BB/U
(Soekirman, 2000).
c. Dampak Yang Mungkin Muncul Dalam Pembangunan Bangsa di
masa depan karena masalah gizi antara lain :
a.

Kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan


anak-anak. Hal ini berarti berkurangnya kuantitas sumber daya
manusia di masa depan.

b.

Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan


menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan
menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas
kesehatan.

c.

Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan


anak-anak. Akibatnya diduga tidak dapat diperbaiki bila terjadi
kekurangan gizi semasa anak dikandung sampai umur kira-kira
tiga tahun.

34

d.

Menurunnya kualitas manusia usia muda ini, berarti hilangnya


sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat dibutuhkan
bagi pembangunan bangsa..

e.

Kekurangan gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia


untuk

bekerja,

yang

berarti

menurunnya

prestasi

dan

produktivitas kerja manusia (Suhardjo, 2003).


Kekurangan gizi pada umumya adalah menurunnya tingkat
kesehatan masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah
masalah

konsumsi

makanan

rakyat.

Karena

itulah

program

peningkatan gizi memerlukan pendekatan dan penggarapan diberbagai


disiplin, baik teknis kesehatan, teknis produksi, social budaya dan lain
sebagainya (Suhardjo, 2003).
5. Cara Mendeteksi Gizi Buruk Pada Balita
Akhir-akhir ini, banyak balita yang mengalami keadaan gizi buruk
di beberapa tempat. Bahkan, dijumpai ada kasus kematian balita garagara masalah gizi buruk kurang diperhatikan. Kondisi balita yang
kekurangan gizi sungguh sangat disayangkan. Sebab, pertumbuhan dan
perkembangan serta kecerdasannya dipengaruhi oleh gizi. Kondisi gizi
buruk tidak mesti berkaitan dengan kemiskinan dan ketidaksediaan
pangan, meski tidak bisa dipungkiri kemiskinan dan kemalasan
merupakan faktor yang sering menjadi penyebab gizi buruk pada anak.
1) Kartu Menuju Sehat
Sejauh mana dalam mengetahui keadaan pertumbuhan dan
perkembangan anak dan apakah hal tersebut dapat berlangsung

35

normal, maka diperlukan parameter atau patokan. Parameter ini


dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat). Diposyandu (pos
pelayanan terpadu), juga telah disediakan Kartu Menuju Sehat yang
bisa juga digunakan untuk memprediksi status gizi anak
berdasarkan kurva KMS.
Kartu Menuju Sehat adalah alat yang penting untuk
memantau tumbuh kembang anak, dan dapat diartikan sebagai
rapor kesehatan dan gizi balita (Nursalam, 2008). Secara umum,
KMS berisi gambar kurva berat badan trhadap umur untuk anak
berusia 0-5 tahun, atribut penyuluhan, dan catatan yang penting
untuk diperhatikan oleh petugas dan orang tua. Aktifitasnya tidak
hanya

menimbang

dan

mencatat

saja,

tetapi

harus

menginterprestasi tumbuh kembang anak.


Kartu Menuju Sehat (KMS) yang ada di Indonesia pada saat
ini berdasarkan standar (Harvard pada seminar Antropomentri di
Jakarta, 1975), dimana garis titik-titik merupakan batas gizi baik
dan gizi kurang (cut off point) berdasarkan median-2SD.
Sedangkan garis merah merupakan batas gizi kurang dengan gizi
buruk (Medicastore.com diakses pada tgl 29 februari 2012).
2) Tujuan Penggunaan KMS
Tujuan umum penggunaan KMS adalah mewujudkan
tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita secara
optimal. Adapun tujuan khususnya meliputi

36

1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua untuk memantau
tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
2. Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan
yang diperlukan untuk mewujudkan tumbuh kembang yang
optimal.
3. Mengatasi

malnutrisi

dimasyarakat

secara

efektif

dengan

peningkatan pertumbuhan yang memadai (Nursalam, 2008).


3) Dasar Kurva pada KMS
Kurva atau grafik pada KMS dibuat berdasarkan standar
baku WHO-NCHS yang disesuaiakan dengan situasi Indonesia.
Kurva pertumbuhan tersebut dibagi dalam lima kelompok sesuai
dengan skala berat badan dalam kg dan garis datar yang
merupakan skala umur menurut bulan. Kelompok pertama untuk
bayi berusia 0-12 bulan, kelompok kedua untuk bayi berusia 1324 bulan, kelompok ketiga untuk usia 25-36 bulan, kelompok
empat untuk usia 37-48 bulan, dan kelompok lima untuk usia 4960 bulan. Setiap kelompok kurva terdapt garis melengkungyang
menggambarkan pola pertumbuhan berat badan, berupa garis
berwarna merah dengan pita kuning, hijau muda, dan hijau
tua.masing-masing warna tersebut mempunyai makna sebagai
berikut:
1.

Garis merah dibentuk dengan menghubungkn angka yang


dihitung dari 70% median baku WHO-NCHS.

37

2.

Dua pita kuning yang berada di atas garis merah, berturutturutmerupakan batas atas 75% dan 85% dari median baku
WHO-NCHS.

3.

Dua pita warna hijau muda di atas pita kuning, berturutturut merupakan batas atas 85% dan 90% dari median baku
WHO-NCHS.

4.

Dua pita warna hijau tua di atas diatas pita hijau meda,
berturut-turut merupakan batas atas 95% dan 100% median
baku WHO-NCHS.

5.

Dua pita hijau dan pita kuning paling atas, masing-masing


bernilai 5% dari median baku dimana anak-anak sudah
mengalami kelebihan bert badan.
Dari

pengukuran

kurva

pertumbuhan

berat

badan

bagaimana status gizi anak dapat di interprestasikan


1.

Apabila pada pengukuran arah garis meningkat (mengikuti


arah kurva) berarti pertumbuhn anak baik dengan status gizi
baik.

2.

Apabila pada pengukuran arah garis mendatar, berarti


pertumbuhan kurang baik dengan status gizi kurang
sehingga anak memerlukan perhatian khusus.

3.

Apabila pada pengukuran arah garis menurun, berada diatas


garis merah berarti anak status gizi buruk dan memerlukan
tindakan segera.

38

Idealnya berat badan bayi berada di garis normal pada grafik


pertumbuhan. Ini artinya pertambahan berat badannya seimbang
dengan pertambahan tinggi badan dan usia. Untuk itulah orang
tua dianjurkan untuk selalu memantau berat badan bayinya secara
berkala dengan membawa anaknya untuk kontrol ke dokter atau
posyandu sebulan sekali untuk mengontrol berat badan (Rini,
2007).
6. Pencegahan Masalah Gizi Buruk
1) Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama mencakup promosi kesehatan dan
perlindungan khusus dapat dilakukan dengan cara memberikan
penyuluhan kepada masyarakat terhadap hal-hal yang dapat
mencegah terjadinya kekurangan gizi. Tindakan yang termasuk
dalam pencegahan tingkat pertama :
1.

Hanya memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai


umur 6 bulan.

2.

Memberikan MP-ASI setelah umur 6 bulan.

3.

Menyusui diteruskan sampai umur 2 tahun.

4.

Menggunakan garam beryodium.

5.

Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A, tablet Fe)


kepada anak balita.

6.

Pemberian imunisasi dasar lengkap.

39

2) Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)


Pencegahan tingkat kedua lebih ditujukan pada kegiatan
skrining kesehatan dan deteksi dini untuk menemukan kasus gizi
kurang di dalam populasi. Pencegahan tingkat kedua bertujuan untuk
menghentikan perkembangan kasus gizi kurang menuju suatu
perkembangan ke arah kerusakan atau ketidakmampuan. Tindakan
yang termasuk dalam pencegahan tingkat kedua :
1. Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada
balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurang.
2. Deteksi dini (penemuan kasus baru gizi kurang) melalui bulan
penimbangan balita di posyandu.
3. Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi).
4. Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi
buruk.
5. Pemantauan Status Gizi (PSG)
3) Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga ditujukan untuk membatasi atau
menghalangi ketidakmampuan, kondisi atau gangguan sehingga
tidak berkembang ke arah lanjut yang membutuhkan perawatan
intensif. Pencegahan tingkat ketiga juga mencakup pembatasan
terhadap segala ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi
saat masalah gizi sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan.
Tindakan yang termasuk dalam pencegahan tingkat ketiga :

40

1) Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan


pertumbuhan.
2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

ibu

dalam

memberikan asuhan gizi kepada anak.


3) Menangani kasus gizi buruk dengan perawatan puskesmas dan
rumah sakit.
4) Pemberdayaan keluarga untuk menerapkan perilaku sadar gizi.
4. Kebutuhan Nutrisi Untuk Balita
Gizi kurang banyak menimpa anak-anak balita sehingga golongan ini
disebut golongan rawan gizi. Masa peralihan antara saat disapih dan mulai
mengikuti pola makanan orang dewasa atau bukan anak merupakan masa
gawat karena ibu atau pengasuh anak mengikuti kebiasaan yang keliru
(Sajogyo et al, 1994). Kebutuhan nutrisi merupakaan kebutuhan yang sangat
penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi
dan anak. Periode usia ini mempunyai dorongan pertumbuhan yang
biasanya bertepatan dengan periode peningkatan masukan dan nafsu makan.
Adanya variasi dalam hal nafsu makan dan asupan makanan pada anak
harus dipahami oleh orang tua agar dapat memberikan respon yang baik
terhadap setiap kondisi yang terjadi pada anak (Sulistyoningsih, 2011). Di
bawah ini adalah pola pemberian makanan pada anak menurut umur.

41

Table 1.1 Pola Makan Balita


Umur (Bulan)

Bentuk makanan

0-6

ASI Ekslusif

6-9

Makanan lumat (MPASI)

10-12

Makanan lembek

12-24

Makanan keluarga

24 -59

Makanan keluarga

(Sumber : DepKes RI, 2002)


Suatu makanan campuran dengan pangan pokok sebagai sumber
protein yang baik, beberapa buah dan sayuran serta beberapa lemak atau
minyak akan mengandung komponen pokok makanan seimbang jika
dimakan dalam jumlah yang cukup dan sehat. Pemilihan pangan yang
dimakan sedapat-dapatnya harus beraneka ragam. Suatu ketentuan yang
baik untuk diikuti ialah makan sekurang-kurangnya sepuluh jenis pangan
yang berlainan setiap hari (Suhardjo, 2003). Pengetahuan tentang kadar zat
gizi dalam berbagai bahan makanan bagi kesehatan keluarga dapat
membantu ibu memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal
akan tetapi nilai gizinya tinggi (Sjahmien Moehji, 2002).
Komponen zat gizi yang dibutuhkan balita untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi sebagai sumber tenaga, sumber zat pembangun dan zat
pengatur dalam tubuh meliputi karbohidrat, lemak, protein, dan air, vitamin
dan mineral.

42

1. Karbohidrat
Karbohidrat diperlukan oleh anak yang sedang tumbuh terutama
sebagai sumber energy. Tidak ada ketetuan tentang kebutuhan minimal
karbohidrat, oleh karena glukosa dalam sirkulasi dapat dibentuk dari
protein dan lemak. Walaupun demikian zat yang mengandung tinggi
protein dan lemak dapat menyebabkan beban bagi ginjal dan sirkulasi.
Masukan yang dianggap optimal berkisar antara 40-60% dari jumlah
total energi, sebagian besar karbohidrat sebaiknya dari jenis
polisakarida seperti yang terdapat dalam beras, gandum, kentang dan
sayuran. Glukosa yang terdapat dalam minuman manis, kue, coklat dan
makanan manis lainnya harus dibatasi dan tidak melebihi 10% dari
jumlah energy. Makanan yang terlalu manis tidak dianjurkan untuk
anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan gigi (Pudjiadi, 2005).
2. Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkutan
vitamin A,D,E, dan K. lemak juga merupakan sumber yang kaya akan
energy, selain itu sebagai pelindung organ tubuh seperti pembuh darah,
saraf, organ dan lain-lain terhadap suhu tubuh dan dapat membantu rasa
kenyang (penundaan waktu pengosongan lambung), komponen lemak
dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan
lemak akan menyebabkan terjadinya perubahan kulit khususnya asam
lenoleat yang rendah, berat badan kurang, akan tetapi apabila konsumsi
lemak dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan berbagai
penyakit pada anak. Oleh karena itu, untuk mendapatkan jumlah lemak

43

yang cukup dapat diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, daging,
ikan, keju, kacang-kacangan dam minyak sayur (Pudjiadji, 2001).
3. Protein
Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam
pembentukan sel. Tersedianya protein dalam jumlah yang cukup
penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan. Protein dalam
tubuh anak harus tersedia dalam jumlah yang cukup ,apabila jumlahnya
berlebih dapat memperburuk isufisiensi ginjal demikian juga apabila
jumlahnya kurang maka dapat menyebabkan kelemahan, kwasiokhor
dan marasmus. Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu,
telur, daging, ikan, unggas, keju, kedele, kacang buncis dan padi-padian
(Pudjiadi, 2001).
4. Air
Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting, mengingat
kebutuhan air pada anak relative tinggi 75-80% dari berat badan
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60%. Air bagi tubuh
dapat berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran sel, sbagai medium
untuk ion, dan pengatur suhu tubuh. Sumber zat air dapat diperoleh dari
air dan semua makanan (Pudjiadi, 2005).
5. Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam
kelompok mikro, yang terdiri dari kalsium yang terdapat di keju, susu,
sayur-sayuran yang berdaun hijau, dan kerang. Klorida termasuk
mineral yang berguna dalam pengaturan tekanan osmotic yang tersedia

44

dalam garam, daging, susu dan telur. Flour merupakan mineral yang
berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan tulang yang apabila
tersedia dalam jumlah yang kurang menyebabkan karies gigi, sumber
dari flour ini terdapat pada air, makanan laut, dan tumbuh-tumbuhan.
Yodium merupakan mineral yang terdapat dalam garam, apabila
tersedia dalam jumlah kurang dapat mengakibatkan penyakit gondok
dan dapat menggagngu pertumbuhan.
6. Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organic yang digunakan untuk
mengkatalisator metabolism sel yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta dapat mempertahankan fungsi organ. Vitamin yang
dibutuhkan meliputi vitamin A, vitamin B, vitamin B komplek, vitamin
C, vitamin B2, vitamin B12, vitamin D, vitamin E dan Vitamn K.
Table 1.2 Kebutuhan Energi Per Hari
Umur

Berat badan

Tinggi badan

Energi

(kg)

(cm)

(Kkal)

0-6 bulan

5,5

60

560

7-12 bulan

8,5

71

800

1-3 tahun

12

89

1220

4-6 tahun

18

108

1720

5. Pentingnya Pengetahuan Tentang Gizi


Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi
didasarkan pada tiga kenyataan yaitu:

45

1) Status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan


2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya
mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan
tubuh yang optimal.
3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk
dapat belajar mengguanakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi
(Suhardjo, 2003).
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seeorang mampu
menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan
gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah
makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Sediaoetomo, 2000).
Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan semakin
mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota
keluargnya termasuk pada anak balitanya. Hal ini dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah
gangguan gizi pada keluarga (Harpper, Deaton dan Driskel ,1986 dalam
Morani, 2008).
D. Peranan Ibu
Peranan ibu dalam keluarga adalah sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya,
ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidikk anak-anaknya, pelindung dan dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya. Peran ibu dalam mempengaruhi kualitas sumberdaya manusisa dan

46

pembanguanan sangat penting, karena besarnya peran ibu dalam melahirkan


kehidupan dan memelihara kehidupan yang dilahirkannya. Pengaruh ibu
terhadap kehidupan seorang anak telah dimulai selama dia hamil, selama masa
bayi, dan berlanjut terus sampai anak itu memasuki usia sekolah (Kusnadi,
2001).
Prilaku ibu seperti cara memelihara kebersihan rumah, hygiene makanan
kebersihan perorangan dan praktik psikososial adalah faktor-fakor penting yang
berpengruh terhadap proses tumbuh kembang anak. Demikian pula faktor
lingkungan seperti ketersediaan air bersih dalam rumah, bahan pangan yang
tersedia untuk makan sehari-hari, dan pengetahuan ibu. Latar belakang
pendidikan ibu serta keadaan kesehatan fisik dan mental dan kemempuan ibu
mempraktikan pengetahuan yang dipunyai dalam kehidupan sehari-hari
semuanya berakumulasi dalam membentuk kualitas tumbuh kembang anak.
Pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin tumbang anak
yang optimal. Misalnya pada keluarga miskin yg ketersediaan pangan dirumah
tangga belum mencukupi, namun ibu yang tahu bagaimana mengasuh anaknya,
dapat memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk dapat menjamin
tumbuh kembang anak yang optimal sebagai contoh menyusi anak adalah prktik
memberikan makanan, kesehatan dan pengasuhan yang terjadi bersamaan
(Soetjiningsih, 1995).
Ibu yang dapat membimbing anak dengan cara makan yang sehat dan
makanan yang bergizi akan meningkatkan gizi anak. Banyaknya porsi yang
dapat dihabiskan anak, tergantung pada bagaimana ibu memberi makan kepada
anakanya (Staf pengajar ilmu kesehatan anak FK UI, 1985).

47

E. Penelitian Terkait
1. Rubiyanto Teguh (2002), peelitiannya yang berjudul faktor-faktor yang
berhubuungan dengan pengetahuan ibu mengenai AIDS (anallisis data
sekunder SDKI97). Penelitian ini menggunakan desain analisis data
sekunder dengan hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengetahuan ibu mengenai AIDS diantaranya umur, tingkat pendidikan,
pekerjaan, tempat tinggal serta keterpajanan informasi. Dimana analisis
bivariatnya terdapat hubungan yang bermakna diantara faktor-faktor tersebut
terhadap pengetahuan.
2. Kosasih (1996), penelitiannya yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan
dengan pengetahuan dan sikap kepala keluarga dan tokoh masyarakat tentang
kusta di Kabupaten Kuningan. Hasil penelitian menunjukakan hubungan
bermakna antara faktor umur, pendidikan, dan lingkungan dengan
pengetahuan mengenai kusta.
3. Sandjaja (2000). Penelitianya yang berjudul Penyimpangan Positif (Positif
Deviance) Status Gizi Anak Balita dan faktor-faktor yang berpengaruh
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yangberhubungan
dengan malnutrisi anak di bawah lima tahun. Studi ini telah dilakukan dari
bulan Juli sampai September 2000 diPagelaran, Ciomas, Kecamatan Bogor,
Jawa Barat. Subyek penelitian adalah 60 anak kekurangan berat badan yang
dipilih dari tiga Posyandu. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa sebagian
anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya
adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan berkembang, salah satu

48

faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan


kesehatan
4. Dyah Catur Purwaningtyas (2008), Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Seimbang Untuk Anak Usia 1-3 Tahun (Toodler) di Posyandu
Bobo Desa Sidoarjo Kecamatan Jambon Ponorogo penelitian ini merupakan
penelitian deskripif dengan hasil penelitian didapatkan dari 33 responden
berupa 60.6% ibu mempunyai pengetahuan buruk dan 39.4% ibu mempunyai
pegetahuan baik Tentang Gizi Seimbang Untuk Anak Usia 1-3 Tahun
(Toodler).
5. Rahmaulina (2006), penelitian yang berjudul Hubungan pengetahuan ibu
tentang gizi dan tumbuh kembang anak serta stimulasi psikososial dengan
perkembangan

kognitif anak usia 2-5 tahun. Hasil penelitian ini

menunjukkan adanya hubungan yang nyata dan positif dengan pengetahuan


ibu mengenai gizi dan tumbuh kembang anak serta pemberian stimulasi
psikososial pada anak sehingga dengan semakin tinggi pendapatan perkapita
dan pendidikan orangtua maka pengetahuan ibu mengenai gizi dan tumbuh
kembang anak serta pemberian stimulasi psikososial semakin baik.
Pengetahuan ibu mengenai gizi dan tumbuh kembang anak serta stimulasi
psikososial juga menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan dengan
perkembangan kognitif anak. Semakin tinggi pengetahuan ibu mengenai gizi
dan tumbuh kembang anak, serta pemberian stimulasi psikososial pada anak
maka perkembangan kognitif anak semakin baik pula.

49

F. Kerangka Teori
Langsung

Penyebab gizi
buruk

- penyakit bawaan
- makanan

Tak langsung
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan meliputi
- Usia
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Sosial ekonomi
- Pengalaman

- Ketahanan pangan keluarga


yang kurang memadai.
-Pola pengasuhan anak kurang
memadai
-Pelayanan kesehatan dan
lingkungan kurang memadai.

Pengetahuan ibu

Gambar 2 Dimodifikasi dari Notoatmodjo (2007),


UNICEF (1988) dalam Depkes (2005)

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2009).
Kerangka konsep penelitian ini di buat untuk melihat factor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang status
gizi buruk, serta melihat gambaran pengetahuan ibu tentang gizi buruk. Agar
lebih jelas bagaimana penelitian ini dilakukan Maka dibawah ini dijelaskan
kerangka konsep penelitian, yaitu :
Variable independent

Variable dependent

Faktor- faktor yang


mempengaruhi pengetahuan
1. Pendidikan
2. Usia
3. Pekerjaan
s
4. Sosial ekonomi/

Pengetahuan
ibu tentang
gizi buruk

pendapatan keluarga
5. Pengalaman

Gambar 3.1 kerangka konsep penelitian

50

51

B. Definisi Operasional
Definisi operasional yaitu mendefinisikan variabel sacara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
atau fenomena (Hidayat, 2009).

Table 3.2
Variable

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala

Variable

Proses belajar Responden

Kuesioner

1. Pendidikan

Ordinal

independent

mengajar

Dengan

Operasional

a. Pendidikan

diberi

dasar

(SD

yang didapat pertanyaan

pertanyaan

/tidak tamat

dari

dengan tiga

SD, SMP)

jenjang tentang

pendidikan

a. Usia

pendidik-

kategori 0, 2. Pendidikan

terakhir yang annya

1,

dan

menengah

diperoleh

yang

pada

oleh

dikelompokk

kuesioner A 3. Pendidikan

responden

an menjadi

data

tinggi

1.SD

demografi

(perguruan

2. SMP

responden

tinggi,

(SMA)

3. SMA

Akademi)

4.

(Depdiknas,

Akademi/PT

2005)

Lama waktu Responden

Kuesioner

hidup

Dengan

atau diberi

1. Usia
1

respoden <32

Ordinal

52

ada

(sejak pertanyaan

pertanyaan

tahun

pada

(dewasa

sampai ulang usianya

kuesioner A

muda)

tahun terakhir

dengan dua 2.

Usia

atau

kategori 0,

responden

penelitian

1,

32

berlangsung

data

(dewasa tua)

demografi

(Notoatmodo

responden

, 2003)

dilahirkan)

tentang

saat

b. Pekerjaan Kegiatan

pada

Respon-den

Kuesioner

responden

diberi

Dengan

yang

pertanyaan

pertanyaan

dilakukan

tentang

pada

secara

rutin Pekerjaannya

tahun

1. Tidak
1

Nominal

bekerja
seperti IRT
2. Bekerja yang

kuesioner A

mencakup

untuk

dengan dua

Karyawan,

menghasilkan

kategori

PNS

(penghasilan)

dan 1 pada

guru, tenaga

uang

data

kesehatan

demografi

Dll

Sipil,

responden

c. Sosial

Jumlah

Menanya-kan

Kuesioner

ekonomi/pen

pendapatan

kepada

Dengan

dapatan

tetap

keluarga

sampingan
dari

dan responden
tentang

kepala penghasil-an

keluarga,ibu

perbulan

1. Pendapatan / Ordinal
1

kapita/bulan

pertanyaan

<UMR

Rp

pada

1.529.150,00

kuesioner A

/kapita/bulan

dengan dua 2. Pendapatan /

dan anggota keluarga

kategori

keluarga lain

dan 1 pada

UMR

dalam

data

1.529.150,00

demografi

/kapita/bulan

bulan.

kapita/bulan
Rp

53

responden

(Disnaker,
2011)

d. Penga-

Riwayat yang Responden

Kuesioner

1. Tidak pernah

laman

dimiliki

diberi

Dengan

responden

pertanyaan

pertanyaan,

dalam

tentang

merawat

penga-laman

pertanyaan

balita

merawat

terbuka dan

balita

Nominal

2 2. pernah

pertanyaan
tertutup
dengan
skala
Guttman
pada
kuesioner B
dengan

kategori

dan 1.
Variabel

Pengetahuan

Pertanyaan

Kuesioner

1. Kurang(sko

dependen

yang

kepada

dengan 20

r 55%)

Pengetahuan

dimaksud

responden

pertanyaan

2. Cukup (skor

dalam

menggunaka

pada

penelitian ini

n kuesioner

kuesioner C

adalah hal-

dengan skala

76-100%)

hal yang

guttman

(Arikunto,

diketahui

tentang

2006).

oleh ibu yang

pengertian,

mempunyai

etiologi,

balita tentang

tanda dan

gizi buruk

gejala,

56-75%)
3. Baik (skor

Ordinal

54

dampak dan
pencegah-an
gizi buruk
serta
kebutuhan
nutrisi balita
gizi buruk

C. Hipotesis
Hipotesa yang ditegakkan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternative
(Ha), yaitu
1. Ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur.
2. Ada hubungan usia dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur.
3. Ada hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur.
4. Ada hubungan tingkat sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu
tentang gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur.
5. Ada hubungan pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif
analitik, jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain
cross sectional. Penelitian kuntitatif adalah penelitian yang menekankan
analisanya pada data-data numerical atau angka yang diolah dengan metode
statistika (Nursalam, 2008). Desain cross sectional merupakan rancangan
penelitian yang pengukuran atau pengamatannya dilakukan secara simultan
dalam satu waktu (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini peneliti akan
mengajukan pertanyaan berupa kuesioner untuk meneliti faktor-faktor yang
berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita.

B. Identifikasi Variabel
1. Variabel independen
Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variable dependen (Hidayat, 2009). Variabel
independen pada penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan meliputi pendidikan, usia, pekerjaan, pendapatan keluarga
dan pengalaman.

55

56

2. Variabel dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2009). Variabel
dependent pada penelitian ini yaitu pengetahuan ibu tentang gizi buruk.

C. Lokasi dan Waktu


Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur,
Tangerang Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2012.
Lokasi penelitian dipilih dengan alasan bahwa dari hasil studi pendahuluan
membuktikan bahwa responden mempunyai pengetahuan yang kurang
tentang gizi buruk sebesar 0,4% dari 10 orang responden serta lokasi ini
belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita dan di
puskesmas.

D. Populasi, Sample dan Teknik Pengambilan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2011). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak balita
di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur, sedangkan sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
2011). Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu-ibu yang mempunyai anak balita
yang sesuai dengan kriteria inklusi yang berada di wilayah kerja puskesmas

57

Ciputat Timur. Adapun sample yang akan diteliti harus mempunyai kriteria
sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
1. Ibu yang mampu membaca dan menulis.
2. Ibu yang kooperatif
b. Kriteria eksklusi
1. Ibu yang tidak mampu membaca dan menulis.
2. Ibu yang menolak dijadikan sampel
c. Besar sampel
Penelitian ini menggunakan variable uniariat dan bivariat maka,
ukuran besar sampel diambil dengan menggunakan rumus cross
sectional untuk uji beda 2 proporsi (Hidayat, 2009), yaitu :

Dengan rumus:

(
)

Keterangan :
n

: Besar sampel minimum

Z1-/2

: nilai distribusi normal baku table Z pada tertentu = 95%


= 1,96

Z1-

: nilai distribusi normal baku table Z pada tertentu =0,84

P1

: 31,4% (pengetahuan ibu yang kurang tentang gizi dengan


balita gizi buruk berdasarkan penelitian wijayanto di Bogor
Utara)

58

P2

: 6,2% (proporsi pengetahuan ibu yang baik tentang gizi


dengan balita gizi buruk berdasarkan penelitian wijayanto di
Bogor Utara)

: P1+P2/2= 0,314+0,062/2=0,188

jadi, jumlah sampel:

Karena menggunakan uji hipotesis maka dikali 2 jadi 36x2=72


Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan
peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal. Cadangan 10% x
72 = 7,2 =7 responden. Jadi total responden pada penelitian kali ini adalah
72+7 = 79 Responden.

59

d. Teknik Pengambilan Sempel


Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sempel yang
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah
sempel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2009).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental
sampling. Teknik accidental sampling yaitu cara pengambilan sampel
yang dilakukan dengan kebetulan bertemu (Hidayat, 2009). Teknik
pada penelitian ini dilakukan saat ibu datang ke Posyandu Ciputat
Timur dengan membawa balita dan akan langsung dijadikan sebagai
sampel utama. Sampel dari 42 posyandu di ambil 15 posyandu yang
dijadikan sampel dengan alasan selama penelitian berlangsung 15
posyandu telah mencukupi jumlah sampel yang dibutuhkan. Penelitian
dilaksanakan selama 2 minggu. Posyandu A mendapat 5 reponden dan
yang lain menolak dijadikan responden, Posyandu B dengan 3
responden, posyandu C mendapat 8 responden, rata-rata satu posyandu
mendapat 5-8 responden. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan
responden

dan

keterbatasan

peneliti.

Kebanyakan

responden

terpengaruh oleh responden lain yang menolak untuk penelitian,


sehingga dibutuhkan beberapa posyandu untuk memenuhi jumlah
sampel yang dibutuhkan.

60

E. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam penelitian
(Nursalam, 2003). Setelah didapatkan subjek penelitian, langsung dilakukan
pengumpulan data dengan pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang akan diisi
oleh responden mengenai berupa usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, tingkat
pendapatan dan pengalaman serta pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada
balita. Instrument dirancang berdasarkan skala Guttman dimana skala ini
merupakan skala pengukuran dengan jawaban pertanyaan ya/tidak, positif dan
negatif, setuju atau tidak setuju, benar dan salah (Hidayat, 2009).
1. Proses pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur dengan proses sebagai berikut:
a. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik
dilanjutkan dengan membuat surat permohonan jurusan PSIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta ditujukan kepada kepala Dinas Kesehatan
Tangerang Selatan.
b. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan, peneliti
menyerahkan surat permohonan tersebut kepada kepala Puskesmas
Kecamatan Ciputat Timur.
c. Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan sampel dengan teknik
accidental sample yaitu ibu yang datang ke puskesmas
membawa balita dijadikan sampel utama.

dengan

61

d. Kemudian peneliti melakukan screening responden berdasarkan


kriteria eksklusi
e. Peneliti mengadakan pendekatan dan penjelasan kepada calon
responden tentang penelitian dan bagi responden yang bersedia
dipersilahkan menandatangani persetujuan penelitian.
f. Peneliti menjelaskan ke responden tentang cara pengisian kuesioner
tentang data demografi, tingkat pendapatan, dan kuesioner tentang
pengetahuan gizi buruk.
g. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner dan
memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika masih
ada yang belum jelas.
h. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, kemudian
peneliti mengumpulkan dan memeriksa kembali kelengkapan data.
i. Setelah proses pengumpulan data selesai, peneliti mengucapkan
terima kasih kepada responden atas partisipasinya.
2. Alat Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang diteliti metode ini
memberikan hasil secara langsung (Nursalam, 2003). Dalam metode
wawancara ini, dapat digunakan instrumen berupa pedoman
wawancara kemudian daftar periksa atau check list kepada
responden untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita.

62

b. Angket /kuesioner
Kuesioner merupakan petanyaan tertulis yang diajukan
kepada responden (Nursalam, 2003). Kuesioner akan diisi oleh
responden untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita. Kuesioner yang
digunakan terdiri dari dua bagian:
1) Kuesioner A
Kuesioner

ini

berisi

pertanyaan

mengenai

data

demografi responden yang termasuk dalam faktor-faktor


yang akan diteliti meliputi umur, pendidikan terakhir,
pekerjaan, dan tingkat pendapatan keluarga.
2) Kuesioner B
Kuesioner ini berisi pertanyaan yang berhubungan
dengan pengalaman ibu yang pernah atau tidak pernah
merawat balita sebelumnya yang mencakup 2 pertanyaan
yang

meliputi 1 pertanyaan terbuka dan 2 pertanyaan

tertutup dengan menggunakan skala Guttman. Penilaian


pengalaman didasarkan pada jumlah jawaban pernah, jika
jawaban pernah lebih dari 2 jawaban maka dinyatakan pernah
mempunyai pengalaman.
3) Kuesioner C
Kuesioner ini terkait dengan pengetahuan responden
mengenai gizi buruk yang mencakup 20 pertanyaan yang
merupakan pertanyaan tertutup (closed form questionare),

63

yaitu pertanyaan yang sudah disediakan


sehingga

memudahkan

responden

untuk

jawabannya
menjawab

(Arikunto, 2006).
Pertanyaan dalam kuesioner C terdiri dari pernyataan positif dan
pernyataan negative. Pernyataan positif atau favorable (positive
statement) adalah jika jawaban benar nilai 1, dan jawaban salah nilai
0 sebanyak 15 pernyataan sedangkan pernyataan negatif atau
unfavorable (negative statement) adalah jika jawaban salah nilai 1, dan
jawaban benar nilai 0 sebanyak 5 pernyataan. Penjabaran materi (kisikisi) yaitu pengertian soal no 1, penyebab soal no 2 dan 19,tanda dan
gejala soal no 3, 4, 8,dan 18, dampak soal no 5, 11, dan 13, penilaian
soal no 9, 10, 15,dan 16, pencegahan soal no 12, konsep balita soal no
7 dan 6, nutrisi balita soal no 14, 17, 18 dan 20. Skor dari pertanyaan
tentang pengetahuan berkisar antara 0 hingga 100% yang ditentukann
dengan rumus :

Hasil dibagi kedalam 3 kategori yaitu kurang=0-55%, cukup=56%75%, baik=76%-100% (Arikunto, 2006).

F. Teknik Uji Instrumen Penelitian


Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan uji realibilitas data. Uji

64

coba instrument dilakukakn pada tanggal 2-10 Agustus tahun 2012 dilakukan
di kelurahan Cempaka Putih dengan jumlah responden 20 orang.
1. Uji validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benarbenar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005). Suatu kuesioner
dikatakan

valid

jika

pertanyaan

pada

kuesioner

mampu

untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam


hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat
mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan
menghitung korelasi antara masingmasing skor item pertanyaan dari tiap
variabel dengan total skor variabel tersebut (Arikunto, 2006).
Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment.
r hitung =

r hitung

= Koefisien korelasi

= Jumlah responden

) (
(

)(

)
(

Xi = Jumlah skor item


Yi = Jumlah skor total
Uji validitas ini dilakukkan pada tanggal 2 Agustus sampai dengan
4 Agustus 2012 di Kelurahan Cempaka Putih pada 20 responden.
Penghitungan uji validitas skala tingkat pengetahuan tentang gizi buruk
pada balita. uji ini diselesaikan dengan menggunakan SPSS 16.0 for
Windows, dan diperoleh hasil r tabel dengan nilai 0,38. Dari 20 item yang
tersusun ditemukan 3 item pertanyaan pada skala tingkat pengetahuan
tentang gizi buruk yang gugur atau tidak valid, yaitu pertanyaan no

65

18,19,dan 20. Beberapa pertanyaan yang tidak valid tersebut didrop atau
dihapuskan dikarenakan tidak mengurangi indikator yang akan diukur dan
telah terwakilkan oleh beberapa pertanyaan yang valid dan pertanyaan
yang valid ditetapkan untuk dipakai (Djalil dan Muljono, 2007).
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Teknik
pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik Alfa Cronbach (),
dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r
tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Sebaliknya bila r alpha < r tabel
maka pertanyaan tersebut tidak reliable.
Hasil dari uji reliabilitas penelitian menunjukkan nilai Alpha
Crombach()

dari

masing-masing

variabel,

yaitu

pada

variable

pengetahuan adalah 0,884. Nilai tersebut menunujukkan bahwa pertanyaan


yang berada dalam kuisioner dapat dikatakan reliabel.

G. Etika Penelitian
1. Prinsip-prinsip Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar
manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,

66

sehingga peneliti yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi


kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus
dipahami menurut Hidayat (2009) antara lain:
a) Prinsip Manfaat (Beneficient)
Prinsip aspek maka segala bentuk manfaat adalah segala bentuk
penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan

manusia.

Prinsip

ini

dapat

ditegakkan

dengan

membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada


manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian
yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan
antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang
dilakukan dapat mengalami dilema etik.
b) Prinsip Menghormati Manusia (Human dignity)
Manusia mempunyai hak dan merupakan makhluk yang mulia
yang harus di hormati, karena manusia berhak untuk menentukan
pilihan antara mau dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subyek
penelitian.
c) Prinsip Keadilan (Justice)
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia
dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak
menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam perlakuan
terhadap manusia.

67

2. Masalah Etika Penelitian


Etika penelitian keperawatan merupakan hal yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat

penelitian keperawatan berhubungan

langsung

maka

dengan

manusia,

segi

etika

penelitian

harus

diperhatikan(Hidayat, 2009). Masalah etika yang harus diperhatikan


menurut Hidayat (2009) sebagai berikut:
a. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian

dilakukan

dengan memeberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.


Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, ,mengetahui dampaknya.
Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam
informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan
dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,
prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,
kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
b. Tanpa nama (Anonimity)
Masalah

etika

keperawatan

merupakan

masalah

yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara


tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

68

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalak
lainnya.

Semua

informasi

yang

telah

dikumpulkan

dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan


dilaporkan pada hasil riset.
H. Pengolahan Data dan Analisa Data
a. Pengolahan data
Proses pengolahan data peneliti menggunakan langkah-langkah
pengolahan data (Sugiyono, 2011) diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing
dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik
(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian
kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data
menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat
juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk

69

memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu
variabel.
3. Scoring
Tahap ini meliputi nilai masing-masing pernyataan dan
penjumlahan hasil scoring dari semua pernyataan.
4. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
5. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data
yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan
mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.
b. Analisa data
Analisa dalam penelitian ini terdiri dari:
a) Analisis univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dalam tiap variabel (Notoatmodjo, 2005).
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui proporsi masing-masing
variable yang diteliti. Variable tersebut yaitu: factor pengetahuan
(pendidikan, social ekonomi, sumber informasi, usia pengalaman
dan pekerjaan), pengetahuan tentang gizi buruk.

70

b) Analisis bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005). Analisis
bivariat pada penelitian ini mengunakan bantuan penghitungan
komputer dengan analisa uji korelasi spearman yang digunakan
untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara variable
independen dengan variable dependen, yang dilakukan analisis
bivariat

yaitu,

factor

yang

mempengaruhi

pengetahuan

(pendidikan, social ekonomi, usia pengalaman dan pekerjaan) yang


dihubungkan dengan pengetahuan tentang gizi buruk pada balita.
Adapun rumus Uji Korelasi Spearman Rank menurut Hidayat
(2009) dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Membuat hipotesis
2. Membuat table penolong untuk menghitung rangking
3. Menentukan rs hitung dengan rumus rs= 1

4. Menentukan nilai rs table spearman


5. Menentukan Z hitung dengan rumus Zhitung=
6. Membuat kesimpulan
a. Apabila Z hitung > Z tabel maka Ho ditolak artinya signifikan
b. Apabila Z hitung < Z tabel maka Ho diterima artinya tidak
signifikan

BAB V
HASIL PENELITIAN

Bab ini memaparkan secara lengkap hasil penelitian mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu dari
tanggal 10 September Sampai 21 September 2012. Wawancara dan pembagian
kuesioner dilakukan di 15 posyandu yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Timur yang berlangsung saat penelitian dilakukan.
A. Deskripsi Umum lokasi Penelitian
1. Puskesmas Ciputat Timur
Puskesmas Ciputat Timur merupakan salah satu dari 4 puskesmas
yang ada di wilayah Kecamatan Ciputat Timur. Letaknya berbatasan
dengan :
Sebelah Utara

: DKI Jakarta

Sebelah Selatan

: Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat

Sebelah Barat

: Wilayah Kerja Puskesmas Rengas Dan DKI Jakarta

Sebelah Timur

: Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

Puskesmas Ciputat Timur terletak di Jalan Rempoa No 1 Kelurahan


Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Propinsi
Banten. Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur terdiri dari 2 kelurahan
yaitu Kelurahan Rempoa dan Kelurahan Cempaka Putih dengan total
jumlah penduduk sebanyak 60.094 jiwa. Puskesmas Ciputat Timur
membawahi 42 posyandu.

71

72

2. Pencapaian Progam Kesehatan


Sesuai dengan peraturan pemerintah program puskesmas meliputi;
program promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi
,pencegahan dan pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
pelayanan pengobatan, program lansia, program UKS, dan program
NAPZA.
Program perbaikan gizi di Puskesmas Ciputat Timur dilakukan
dengan cara meningkatkan pemantauan pertumbuhan balita dengan
pelayanan gizi. Indikator keberhasilan pencapaian program perbaikan
gizi dapat dilihat dari pemantauan pertumbuhan bayi dan balita melalui
penimbangan setiap bulan di posyandu. Dari 3995 balita yang ada di
Puskesmas Ciputat Timur, balita yang ditimbang sebanyak 90,00%.
Berat badan yang naik sebanyak 72,2%, balita Bawah Garis Merah
sebanyak 0,2%, dan balita gizi buruk sebanyak 0,35%. Data diperoleh
berdasarkan profil puskesmas tahun 2011.
B. Analisis Univariat
1. Gambaran Distribusi Umur Responden
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden Di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan
2012
Umur
n
%
<32 tahun
34
43
32 tahun
45
57
79
100
Jumlah

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dari 79 responden dapat


diketahui bahwa responden yang berumur 32 tahun lebih banyak

73

dibandingkan dengan responden yang berumur <32 yaitu sebanyak


45 responden (57%) sedangkan responden yang berumur <32 tahun
sebanyak 34 responden (43%).
2. Gambaran Distribusi Tingkat Pendidikan Responden
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden Di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang
Selatan Tahun 2012
Pendidikan
N
%
Dasar
24
30.4
Menengah
39
49.4
Tinggi
16
20.3
79
100
Jumlah

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan dari 79 responden yang


mempunyai pendidikan setingkat dasar sebanyak 24 responden
(30,4%) responden yang memiliki tingkat pendidikan setingkat
menengah sebanyak 39 responden (49,4%), sedangkan responden
yang tingkat pendidikan setingkat pendidikan tinggi sebanyak 16
respoden (30,4%).
3. Gambaran Distribusi Status Pekerjaan Responden
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Responden
Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Tangerang Selatan
Pekerjaan
N
%
56
70.9
Tidak Bekerja
23
29.1
Bekerja

Tabel 5.4 diketahui bahwa responden yang tidak bekerja lebih


banyak dibandingkan dengan responden yang bekerja, yaitu 56

74

responden (70,9%), sedangkan responden yang tidak bekerja ada 23


responden (29.1%).
4. Gambaran Distribusi Status Pendapatan Responden
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Responden
Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Tangerang Selatan
Pendapatan
N
%
39
49.4
<UMR
40
50.6
UMR
79
100
Jumlah

Tabel

5.4

diketahui

bahwa

dari

79

responden

yang

berpendapatanUMRRp 1.529.150,00 /kapita/bulanlebih banyak


dibandingkan dengan responden yang berpendapatan <UMRRp
1.529.150,00 /kapita/bulanyaitu 40 responden (50,6%), sedangkan
responden yang yang berpendapatan < UMR/ kapita/bulan sebanyak
39 responden (49,4%).
5. Gambaran Distribusi Status Pengalaman Merawat Balita Gizi
Buruk
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan pengalaman Merawat Balita
Gizi Buruk Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur Tangerang Selatan
Pengalaman
N
%
7
8,9
Pernah
72
91,1
Tidak Pernah
79
100
Jumlah

Tabel 5.4 diketahui bahwa hanya sedikit responden yang


pernah merawat balita gizi buruk yaitu sebanyak 7 responden (8,9%),

75

sedangkan yang belum pernah merawat balita gizi buruk sebanyak


72 responden (91,1%) dari 79 responden.
6. Gambaran

Distribusi

Frekuensi

Berdasarkan

Tingkat

Pengetahuan Responden Tentang Gizi Buruk Pada Balita


Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Responden Tentang Gizi Buruk Pada Balita Di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan
Pengetahuan
N
%
8
10,1
Kurang
29
36,7
Cukup
42
53,2
Baik
79
100
Jumlah

Tabel 5.6 diketahui bahwa dari 79 responden yang mempunyai


pengetahuan kurang sebanyak 18 responden (22,8%), responden
yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 61 responden (77,2%).

C. Analisi Bivariat
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat maka analisis
bivariat merupakan analisis data yang menguji ada atau tidaknya hubungan
antara variabel-variabel yang diteliti. Variable

dependen (umur,

pekerjaan,

dengan

pendidikan,

pendapatan,

pengalaman)

variable

independen (pengetahuan). Uji bivariat ini menggunakan uji Chi Square


dengan tingkat kemaknaan 0,05 ( = 5%).

76

1. Hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu tentang gizi


buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur Tangerang Selatan
Table 5.7
Proporsi umur menurut pengetahuan tentang gizi buruk balita di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang
Selatan
P
Umur
Pengetahuan
Total
Value
Kurang
Cukup
Baik
<32 Th
32 Th
Total

N
5
3
8

%
N
14,7 19
6,7
10
10,1 29

%
55,9
22,2
36,7

N
10
32
42

%
29,4
71,1
53,2

N
34
45
79

%
100
100
100

Koef
korelasi

0,024 0,254

Berdasarkan table 5.7 diketahui dari 79 responden ibu yang


berumur <32 tahun diantaranya 5 responden (14,7%) mempunyai
pengetahuan kurang, 19 responden (55,9%) mempunyai pengetahuan
cukup, dan 10 responden (29,4%) mempunyai pengetahuan baik. Ibu
yang beumur 32 tahun sebanyak 3 responden (6,7%) mempunyai
pengetahuan kurang, 10 responden (22,2%) mempunyai pengtahuan
cukup dan 32 responden (71,1%) mempunyai pengetahuan baik. Dari
total keseluruhan 79 responden.
Analisis bivariat dengan menggunakan uji Spearman Rank
didapatkan hasil p value (sig 2 tailed) sebesar 0,024 (<=0,05) dengan
taraf kepercayan 0,05 atau 95% dengan demikian Ho ditolak artinya
ada hubungan antara umur ibu dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.
Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,254 yang
termasuk kedalam kategori rendah (0,20-0,399) (Sugiyono, 2008).

77

2. Hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang


gizi buruk pada balita di kelurahan rempoa kecamatan ciputat
timur
Tabel 5.8
Proporsi pendidikan ibu menurut pegetahuan tentang gizi buruk Di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang
Selatan
P
Koefisien
Pendidika
Pengetahuan
Total
Value
korelasi
n
Kurang
Cukup
Baik
N %
N %
N %
N %
0,000 0,761
8
33,3
16
66,7
0
0
24
100
Dasar
13 33,3 26 66,7 39 100
Menengah 0 0
0 0
0
0
16 100 16 100
Tinggi
8 10,1
29 36,7 42 53,2 79 100
Total

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui dari 79 responden ibu


yang berpendidikan diantaranya 8 responden (33,3%) mempunyai
pengetahuan kurang, 16 responden (66,7%) mempunyai pengetahuan
cukup, dan tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan baik
(0%). Ibu yang berpendidikan tingkat menengah tidak ada responden
yang mempunyai pengetahuan kurang, 13 responden (33,3%)
mempunyai pengtahuan cukup dan 26 responden (66,7%) mempunyai
pengetahuan baik. Sedangkan ibu yang berpendidikan tingkat tinggi
tidak ada responden yang pengetahuan kurang (0%), tidak ada
responden yang mempunyai pengetahuan cukup dan 16 responden
(100%) mempunyai pengetahuan baik.
Analisis bivariat dengan menggunakan uji Spearman Rank
didapatkan hasil p value (sig 2 tailed) sebesar 0,000 (<=0,05) dengan
tingkat kepercayan 0,05 atau 95% dengan demikian Ho ditolak artinya
ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pengetahuan ibu tentang

78

gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.


Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,761 yang
termasuk kedalam kategori kuat (0,60-0,799) (Sugiyono, 2008).

3. Hubungan antara pekerjaan dengan pegetahuan ibu tentang gizi


buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur Tangerang Selatan.
Tabel 5.9
Proporsi pekerjaan menurut pengetahuan pegetahuan ibu tentang gizi
buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur Tangerang Selatan
P
Kofisien
Pekeerjaan
Pengetahuan
Total
Value
korelasi
Kurang
Cukup
Baik
N %
N
%
n
%
N
%
0,000 -0,436
0
0
3
13
20 87
23 100
Bekerja
8
14,3 26 46,4 22 39,3 56 100
Tdk
bekerja
8
10,1 29 36,7 42 53,2 79 100
Total

Berdasarkan table 5.9 dari 79 responden dapat diketahui


proporsi ibu yang mempunyai pekerjaan diantaranya tidak ada
responden (0%) mempunyai pegetahuan kurang, 3 responden (13%)
mempunyai pengetahuan cukup, 20 responden (87%) mempunyai
pengetahuan baik. Sedangkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 8
responden (14,3%) mempunyai pengetahuan kurang, 26 responden
(46,4%) mempunyai pengtahuan cukup, dan 22 responden (39,3%)
mempunyai pengetahuan baik.
Dari analisa bivariat dengan menggunakan uji Spearman Rank
didapatkan hasil p value (sig 2 tailed) sebesar 0,000 < dengan
koefisien korelasien sebesar -0,436 yang berarti bahwa Ho ditolak

79

artinya ada hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu


tentang gizi buruk pada balita di wilayah kerja puskesmas Ciputat
Timur karena hasil koefisien korelasien negatif menandakan
hubungan terbalik artinya, ibu yang tidak bekerja mempunyai
pengetahuan yang baik dari pada ibu yang bekerja.

4. Hubungan antara pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu


tentang gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur Tangerang Selatan.
Tabel 5.10
Proporsi pendapatan keluarga menurut pengetahuan ibu tentang gizi
buruk Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Tangerang Selatan.
P
Koefisie
Pendapatan
Pengetahuan
Total
Value n
Keluarga
Kurang
Cukup
Baik
korlasi

<UMR
UMR
Total

N
7
1
8

%
n
17,9 17
2,5
12
10,1 29

%
43,6
30
36,7

N %
15 38,5
27 67,5
42 53,2

N
39
40
79

%
100
100
100

0,004 0,323

Berdasarkan tabel 5.10 dari 79 responden didapatkan proporsi


pendapatan keluarga menurut tingkat pengetahuan yaitu ibu yang
pendapatan keluarga <UMR didapatkan hasil 7 responden (17,9%)
mempunyai pengetahuan kurang, 17 responden (43,6%) mempunyai
pengetahuan cukup, 15 responden (38,5%) mempunyai pengetahuan
baik. Ibu yang pedapatan keluarganya UMR didapatkan hasil
sebagai berikut 1 responnden (2,5%) mempunyai pengetahuan kurang,
12 responden (30%) mempunyai pengetahun cukup, 27 responden
(67,5%%) mempunyai pengetahuan baik .

80

Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Spearman Rank


menunjukkan bahwa p value (sig 2 tailed) 0,004 < (0,05) dengan
tingkat kepercayan 0,05 atau 95% dengan demikian Ho ditolak artinya
ada hubungan antara pendapatan dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.
Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,323 yang
termasuk kedalam kategori rendah (0,20-0,399) (Sugiyono, 2008).

5. Hubungan pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang gizi


buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur Tangerang Selatan
Tabel 5.11
Proporsi pengalaman ibu menurut tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi buruk pada balita Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur Tangerang Selatan
P
Pengalaman
Pengetahuan
Total
Value
Kurang
Cukup
Baik
N %
N
%
n
%
N %
0,343
2 28,6
2
28,6
3
42,9
7
100
Pernah
27
37,5
39 54,2
72 100
Tdk pernah 6 8,3
8 10,1
29
36,7
42 53,2
79 100
Total

Berdasarkan tabel 5.11 dari 79 responden

dapat diketahui

bahwa ibu yang mempunyai ppengalaman dalam merawat balita yang


gizi buruk mempunyai pengetahuan diantaranya 2 responden (28,6%)
mempunyai pengetahuan kurang, 2 responden (28,6%) mempunyai
pengetahuan cukup dan 3 responden (42,9%) mempunyai pengetahuan
baik. Ibu yang tidak mempunyai pengalaman merawat balita gizi
buruk proporsi pengetahuannya yaitu 6 responden (8,3%) mempunyai

81

pengetahuan kurang, 27 responden (37,5%) mempunysi pengetahuan


cukup, dan 39 responden (54,2%) mempunyai pengetahuan baik.
Hasil analisis bivariat menusnjukkan p value (sig 2 tailed)
sebesar 0,343 dengan tingkat kepercayan 0,05 atau 95% dengan
demikian Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara pengalaman
dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Timur.

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Univariat


1. Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden
di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui distribusi responden
berdasarkan umur responden sebagian besar berada pada kategori <32
tahun yaitu sebanyak 43 % sedangkan ibu yang berumur 32 tahun
yaitu 57%.Hasil penelitian terhadap 79 responden didapatkan data
bahwa ibu yang berumur >32 lebih banyak hal ini terlihat dari
presentase sebesar 57%.
Menurut teori Levinson (1978 dalam Potter & Perry, 2005)
bahwa umur >32 tahun termasuk dewasa awal yaitu masa tenang
dimana ketika seseorang mengalami stabilitas yang lebih besar. Sesuai
dengan tugas perkembangan pada masa dewasa awal dimana seorang
ibu akan lebih bertanggung jawab mengasuh dan merawat anakanaknya (Erikson, dalam Potter & Perry, 2005). Pada masa ini pula
seseorang mempunyai kematangan dalam berfikir sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo (2003) semakin cukup

usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga


pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.hal ini dapat
disimpulkan bahwa ibu dapat menerima informasi dengan baik terkait

82

83

gizi buruk dikarenakan usia ibu yang sudah cukup matang dalam
berfikir.

2. Gambaran

Distribusi

Responden

Berdasarkan

Pendidikan

Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat


Timur
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi
proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih
dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau
masyarakat Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan
yang didapat responden secara formal.
Hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Timur menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu mayoritas
pendidikan menengahyaitu SMA sebanyak 49,4%,hanya ada 20,3%
ibu yang pendidikan setingkat tinggi yaitu akedemi dan perguruan
tinggi. Namun, dari hasil penelitian ini masih terdapat ibu yang
pendidikannya rendah adalah SD dan SMP sebanyak 30,4%. Menurut
Sulistyoningsih (2011) pendidikan ibu akan berpengaruh pada
pemilihan menu makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi sehingga
akan berdampak pada pertumbuhan balitanya. Sehingga, dalam hal ini
pendidikan sangat penting bagi ibu yang merawat balita.

84

3. Gambaran

Distribusi

Responden

Berdasarkan

Pekerjaaan

Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat


Timur
Ibu bekerja adalah ibu-ibu yang melakukan aktivitas ekonomi
mencari penghasilan baik disektor formal maupun informal, yang
dilakukan secara reguler di luar rumah.Sedangkan ibu tidak bekerja
adalah ibu-ibu yang tidak melakukan pekerjaan mencari penghasilan
dan hanya menjalankan fungsi sebagai ibu rumah tangga saja.
Berdasarkan konsep diatas pekerjaan dalam penelitian ini dibagi dalam
dua kategori yaitu ibu yang bekerja dan tidak bekerja, dimana ibu yang
tidak bekerja meliputi ibu rumah tangga sedang ibu yang bekerja
seperti sebagai pegawai, karyawan,wirausaha dll (Muhammad Ali,
2003). Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden dalam
penelitian ini tidak bekerja yaitu sebanyak 56 responden atau 70,9%
sedangkan yang bekerja sebanyak 23 responden atau 23,1%. Ibu yang
tidak bekerja melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga.
Seorang ibu rumah tangga mempunyai peran yang sangat
penting untuk menciptakan pola hidup sehat khususnya kesehatan
balita. Menurut Gunarsa (2008) menjelaskan bahwa peran ibu dalam
keluarga yaitu memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis anak,
merawat, mendidik mengatur dan mengendalikan anak memberi
rangsangan dan pelajaran bagi anak. Ingranurindani (2008) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa dampak negatif ibu yang bekerja

85

adalah stress, ketidakpuasan hisup dan ketegangan dalam keluarga, dan


dampak tersebut akan mempengaruhi ibu merawat balita.

4. Gambaran Distribusi Responden Berdasarkkan Pendapatan


Keluarga Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 79 responden ibu balita
di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur pendapatan keluarga berada
diatas UMR, yaitu sebanyak 40 responden atau 50,6%. Namun,
sebanyak 49,4% berada dibawah UMR. Hasil ini menunjukkan masih
banyaknya ibu yang mempunyai balita pendapatannya dibawah UMR.
Dengan masih banyaknya ibu yang mempunyai balita yang
pendapatannya kurang maka hal ini akan mempengaruhi pengetahuan
ibu yang akan merawat balita karena status ekonomi seseorang juga
akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi ini menjadi salah satu yang
penting.

5. Gambaran

Distribusi

Responden

Berdasarkan

Pengalaman

Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat


Timur
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami
(KBBI, 2005).Pengalaman juga merupakan kesadaran akan suatu hal
yang tertangkap oleh indera manusia (Notoadmojo, 2003). Hasil

86

penelitian dari 79 responden hanya sedikit responden yang mempunyai


pengalaman merawat anak gizi buruk yaitu sebanyak 7 responden atau
8,9%.. Seseorang yang mempunyai pengalaman ia akan mempelajari
apa yang telah dialami. Sehingga, apabila responden pernah merawat
balita gizi buruk diharapkan ia akan selalu memperhatikan kesehatan
anaknya.

6. Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan


Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini didapat hasil dari 79
responden ibu yang mempunyai balita mayoritas mempunyai
pengetahuan yang baik tentang gizi buruk pada balita yaitu sebanyak
42 responden atau sebesar 53,2%. Sedangkan ibu yang mempunyai
pengetahuan cukup sebanyak 29 atau 36,7% dan ibu yang mempunyai
pengetahuan kurang sebanyak 8 responden atau 10,1%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang
mempunyai balita dalam penelitian ini yang berada di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Timur mempunyai pengetahuan yang baik
mengenai gizi buruk, sesuai dengan kategori kuesioner yang mencakup
tentang pengertian, penyebab dampak, tanda dan gejala, penilian anak
gizi buruk, pencegahan, konsep balita dan nutrisi balita. Hal ini sejalan

87

dengan penelitian kurniawan (2007) yang menyatakan bahwa dari 63


responden ibu yang mempunyai balita gizi buruk secara keseluruhan
disimpulkan bahwa memiliki tingkat pengetahuan, perilaku dan sikap
yang baik dengan kategori pengetahuan 66,67%, perilaku 100% dan
sikap 77,78%.

B. Pembahasan Hasil Bivariat


1. Hubungan Antara Umur Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur 2012
Hasil analisa bivariat dengan penghitungan Spearman antara
pengetahuan ibu berdasarkan umur di wilayah kerja puskesmas ciputat
timur diperoleh p value 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu diWilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Timur dan hubungan itu dtunjukkan oleh nilai
relasi sebesar 0,254 berarti ada hubunganakan tetapi korelasinya
rendah.
Nilai korelasi yang positif menunjukkan bahwa semakin
bertambah umur seseorang semakin mudah seseorang dalam
penyerapan

informasi

pengetahuannya.Penelitian

sehingga
ini

sejalan

semakin
dengan

tinggi
penelitian

tingkat
yang

dilakukan oleh Rubiyanto (2002) yang menyatakan bahwa ada


hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu.Hal ini juga sesuai
dengan

pendapat

(Alimadi

dalam

Mahardani,

2011)

yang

88

mengemukakan bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya


dipengaruhi oleh umur.
Menurut Kosasih (1997) juga menyatakan bahwa usia dapat
mempengaruhi pengetahuan serta sikap seseorang, di mana semakin
matang usia seseorang maka ia akan semakin bijaksana dalam berfikir
dan

bersikap.

Dari

uraian

diatas

dapat

disimpulkan

bahwa

bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan


pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi pada umur tertentu,
kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu pengetahuan akan
berkurang.

2. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang


Gizi Burukdi Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur 2012
Hasil analisa bivariat dengan menggunakan penghitungan
Spearman rho mengenai hubungan antara pendidikan dengan
pengetahuan ibu tentang gizi buruk diperoleh nilai p value sebesar
0,000.Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu
dengan pengetahuan tentang gizi buruk di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Timur yang ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,761
yang berarti hubungan yang kuat.Maka semakin tinggi pendidikan ibu
semakin baik pengetahuan ibu tentang gizi buruk.Hal ini ditunjukkan
oleh nilai korelasi yang positif.
Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan akan mempengaruhi
kognitif seseorang dalam peningkatan pengetahuan. Ibu dengan tingkat

89

pendidikan yang semakin tinggi diyakini akan mengalami peningkatan


pengetahuan karena informasi yang diperolehnya baik dalam bidang
pendidikan formal maupun non-formal (Kosasih, 1997). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh rubiyanto (2002) dan
Mahardani (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
pendidikan dengan pengetahuan ibu.Hal tersebut juga sesuai dengan
Sarwono, yang menyatakan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi lebih
besar kepeduliannya terhadap masalah kesehatan dan peningkatan
pengetahuanakan meningkatkan partisipasi ibu dalam menjaga
kesehatan anaknya.

3. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Pengetahuan Ibu di Wilayah


Kerja Puskesmas Ciputat Timur 2012
Hasil Analisa bivariat dengan menggunakan analisa Spearman
Rhomengenai hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu
tentang gizi buruk didapatkan hasil p value sebesar 0,000. Nilai ini
menunjukkan bahwa

ada hubungan antara

pekerjaan dengan

pengetahuan akan tetapi hubungannya terbalik. Hal ini ditunjukkan


oleh nilai -0,436 pada koefisien korelasi yang menyatakan hasilnya
negatif dimana hubungannya terbalik artinya bahwa ibu yang tidak
bekerja mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan
ibu yang bekerja.
Ibu tidak bekerja adalah ibu-ibu yang tidak melakukan
pekerjaan mencari penghasilan dan hanya menjalankan fungsi sebagai

90

ibu rumah tangga saja (Muhammad ali, 2003). Ibu yang tidak bekerja
mempunyai banyak waktu untuk memperhatikan pola makan anaknya,
serta lebih rutin datang keposyandu dari pada ibu yang bekerja
sehingga ibu yang tidak bekerja mendapat banyak kesempatan
mendapat informasi dari tenaga kesehatan saat ada penyuluhan di
posyandu.
Kadangakala orang hanya memandang sebelah mata fungsi
utama ibu rumah tangga akan tetapi funfsi dan peran ibu dalam rumah
tangga penting dalam upaya kesehatan terutama gizi balita, karena
fungsi utama ibu rumah tangga sebagai ibu bagi anaknya secara
otoomatis ibu akan berusaha mengontrol kesehatan anaknya khususnya
tentang gizi.
Menurut Suharyono (dikutip dari Niluh, 2009) pada jaman
sekarang media informasi sudah sedemikian banyaknya sehingga
informasi yang didengar oleh masyarakat lebih banyak melalui media
massa, televisi dan koran yang semuanya bisa didapatkan bahkan jika
responden hanya bekerja di lingkungan rumah.Sesuai dengan
penelitian ini bahwa pengetahuan yang baik terdapat pada ibu yang
tidak bekerja dibandingkan dengan ibu yang bekerja.

91

4. Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Pengetahuan Ibu


Tentang Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur
2012
Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Spearman antara
pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk
dengan

analisa

spearman

diperoleh

sebesar

0,004

nilai

ini

menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan


pengetahuan ibu hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar
0,323. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya
suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status
sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang
(Notoatmodjo, 2003)
Semakin tinggi nilai pendapatan keluarga semakin mudah
fasilitas tersedia semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu.Hal ini
ditunjukkan oleh nilai korelasi yang positif.Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pranadji (2000) semakin tinggi
tingkat pendapatan keluarga maka semakin baik pengetahuan ibu
tentang gizi sehingga semakin baik gizi anak-anaknya.

5. Hubungan Pengalaman Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi


Buruk Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur
2012
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan perhitungan
spearman didapatkan hasil 0,343. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak

92

ada hubungan antara pengelaman dengan pengetahuan ibu tentang gizi


buruk.

Pengetahuan

seseorang tidak

hanya

dipengaruhi

oleh

pengalaman akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhi salah


satunya pendidikan. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa ibu
yang mempunyai pengelaman merawat balita sekitar 4 responden
mempunyai pendidikan yang redah dan 3 reponden mempunyai
pendidikan menengah sedangkan hanya tidak ada responden yang
mempunyai pendidikan tinggi. Ibu yang mempunyai pengalaman ratarata pendidikannya berada pada tingkat pendidikan yang rendah,
sehingga berpengaruh pada tingkat hubungan antara pengalaman
dengan pengetahuan ibu, serta ibu mempunyai pengalaman mungkin
masih belum memahami tentang gizi buruk. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kosasih (1996) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman dengan
pengetahuan dan sikap kepala keluarga dan tokoh masyarakat tentang
kusta di Kabupaten Kuningan.

C. Keterbatasan penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian
ini, keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
1. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian ini adalah cross sectional oleh sebab
itu penelitian ini tidak bisa memberikan penjelasan tentang adanya
hubungan sebab akibat.Hubungan yang ada hanya menjawab

93

adanya

keterkaitan/melihat

hubungan

saja

antara

variabel

independen dengan variabel dependen.


2. Pengambilan sampel
Houthrone effect ; subjek penelitian mengetahui bahwa
dirinya sedang diteliti sehingga dapat mempengaruhi jawaban
responden. Selain itu, saat penelitian responden berdiskusi dengan
responden lain hal ini juga akan mempengaruhi jawaban
responden.
3. Instrument
Belum ada instrument penelitian yang baku dalam penelitian
ini, sehingga instrument penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan literatur yang diseuaikan.
D. Implikasi Hasil Penelitian
1. Implikasi Terhadap Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahaun keperawatan, khususnya pada nutrisi anak, gizi buruk
dan tumbuh kembang anakserta dijadikan sebagai rujukan tambahan
untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat.
2. Implikasi Terhadap Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan berpengaruh terhadap peningkatan
pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan dalam
melakukan asuhan keperawatan anak, karena dari hasil penelitian
pengetahuan ibu tentang gizi buruk sebagian besar adalah baik, namun
ada beberapa yang berpengetahuan kurang maupun cukup.Promosi

94

kesehatan mengenai pentingnya pengetahuan yang mendalam tentang


gizi buruk juga perlu ditingkatkan.
3. Implikasi Terhadap Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar penelitian selanjutnya
bagi peneliti dan peneliti lainnya.

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari bab-bab
sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian tentang gambaran karakteristik umum dari 79
responden menunjukkan umur responden mayoraitas >32 tahun
sebanyak 34 responden (43%), pendidikan responden mayoritas tingkat
menengah sebanyak 39 responden (49,4%), pekerjaan responden
mayoritas ibu rumah tangga atau tidak bekerja sebanyak 56 responden
(70,9%), pendapatan responden mayoritas diatas UMR sebanyak 40
responden (50,6%) dan pengalaman responden mayoritas tidak pernah
merawat balita yaitu sebanyak 72 responden (91,1%).
2. Gambaran pengetahuan ibu tentang gizi buruk di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Timur dari 79 responden terdapat 42 responden
(53,3%) mempunyai pengetahuan baik,
mempunyai

pengetahuan

kurang.

29 responden (36,3%)

Disimpulkan

bahwa

tingkat

pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita adalah baik.


3. Hasil analisa data bivariat dengan uji Spearman menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk adalah pendidikan (p=0,000; r=0,761), umur (p=0,024; r=0,254),
pekerjaan (p=0,000; r= -0,436), pendapatan (p=0,004; r=0,323),
sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan pengetahuan ibu
tentang gizi buruk adalah pengalaman (p=0,343).

95

96

B. Saran
Beberapa saran peneliti terkait penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber acuan untuk
meningkatkan

peran

instansi

terkait

keperawatan

anak

dan

keperawatan komunitas dalam menerapkan pelaksanaan promotif dan


prefentif tentang pengetahun gizi buruk sebagai bagian dari
pengabdian bagi masyarakat.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapakan bagi petugas kesehatan
puskesmas dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk selalu
melakukan pemantauan tentang gizi balita

atau memberikan

informasi mengenai kesehatan pada umumnya dan mengenai


pengetahuan tentang gizi buruk pada ibu balita pada khususnya serta
kader-kader posyandu supaya penyuluhan lebih efektif.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Apabila peneliti lain tertarik dengan penelitian ini diharapkan
menggunakan metode penentuan teknik sampling yang lebih tepat,
sehingga lebih dapat mewakili populasi. Disarankan pula untuk
menambah jumlah faktor-faktor yang belum diteliti oleh peneliti.
Selain itu perlu diperhatikan saat responden mengisi kuesioner untuk
tidak berdiskusi dengan responden lain.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama. 2003.

Arikunto,S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi 4. Jakarta: PT.


Rineka Cipta. 2006.

Asnawi. Kematian Bayi Antara Takdir dan Kesalahan Pola Asuh. Jakarta:
Pustaka Irfani. 2005.

Azwar, A. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang. 2000.


diakses pada tanggal 21 desember 2011dari http://www gizinet. Com

Baliwati, Yayuk K dkk. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya.
2004.
Budiyanto, M. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : Universitas Muhamadiyah

Depkes RI. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta : Depkes. 2002.

Depkes RI. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Gizi Dan Makanan. Bogor:
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. 2005.

Depkes RI. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta. 2010

Departemen Pendidikan Nasional RI. 2005

Departemen Ketenagakerjaan. Kabupaten Tangerang Selatan. 2011 di akses pada


tgl
21
mei
2012
dari
http://www.berita8.com/read/2012/01/05/3/51618/Banten-ResmiTerbitkan-SK-Revisi-UMK-Tangerang 1/5/2012

Dinas Kesehatan Propinsi Banten. Profil Kesehatan Banten. Banten. 2011

Djaeni, A. Ilmu Gizi: Untuk Mahasiswa dan Profesi, Jilid . Jakarta: CV Dian
Rakyat. 2000.

Fatimah. Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Status Pada Balita Di


Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi. Lembaga Penelitian Unpad. 2008

Gibney, Michael. Gizi Kesehatan Masyarakat. Alih bahasa oleh Andry Harton
Jakarta : EGC. 2008

Gunarsa. SD. Psikologi Praktis Anak, Remaja Dan Keluarga: Jakarta Gunung
Mulia.2008

Hardiansyah. Review Determinan Keragaman Konsumsi Pangan. Jurnal dan gizi


pangan. Vol 2 juli.2007

Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika. 2009.

Hidayat, Aziz Alimul. Pengantar ilmu Kesehatan Anak (untuk pendidikan


kebidanan). Jakarta: Salemba Medika 2009.
Hidayat, Aziz Alimul. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta: Salemba
Medika. 2008

Husaini. Peranan Gizi Dan Pola Asuh Dalam Meningkatkan Kualitas Tubuh
Kembang Anak. Bulletin Gizi. 2000

Ingranurindani, B. Hubungan Antara Strategi Regulasi Ekonomi Ssecara Kognitif


Dengan Hardiness Pada Ibu Bekerja : Skirpsi Ui F.Psi. 2008

Kasdu, Dini . Anak Cerdas Cet I. Jakarta: Puspa Swara Anggota IKAPI. 2004.

Kusnadi. Factor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Balita Di


Tiga Dua Kecamatan Kosambi Tasikmalaya Tahun 2001. Skripsi: FKM
UI. 2001

Khomsan, dkk. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya . 2006.

Khomsan, dkk. Peranan Pangan Dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta :PT.
Grasindo. 2004.

Kosasih,M.A. Factor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap


kepala keluarga dan tokoh masyarakat tentang kusta di Kabupaten
Kuningan. Tesis :FKM UI. 1996

Muchtadi, Deddy. Gizi Untuk Bayi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1996.

Moehji, Sjahmien. Ilmu Gizi 2 Penenggulangan Gizi Buruk. Jakarta : Papas Sinar
Sinanti. 2003.

Nursalam, dkk. Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan bidan).
Jakarta : Salemba Medika. 2008.

Nursalam, dkk. Konsep dan penerapan metode penelitian ilmu keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika. 2008.
Nursalam, dkk Ilmu Kesehatan Masyarakat. Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta. 2000.

Nency, Y. Gizi Buruk Ancaman Generasi Yang Hilang. 2005 diakses pada
tanggal 21 desember 2011 dari http://io.ppijepang.org/article.php?id=113,

Pudjiadi, S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak, edisi ke 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2005
Purwaningtyas, Dyah C. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Seimbang Untuk Anak Usia 1-3 Tahun (Toodler) di Posyandu Bobo Desa
Sidoarjo Kecamatan Jambon Ponorogo. 2008. Tesis dari
http://www.library.usu.ac.id [diakses pada 24 desember 2011].
Pranadji. Analisis Factor Yang Berhubungan Dengan Gizi Buruk Pada Balita di
Ciawi, Bogor. 2000 skripsi diakses pada tgl 23 april 2012 dari
http://journal.ipb.ac.id/index.php/mediagizi/article/view/1199.

Riskesdas. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2010

Rubiyanto, Teguh. Factor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu


mengenai AIDS. Skripsi FKM UI. (Analisis data sekunder SDKI 97).
2002

Sandjaja. Penyimpangan Positif (Positif Deviance) Status Gizi Anak Balita dan
factorfaktor yang berpengaruh. 2000 Diakses pada tgl 23 april 2012 dari
http://digilib.litbang. depkes.go.id/go.php?Id=jkpkbppk-gdl-grey-2001sandjaja-123 gizi&q=sandjaja+2000.

Santoso. S dan Lies. A R. Kesehatan Dan Gizi. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 1999.

Sajogyo dkk. Menuju Gizi Baik Yang Merata Di Pedesaan Dan Di Kota.
Yogyakarta : UGM Press. 1994.

Sediaoetama. A D. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid I. Jakarta : Dian
rakyat. 2000.

Sekartini, Rini. Panduan Tumbuh Kembang Balita. 2007 Diakses pada tgl 23 april
2012 dari http://www.hariannakita.co.id/20 Maret 2007 .

Soekirman. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
2000.

Suandi. Diit Pada Anak Sakit. Jakarta : EGC. 1998.

Suhardjo. Berbagai Cara Pendidika Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. 2003.

Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta. 2011.

Supariasa, dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2002.

Supartini, Yupi . Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.cet I. Jakarta: EGC.
2004.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


1995.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Ilmu Kesehtan Anak, Jilid 1. Jakarta : UI
Press. 1985.

Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT


Rineka cipta. 2007.

Notoatmodjo, Soekidjo. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


PT Rineka cipta. 2005.
Notoatmodjo, Soekidjo Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka
cipta. 2003

Sulistyoningsih, Hariyani. Gizi Untuk Kesahatan Ibu dan Anak. Yogyakarta


:Graha ilmu. 2011.

Sudayasa, Putu. Bahan Seminar Akhir Studi Faktor-faktor Penyebab Kekurangan


Gizi Anak di Kota Kendari, Bappeda dan PM Kota Kendari, tahun 2010.
2010.
diakses
diakses
pada
tgl
23
april
2012
dari
http://www.puskel.com/faktor-faktor-penyebab-kekurangan-gizi-padabalita/

Sugito. Hubungan Pegetahuan Pada Karakteristik Social Dengan Persepsi


Terhadap Resiko Tertular AIDS. Tesis: FKM UI 1996

Rahmaulina, DN. Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dan tumbuh kembang
anak serta stimulasi psikososial dengan perkembangan kognitif anak
usia 2-5 tahun. Tesis Bogor: IPB Press. 2008

Wawolumaya. Pengetahuan dan perilaku wanita usia subur mengenai


toksoplasmosis.MKMI XXV no 8. Tesis FKM UI. 1997

Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN
IBU TENTANG GIZI BURUK PADA BALITA (BAWAH LIMA TAHUN) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN CIPUTAT TIMUR TAHUN
2012
Assalamualaikum.Wr. Wb

Salam sejahtera.
Nama : Azizatu Zahroh
NIM : 10810400002
Saya mahasiswa Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas kedokteraan dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan
sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir dalam
menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (SKep).
Saya lampirkan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian.
Untuk itu saya harap dengan kerendahan hati agar sekiranya ibu bersedia
meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan.
Kerahasiaan jawaban ibu akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.
Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa
yang dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik
untuk penelitian ini.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi ibu dalam pengisian
kuesioner ini.

Apakah ibu bersedia menjadi responden?


YA / TIDAK
Tertanda
Responden

Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN
IBU TENTANG GIZI BURUK PADA BALITA (BAWAH LIMA TAHUN) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN CIPUTAT TIMUR TAHUN
2012.
Tujuan :
Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi: faktor-faktor yang berhubungan
dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada anak dibawah lima tahun (balita)
diwilayah kerja puskesmas kelurahan ciputat timur tahun 2012
Petunjuk :
1. Beri tanda silang(X) dalam kurung pertanyaan yang ibu aggap benar.
2. Jika ibu salah mengisi jawaban, coret jawaban tersebut (#) dan beri tanda
silang pada jawaban yang dianggap benar.

A. Kuesioner A
Data Demografi/Identitas Ibu
1. No responden
: (di isi peneliti)
2. Wilayah
: Kel.
3. Usia ibu
:..tahun
4. Pendidikan terakhir ibu : ( ) Tidak tamat SD
( ) SD
( ) SMP
( ) SMA
( ) Perguruan tinggi (PT)
5. Pekerjaan ibu
: ( ) IRT
: ( ) PNS/Karyawan
: ( ) Guru
: ( ) Tenaga kesehatan
6. Pendapatan keluarga
: ( ) Rp 1.529.150/kapita/bulan
( ) < Rp 1.529.150/kapita/bulan
7. Balita anda merupakan anak yang keberapa?

B. Kuesioner B
Berialah tanda (X) pada jawaban soal no 2 dan 3 yang menurut anda
jawaban yang sesuai.
1. Apakah sebelumnya anak anda pernah berada dibawah garis merah
pada KMS?
A. Pernah
B. Tidak pernah
2. Apakah sebelumnya ibu pernah merawat balita selain anak ibu yang
menderita gizi buruk?
A. Pernah
B. Tidak

C. Kuesioner C
Pengetahuan gizi buruk
Berilah tanda () pada kolom B atau S yang menurut anda jawaban benar
Pertanyaan
Benar
Salah
1. Gizi buruk merupakan keadaan dimana asupan zat gizi
mencukupi kebutuhan tubuh .
2. Anak yang yang kekurangan zat gizi protein tinggi
dapat menyebabkan gizi buruk.
3. Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan merupakan
salah satu aspek penilaian status gizi pada anak .
4. Tubuh kecil pendek dan kurus pada anak merupakan
salah satu tanda anak gizi buruk
5. Gizi buruk pada anak dalam jangka panjang dapat
memperlambat tumbuh kembang yang sulit
disembuhkan.
6. Masa balita merupakan periode penting karena masa ini
akan mempengaruhi dan menentukan tumbuh kembang
anak selanjutnya
7. Perkembangan anak dapat diukur melalui berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas
anak.
8. Keterlambatan pertumbuhan balita merupakan hal yang
wajar pada anak .
9. KMS (kartu menuju sehat) merupakan kartu yang
digunakan untuk memantau status gizi anak balita yang
dilihat dari berat badan dan umur anak.
10. Anak yang Berat Badan dan Tinggi Badan berada di
garis kuning maka anak tersebut dikatakan gizi buruk

11. Gizi buruk pada anak yang tidak tertanganai akan


menyebabkan kematian anak
12. Gizi buruk dapat dicegah dengan imunisasi dasar
lengkap dan menu seimbang serta deteksi dini dengan
KMS
13. Gizi buruk dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan otak balita.
14. Zat gizi yang dibutuhkan balita untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi meliputi karbohidrat, lemak, protein,
dan air, vitamin dan mineral.
15. Perut buncit dan rewel bukan merupakan salah satu
tanda balita mengalami gizi buruk.
16. Pengukuran BeratBadan dan TinggiBadan dengan KMS
sebaiknya dilakukan sebulan sekali.
17. Anak yang kekurangan karbohidrat dapat menyebabkan
berat badan turun serta kelemahan.

KISI-KISI KUESIONER
A. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi Buruk
No
DIMENSI
JUMLAH
NO ITEM
ITEM
1.
Pengertian gizi buruk
1
1
2
Penyebab gizi buruk
1
2,
3.
Tanda dan gejala gizi buruk
3
3, 4, 8
4.
Dampak gizi buruk
3
5, 11, 13
5.
Penilaian gizi buruk
4
9, 10, 15,16
6.
Pencegahan gizi buruk
1
12
7.
Konsep balita
2
6, 7
8.
Nutrisi balita
3
14, 17,

Jumlah

17

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary
N
Cases

Valid
a

Excluded
Total

%
20

100.0

.0

20

100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha

N of Items

.884

20

Item Statistics
Mean

Std. Deviation

P1

.90

.308

20

P2

.80

.410

20

P3

.80

.410

20

P4

.75

.444

20

P5

.75

.444

20

P6

.80

.410

20

P7

.70

.470

20

P8

.75

.444

20

P9

.75

.444

20

P10

.75

.444

20

P11

.75

.444

20

P12

.95

.224

20

P13

.80

.410

20

P14

.85

.366

20

P15

.75

.444

20

P16

.70

.470

20

P17

.80

.410

20

P18

.80

.410

20

P19

.85

.366

20

P20

.75

.444

20

Item-Total Statistics
Scale Mean if

Scale Variance if

Item Deleted

Item Deleted

Corrected Item- Cronbach's Alpha


Total Correlation

if Item Deleted

P1

14.85

19.608

.684

.875

P2

14.95

19.418

.547

.877

P3

14.95

19.418

.547

.877

P4

15.00

19.789

.399

.882

P5

15.00

19.158

.568

.877

P6

14.95

19.103

.640

.875

P7

15.05

18.787

.628

.874

P8

15.00

19.158

.568

.877

P9

15.00

19.053

.597

.876

P10

15.00

19.684

.427

.881

P11

15.00

18.842

.655

.874

P12

14.80

20.379

.563

.880

P13

14.95

19.208

.609

.876

P14

14.90

19.884

.474

.880

P15

15.00

19.158

.568

.877

P16

15.05

18.366

.739

.870

P17

14.95

19.103

.640

.875

P18

14.95

20.261

.308

.885

P19

14.90

21.358

.022

.892

P20

15.00

21.895

-.127

.899

Scale Statistics
Mean
15.75

Variance
21.566

Std. Deviation
4.644

N of Items
20

Frequency Table

umur

Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

<32

34

43.0

43.0

43.0

>32

45

57.0

57.0

100.0

Total

79

100.0

100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Rendah

24

30.4

30.4

30.4

menengah

39

49.4

49.4

79.7

Tinggi

16

20.3

20.3

100.0

Total

79

100.0

100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Bekerja

23

29.1

29.1

29.1

tdk bkrj

56

70.9

70.9

100.0

Total

79

100.0

100.0

Pendapatan
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Rendah

39

49.4

49.4

49.4

Tinggi

40

50.6

50.6

100.0

Total

79

100.0

100.0

pengalaman
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Pernah

8.9

8.9

8.9

tdk prnh

72

91.1

91.1

100.0

Total

79

100.0

100.0

pengetahuan
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Kurang

10.1

10.1

10.1

Cukup

29

36.7

36.7

46.8

Baik

42

53.2

53.2

100.0

Total

79

100.0

100.0

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid
N
umur * pengetahuan

Missing
Percent

79

100.0%

Total

Percent
0

.0%

Percent
79

100.0%

umur * pengetahuan Crosstabulation


pengetahuan
kurang
umur

<32

Count
% within umur

>32

Total

19

10

34

14.7%

55.9%

29.4%

100.0%

10

32

45

6.7%

22.2%

71.1%

100.0%

29

42

79

10.1%

36.7%

53.2%

100.0%

% within umur
Count
% within umur

baik

Count

Total

cukup

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid
N
pendidikan * pengetahuan

Missing

Percent
79

Total

Percent

100.0%

Percent

.0%

79

100.0%

pendidikan * pengetahuan Crosstabulation


pengetahuan
kurang
pendidikan

rendah

Count
% within pendidikan

menengah

Count
% within pendidikan

tinggi

Count
% within pendidikan

cukup

baik

Total

16

24

33.3%

66.7%

.0%

100.0%

13

26

39

.0%

33.3%

66.7%

100.0%

16

16

.0%

.0%

100.0%

100.0%

Total

Count
% within pendidikan

29

42

79

10.1%

36.7%

53.2%

100.0%

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
pekerjaan * pengetahuan

Missing

Percent
79

100.0%

Total

Percent
0

.0%

Percent
79

100.0%

pekerjaan * pengetahuan Crosstabulation


pengetahuan
kurang
pekerjaan

bekerja

Count

Total

20

23

.0%

13.0%

87.0%

100.0%

26

22

56

14.3%

46.4%

39.3%

100.0%

29

42

79

10.1%

36.7%

53.2%

100.0%

Count
% within pekerjaan

Total

Count
% within pekerjaan

baik

% within pekerjaan
tdk bkrj

cukup

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
pendapatan * pengetahuan

Missing

Percent
79

100.0%

Total

Percent
0

.0%

Percent
79

100.0%

pendapatan * pengetahuan Crosstabulation


pengetahuan
kurang
pendapatan

rendah

Count
% within pendapatan

tinggi

Total

Total

17

15

39

17.9%

43.6%

38.5%

100.0%

12

27

40

2.5%

30.0%

67.5%

100.0%

29

42

79

10.1%

36.7%

53.2%

100.0%

Count
% within pendapatan

baik

Count
% within pendapatan

cukup

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
pengalaman * pengetahuan

Missing

Percent
79

100.0%

Total

Percent
0

.0%

Percent
79

100.0%

pengalaman * pengetahuan Crosstabulation


pengetahuan
kurang
pengalaman

pernah

Count
% within pengalaman

tdk prnh

Count
% within pengalaman

Total

Count
% within pengalaman

cukup

baik

Total

28.6%

28.6%

42.9%

100.0%

27

39

72

8.3%

37.5%

54.2%

100.0%

29

42

79

10.1%

36.7%

53.2%

100.0%

Nonparametric Correlations
Correlations
umur
Spearman's rho

umur

Correlation Coefficient

pengetahuan

1.000

Sig. (2-tailed)

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)

.000

79

79

**

1.000

.000

79

79

.396

N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Nonparametric Correlations
Correlations
pendidikan
Spearman's rho

pendidikan

Correlation Coefficient

pengetahuan

1.000

Sig. (2-tailed)

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)

.761

**

.000

79

79

**

1.000

.000

79

79

N
pengetahuan

.761

N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Nonparametric Correlations
Correlations
pekerjaan
Spearman's rho

pekerjaan

Correlation Coefficient

pengetahuan

Correlation Coefficient

pengetahuan

1.000

Sig. (2-tailed)
N

**

N
pengetahuan

.396

-.436

**

.000

79

79

**

1.000

-.436

Sig. (2-tailed)
N

.000

79

79

pendapatan

pengetahuan

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Nonparametric Correlations
Correlations

Spearman's rho

pendapatan

Correlation Coefficient

1.000

Sig. (2-tailed)
N
pengetahuan

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

.323

**

.004

79

79

**

1.000

.004

79

79

.323

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Nonparametric Correlations
Correlations
pengalaman
Spearman's rho

pengalaman

Correlation Coefficient

1.000

.108

.343

79

79

Correlation Coefficient

.108

1.000

Sig. (2-tailed)

.343

79

79

Sig. (2-tailed)
N
pengetahuan

pengetahuan

Você também pode gostar