Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh :
Sri Wahyuni TP
22020112110019
Hani Indira P
22020112110028
Hanun Arifah
22020112110043
Henny Kumalasari
22020112140091
Athurrita C. Ummah
22020112130066
Dini Permatasari
22020112130024
Ulya Hikmawati
22020112140021
Nurbaiti
22020112140102
A.12.1
A. Definisi Negosiasi
Negosiasi berasal dari bahasa Inggris yang bermakna perundingan.
Negosiasi adalah suatu proses dinamis dari penyesuaian atau persetujuan
antara dua pihak atau lebih, membawa tujuan masing-masing yang saling
bertentangan dengan niat untuk mencapai kesepakatan agar sukses meraih
keuntungan maksimum kepada pihak mereka. (Marsh, 2000 dalam Sukma,
2011). Di dalam negosiasi harus ada obyek yang di negosiasikan oleh kedua
belah pihak, antara lain produk, gagasan, dan solusi masalah.
Pada organisasi, negosiasi juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang
kompetitif (Marquis dan Huston, 1998 dalam Nursalam 2015). Menurut
Hartman, negosiasi merupakan suatu proses komunikasi antara dua pihak
yang masing-masing mempunyai tujuan dan sudut pandang mereka sendiri,
yang berusaha mencapai kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak
mengenai masalah yang sama. Menurut Oliver, negosiasi adalah sebuah
transaksi dimana kedua belah pihak mempunyai hak atas hasil akhir. Hal ini
memerlukan persetujuan kedua belah pihak sehingga terjadi proses yang
saling memberi dan menerima sesuatu untuk mencapai suatu kesepakatan
bersama. Sedangkan menurut Fisher R dan William Ury; Negoisasi adalah
komunikasi dua arah dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua
belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama atau berbeda.
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa negosiasi
merupakan satu cara antara dua orang atau lebih yang berbeda kepentingan
baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud atau tujuan dalam mencari
kesepahaman dengan cara mempertemukan penawaran dan permintaan dari
masing-masing pihak sehingga tercapai suatu kesepakatan atau kesepahaman
kepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud atau tujuan
(mencapai kesepakatan bersama).
B. Tujuan Negosiasi
Salah satu tujuan orang bernegosiasi adalah menemukan kesepakatan
kedua belah pihak secara adil dan dapat memenuhi harapan/keinginan kedua
belah pihak. Artinya, tidak ada satupun pihak yang merasa dikalahkan atau
dirugikan akibat adanya kesepakatan dalam bernegosiasi. Selain alasan
tersebut, tujuan dari negosiasi adalah untuk mendapatkan keuntungan atau
menghindarkan kerugian atau memecahkan problem yang lain. Negosiasi
juga bertujuan untuk mendapatkan simpati dari gagasan yang sedang
ditawarkan,
menjual
produk
atau
gagasan,
mempelajari
tawaran
E. Strategi negoisasi
Dalam melakukan negoisasi, kita perlu memilih strategi yang tepat, sehingga
mendapatkan hasil yang kita inginkan. Strategi negosiasi ini harus ditentukan
sebelum proses negosiasi dilakukan. Menurut Arbono (2005), ada beberapa
macam strategi negosiasi yang dapat dipilih sebagai berikut :
1. Win-win
Yaitu pendekatan negosiasi yang ditujukan kepada kemenangan kedua
belah piha, meminta tanpa menekandan memberi tanpa desakan. Strategi
ini dipilih bila pihak-pihak yang berselisih menginnginkan penyelesaian
masalah yang diambil pada akhirnya menguntungkan kedua belah pihak.
Strategi ini juga dikenal sebagai integrative negotiation. Contoh : Pihak
manajemen sepaka untuk memberikan paket PHK diatas ketentuan
pemerintah, dan pihak pekerja sepakat untuk dapat segera mengakhiri
hubungan kerja dengan damai.
2. Win-lose
Yaitu pendekatan negosiasi yang dikembangkan dengan strategi menangkalah untuk memperoleh kemenangan mutlak dengan cara mengalahkan
orang lain. Strategi ini dipilih karena pihak pihak yang berselisih ingin
mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya dari penyelesaian masalah yang
diambil. Dengan strategi ini pihak-pihak yang berselisih saling
berkompetisi untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Contoh :
Pihak pekerja terpaksa menyepakati kenaikan gaji dibawah target yang
telah mereka usulkan sebelumnya kepada pihak perusahaan.
3. Lose-lose
Yaitu pendekatan negosiasi dengan menggunakan strategi kalah-kalah,
seringkali diambil karena didasari oleh perasaan utuk melampiaskan
kemarahan dan cenderung tidak rasional. Kedua belah pihak memutuskan
untuk kalah dan sama-sama mengakhiri negosiasi dengan hasil tidak ada
kesepakatan. Strategi ini dipilih biasanya sebagai dampak kegagalan dari
pemilihan strategi yang tepat dalam bernegosias. Akibatnya pihak-pihak
yang berselisih, pada akhirnya tidak mendapatkan sama sekali hasil yang
diikuti,
karena
negoisator
cenderung
protektif
terhadap
kepentingan mereka dan tidak ingin kalah sama sekali. Bagi beberapa
negoisator, tujuan mereka adalah mencegah kekalahan dibandingkan
mengumpulkan keuntungan, dan tujuan ini biasanya tidak sesuai dengan
strategi win-win, karena memang jarang kedua belah pihaknegoisasi
menang tanpa adanya usaha.
2. Stonewalling
Tidak peduli apa pun yang anda tawarkan, dan tidak peduli berapa konsesi
yang anda buat, pihak pengguna strategi Stonewalling akan tetap
mengatakan : Tidak. Stonewalling digunakan untuk memperlambat
proses negosiasi. Beberapa negoisator mencari solusi tawar-menawar dan
menerapkan strategi ini untuk menunggu terjadinya tawar menawar
tersebut. Negoisator harus mempelajari bagaimana melewati hambatan
ini
umumnya
digunakan
untuk
menghindari
kegagalan
Dengarkan baik-baik
Konsentrasi pada setiap pernyataan dan pertanyaan klien
Catat semua yang klien katakana
Posisikan tujuan-tujuan yang diungkap klien dengan tujuan negoisasi
Temukan titik temu dari argument klien dengan tujuan anda
Klarifikasi kesimpulan anda kepada klien
tujuan
5. Berikan sedikit perhatian kalau ada tawar menawar
6. Menekankan solusi menang-menang
7. Gunakan kriteria yang objektif.
G. Gaya Negosiasi
Gaya negosiasi ini dibagi menjadi 5 (lima): (Matthews 1998 dalam Hidayat,
2013)
1. Avoiding (Menghindari)
Negosiator yang menunjukkan gaya ini merupakan orang yang bersifat
pasif, lebih memilih untuk menghindari dan mengabaikan konflik sehingga
kesepakatan di kedua belah pihak tidak tercapai.
2. Competing (Bersaing)
Negosiator yang menunjukkan gaya ini merupakan orang yang ingin
mendominasi proses negosiasi dan berorientasi pada hasil, percaya diri,
tegas, menggunakan kekuasaan untuk memenangkan konflik, dan
memastikan salah satu pihak akan memenangkan konflik.
3. Accomodating (Mengakomodasi)
Negosiator yang menunjukan gaya ini merupakan orang yang membuat
upaya untuk menjaga hubungan dengan pihak lain, mengecilkan
perbedaan, dan mengalah untuk mengakomodasi kepentingan bersama
agar mencapai kesepakatan bersama.
4. Collaborating (Kolaborasi)
Negosiator yang menunjukan gaya ini merupakan orang yang berprilaku
ingin mendominasi proses negosiasi, terbuka dan jujur untuk menciptakan
kesepakatan dan mencari solusi yang saling memuaskan kedua belah
pihak. Gaya ini biasanya memiliki sifat yang responsive dan lebih
berorientasi pada hasil akhir.
5. Compromising (Berkompromi)
Negosiator yang menunjukan gaya ini merupakan orang yang memiliki
tujuan untuk menemukan jalan tengah, menyisihkan perbedaan, sering
terlibat dalam memberi dan menerima pengorbanan, dan menerima
kepuasan untuk mencapai kebutuhan kedua belah pihak.
H. Hambatan Dalam Bernegosiasi
Menurut William Ury dan Roger Fisher menyebutkan bahwa ada lima
kendala utama yang dihadapi para negosiator dalam negosiasi, yaitu:
1. Reaksi Kita (Your Reaction)
Bila kita tertekan, secara manusiawi terdapat kecenderungan bereaksi
secara emosional untuk membalas serangan. Reaksi kita ini yang dapat
mengakibatkan negosiasi berakhir tanpa mendapatkan keputusan apapun.
Untuk itu sikap kita sebagai negosiator haruslah memisahkan antara diri
kita dengan emosi, agar kita dapat berpikir dengan jernih dan netral.
2. Emosi Mereka (Their Emotions)
Emosi dari negosiator pihak lain yang negatif baik itu tidak kooperatif
ataupun selalu mempertahankan posisinya tanpa mau mendengarkan pihak
lain. Sikap negosiator pihak lain ini biasanya berprinsip bahwa dalam
negosiasi selalu ada pihak yang dimakan dan yang memakan.
3. Posisi Mereka (Their Positions)
Negosiator pihak lain yang bersikukuh pada posisinya, seringkali
memancing kita untuk menolak posisi mereka. Sikap demikian dapat
memperkeruh keadaan karena negosiator pihak lain bisa saja semakin
mempertahankan posisi mereka. Pemecahannya adalah dengan melakukan
pendekatan dengan menanyakan kenapa mereka ingin mempertahankan
posisi itu, agar para pihak dapat mengerti maksud dan keinginan masing masing pihak dan bisa dicari jalan tengahnya.
4. Ketidakpuasan Mereka (Their Satisfactions)
Hasil negosiasi yang telah disepakati terkadang tidak menimbulkan
kepuasan bersama. Untuk itu, sebelum mencapai kesepakatan sebaiknya
para pihak harus yakin bahwa negosiator pihak lain telah yakin dengan
kesepakatan yang akan dibuat. Terdapat dua hal penting untuk mengatasi
ketidakpuasan mereka, yaitu identifikasi dan penuhi kepentingan dan
kebutuhan mereka, terutama kebutuhan dasar sebagai manusia. Kebutuhan
dasar manusia tercermin dalam teori segitiga kepuasan (triangle of
satisfaction) yang terdiri dari kebutuhan substantif, psikologis dan
prosedural.
5. Kekuatan Mereka (Their Power)
Seringkali pihak lawan melihat negosiasi sebagai suatu proses yang
bertujuan menciptakan win-lose solution. Apabila negosiator pihak lain
berpikiran bahwa mereka harus menang, kita seharusnya memberikan
sedikit pencerahan dengan menyakinkan mereka bahwa biaya yang akan
dipikul sangatlah besar apabila kesepakatan dalam negosiasi tidak tercapai
dan yakinkan kembali bahwa tujuan dalam negosiasi adalah untuk
tercapainya kesepakatan yang memenuhi kepuasan bersama.
Selain itu hal yang perlu dihindari agar terjadi keberhasilan dalam negosiasi
diantaranya adalah :
1. Melihat negosiasi sebagai konfrontasi
Konfrontasi tidak diperlukan dalam negosiasi. Kenyataannya, negosiasi
yang efektif dicirikan dengan pihak-pihak yang bekerjasama untuk
mendapatkan
solusi,
daripada
masing-masing
pihak
berupaya
Adalah hal yang wajar menjadi emosional pada saat melakukan negosiasi
yang penting. Namun, semakin kita emosional, semakin kita kurang
membangun negosiasi yang konstruktif. Sangat penting untuk menjaga
kendali.
4. Tidak mencoba memahami orang lain
Karena kita mencoba menemukan solusi yang dapat diterima kedua belah
pihak, kita perlu memahami kebutuhan dan keinginan orang lain. Jika kita
tidak tahu kebutuhan atau keinginan orang lain, kita tidak dapat
melakukan negosiasi dengan baik. Yang sering terjadi, ketika kita mencoba
mencari tahu tentang seseorang, yang kita temukan adalah ketidaksetujuan
yang tidak signifikan.
5. Fokus pada kepribadian, bukan isu
Biasanya, dengan orang yang tidak begitu kita sukai, kita cenderung
menganggap betapa sulitnya orang tersebut. Ketika hal tersebut terjadi,
negosiasi yang efektif tidak mungkin dilakukan. Maka penting untuk
berpegang pada isu, dan menyingkirkan rasa suka atau tidak suka pada
individu.
6. Menyalahkan orang lain
Pada konflik atau negosiasi, masing-masing pihak memberikan kontribusi,
yang menjadikannya lebih baik atau buruk. Jika anda menyalahkan orang
lain karena kesulitan yang dibuat, anda akan menciptakan situasi
kemarahan. Jika anda bertanggung jawab terhadap masalah, anda
menciptakan semangat kerja sama.
I. Hasil Negosiasi
Dalam penelitiannya, Cheung (2006) telah menggabungkan faktor matriks
untuk hasil negosiasi dan kaitannya dengan gaya negosiasi. Cheung
mendapatkan 7 (tujuh) faktor hasil negosiasi. Faktor-faktor yang tersebut
(Cheung, 2006; dalam Hidayat, 2013) adalah:
didefinisikan sebagai penentu suatu tindakan sebagai hal yang benar ataupun
salah. Keberhasilan diplomasi juga memiliki hubungan dengan cara-cara yang
dilakukan selama proses negosiasi, sehingga para negosiator tidak bersikap
semena-mena selama proses negosiasi berlangsung.
Lewicki (2012) berpendapat bahwa etika yang ada juga berfungsi sebagai
standar yang ditetapkan untuk membedakan kriteria dalam menilai dan
mengevaluasi tindakan negosiator dalam bernegosiasi. Etika dalam
berdiplomasi, sebagai mana dijelaskan oleh Hamilton dan Richard (1995),
meliputi beberapa hal penting yaitu: diplomat yang ditugaskan oleh
negaranya adalah seorang yang jujur terhadap negaranya dan dituntut untuk
pandai berbohong pada negara lain demi mencapai kepentingan negaranya
dan diusahakan dengan tanpa menimbulkan konflik. Yang kedua, diplomat
juga harus pandai dalam memanfaatkan segala situasi dan kondisi lawan
untuk meroleh dukungan dan respon dari pihak yang bersangkutan. Yang
ketiga, diplomat diperbolehkan untuk membesar-besarkan kebaikan negara
dan menyembunyikan kejelekan negara untuk memperkuat dukungan dari
negara lain. Selanjutnya, diplomat juga harus cerdik untuk mengamati dan
mencari tahu berbagai kelemahan dari pihak lawan melalui apa yang
disampaikan oleh lawan. Diplomat diperbolehkan untuk melakukan
kecerdikan yang licik demi negaranya, namun hal tersebut harus dilakukan
dengan tanpa melanggar kesepakatan yang sudah ditandatangani.
Dari beberapa uraian tersebut menjelaskan bahwa etika bukanlah suatu
batasan yang keberadaanya untuk mengekang gerak diplomat, namun
merupakan aturan dan cara para diplomat dalam melakukan diplomasi.
Empat Pendekatan Rasionalisasi Etika
1. End-Result Ethics
Dalam konteks negosiasi, ketika negosiator memiliki tujuan yang
mulia yang ingin dicapai untuk dirinya dan konstituennya, mereka akan
berpendapat bahwa mereka dapat melakukan strategi apapun yang mereka
inginkan. Mereka mengambil kesimpulan dari pandangan etika yang
dikenal dengan sebutan utilitarianism. Penganut mahzab ini percaya
bahwa nilai moral dari tindakan tertentu harus dinilai berdasarkan pada
konsekuensi yang dihasilkan. Karana mereka menilai moralitas dengan
konsekuensi yang baik atau buruk, utilitarian percaya bahwa cara
memaksimalkan kebaikan adalah dengan memaksmalkan konsekuensi
terbaik untuk jumlah orang terbesarbiasanya dalam hal kebahagiaan,
kesenangan, atau kebergunaan. Tindakan moral tertinggi adalah dengan
memaksimalkan kebaikan terbesar untuk banyak orang.
2. Duty Ethics
Berlawanan dengan end-result ethics, duty ethics menyatakan
bahwa masing-masing individu harus berkomitmen kepada serangkaian
atau standar moral dan membuat keputusan berdasar prinsip-prinsip
tersebut. Dukungan yang kuat terhadap pandangan ini datang dari filusuf
kenamaan
Immanuel
Kant,
dengan
sebutan
paham
deontology.
menentukan apa yang sesuai dan diterima secara etika untuk diri mereka
sendiri dan kemudian menginstruksikan anggota-anggota baru untuk
berlaku seoerti itu ketika masuk dalam sebuah komunitas.
Etika kontrak sosial fokus pada apa yang tiap individu harus lakukan
terhadap komunitas mereka dan apa yang sebaliknya akan atau seharusnya
mereka dapatkan. Seperti terjadi dalam negosiasi, etika kontrak sosial akan
menggambarkan perilaku apa yang sesuai dalam konteks negosiasi dalam
hal apa yang mereka dapatkan dari satu sama lainnya.
4. Personalistic Ethics
Standar etika yang keempat adalah bahwa orang-orang hanya harus
berkonsultasi dengan suara hati mereka, bukannya mencoba menentukan
apa yang dimaksud dengan etika berdasarkan pada hasil akhir tugas, tugas,
atau norma sosial sebuah komunitas. Hit berpendapat bahwa motivasi
sebua tindakan jelas merupakan suara hati yang mengatakan Bertindak
sekarang! Keberadaan sifat alamiah manusia membawa individu untuk
mengembangkan suara hatinya, indera internal mengenai apa yang benar
dan harus dilakukan. Akhirnya peraturan-peraturan ini bersifat individual
dan pribadi, walaupun mereka dapat dipengaruhi kekuatan sosial yang
memaksa orang untuk berpikir rasional dan belajar untuk bertindak tepat,
karena dalam pandangan ini penilaian etika harus dibuat oleh masingmasing individu, tidak ada yang absolut. Orang-orang harus menentukan
apa yang benar dan layak dilakukan sendiri, dan mereka tidak harus
menetapkan standar mereka berdasar standar oranglain. Banyak kekuatani
ini merupakan bagian dari pengalaman pendidikan individu dan diwakili
oleh apa yang ia pelajari di rumah, sekolah, dan institusi keagamaan.
Sistem
Etika
End-result
ethichs
Definisi
Pendukung
Utama
Kebenaran sebuah Jeremy Bentham
tindakan
(1748-1832)
ditentukan
oleh
John Stuart Mill
pertimbangan
Prinsip Pusat
Satu
pihak
yang
mempertimbangkan
semua
konsekwensi yang muncul
Tindakan akan tampak benar
B
m
k
B
konskwensi
Duty ethics
Social
contract
ethics
Personalisti
c ethics
(180-1873)
bila
tindakan
tersebut
membawa kebahagiaan, dan
tampak salah bila membawa
kesedihan
Kebahagiaan
didefinisikan
sebagai bukti dari kesenangan
dan hilangnya kesusahan
Promosi
atas
kebahagiaan
merupakan tujuan utama
Kebahagiaan
kolektif
atas
semua perhatian merupakan
tujuan
Kebenaran sebuah Immanuel
Kant Hubungan manusia harus dibina
tindakan
(1724-1804)
dengan prinsip moral utama atau
ditentukan
oleh
keharusan
pertimbangan
Individu harus bertahan pada
obligasi
untuk
prinsip mereka dan kembali
menetapkan
mempertahankan diri mereka
prinsip dan standar
dengan aturan
secara umum
kepantasan yang tidak berbatas
merupakan
adanya
sebuah
kebaikan
daripada
sekadar
kesenangan
Kebenaran sebuah Jean-Jacques
Orang-orang garus berfungsi
tindakan
Rousseau (1712dalam kehidupan sosial, konteks
ditentukan
oleh 1778)
m
k
B
k
d
DAFTAR PUSTAKA
Guntur, Agus. 2010. Strategi Negosiasi. School of business and management
Hidayat, Felix dan Rizky Aditya Martadipura. 2013. Jurnal Analisis Pengaruh
Gaya Negosiasi Manajer Proyek Terhadap Hasil Negosiasi Pada Proyek
Pembangunan Rumah Tinggal Di Kota Bandung (076K). Surakarta:
Universitas Sebelas Maret (UNS)
Nursalam.2015.Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional .Jakarta:Salemba Medika
Margono, Suyud, 2000. ADR (Alternative Dispute Resolution) dan Arbitrase:
Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum. Ghalia Indonesia; Jakarta.
Marquis, Bessie L. 2013. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
Jakarta:EGC
Sardjono, Tony. 2009. 8 Langkah Sukses Negosiasi. Jakarta : Raih Asa Sukses
Sukma, Hanifah Nebrian. 2011. Artikel Pengaruh Gaya Negosiasi Terhadap Hasil
Negosiasi Pada Industri Konstruksi Indonesia
Wibowo, lili adi. 2008. Melakukan negosiasi. Bandung
Kasus Roleplay
Sebuah rumah sakit swasta di kota ternama, sedang mengalami peningkatan
jumlah pasien, karena pelayanan yang diberikan sudah dikenal baik oleh
masyarakat. Setiap bulan BOR rumah sakit selalu mengalami peningkatan. Akan
tetapi perawat di bangsal A merasa beban kerja tidak sesuai dengan tunjangan
yang diterima. Ternyata hal ini juga dirasakan oleh perawat di bangsal B.
Muncullah ide dati perawat yang ada untuk menuntut peningkatan tunjangan yang
didapat.
Para
mengajukannya
perawat
kepada
berdiskusi
kepala
untuk
ruang.
mengemukakan
Kepala
ruangpun
pendapat
dan
berjanji
akan