Você está na página 1de 31

Rabu, 20 Mei 2015

Contoh makalah PAI tentang ABORSI


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Aborsi, Sterilisasi dan
Menstruasi Regulation.
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, serta seluruh umat yang telah meneladani perjuangannya.
Dengan segala kemampuan dan kekurangan yang ada, alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Yang tentu saja tak kuasa melepas pihak-pihak yang telah
banyak membantu terselesaikannya proses penulisan tugas ini. Untuk itu, tiada ungkapan
terpantas melainkan ungkapan rasa terima kasih yang tulus bagi mereka yang telah rela
meluangkan bantuan. Rasa terima kasih ini pun, terlebih penulis sampaikan kepada yang
terhormat :
Bapak dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Drs. E. Hasan Saleh
Berkat dorongan dan bantuan beliau, maka penulis berhasil menyelesaikan penulisan Tugas
Makalah ini. Untuk itu, kepada semua pihak yang telah membantu, penulis panjatkan doa
harapan semoga dicatat sebagai amal shalih yang akan memperoleh keridhoan dari Allah SWT.
Namun demikian, penulis tak berpretensi bahwa makalah ini tanpa cacat. Untuk itu, segala saran
serta kritik yang bersifat positif, sangat penulis harapkan hadir melengkapi dan
menyempurnakan.
Akhirnya, kepada Allah-lah penulis berharap semoga karya sederhana ini memberikan manfaat
bagi orang lain. Amin.

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ......................................................................................................
i
DAFTAR
ISI ................................................................................................................... ii
BAB
I
PENDAHULUAN ................................................................................................
1
A.

Latar
Belakang ...........................................................................................................
......1

B.

Tujuan
..........................................................................................................................
....2

C.

Batasan
Masalah ............................................................................................................
..2
BAB
PEMBAHASAN ...................................................................................................
..3

A.

Definisi
Aborsi ...............................................................................................................
..3

B. Aborsi Dalam Agama


Islam ............................................................................................3
C. Hukum Aborsi Menurut
Islam .........................................................................................4

D. Faktor
Aborsi ...............................................................................................................
.....7
E.
Sterilisasi ..........................................................................................................
................8
F. Hukum Sterilisasi Menurut Agama
Islam ........................................................................8
G. Abortus dan Menstrual
Regulation ...................................................................................9
H. Hukum Abortus dan Menstrual
Regulation ..............................................................
BAB
PENUTUP

......10
III

........................................................................................................

12
A.
Kesimpulan .......................................................................................................
...............12
DAFTAR
PUSTAKA ...........................................................................................................
.13

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak bermunculan kasus aborsi, tidak hanya terjadi di negara berkembang
bahkan di negara maju. Jadi perlu dideklarasikan bahwa aborsi bukanlah semata masalah medis
atau kesehatan masyarakat, melainkan juga problem sosial yang terkait dengan paham kebebasan
(freedom/liberalism) yang dianut suatu masyarakat. Paham asing ini tak diragukan lagi telah
menjadi pintu masuk bagi merajalelanya kasus-kasus aborsi, dalam masyarakat mana pun. Datadata statistic yang ada telah membuktikanya. Di Indonesia berdasarkan data dari BKBN ada
sekitar 2 juta kasus per tahun. Sedangkan di luar negeri, khususnya di Amerika Serikat, dua
badan utama, yaitu Federal Centers of Disease Control (FCDC) dan Alan Guttmacher Institute
(AGI), telah mengumpulkan data aborsi yang menunjukkan bahwa jumlah nyawa yang dibunuh
dalam kasus aborsi di Amerika yaitu 2 juta jiwa lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang
dibunuh dalam perang mana pun dalam sejarah negara itu. Sebagai gambaran, jumlah kematian
orang Amerika Serikat dari tiap-tiap perang adalah Perang Dunia II 407.316 jiwa. Secara total,
dalam sejarah dunia, jumlah kematian karena aborsi jauh melebihi jumlah orang yang meninggal
dalam semua perang jika digabungkan sekaligus. Berarti ada sekitar 2 juta nyawa yang dibunuh
setiap tahunnya secara keji tanpa banyak
Sterilisasi. Dalam Al-Quran dan Hadist tidak ditemukan dalil nash yang melarang ataupun
memerintah menggunakan alat kontrasepsi, karena dalil penggunaan alat kontrasepsi
dikembalikan pada kaidah hokum islam yang mengatakan pada dasarnya segala sesuatu /
perbuatan itu boleh, sehingga ada dalil yang menunjukkan keharamannya. Jadi secara umum
pencegahan kehamilan itu dibolehkan, jika memenuhi ketentuan-ketentuan yang dibenarkan
syara yaitu, mencegah kehamilan bukan karena dilandasi takut tidak akan mendapat rejeki,
karena bila alasannya seperti ini, berarti telah kufur terhadap salah satu sifat Allah SWT, yaitu
Ar-Razzaq. Dan yang kedua adalah metode yang digunakan untuk mencegah kehamilan haruslah
menggunakan metode / cara yang dibenarkan syara.
Menstrual Regulation dan Abortus dalam Perspektif Hukum Islam. Sebagaimana dijelaskan
pada makalah sebelumnya tentang hukum bolehnya mengikuti program Keluarga Berencana
(KB) dengan tujuan mengatur kehamilan dan haramnya melakukan sterilisasi kecuali dalam
keadaan darurat, maka pada kajian kali ini dibahas pula tentang abortus dan menstrual
regulation dalam perspektif hukum Islam.

1.
2.
3.
4.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberi pandangan tentang abosrsi menurut
pandangan islam.
Dalam makalah ini permasalahan yang akan dibahas adalah bagaiamana aborsi menurut
pandangan islam?
Memahami bagaimana sterilisasi menurut pandangan islam.
Memahami menstrual regulation dampak baik buruknya terhadap manusia menurut pandangan
islam.

C. Masalah
1. Hukum islam tentang aborsi.
2. Hukum islam tentang sterilisasi.
3. Hukum islam tentang menstrual regulation.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Aborsi
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah abortus
adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan.

B. Aborsi Dalam Agama Islam


Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh
sesama manusia adalah sangat mengerikan.
1. Manusia - berapapun kecilnya - adalah ciptaan Allah yang mulia. Agama Islam sangat
menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi
akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat
manusia.(QS 17:70)
2. Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu
nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang. Didalam agama Islam, setiap tingkah
laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah: Barang
siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum
qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya. (QS 5:32)
3. Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang yang cukup atau
takut akan kekurangan uang. Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena
penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia

merencanakan untuk menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat AlQuran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: Dan janganlah kamu membunuh anakanakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar. (QS 17:31)
4. Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah Allah. Membunuh
berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang dilakukan dengan tujuan menghentikan
kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah abortus provokatus
kriminalis yang merupakan tindakan kriminal tindakan yang melawan Allah. Al-Quran
menyatakan: Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan
RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau
dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman
yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka
mendapat siksaan yang pedih. (QS 5:36)
5. Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita. Sejak kita masih sangat kecil
dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. Al-Quran menyatakan:Dia lebih mengetahui
keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan
ibumu.(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah
yang dibunuh dalam proses aborsi.
6. Tidak ada kehamilan yang merupakan kecelakaan atau kebetulan. Setiap janin yang
terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian
menjadi segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran
mencatat firman Allah: Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak
Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.
(QS 22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan hidup selama umur
kandungan. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur
kandungan apalagi membunuh janin secara paksa!
7. Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam kasus hamil diluar
nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan. Hamil diluar nikah berarti hasil
perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi, Nabi
Muhammad SAW seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud tidak memerintahkan seorang
wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya: Datanglah kepadanya (Nabi
yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan berkata,Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah
aku.. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya dia berkata,Utusan Allah, mengapa
engkau menampikku? Mungkin engkau menampikku seperti engkau menampik Mais. Demi
Allah, aku telah hamil. Nabi berkata,Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak
itu lahir. Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan
berkata,Inilah anak yang kulahirkan. Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun kehamilan

itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus dipertahankan sampai waktunya tiba.
Bukan dibunuh secara keji.

C. Hukum Aborsi Menurut Islam


Wahai muslimah! Allah Subhanahu wa Taala telah menciptakan makhluk di dalam rahimmu
melalui kehamilan, sebagai amanat syari bagimu dan merupakan sunnatullah. Untuk itu,
janganlah kamu tutup-tutupi amanat tersebut, sebagaimana firman-Nya:
[ : ].
Dan tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika
mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. (Al-Baqarah: 228)
Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam Islam
halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa)
ditiupkan. Jika dilakukan setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa
kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya.
Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh.
Sebagian memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya. Yang memperbolehkan aborsi
sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya An Nihayah
dengan alasan karena belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya
makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan. Yang mengharamkan
aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar (w. 1567 M) dalam kitabnya At Tuhfah dan
Al Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin.
Bahkan Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al Azhar Mesir berpendapat bahwa
sejak bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah
ada kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk
menjadi makhluk baru yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan
dilindungi eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin
bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai
dibuang atau dibunuh
Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan aborsi setelah
ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi setelah 4
(empat) bulan masa kehamilan.

Abdullah bin Masud berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda: Sesungguhnya setiap
kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam bentuk nuthfah,
kemudian dalam bentuk alaqah selama itu pula, kemudian dalam bentuk mudghah selama itu
pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan
Tirmidzi].
Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti
membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan yang
keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syari berikut. Firman Allah SWT:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan memberikan
rizki kepada mereka dan kepadamu. (Qs. al-Anaam [6]: 151).
Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan memberikan
rizki kepada mereka dan kepadamu. (Qs. al-Isra` [17]: 31).
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan (alasan) yang benar (menurut syara). (Qs. al-Isra` [17]: 33).
Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia dibunuh.
(Qs. at-Takwiir [81]: 8-9).
Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa atau
telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah suatu tindak
kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.
Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah diuraikan di atas, para
fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi menurut pendapat Syaikh Abdul Qadim
Zallum (1998) dan Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998), hukum syara yang lebih rajih (kuat)
adalah sebagai berikut. Jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh
dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya
haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniupan ruh ke
dalam janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka
hukumnya boleh (jaiz) dan tidak apa-apa.
Dalil syari yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam
adalah hadits Nabi Saw berikut: Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua
malam, maka Allah mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia
membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu
malaikat itu bertanya (kepada Allah), Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi
laki-laki atau perempuan? Maka Allah kemudian memberi keputusan [HR. Muslim dari Ibnu
Masud r.a.].

Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw bersabda: (jika nutfah telah lewat) empat puluh
malam
Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan anggotaanggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam.
Dengan demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang
sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya (mashumud dam).
Tindakan penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan terhadapnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter, diharamkan
menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur 40 hari. Siapa saja dari
mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah berbuat dosa dan telah
melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang gugur, yaitu
seorang budak laki-laki atau perempuan, atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor
onta). Rasulullah Saw bersabda : Rasulullah Saw memberi keputusan dalam masalah janin dari
seorang perempuan Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu
seorang budak laki-laki atau perempuan [HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah r.a.]
Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh
(jaiz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum menjadi janin
karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah (gumpalan darah), belum sampai pada
fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri minimal sebagai manusia. Di samping itu,
pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi hukum dapat disamakan dengan azl
(coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Azl dilakukan
oleh seorang laki-laki yang tidak menghendaki kehamilan perempuan yang digaulinya, sebab
azl merupakan tindakan mengeluarkan sperma di luar vagina perempuan. Tindakan ini akan
mengakibatkan kematian sel sperma, sebagaimana akan mengakibatkan matinya sel telur,
sehingga akan mengakibatkan tiadanya pertemuan sel sperma dengan sel telur yang tentu tidak
akan menimbulkan kehamilan. Rasulullah Saw telah membolehkan azl kepada seorang laki-laki
yang bertanya kepada beliau mengenai tindakannya menggauli budak perempuannya, sementara
dia tidak menginginkan budak perempuannya hamil. Rasulullah Saw bersabda kepadanya:
Lakukanlah azl padanya jika kamu suka! [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud] .
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun
setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin
dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti
ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu.
Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah
SWT: Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. (Qs. al-Maaidah [5]: 32) . Di samping itu aborsi
dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan.

Seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika keberadaan kandungan itu


akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh janinnya. Memang mengggugurkan
kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu jika tetap
mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa
menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada menghilangkan nyawa
ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut (Dr.
Abdurrahman Al Baghdadi, 1998) .
Menurut sebagian imam, seseorang yang membunuh (janin) berkewajiban membayar kafarat
yaitu dengan memerdekakan budak (perempuan) yang mukmin, jika tidak mendapatkannya,
maka berpuasa selama 2 bulan berturut-turut. Sebab sebagian ulama menyamakan perbuatan ini
dengan al-maudatu ash-shughra (bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup).
D. Faktor Aborsi
Ada beberapa faktor yang memperbolehkan melakukan aborsi, yaitu :

2.
3.
4.
5.
6.
7.

1. Jika terjadi keadaan terpaksa


Dimana membahayakan nyawa ibu yang mengandung bayi tersebut jika tidak dilakukan ataupun
tetap dilahirkan, bayi dalam kondisi cacat .
Jika mengganggu mental
Korban inses ( hubungan intim dengan saudara atau perkosaan )
Korban perkosaan diperbolehkan melakukan aborsi selama masa kehamilan belum mencapai 40
hari .
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum 8
minggu .
Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
Faktor meternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan, dan toksoplasmosis
Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi servik (untuk abortus pada TM II), retroversi
uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus.
E. Sterilisasi
1. Pengertian sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu tindakan / metode yang menyebabkan seorang wanita tidak dapat
hamil lagi.
2. Proses proses sterilisasi
Sterilisasi bukan hanya tindakan untuk memandulkan kaum wanita saja, tetapi juga pada
kaum pria dan hal tersebut dilakukan secara sengaja (operasi).
Proses sterilisasi yang dilakukan pada wanita antara lain:
a. Cara radiasi; yaitu merusak fungsi ovarium, sehingga tidak dapat lagi menghasilkan hormonehormon yang mengakibatkan wanita menjadi monopause.
b. Cara operasi; yaitu ada beberapa teknik antara lain:

1). Ovarektomi; yaitu mengangkat atau memiringkan kedua ovarium, yang efeknya sama
dengan cara radiasi.
2). Tubektomi; yaitu mengangkat seluruh tuba agar wanita tidak bisa lagi hamil.
3). Ligasi tuba; yaitu mengikat tuba, sehingga tidak dapat lagi dilewati ovum (sel-sel telur).
c. Cara penyumbatan tuba; yaitu menggunakan zat-zat kimia untuk menyumbat lubang tuba
dengan teknik suntikan.
Adapun proses sterilisasi yang biasa dilakukan pada pria adalah dengan metode vasektomi; yaitu,
dengan teknik membedah dan membuka vas (bagian dalam buah pelir), kemudian diikat atau
dijepit, agar tidak dilewati sperma.
3. Alasan-alasan seseorang melakukan sterilisasi
Seseorang melakukan sterilisasi karena ada beberapa alasan, antara lain:
a. Indikasi medis; yaitu terhadap wanita yang mengidap penyakit berbahaya seperti, penyakit
jantung, ginjal, hypertensi dan sebagainya.
b. Sosio ekonomi; yaitu pasangan suami istri yang tidak sanggup memenuhi kewajiban bila
mereka melahirkan anak karena terlalu miskin.
c. Permintaan sendiri; yaitu wanita karir yang lebih banyak melakukan kegiatan diluar rumah,
sehingga berkeinginan tidak punya anak.
F. Hukum Sterilisasi Menurut Agama Islam
Dari berbagai cara yang dilakukan oleh dokter ahli dalam upaya sterilisasi, baik yang
dianggapnya aman, maupun yang penuh resiko, kesemuanya dilarang menurut ajaran islam;
karena mengakibatkan seseorang tidak dapat mempunyai anak lagi.
Pemandulan yang dibolehkan dalam islam adalah pemandulan yang sifatnya sementara atau
sewaktu-waktu saja bukan untuk selama-lamanya, seperti alat kontrasepsi yang biasa dipakai
oleh pasangan suami istri dalam ber-KB, yang sewaktu-waktu dapat dilepaskan atau ditinggalkan
apabila ada keinginan untuk mempunyai anak lagi. Adapun alat kontrasepsi berupa sterilisasi
dilarang digunakan dalam islam, karena sifatnya pemandulan untuk selama-lamanya, kecuali
kalau alat tersebut dapat dismbung lagi sehingga dapat disaluri ovum atau sperma, maka
hukumnya boleh karena sifatnya sementara. Tetapi kalau kondisi kesehatan suami atau istri yang
terpaksa sehingga perlu dilakukannya hal tersebut , menurut hasil pemeriksaan dokter yang
terpercaya. Maka hal tersebut boleh dilakukan karena dianggap darurat. Sebagaimana keterangan
kaidah fiqih yang berbunyi: keadaan darurat membolehkan yang dilarang (dalam agama).
G. Abortus dan Menstrual Regulation
Perkataan abortus dalam bahasa Inggris disebut abortion berasal dari bahasa Latin yang
berarti gugur kandungan atau keguguran. Sardikin Ginaputra dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia memberi pengertian abortus, sebagai pengakhiran kehamilan atau hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Kemudian menurut Maryono Reksodipura
dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi dari
rahim sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah).

Dari pengertian diatas dapat dikatakan, bahwa abortus adalah suatu perbuatan untuk mengakhiri
masa kehamilan dengan mengeluarkan janin dari kandungan sebelum janin itu dapat hidup diluar
kandungan.
Dalam masalah abortus ini, apakah janin itu hidup atau mati, tidak dipersoalkan. Hal ini berarti,
bahwa janin yang belum memiliki tanda-tanda kehidupan seperti yang terdapat pada manusia,
yaitu ada respirasi (pernapasan), sirkulasi (peredaran darah) dan aktivitas otak, termasuk juga
abortus.
Janin yang dikeluarkan sebelum mencapai 16 minggu dan sebelum mencapai berat 1.000 gram
dipandang sebagai abortus, baik karena alasan medis maupun karena dorongan oleh alasanalasan lain yang tidak sah menurut hukum. Adapun pengguguran janin yang sudah berusia 16
minggu ke atas harus dimasukkan ke dalam pengertian pembunuhan, karena sudah bernyawa.
Sedang menstrual regulation secara harfiah artinya pengaturan menstruasi / haid. Tetapi dalam
praktek, menstrual regulation ini dilaksanakan terhadap wanita yang merasa terlambat waktu
menstruasi dan berdasarkan pemeriksaan laboratories ternyata positif dan mulai mengandung.
Dengan demikian, bahwa menstrual regulation itu pada hakikatnya merupakan abortus
Provocatus Criminalis, yaitu abortus yang dilakukan bukan atas dasar indikasi medis, sekalipun
dilakukan oleh dokter. Hal ini berarti, menstrual regulation pada hakikatnya adalah pembunuhan
janin secara terselubung.
Walaupun ada larangan abortus dan menstrual regulation yang di ancam dengan pidana, karena
merupakan kejahatan, tetapi hal itu tidak membuat para wanita, merasa gentar untuk melakukan
abortus, apakah yang melakukannya itu para ibu, atau pun para remaja putri.
H. Hukum Abortus dan Menstrual Regulation Menurut Agama Islam
Firman Allah :

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan
memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa yang besar (QS Al-Isra : 31)
Dari ayat diatas jelaslah bahwa abortus maupun menstrual regulation itu haram. Karena abortus
maupun menstrual regulation pada hakikatnya yaitu membunuh janin.
Adapun dari hadis Nabi SAW :
:

.
. :



( ) .



Apabila nutfah telah berusia empat puluh dua malam, maka Allah mengutus malaikat, lalu di
buatkan bentuknya, diciptakan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan
tulangnya. Kemudian malaikat bertanya. Ya Rabbi, laki-laki ataukah perempuan ? lalu Rabb-mu
menentukan sesuai dengan kehendak-Nya, dan malaikat menulisnya, kemudian dia ( malaikat )
bertanya, Ya Rabbi, bagaimana ajalnya ? lalu Rabb-mu menetapkan sesuai dengan yan di

kehendak-Nya, dan malaikat menulisnya. Kemudian ia bertanya, Ya Rabbi, bagaimana rezekinya


? lalu Rabb-mu menentukan sesuai dengan yang di kehendaki-Nya, dan malaikat menulisnya.
Kemudian malaikat itu keluar dengan membawa lembaran catatannya, maka ia tidak menambah
dan tidak mengurangi apa yang di perintahkan itu.
Karena itu para fuqaha telah sepakat akan haramnya menggugurkan kandungan setelah
ditiupkannya ruh. Adapun abortus apabila dilakukan sebelum ruh ditiupkan pada janin yaitu
sebelum berumur empat bulan. Ada beberapa pendapat :
1. Muhammad Ramli dalam kitab an-Nihayah, membolehkan abortus dengan alasan belum
bernyawa.
2. Ada pula ulama yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami
pembuahan.
3. Ibnu Hajar dalam kitabnya at-Tuhfah dan al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulmuddin
mengharamkan abortus pada tahap ini ( belum bernyawa ).
4. Mahmud Syaltut menyatakan, bahwa sejak bertemu sel sperma dengan ovum (sel telur), maka
pengguguran adalah suatu kejahatan dan haram hukumnya, sekalipun si janin belum diberi
nyawa, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan
persiapan, untuk menjadi manusia. Tetapi apabila abortus dilakukan karena benar-benar terpaksa
demi menyelamatkan si ibu, maka Islam membolehkan, karena Islam mempunyai prinsip :


menempuh salah satu tindakan yang lebih ringan dari dua hal yang berbahaya, itu wajib
(hukumnya)
Disamping dalil-dalil diatas, ada juga keputusan fatwa MUI tanggal 29 Juli 2000 menetapkan
bahwa :
1. Aborsi sesudah nafk al-ruh hukumnyua adalah haram, kecuali jika ada alasan medis, seperti
untuk menyelamatkan jiwa si ibu.
2. Aborsi sejak terjadinya pembuahan ovum, walaupun sebelum nafkh al-ruh, hukumnya adah
haram, kecuali jika ada alasan medis atau alasan lain yang dibenarkan oleh syariat Islam.
3. Mengharamkan semua pihak untuk melakukan, membantu, atau mengizinkan aborsi.
Keputusan ini didasarkan bahwa janin adalah makhluk yang telah memiki kehidupan yang harus
dihormati; menggugurkannya berarti menghentikan kehidupan yang telah ada; dan ini hukumnya
haram, berdasarkan sejumlah dalil dan pendapat para fuqoha.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpilan.
Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga problem social
yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban Barat. Maka pemecahannya haruslah
dilakukan secara komprehensif-fundamental-radikal, yang intinya adalah dengan mencabut sikap
mengekor kepada peradaban Barat dengan menghancurkan segala nilai dan institusi peradaban
Barat yang bertentangan dengan Islam, untuk kemudian digantikan dengan peradaban Islam yang
manusiawi dan adil.
1. Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur kehamilannya
sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk janin yang berumur di
bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Namun menurut pemahaman kam, pendapat
yang rajih (kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat
puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka
hukumnya boleh (jaiz) dan tidak apa-apa. Wallahu alam bil shawab.
2. Hukum Sterilisasi Menurut Agama Islam dari berbagai cara yang dilakukan oleh dokter ahli
dalam upaya sterilisasi, baik yang dianggapnya aman, maupun yang penuh resiko, kesemuanya
dilarang menurut ajaran islam; karena mengakibatkan seseorang tidak dapat mempunyai anak
lagi.
3. Hukum Abortus dan Menstrual Regulation Menurut Agama Islam
Firman Allah :

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan
memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa yang besar (QS Al-Isra : 31)
Dari ayat diatas jelaslah bahwa abortus maupun menstrual regulation itu haram. Karena abortus
maupun menstrual regulation pada hakikatnya yaitu membunuh janin.

andangan agama terhadap persalinan dan kehamilan


Makalah Pandangan Agama

PANDANGAN AGAMA TERHADAP KEHAMILAN DAN


PERSALINAN
Disusun untuk memenuhi tugas harian
Mata Kuliah Agama Islam
Dosen pengampu : H.Muh.Nursikin, M.Ag.

Oleh:

Kelompok 2

Nova Nendia Putri

140164

Rahma Dwi Ningrum

140165

Wiwik Yudiati

140166

Puti Ritma Astuti

140169

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA


YOGYAKARTA
2014

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Pandangan Agama Terhadap Kehamilan
dan Persalinan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas Makalah
Agama Akademi Kebidanan Yogyakarta.
Makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan, dan arahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1.
2.

Drs. Henri Soekirdi, M.Kes. selaku Direktur Akademi Kebidanan Yogyakarta.


H.Muh. Nursikin, M.Ag.(Dr.Cand.) selaku pembimbing dalam pembuatan
Makalah Agama ini.

3.

Orang tua, yang selalu memberi dorongan moral dan materi.

4.

Rekan-rekan mahasiswa Akademi Kebidanan Yogyakarta angkatan 2014.

5.

Semua pihak yang telah memberi dukungan dan doa.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran


yang bersifat membangun demi mengevaluasi peningkatan makalah ini, agar
selanjutnya menjadi lebih baik. Harapan penulis semoga makalah ini dapat
diterima dan dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B.

RUMUSAN MASALAH

C.

TUJUAN

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN
B.

MASA KEHAMILAN

1.

Memberikan Perhatian sepenuhnya saat istri hamil

2.

Wanita Hamil Berhak Mendapat Perlindungan dari Suami

3.
Wanita Hamil Berhak Atas Nafkah yang Memadai (Memenuhi Syarat
Kesehatan dan Gizi).
C.

TANDA-TANDA PERSALINAN

D. PANDANGAN ISLAM TENTANG KEHAMILAN DAN PERSALINAN


E.

HAK-HAK ANAK DALAM ISLAM

1.
Anak-anak berhak atas nafkah yang maruf (baik secara kesehatan dan
sosial)
BAB III
ANALISIS
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Selama minggu akhir kehamilan, tubuh ibu hamil mengalami perubahan yang
mempersiapkan diri ibu untuk menghadapi persalinan dan memberi makan bayi.
Payu dara akan memproduksi banyak kolostrum. Rahim akan menjadi ebih
sensitif dan berkontraksi lebih sering, baik spontan atau sebagai respon terhadap
aktivitas dan gangguan ringan seperti gangguan berjalan, bersin dan benturan
pada perut.
Sebelum persalinan dimulai leher rahim akan melebar 1 atau 2 cm (atau
bahkan lebih jika ibu hamil sudah pernah melahirkan). Jaringan ikat dan tulen
rawan pada panggul akan rileks, memungkinkan gerakan sendi yang lebih besar.
Agar tulang pinggul terbuka selama persalinan dan kelahiran untuk memberi
bayi ruang lebih banyak pada jalan lahir. Pada saat bersamaan, sekresi vagina
meningkat dan jaringan dinding vagina menjadi lebih elastis.
Kesiapan bayi ibu untuk hidup diluar tubuh ibu bertepatan dengan
kemampuannya memperproduksi berbagai substansi yang akan memberi umpan
balik pada peredaran darah ibu dan mempermainkan peran penting dalam
memicu perubahan yang mengawali persalinan. Kesiapan ibu sendiri baik secara
fisik maupun emosional untuk menghadpi persalinan juga penting. Biasanya,
saat waktu yang tepat ibu maupun bayi tiba, persalinan akan dimulai.

B.
1.
2.
3.
4.
5.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana
Bagaimana
Bagaimana
Bagaimana
Bagaimana

pengertian kehamilan dan persalinan ?


masa melahirkan?
tanda- tanda persalinan?
pandangan islam tentang kehamilan dan persalinan ?
hak- hak dalam islam

C. TUJUAN
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk

mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui

kehamilan dan persalinan


masa kelahiran
tanda-tanda persalinan
pandangan islam tentang kehamilan dan persalinan
hak-hak anak dalam islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN


Kehamilan dan persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal.
Kelahiran seorang bayi juga peristiwa sosial yang ibu dan keluarga
menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah
untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau
persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersamaan
keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
Kehamilan adalah suatu kondisi seorang wanita janin yang tumbuh
didalamnya. Kehamilan juga bisa diartikan proses reproduksi yang memerlukan
perawatan secara khusus agar berlangsung dengan baik.
Persalinan adalah proses membuka menipis nya serviks, dan janin turun
kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin ktuban di dorong
keluar melalui jalan lahir.
Kehamilan dan persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakan kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun janin.
B.

MASA KEHAMILAN

1.

Memberikan Perhatian sepenuhnya saat istri hamil

Seorang suami wajib memberikan perhatian yang lebih terhadap istrinya


yang mulai menunjukkan kehamilannya.
Ayat allah SWT:
Artinya: Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan
daripadanya dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya.
Maka setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan
teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat,

keduanya (suami istri) bermohon kepada allah, tuhan mereka (seraya berkata),
Jika engkau memberi anak kami yang shaleh, tentunya kami akan selalu
bersyukur. (surah Al-Araf : 189)
2.

Wanita Hamil Berhak Mendapat Perlindungan dari Suami

Wanita berhak mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan yang


berkaitan dengan fungsi reproduksinya. Hak ini mutlak mengingat resiko yang
sangat besar bagi kaum ibu dalam menjalankan fungsi reproduksinya. Mulai dari
menstruasi, berhubungan seks, mengandung, melahirkan maupun menyusui.
Seorang wanita ketika sedang mengandung atau hamil, berhak
mendapatkan berbagai perlindungan dari suaminya. Islam telah menempatkan
laki-laki (suami) sebagai pemimpin dan pelindng dalam rumah tangga:
Ayat Allah SWT:
Artinya: Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan
hartanya. Maka perempuan yang shaleh adalah mereka yang taat (kepada Allah
SWt) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena allah telah menjaga
(mereka) (QS:An-Nisa : 34)
Sebagai pemimpin tentu saja seorang suami harus bertanggung jawab
atas keselamatan istrinya. Terutama ketika wanita dalam masa kehamilan yang
menyebabkan dirinya lemah dan semakin lemah secara fisik.
Ayat Allah SWt:
Artinya: Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah,
dan
menyapihnya
dalam
usia
dua
tahun
(S.Luqman;14)
Perlindungan yang diberikan suami kepada istrinya meliputi berbagai
aspek. Perlindungan dari kekerasan dalam rumah tangga dengan tidak
memperlakukan istri dengan cara kasar. Perlindungan dari kelaparan,
perlindungan dari penyakit dan lain-lain.

3.
Wanita Hamil Berhak Atas Nafkah yang Memadai (Memenuhi Syarat
Kesehatan dan Gizi).
Masa kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membutuhkan
makanan dengan gizi yang cukup.Bahkan dianjurkan seorang ibu hamil untuk
makan dua kali lebih banyak dari biasanya. Dalam hal ini Islam telah mewajibkan
sang suami untuk memberikan nafkah yang layak dan memnuhi standar gizi
sesuai dengan kemampuan suami itu sendiri.
Ayat Allah SWT:

Artinya: Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut


kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi dari
harta yang diberikan Allah kepadanya..(QS:At-Talaq: 7)

Bagi suami yang memiliki kemampuan secara ekonomi tidak boleh berlaku pelit
atas istrinya. Allah swt telah menegaskan supaya mereka memberikan nafkah
sesuai dengan kemampuannya..
C. TANDA-TANDA PERSALINAN
Tanda-tanda persalinan menjadi 3 kategori yaitu tanda kemungkinan
persalinan, tanda awal bersalin dan tanda positif persalinan. Ibu hamil dapat saja
mengalami semua persalinan itu atau sebagian.
Tanda kemungkinan persalinan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sakit pinggang
Nyeri yang samar, ringan, mengganggu, dan hilang timbul tiba-tiba
Kram pada perut bagian bawah
Seperti kram menstruasi, dan dapat disertai dengan rasa tidak nyaman dipaha.
Tinja yang lunak
Buang air beberapa kali dan beberapa jam, dapat disertai dengan kram perut
dan gangguan pencernaan.
7. Desakan untuk berbenah
8. Lonjakan energi yang mendadak menyebabkan ibu hamil melakukan banyak
aktivitas dan keinginan untuk menuntaskan persiapan bagi bayi.

D. PANDANGAN ISLAM TENTANG KEHAMILAN DAN PERSALINAN


1. Kehamilan
Allah SWT telah menciptakan manusia secara berpasangan. Ada laki-laki,
ada juga perempuan. Dengan adanya pasangan tersebut manusia dapat
berketurunan dan berkembang dari masa ke masa. Proses alami dari
perkembangan manusia dalam berketurunan adalah dengan cara berhubungan
suami istri antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah wadah mulia dan ikatan
suci yaitu pernikahan. Dari hasil hubungan tersebut akan membuahkan janin
dalam rahim sang istri. Proses kehamilan ini merupakan suatu yang alami dan
paling mudah dalam melahirkan keturunan. Bahkan secara naluri semua
makhluk hidup juga mengetahui hal tersebut.
Allah SWT berfirman:
Artinya: Dialah yang telah menciptakan kamu dari jiwa yang satu, lalu
dijadikan darinya pasangannya, lalu melahirkan dari keduanya banyak laki-laki
dan perempuan (QS. Ar-rum: 30)

Kelahiran anak yang melewati proses kehamilan juga faktor yang dapat
meningkatkan rasa kasih sayang orang tua terutama ibu kepada anaknya.
Kelahiran anak melewati proses yang panjang-lebih kurang 9 bulan. Sang ibu
menunggu kelahiran buah hatinya dengan penuh harap dan bahagia. Proses
keibuan pun tumbuh secara alami di samping harus aktifitas sehari-hari. Secara
tak langsung memapah calon anak yang ada dalam kandungannya selama
proses kehamilan berlangsung.
Kasih sayang orang tua terutama ibu kepada anaknya, tonggak awal
dari keharmonisan rumah tangga. Anak tumbuh sehat dan penuh perhatian dari
kedua orang tuanya. Kasih sayang itulah kunci dari keharmonisan rumah tangga.
Menjadikan sebuah keluarga kokoh dan bahagia. Selain itu, kasih sayang itu
sendiri merupakan anugerah Sang Pencipta.

Allah SWT berfirman:


Artinya: Di antara tanda-tanda kebesaran Allah adalah dijadikan bagimu
pasangan dari golongan kamu sendiri, supaya kamu merasa tentram kepadanya,
dan Dia menjadikan di antara kamu rasa kasih dan sayang. (QS. Ar-Rum:..)
Kasih sayang itu pulalah yang membuat anak tidak dapat melupakan
kedua orang tuanya. Bahkan ketika mereka meninggal dunia sekalipun. Sebagai
rasa bakti anak kepada orang tua Islam menganjurkan mereka untuk selalu
berdoa:
Artinya: Ya Allah, ampunilah dosa ku dan dosa kedua orang tuaku,
sebagaimana mereka telah mendidikku di waktu kecil.
2. Persalinan
Dalam rahim seorang ibu akan lahir generasi penerus yang akan menjaga
kelestarian manusia dalam membangun peradaban. Mengingat persalinan dan
masa nifas sangatlah penting, maka ketersediaan layanan berkualitas dan
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat merupakan kebutuhan mendasar
yang harus dipenuhi. Pelayanan dasar dan lanjutan merupakan cakupan dari
pelayanan kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Pelayanan dasar yang
ditunjukkan untuk menangani kasus-kasus normal, sedangkan pelayanan
lanjutan atau rujukan diberikan kepada mereka yang mengalami kasus-kasus
beresiko, gawat darurat, dan komplikasi yang memerlukan sarana dan prasarana
yang lebih lengkap seperti di rumah sakit. Kedua pelayanan tersebut harus
tersedia dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, baik dari aspek
finansial maupun teknis terkait dengan jarak dan sarana transportasi.
Di Indonesia manajemen pelayanan kesehatan terkait persalinan masih
sangat buruk dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu
(AKI) saat ini 228 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian bayi
(AKB) sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Menurut survei kesehatan dan

rumah tangga 2001 penyebab langsung kematian ibu diantaranya: 90% terjadi
pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu pendarahan (28%),
eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi peuperium (8%), partus macet (5%),
abortus (5%), dan lain-lain.
Oleh karena itu pelayanan ibu dan perjuangan ibu dalam proses kehamilan
dan persalinan sangatlah berharga. Dalam surat Lukman ayat 14 Al Quran
mengabdikan perjuangan ibu selama kehamilan, ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan yang lemah dan bertambah-tambah..... Allah memberikan
kemuliaan kepada ibu melahirkan melalui sabda Rasulullah SAW yang artinya,
..... wanita yang meninggal karena melahirkan adalah syahid....(H.R. Ahmad).
Islam membebankan terpenuhinya kebutuhan tersebut pada khalifah
sebagai pemimpin umat. Negara wajib menyelenggarakan pelayan bersalin
(atenatal, bersalin dan nifas) berkualitas bagi semua ibu bersalin secara gratis.
Bila keuangan negara tidak cukup, maka khalifah akan menarik sejumlah
uang dari orang-orang kaya saja sesuai kebutuhan. Strategi penyelenggaraan
layanan bersalin mengacu pada 3 prinsip dasar:
1.
Kesederhanaan aturan
2.
Kecepatan pelayanan
3.
Standar layanan bersalin berkualitas sesuai syariat.
Negara wajib menyediakan semua sarana dan prasarana yang berkualitas
termasuk tenaga medis baik dokter spesialis kebidanan dan kandungan maupun
bidan secara merata diseluruh wilayah negara baik pada pelayanan dasar
(puskesmas) maupun lanjutan (rumah sakit). Dalam ranah fiqih, menjadi tenaga
medis (dokter kandungan, bidan, dan perawat) adalah fardhu kifayah. Sehingga
harus ada sebagian kaum muslimin yang memilih profesi tersebut. Karena itu
negara akan memudahkan penyediaan fasilitas pendidikan untuk menghasilkan
tenaga medis yang berkualitas dan memiliki integritas yang kuat.
Dalam sejarah masa keemasan Islam layanan bersalin yang memadai dari
banyaknya rumah sakit. Hampir semua kota besar memiliki rumah sakit yang
disertai dengan lembaga pendidikan dokter. Rumah sakit tersebut memiliki ruang
pemeriksaan kandungan dan ruang untuk bersalin. Belum lagi adanya rumah
sakit keliling yang disediakan oleh negara yang menelusuri pelosok negeri,
sehingga layanan bersalin bagi semua itu benar-benar direalisasikan secara
nyata.
Salah satu fakta di Baghdad, masa khalifah Harun Al Rasyid (170-193 H),
disamping didirikan rumah sakit terbesar dikota Baghdad, dan beberapa rumah
sakit kecil, juga didirikan rumah sakit bersalin terbesar yang disampingnya
didirikan sekolah pendidikan kebidanan. Kedua sarana tersebut berdiri atas
perintah Khalifah Harun Al Rasyid kepada Al Musawih yang menjabat menteri
kesehatan dan dokter kekhalifahan.
Begitulah cara Islam dalam masa keemasannya dulu untuk menjawab
proses (permasalahan) persalinan yang kurang memadai dewasa ini. Oleh karena
itu, untuk menyelesaikam problem ini dibutuhkan solusi yang komprehensif dari
segala aspek yang terkait, baik medis maupun non medis, dan termasuk
ketersediaan SDM berkualitas secara merata.

E.

HAK-HAK ANAK DALAM ISLAM

1. Anak-anak berhak atas nafkah yang maruf (baik secara kesehatan dan
sosial)

a.

Dalam Islam nafkah kepada anak telah ditegaskan pada beberapa tempat
dalam Al Quran:
Air Susu Ibu (ASI)
Merupakan makanan pokok dan paling bagus bagi anak terutama ketika harihari pertama kelahirannya, Islam telah menegaskan kepada orang tua agar
memberi ASI yang cukup kepada anaknya hingga usia 2 tahun:
Allah SWT berfirman:
Artinya: Seorang ibu mengandung anak dan menyapi (memberikan air susu)
kepada anaknya selama 30 bulan (Q.S. Ahqaf: 15)
Dalam ayat diatas disebutkan masa 30 bulan diperlukan seorang ibu daam
mengandung anak dan menyusuinya.
Ayat ini juga bisa digunakan untuk menyelesaikan perselisihan diantara
suami istri jika ternyata seorang istri melahirkan pada usia kandungan 6 bulan
sejak pertama kali berhubungan intim, dalam keadaan seperti ini seorang suami
tidak boleh menuduh istrinya telah berhubungan intim sebelumnya dengan
orang lain, karena usia kandungan 6 bulan tersebut diakui keberadaannya
didalam agama islam.

b. Makanan yang cukup


Disamping ASI seorang anak membutuhkan makanan tambahan seiring
dengan bertambahnya usia. Orang tua harus menyediakan makanan yang cukup
dan bergizi supaya anak-anak tumbuh sehat dan cerdas. Dalam masalah nafkah
islam memberika tanggung jawab tersebut kepada suami sebagai pemimpin
dalam rumah tangga, firman Allah SWT:
Artinya: ayah harus memberikan kepada mereka nafkah dan pakaian dengan
maruf (Q.S Al Baqarah 233)
Dalam ayat ini terkesan bahwa seorang suami harus memberikan kepada
istrinya, tetapi sebenarnya secara tersirat dapat dikatakan bahwa memberikan
nafkah kepada istri pasti juga akan ikut dimakan oleh anak terutama yang masih
bayi. Maruf dalam ayat diatas berarti layak dan sesuai dengan kemampuan, jika
seorang ayah mempunyai kemampuan dibidang ekonomi maka ia harus
memberikan nafkah berupa makanan kepada anaknya dengan standar yang
sesuai dengan penghasilannya, demikian juga dengan yang miskin, akan
memberikan nafkah sesuai kemampuannya.
c.
Pakaian yang layak
Disamping makanan, seorang anak juga membutuhkan perlengkapan seharihari seperti pakaian yang layak dan bersih. Masa bayi merupakan masa rentan
terhadap berbagai penyakit, menyediakan pakaian yang layak dan menjaga
kesehatan pakaian yang digunakan bayi sangat penting dalam menjaga
kesehatan anak tersebut, dalam hal ini Al Quran telah mewajibkan orang tua
supaya memberikan pakaian kepada anaknya dengan cara yang baik (maruf).
d. Tempat tinggal yang memadai

Seorang anak harus disediakan tempat tinggal yang layak dan bersih sesuai
dengan kemampuan seorang ayah, islam mengakui kesederhanaan dalam hidup
tetapi sederhana tidak identik dengan kumuh dan jorok. Rasulullah SAW
bersabda:
artinya: kebersihan adalah bagian dari iman
Allah SWT berfirman:
Artinya: tempatkan mereka di tempat tinggal yang kamu tempati.

BAB III
ANALISIS
Menurut kelompok kami bahwa, masa kehamilan yang dirasakan oleh para
ibu hamil bukanlah masa yang mudah untuk dilalui. Butuh pengorbanan dan
keikhlasan dalam menjalani masa mengandung selama 9 bulan tersebut yang
nantinya diakhiri dengan masa proses persalinan.
Banyak pula perubahan ibu hamil yang terjadi selama 9 bulan
kehamilannya tersebut. Ada rasa takut, khawatir, resah, meski bercampur
dengan bahagia karena menanti kelahiran sang buah hati. Terlebih lagi setelah
memasuki masa-masa persalinan. Ketegangan dan kekhawatiran tentunya akan
bertambah.

Untuk itulah, agama kita banyak memberikan tuntunan islam bagi para ibu
hamil untuk senantiasa berdzikir dan berdoa, agar segala gundah dan resah bila
hilang dan berganti dengan rasa ketenangan dan kebahagiaan.
Allah Taala berfirman yang Artinya: orang-orang yang beriman, dan hati
mereka tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah, dengan mengingat Allah maka
hati akan menjadi tenang. (QS. AR-Rad 28).
Dianjurkan pula bagi ibu hamil untuk banyak membaca dzikir pagi petang
yang telah diajarkan menurut sunnah Nabin shallallahu alaihi wasallam.
Hindarkan untuk para ibu hamil untuk membaca dan dziikir-dzikir tersebut
tidaklah sesuai dengan apa yang tidak jelas riwayatnya, apalagi jika doa dan
dzikir tersebut tidaklah sesuai dengan apa yang telah dianjurkan oleh rasullullah
SAW.

BAB IV
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Kami bersedia
menerima kritikan, saran, dan masukan dari semua pihak untuk perbaikanya
makalah ini.

KESIMPULAN
Islam secara tersurat dan tersirat telah menjelaskan bahwa seorang wanita
boleh menjaga jarak dalam mengatur kehamilan. Menjaga jarak dengan tujuan
dengan memberikan anak perhatian yang cukup demi kesehatan wanita itu
sendiri. Mengandung dan melahirkan merupakan sebuah perjuangan yang
beresiko tinggi, kelalaian dalam menjaga kesehatan dan keselamatanibu hamil

bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan seorang wanitameninggal dunia


ketika hamil atau melahirkan. Dari rahim seorang ibu akan lahir generasi
penerus yang akan menjaga kelestarian manusia dalam membangun peradaban.
Mengingat persaalinan dan masa nifas sasngatlah penting, maka ketersediaan
layanan berkualitas dan terjangkau bagi se;uruh lapisan lapisan masyarakat
merupakan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi.

DAFTAR PUSTAKA

Suryati, Y. 2010. Makalah Persalinan dalam Agama Islam.


http:// www.ibudanbalita.net //. Makalahpersalinandalamagamaislam.com.
Diakses 29 November 2014 jam 13.00 WIB.

Dwijayanti, M.R. 2012. Topik Kehamilan. http://www.vemale.topikkehamilan.com. Diakses


27 November 2014 jam 10.00 WIB.
Diposkan oleh nova nendiaputri di 09.11 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Posting Lama Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Mengenai Saya

nova nendiaputri
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

2015 (3)
o

Maret (3)

pandangan agama terhadap persalinan dan kehamilan

Makalah Pandangan Agama PANDANGANAGAMA TERHADAP


K...

Nama saya Nova Nendia Putri, saya lahir di Way Abu...

Você também pode gostar