Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tes Mollish
Tes Molish bereaksi positif dengan semua jenis karbohidrat. Tes ini bertujuan
untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat secara umum. Pereaksi molisch terdiri dari
-naftol dalam alkohol yang akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh adanya dehidrasi dari asam sulfat
pekat terhadap karbohidrat. Reaksi positif akan ditandai dengan terbentuknya cincin
ungu pada permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel.
Tes Mollish pada sukrosa
Pertama-tama 2-5 tetes sukrosa (larutan tak berwarna) dimasukkan kedalam
tabung reaksi I(A). Kemudian, ditambahkan 5 tetes pereaksi Mollish (larutan yang
berwarna coklat). Pada campuran ini menghasilkan larutan yang tak berwarna dan
membentuk gumpalan yang berwarna coklat kehitaman. Setelah itu, ditambahkan 7-8
tetes H2SO4 pekat (larutan tidak berwarna) dengan cara memutar pada dinding tabung
hingga H2SO4 membentuk cincin berwarna merah bata. Didiamkan beberapa menit
dan diencerkan dengan 5 ml air, larutan berubah menjadi larutan yang berwarna ungu
jernih (+). Hal ini membuktikan bahwa sukrosa menunjukkan tes positif dengan reagen
Mollish, sehingga sukrosa merupakan karbohidrat (disakarida).
Tes Mollish pada glukosa
Pertama-tama 2-5 tetes glukosa (larutan tak berwarna) dimasukkan kedalam
tabung reaksi II(B). Kemudian, ditambahkan 5 tetes pereaksi Mollish (larutan yang
berwarna coklat). Pada campuran ini menghasilkan larutan yang tak berwarna dan
membentuk gumpalan yang berwarna coklat kehitaman. Setelah itu, ditambahkan 7-8
tetes H2SO4 pekat (larutan tidak berwarna) dengan cara memutar pada dinding tabung
hingga H2SO4 membentuk cincin berwarna merah bata. Didiamkan beberapa menit
dan diencerkan dengan 5 ml air, larutan berubah menjadi larutan yang berwarna
ungu(+). Hal ini membuktikan bahwa glukosa menunjukkan tes positif dengan reagen
Mollish, sehingga glukosa merupakan karbohidrat (monosakarida).
Tes Mollish pada amilum
Pertama-tama 2-5 tetes amilum (larutan tak berwarna) dimasukkan kedalam
tabung reaksi II(C). Kemudian, ditambahkan 5 tetes pereaksi Mollish (larutan yang
berwarna coklat). Pada campuran ini menghasilkan larutan yang tak berwarna dan
membentuk gumpalan yang berwarna coklat kehitaman. Setelah itu, ditambahkan 7-8
tetes H2SO4 pekat (larutan tidak berwarna) dengan cara memutar pada dinding tabung
hingga H2SO4 membentuk cincin berwarna merah bata. Didiamkan beberapa menit
dan diencerkan dengan 5 ml air, larutan berubah menjadi larutan yang berwarna ungu
jernih (+) Hal ini membuktikan bahwa amilum menunjukkan tes positif dengan reagen
Mollish, sehingga amilum merupakan karbohidrat (polisakarida).
Tujuan pemberian asam sulfat pekat (H2SO4) adalah untuk menghidrolisis ikatan
pada sakarida dan untuk menghilangkan molekul air pada sampel karbohidrat.
Sehingga apabila asam sulfat pekat (H 2SO4) yang diberikan berlebih, kemungkinan
tidak dihasilkan reaksi positif ungu tetapi warna cokelat sampai hitam karena
sakaridanya rusak. Tujuan diberikan -naftol sebelum asam sulfat yaitu agar reaksi
berjalan baik yaitu -naftol sebagai indikator pewarna terbentuknya senyawa
kompleks berwarna ungu. Jika diberikan asam sulfat lebih awal maka tidak akan
terlihat pembentukan senyawa kompleksnya karena reaksi ini berlangsung cepat. Saat
penambahan pereaksi molisch, yang terbentuk adalah gumpalan warna hitam, yaitu naftol yang terperangkap oleh sakaridanya. Dan warna yang dihasilkan berbeda-beda
disebabkan oleh perbedaan kadar sakarida dalam tiap tabung semakin besar kadar
sakarida maka semakin pekat.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, sukrosa, glukosa, dan amilum
menunjukkan tes positif (+) dengan penambahan reagen Molish yang mengidentifikasi
bahwa ketiganya adalah karbohidrat. Dengan penambahan H2SO4 pekat akan
menghidrolisis karbohidrat dari bentuk polisakarida atau disakarida menjadi
monosakarida.
Reaksi yang terjadi dari ketiga cuplikan tersebut dengan reagen Mollish, sebagai
berikut :
2. Tes Seliwanoff
Tes Selliwanoff bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dari
golongan ketosa. Reaksi Seliwanoff berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam
levulinat dan hidroksimetilfurfural oleh asam hidroklorida panas, yang selanjutnya
terjadi reaksi positif dengan uji Seliwanoff. Prinsip dari uji Seliwanoff ini adalah
jika setelah pencampuran larutan lalu dilakukan pemanasan selama > 0 menit, maka
sakarida yang tergolong ketosa adalah yang berwarna merah bata.
Tes Selliwanof pada amilum
Pertama-tama 5 tetes reagen Selliwanof (larutan tidak berwarna) kedalam tabung
reaksi II(A) kemudian ditambah dengan 2-5 tetes amilum (larutan tidak berwarna).
Dari percobaan ini dihasilkan campuran larutan tak berwarna. Kemudian, larutan
dikocok hingga homogen dan dipanaskan dalam penangas air selama lebih dari 25
menit. Pemanasan ini tidak menghasilkan perubahan apapun, sehingga tes Selliwanoff
pada amilum dinyatakan negatif. Hal ini menandakan bahwa amilum bukan
merupakan karbohidrat dari golongan ketosa.
Tes Selliwanof pada laktosa
Pertama-tama 5 tetes reagen Selliwanof (larutan tidak berwarna) kedalam tabung
reaksi II(B) kemudian ditambah dengan 2-5 tetes laktosa (larutan tidak berwarna). Dari
percobaan ini dihasilkan campuran larutan tak berwarna. Kemudian, larutan dikocok
hingga homogen dan dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit. Pemanasan ini
tidak menghasilkan perubahan apapun, sehingga tes Selliwanoff pada laktosa
dinyatakan negatif. Hal ini menandakan bahwa laktosa merupakan karbohidrat dari
golongan ketosa.
Tes Selliwanof pada glukosa
4. Tes Tollens
Tes Tollens digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus aldehid (gugus
pereduksi) pada karbohidrat yang mudah dioksida menjadi asam karboksilat.
didasarkan pada terjadinya reaksi reduksi dari Ag+ menjadi Ag oleh gula
pereduksi. Terjadinya reaksi ini ditandai denga terbentuknya cincin perak (Ag).
Tes positif yang ditunjukkan dengan adanya cermin perak Ag setelah pemanasan
campuran.
Sebelum melakukan percobaan sebaiknya alat-alat yang digunakan harus
disterilkan terlebih dahulu, dengan cara pencucian dengan sabun dan dikeringkan
d engan menaruh alat-alat didalam oven.
Kemudian, membuat larutan reagen Tollens dengan memasukkan 1 ml
AgNO3 (larutan tidak berwarna) kedalam tabung reaksi dan ditambah dengan 1
ml larutan NaOH 1% (larutan tidak berwarna). Dari perlakuan ini, menghasilkan
larutan coklat keruh dan endapan. Setelah itu ditambah dengan amoniak encer
yang merupakan larutan tak berwarna tetes demi tetes hingga semua endapan
dalam larutan campuran tersebut tepat larut. Volume larutan amoniak encer yang
diperlukan untuk melarutkan semua endapan sebanyak 50 tetes. Sehingga
menghasilkan larutan tak berwarna yang disebut sebagai reagen Tollens.
Tes Tollens pada sukrosa
Pertama-tama 2-5 tetes sukrosa tidak berwarna) kedalam tabung reaksi IV(A).
Dari perlakuan ini, dihasilkan larutan yang berwarna coklat dan terbentuk dua la
pisan. Setelah itu, dilakukan proses pemanasan agar terbentuk cermin perak. Akan
tetapi, proses pemanasan yang dilakukan tidak memerikan perubahan pada
larutan, sehingga dapat dinyakan bahwa tes Tollens pada sukrosa memberikan uji
negatif.
Tes Tollens pada amilum
Pertama-tama 2-5 tetes amilum (larutan tidak berwarna) dan ditambahkan 5
tetes reagen Tollens (larutan tidak berwarna) kedalam tabung reaksi IV(A). Dari
perlakuan ini, dihasilkan larutan yang berwarna coklat dan terbentuk dua lapisan.
Setelah itu, dilakukan proses pemanasan agar terbentuk cermin perak. Akan tetapi,
proses pemanasan yang dilakukan tidak memerikan perubahan pada larutan,
sehingga dapat dinyakan bahwa tes Tollens pada amilum memberikan uji negatif.
Tes Tollens pada laktosa
Pertama-tama 2-5 tetes laktosa (larutan tidak berwarna) dan ditambahkan 5
tetes reagen Tollens (larutan tidak berwarna) kedalam tabung reaksi IV(A). Dari
perlakuan ini, dihasilkan larutan yang berwarna coklat dan terbentuk dua lapisan.
Setelah itu, dilakukan proses pemanasan agar terbentuk cermin perak. Akan tetapi,
proses pemanasan yang dilakukan tidak memerikan perubahan pada larutan,
sehingga dapat dinyakan bahwa tes Tollens pada laktosa memberikan uji negatif.
Tes Tollens pada glukosa
Pertama-tama 2-5 tetes glukosa (larutan tidak berwarna) dan ditambahkan 5
tetes reagen Tollens (larutan tidak berwarna) kedalam tabung reaksi IV(A). Dari
perlakuan ini, dihasilkan larutan yang berwarna coklat dan terbentuk dua lapisan.
Setelah itu, dilakukan proses pemanasan agar terbentuk cermin perak. Akan tetapi,
7. Hidrolisis Sukrosa
Reaksi hidrolisis sukrosa melibatkan air sebagai pereaksi. Penambahan asam
mengakibatkan Reaksi hidrolisis sukrosa dapat terjadi. Uji terhadap hasil hirolisis
sukrosa dilakukan dengan tes Benedict dan Selliwanof. Pada penambahan pereaksi
Benedict dihasilkan endapan Cu2O brwarna merah muda, sedangkan lautannya
berwarna biru. Untuk penambahan pereaksi selliwanof dihasilkan perubahan warna
larutan dari kuning muda menjadi oranye. Hal ini menunjukkan bahwa hasil hidrolisis
sukrosa adalah suatu karbohidrat dengan sifat gula pereduksi dalam bentuk
monosakarida karena penyusun sukrosa adalah glukosa dan fruktosa maka yang
memenuhi sifat tersebut adalah glukosa.
Pertama-tama dimasukkan 0,5 ml sukrosa (larutan tidak berwarna) kedalam
tabung reaksi. Dilarutkan kedalam 6 ml air. Dari perlakuan ini dihasilkan larutan
sukrosa yang tak berwarna. Kemudian, larutan sukrosa dibagi menjadi 3 tabung reaksi
(tabung 1,2 dan 3), dimana setiap tabung diisi larutan sukrosa sebanyak 1 ml.
Pada tabung 1, 1 ml larutan sukrosa ditambah dengan 1 ml HCl 3 M (larutan tidak
berwarna) dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Kemudian, larutan dipanaskan
dalam penangas air, menghasilkan larutan tak berwarna. Setelah itu, didinginkan dan
ditambah 1,5 ml NaOH yang merupakan larutan tak berwarna. Dari perlakuan tersebut
dihasilkan larutan yang tak berwarna. Kemudian, larutan dibagi menjadi 2 bagian dan
dimasukkan kedalam tabung 1A dan 1B.
Untuk tabung 1A, larutan ditambah 2 ml pereaksi Benedict yang merupakan
larutan berwarna biru, menghasilkan larutan berwarna biru (+). Kemudian
dipanaskan, menghasilkan larutan berwarna biru (-). Setelah itu didinginkan, dan
terbentuk endapan merah bata pada larutan.
Untuk tabung 1B, larutan ditambah 2 ml reagen Seliwanoff yang merupakan
larutan tak berwarn
a, menghasilkan larutan berwarna kuning jernih. Kemudian
dipanaskan, menghasilkan larutan berwarna kuning bening. Setelah itu didinginkan,
dan menghasilkan larutan berwarna kuning jernih (-) terdapat 2 lapisan.
Pada tabung 2, 1 ml larutan sukrosa ditambah dengan 1 ml air (larutan tidak
berwarna) dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Kemudian, larutan dipanaskan
dalam penangas air, menghasilkan larutan tak berwarna. Setelah itu, didinginkan dan
ditambah 1,5 ml air yang merupakan larutan tak berwarna. Dari perlakuan tersebut
dihasilkan larutan yang tak berwarna. Kemudian, larutan dibagi menjadi 2 bagian dan
dimasukkan kedalam tabung 2A dan 2B.
Untuk tabung 2A, larutan ditambah 2 ml pereaksi Benedict yang merupakan
larutan berwarna biru, menghasilkan larutan berwarna biru. Kemudian dipanaskan,
menghasilkan larutan berwarna biru (+). Setelah itu didinginkan, dan terbentuk en
dapan merah bata pada larutan.
Untuk tabung 2B, larutan ditambah 2 ml reagen Seliwanoff yang merupakan
larutan tak berwarna, menghasilkan larutan berwarna kuning jernih. Kemudian
dipanaskan, menghasilkan larutan berwarna kuning bening. Setelah itu didinginkan,
dan menghasilkan larutan berwarna kuning jernih (-) terdapat 2 lapisan.
Pada tabung 3, 1 ml larutan sukrosa ditambah dengan 1 ml air (larutan tidak
berwarna) dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Kemudian, larutan dipanaskan
dalam penangas air, menghasilkan larutan tak berwarna. Setelah itu, didinginkan dan
ditambah 1,5 ml air yang merupakan larutan tak berwarna. Dari perlakuan tersebut
dihasilkan larutan yang tak berwarna. Kemudian, larutan dibagi menjadi 2 bagian dan
dimasukkan kedalam tabung 3A dan 3B.
Untuk tabung 3A, larutan ditambah 2 ml pereaksi Benedict yang merupakan
larutan berwarna biru, menghasilkan larutan berwarna biru. Kemudian dipanaskan,
menghasilkan larutan berwarna biru kehijuan. Setelah itu didinginkan, dan terbentuk
endapan merah bata pada larutan.
Untuk tabung 3B, larutan ditambah 2 ml reagen Seliwanoff yang merupakan
larutan tak berwarna, menghasilkan larutan berwarna kuning jernih. Kemudian
dipanaskan, menghasilkan larutan berwarna kuning bening. Setelah itu didinginkan,
dan menghasilkan larutan berwarna kuning jernih (-) terdapat 2 lapisan.
Reaksi hidrolisis sukrosa melibatkan air sebagai pereaksi. Penambahan asam
mengakibatkan reaksi hidrolisis sukrosa dapat terjadi. Larutan asam yang digunakan
adalah HCl, bertindak sebagai asam yang menghidrolisis sukrosa yang merupakan
disakarida menjadi dua molekul-molekul monosakarida yaitu fruktosa dan glukosa.
Setelah terjadi proses hidrolisis sukrosa oleh HCl, larutan ditambahkan dengan NaOH
untuk menetralkan larutan. Dan untuk mendeteksi apakah sukrosa sudah dihidrolisis
atau tidak maka dilakukan dengan tes Benedict dan Selliwanof. Pada penambahan
pereaksi Benedict dihasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata, sedangkan
larutannya berwarna biru. Untuk penambahan pereaksi selliwanof dihasilkan
perubahan warna larutan menjadi kuning bening (-). Hal ini menunjukkan bahwa hasil
hidrolisis sukrosa adalah suatu karbohidrat dengan sifat gula pereduksi dalam bentuk
monosakarida karena penyusun sukrosa adalah glukosa dan fruktosa maka yang
memenuhi sifat tersebut adalah glukosa.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pada penambahan reagen Benedict
ke 3 tabung reaksi telah terhidrolisis secara sempurna dengan ditandai oleh
terbentukanya endapan merah bata dan pada penambahan reagen seliwanoff ke 3
tabung reaksi telah terhidrolisis secara sempurna dengan ditandai larutan berwarna
kuning bening (-).
8. Hidrolisis Pati
Hidrolisis pati melibatkan air sebagai pereduksi. Untuk mengamati
berlangsungnya reaksi hidrolisis dapat dilakukan dengan tes iodine. Tes iodin
digunakan untuk menguji adanya amilum (pati) dalam suatu larutan. Prinsip dasar
reaksi ini adalah pembentukan kompleks dari I2 dan amilum yang akan memberikan
warna biru kehitaman. Jika terjadi hidrolisis sempurna pada amilum, maka tes iodine
akan memberikan hasil negatif (tetap tidak berwarna). Campuran pati dan iodine
memberikan warna biru tua. Hal ini dikarenakan terbentuknya kompleks iodine-pati.
Mekanisme pembentukan kompleks yang berwarna ini tidak diketahui, namun ada
pemikiran bahwa molekul-molekul iodine tertahan dipermukaan -amilosa. Uji
terhadap hasil hidrolisis pati dilakukan dengan menambahkan pereaksi Benedict yang
menghasilkan larutan berwarna biru tua atau biru keunguan yang lama-kelamaan
berubah membentuk dua lapisan, lapisan atas berwarna biru tua sedangkan lapisan
bawah terbentuk seperti endapan biru kehitaman.
Pertama-tama menyiapkan 3 buah tabung reaksi. Setelah itu, dimasukkan 2 ml
larutan amilum/pati (larutan tidak berwarna) kedalam tabung reaksi 1, kemudian
ditambah 2 ml HCl 3 M (larutan tidak berwarna). Dari percampuran ini, dihasilkan
larutan tidak berwarna. Dipanaskan dalam penangas air, dan didinginkan
menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, ditambahkan 3 ml NaOH 3 M
(larutan tidak berwarna) dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Larutan ini dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu bagian 1A dan 1B.
Untuk tabung 1A, larutan ditambahkan 1 tetes iodine yang merupakaan larutan
berwarna coklat kekuningan dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Sedangkan
tabung 1B, larutan ditambahkan 5 ml Benedict yang merupakan larutan bberwarna
biru (+) dan menghasilkan larutan berwarna biru bening (+).
Dimasukkan 2 ml larutan amilum/pati (larutan tidak berwarna) kedalam tabung
reaksi 1, kemudian ditambah 2 ml air (larutan tidak berwarna). Dari percampuran ini,
dihasilkan larutan tidak berwarna. Dipanaskan dalam penangas air, dan didinginkan
menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, ditambahkan 3 ml air (larutan tidak
berwarna) dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Larutan ini dibagi menjadi 2
bagian, yaitu bagian 2A dan 2B.
Untuk tabung 2A, larutan ditambahkan 1 tetes iodine yang merupakaan larutan
berwarna coklat kekuningan dan menghasilkan larutan berwarna ungu. Sedangkan
tabung 2B, larutan ditambahkan 5 ml Benedict yang merupakan larutan berwarna biru
(+) dan menghasilkan larutan berwarna biru (-).
Dimasukkan 2 ml larutan amilum/pati (larutan tidak berwarna) kedalam tabung
reaksi 1, kemudian ditambah 2 ml air (larutan tidak berwarna). Dari percampuran ini,
dihasilkan larutan tidak berwarna. Didiamkan pada suhu kamar. Setelah itu,
ditambahkan 3 ml air (larutan tidak berwarna) dan menghasilkan larutan tidak
berwarna. Larutan ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian 3A dan 3B.
Untuk tabung 3A, larutan ditambahkan 1 tetes iodine yang merupakaan larutan
berwarna coklat kekuningan dan menghasilkan larutan berwarna ungu tua. Sedangkan
tabung 3B, larutan ditambahkan 5 ml Benedict yang merupakan larutan bberwarna
biru (+) dan menghasilkan larutan berwarna biru bening (-).
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, larutan pati/amilum tidak
mengalami hidrolisis secara sempurna. amilum belum terpecah menjadi glukosa dan
fruktosa. Sehingga amilum tidak dapat membentuk endapan merah bata saat ditambah
dengan reagen Benedict dan tidak dapat membentuk senyawa kompleks dengan
iodine.
Diskusi
2. Tes Tollens
Menurut literatur, laktosa dan glukosa memberikan tes positif pada
reagen Tollens. Akan tetapi, dari hasil percobaan yang telah dilakukan, tes
Tollens tergadap sukrosa, amilum, laktosa dan glukosa semuanya
menunjukkan hasil negatif. Hal ini dapat dikarenakan, alat-alat yang
digunakan pada percobaan ini tidak tersterilkan dengan sempurna. Sehingga
reaksi reagen Tollens dengan laktosa dan glukosa tidak membentuk cermin
perak Ag.
3. Tes Fehling
Sukrosa menunjukan hasil positif dengan terbentuknya endapan merah
bata. Sukrosa seharusnya tidak dapat mereduksi larutan fehling karena tidak
1. Pada Tes Mollish : Sukrosa, glukosa dan amilum adalah karbohidrat, karena
ketiganya dapat menunjukkan uji positif dengan pereaksi Mollish dan dapat
ditandai dengan berubahnya larutan menjadi ungu.
2. Pada tes Selliwanof : Amilum, laktosa dan glukosa merupakan karbohidrat
yang tidak memiliki gugus keton (bukan termasuk karbohidrat dari golongan
ketosa). Ini dkarenakan amilum, laktosa dan glukosa menunjukkan uji negatif
dengan reagen Selliwanof.
3. Pada tes Barfoed : Amilum menunjukkan uji negatif dengan reagen Barfoed,
ditandai dengan tidak terbentuknya endapan merah bata hingga waktu tak
hingga. Glukosa menunjukkan uji positif dengan reagen Barfoed, ditandai
dengan ditandai terbentuknya endapan merah bata pada waktu < 10 menit dan
ini menandakan bahwa glukosa termasuk karbohidrat golongan monosakarida.
Sedangkan laktosa menunjukkan uji positif dengan reagen Barfoed, ditandai
dengan terbentuknya endapan merah bata pada waktu > 10 menit dan ini
menandakan bahwa laktosa termasuk karbohidrat golongan disakarida.
4. Pada tes Tollens : Glukosa, laktosa, sukrosa dan amilum menunjukkan uji negatif
dengan reagen Tollens, dengan tidak terbentuknya cermin perak Ag. Untuk
amilum dan sukrosa, ini sesuai dengan teori, karena keduanya bukan gula
pereduksi. Sedangkan pada glukosa dan laktosa, hasil percobaan ini tidak sesuai
dengan teori. Menurut literatur glukosa dan laktosa seharusnya menunjukkan uji
positif.
5. Pada tes Fehling : Laktosa, sukrosa dan glukosa menunjukkan uji positif
dengan reagen Fehling, dengan terbentuknya endapan merah bata. Ini
dikarenakan laktosa, sukrosa dan glukosa merupakan karbohidrat gula