Você está na página 1de 14

Analisis

Data dan Pembahasan

Percobaan pengenalan jenis-jenis karbohidrat bertujuan untuk menjelaskan


prinsip-prinsip dasar dalam reaksi pengenalan karbohidrat, melakukan pengujian
adanya monosakarida dan disakarida, melakukan pengujian adanya gula pereduksi,
melakukan hidrolisis polisakarida dan disakarida, dan menguji hasil hidrolisis
disakarida dan polisakarida. Karbohidrat merupakan polihidroksil aldehid atau keton
atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidroksil.
Pada percobaan ini dilakukan percobaan sebanyak 8 percobaan, yaitu tes Mollish,
tes Seliwanoff, tes Barfoed, tes Tollens, tes Fehling, tes Benedict, hidrolisis sukrosa
dan hidrolisis pati. Dimana jenis karbohidrat yang digunakan dalam percobaan ini
antara lain, sukrosa, glukosa, amilum dan laktosa. Glukosa merupakan karbhidrat
golongan monosakarida, sukrosa dan laktosa adalam karbohidrat dari golongan
disakarida, sedangkan amilum adalam karbohidrat polisakarida.
1.

Tes Mollish
Tes Molish bereaksi positif dengan semua jenis karbohidrat. Tes ini bertujuan
untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat secara umum. Pereaksi molisch terdiri dari
-naftol dalam alkohol yang akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh adanya dehidrasi dari asam sulfat
pekat terhadap karbohidrat. Reaksi positif akan ditandai dengan terbentuknya cincin
ungu pada permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel.
Tes Mollish pada sukrosa
Pertama-tama 2-5 tetes sukrosa (larutan tak berwarna) dimasukkan kedalam
tabung reaksi I(A). Kemudian, ditambahkan 5 tetes pereaksi Mollish (larutan yang
berwarna coklat). Pada campuran ini menghasilkan larutan yang tak berwarna dan
membentuk gumpalan yang berwarna coklat kehitaman. Setelah itu, ditambahkan 7-8
tetes H2SO4 pekat (larutan tidak berwarna) dengan cara memutar pada dinding tabung
hingga H2SO4 membentuk cincin berwarna merah bata. Didiamkan beberapa menit
dan diencerkan dengan 5 ml air, larutan berubah menjadi larutan yang berwarna ungu
jernih (+). Hal ini membuktikan bahwa sukrosa menunjukkan tes positif dengan reagen
Mollish, sehingga sukrosa merupakan karbohidrat (disakarida).
Tes Mollish pada glukosa
Pertama-tama 2-5 tetes glukosa (larutan tak berwarna) dimasukkan kedalam
tabung reaksi II(B). Kemudian, ditambahkan 5 tetes pereaksi Mollish (larutan yang
berwarna coklat). Pada campuran ini menghasilkan larutan yang tak berwarna dan
membentuk gumpalan yang berwarna coklat kehitaman. Setelah itu, ditambahkan 7-8
tetes H2SO4 pekat (larutan tidak berwarna) dengan cara memutar pada dinding tabung
hingga H2SO4 membentuk cincin berwarna merah bata. Didiamkan beberapa menit
dan diencerkan dengan 5 ml air, larutan berubah menjadi larutan yang berwarna
ungu(+). Hal ini membuktikan bahwa glukosa menunjukkan tes positif dengan reagen
Mollish, sehingga glukosa merupakan karbohidrat (monosakarida).
Tes Mollish pada amilum
Pertama-tama 2-5 tetes amilum (larutan tak berwarna) dimasukkan kedalam
tabung reaksi II(C). Kemudian, ditambahkan 5 tetes pereaksi Mollish (larutan yang
berwarna coklat). Pada campuran ini menghasilkan larutan yang tak berwarna dan
membentuk gumpalan yang berwarna coklat kehitaman. Setelah itu, ditambahkan 7-8
tetes H2SO4 pekat (larutan tidak berwarna) dengan cara memutar pada dinding tabung

hingga H2SO4 membentuk cincin berwarna merah bata. Didiamkan beberapa menit
dan diencerkan dengan 5 ml air, larutan berubah menjadi larutan yang berwarna ungu
jernih (+) Hal ini membuktikan bahwa amilum menunjukkan tes positif dengan reagen
Mollish, sehingga amilum merupakan karbohidrat (polisakarida).
Tujuan pemberian asam sulfat pekat (H2SO4) adalah untuk menghidrolisis ikatan
pada sakarida dan untuk menghilangkan molekul air pada sampel karbohidrat.
Sehingga apabila asam sulfat pekat (H 2SO4) yang diberikan berlebih, kemungkinan
tidak dihasilkan reaksi positif ungu tetapi warna cokelat sampai hitam karena
sakaridanya rusak. Tujuan diberikan -naftol sebelum asam sulfat yaitu agar reaksi
berjalan baik yaitu -naftol sebagai indikator pewarna terbentuknya senyawa
kompleks berwarna ungu. Jika diberikan asam sulfat lebih awal maka tidak akan
terlihat pembentukan senyawa kompleksnya karena reaksi ini berlangsung cepat. Saat
penambahan pereaksi molisch, yang terbentuk adalah gumpalan warna hitam, yaitu naftol yang terperangkap oleh sakaridanya. Dan warna yang dihasilkan berbeda-beda
disebabkan oleh perbedaan kadar sakarida dalam tiap tabung semakin besar kadar
sakarida maka semakin pekat.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, sukrosa, glukosa, dan amilum
menunjukkan tes positif (+) dengan penambahan reagen Molish yang mengidentifikasi
bahwa ketiganya adalah karbohidrat. Dengan penambahan H2SO4 pekat akan
menghidrolisis karbohidrat dari bentuk polisakarida atau disakarida menjadi
monosakarida.
Reaksi yang terjadi dari ketiga cuplikan tersebut dengan reagen Mollish, sebagai
berikut :
2. Tes Seliwanoff
Tes Selliwanoff bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dari
golongan ketosa. Reaksi Seliwanoff berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam
levulinat dan hidroksimetilfurfural oleh asam hidroklorida panas, yang selanjutnya
terjadi reaksi positif dengan uji Seliwanoff. Prinsip dari uji Seliwanoff ini adalah
jika setelah pencampuran larutan lalu dilakukan pemanasan selama > 0 menit, maka
sakarida yang tergolong ketosa adalah yang berwarna merah bata.
Tes Selliwanof pada amilum
Pertama-tama 5 tetes reagen Selliwanof (larutan tidak berwarna) kedalam tabung
reaksi II(A) kemudian ditambah dengan 2-5 tetes amilum (larutan tidak berwarna).
Dari percobaan ini dihasilkan campuran larutan tak berwarna. Kemudian, larutan
dikocok hingga homogen dan dipanaskan dalam penangas air selama lebih dari 25
menit. Pemanasan ini tidak menghasilkan perubahan apapun, sehingga tes Selliwanoff
pada amilum dinyatakan negatif. Hal ini menandakan bahwa amilum bukan
merupakan karbohidrat dari golongan ketosa.
Tes Selliwanof pada laktosa
Pertama-tama 5 tetes reagen Selliwanof (larutan tidak berwarna) kedalam tabung
reaksi II(B) kemudian ditambah dengan 2-5 tetes laktosa (larutan tidak berwarna). Dari
percobaan ini dihasilkan campuran larutan tak berwarna. Kemudian, larutan dikocok
hingga homogen dan dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit. Pemanasan ini
tidak menghasilkan perubahan apapun, sehingga tes Selliwanoff pada laktosa
dinyatakan negatif. Hal ini menandakan bahwa laktosa merupakan karbohidrat dari
golongan ketosa.
Tes Selliwanof pada glukosa

Pertama-tama 5 tetes reagen Selliwanof (larutan tidak berwarna) kedalam tabung


reaksi II(C) kemudian ditambah dengan 2-5 tetes glukosa (larutan tidak berwarna).
Dari percobaan ini dihasilkan campuran larutan tak berwarna. Kemudian, larutan
dikocok hingga homogen dan dipanaskan dalam penangas air selama 1 menit.
Pemanasan ini menghasilkan perubahan warna larutan berwarna jingga, sehingga tes
Selliwanoff pada glukosa dinyatakan negatif. Hal ini menandakan bahwa glukosa
merupakan karbohidrat dari golongan ketosa.
Reaksi yang terjadi dari ketiga cuplikan tersebut dengan reagen Selliwanoff, sebagai
berikut :
3. Tes Barfoed
Tes Barfoed bertujuan untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan
mengontrol pH serta waktu pemanasan. Prinsip tes Barfoed berdasarkan reduksi Cu 2+
menjadi Cu+. Sampel monosakarida mempunyai waktu yang lebih cepat membentuk
wa rna merah bata pada tes Barfoed. Reagen ini mengandung ion Cu 2+ yang akan
bereaksi dengan -CHO membentuk endapan berwarna merah bata, Cu2O, dengan
proses pemanasan.
Tes Barfoed pada amilum
Pertama-pertama 5 tetes amilum (larutan tidak berwarna) dan ditambahkan 5 ml
reagen Barfoed (larutan berwarna biru) kedalam tabung reaksi III(A). Dari
pencampuran ini dihasilkan larutan yang berwarna biru (-). Kemudian campuran
larutan ini dipanaskan selama 25 menit dan larutan tidak terbentuk endapan merah
bata. Sehingga tes Barfoed pada amilum dinyatakan negatif. Ini dikarenakan tes
Barfoed merupakan tes karbohidrat yang bertujuan untuk membedakan monosakarida
dan disakarida, sedangkan amilum adalah karbohidrat dari golongan polisakarida.
Maka dari itu amilum bereaksi negatif dengan reagen Barfoed.
Tes Barfoed pada glukosa
Pertama-pertama 5 tetes glukosa (larutan tidak berwarna) dan ditambahkan 5 ml
reagen Barfoed (larutan berwarna biru) kedalam tabung reaksi III(B). Dari
pencampuran ini dihasilkan larutan yang berwarna biru (-). Kemudian campuran
larutan ini dipanaskan selama 9 menit hingga terbentuk endapan merah bata pada
larutan. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa merupakan karbohidrat golongan
monosakarida.
Tes Barfoed pada laktosa
Pertama-pertama 5 tetes laktosa (larutan tidak berwarna) dan ditambahkan 5 ml
reagen Barfoed (larutan berwarna biru) kedalam tabung reaksi III(C). Dari
pencampuran ini dihasilkan larutan yang berwarna biru. Dari pencampuran ini
dihasilkan larutan yang berwarna biru.(-). Kemudian campuran larutan ini dipanaskan
selama 25 menit dan larutan tidak terbentuk endapan merah bata. Hal ini menunjukkan
bahwa laktosa merupakan karbohidrat golongan disakarida.
Reaksi yang terjadi dari ketiga cuplikan tersebut dengan reagen Barfoed, sebagai
berikut :

4. Tes Tollens
Tes Tollens digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus aldehid (gugus
pereduksi) pada karbohidrat yang mudah dioksida menjadi asam karboksilat.
didasarkan pada terjadinya reaksi reduksi dari Ag+ menjadi Ag oleh gula
pereduksi. Terjadinya reaksi ini ditandai denga terbentuknya cincin perak (Ag).
Tes positif yang ditunjukkan dengan adanya cermin perak Ag setelah pemanasan
campuran.
Sebelum melakukan percobaan sebaiknya alat-alat yang digunakan harus
disterilkan terlebih dahulu, dengan cara pencucian dengan sabun dan dikeringkan
d engan menaruh alat-alat didalam oven.
Kemudian, membuat larutan reagen Tollens dengan memasukkan 1 ml
AgNO3 (larutan tidak berwarna) kedalam tabung reaksi dan ditambah dengan 1
ml larutan NaOH 1% (larutan tidak berwarna). Dari perlakuan ini, menghasilkan
larutan coklat keruh dan endapan. Setelah itu ditambah dengan amoniak encer
yang merupakan larutan tak berwarna tetes demi tetes hingga semua endapan
dalam larutan campuran tersebut tepat larut. Volume larutan amoniak encer yang
diperlukan untuk melarutkan semua endapan sebanyak 50 tetes. Sehingga
menghasilkan larutan tak berwarna yang disebut sebagai reagen Tollens.
Tes Tollens pada sukrosa
Pertama-tama 2-5 tetes sukrosa tidak berwarna) kedalam tabung reaksi IV(A).
Dari perlakuan ini, dihasilkan larutan yang berwarna coklat dan terbentuk dua la
pisan. Setelah itu, dilakukan proses pemanasan agar terbentuk cermin perak. Akan
tetapi, proses pemanasan yang dilakukan tidak memerikan perubahan pada
larutan, sehingga dapat dinyakan bahwa tes Tollens pada sukrosa memberikan uji
negatif.
Tes Tollens pada amilum
Pertama-tama 2-5 tetes amilum (larutan tidak berwarna) dan ditambahkan 5
tetes reagen Tollens (larutan tidak berwarna) kedalam tabung reaksi IV(A). Dari
perlakuan ini, dihasilkan larutan yang berwarna coklat dan terbentuk dua lapisan.
Setelah itu, dilakukan proses pemanasan agar terbentuk cermin perak. Akan tetapi,
proses pemanasan yang dilakukan tidak memerikan perubahan pada larutan,
sehingga dapat dinyakan bahwa tes Tollens pada amilum memberikan uji negatif.
Tes Tollens pada laktosa
Pertama-tama 2-5 tetes laktosa (larutan tidak berwarna) dan ditambahkan 5
tetes reagen Tollens (larutan tidak berwarna) kedalam tabung reaksi IV(A). Dari
perlakuan ini, dihasilkan larutan yang berwarna coklat dan terbentuk dua lapisan.
Setelah itu, dilakukan proses pemanasan agar terbentuk cermin perak. Akan tetapi,
proses pemanasan yang dilakukan tidak memerikan perubahan pada larutan,
sehingga dapat dinyakan bahwa tes Tollens pada laktosa memberikan uji negatif.
Tes Tollens pada glukosa
Pertama-tama 2-5 tetes glukosa (larutan tidak berwarna) dan ditambahkan 5
tetes reagen Tollens (larutan tidak berwarna) kedalam tabung reaksi IV(A). Dari
perlakuan ini, dihasilkan larutan yang berwarna coklat dan terbentuk dua lapisan.
Setelah itu, dilakukan proses pemanasan agar terbentuk cermin perak. Akan tetapi,

proses pemanasan yang dilakukan tidak memerikan perubahan pada larutan,


sehingga dapat dinyakan bahwa tes Tollens pada glukosa memberikan uji negatif.
Menurut literatur, laktosa dan glukosa memberikan tes positif pada reagen
Tollens. Akan tetapi, dari hasil percobaan yang telah dilakukan, tes Tollens
terhadap sukrosa, amilum, laktosa dan glukosa semuanya menunjukkan hasil
negatif. Hal ini dapat dikarenakan, alat-alat yang digunakan pada percobaan ini
tidak tersterilkan dengan sempurna. Sehingga reaksi reagen Tollens dengan
laktosa dan glukosa tidak membentuk cermin perak.
5. Tes Fehling
Tes Fehling digunakan untuk mengetahui karbohidrat yang mengandung
gugus aldehid (gula pereduksi).
Sebelum melakukan percobaan, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah membuat larutan reagen Fehiling dengan memasukkan 5 ml larutan
Fehing A (larutan berwarna biru) ke dalam gelas kimia dan ditambahkan 5 ml
larutan Fehling B (larutan tidak berwarna). Dari perlakuan ini, menghasilkan
larutan berwarna biru (+) yang disebut sebagai reagen Fehling.
Tes Fehling pada amilum
Pertama-tama 5 tetes amilum (larutan tidak berwarna) dan ditambahkan
2-3 ml reagen Fehling (larutan berwarna biru (+)) kedalam tabung reaksi
V(A). Dikocok hingga larutan tercampur secara sempurna sehingga
menghasilkan larutan yang berwarna biru (+). Setelah itu, larutan dipanaskan
dalam penangas air selama 3-4 menit dan tidak menghasilkan endapan
berwarna merah bata. Sehingga dapat dinyatakan bahwa amilum bukan jenis
karbohidrat yang mengandung gula pereduksi karena amilum menunjukkan
tes negatif tehadap tes Fehling.
Tes Fehling pada laktosa
Pertama-tama 5 tetes laktosa (larutan tidak berwarna) dan ditambahkan
2-3 ml reagen Fehling (larutan berwarna biru (+)) kedalam tabung reaksi
V(B). Dikocok hingga larutan tercampur secara sempurna sehingga
menghasilkan larutan yang berwarna biru (+). Setelah itu, larutan dipanaskan
d alam penangas air selama 3-4 menit dan menghasilkan endapan berwarna
merah bata. Sehingga dapat dinyatakan bahwa laktosa adalah jenis
karbohidrat yang mengandung gula pereduksi karena laktosa menunjukkan
tes positif tehadap tes Fehling.
Tes Fehling pada sukrosa
Pertama-tama 5 tetes laktosa (larutan tidak berwarna) dan ditambahkan
2-3 ml reagen Fehling (larutan berwarna biru (+))kedalam tabung reaksi
V(C). Dikocok hingga larutan tercampur secara sempurna sehingga
menghasilkan larutan yang berwarna biru (+). Setelah itu, larutan dipanaskan
dalam penangas air selama 3-4 menit dan menghasilkan endapan berwarna
merah bata lebih banyak dari laktosa. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
sukrosa adalah jenis karbohidrat yang mengandung gula pereduksi karena
sukrosa menunjukkan tes positif tehadap tes Fehling.
Tes Fehling pada glukosa

Pertama-tama 5 tetes glukosa (larutan tidak berwarna) dan ditambahkan


2-3 ml reagen Fehling (larutan berwarna biru (+)) kedalam tabung reaksi
V(D). Dikocok hingga larutan tercampur secara sempurna sehingga
menghasilkan larutan yang berwarna biru (+). Setelah itu, larutan dipanaskan
dalam penangas air selama 3-4 menit dan larutan berubah menjadi berwarna
hijau tua. Sehingga dapat dinyatakan bahwa glukosa adalah jenis karbohidrat
yang mengandung gula pereduksi karena glukosa menunjukkan tes positif
tehadap tes Fehling.
Senyawa karbohidrat memiliki gugus aldehid atau keton biasa disebut aldosa
dan ketosa. Karbohidrat yang memiliki gugus aldehid dapat mereduksi fehling
sehingga menghasilkan endapan merah bata. Dalam percobaan ini amilum
menunjukan hasil yang negative karena tidak terbentuknya endapan merah bata.
setelah ditambah larutan fehling dan dipanaskan selama kurang lebih 2 menit. Hal
ini terjadi karena amilum tidak memiliki gugus aldehid sehingga tidak dapat
mereduksi larutan fehling.
Laktosa dan glukosa menunjukan hasil yang positif dengan terbentuknya
endapan merah bata pada bagian dasar tabung. Hal ini terjadi karena laktosa dan
glukosa mempunyai karbon anomerik yang merupakan bagian dari suatu gugus
hemiasetal. Laktosa dan glukosa akan berada dalam keadaan kesetimbangan pada
larutan dengan aldehid rantai terbuka sehingga dapat mereduksi larutan fehling
menjadi Cu2O. Laktosa dan glukosa merupakan gula pereduksi.
Sukrosa menunjukan hasil positif dengan terbentuknya endapan merah bata.
Sukrosa she arusnya tidak dapat mereduksi larutan fehling karena tidak memiliki
gugus aldehid dan C anomer. Tetapi sebelum mereduksi larutan fehling sukrosa
mengalami hidrolisis terlebih dahulu menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa
memiliki gugus aldehid sehingga glukosa inilah yang akan mereduksi larutan
fehling menjadi Cu2O (endapan merah bata).
6. Tes Benedict
Tes benedict bertujuan untuk mengetahui / membedakan gula pereduksi dan
gula nonpereduksi berdasarkan tingkat kepekatannya. Pengujian yang positif
merupakan gula pereduksi ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata.
Gula pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai
menjadi se dikitnya dua buah monosakarida. Dengan prinsip berdasarkan reduksi
Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk
menghindari pengendapan CuCO3 pada larutan natrium karbonat (reagen
Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi
oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas, sehingga
sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi
larutan Benedi ct.
Tes Benedict pada amilum
Pertama-tama 5 tetes amilum (larutan tidaak berwarna) dan ditambahkan 5
tetes reagen Benedict (larutan berwarna biru (+)) kedalam tabung reaksi VI(A).
Dikocok hingga larutan tercampur dengan sempurna sehingga menghasilkan
larutan yang berwarna biru. Setelah itu, larutan dipanaskan dalam penangas air
selama 2 menit latutan berubah menjadi berwarna biru kehijauan dan tidak
menghasilkan endapan berwarna merah bata. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
amilum bukanlah jenis karbohidrat yang mengandung gula pereduksi karena
amilum menunjukkan tes negatif tehadap tes Benedict.

Tes Benedict pada laktosa


Pertama-tama 5 tetes laktosa (larutan tidaak berwarna) dan ditambahkan 5
tetes reagen Benedict (larutan berwarna biru (+)) kedalam tabung reaksi VI(B).
Dikocok hingga larutan tercampur dengan sempurna sehingga menghasilkan
larutan yang berwarna biru. Setelah itu, larutan dipanaskan dalam penangas air
selama 2 menit latutan menghasilkan endapan berwarna merah bata(--). Sehingga
dapat dinyatakan bahwa laktosa merupakan jenis karbohidrat yang mengandung
gula pereduksi karena laktosa menunjukkan tes positif tehadap tes Benedict.
Tes Benedict pada sukrosa
Pertama-tama 5 tetes laktosa (larutan tidaak berwarna) dan ditambahkan 5
tetes reagen Benedict (larutan berwarna biru (+)) kedalam tabung reaksi VI(B).
Dikocok hingga larutan tercampur dengan sempurna sehingga menghasilkan
larutan yang berwarna biru. Setelah itu, larutan dipanaskan dalam penangas air
selama 2 menit latutan menghasilkan endapan berwarna merah bata (-). Sehingga
dapat dinyatakan bahwa sukrosa merupakan jenis karbohidrat yang mengandung
gula pereduksi karena sukrosa menunjukkan tes positif tehadap tes Benedict.
Tes Benedict pa da glukosa
Pertama-tama 5 tetes glukosa (larutan tidaak berwarna) dan ditambahkan 5
tetes reagen Benedict (larutan berwarna biru (+)) kedalam tabung reaksi VI(B).
Dikocok hingga larutan tercampur dengan sempurna sehingga menghasilkan
larutan yang berwarna biru. Setelah itu, larutan dipanaskan dalam penangas air
selama 2 menit latutan menghasilkan endapan berwarna merah bata (---).
Sehingga dapat dinyatakan bahwa glukosa merupakan jenis karbohidrat yang
mengandung gula pereduksi karena glukosa menunjukkan tes positif tehadap tes
Benedict.

7. Hidrolisis Sukrosa
Reaksi hidrolisis sukrosa melibatkan air sebagai pereaksi. Penambahan asam
mengakibatkan Reaksi hidrolisis sukrosa dapat terjadi. Uji terhadap hasil hirolisis
sukrosa dilakukan dengan tes Benedict dan Selliwanof. Pada penambahan pereaksi
Benedict dihasilkan endapan Cu2O brwarna merah muda, sedangkan lautannya
berwarna biru. Untuk penambahan pereaksi selliwanof dihasilkan perubahan warna
larutan dari kuning muda menjadi oranye. Hal ini menunjukkan bahwa hasil hidrolisis
sukrosa adalah suatu karbohidrat dengan sifat gula pereduksi dalam bentuk
monosakarida karena penyusun sukrosa adalah glukosa dan fruktosa maka yang
memenuhi sifat tersebut adalah glukosa.
Pertama-tama dimasukkan 0,5 ml sukrosa (larutan tidak berwarna) kedalam
tabung reaksi. Dilarutkan kedalam 6 ml air. Dari perlakuan ini dihasilkan larutan
sukrosa yang tak berwarna. Kemudian, larutan sukrosa dibagi menjadi 3 tabung reaksi
(tabung 1,2 dan 3), dimana setiap tabung diisi larutan sukrosa sebanyak 1 ml.
Pada tabung 1, 1 ml larutan sukrosa ditambah dengan 1 ml HCl 3 M (larutan tidak
berwarna) dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Kemudian, larutan dipanaskan
dalam penangas air, menghasilkan larutan tak berwarna. Setelah itu, didinginkan dan
ditambah 1,5 ml NaOH yang merupakan larutan tak berwarna. Dari perlakuan tersebut
dihasilkan larutan yang tak berwarna. Kemudian, larutan dibagi menjadi 2 bagian dan
dimasukkan kedalam tabung 1A dan 1B.
Untuk tabung 1A, larutan ditambah 2 ml pereaksi Benedict yang merupakan
larutan berwarna biru, menghasilkan larutan berwarna biru (+). Kemudian
dipanaskan, menghasilkan larutan berwarna biru (-). Setelah itu didinginkan, dan
terbentuk endapan merah bata pada larutan.
Untuk tabung 1B, larutan ditambah 2 ml reagen Seliwanoff yang merupakan
larutan tak berwarn
a, menghasilkan larutan berwarna kuning jernih. Kemudian
dipanaskan, menghasilkan larutan berwarna kuning bening. Setelah itu didinginkan,
dan menghasilkan larutan berwarna kuning jernih (-) terdapat 2 lapisan.
Pada tabung 2, 1 ml larutan sukrosa ditambah dengan 1 ml air (larutan tidak
berwarna) dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Kemudian, larutan dipanaskan
dalam penangas air, menghasilkan larutan tak berwarna. Setelah itu, didinginkan dan
ditambah 1,5 ml air yang merupakan larutan tak berwarna. Dari perlakuan tersebut
dihasilkan larutan yang tak berwarna. Kemudian, larutan dibagi menjadi 2 bagian dan
dimasukkan kedalam tabung 2A dan 2B.
Untuk tabung 2A, larutan ditambah 2 ml pereaksi Benedict yang merupakan
larutan berwarna biru, menghasilkan larutan berwarna biru. Kemudian dipanaskan,
menghasilkan larutan berwarna biru (+). Setelah itu didinginkan, dan terbentuk en
dapan merah bata pada larutan.
Untuk tabung 2B, larutan ditambah 2 ml reagen Seliwanoff yang merupakan
larutan tak berwarna, menghasilkan larutan berwarna kuning jernih. Kemudian
dipanaskan, menghasilkan larutan berwarna kuning bening. Setelah itu didinginkan,
dan menghasilkan larutan berwarna kuning jernih (-) terdapat 2 lapisan.
Pada tabung 3, 1 ml larutan sukrosa ditambah dengan 1 ml air (larutan tidak
berwarna) dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Kemudian, larutan dipanaskan
dalam penangas air, menghasilkan larutan tak berwarna. Setelah itu, didinginkan dan
ditambah 1,5 ml air yang merupakan larutan tak berwarna. Dari perlakuan tersebut

dihasilkan larutan yang tak berwarna. Kemudian, larutan dibagi menjadi 2 bagian dan
dimasukkan kedalam tabung 3A dan 3B.
Untuk tabung 3A, larutan ditambah 2 ml pereaksi Benedict yang merupakan
larutan berwarna biru, menghasilkan larutan berwarna biru. Kemudian dipanaskan,
menghasilkan larutan berwarna biru kehijuan. Setelah itu didinginkan, dan terbentuk
endapan merah bata pada larutan.
Untuk tabung 3B, larutan ditambah 2 ml reagen Seliwanoff yang merupakan
larutan tak berwarna, menghasilkan larutan berwarna kuning jernih. Kemudian
dipanaskan, menghasilkan larutan berwarna kuning bening. Setelah itu didinginkan,
dan menghasilkan larutan berwarna kuning jernih (-) terdapat 2 lapisan.
Reaksi hidrolisis sukrosa melibatkan air sebagai pereaksi. Penambahan asam
mengakibatkan reaksi hidrolisis sukrosa dapat terjadi. Larutan asam yang digunakan
adalah HCl, bertindak sebagai asam yang menghidrolisis sukrosa yang merupakan
disakarida menjadi dua molekul-molekul monosakarida yaitu fruktosa dan glukosa.
Setelah terjadi proses hidrolisis sukrosa oleh HCl, larutan ditambahkan dengan NaOH
untuk menetralkan larutan. Dan untuk mendeteksi apakah sukrosa sudah dihidrolisis
atau tidak maka dilakukan dengan tes Benedict dan Selliwanof. Pada penambahan
pereaksi Benedict dihasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata, sedangkan
larutannya berwarna biru. Untuk penambahan pereaksi selliwanof dihasilkan
perubahan warna larutan menjadi kuning bening (-). Hal ini menunjukkan bahwa hasil
hidrolisis sukrosa adalah suatu karbohidrat dengan sifat gula pereduksi dalam bentuk
monosakarida karena penyusun sukrosa adalah glukosa dan fruktosa maka yang
memenuhi sifat tersebut adalah glukosa.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pada penambahan reagen Benedict
ke 3 tabung reaksi telah terhidrolisis secara sempurna dengan ditandai oleh
terbentukanya endapan merah bata dan pada penambahan reagen seliwanoff ke 3
tabung reaksi telah terhidrolisis secara sempurna dengan ditandai larutan berwarna
kuning bening (-).
8. Hidrolisis Pati
Hidrolisis pati melibatkan air sebagai pereduksi. Untuk mengamati
berlangsungnya reaksi hidrolisis dapat dilakukan dengan tes iodine. Tes iodin
digunakan untuk menguji adanya amilum (pati) dalam suatu larutan. Prinsip dasar
reaksi ini adalah pembentukan kompleks dari I2 dan amilum yang akan memberikan
warna biru kehitaman. Jika terjadi hidrolisis sempurna pada amilum, maka tes iodine
akan memberikan hasil negatif (tetap tidak berwarna). Campuran pati dan iodine
memberikan warna biru tua. Hal ini dikarenakan terbentuknya kompleks iodine-pati.
Mekanisme pembentukan kompleks yang berwarna ini tidak diketahui, namun ada
pemikiran bahwa molekul-molekul iodine tertahan dipermukaan -amilosa. Uji
terhadap hasil hidrolisis pati dilakukan dengan menambahkan pereaksi Benedict yang
menghasilkan larutan berwarna biru tua atau biru keunguan yang lama-kelamaan
berubah membentuk dua lapisan, lapisan atas berwarna biru tua sedangkan lapisan
bawah terbentuk seperti endapan biru kehitaman.
Pertama-tama menyiapkan 3 buah tabung reaksi. Setelah itu, dimasukkan 2 ml
larutan amilum/pati (larutan tidak berwarna) kedalam tabung reaksi 1, kemudian
ditambah 2 ml HCl 3 M (larutan tidak berwarna). Dari percampuran ini, dihasilkan
larutan tidak berwarna. Dipanaskan dalam penangas air, dan didinginkan
menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, ditambahkan 3 ml NaOH 3 M

(larutan tidak berwarna) dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Larutan ini dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu bagian 1A dan 1B.
Untuk tabung 1A, larutan ditambahkan 1 tetes iodine yang merupakaan larutan
berwarna coklat kekuningan dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Sedangkan
tabung 1B, larutan ditambahkan 5 ml Benedict yang merupakan larutan bberwarna
biru (+) dan menghasilkan larutan berwarna biru bening (+).
Dimasukkan 2 ml larutan amilum/pati (larutan tidak berwarna) kedalam tabung
reaksi 1, kemudian ditambah 2 ml air (larutan tidak berwarna). Dari percampuran ini,
dihasilkan larutan tidak berwarna. Dipanaskan dalam penangas air, dan didinginkan
menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah itu, ditambahkan 3 ml air (larutan tidak
berwarna) dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Larutan ini dibagi menjadi 2
bagian, yaitu bagian 2A dan 2B.
Untuk tabung 2A, larutan ditambahkan 1 tetes iodine yang merupakaan larutan
berwarna coklat kekuningan dan menghasilkan larutan berwarna ungu. Sedangkan
tabung 2B, larutan ditambahkan 5 ml Benedict yang merupakan larutan berwarna biru
(+) dan menghasilkan larutan berwarna biru (-).
Dimasukkan 2 ml larutan amilum/pati (larutan tidak berwarna) kedalam tabung
reaksi 1, kemudian ditambah 2 ml air (larutan tidak berwarna). Dari percampuran ini,
dihasilkan larutan tidak berwarna. Didiamkan pada suhu kamar. Setelah itu,
ditambahkan 3 ml air (larutan tidak berwarna) dan menghasilkan larutan tidak
berwarna. Larutan ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian 3A dan 3B.
Untuk tabung 3A, larutan ditambahkan 1 tetes iodine yang merupakaan larutan
berwarna coklat kekuningan dan menghasilkan larutan berwarna ungu tua. Sedangkan
tabung 3B, larutan ditambahkan 5 ml Benedict yang merupakan larutan bberwarna
biru (+) dan menghasilkan larutan berwarna biru bening (-).
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, larutan pati/amilum tidak
mengalami hidrolisis secara sempurna. amilum belum terpecah menjadi glukosa dan
fruktosa. Sehingga amilum tidak dapat membentuk endapan merah bata saat ditambah
dengan reagen Benedict dan tidak dapat membentuk senyawa kompleks dengan
iodine.
Diskusi

2. Tes Tollens
Menurut literatur, laktosa dan glukosa memberikan tes positif pada
reagen Tollens. Akan tetapi, dari hasil percobaan yang telah dilakukan, tes
Tollens tergadap sukrosa, amilum, laktosa dan glukosa semuanya
menunjukkan hasil negatif. Hal ini dapat dikarenakan, alat-alat yang
digunakan pada percobaan ini tidak tersterilkan dengan sempurna. Sehingga
reaksi reagen Tollens dengan laktosa dan glukosa tidak membentuk cermin
perak Ag.
3. Tes Fehling
Sukrosa menunjukan hasil positif dengan terbentuknya endapan merah
bata. Sukrosa seharusnya tidak dapat mereduksi larutan fehling karena tidak

memiliki gugus aldehid dan C anomer. Tetapi sebelum mereduksi larutan


fehling sukrosa mengalami hidrolisis terlebih dahulu menjadi glukosa dan
fruktosa. Glukosa memiliki gugus aldehid sehingga glukosa inilah yang
akan mereduksi larutan fehling menjadi Cu2O (endapan merah bata).
4. Tes Benedict
Sukrosa menunjukan hasil positif dengan terbentuknya endapan merah
bata. Sukrosa seharusnya tidak dapat mereduksi larutan reagen Benedict
karena tidak memiliki gugus aldehid dan C anomer. Tetapi sebelum
mereduksi larutan Benedict sukrosa mengalami hidrolisis terlebih dahulu
menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa memiliki gugus aldehid sehingga
glukosa inilah yang akan mereduksi larutan reagen Benedict menjadi Cu 2O
(endapan merah bata).
Kesimpulan

1. Pada Tes Mollish : Sukrosa, glukosa dan amilum adalah karbohidrat, karena
ketiganya dapat menunjukkan uji positif dengan pereaksi Mollish dan dapat
ditandai dengan berubahnya larutan menjadi ungu.
2. Pada tes Selliwanof : Amilum, laktosa dan glukosa merupakan karbohidrat
yang tidak memiliki gugus keton (bukan termasuk karbohidrat dari golongan
ketosa). Ini dkarenakan amilum, laktosa dan glukosa menunjukkan uji negatif
dengan reagen Selliwanof.
3. Pada tes Barfoed : Amilum menunjukkan uji negatif dengan reagen Barfoed,
ditandai dengan tidak terbentuknya endapan merah bata hingga waktu tak
hingga. Glukosa menunjukkan uji positif dengan reagen Barfoed, ditandai
dengan ditandai terbentuknya endapan merah bata pada waktu < 10 menit dan
ini menandakan bahwa glukosa termasuk karbohidrat golongan monosakarida.
Sedangkan laktosa menunjukkan uji positif dengan reagen Barfoed, ditandai
dengan terbentuknya endapan merah bata pada waktu > 10 menit dan ini
menandakan bahwa laktosa termasuk karbohidrat golongan disakarida.
4. Pada tes Tollens : Glukosa, laktosa, sukrosa dan amilum menunjukkan uji negatif
dengan reagen Tollens, dengan tidak terbentuknya cermin perak Ag. Untuk
amilum dan sukrosa, ini sesuai dengan teori, karena keduanya bukan gula
pereduksi. Sedangkan pada glukosa dan laktosa, hasil percobaan ini tidak sesuai
dengan teori. Menurut literatur glukosa dan laktosa seharusnya menunjukkan uji
positif.

5. Pada tes Fehling : Laktosa, sukrosa dan glukosa menunjukkan uji positif
dengan reagen Fehling, dengan terbentuknya endapan merah bata. Ini
dikarenakan laktosa, sukrosa dan glukosa merupakan karbohidrat gula

pereduksi. Sedangkan, amilum menunjukkan uji negatif dengan reagen


Fehling, dengan tidak terbentuknya endapan merah bata. Ini dikarenakan
amilum bukan merupakan karbohidrat gula pereduksi. Namun, dalam
percobaan ini, sukrosa tidak sesuai dengan teori. Menurut teori, seharusnya
sukrosa bukan karbohidrat gula pereduksi, sedingga sukrosa menunjukkan uji
negatif terhadap reagen Fehling.
6. Pada tes Benedict : Laktosa, sukrosa dan glukosa menunjukkan uji positif
dengan reagen Benedict, dengan terbentuknya endapan merah bata. Ini
dikarenakan laktosa, sukrosa dan glukosa merupakan karbohidrat gula
pereduksi. Sedangkan, amilum menunjukkan uji negatif dengan reagen
Benedict, dengan tidak terbentuknya endapan merah bata. Ini dikarenakan

amilum bukan merupakan karbohidrat gula pereduksi. Namun, dalam


percobaan ini, sukrosa tidak sesuai dengan teori. Menurut teori, seharusnya
sukrosa bukan karbohidrat gula pereduksi, sedingga sukrosa menunjukkan
uji negatif terhadap reagen Benedict.
7. Hidrolisis sukrosa : Hidrolisis sukrosa yang ditambah dengan larutan asam

dan basa, mengalami hidrolisis sukrosa yang sempurna.


8. Hidrolisis amilum/pati : Hidrolisis amilum/pati yang ditambah dengan

larutan asam dan basa, mengalami hidrolisis amilum/pati yang sempurna.

Você também pode gostar