Você está na página 1de 35

TUGAS MATA KULIAH

PENDIDIKAN AGAMA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

1.
2.
3.
4.
5.
6.

BARTIMA OKTAVIA BAHAR


ANDI HARDIYANTI HAMKA
GUSTI AISYAH KHAIRUNNISA
MIRANDA MALINDA HAMKA
SUCI NURHIDAYAH
NURLAELA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ANTROPOLOGI SOSIAL
2016

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-

Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Konsep Ketuhanan Dalam
Islam", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun
oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang apa yang dimaksud dengan eksistensi Tuhan
dengan baik dan sesuai kaidah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan
saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.

Makassar, 27 September 2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ___


DAFTAR ISI _______
BAB I PENDAHULUAN ______
A. LATAR BELAKANG ____
B. RUMUSAN MASALAH ___
BAB II PEMBAHASAN
A. HAKIKAT EKSISTENSI TUHAN____
B. PENGERTIAN TUHAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM_____
C. BUKTI ADANYA ALLAH______
D. TAUHID DAN PEMBAGIANNYA ____
E. SYIRIK DAN PEMBAGIANNYA___
F. PENGARUH TAUHID DALAM KEHIDUPAN PRIBADI DAN SOSIAL MASYARAKAT_
G. PENGARUH SYIRIK DALAM KEHIDUPAN PRIBADI DAN SOSIAL MASYARAKAT__
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN____
B. SARAN______
DAFTAR PUSTAKA___

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Kehidupan ini pada hakikatnya tidak bisa terlepas dari masalah. Di mana-pun manusia
hidup pasti akan menghadapi persoalan karena, hal demikian memang sudah ditetapkan oleh
Allah sebagai ujian bagi manusia. Sebuah ungkapan menyatakan Bahwa hidup merupakan
rangkaian dari masalah. Seluruh problem manusia tersebut menuntut adanya penyelesaian.
Kenyataannya, tidak semua problem dapat diselesaikan sendiri oleh individu, kadangkala
membutuhkan seorang ahli untuk memecahkan problemnya.
Bagi seseorang yang memiliki agama sudah seharusnya mengenal agamanya sendiri,
seperti hukum dan sumber hukumnya, tata cara ibadahnya, dan ketentuan-ketentuan lainnya, juga
yang paling penting adalah harus mengenal Tuhannya. Agama Islam sendiri memiliki Tuhan
yang Esa yaitu Allah Swt. yang memiliki nama-nama indah, dan setiap muslim wajib
mengimaninya tetapi, umat Muslim di Indonesia khususnya, hanya menerima agama sebatas
warisan leluhur saja. Inilah yang menjadi kelemahan umat Muslim Indonesia, karena umat sudah
terdoktrin dengan kata-kata Setiap Muslim pasti masuk surga padahal pahala surga itu
didapatkan tidak seperti membalikkan

telapak tangan, untuk buang air saja dibutuhkan

perjuangan.
Menjadi Muslim sejati haruslah kuat Akidahnya, karena Akidah merupakan akar dari setiap
perbuatan seorang muslim. Berbicara Akidah yaitu tentang keimanan, dan yang paling awal
adalah keimanan terhadap Allah Swt. Telah diketahui bahwa, orang-orang atheis memang sering
melontarkan dalil-dalil palsu yang menggoyahkan keimanan orang-orang yang tidak memiliki
daya pikir kuat. Pertanyaan atheis yang sering muncul adalah Mengapa Tuhan tidak dapat
dilihat? Hal ini disebabkan para atheis hanya menggunakan pancaindranya saja dalam melihat
eksistensi Tuhan. Seandainya para atheis tidak hanya menggunakan indranya, dan lebih
mengoptimalkannya dengan akal dan hatinya, karena sudah banyak sekali tanda-tanda
kekuasaan-Nya dari hal-hal kecil sampai hal-hal yang amat besar di dunia ini.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik kesimpulan permasalahan yaitu :
Bagaimana Konsep Ketuhanan Dalam Islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT KEKSISTENSI TUHAN


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tuhan adalah sesuatu yang di yakini, di puja, di
sembah oleh manusia, sebagai yang Maha Kuasa, Maha Perkasa dan lain sebagai nya. Kalimat
Tuhan dapat di pergunakan untuk apa saja yang di puja dan di sembah oleh manusia. baik
persembahan yang benar atau yang salah.Dalam Al-Qur'an Allah Berfirman:" Maka pernahkah
kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya.? (Q.S. AlJaatsiyah: 23) Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan ilah dipakai oleh Firaun untuk dirinya
sendiri: Dan Firaun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu
selain aku. Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa
mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata
(Firaun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai
dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama:
aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi
Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:
Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Selanjutnya, kalimat"
Tuhan" itu dapat di artikan dan di pergunakan untuk menamakan persembahan yang sebenarnya.
Iyalah Tuhan pencipta alam semesta, ini tercantum dalam Al-Qur'an.
Firman Allah :" Maka ketahuilah!! bahwasanya " tidak ada Tuhan selain dari Allah".
dan mohonlah ampunan (dari-Nya) semua kesalahanmu dan kesalahan orang-orang yang
beriman baik pria maupun wanita ! Allah Maha Mengetahui tempat bekerjamu dan tempat
istirahatmu" (Q.S. Muhammad : 19 )" Tuhan-mu Tuhan yang Esa .Tiada Tuhan yang lain hanya
Dia.Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang".(Q.S. Al-Baqarah:163)" Tiada Tuhan. melain
kan Allah.Dia Hidup kekal. Berdiri Sendiri Mengurus ( alam semesta).tidak mengantuk dan
tidak pula tidur."( Al-Baqarah:255)
Dalam upaya kita mengetahui hakikat keberadaan Tuhan, yang harus kita ketahui bukanlah apa
yang seyogyanya merupakan benda semata, akan tetapi apa yang sesungguhnya ada. Tuhan itu
Maha Ada. Dia ada dari diri-Nya sendiri, Self Existent. Tuhan tidak bergantung pada sesuatu
yang lain demi menjadi Tuhan. Sementara kita berada karena Tuhan telah menciptakan kita.
Tuhan berada karena Ia ada.

Tuhan bersifat abadi, tanpa awal dan akhir. Tuhan selalu berada di mana-mana.
Kemanapun dan dimanapun kita berada, Tuhan akan selalu menyertai kita. Tiada sedikit pun
ruang tanpa kehadiran-Nya. Kita juga tidak perlu mencari dimana Dia berada, yang diperlukan
hanyalah kesadaran kita akan hakikat keberadaan-Nya dan bukti-bukti Kekuasaan-Nya.
Menurut para agamawan, apabila kita masih belum juga menyadari kehadiran-Nya,
mungkin mata hati kita yang masih tertutup, sehingga kita tidak menyadari kehadiran-Nya.
Padahal Tuhan itu sangat dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dari pada urat leher kita. Dengan
demikian, tanpa melihat dzat-Nya yang Maha Agung, kita telah dapat mengungkap hakikat
keberadaan-Nya melalui segala ciptaan-Nya yang ada, tidak terkecuali pada diri kita sendiri.
Begitu banyak hal yang dapat kita jadikan bukti akan hakikat keberadaan-Nya. Apa yang ada
pada diri kita sendiri dan semua yang ada di alam semesta ini, tanpa kecuali, dapat dijadikan
bukti akan hakikat keberadaan-Nya.
Tuhan telah memberikan bekal kepada manusia berupa akal, dan dengan akal itu manusia
dapat memikirkan segala hal yang ada di dalam kehidupannya, sampai akhirnya dia dapat
mengetahui tentang hakikat adanya Tuhan dan sifat-sifat-Nya? Kemudian Tuhan melengkapinya
dengan menurunkan wahyu-wahyu-Nya kepada beberapa manusia pilihan-Nya (rasul), untuk
kemudian disampaikan kepada umat manusia lainnya sebagai petunjuk jalan yang benar. Jadi
melalui keduanya, baik akal maupun agama, kita akan dapat mengetahui hakikat keberadaanNya. Seorang filsuf, Al-Ghazali, juga telah mengemukakan hubungan saling keterkaitan antara
agama dan akal. Menurutnya, agama dan akal bagaikan cahaya dan mata. Cahaya tak akan
banyak berguna bila dilihat dengan mata tertutup, sebaliknya mata akan tertipu dan tak berdaya
bila melihat tanpa cahaya. Jadi, Tuhan memberikan akal agar manusia dapat memahami agama
dengan benar dan menghadirkan agama sebagai petunjuk jalan yang benar bagi manusia dalam
menggunakan akalnya.
Oleh karena itu, bagi kita yang telah percaya akan keberadaan-Nya sebagai Sang
Pencipta alam semesta yang maha luas ini, maka tidaklah cukup bagi kita dengan hanya percaya
bahwa Tuhan itu sesungguhnya memang ada. Akan tetapi kita juga meyakini-Nya sebagai satusatunya yang dapat dipertuhankan, serta tidak memandang adanya kualitas serupa kepada sesuatu
apapun yang lain.

Atas segala nikmat dan anugerah-Nya pula, sudah sepantasnya kita bersyukur, berserah
diri, dan melaksanakan segala perintah-Nya dengan penuh cinta dan keikhlasan hanya kepadaNya. Kita pun wajib menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh ketaatan. Kita menyembahNya bukan karena mengharapkan pahala seperti para pedagang yang selalu melakukan sesuatu
atas dasar untung-rugi. Kita menjauhi segala larangan-Nya, juga bukan karena rasa takut akan
neraka seperti para budak yang melakukan sesuatu agar tidak dimarahi majikannya, akan tetapi
kita melakukannya semata-mata karena rasa syukur dan cinta kita kepada-Nya.
Sebagaimana yang telah kita pahami, salah satu penghayatan doktrin agama adalah
bahwa Tuhan itu Omnipresent, Maha Dekat, sehingga segala tindakan yang tidak terpuji, tidak
akan pernah kita lakukan, apabila kita telah menyadari bahwa Tuhan itu Maha Dekat,
mengawasi, dan bersama kita setiap saat, di manapun kita berada.
A. PENGERTIAN TUHAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Untuk Mengetahui Pengertian Tuhan Dalam Islam, maka perlu di kaji rujukan dari AlQur'an tentang kata-kata yang memiliki makna tuhan. Dalam Al-Qur'an perkataan tuhan di kenal
dengan istilah rabb, maalik atau malik dan Ilaah. masing-masing istilah tersebut mempunyai
tekanan arti sendiri-sendri.
1.Rabb
Rabb adalah"Tuhan Sang Maha Pencipta", yang meciptakan keseluruhan alam ini
tidak hanya sekedar menciptakan tetapi juga di maksudkan sebagai " Sang Maha
Pemelihara". Dan juga setiap kejadian tidak lepas dari kekuasaan-Nya sebagai"Sang
Maha Pengatur". Dari sisi pengakuan, tidak hanya kaum muslimin yang mengakui
adanya Rabb. Banyak orang di dunia barat tidak secara formal beragama tetapi mereka
mengakui adanya "Dia" Tuhan Yang Maha Pencipta.
Dalam Al-Qu'ran ,perkataan Rabb sering di hubungkan dengan kata kerja seperti
yang terdapat dalam surat Al-Alaq(96)ayat 1-5:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Meciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah.bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang
Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa

yang tidak di ketahuinya". Perkataan 'Rabb' yang dihubungkan dengan kata kerja juga
terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-A'ala (87)ayat 1-5: yang artinya:"Sucikanlah nama
Tuhanmu Yang Paling Tinggi,Yang Menciptakan Dan Menyempurnakan( Penciptaan
-Nya) Dan Yang Menentukan Kadar (Masing Masing) Dan Memberikan Petunjuk Dan
Yang Menumbuhkan Rumput-Rumputan, lalu di Jadikan-Nya rumput itu kehitamhitaman".
Dalam surat al-alaq (96) ayat 1-5 itu terdapat 4 kata kerja, yaitu dua kata krja
menciptakan" dan dua kata kerja "mengajar, sedangkan dalam Al-Qur'an surat AlA'laa(87) ayat 1-5 tedapat kata kerja: meciptakan ,menentukan ,memberi petunjuk,
menumbuhkan dan menjadikan. Rabb mempunyai pengertian tuhan yang berbuat aktif
jadi, dia hidup dan ada dengan sesungguhnya, bukan ada dalam pikiran saja. Selanjutnya,
kata rabb dapat di pakai untuk menyebut selain allah swt,seperti yang terdapat dalam
surat At-Taubah(9) ayat 31 yang artinya:"Mereka menjadikan orang-orang alim mereka
dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah."
2.Malik
Dalam Al-Qur'an, kata Malik di pakai untuk menunjukan pada Tuhan yang
berkuasa mempunyai, memiliki atau merajai sesuatu. Al-Quran surat alfatihah(1) ayat 4
menyebutkan:
artinya:
"Yang Menguasai Hari Pembalasan".
Sedangkan

didalam

surat

An-Nas

(114)

ayat

meyebutkan:

artinya:"Raja Manusia". secara kronologis, kata Malik menduduki jabatan kedua


setelah Rabb, artinya apabila Rabb itu menunjuk

pada yang berbuat aktif,maka

menunjuk pada yang menguasai semua apa yang telah diperbuat-nya tadi. Karena kedua
kata itu ditujukan kepada Allah SWT,maka berarti bahwa Allah SWT itu pencipta alam
dan Dia pula yang menguasainya.
3.Ilaah
Secara etimologis ''llaah'' mempuyai arti sebagai yang disembah dengan
sebenarnya atau tidak sebenarnya. Apa saja yang disembah manusia, dia itu llaah

namanya. Ini yang membedakan seseorang apakah muslim atau bukan. Sesorang bisa
memiliki sesembahan berhala (kaum peganis), atau api (zoraster) atau matahari dan
banyak lagi.
Apabila manusia menyembah hawa nafsu itulah llahnya atau Tuhannya
disembah.Al-Qur'an

surat

Al-Furqon(25)

Artinya:''Terangkanlah Kepada-Ku

ayat

44

yang

meyebutkan:

Tentang Orang Yang Menjadikan Hawa

Nafsunya Sebagai Tuhannya''.


Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di
saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)
Tauhid yang sempurna berkaitan dengan pengakuan,pelaksanaan dan kesadaran
bahwa hanya Allah yang kita sembah,sebab tanpa sadar kadang seorang muslimin tertipu
sehingga menyembah hal-hal lain seperti kepada idolanya atau hal-hal yang lebih abstrak
seperti kekayaan dan kekuasaan. hal tersebut yang di sebut musyrik atau menyekutukan
Allah.Implikasi lain yang berkaitan dengan pengakuan bahwa Allah sebagai llah adalah
kewajiban untuk berhukum hanya dengan hukum (aturan) Allah. hukum-hukum adalah
berupa perintah dan larangan terdapat dalam Al-Qur'an dan hadist,yang tidak hanya
mengatur masalah yang berkaitan dengan hubungan hamba dengan Allah, tetapi juga di
antara umat manusia.
Semua nabi, menurut keyakinan islam membawa pesan yang sama yaitu:
( tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah). Ada hal yang menarik
disini, mengapa pesan tersebut berbentuk kalimat negati bukan positif, semisal :"Tuhan
yang wajib disembah hanya Allah"? hal ini berkaitan dengan pemurnian ke-Esa-an
Allah.jika disebut" tidak ada tuhan yang wajib disembah" Berarati kita mulai dari
ketiadaan, kosong dan kemudian: kecuali Allah" mengimplikasikan bahwa hanya allah

satu-satunya "zat yang maha Esa". Sementara jika menggunakan kalimat" Tuhan yang
berhak disembah hanya allah, tetapi ada tuhan-tuhan yang lain dan dari yang banyak itu
hanya diwajibkan menyembah allah. Tentu Maha Suci Allah dari hal yang demikian.
Meskipun segala sesuatu dapat disebut sebagai Ilah, namun Ilah yang sebenarnya
ialah Ilah yang mempunyai jabatan Robbun dan Malikun. Dengan kata lain, walaupun
segala sesuatu dapat dipertuhan dan disembah manusia, namun Tuhan yang sebenarnya
yang berhak disembah manusia ialah Tuhan pencipta dan penguasa alam semesta yaitu
Allah SWT.
B. BUKTI ADANYA ALLAH
Adanya Allah swt adalah sesuatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu yang kebenarannya
telah diakui, tanpa perlu pembuktian yang bertele-tele). Namun, di sini akan dikemukakan dalildalil yang menyatakan wujud (adanya) Allah swt, untuk memberikan pengertian secara rasional.
Mengimani Wujud Allah Subhanahu wa Taala Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal,
syara ,dan indera.
1. Dalil Fitrah
Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga kadangkala disadari atau
tidak, disertai belajar ataupun tidak naluri berketuhanannya itu akan bangkit. Firman
Allah
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi. (Al-Araf:172)
"Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: Siapakah yang menciptakan
mereka, niscaya mereka menjawab: Allah, maka bagaimanakah mereka dapat
dipalingkan (dari menyembah Allah)"...? (Az-Zukhruf:87)


Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan sesungguhnya kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Al Bukhari)

Ayat dan hadis tersebut menjelaskan kondisi fitrah manusia yang bertuhan.
Ketuhanan ini bisa difahami sebagai ketuhanan Islam, karena pengakuannya bahwa Allah
swt adalah Tuhan. Selain itu adanya pernyataan kedua orang tua yang menjadikannya
sebagai Nasrani, Yahudi atau Majusi, tanpa menunjukkan kata menjadikan Islam
terkandung maksud bahwa menjadi Islam adalah tuntutan fitrah. Dari sini bisa
disimpulkan bahwa secara fitrah, tidak ada manusia yang menolak adanya Allah sebagai
Tuhan yang hakiki, hanya kadang-kadang faktor luar bisa membelokkan dari Tuhan yang
hakiki menjadi tuhan-tuhan lain yang menyimpang.
2. Dalil Akal
Akal yang digunakan untuk merenungkan keadaan diri manusia, alam semesta dia
dapat membuktikan adanya Tuhan. Di antara langkah yang bisa ditempuh untuk
membuktikan adanya Tuhan melalui akal adalah dengan beberapa teori, antara lain;
a. Teori Sebab
Segala sesuatu pasti ada sebab yang melatar belakanginya. Adanya sesuatu pasti ada
yang mengadakan, dan adanya perubahan pasti ada yang mengubahnya. Mustahil sesuatu
ada dengan sendirinya. Mustahil pula sesuatu ada dari ketiadaan. Pemikiran tentang
sebab ini akan berakhir dengan teori sebab yang utama (causa prima), dia adalah Tuhan.
b. Teori Keteraturan
Alam semesta dengan seluruh isinya, termasuk matahari, bumi, bulan dan bintangbintang bergerak dengan sangat teratur. Keteraturan ini mustahil berjalan dengan
sendirinya, tanpa ada yang mengatur. Siapakah yang mempu mengatur alam semesta ini
selain dari Tuhan?

c. Teori Kemungkinan (Problabyitas)


Adakah kemungkinan sebuah komputer ditinggalkan oleh pemiliknya dalam keadaan
menyala. Tiba-tiba datang dua ekor tikus bermain-main di atas tuts keyboard, dan setelah
beberapa saat di monitor muncul bait-bait puisi yang indah dan penuh makna?

Dalam pelajaran matematika, bila sebuah dadu dilempar kemungkinan muncul


angka 6 adalah 1/6. Dan bila dua dadu dilempar kemungkinan munculnya angka 5 dan 5
adalah 1/36. Bila ada satu set huruf dari a sampai z diambil secara acak, kemungkinan
muncul huruf a adalah 1/26. Bila ada lima set huruf diambil secara acak, kemungkinan
terbentuknya sebuah kata T-U-H-A-N adalah 1/265 (satu per duapuluh enam pangkat
lima) =1/11881376. Andaikata puisi di layar komputer itu terdiri dari 100 huruf saja,
maka kemungkinannya adalah 1/26100. Dengan angka kemungkinan sedemikian orang
akan menyatakan tidak mungkin, lalu bagaimanakah alam raya yang terdiri dari sekian
jenis atom, sekian banyak unsur, sekian banyak benda, berapa kemungkinan dunia ini
terjadi secara kebetulan? Kemungkinannya adalah 1/~ (satu per tak terhingga), atau
dengan kata lain tidak mungkin. Jika alam ini tidak mungkin terjadi dengan kebetulan
maka tentunya alam ini ada yang menciptakannya, yaitu Allah.
3. Dalil Naqli
Meskipun secara fitrah dan akal manusia telah mampu menangkap adanya Tuhan,
namun manusia tetap membutuhkan informasi dari Allah swt untuk mengenal dzat-Nya.
Sebab akal dan fitrah tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya.
Allah

menjelaskan

tentang

jati

diri-Nya

di

dalam

Al-Quran;

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan

dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam".(alAraf:54). Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt adalah pencipta semesta alam dan
seisinya, dan Dia pulalah yang mengaturnya.
4. Dalil Inderawi
Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat dijelaskan melalui dua fenomena:
a. Fenomena Pengabulan doa
Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang
berdoa serta memohon pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang
mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang wujud Allah Swt. Allah
berfirman: Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami
memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana
yang besar. (Al-Anbiya: 76)
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Robbmu, lalu diperkenankanNya bagimu (Al Anfaal: 9)
Anas bin Malik Ra berkata, Pernah ada seorang badui datang pada hari Jumat.
Pada waktu itu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tengah berkhotbah. Lelaki itu berkata
Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh warga sudah kelaparan. Oleh
karena itu mohonkanlah kepada Allah Subhanahu wa Taala untuk mengatasi kesulitan
kami. Rasulullah lalu mengangkat kedua tanganya dan berdoa. Tiba-tiba awan mendung
bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum turun dari mimbar, hujan turun
membasahi jenggotnya. Pada Jumat yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri dan
berkata, Hai Rasul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun tenggelam,
doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah. Rasulullah lalu mengangkat kedua
tangannya, seraya berdoa: Ya Robbku, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan
Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami. Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan
pada suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan). (HR. Al Bukhari)
b. Fenomena Mukjizat

Kadang-kadang para nabi diutus dengan disertai tanda-tanda adanya Allah secara
inderawi yang disebut mukjizat. Mukjizat ini dapat disaksikan atau didengar banyak
orang merupakan bukti yang jelas tentang wujud Yang Mengurus para nabi tersebut, yaitu
Allah swt. Karena hal-hal itu berada di luar kemampuan manusia, Allah melakukannya
sebagai pemerkuat dan penolong bagi para rasul. Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa
as. Agar memukul laut dengan tongkatnya, Musa memukulkannya, lalu terbelahlah laut
itu menjadi dua belas jalur yang kering, sementara air di antara jalur-jalur itu menjadi
seperti gunung-gunung yang bergulung. Allah berfirman,
"Lalu

Kami

Pukullah

wahyukan

kepada

lautan

itu

Musa:
dengan

tongkatmu,Maka terbelahlah lautan itu dan


tiap-tiap belahan adalah seperti gunung
yang besar. (Asy Syuaraa: 63)
Contoh kedua adalah mukjizat Nabi Isa as. ketika menghidupkan orang-orang
yang sudah mati; lalu mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah. Allah swt
berfirman:
Dan Aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah (Ali Imran: 49)
Dan (ingatlah) ketika kamu mengeluarkan orang mati dari kuburnya (menjadi hidup)
dengan ijin-Ku. (Al Maidah 110)
Tanda-tanda yang diberikan Allah, yang dapat dirasakan oleh indera kita itu
adalah bukti pasti wujud-Nya.

C. TAUHID DAN PEMBAGIANNYA


1. Pengertian Tauhid
Di dalam bahasa arab, tauhid adalah mashdar dari kata yang berarti
mengesakan. Adapun menurut istilah, tauhid adalah meyakini akan ke-esa-an Allah
-subhanahu wa taala- dalam rububiyah (penciptaan, pemeliharaan, pemilikan), uluhiyyah
(ikhlas beribadah kepadaNya) dan dalam Al-Asmaa wash-shifaat (nama-nama dan sifat)-

Nya. Dan tauhid apabila dimutlakkan, maka maknanya adalah memurnikan seluruh
peribadatan hanya untuk Allah taala.
Seorang muslim wajib mengimani akan keesaaan Allah taala dan bahwasannya tidak
ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah taala, adapun kalimat Tauhid itu sendiri maka
yang dimaksud ialah La ilaha illah yang berarti tidak ada yang berhak disembah selain Allah, di
dalam al-Quran Allah taala berfirman :
Dan tuhan kamu adalah tuhan yang Maha Esa, tidak ada tuhan selai Dia, yang Maha
pengasih, Maha penyayang. (QS. Al-Baqarah: 163)
2. Pembagian Tauhid
Dari pengertian Tauhid menurut istilah yang telah kita ketahui bersama, maka kita telah
mengetahui bahwa Tauhid terbagi menjadi tiga, yaitu :
A. Tauhid Rububiyah
Artinya mengesakan Allah subhanahu wa taala- dalam hal perbuatanNya. Seperti
mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, mendatangkan bahaya, memberi
manfaat, dan lain-lain yang merupakan perbuatan-perbuatan khusus bagi Allah subhanahu
wa taala- yang tidak bisa dilakukan oleh manusia maupun jin dan seluruh Alam semesta
yang telah Dia ciptakan. Seorang muslim wajib meyakini bahwa Allah subhanahu wa
taala tidak memiliki sekutu dalam RububiyahNya.
Mengenai Tauhid Rububiyah ini kaum Musyrikin di zaman Nabi salallahu alaihi wa
sallam- pun meyakininya, Allah Taala telah berfirman di dalam Al-Quran :
Katakanlah, Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki Arsy
yang agung ?mereka akan menjawab milik Allah, katakanlah, maka kenapa kamu tidak
bertakwa ?

Masih banyak lagi ayatayat yang menunjukkan bahwa kaum musyrikin mengikrarkan
Tauhid Rububiyah, itu dikarenakan Tauhid Rububiyah merupakan fitroh setiap insan yang
telah diciptakan di dunia ini.
Rasulullah Salallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda :
Setiap anak yang dilahirkan di dalam keadaan Fitroh maka kedua orang tuanyalah
yang menjadikannya yahudi, nashrani, atau majusi. (HR.Bukhari dan Muslim)
B. Tauhid Uluhiyah
Artinya, mengesakan Allah subhanahu wa taala- dalam beberapa macam peribadatan
yang telah disyariatkan olehNya. Seperti, shalat, puasa, zakat, haji, doa, nadzar, sembelihan,
berharap, cemas, takut, dan sebagainya yang termasuk jenis-jenis ibadah.
Mengesakan Allah subhanahu wa taala- dalam hal-hal tersebut dinamakan Tauhid
Uluhiyah (disebut pula dengan tauhid ibadah, -ed); dan Tauhid jenis inilah yang dituntut oleh
Allah subhanahu wa taala- dari hamba-hambaNya, yaitu mengesakan Allah dalam hal
ibadah. Jika mereka mengikrarkan Tauhid Rububiyah, maka hendaknya juga mengakui
Tauhid Uluhiyah. Para Rasul diutus oleh Allah adalah untuk menyeru kepada Umat mereka
agar meyakini Tauhid Uluhiyah meyakini dalam artian melaksanakan apa yang telah Allah
perintahkan kepada hambahambaNya dalam bentuk peribadahan dan tidak beribadah untuk
selainNya. Allah subhanahu wa tala telah berfirman di dalam Al-Quran :

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut. (QS. An-Nahl: 36)

C. Tauhid Asma was Sifat

Yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-sifat untuk Allah subhanahu wa taala- sesuai
dengan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diriNya maupun yang telah ditetapkan oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam- tanpa mentakwil (tawil), memisalkan (tamtsil),
menanyakan bagaimananya (takyif) dan meniadakan (tathil) dari nama dan sifat tsb. Hal ini
pula harus disertai dengan meniadakan kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang ditiadakan
oleh Allah terhadap diriNya, dan apa yang ditiadakan oleh Rasulullah shallallahu alaihiwa
sallam- bagi Allah taala, karena Allah taalasesungguhnya maha sempurna dan sangat jauh
dari aib ataupun kekurangan.
Allah Taala telah menyatakan bahwa Ia memiliki nama-nama yang husna (baca: sangat
baik/indah) dan Ia memerintahkan kita untuk berdoa dengan namanamaNya, Allah telah
berfirman di dalam Al-Quran :

Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
nama-namaNya nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan (Al-Araf : 180).
Dan firmanNya :

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar
lagi Maha melihat. (QS. As-Syura : 11)
Tiga jenis Tauhid di atas, wajib diketahui oleh setiap muslim (dan segala ubudiyah kita
kepada Allah wajib dengan ketiga tauhid itu semua) karena Tauhid adalah pondasi keimanan
seseorang kepada Allah taala, sehingga hendaklah kita senantiasa menjaga kemurnian tauhid
kita di dalam beribadah kepada Allah taala dari apa saja yang dapat merusak Tauhid kita.
Wallahu alam bis-showab.
D. SYIRIK DAN PEMBAGIANNYA

1. Pengertian Syirik
Syirik adalah lawan dari tauhid. Jika yang dimaksud dengan tauhid adalah mengesakan
dan mengkhususkan Allah dalam perbuatan-Nya (rububiyah), dalam hal ibadah (uluhiyah), dan
dalam hal nama dan sifatNya (asma wa sifat), maka syirik adalah kebalikannya, yaitu
menyekutukan Allah dalam hal yang sebenarnya menjadi kekhususan bagi Allah, baik dalam
perbuatanNya (rububiyah), dalam hal ibadah (uluhiyah), atau dalam hal nama dan sifatNya
(asma wa sifat).
Syirik dalam hal perbuatan (rububiyah) Allah adalah meyakini adanya makhluk selain
Allah yang mampu mencipta, mematikan, menyembuhkan orang sakit, mendatangkan rizki,
mendatangkan bencana, dll. yang sebenarnya perbuatan tersebut adalah hak Allah. Syirik dalam
hal ibadah (uluhiyah) adalah melakukan ibadah kepada selain Allah baik ibadah itu berupa doa,
menyembelih, tawakkal, bersedekah, dll. Adapun syirik dalam nama-nama dan sifat (asma wa
sifat) Allah adalah meyakini bahwa adanya makhluk yang memiliki nama dan sifat yang itu
sebenarnya adalah kekhususan bagi Allah semisal mengetahui hal yang gaib.
Allah Taala berfirman (yang artinya), Dan Ingatlah ketika Luqman berkata kepada
anaknya, saat memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar ( QS.
Luqman:13).
Perbedaan antara syirik akbar dan syirik asghar, antara lain :
1. Syirik akbar menyebabkan pelakunya murtad (keluar dari islam), sedangkan syirik asghar
tidak, akan tetapi mengurangi kadar tauhidnya.
2. Pelaku syirik akbar kekal di neraka, sedangkan pelaku syirik asghar terancam masuk
neraka, tetapi tidak kekal.
3. Syirik akbar menghapuskan pahala seluruh amal, sedangkan syirik asghar hanya
menghapus amal yang tercampur dengan syirik tersebut.

4. Pelaku syirik akbar boleh diperangi, sedangkan pelaku syirik asghar tidak boleh
diperangi.
5. Syirik akbar tidak diampuni dosanya, sedangkan syirik asghar memungkinkan untuk
diampuni dosanya, menurut sebagian ulama.
Ancaman bagi pelaku syirik akbar dan syirik asghar tersebut berlaku apabila mereka
tidak mau bertaubat sebelum matinya. (Mutiara Faidah Kitab Tauhid, hal.37)
2. Pembagian Syirik
Menurut kadarnya, syirik terbagi dua, yaitu syirik akbar (besar) dan syirik asghar (kecil).
A. SYIRIK AKBAR
Syirik akbar adalah menyekutukan Allah dalam kekhususan-Nya (yaitu dalam rububiyah,
uluhiyah, dan asma wa sifat) yang mengakibatkan batalnya keislaman pelakunya.
1. Konsekuensi Syirik akbar
Selain menyebabkan batalnya keislaman seseorang, ada beberapa konsekuensi yang akan
didapatkan oleh orang yang melakukan syirik akbar, diantaranya:
a. Menutup Pintu Surga
Pelaku syirik akbar telah Allah haramkan untuk masuk surga dan tempatnya di akhirat
adalah neraka wal iyadzubillah. Hal ini sebagaimana firman Allah :
Sesungguhnya

orang-orang

yang

menyekutukan

Allah,

maka

pasti

Allah

mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya kelak adalah neraka, tidaklah ada bagi
orang-orang zalim itu seorang penolong pun. (QS. Al Maidah: 72)
b. Menutup Pintu Ampunan Allah

Barangsiapa mati dalam keadaan belum bertaubat dari perbuatan syirik akbar, maka ia
telah menutup pintu ampunan Allah, sebagaimana Allah berfirman:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS.An Nisa :
48)
c. Mengahapus Seluruh Amalan
Akan sia-sialah seluruh amalan yang pernah dilakukan oleh seseorang yang melakukan
syirik akbar jika ia tidak bertaubat, sebagaimana firman Allah :
Jika kamu menyekutukan Allah, niscaya akan terhapuslah seluruh amalmu dan tentulah
kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS.Az zumar: 65)
2. Bentuk-bentuk Syirik Akbar
Meski pun syirik akbar adalah perbuatan dosa yang paling besar dosanya, perbuatan
dzalim yang paling dzalim, dan perbuatan kufur yang paling kufur, akan tetapi masih banyak
di antara kaum muslimin di zaman ini yang masih terjerumus ke dalam perbuatan ini. Berikut
di antara contohnya:
a. Menyembelih untuk Selain Allah
Menyembelih hewan/kurban adalah di antara bentuk ibadah kepada Allah, sebagaimana
Allah memerintahkan dalam surat Al Kautsar:
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah! (QS.Al Kautsar: 2)
Sesuatu yang Allah perintahkan maka itu adalah ibadah. Karena menyembelih hewan
atau berkurban adalah ibadah maka sembelihan tersebut haruslah ditujukan kepada Allah
semata. Betapa banyak kita lihat pada zaman sekarang ini, termasuk di Indonesia, kaum
muslimin yang melakukan sembelihan bukan untuk Allah, akan tetapi untuk jin atau

makhluk gaib yang dianggap menunggui suatu tempat. Misalnya adalah sembelihan yang
menjadi syarat sebelum dibangunnya sebuah gedung atau jembatan di suatu tempat yang
diyakini apabila syarat tersebut tidak dipenuhi, penunggu tempat tersebut akan murka.
Perbuatan semacam ini jelas merupakan sebuah perbuatan syirik akbar.
b. Ngalap Berkah
Yang berhak dan mampu mendatangkan keberkahan kepada seorang makhluk hanyalah
Allah semata. Jika demikian, tidak semestinya seorang makhluk meminta berkah kepada
selain Allah, atau juga meminta berkah kepada Allah dengan cara yang tidak pernah Allah
dan Rasul-Nya ajarkan. Bahkan berdasarkan banyak ayat Al Quran dan hadits meminta
berkah kepada selain Allah tergolong ke dalam perbuatan syirik akbar. Betapa banyak orang
yang mengharap berkah kepada pohon yang dianggap suci, batu yang dianggap mistis,
bangunan dan tempa yang dianggap keramat. Walaupun orang-orang yang mengharap berkah
dari benda-benda tersebut berkeyakinan bahwa Allahlah yang mendatangkan berkah,
perbuatan seperti ini tetap tidak benar karena Allah dan Rasul-Nya tidak pernah
memerintahkan untuk melakukan hal tersebut.
c. Berdoa kepada Selain Allah
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Doa itu ibadah. (HR.Ahmad dan Tirmidzi, hasan shahih)
Karena doa adalah ibadah maka wajib hanya ditujukan kepada Allah semata. Di zaman
ini betapa banyak orang yang berdoa kepada wali, orang shalih, atau kiai yang telah mati.
Jangankan kepada wali, orang shalih, atau kyai, berdoa kepada Nabi Muhammad yang
merupakan makhluk paling mulia saja adalah perbuatan terlarang yang merupakan di antara
bentuk syirik akbar. Walaupun orang-orang yang berdoa kepada selain Allah tersebut
berkeyakinan Allahlah yang mengabulkan doa, sementara wali, orang shalih, atau kyai
tersebut hanyalah perantara agar Allah mau mengabulkan, maka hal tersebut tetaplah tercela
di sisi Allah. Sebagaimana Allah dalam Al Quran mencela orang-orang musyrik yang
berkata:

Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka, melainkan hanya supaya mereka


mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya QS. Az-Zumar : 3)
d. Kerancuan Soal Syirik Akbar
Ada beberapa anggapan yang tidak benar yang menyebar di kaum muslimin saat ini
terkait syirik akbar. Berikut di antaranya:
e. Anggapan bahwa Syirik Akbar itu Hanya dalam Rububiyah
Ada anggapan bahwa syirik itu hanyalah terjadi dalam hal rububiyah Allah dan tidak ada
syirik dalam hal uluhiyah dan asma wa sifat Allah. Sehingga yang namanya syirik
hanyalah jika seseorang beranggapan bahwa ada tuhan dan pencipta selain Allah.
Anggapan seperti ini tidak benar dan bertentangan dengan apa yang didakwahkan dan
diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah tidaklah mendakwahi
orang-orang kafir dari bangsa arab yang melakukan syirik dalam hal rububiyah, akan tetapi
orang-orang kafir tersebut melakukan syirik dalam hal uluhiyah. Orang kafir arab adalah
orang-orang yang telah meyakini bahwa Allah adalah pencipta alam semesta, namun mereka
masih didakwahi dan diperangi oleh Rasulullah karena mereka melakukan kesyirikan dalam
hal ibadah mereka, sebagaimana Allah berfirman:Katakanlah (kepada kaum musyiriki),
Kepunyaan siapakah bumi ini dan semua yang ada padanya jika kamu mengetahui?
Mereka (kaum musyrikin) akan menjawab, Kepunyaan Allah. (QS. Al Muminun: 84)
f. Anggapan bahwa Syirik Akbar Hanya Menyembah Berhala
Adalagi anggapan bahwa yang namanya syirik akbar itu adalah jika seseorang
menyembah berhala sebagaimana orang-orang musyrik pada zaman Rasulullah yang
menyembah berhala. Anggapan ini tentulah tidak benar, Allah berfirman:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah semata dengan
memurnikan ibadah kepada-Nya (QS. Al Bayyinah: 5 )
Maka ibadah apapun itu jenisnya haruslah ditujukan kepada Allah dan jika ditujukan
kepada selain Allah maka tergolong dalam perbuatan syirik akbar. Sedangkan ibadah

maknanya sangat luas, sebagaimana ulama menjelaskan bahwa ibadah itu mencakup seluruh
yang dicintai Allah dan diridhoi oleh Allah, baik itu berupa amalan atau pun perkataan, baik
yang sifatnya tampak (amalan lisan dan anggota badan) atau tidak tampak (amalan hati).
Maka jika ada seseorang yang bertawakkal (menyandarkan diri, termasuk amalan hati)
kepada selain Allah, maka itu juga tergolong dalam syirik akbar. Meskipun orang tersebut
tidak melakukan amalan berupa sesembahan kepada berhala.
g. Anggapan bahwa Tidak Perlu Lagi Memperingatakan Umat tentang Syirik Akbar
Tidaklah perlu lagi kita mendakwahkan kepada umat islam tentang syirik akbar karena
mereka sudah mengucapkan dua kalimat syahadat atau syirik akbar itu kan sudah jelas,
lebih baik kita berdakwah tentang yang lain, begitulah di antara anggapan yang tidak benar
yang menyebar pada kaum muslimin. Bukanlah demikian yang diajarkan oleh Nabi kita
shallallahu alaihi wa sallam. Beliau adalah orang yang sangat takut umatnya terjerumus
dalam kesyirikan sehingga beliau memerintahkan agar tauhid senantiasa didakwahkan dan
syirik senantiasa diperingatkan. Sesungguhanya perbuatan syirik itu adalah perbuatan yang
sangat samar sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
Kesyirikan itu lebih samar daripada rayapan semut (HR. Abu Yala dan Ibnul
Mundzir, Sahih).
Ditambah lagi di zaman ini, perbuatan yang pada hakikatnya kesyirikan dikemas
seakan-akan bukanlah perbuatan kesyirikan. Perbuatan berdoa kepada orang solih atau wali
yang telah mati dinamakan sebagai wujud kecintaan kepada orang solih. Mengunjungi dan
mengharap berkah dari kuburan wali atau orang solih dinamakan sebagai wisata rohani atau
wisata religi. Maka hal ini menunjukkan bahwa memperingatkan umat islam akan bahaya
kesyirikan adalah sesuatu yang penting. Bahkan peringatan ini semakin lama semakin
dibutuhkan karena perbuatan kesyirikan semakin lama akan semakin merajalela,
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga segolongan besar dari ummatku
cenderung pada orang-orang musyrik dan ikut beribadah pada berhala. (HR.Tirmidzi)

h. Anggapan bahwa Tobatnya Pelaku Syirik Akbar Tidak Diterima


Diantara anggapan yang tidak benar pula terkait syirik akbar adalah anggapan bahwa
pelaku syirik akbar tidak akan diterima taubatnya oleh Allah. Anggapan ini tidak benar
berdasarkan firma Allah:
Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Az Zumar: 53)
Juga sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Sesungguhnya Allah akan
senantiasa menerima taubat seorang hamba selama ruh belum sampai di tenggorakan
(belum dicabut nyawanya) (HR. Ibnu Majah, Ahmad, & Tirmidzi, Hasan)
B. SYIRIK ASHGAR
Syirik asghar adalah menyekutukan Allah dalam kekhususan-Nya akan tetapi
berdasarkan Al Quran dan hadits tidaklah menyebabkan keislaman pelakunya batal. Syirik
ashgar dinamakan syirik kecil karena perbuatan tersebut belum membatalkan iman, adapun
dosanya tetap lebih besar daripada dosa besar yang lain, semisal membunuh, mencuri,
berzina, atau durhaka kepada orang tua.
Bentuk-bentuk Syirik Asghar yaitu :
1. Riya
Riya adalah memperlihatkan amalan ibadah kepada manusia atau memperbagus amalan
di hadapan manusia agar dipuji. Termasuk di dalamnya adalah memperdengarkan amalan
kepada orang lain agar mendapat pujian (sumah). Jika sesorang melakukan seluruh amalnya
agar dipuji dan dilihat manusia, tidak sedikit pun mengharap wajah Allah, maka dia telah
melakukan kemunafikan akbar dan syirik akbar yang mengeluarkannya dari agama islam.
Sedangkan jika seseorang dalam ibadahnya diniatkan untuk Allah sekaligus di dalamnya

terdapat riya agar dilihat manusia, maka dia terjatuh ke dalam syirik asghar yang
mengurangi kadar tauhidnya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Maukah kuberitahu tentang sesuatu
yang lebih aku khawatirkan menimpa kalian daripada fitnah Dajjal? Para sahabat berkata,
Tentu saja. Beliau bersabda, Syirik yang tersembunyi, yaitu ketika sesorang berdiri
mengerjakan shalat, dia perbagus shalatnya karena mengetahui ada orang lain yang
memperhatikannya (H.R Ahmad dalam Musnadnya, dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani)
Demikian contoh riyadalam shalat. Ibadah-ibadah yang lain juga memungkin
tercampuri riya.
2. Bersandar kepada Sebab
Yaitu tidak bertawakal kepada Allah Taala. Tawakal adalah menyerahkan segala urusan
kepada Allah Taala setelah mengambil sebab-sebab yang diijinkan secara syariat. Misalnya
jika kita sakit, maka kita ke dokter (mengambil sebab), setelah itu kita menyerahkan
kesembuhan kita kepada Allah. Apa yang dikehendaki Allah, pasti terjadi dan yang tidak
dikehendakiNya tidak akan terjadi. Jika seorang bersandar kepada sebab disertai keyakinan
sebab tersebut yang mendatangkan manfaat dan madharat, maka dia terjatuh kedalam syirik
akbar. Namun, jika seorang bersandar kepada sebab dan meyakini bahwa Allah yang
mendatangkan manfaat dan madharat, maka dia terjatuh ke dalam syirik asghar.
3. Tathoyur (Anggapan Sial)
Tathoyur adalah menganggap sial seseorang atau benda tertentu atau selainnya.
Contohnya adalah apa yang dilakukan pada masa jahiliyyah, jika seorang akan bepergian
maka dia melepaskan seekor burung dan mengamatinya. Jika burung tersebut terbang ke arah
kanan, maka dianggap pertanda baik, sehingga orang tersebut melaksanakan niatnya untuk
bepergian. Tetapi jika burung tersebut terbang ke arah kiri, maka dianggap pertanda buruk,
sehingga dia mengurungkan niatnya untuk bepergian. Maka termasuk tathoyur adalah
keyakinan sebagian masyarakat kita yang menganggap bulan Suro (Al Muharram) adalah
bulan sial, dan keyakinan yang semisalnya. Jika seorang melakukan tathoyur disertai

keyakinan sesuatu tersebut yang mendatangkan manfaat dan madharat, maka dia terjatuh ke
dalam syirik akbar. Namun, jika melakukan tathoyur disertai keyakinan bahwa Allah yang
mendatangkan manfaat dan madharat, maka dia terjatuh ke dalam syirik asghar. Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda, Thiyarah(tathoyur) adalah syirik, thiyarah adalah
syirik, thiyarah adalah syirik. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, Tirmidzi mengatakan hadits ini
hadits hasan shahih).
4. Ruqyah Syirkiyah
Ruqyah adalah bacaan yang digunakan sebagai perlindungan untuk mengangkat bala
atau menolaknya. Ruqyah syariyyah, bisa berupa dzikir dan doa yang berasal dari Al
Quran dan sunnah Nabi yang dibaca untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain untuk
melindungi dari kejelekan dengan berbagai jenisnya. Dan disyaratkan dalam ruqyah
syariyyah, adanya keyakinan bahwa ruqyah tersebut hanyalah sebagai sebab dari berbagai
sebab yang disyariatkan, sedangkan manfaat dan kesembuhan ada di tangan Allah Taala.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Perlihatkanlah kepadaku ruqyah kalian,
tidak mengapa ruqyah selama tidak ada unsur kesyirikan didalamnya(HR. Muslim).
Adapun ruqyah yang dilarang adalah ruqyah muharamah dan ruqyah syirkiyah. Disebut
ruqyah muharamah jika bacaannya tidak diambil dari Al Quran dan hadits yang shahih,
tetapi berupa mantra-mantra yang tidak dipahami maknanya. Jika meyakini bahwa ruqyah
sebagai sebab yang mendatangkan manfaat dan menolak madharat dengan sendirinya, maka
hukumnya syirik akbar.
5. Tamimah
Tamimah (jimat) adalah benda yang digantungkan atau dikalungkan pada anak kecil atau
selainnya, yang digunakan untuk melindunginya dari bencana, baik untuk mengangkat
bencana atau menolak bencana. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa menggantungkan tamimah(jimat), maka dia telah berbuat syirik.(HR Ahmad
dalam Musnadnya IV/154, Syeikh Al-Albani menshahikannya dalam Ash-Shahihah no.492).
Tidaklah pantas seorang muslim menggantungkan dirinya kepada benda mati yang tidak bisa
apa-apa, dengan meninggalkan Allah yang senantiasa melindungi hambaNya. Allah taala

berfirman (yang artinya), Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaikbaik Pelindung (QS. Al Imran : 173)
6. Bersumpah dengan Nama Selain Allah
Sumpah adalah pengagungan terhadap nama yang digunakan untuk bersumpah. Semisal
dengan perkataan, Demi Kehormatanku, Demi cintaku padamu, dan yang semisalnya.
Maka, barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, berarti telah berbuat kesyirikan.
Karena dia telah menjadikan tandingan bagi Allah taala dalam pengagungan yang tidaklah
layak ditujukan pengagungan tersebut, kepada selain Allah taala. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka di
telah berbuat kekafiran atau berbuat syirik (HR. Tirmidzi no. 1535, Al-Arnauth
mengatakan hadist ini, shahih). Yang dimaksud disini adalah syirik asghar, karena orang
yang bersumpah dengan selain nama Allah, walaupun dia tidak berniat mengagungkan selain
Allah tersebut, tetapi bisa mengantarkannya untuk mengagungkan selain Allah tersebut
dengan pengagungan yang berlebihan. Sehingga, jika orang yang bersumpah ini
mengagungkan selain Allah itu dengan pengagungan yang sama dengan Allah atau bahkan
lebih, maka dia telah terjatuh ke dalam syirik akbar. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
juga bersabda, Ketahuilah sesungguhnya Allah melarang kalian untuk bersumpah dengan
nama nenek moyang kalian. Barangsiapa ingin bersumpah, maka bersumpahlah dengan
nama Allah atau lebih baik diam (HR. Al-Bukhari no. 5643, 6155, 6156 dan Muslim no.
3104).
7. Menyekutukan Allah dengan MakhlukNya dengan Perkataan dan atau Semisalnya.
Yang dimaksud adalah tidak boleh mensejajarkan penyebutan Allah taala dengan
makhlukNya dalam perkara-perkara yang makhluq punya peran untuk terjadinya perkara
tersebut. Perkataan dan itu menunjukkan kesejajaran, bukan menunjukkan urutan atau
tingkatan. Misalnya adalah perkataan ini adalah kebaikan yang datang dari Allah dan
anda, atau ini tidaklah terjadi kecuali karena kehendak Allah dan kehendak Anda, saya
sembuh karena pertolongan Allah dan dokter dan semisalnya. Maka siapa yang telah
mengucapkan kalimat-kalimat tersebut, dia telah terjerumus dalam syirik asghar. Karena

Allah taala sajalah yang mengatur alam semesta, makhluq hanya sebagai perantara saja,
dalam terjadinya perkara tersebut. Sehingga, jika ingin menyebutkan peran makhluk,
katakanlah ini adalah kebaikan yang datang dari Allah kemudian dari anda, dan
semisalnya. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah
kamu mengatakan, atas kehendak Allah dan kehendak si Fulan, tetapi atas kehendak Allah
kemudian kehendak si fulan. (HR. Abu Dawud no. 4980, Syeikh Al-Albani menshahikannya
dalam Ash-Shahihah no. 137).
8. Mengaitkan Turunnya Hujan dengan Bintang
Semisal perkataan, hujan turun karena bintang ini dan itu. Jika seorang mengatakannya
disertai keyakinan bahwa bintang tersebutlah yang menyebabkan hujan dengan sendirinya
tanpa kehendak Allah, maka dia telah terjerumus kedalam syirik akbar. Dan jika seorang
mengatakannya namun meyakini yang menurunkan hujan adalah Allah, bintang tersebut
sebagai sebab saja, maka hukumnya syirik asghar. Karena dia telah menjadikan sebab yang
tidak dijadikan Allah taala sebagai sebab.
Demikian sebagian dari bentuk-bentuk syirik asghar. Mudah-mudahan dengan
mengenalnya, kita dapat menghindarinya sejauh-jauhnya. Sebagaimana perkataan shahabat
Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu anhu, Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah
tentang hal-hal yang baik, tapi aku bertanya kepada beliau tentang hal-hal yang buruk
supaya keburukan itu jangan sampai menimpaku. Ya Allah kami memohon perlindungan
kepada-Mu jangan sampai kami menyekutukan-Mu dalam keadaan kami mengetahuinya dan
kami memohon ampunan kepada-Mu untuk dosa yang tidak kami ketahui. Wa shallallahu
ala Muhammad, wa ala alihi wa ashaabihi wa sallam.
E. PENGARUH

TAUHID

DALAM

KEHIDUPAN

PRIBADI

DAN

SOSIAL

MASYARAKAT
1. Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua
makhluk.
Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang cenderung
mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka juga banyak
yang menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya fikirr kritis

serta keberanian untuk mengkritik. Padahal Al- Quran telah mengingatkan bahwa orangorang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh
di hari akhir.
Firman Allah SWT SWT :
[:]
[:]

Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata:
"Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari
jalan (yang benar). ".( QS. Al- Ahzaab : 66-67).
Fungsi ini dirujukkan pada kalimat LailaahaillAllah SWT ( tidak ada Tuhan selain
Allah). Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi manusia. Dengan mengucapkan
tidak ada Tuhan selain Allah berarti seorang muslim telah memutlakkan Allah SWT Yang
Maha Esa sebagai Kholiq, maka umat muslim mengemban tugas untuk melaksanakan
tahrirunnasi min ibadatil ibad ila ibadatillahi atau membebaskan manusia dari
menyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT semata.
2. Menjaga manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan,
dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.
Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan
penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan menghilangkan pikiran jernih.
Sebenarnya telah dengan tajam Al- Quran menyindir orang-orang seperti ini :
[:]

[:]

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu
mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain,
hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak
itu).( QS. Al- Furqon : 43-44)

3. Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam menemukan
hakikat kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada seginya yang abstrak,
potensial, maupun yang konkret. Sehingga manusia tidak melampaui batas dalam
pemahaman suatu keilmuan yang membuat dirinya lalai dan merasa benar hingga akhirnya
membawa mereka kepada kesombongan yang pasti berakhir dengan kehancuran. Contoh
Hitler dengan tentara Nazinya, dengan ilmunya Hitler merasa bahwa gagasan yang dia miliki
mampu membawa umat manusia menuju peradaban yang lebih maju, namun karena ilmu
tersebut tidak dilandasi dengan Aqidah, maka yang terjadi adalah kehancuran rezim yang
dimilikinya.
4. Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten.
Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta merealisasikan perintah
yang ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak terhingga.
Karena telah di tancapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki kekuatan maupun
kekuasaan selain Ilahirabbi.
5. Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran
intelektual mereka
Dengan kata lain, kita meyakini bahwa semua aktivitas yang kita lakukan maupun
kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan
sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia mengetahui segala hal
yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi maupun yang tampak, Dia lah
Tuhan yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan selain Dia. Dengan demikina akan
terwujud keyakinan yang kukuh dan konsekuen, sehingga tidak mudah terombang ambing
oleh perkembangan zaman dan tidak terpenaruh keyakinan yang menyesatkan.1[2]
Dengan Tauhid, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, tetapi juga akan sadar
bahwa kedudukannya sama dengan manusia manapun. Tidak ada manusia yang lebih superior
atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba Allah yang berstatus sama.
Jika tidak ada manusia yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada mnusia lainnya di hadapan
1

Allah, maka juga tidak ada kolektivitas manusia, baik sebagai suatu suku bangsa ataupun suatu
bangsa, yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada suku bangsa atau bangsa lainnya. Semuanya
berkedudukan sama di hadapan Allah SWT. Yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan pada
Allah SWT.

F. PENGARUH

1.

SYIRIK

DALAM

KEHIDUPAN

PRIBADI

DAN

SOSIAL

MASYARAKAT
Syirik merendahkan eksistensi kemanusiaan
-Syirik menghinakan kemuliaan manusia, menurunkan derajat dan martabatnya. Sebab

Allah menjadikan manusia sebagai hamba Allah di muka bumi. Allah memuliakannya,
mengajarkan seluruh nama-nama, lalu menundukkan baginya apa yang ada di langit dan di
bumi semuanya. Allah telah menjadikan manusia sebagai penguasa di jagad raya ini. Tetapi
kemudian ia tidak mengetahui derajat dan martabat dirinya. Ia lalu menjadikan sebagian dari
makhluk Allah sebagai Tuhan dan sesembahan. Ia tunduk dan menghinakan diri kepadanya.
Ada sebagian dari manusia yang menyembah sapi yang sebenarnya diciptakan Allah
untuk manusia agar hewan itu membantu meringankan pekerjaannya. Dan ada pula yang
menginap dan tinggal di kuburan untuk meminta berbagai kebutuhan mereka. Allah
berfirman: Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu
apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) di buat orang. (Berhala-berhala) itu benda mati,
tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya
akan dibangkitkan. (Al-Hajj: 20-21)
Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka ia seolah-olah jatuh dari langit
lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ketempat yang jauh. (Al-Hajj: 31)
2. Syirik adalah sarang khurofat dan kebatilan
Dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan perbuatan syirik, barang dagangan
dukun, tukang nujum, ahli nujum, ahli sihir dan yang semacamnya menjadi laku keras. Sebab
mereka mendakwahkan (mengklaim) bahwa dirinya mengetahui ilmu ghaib yang
sesungguhnya tak seorangpun mengetahuinya kecuali Allah. Jadi dengan adanya mereka,
akal manusia dijadikan siap untuk menerima segala macam khurofat/takhayul serta
mempercayai para pendusta (dukun). Sehingga dalam masyarakat seperti ini akan lahir

generasi yang tidak mengindahkan ikhtiar (usaha) dan mencari sebab serta meremehkan
sunnatullah (ketentuan Allah).
3. Syirik adalah kedholiman yang paling besar
Yaitu dhalim terhadap hakikat yang agung yaitu (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah). Adapun orang musyrik mengambil selain Allah sebagai Tuhan serta mengambil
selainNya sebagai penguasa. Syirik merupakan kedhaliman dan penganiayaan terhadap diri
sendiri. Sebab orang musyrik menjadikan dirinya sebagai hamba dari makhluk yang
merdeka. Syirik juga merupakan kezhaliman terhadap orang lain yang ia persekutukan
dengan Allah karena ia telah memberikan sesuatu yang sebenarnya bukan miliknya.
4. Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan
Orang yang akalnya menerima berbagai macam khurofat dan mempercayai kebatilan,
kehidupannya selalu diliputi ketakutan. Sebab dia menyandarkan dirinya pada banyak tuhan.
Padahal tuhan-tuhan itu lemah dan tak kuasa memberikan manfaat atau menolak bahaya atas
dirinya. Karena itu, dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan kemusyrikan, putus asa dan
ketakutan tanpa sebab merupakan suatu hal yang lazim dan banyak terjadi. Allah berfirman:
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang yang kafir rasa takut disebabkan mereka
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak memberikan keterangan
tentang itu. Tempat kembali mereka adalah Neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal
orang-orang dhalim. (Ali-Imran: 151)
5. Syirik membuat orang malas melakukan pekerjaan yang bermanfaat
Syirik mengajarkan kepada para pengikutnya untuk mengandalkan para perantara,
sehingga mereka meremehkan amal shalih. Sebaliknya mereka melakukan perbuatan dosa
dengan keyakinan bahwa para perantara akan memberinya syafaat di sisi Allah. Begitu pula
orang-orang kristen melakukan berbagai kemungkaran, sebab mereka mempercayai AlMasih telah menghapus dosa-dosa mereka ketika di salib. Sebagian umat Islam
mengandalkan syafaat Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam tapi mereka meninggalkan
kewajiban dan banyak melakukan perbuatan haram. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wa
Sallam berkata kepada putrinya: Wahai Fathimah binti Muhammad, mintalah dari hartaku
sekehendakmu (tetapi) aku tidak bermanfaat sedikitpun bagimu di sisi Allah. (HR. AlBukhari).

6. Syirik menyebabkan pelakunya kekal dalam Neraka


Syirik menyebabkan kesia-siaan dan kehampaan di dunia, sedang di akhirat
menyebabkan pelakunya kekal di dalam Neraka. Allah berfirman: Sesungguhnya orang
yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
Surga dan tempatnya ialah Neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang dhalim itu seorang
penolongpun. (Al-Maidah: 72).
7. Syirik memecah belah umat
Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang memper-sekutukan Allah, yaitu
orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.
Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (Ar Ruum:
31-32).
Itulah berbagai kerusakan dan bahaya yang ditimbulkan perbuatan syirik. Yang jelas
Syirik merupakan penyebab turunnya derajat dan martabat manusia ke tempat paling hina dan
paling rendah. Karena itu Wahai para pembaca yang budiman yang dirahmati Allah, Marilah kita
bertaubat atas segala perbuatan syirik yang telah kita perbuat dan marilah kita peringatkan dan
kita jauhkan masyarakat di sekitar kita, anggota keluarga kita, sanak famili kita, dari syirik
kerusakan dan bahayanya. Agar kehinaan dan kerendahan yang menimpa ummat Islam segera
berakhir, agar kehinaan dan kerendahan ummat Islam diganti menjadi kemuliaan.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
Eksistensi ketuhanan merupakan keberadaan tuhan itu ada. Eksistensi itu muncul, ada, timbul,
dan aktual. Eksistensi tuhan itu apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, segala sesuatu yang
dialami dan menekankan bahwa Dia itu ada, dan eksistensi itu kesempurnaan. Tuhan (ilah)
ialah

sesuatu

yang

dipentingkan

(dianggap

penting)

oleh

manusia

sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.


SARAN
Kita sebagai manusia seharusnya lebih mengembangkan pengetahuan tentang referensi
konsep ketuhanan dalam islam sehingga pemahaman kita tentang konsep ketuhanan dalam islam
tidak terbatas terutama mengenai filsafat ketuhanan, pemikiran manusia tentang tuhan, tuhan
menurut wahyu, dan dalil-dalil pembuktian eksintensi tuhan. Dan kita dikatakan sosok manusia
yang seutuhnya apabila ada keselarasan manusia dengan tuhannya. Maka dari itu kita sebagai
penerus pemuda bangsa dan negara mari kita pahamkan dalam keseharian kita tentang
pemahaman konsep dasar ketuhanan dalam islam.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, 2010, Tauhid Dan Pembagiannya, [online], http://www.pesantrenalirsyad.org/tauhiddan-pembagiannya/, diakses tanggal 11 September 2016
Rezki, Muhammad., 2012, Aqidah Tentang Syirik, [online],
https://buletin.muslim.or.id/aqidah/tentang-syirik-akbar, diakses tanggal 11 September 2016
Maulana, Ilham., 2012, Eksistensi Ketuhanan,
http://www.academia.edu/12619438/eksistensi_ketuhanan, diakses 11 September 2016
http://zakyadisetiawan.blogspot.co.id/2013/02/dampak-negatif-perbuatan-syirik.html
http://kuliahkusuka.blogspot.co.id/2013/06/makalah-tentang-peran-dan-fungsi-tauhid.html

Você também pode gostar