Você está na página 1de 14

Lemahnya Mutu Pendidikan Karena Kurangnya Penataan Guru Di Daerah Terpencil

Abstrak :
Artikel ini bertujuan untuk membahas lemahnya mutu pendidikan karena kurangnya
penataan guru di daerah terpencil. Sampai pada saat ini masalah yang belum terpecahkan
oleh pendidikan di Indonesia adalah penataan guru yang tidak merata sampai ke suatu
wilayah. Di daerah kota yang memiliki fasilitas memadai terjadi penumpukan guru,
sedangkan di daerah terpencil yang hampir saja pemerintah tidak pernah
memperhatikannya masih kekurangan guru. Keadaan seperti ini yang menyebabkan
lemahnya mutu pendidikan negara Indonesia. Untuk itu penulis mengusulkan agar kebijakan
pemerintah tentang penataan guru di daerah terpencil segera diatasi dengan memberikan
fasilitas yang dapat membantu proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan
kualitas pendidikan negara Indonesia untuk berkembang dan lebih maju sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
Kata Kunci :
PENDAHULUAN
Berdasarkan visi yang ingin di bangun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) adalah terbentuknya insan dan ekosistem pendidikan dan kebudayaan
yang berkarakter. Di jalankan lewat tiga startegi yaitu : (1) penguatan pelaku pendidikan
dan kebudayaan, (2) peningkatan mutu dan akses, (3) peningkatan efektivitas birokasi
melalui perbaikan tata kelola dan pelibatan publik. Strategi yang dibuat pemerintah dapat
berjalan jika tersedianya pelaku pendidikan yaitu guru yang tersebar merata di seluruh
daerah sehingga visi yang dibangun akan cepat tercapai. Apabila tidak tersedianya guru di
salah satu wilayah saja maka strategi tersebut tidak akan tercapai secara nyata.
Kebanyakan pemerintah hanya mengutarakan janji-janji untuk meningkatkan kualitas
pendidikan khususnya di daerah terpencil, namun kenyataannya sekolah-sekolah di daerah
terpencil tidak ada sarana dan prasarana pendukung untuk proses pembelajaran dan banyal
yang tidak layak untuk digunakan. Misalnya atap sekolah yang sudah hampir roboh, dinding
sekolah yang sudah retak, meja dan bangku yang di gunakan peserta didik hampir patah,
serta kurangnya tenaga pengajar. Banyak sekolah di daerah-daerah terpencil kesulitan
mendapatkan guru yang berkualitas, yaitu guru yang memiliki kompetensi-kompetensi
unggul di bidangnya.
Menurut Syaikhu, dkk (Philip Suprastowo, 2013) menemukan bahwa absensi guru di
sekolah terpencil di Indonesia cenderung menurunkan kinerja belajar siswa. Masalah
tersebut disebabkan karena profesionalisme guru yang kurang dan tidak adanya
pengawasan dari pemerintah tentang hal tersebut. Seharusnya gurulah yang mencerdaskan

anak bangsa, bukan malah melemahkan anak bangsa. Guru yang berada di daerah
terpencil berkewajiban mengajar minimal 24 jam dikarenakan kekurangan guru untuk bidang
studi tertentu sehingga satu guru mengajar beberapa kelas dalam satu hari. Salah satunya
di NTT, seorang Ibu yang bernama Lastri, guru kelahiran Kampung Ruteng, Desa Ligur Lai,
Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur yang mengabdikan dirinya di salah satu
sekolah di daerah terpencil di kampung halamannya. Di desa tersebut mereka hanya
menggunakan kapela sebagai tempat proses belajar mengajar dengan fasilitas apa adanya.
Dengan fenomena seperti itu seharusnya pemerintah harus benar-benar mengadakan
penataan guru untuk daerah terpencil.
PEMBAHASAN
Kondisi pendidikan saat ini sangatlah berjalan dengan pesat dan mengalami kemajuan yang
benar-benar membuat Indonesia semakin berani bersaing dengan dunia. Banyak temuantemuan anak bangsa yang berhasil menerobos beberapa negara luar. Tahun ini, Indonesia
sudah melakukan UN berbasis computer dan sebanyak 167.000 peserta telah mengikuti UN
berbasis computer. Tetapi seperti yang kita ketahui bahwa computer hanya bisa di akses
didaerah perkotaan saja, sehingga di daerah terpencil computer belum bisa menjangkau.
Juga karena banyak guru di daerah terpencil yang belum bisa menggunakan computer.
Itulah yang menjadi lemahnya mutu pendidikan Indonesia yang tidak peduli dengan nasib
para penerus bangsa yang berada di daerah terpencil.
A. MASALAH-MASALAH YANG MEMPENGARUHI LEMAHNYA MUTU PENDIDIKAN
DI DAERAH TERPENCIL DI INDONESIA
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting untuk perkembangan suatu
negara. Pendidikan menyiapkan sumber daya manusia yang nantinya akan meneruskan
dan memajukan suatu negara. Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia memang
tiada henti-hentinya. Mulai dari prestasi-prestasi peserta didik di tingkat nasional maupun
internasional hingga lemahnya kualitas dan mutu pendidikan di daerah terpencil.
Lemahnya kualitas dan mutu pendidikan di daerah terpencil di sebabkan karena adanya
permasalahan-permasalahan di dunia pendidikan. Permasalahan pendidikan merupakan
suatu kendala yang menghalangi tercapainya tujuan pendidikan. Adapaun masalah
pendidikan di daerah-daerah terpencil di Indonesia :
1. Rendahnya sarana dan prasarana fisik di Indonesia
Sekarang ini masih banyak kasus sekolah-sekolah yang tidak layak pakai,
misalnya, atap sekolah yang sudah hampir roboh, dinding sekolah yang sudah
retak, meja dan bangku yang di gunakan peserta didik hampir patah. Hal ini
sangat ironis bila melihat anggaran pendidikan yang ada di Indonesia sekarang

ini jauh melebihi cukup untuk mendukung sarana dan prasarana di sekolahsekolah untuk menjadikan sekolah-sekolah khususnya di daerah terpencil
menjadi lebih baik dan sempurna. Permasalahan lainnya adalah kurangnya
ketersediaan alat-alat dan sarana yang mendukung pendidikan, seperti
perpustakaan sekolah, laboratorium sekolah dan ruang kelas yang cukup. Jika di
bandingkan dengan keadaan sekolah yang berada di perkotaan yang dengan
bangga berdiri kokoh dan sangat megah, sedangkan sekolah-sekolah di daerah
terpencil sama sekali tidak

diperhatikan.

Sementara untuk Ujian Nasional,

pemerintah pusat menuntut agar nilai-nilai yang di capai harus sesuai dengan
yang di tentukan, lantas bagaimana peserta didik di daerah terpencil sanggup
untuk mencapai nilai-nilai yang telah di tentukan. Sedangkan sarana dan
prasarana pendidikan mereka tidak di dukung sama sekali.
2. Kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia
Tidak semua daerah di Indonesia memiliki gedung sekolah, pengajar, dan sarana
pendidikan yang sama, maksud dari sama disini adalah dari segi kualitas dan
kuantitasnya. Bagi sebagian orang pendidikan merupakan hal yang biasa, namun
berbeda dengan orang-orang yang tinggal di daerah terpencil di Indonesia,
pendidikan merupakan kebutuhan yang mewah dan sangat berharga. Hal ini
karena sistem yang ada di Indonesia memfokuskan pendidikan di wilayahwilayah yang potensial saja atau di wilayah-wilayah yang dapat di jangkau
pemerintah pusat maupun daerah. Hal ini yang kemudian mengakibatkan
kesenjangan di dalam pendidikan itu sendiri dan membuat dunia pendidikan di
Indonesia semakin melemah. Sehingga semakin tahun pertambahan jumlah
anak yang putus sekolah di daerah terpencil meningkat. Berdasarkan Undang
Undang Dasar Negara Indonesia yang sudah secara jelas mengatur masalah ini
yaitu UUD No. 11 tahun 2003 dinyatakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminas. Terlebih
lagi dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 3 lebih dikhususkan
lagi untuk masyarakat desa terpencil yang menyebutkan bahwa Setiap warga
negara Indonesia yang berada di daerah terpencil atau terbelakang berhak
mendapatkan pendidikan layanan khusus. Akan tetapi kita menyadari bahwa hal
ini belum sepenuhnya tercapai apalagi pendidikan layanan khusus bagi
masyarakat desa terpencil jumlahnya masih sangat terbatas yang masih belum
sepenuhnya

bisa

menampung

masyarakat

yang

berkeinginan

untuk

meningkatkan pendidikannya.
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat sekolah dasar
(SD) karena tingkat pendidikan paling tinggi hanya itu yang tersedia di daerah-

daerah terpencil. Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat
terbatas, karena

kegagalan pembinaan usia dini nantinya tentu akan

menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh


karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerintah dalam pemerataan
pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan pendidikan
agar pendidikan di Indonesia tidak semakin memburuk.
3. Masih rendahnya kesejahteraan guru
Salah satu bagian penting yang berperan dalam kemajuan pendidikan didaerah
terpencil adalah guru. kesejahteraan guru berdampak pada mutu pengajaran
yang ada. Sekarang ini masih banyak guru yang mengabdikan dirinya di daerah
terpencil yang dibayar dengan upah yang kurang layak bahkan sama sekali ada
yang tidak mendapat upah. Seperti para guru daerah terpencil yang di datangkan
dalam acara Hitam Putih Trans7 dan Kick Andy MetroTV, mereka para guru yang
sudah mengabdi selama bertahun-tahun tetap saja tidak mendapatkan
kesejahteraan yang diharapkan. Mereka sampai mengirimkan surat kepada
Presiden tentang nasib para guru dan siswa yang berada di daerah terpencil
tetapi sama sekali tidak ada tanggapan dari pemerintah tentang surat yang
dikirimkan tersebut. Mereka bukanlah lulusan sarjana tetapi hanya lulusan kursus
mengajar yang hanya semampunya saja dalam mengajar muridnya.
Fakta terbaru yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa banyak guru
yang enggan mengajar di daerah terpencil dengan beragam alasan. Faktor yang
menyebabkan guru enggan mengajar di daerah terpencil adalah kurangnya
penghargaan yang diberikan pemerintah kepada para guru yang setiap harinya
mengajar sehingga tidak ada kemampuan untuk bertahan.
4. Kurangnya penataan guru
Indonesia mengalami masalah dalam menjalankan proses penataan jumlah guru
yang masih terjadi kesenjangan, khususnya antara jumlah guru yang berada di
daerah kota dengan guru didaerah desa, bahkan di daerah yang sangat
terpencil. Ironisnya, di daerah desa atau di daerah yang terpencil masih banyak
sekolah yang mengalami masalah kekurangan guru. Tak jarang satu guru harus
mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Padahal hal itu tidak diperbolehkan
karena menyangkut tentang keprofesionalan sebagai guru. Tetapi tidak dapat
disalahkan juga, itu terjadi karena keadaan yang menurut mereka seperti itu.

Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan sekolah di kota, lebih dari 50%
sekolah kota justru kelebihan guru. Tidak bisa disangkal bahwa guru pada
umumnya tidak akan mau mengajar di tempat yang sangat terpencil, karena
sulitnya medan dan jauh dari pusat keramaian. Hanya sebagian guru yang benar
benar memiliki tujuan atau ingin mengabdi untuk mencerdaskan anak anak
bangsa.
5. Lebih Utamakan Proyek
Rendahnya mutu pendidikan, sesungguhnya bermuara pada politik pendidikan.
Kebijakan pendidikan nasional lebih sering didekati dengan pendekatan proyek
daripada pendekatan konseptual dan program berkelanjutan untuk proses
pendidikan didaerah terpencil. Indonesia seolah tidak punya panduan yang jelas
kemana mutu pendidikan akan dibawa dan dikembangkan. anggaran pendidikan
yang demikian besar harus lebih diprioritaskan untuk pembangunan sarana dan
prasarana sekolah yang merata hingga daerah pelosok dan terpencil,
peningkatan mutu dan kesejahteraan guru pada level pembelajaran di kelas dan
lapangan, dan bukan pada program-program artificial.
B. SOLUSI MASALAH LEMAHNYA MUTU PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCIL
DI INDONESIA
Adapun solusi dari masalah pendidikan di Indonesia terutama di daerah terpencil
sebagai berikut:

1. Rendahnya sarana dan prasarana fisik di Indonesia


Sarana dan prasarana merupakan salah satu pendukung dalam dunia pendidikan,
yang dapat membuat suatu sekolah menjadi berkualitas dan bermutu. Ruang-ruang
kelas yang menjamin berjalannya proses belajar mengajar dengan baik seperti, meja
dan bangku yang layak digunakan, serta sarana dan prasarana laboratorium yang
mendukung. Hal ini tentunya menjadi tanggung jawab bersama seluruh lapisan
masyarakat dan pemerintah. Pendanaan pendidikan tanggung jawab yang harus
dipikul

secara

bersama-sama

antara

pemerintah,

pemerintah

daerah,

dan

masyarakat yang tercantum dalam pasal 46 ayat (1).


Sementara Pasal 47 ayat (2) menyebutkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pasal 31 ayat (4) UUD 1945 menyebutkan
bahwa Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20

persen dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaran


pendidikan nasional.
Masyarakat dan pemerintahan harus saling mengkoreksi. Pemerintah seharusnya
lebih memperhatikan sarana pendidikan dan memberikan anggaran yang sesuai
dengan peraturan yang ada, bukan anggaran yang di peruntukkan membangun
dunia pendidikan digunakan untuk hal-hal yang sama sekali tidak berkaitan dengan
dunia pendidikan dan malah merugikan dunia pendidikan. Dan masyarakat bertugas
mengawasi agar tidak ada kecurangan atau korupsi di dalam penyaluran dana
tersebut. Semua pihak harus bekerja sama untuk membuat lingkungan pendidikan
yang bermutu, yang selalu ada kemajuan dari waktu-kewaktu agar pendidikan di
Indonesia semakin baik dan terhindar dari keterpurukan melemahnya pendidikan.

2. Kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia


Pemerintah harus memperbaiki sistem pendidikan yang ada, pemerintah harus
melakukan pogram pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia tanpa
terkecuali. Program pemerataan pendidikan tersebut antara lain membangun
sekolah-sekolah di daerah terpencil, menyalurkan tenaga didik ke daerah terpencil,
dan melengkapi sarana dan prasarana di daerah tersebut. pemerataan dilakukan
juga untuk pendidikan Non Formal dan Informal. Kemudian juga mengadakan
sosialisasi tentang pentingnya pendidikan untuk anak-anak.
Strategi yang perlu dilakukan adalah pemantapan pendidikan dasar sembilan tahun,
pemberian beasiswa untuk anak yang putus sekolah maupun anak yang tidak
mampu, pemberian insentif kepada guru yang bertugas di daerah terpencil,
pemantapan sistem pendidikan terpadu untuk anak berkebutuhan khusus, dan
peningkatan keterlibatan peran serta masyarakat dalam membantu pendidikan.
Kewajiban belajar tingkat dasar perlu diperluas dari enam ke sembilan tahun, yaitu
dengan tambahan 3 tahun pendidikan setingkat SLTP seperti dimandatkan oleh
Peraturan Pemerintah 2 Mei 1994. Hal ini sejajar dengan semangat Pendidikan
untuk Semua yang dideklarasikan di konferensi Jomtien di Muangthai tahun 1990
dan Deklarasi Hak-Hak Azasi Manusia Sedunia Artikel 29 yang berbunyi: Tujuan
pendidikan yang benar bukanlah mempertahankan sistem tetapi memperkaya
kehidupan manusia dengan memberikan pendidikan lebih berkualitas, lebih efektif,
lebih cepat dan dengan dukungan biaya negara yang menanggungnya. Kemajuan
teknologi

menawarakan

solusi

untuk

menyediakan

akses

pendidikan

dan

pemerataan pendidikan kepada masyarakat belajar yang tinggal di daerah terpencil.


3. Masih rendahnya kesejahteraan guru

Guru merupakan acuan dalam mengajar agar peserta didiknya dapat berprestasi
dengan baik di masa yang akan datang. Agar guru dapat fokus pada tugasnya,
tentunya harus meningkatkan kesejahteraan guru dengan memberikan gaji dan
tunjangan yang sesuai sehingga guru tidak mencari profesi lain untuk memenuhi
kebutuhannya.
4. Kurangnya penataan guru
Proses penempatan guru merupakan hal yang sangat penting. Karena perlu diingat,
bahwa pendidikan begitu penting. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) punya solusi baru untuk mengatasi kesenjangan pendidikan antara
daerah terpencil. Mulai tahun depan, peminat guru PNS wajib mengikuti program
sarjana mengajar di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal dan (SM3T) serta
pendidikan asrama dahulu. Dengan sistem itu, menjadi guru pegawai negeri sipil
alias PNS hampir mirip dengan menjadi dokter karena sama-sama harus mengabdi
di daerah terpencil dahulu. Seperti diketahui, untuk menjadi dokter PNS, calon dokter
harus mengikuti program pegawai tidak tetap (PTT) di daerah terpencil. Program
SM3T ini adalah Program yang dipelopori Mendikbud Mohammad Nuh itu sudah
menerjunkan 2.400 calon guru PNS untuk kali pertama pada November 2011 ke
berbagai pelosok negeri. Kini SM3T telah memasuki angkatan kelima.
5. Lebih Utamakan Proyek
Pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu
mengatasi, memecahkan masalah, menanggulangi kesulitan sendiri. Berfokus pada
proyek pendidikan yang dapat meningkatkan mutu pendidikan seperti pelatihan,
maka dengan adanya pelatihan sama dengan pengajaran, khususnya untuk
mengembangkan kerampilan tertentu. Menekankan pada pembanguna proyek yang
lebih menguntungkan untuk pendidikan daerah terpencil bukan untuk kepentingan
sendiri.

C. Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di daerah terpencil yang semakin


melemah
Masalah pendidikan didaerah terpencil telah lama kita sadari. Namun dengan
keterbatasan dana dan berbagai peraturan berlaku selalu dijadikan alasan untuk

menunda

pemecahan

masalah

tersebut.

Sebagai

ilustrasi

betapa

sulitnya

menempatkan tenaga guru di daerah-dareh tersebut. Demikian pula sulitnya


membangun sarana pendidikan standar karena kesulitan komunikasi atau langkanya
alat-alat bantu proses belajar mengajar di daerah terpencil. Begitu pula tuntutan
system pendidikan yang standar mengenai jenjang pendidikan serta kurikulum
nasional menghambat daerah terpencil untuk mengejar ketertinggalan. Sedikit
bernapas lega ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang :
1. pemberian tunjangan guru di daerah khusus ( Undang-undang Guru dan Dosen
pasal 18) :
2. Pemerintah memberikan tunjangan khusus sebagaimana pasal 15 ayat (1)
kepada guru yang bertugas didaerah khusus.
3. Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) diberikan setara
dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa
kerja, dan kualifikasi yang sama.
4. Guru yang dingkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah di daerah khusus,
berhak atas rumah dinas yang disediakan oleh pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangan.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1 ), (2),dan ayat (3) diatur dengan peraturan pemerintah.

Langkah diatas saja tidak cukup, artinya diperlukan pendekatan baru dalam
menangani pendidikan didaerah terpencil ini. Diperlukan berbagai terobosan atau
penanganan khusus tentu dalam rangka menuju sistem pendidikan nasional.
Setiap terobosan memiliki arah yang jelas dan berakhir apabila tujuan utamanya
tercapai.
Tujuan utama pendidikan di daerah terpencil, kepulauan dan perbatasan dalam
jangka pendek dan jangka menengah ialah mengangkat kualitas manusia yang
lebih layak., sehingga dapat ikut serta secara aktif dalam proses pembangunan.
Untuk itu perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Penataan dan penempatan guru.

Berkaitan dengan manajemen guru, perlu perhatian khusus untuk beberapa


hal yang sangat esensial, seperti termuat dalam UU Nomor 14 Tahun 2005.
Pertama, pemerintah wajib memenuhi kebutuhan guru PNS, baik jumlah,
kualifikasi,

kompetensi

maupun

pemerataannya

untuk

menjamin

keberlangsungan pendidikan.
Kedua, pemerintah provinsi wajib memenuhi kebutuhan guru PNS, baik
jumlah, kualifikasi, kompetensi maupun pemerataannya untuk menjamin
keberlangsungan pendidikan menengah negeri dan pendidikan khusus negeri
sesuai

dengan

SNP

(Standar

Nasional

Pendidikan)

di

wilayah

kewenangannya masing-masing.
Ketiga, pemerintah Kabupaten/Kota wajib memenuhi kebutuhan guru PNS,
baik jumlah, kualifikasi, kompetensi maupun pemerataannya untuk menjamin
keberlangsungan pendidikan dasar negeri dan pendidikan anak usia dini jalur
formal sesuai dengan SNP di wilayah kewenangannya masing-masing.
Keempat, penyelenggara satuan pendidikan atau satuan pendidikan dasar,
menengah, atau anak usia dini jalur formal yang diselenggarakan oleh
masyarakat wajib memenuhi kebutuhan guru tetap, baik jumlah, kualifikasi,
maupun kompetensinya untuk menjamin keberlangsungan pendidikan formal
sesuai dengan SNP. Jika hal ini diikuti secara konsisten oleh pihak-pihak
yang bersangkutan, masalah manajemen guru akan dapat dipecahkan. Tentu
saja hal itu harus ditunjang oleh sistem pengangkatan dan penempatan guru
dilakukan secara obyektif dan transparan.
Penataan dan penempatan guru merupakan satu paket. Artinya tenaga guru
untuk daerah tersebut harus dipersiapkan dalam suatu program secara
cermat , baik dalam jumlah maupun kualifikasi akademik maupun fisik dalam
suatu program khusus. Pelaksanannya oleh LPTK yang terdekat. Yang tak
kalah pentingnya adalah system intensif yang menyertainya agar calon guru
tersebut tertarik, dan apabila sudah bertugas merasa kerasan ditempat
tugasnya. Selain tunjangan khusus perlu dikembangkan juga :
a. Rotasi tugas dalam kabupaten sesudah mengabdi 3 tahun.
b. Kenaikan pangkat istimewa setiap mengabdi selama 5 tahun ditempat
yang sama di daerah terpencil.

c. Memperoleh beasiswa melanjutkan studi bagi yang menunjukkan prestasi


yang inovatif serta kemampuan akademik.
d. Memberikan fasilitas tempat tinggal yang layak di tempat tugas.

2. Profesionalisme guru
Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan
para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal
dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu.
Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama, yaitu peningkatan
status dan peningkatan kemampuan praktis. Peningkatan status dan
peningkatan kemampuan praktis ini harus sejalan dengan tuntutan tugas
yang dijalani sebagai guru. Sebagi tenaga profesional, guru dituntut
mengembangkan ilmunya, baik melalui belajar sendiri maupun melalui
program

pembinaan

dan

pengembangan

yang

dilembagakan

oleh

pemerintah atau masyarakat. Pembinaan merupakan upaya peningkatan


profesionalisme guru yang dapat dilakukan melalui kegiatan seminar,
pelatihan, dan pendidikan. Pembinaan guru dilakukan dana kerangka
pembinaan profesi dan karier. Pembinaan profesi guru meliputi pembinaan
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial.
4 kompetensi guru tersebut melputi : kompetensi pedagogik yaitu
kemampuan mengelola peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
aktualisasi diri berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian
adalah keprbadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa arif dan bijaksana.
Menjadi teladan peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial adalah
kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik
secara efektif, sesama pendidik, tenaga kependidikan maupun dengan wali /
orang

tua

siswa

dan

masyarakat.

Kompetensi

professional

adalah

kemampuan pendidik dalam penguasaan materi secara luas dan mendalam.


3. Melaksanan MBS

Model MBS yang diterapkan di Indonesia adalah Manajemen Peningkatan


Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Konsep dasar MPMBS adalah adanya
otonomi

dan

pengambilan

keputusan

partisipatif.

Artinya

MPMBS

memberikan otonomi yang lebih luas kepada masing-masing sekolah secara


individual dalam menjalankan program sekolahnya dan dalam menyelesaikan
setiap permasalahan yang terjadi. Selain itu dalam menyelesaikan masalah
dan dalam pengambilan keputusan harus melibatkan partisipasi setiap
konstituen sekolah seperti siswa, guru, tenaga administrasi, orang tua,
masyarakat lingkungan dan para tokoh masyarakat.
4. Pelaksanaan kurikulum yang sarat muatan local
Muatan lokal ialah program pendidikan yang isi dan media penyampaiaanya
dikaitkan dengan lingkungan alam , lingkungan social, lingkungan budaya
dan kebutuhan daerah yang perlu dipelajari siswa ( SK Depdikbud No.
0412/U/1987 ). Kurikulum untuk sekolah ini perlu dirancang secara khusus
tanpa meninggalkan tuntutan minimal kurikulum nasional. Pada tahap muatan
lokal perlu mendapat prioritas muatan lokal sesuai dengan keunggulan
wilayah tersebut. Anak akan terampil dan memiliki bekal untuk kehidupan.
Pelaksanaanya melibatkan masyarakat melalui LKMD, PKK, LSM untuk
mengawal dan menjamin pelaksanaan muatan lokal tersebut. Walaupun anak
sudah mempelajari kertampilan dari lingkungan/ keluarga dipandang tepat
jika pengetahuan dilingkungan dipadukan dengan pengetahuan di sekolah.
Kegiatan tersebut dapat diwujudkan dalam pengembangan diri yang waktu
pelaksanaannya disesuaikan dengan pembagian jadwal. Contoh kegiatan itu
antara lain :
a. Program di daerah pertanian dan peternakan yang berada di daerah
terpencil. Anak dikenalkan berbagai peluang usaha dari pertanian dan
peternakan beserta cara pengelolaannya dengan managemen yang baik.
Anak

akan

lebih

tahu

kelebihan

usaha

itu

dan

tertarik

untuk

mempraktekkan dirumah. Cara-cara peningkatan hasil pertanian dan


penggunaan pupuk dan bahan kimia yang tepat juga sangat berguna.
b. Pembinaan ketrampilan tukang dan pengrajin yang berada di daerah
terpencil. Anak mempelajari ketrampilan dasar menjadi pengrajin,
dikenalkan berbagai bahan dasar, proses pembuatan sampai pada

pemasaran.

Penggunaan

alat-alat

pertukangan

modern

dan

perawatannya sehingga pembuatan kerajinan lebih cepat dan lebih baik.


c. Pembinaan usaha industri kecil didaerah terpencil. Anak dikenalkan
berbagai jenis usaha kecil seperti makanan, souvenir, hiasan rumah,
peralatan sehari-hari terutama yang memeiliki ketersediaan bahan baku
di daerah tersebut. Cara peembuatan, mengemas agar menarik dan
pemasaran juga perlu di sampaikan.
5. keterkaitan dengan sektor-sektor lain secara terpadu
Dalam proses pembangunan sebagai usaha pengembangan martabat
manusia pendidikan tidak berdiri sendiri. Pendidikan akan bermakna jika
merupakan bagian dari usaha terpadu untuk meningkatkan kualitas manusia.
Pendidikan selain berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa juga untuk
meningkatkan produktivitas perorangan dan masyarakat pada umumnya.
Pendidikan merupakan bagian dari usaha terpadu atau salah satu faktor
penting

untuk

meningkatkan

taraf

hidup

masyarakat,

meningkatkan

pendapatan, dan memperluas peluang kerja.

PENUTUP
Kesimpulan
Penjelasan tentang artikel ini merupakan bagian terkecil realitas yang ada di bangsa kita
yang perlu diberikan ruang khusus dan perhatian dari pemerintah pusat hingga ke daerah,
juga seluruh lapisan masyarakat. Karena bagaimanapun generasi-generasi muda berikutnya
juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan di daerah terpencil memang
masih sangat rendah bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di daerah-daerah yang
mudah terpantau langsung oleh pemerintahan pusat maupun daerah. Hal-hal yang
menyebabkan lemahnya kualitas dan mutu pendidikan di daerah terpencil di Indonesia yaitu,
Rendahnya sarana dan prasarana fisik,

Kurangnya pemerataan pendidikan,

Masih rendahnya kesejahteraan guru, Rendahnya prestasi siswa.


Hal-hal tersebut hanya bisa diatasi dengan adanya kerja sama antara pemerintahan dengan
seluruh lapisan masyakarat untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di daerah
terpencil, adanya perubahan paradigma dan pola pikir masyarakat, peningkatan sarana dan

prasarana fisik pendidikan di daerah terpencil, pemerataan akses pendidikan, meningkatkan


kesejahteraan guru, penaatan guru dan mengutamakan proyek pembangunan pendidikan.
Menjadi masukan bagi pemerintah untuk meningkatan pendidikan di desa terpencil sebagai
upaya mengentaskan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan salah satunya dengan
peningkatan profesionalisme guru dan pemberian tunjangan desa terpencil.
Saran
Era globalisasi selalu menuntut adanya perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan
nasional untuk menjadi lebih baik sehingga mampu bersaing dalam segala bidang. Cara
yang dapat dilakukan bangsa Indonesia untuk menghadapi perkembangan dunia di era
globalisasi agar tidak semakin ketinggalan dari negara-negara lain adalah dengan
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikannya terutama di daerah-daerah terpencil.
Peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di daerah terpencil tentunya harus ada kerja
sama seluruh lapisan masyarakat. Bagi pemerintah pusat dan daerah harus memantau
secara langsung bagaimana dan sampai dimana proses pembelajaran yang terjadi di
daerah-daerah terpencil dan memberikan anggaran untuk pembangunan dan melengkapi
sarana dan prasarana sekolah. Bagi masyarakat, teruslah mendukung upaya-upaya yang
dilakukan pemerintah untuk membangun pendidikan di daerah terpencil. Bagi para pendidik,
teruslah mendukung peserta didik dalam kegiatan belajarnya. Pemerintah harus membuat
kebijakan yang membuat jumlah guru antara di desa dan di kota menjadi merata. Agar
semua anak Indonesia bisa mendapatkan pendidikan yang sama. Dan bagi peserta didik,
teruslah belajar untuk meraih cita-cita dan membawa bangsa Indonesia menjadi lebih baik.
Upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi lemahnya mutu pendidikan salah satunya
adalah pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup berlangsung
hanya secara insidental. Pendekatan keterampilan proses yang sudah disebarluaskan
konsepnya perlu ditindaklanjuti dengan menyebarkan buku panduannya kepada sekolahsekolah.
Dengan demikian, mutu dan kualitas pendidikan akan terus meningkat. Meningkatnya mutu
dan kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik dan
mampu membawa bangsa Indonesia bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia
internasional. Mahasiswa sebagai calon tenaga pendidik, di harapkan termotivasi untuk
memberdayakan

diri,

mengembangkan

profesionalitas

diri

dan

mengembangkan

pengetahuan mereka secara terus menerus dan berkelanjutan ketika sudah terjun ke
lapangan.

Você também pode gostar