Você está na página 1de 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paper ini dibuat oleh penulis karena zakat merupakan salah satu bentuk ibadah
individual bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat berdasarkan syariyah yang
berlaku. Dalam pelaksanaannya, zakat menggunakan sistem self assessment, yaitu muzakki
menghitung dan menetapkan sendiri besarnya zakat yang wajib ditunaikannya.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat, pasal 14 menyebutkan bahwa:
1. Muzakki melakukan perhitungan hartanya dan kewajibann zakatnya berdasarkan
hukum agama.
2. Dalam hal tidak menghitung sendiri harta dan kewajiban zakatnya sebagaimana
dimaksudkan pada ayat (1), muzakki dapat meminta kepada lembaga amil zakat atau
badan amil zakat memberikan bantuan kepada muzakki untuk menghitungnya.
Selain dengan ketentuan agama, zakat juga harus atau diperlukan pedoman
pelaksanaannya, karena itulah akuntansi dapat dijadikan dasar untuk menghitung kewajiban
zakat itulah pada makalah ini penulis tertarik untuk membahas akuntansi zakat lebih banyak,
terlebih untuk zakat kekayaan kontemporer, karena memang seiring dengan perkembangan
zaman banyak hal-hal yang berkembang dan dibutuhkan pengelolaan zakatnya
B. Rumusan Masalah
1. Apakah akuntansi zakat itu?
2. Apakah akuntansi penting dalam islam?
3. Apa saja syarat dan yang wajib dizakati dalam kekayaan?
4. Bagaimana penghitungan zakat dengan berbagai metode?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akuntansi Zakat
Akuntansi (accountancy) berasal dari kata to account, yang salah satu artinya adalah
menghitung. Secara teknis, akuntansi diartikan sebagai proses pencatatan (recording),
pengklasifikasian (classifiyying) peringkasan (summarizing) transaksi keuangan yang diukur
dalam satuan uang. Serta pelaporan (reporting) hasil-hasilnya. Dalam pengertian ini termasuk
di dalamnya proses perhitungan. Kemudian juga zakat itu menjadikan suci, bersih.
Sebagaimana fiman Allah swt dalam surat al-Taubah: 103 yang artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Zakat kekayaan kontemporer disebut juga zakat kontemporer, merupakan zakat dari
hasil proses pandangan pengembangan terhadap objek atau subjek zakat, yang pada zaman
nabi belum dijelaskan secara ekspilit. Maka yang dimaksud dengan akuntansi zakat adalah
bingkai pemikiran dan aktivasi yang mencakup dasar-dasar akuntansi dan prose-proses
operasional yang berhubungan dengan penentuan, penghitungan dan penilaian harta dan
pendapatan yang wajib di zakati. Menetapkan kadar zakatnya dan pendistribusian hasilnya
kepada pos-posnya sesuai dengan hukum dan dasar-dasar Syariat Islam.
Tujuan dari akuntansi adalah memberikat informasi kepada para pemakai dalam
rangka pengambilan keputusan. Tujuan umum dari akuntansi memberikan gambaran kepada
para pemakai tentang kinerja usaha, posisi keuangan, dan arus kas sebagai organisasi dalam
periode tertentu. Dari tujuan umum ini, informasi akuntansi dapat digunakat untuk tujuan
khusus, misalkan untuk menghitung kewajiban pajak, dan kemudian dapat dijadikan dasar
untuk menghitung kewajiban zakat.

B. Pentingnya Akuntansi Menurut Islam


Allah telah berfirman dalam QS: Al-Baqarah: 282 Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskanya dengan
benar.

Dan

janganlah

penulis

enggan

menuliskannya

sebagaimana

Allah

telah

mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis , dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), sedikitpun daripada hutangnya. Jika orang yang
berhutang itu lemah akalnya atau lemah (keadaanya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur, dan periksalah dengan
dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu. Jika tidak ada dua orang lelaki, maka
(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhoi, supaya
jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan
(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil, dan jangalah kamu jemu menulis utang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya . Yang demikian itu lebih Adil
disisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
tidak menulisnya . Dan periksalah apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dan saksi
saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu
suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertaqwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.
Sesungguhnya Allah SWT mewajibkan untuk berlaku ihsan (baik/professional) dalam segala
hal (Hadits). Berdasarkan penjelasan tersebut maka akuntasi dalam perspektif Islam, adalah:
1. Ditujukan untuk orang-orang beriman
2. Pencatatan transaksi sangat penting
3. Harus ada saksi (bukti)
4. Pentingnya transparansi
5. Asas keadilan

6. Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu


7. kewajiban untuk professional di segala bidang
C. Syarat dan Yang Wajib Ada Dalam Kekayaan yang Akan di Zakati
Syarat-syarat kekayaan yang wajib dizakati. Kekayaan itu wajib dizakati apabila memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Milik penuh
2. Berkembang
3. Cukup senisab
4. Lebih dari kebutuhan biasa
5. Bebas dari hutang
6. Berlalu setahun
Yang wajib ada dalam kekayaan yang akan di zakati yaitu: Subjek zakat disebut muzakki,
yaitu orang yang berdasarkan ketentuan hukum Islam diwajibkan mengeluarkan zakat atas
harta yang dimilikinya.
Objek dan tarif zakat, dalam makalah ini membahas beberapa saja:
1.
2.
3.
4.
5.

Zakat atas uang


Zakat atas kekayaan dagangan
Zakat atas investasi/ usaha jasa
Zakat hasil produksi/ manufaktur
Zakat atas penghasilan/ profesi

a) Akuntansi Zakat Kekayaan Kontemporer:


Proses akuntansi zakat kekayaan sebagai berikut:
1. Pengidentifikasian kekayaan apa saja yang dikategorikan sebagai objek zakat
kekayaan yang modern.

2. Pendefinisian objek-objek zakat kekaaan modern dan peraturan akuntansinya.


3. Pengukuran (measurement) dan penetapan nilai objek zakat kekayaan modern melalui
pendekatan akuntansi, dalam rangka penetapan nilai nisab.
4. Pelaporan (Recording) dari hasil pengukuran berdasarkan poin untuk setiap jenis
kegiatan yang menjadi objek zakat kekayaan modern.
Metode akuntansi untuk zakat kekayaan dipergunakan gabungan antara cash bases
dan accrual bases. Namun tetap kepada muzakki diberi keleluasaan untuk memilih salah satu
metode saja. Pada kondisi perdagangan atau usaha digunakan accrual bases, karena adanya
aktiva (brupa barang dagangan atau jasa) yang telah berkurang atau diberikan kepada pihak
lain. Sementara pendapatan selain dari usaha dapat diperlakukan berdasarkan cash bases,
karena dalam pendapatan ini belum mempunyai kepastian akan diterima jika dalam bentuk
piutang. Begitu pula untuk beban perusahaan jasa atau industri dapat dipergunakan metode
cash bases atau accrual bases. Pengaruh pada metode cash bases hanya pada besar zakat
yang diperhitungkan. Jika untuk tahun ini diperhitungan terlalu kecil, maka pada tahun yang
akan dating diperhitungkan yang lebih besar; sebalikn jika ditahun ini zakat diperhitungkan
terlalu besar, maka pada tahun berikutnya akan diperhitungkan lebih kecil. Agar terjadi
perhitungan zakat yang mendekati keadilan, maka sebaiknya dipergunakan metode accrual
bases. Berikut ini sebagian data kekayaan milik tuan Sabrawi untuk tahun haul 2000 dan
2001 yang berakhir per 31 Desember.

No. Keterangan

Jumlah (Rp)

2000
1.
2.

Pendapatan dari sewa kamar losmen


145.000.000
Beban dibayar dimuka untuk dua tahun

3.

Rp 40.000.000,- Dibayar 2000


Beban lainnya yang sesuai hukum zakat 85.000.000

2001
145.000.000

85.000.000

Berdasarkan data di atas maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:


Metode cash bases

No.
Keterangan

1.

2.

Jumlah (Rp)

2000

2001

145.000.000

145.000.000

40.000.000

85.000.000

85.000.000

125.000.000

125.000.000

20.000.000

60.000.000

2.000.000

2.000.000

Pendapatan

DikurangiBeban dibayar dimuka


Beban lainnya
Total beban

3.

4.

Laba sebelum zakat

Zakat (10 %)

Metode accrual bases

No. Keterangan

1.
2.
3.

Jumlah (Rp)

2000

2001

Pendapatan
Laba sebelum zakat
DikurangiBeban dibayar dimuka

145.000.000
40.000.000
20.000.000

145.000.000
40.000.000
20.000.000

Beban lainnya

85.000.000

85.000.000

105.000.000
4.000.000

105.000.000
4.000.000

Total Beban

4.

Zakat (10 %)

b) Akuntansi Zakat Uang


6

Uang dalam pos akuntansi keuangan termasuk dalam akun kas (cash), yaitu uang
tunai dan setara uang tunai baik yang ada di tangan maupun yang ada di Bank. Antara
akuntansi umum dan peraturan zakat tidak mempunyai perbedaan terhadap konsep uang atau
kas, yaitu sesuatu yang mempunyai sifat.
Uang yang diperhitungkan dalam zakat adalah uang yang benar-benar merupakan
wewenang dan tanggung jawab muzakki, bukan dibawah kekuasaan pihak lain. Perhitungan
nisab uang sebagai dasar penentuan zakat uang dilakukan dengan cara mengurangkan jumlah
utang yang mengakibatkan timbulnya uang tersebut, berikut ilustrasinya.
Sabrawi menghitung zakat kekayaannya pada setiap 31 Desember. Berikut keadaan sebagian
kekayaan dan kewajiban utangnya selama 2001.
Uang di tangan

Rp. 1.200.000,;

Uang di tabungan bank BNI

Rp. 23.450.000,-

Uang di giro Bank BCA

Rp. 130.000.000,-

Utang dari Bank BII (digunakan untuk membeli kendaraan pribadi Rp 120.000.000,- dan
sisanya disimpan di Giro Bank BCA.
Total utang tersebut adalah:

Rp. 200.000.000,-

Utang pajak penghasilan

Rp. 12.500.000,-

Diminta: Hitung zakat atas uang yang dimiliki oleh Sabrawi untuk tahun 2001.
Penyelesaian:
Uang di tangan

Rp. 1.200.000,-

Uang di tabungan Bank BNI

Rp. 23.450.000,-

Uang di Giro Bank BCA

Rp. 130.000.000,-

Total uang

Rp. 154.650.000,-

Utang pajak penghasilan Rp. 12.250.000,Utang Bank BII

Rp. 80.000.000,-

Total Utang

Rp. 92.250.000,-

Jumlah uang sebagai dasar penetapan


nisab dan perhitungan zakat uang

Rp. 62.400.000,-

Dalam kasus ini utang yang berasal dari bank BII hanya diperhitungkan sebesar
Rp.80.000.000,- bukan nilai Rp.200.000.000,- Ini karena uang senilai Rp. 120.000.000,- dari
nilai pinjaman dipergunakan untuk membeli aktiva tetap (kendaraan) untuk keperluan
pribadi, yang tidak wajib dizakati karena berasal dari utang, maka zakat uang adalah 2,5 % x
Rp.62.400.000,- = Rp. 1,560.000,-

c) Akuntansi Zakat Perdagangan


Akuntansi zakat perdagangan adalah akuntansi untuk menghitung dasar perhitungan
zakat, di mana muzakki hanya mempunyai usaha dalam bidang perdagangan sebagai usaha
pokok, yaitu menjual dan member barang dagangan. Dalam masalah ini diasumsikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Muzakki melakukan akuntansi sesuai dengan standar akuntansi keuangan (SAK) dalam
menjalankan aktivitas perdagangannya.
2. Penghasilan diluar perdagangan dicatat terpisah dengan akuntansi usaha perdagangannya.
3. Muzakki menganut anggapan bahwa persediaan barang dan hartanya telah mencapai haul.
Zakat perdagangan diperhitungkan dengan pendekatan neraca (balance approach)
artinya dasar pengenaan zakat didasarkan pada laporan yang ada dalam laporan neraca
beserta penjelasan-penjelasan pos-posnya. Perhitungan yang dilakukan didasarkan pada
konsep modal kerja (working capital) menurut akuntansi; yaitu aktiva lancar berupa kas,
persediaan barang dan piutang yang masih dapat ditagih dikurangi dengan utang lancar yang
berhubungan dengan kegiatan pembelian barang dagang.
Sebuah Ilustrasi:
8

Pada haul 2000 Tuan Bisri memberikan penjelasan tentang sebagian pos neraca sebagai
berikut:
1. Semua persediaan barang dagang dianggap telah memenuhi haul. Dalam proses
persediaan terdapat barabg konsinyasi (titipan) senilai Rp 3.500.000,2. Piutang tak tertagih dikumpulkan dalam cadangan piutang tak tertagih, yang melebihi
satu kali haul.
3. Utang usaha yang tercantum dalam neraca adalah termasuk utang pembelian
perlengkapan took senilai Rp 2.500.000,4. Utang Bank sebesar 20% (Rp 12.000.000) untuk menambah pembelian barang dagang
dan telah dipergunakan selama haul 2000. Haul ini, utang bank yang telah jatuh tempo
sebesar Rp 12.000.000,Berikut ini neraca dalam kertas kerja rekonsiliasi milik Tuan Bisri pada haul 2000.
(dalam ribuan rupiah)

Pos Neraca

Saldo

Koreksi *)

Saldo Zakat

Akuntansi

Kurang
Kas

Tambah

7.400

13.670

670

670

23.900

3.500

20.400

2.400

2.400

12.000

12.000

Piutang usaha

7.400

13.670

Cad. Peng Piut.

Persed Barang

Perlengkapan

Peralatan took

Akumulasi Penyusutan
4.000

4.000

85.000

85.000

17.000

17.000

122.770

81.900

40.800

27.800

2.500

25.300

60.000

57.600

2.400

87.800

60.100

27.700

34.900

34.900

Tanah dan gedung

Akumulasi penyusutan

TOTAL HARTA

Utang Usaha

Utang Bank

TOTAL UTANG

Modal Bisri

Dasar Pengenaan Zakat = Total Harga Total Utang

13.100

*) koreksi kurang artinya mengurangi dasar pengenaan zakat .


Koreksi tambah artinya menambah dasar pengenaan zakat
Jadi, harta yang akan dikenakan zakat adalah Rp 13.100.000,- dan zakatnya adalah 2,5% x
Rp. 13.100.000,- = Rp 327.500,-

Utang bank senilai Rp 2.400.000,- adalah utang bank yang dipergunakan untuk
membeli barang dagangan dan telah jatuh tempo, yaitu 20% x Rp 12.000.000,- sama dengan
10

Rp 2.400.000,- sehingga dapat mengurangi nilai harta yang akan di zakati, sedangkan sisa
utang bank yang sudah jatuh tempo senilai 80% x Rp 12.000.000,- sama dengan Rp
9.600.000,- tidak mengurangi harta yang akan di zakati karena dipergunakan untuk membeli
aktiva tetap, yang dalam usaha dagang tidak wajib dizakati.
d) Akuntansi Investasi/ usaha jasa:
Akuntansi zakat untuk usaha jasa dilakukan atas dasar pendekatan rugi-laba (income
statement approach), dimana perhitungan zakat didasarkan pada pendapatan kotor (revenue)
atau berdasarkan pada laba bersih (net income). Pendapatan kotor merupakan pendapatan
yang diterima atau diperoleh muzakki dalam satu haul, sedangkan laba bersih adalah
pendapatan kotor dikurangi biaya-biaya yang telah dikeluarkan dan biaya penyusutan aktiva
tetap yang berpengaruh langsung terhadap pendapatan yang bersangkutan. Akuntansi zakat
disini menganut accrual bases dimana pendapatan dan beban diakui baik yang sudah
dilakukan pembayarannya maupun masih harus diterima atau dibayar, bersifat utang biaya
atau piutang pendapatan.
Akuntansi zakat untuk usaha jasa tidak banyak perbedaannya dengan akuntansi
umum, karena pada prinsipnya dalam peraturan zakat. Harta yang dizakati adalah harta yang
dikuasainya. Jika harta tersebut sudah diberikan kepada pihak lain, dan bukan milik muzakki
diperlakukan sebagai biaya, sehingga harta tersebut tetap dapat dikurangkan dari penghasilan.
Berikut contoh kertas kerja yang sederhana perhitungan dasar pengenaan zakat atas dasar
laporan laba-rugi untuk usaha penginapan.

Muzakki menggunakan cash basses dalam akuntansinya.


Pendapatan sewa yang masih harus diterima untuk haul 2000 adalah sebesar Rp

34.000.000,Beban gaji bagian pemasaran yang belum dibayar sebesar Rp 1.300.000,- dan gaji
bagian administrasi yang belum dibayar sebesar Rp 2.450.000,

Pos

Saldo

Koreksi *)

Saldo zakat

Akuntansi
11

Kurang

Tambah

123.000

. .

34.000

157.000

12.500

1.300

. .

13.900

5.700

. .

. .

5.700

5.300

. .

. .

5300

34.000

2.450

. .

36.450

5.000

. .

. .

5.700

6.700

. .

. .

6.700

24.000

. .

. .

24.000

. .

. .

2.000

95.200

3.750

36.000

96.050

27.800

3.750

36.000

60.050

Pendapatan

Beban Pemasaran

Gaji

Promosi

Perlengkapan dll

Beban

Administrasi

Umum-

dan

Gaji

Kerugian Piutang

Beban pemeliharaan

Beban penyusutan bangunan dan


peralatan
PenginapanBeban Penyusutan
Kendaraan

2.000
TOTAL BEBAN

LABA BERSIH

Zakat 10% x Rp. 60.000.000,6.005

*) Koreksi kurang artinya mengurangi dasar pengenaan zakat


Koreksi tambah artinya menambah dasar pengenaan pajak

12

Berdasarkan kertas kerja diatas maka dasar pengenaan zakat adalah sebesar Rp
60.050.000,- Jika ditelusuri nilai sebesar ini adalah jumlah kekayaan yang berkembang
selama haul 2000 yang diperoleh muzakki ditambah dengan cadangan penyusutan, yaitu
sebesar Rp 24.000.000,- Cadangan penyusutan ini tidak dizakati karena dipergunakan untuk
dapat mengganti aktiva tetap yang tetap dapat dipergunakan mengganti aktiva tetap yang
using untuk memperoleh pendapatan di kemudian hari.
Dalam menghitung zakat untuk usaha yang berdasarkan pendekatan laporan laba-rugi perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Semua pengeluaran dan utang yang berhubungan dengan biaya operasional usaha
dapat dikurangkan, termasuk biaya pemeliharaan gedung, peralatan dan perabotan
usaha.
2. Taksiran kerugian piutang usaha yang diakibatkan piutang tidak dapat ditagih atau
terima dapat dikurangkan dari penghasilan.
3. Biaya penyusutan aktiva tetap yang dapat dikurangkan adalah aktiva tetap yang
berhubungan langsung dengan usaha jasa atau pembuatan produk dalam usaha
manufaktur. Misalnya untuk usaha penginapan atau hotel adalah biaya penyusutan
bangunan hotel dn fasilitas lainnya; untuk usaha jasa angkutan adalah biaya
penyusutan kendaraan angkutan; untuk usaha jasa hiburan adalah penyusutan fasilitas
hiburan; untuk jasa telekomunikasi dsb.
4. Biaya yang ditangguhkan dapat diperlakukan sebagai biaya seluruhnya pada haul di
mana biaya tersebut terjadi (cash bases), atau berdasarkan accrual bases.
e) Akuntansi zakat hasil produksi (manufaktur)
Usaha manufaktur di sini adalah kegiatan dalam bidang menghasilkan barang jadi untuk
dijual kepada konsumen, yaitu merubah bahan baku menjadi barang yang siap untuk
dikonsumsi oleh pihak lain atau diperdagangkan. Kegiatan ini akan menimbulkan biaya
bahan, biaya tenaga kerja dan biaya pabrik tidak langsung (biaya overhead pabrik). Usaha ini
mengasumsikan barang hasil produksi langsung dijual atau disimpan dalam gudang dan
langsung dijual, tidak diperdagangkan melalui took, maka posisinya sebagai barang
dagangan; atau took dianggap sebagai gudang barang jadi.
Dasar perhitungan zakat usaha manufaktur didasarkan pada pendekatan rugi-laba, karena
usaha ini melibatkan penggunaan alat-alat, yang disamakan dengan zakat investasi peralatan

13

dan gedung. Untuk ini prinsip-prinsip yang ada dalam akuntansi zakat usaha jasa dapat
dipergunakan dalam perhitungan dasar pengenaan zakat usaha manufaktur.

Sebagai contoh untuk perusahaan industri sepatu milik Tuan Bisri.


(dalam ribuan rupiah)

Saldo zakat

Koreksi *)

Saldo

Pos

Akuntansi

Tambah

Kurang

230.000

. . . .

120.000

. .

230.000 Penjualan sepatu

. . 120.000

Harga pokok penjualan (lihat


lampiran 1)

110.000

. .

. .

110.000 Pendapatan bruto

54.600

. .

. .

54.600 Biaya operasional

20.000

. .

20.000 -Gaji karyawan umum

2.400

. .

. .

2.400 -Biaya penyusutan aktiva tetap


(lihat lampiran 2)
-Biaya umum dan penjualan lainlain

57.000

20.000

. .

77.000 TOTAL BIAYA


14

53.000

20.000

. .

5.300

33.000 LABA BERSIH

Zakat 10% x Rp 53.000.000,-

f) Akuntansi Zakat Profesi


Penghasilan dari profesi ini adalah penghasilan dari kegiatan praktek secara professional baik
yang terdaftar maupun tidak terdaftar pada departemen yang terkait, missal dokter, akuntan,
notaries, konsultan, dan sejenisnya.
Berikut contoh perhitungan zakat untuk penghasilan dari praktek dokter.

Pos

Saldo

Koreksi *)

Saldo

Akuntansi

Zakat

Kurang

Tambah

72.000

. .

. .

72.000

15.000

. .

. .

15.000

Penghasilan dari praktek

Biaya

Operasional:-

Biaya sewa tempat **)

15

Biaya pegawai

12.000

. .

. .

12.000

Biaya perlengkapan 5.000

. .

. .

5.000

5.000

. .

. .

5.000

6.000

. .

. .

5.000

2.000

. .

. .

5.000

45.000
27.000

. .
. .

. .
. .

45.000
27.000
2.700

praktek

Biaya

transportasi

praktek

Biaya penyusutan alat-

alat praktek

Biaya praktek lain-lain

Total biaya operasional


Pendapatan Bersih
Zakat 10% x Rp 27.000.000

16

*) Koreksi kurang artinya mengurangi dasar pengenaan zakat


Koreksi tambah artinya menambah dasar pengenaan zakat.
**) Jika tempat/ gedung milik sendiri, maka penyusutan tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan, namun biaya pemeliharaannya dapat dikurangkan dari penghasilan.
g) Akuntansi Zakat penghasilan
Perhitungan zakat untuk penghasilan dari gaji, upah, honorarium dan sejenisnya ditetapkan
sebesar 2,5% dari penghasilan bersih, yaitu penghasilan bruto dikurangi biaya-biaya yang
memperoleh penghasilan tersebut, utang, dan kebutuhan pokok minimum. Contoh
perhitungannya:

17

KETERANGAN

SUB-JUMLAH (Rp)

JUMLAH (Rp)

Penghasilan:
1. Gaji dan tunjangan setahun
2. Bonus
3. Royalty
Total Penghasilan

36.000.000
10.000.000
4.000.000
50.000.000

Pengeluaran:
1. Biaya Transportasi
2. Biaya makan dan kesehatan

3.000.000
6.000.000

9.000.000

Total biaya yang dikeluarkan


Penghasilan bersih sebelum utang dan kebutuhan minimum
41.000.000
Pengurangan Lain:
24.000.000
1.Utang cicilan rumah dan lainnya
2. Kebutuhan keluarga total

6.000.000
18.000.000

penghasilan bersih setelah utang dan kebutuhan minimum


17.000.000
Zakat 2,5% x Rp 17.000.000
425.000
Zakat atas penghasilan dari pekerjaan dan profesi dapat dilakukan perhitungan dan
pembayarannyapada saat penerimaannya, sehingga tidak perlu lagi mengeluarkannya sampai
padda akhir periode haulnya.
18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari isi makalah yang penulis paparkan di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan akuntansi zakat adalah aktifitas pencatatan, penggolongan, penghitungan
dan penilaian harta dan pendapatan yang wajib di zakati. Menetapkan kadar zakatnya dan
pendistribusian hasilnya kepada yang sesuai dengan syariat.
Dalam akuntansi zakat juga ada yang namanya syarat, yaitu: Milik penuh,
berkembang, cukup senisab, lebih dari kebutuhan biasa, bebas dari utang, dan berlalu
setahun.
B. Saran
Zakat adalah sesuatu yang sangat penting untuk umat islam dan termasuk dalam
ibadah. Oleh karena itu, penulis menyarankan untuk umat muslim supaya memberikan
sebagian dari penhasilan atau harta untuk dizakati. Dan dalam penulisan paper ini penulis
tidak luput dari kesalahan. Kritik dan saran pembaca sangat diperlukan guna
menyempurnakan paper ini.

19

DAFTAR PUSTAKA

A.

Buku:

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, Malang, UIN-Malang

Press,

2008.
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
B.

2006.

Internet

Fajar Laksana, Akuntansi Zakat, http://opans.blogspot.com/2009/12/akuntansi-zakat.html .


Diakses pada tanggal 5 april 2016.
Fuji Mulia, Dasar-Dasar Akuntansi,
dasar-akuntansi-zakat.html.

http://islamattrigonal.blogspot.com/2010/12/dasar-

Diakses pada tanggal 5 April 2016.

20

Você também pode gostar