Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DISUSUN OLEH :
INTANG SULISTIANI ZEN
044 STYC 13
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., atas limpahan dan rahmat
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Tugas Sistem
Muskuloskeletal Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Close Fraktur
Cruris (Tibia Fibula) 1/3 Distal Dextra Di Rumah Sakit Islam Siti Hajar
Mataram Kelas 1 Ruang 5. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas Mata
Kuliah Sistem Muskuloskeletal.
diselesaikan tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu, maka dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Agus Supinganto, Ners., M.Kes., selaku Ketua STIKES YARSI Mataram.
2. Indah Wasliah, Ners., M.Kep., Sp.Anak., selaku Ka. Prodi S1 Keperawatan
STIKES YARSI Mataram.
3. Bq. Rully Fatmawati, Ners., selaku dosen pembimbing akademik.
4. Mawalda Fitrisa, Ners., selaku dosen Mata Kuliah Sistem Integumen.
5. Semua pihak yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis membuat makalah ini dengan seringkas-ringkasnya dan bahasa
yang jelas agar mudah dipahami. Karena penulis menyadari keterbatasan yang
penulis miliki, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar
pembuatan makalah penulis yang berikutnya dapat menjadi lebih baik.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
1.1.1. Apa pengertian Fraktrur kruris?
1.1.2.
1.1.3.
1.1.4.
1.1.5.
1.1.6.
1.2.
Tujuan.
1.3.
1.
2.
3.
4.
5.
Manfaat
Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi masalah Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan Fraktrur kruris.
1.5.
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah adalah
metode Deskrisif dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik
studi kepustakaan yang mengambil materi dari berbagai sumber buku dan
melalui media internet.
1.6.
Sistematika Penulisan
BAB I
BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
1.
fibula. Fraktur terjadi jika tulang terkena stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001 dalam Buku Keperawatan
Medikal Bedah).
2.
Anatomi
Gambar 2.1. Anatomi Tulang Tibia dan Fibula
(Sobotta, 2006).
Keterangan :
1.
Corpus
5.
Kondilus Lateralis
2.
Tuberositas Tibialis
6.
Maleolus Medialis
3.
Caput Fibula
7.
Maleolus Lateralis
4.
Kondilus Medialis
2.
yang
memegang
peranan
untuk
pembentukan
10
a. Sel Osteoprogenitas
Yaitu tulang yang bersifat osteogenik yang membelah diri dan
menghasilkan sel osteoblas untuk membentuk tulang.
b. Sel osteoblas
Yaitu merupakan sel yang bertanggung jawab atas pembentukkan
matriks tulang yang sedang tumbuh dan sel-sel ini juga aktif
mensintesis protein.
c. Sel Osteosit
Yaitu bagian yang merupakan kemampuan sel yang utama dalam
jaringan yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan
matriks tulang disekitarnya, menghasilkan alkali fosfat yang
diperlukan untuk melepas fosfat serta diperlukan dalam
pembentukan gram kalsium.
d. Sel Osteoklas
Yaitu sel tulang yang berperan dalam reabsorbsi jaringan tulang
yang mencakup pembersihan gram mineral dan matriks organik
yang kebanyakan mengandung kolagen.
3.
Patofisiologi
Jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum pembuluh
dikorteks morrow dan jaringan di sekitarnya rusak, terjadilah
perdarahan dan kerusakan di ujung tulang, maka terbentuklah
haematum di kanal medula, jaringan sekitar akan mengalami
kematian. Nekrosis jaringan ini merangsang kecenderungan untuk
11
tersebut
menembus
jaringan
lunak
yang
berada
di
Trauma
Trauma ada 2 (dua) macam:
a.
Trauma langsung
belakang.
2.
Spontan
Hal ini terjadi karena tarikan yang terlalu kuat, keras dan
mendadak.
3.
12
4.
Derajat I
Bila terdapat hubungan dengan dunia luar disebut luka kecil, biasanya
di akibatkan oleh karena tusukan fragmen tulang dari dalam menembus
keluar.
2.
Derajat II
Lukanya lebih besar (>1 cm), luka disebabkan oleh benturan dari luar.
3.
Derajat III
Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih ke atas jaringan lunak banyak
yang ikut rusak (otot, syaraf, pembuluh darah) (Brunner dan Suddart.
2001).
5.
Umur
Pada anak penyembuhannya lebih cepat, sedangkan pada lansia
penyembuhannya lebih lama.
2.
Keadaan umum
Keadaan umum sangat jelek, akan mempengaruhi penyembuhan.
3.
Infeksi
Sering terjadi pada open fraktur, hal ini sangat menghambat
penyembuhan dan fraktur.
4.
Faktor Immobilisasi
Bila dilaksanakan dengan baik akan lebih sempurna penyembuhannya.
5.
13
Tindakan pembedahan
(pemasangan alat
osteosintesis)
Adanya luka
insisi
Terputusnya
kontinuitas jaringan
Deformitas
Krepitasi
Timbul pergerakan abnormal
Patah tulang
(Fraktur)
Rusaknya periosteum
pembuluh darah
Perdarahan
Resiko
infeksi
Gangguan
integritas
kulit
Perangsangan pada
reseptor nyeri
Haematum di
canal medula
Proses
Tranduksi
Mengalami
jaringan mati
Nyeri
Merangsang
terjadinya proses
peradangan
14
Gangguan
Mobilitas fisik
Penurunan aliran
darah
Perfusi jaringan
perifer extremitas
bagian bawah
6.
1.
Tanda-tanda pasti
a. Perubahan bentuk tulang (deformitas)
b. Timbul pergerakan abnormal (terjadi di tempat fraktur atau sendi
sumbu)
c. Adanya krepitasi
d. Pada patah tulang (open fraktur) tampak adanya luka/vulnus
sehingga fragmen tulang tampak jelas atau bisa hanya luka kecil
(akibat tusukan fragmen dari dalam)
2.
7.
b.
c.
Penatalaksanaan Medik
Prinsip-prinsip tindakan fraktur umumnya ada 4 macam yaitu:
1.
Recognition
Adalah mengenali fraktur itu sendiri yaitu diagnosa yang ada
dengan
pemeriksaan
fisik
dan
penunjang
serta
dengan
Reduction (reposisi)
Adalah usaha untuk mengurangi kecacatan yang akan terjadi
dengan cara memperbaiki ke posisi semula dari patah tulang
tersebut.
15
3.
Retention/Immobilisasi
Adalah suatu usaha untuk mempertahankan posisi tulang yang
telah
direposisi.
Di
samping
itu,
sangat
penting
untuk
Non Operatif
Operatif
segera
ostosintesis
dilakukan
setelah
pembedahan
karena
16
4.
Rehabilitation
Adalah suatu cara untuk mengembalikan kemampuan klien untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Pengobatan yang dilakukan tidak
berarti banyak jika tidak diimbangi dengan latihan-latihan yang
dilakukan adalah latihan luar gerak sendi yang artinya suatu
latihan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kekakuan
(Kontraktur).
Adapun tujuan latihan di atas adalah:
a.
b.
c.
17
18
4.
Osification
Kalus yang menetap/permanen menjadikan tulang kaku karena
adanya penumpukan garam-garam kalsium dan satu bersama ujungujung tulang proses osificasi ini mulai dari kalus bagian luar,
kemudian bagian dalam dan terakhir bagian tengah. Proses ini terjadi
selama 3-10 hari.
5.
9.
2.
benar.
Delayed union, tulang menyambung tapi
menyambungnya lebih lama dari waktu yang normal, hal ini bisa
terjadi karena traksi yang salah.
3.
10.
19
Shock
Shock ini dapat timbul akibat rasa nyeri yang sangat hebat
yang ditimbulkan oleh fraktur itu sendiri. Di samping itu, karena
fraktur juga bisa menyebabkan pendarahan yang hebat sehingga
bisa menyebabkan shock hipovolemik.
2.
Infeksi
Pada patah tulang terbuka sering terjadi infeksi karena
adanya luka yang menghubungkan dunia luar yang akan
merupakan pintu masuk kuman.
3.
Nekrosis vaskuler
Patah tulang dapat menganggu aliran darah ke salah satu
fragmen sehingga fragmen tersebut mati karena terjadi iskemia.
4.
5.
20
BAB III
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Fraktur Kruris
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada klien digunakan metode
proses Keperawatan yang merupakan suatu pendekatan sistematis untuk
mengenal dan memecahkan masalah-masalah kebutuhan, khususnya klien
yang dinamis sampai taraf maksimum.
Konsep pendekatan pemecahan masalah keperawatan menggunakan
proses keperawatan yaitu suatu metode yang sistematis untuk mengkaji
respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana
keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
(Allen, 2001).
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Smeltzer, 2001). Tahap pengkajian merupakan dasar
utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap,
sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan respon individu, sebagaimana yang telah
21
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering terjadi adalah nyeri bekas operasi atau pada
bagian yang mengalami patah tulang.
3. Riwayat penyakit sekarang
Berisikan keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien. Trauma fisik
adalah penyebab utama terjadinya patah tulang, trauma bisa karena
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja ataupun kecelakaan olahraga.
Trauma ini bisa menimbulkan Fraktur karena data trauma melebihi
elastisitas tulang sehingga terjadi kerusakan jaringan.
4.
22
pengkajian
riwayat
biologis
ini
penulis
menggunakan
24
Q (qualitas)
R (regio)
:lokasi nyeri.
S (skala)
T (waktu)
k. Kebutuhan bekerja
Karena keterbatasan aktivitas mengakibatkan klien dengan
patah
25
(Obtundasi,
Letargi),
yaitu
kesadaran
rambut, apakah bentuk kepala simetris atau tidak, apakah ada ketombean,
kutu atau tidak, apakah rambut mudah rontok atau tidak.
2)
Palpasi : Untuk mengetahui ada atau tidak pembengkakan
pada kepala , ada atau tidak ada nyeri tekan.
b.
Wajah
26
1)
melakukan pengkajian
2)
Palpasi : Untuk mengetahui ada atau tidak odema pada
wajah
c.
Mata
Inspeksi : Untuk mengetahui apakah ada sianosis atau tidak,
terdapat konjungtivitis atau tidak, kelopak mata bersih atau
tidak
d.
Hidung
Inspeksi : Untuk mengetahui bentuk hidung apakah simetris
atau tidak, apakah terdapat skret atau polipnasi atau tidak dan
untuk mengetahui sejauh mana ketajaman penciuman klien.
e.
Telinga
Inspeksi ; untuk mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak,
apakah terdapat serumen atau tidak, apakah pendengaran kedua
telinga baik atau tidak.
f.
Mulut
Inspeksi : Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mulut
dan gigi klien, bibir kering atau lembab, ada tidaknya caries
gigi.
g.
Leher
27
1)
2)
3)
tidak nyeri tekan pada dinding dada, apakah ada tarikan dinding dada.
Auskultasi ; Untuk mengetahui suara jantung dan nafas
tidak, apakah ada kelainan pada daerah abdomen, apakah ada nyeri tekan.
Perkusi ; Untuk mengetahui apakah ada bunyi timpani pada
abdomen.
4)
28
2)
data
adalah
kemampuan
kognitif
dalam
29
secara
pasti
untuk
menjaga
status
kesehatan,
terjadinya
infeksi
berhubungan
dengan
adanya
Keperawatan
yang
akan
dilaksanakan
untuk
ditentukan
dengan
tujuan
terpenuhi
kebutuhan
klien
(Allen, 2001).
S
T
= Time (tujuan keperawatan)
Tabel 3.3.1 Rencana Keperawatan
No
1.
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
keperawat
(NOC)
an
Nyeri
Setelah dilakukan tindakan
akut
keperawatan selama 3x24
jam nyeri yang dirasakan
pasien
hilang
atau
Intervensi (NIC)
a. Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif
karakteristik,
termasuk
durasi,
frekuensi,
31
lokasi,
1. Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
5. Tanda vital dalam
rentang normal
3. Gunakan
terapeutik
teknik
komunikasi
untuk
mengetahui
lain
tentang
pencahayaan
dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan
tentang
teknik
non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
a. Analgesic Administration
1. Tentukan
lokasi,
karakteristik,
32
analgesik
pengobatan
nyeri
secara
teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah
pemberian
pertama kali
9. Berikan analgesik
analgesik
tepat
waktu
2.
Gangguan
mobilitas
fisik
hilang / berkurang /
latihan
2. Konsultasikan
dengan
terapi
fisik
hasil :
kebutuhan
aktivitas fisik
33
kemampuan
pasien
dalam
meningkatkan kekuatan
dan kemampuan
berpindah
mobilisasi
6. Latih
pasien
dalam
pemenuhan
4. Memperagakan
penggunaan alat Bantu
kemampuan
7. Dampingi
dan
Bantu
pasien
saat
untuk mobilisasi
(walker)
ADLs ps.
8. Berikan
alat
Bantu
jika
klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi
dan
berikan
bantuan
jika
diperlukan
3.
Resiko
terjadinya
infeksi
NOC :
1. Immune Status
2. Risk control
Kriteria Hasil :
1. Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
2. Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
3. Jumlah leukosit dalam
batas normal
4. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
34
NIC :
a. Infection Control (Kontrol infeksi)
1. Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Instruksikan
pada
pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan
setelah
berkunjung
meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum
dan
sesudah
tindakan
kperawtan
7. Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
8. Pertahankan
lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
9. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai
dengan
petunjuk
umum
10. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
35
36
: Data subjektif
Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan,
dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
: Data objektif
Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau
tim kesehatan lain.
: Analisis
Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif dinilai
dan dianalisis, apakah perkembangan kearah perbaikan atau
kemunduran. Hasil analisis dapat menguraikan sampai dimana
masalah yang ada dapat diatasi atau adakah perkembangan
masalah baru yang menimbulkan diagnosa keperawatan baru.
: Perencanaan
Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil
analisa di atas yang berisi malanjutkan rencana sebelumnya
37
: Implementasi
Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana.
: Evaluasi
Evaluasi berisi tentang sejauh mana rencana tindakan dan
evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah pasien
teratasi.
: Reassesment
Bila berhasil evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi,
pengkajian ulang perlu dilakukan kembali melalui proses
pengumpulan data subjektif, data objektif, dan proses analisisnya.
Rencana evaluasi tindakan yang akan digunakan pada kasus
kelolaan adalah SOAP.
terhadap
suatu
kejadian
dalam
proses
keperawatan.
dokumentasi
yang
mencatat
semua
pelayanan
38
klien,
merencanakan,
melaksanakan
tindakan
I.
PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama
: Tn. A
Umur
: 37 tahun
Tempat/Tanggal lahir
Gol. Darah
:O
Agama
: Islam
Pendidikan
: S1
39
Suku / Bangsa
: Sasak / Indonesia
Pekerjaan
: PNS
Status Perkawinan
: Kawin
Alamat
: Gerung
10.00 Wita
Register
: 152120
Diagnosa Medis
: Fraktur Kruris
: Ny. I
Umur
: 35 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: PNS
Suku / Bangsa
: Sasak / Indonesia
: Istri
Alamat
: Gerung
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada kaki sebelah kiri.
Fokus pengkajian :
40
Look :
Feel :
Move :
41
flu,
batuk
dan
pasien
bias
sembuh
setelah
Keterangan
:
:
:
:
:
:
:
:
Perempuan.
Laki-laki.
Pasien.
Meninggal.
Garis Perkawinan.
Garis Keturunan.
Tinggal Serumah.
42
1. Oksigen
Sebelum
sakit
Saat sakit
Respirasi 20 x /menit.
2. Kebutuhan akan Nutrisi
Sebelum
sakit
Saat sakit
tertentu.
: Nafsu makan pasien membaik. Pasien hanya
menghabiskan (1/2 porsi) dari porsi yang disediakan.
Mucosa mulut pasien lembab, dan tidak ada
gangguan saat makan. Diit yang diberikan oleh RS
TKTP bubur. Pasien biasa minum 6 7 gelas / hari
(12001400 cc).
3. Eliminasi
Sebelum
sakit
: Pasien mengatakan
kecoklatan.
Pasien
tidak
mengalami
: Pasien
mengatakan
tidak
pernah
mengalami
berjalan
dengan
tegak
tanpa
adanya
mengalami
fruktur,
kontraktur
dan
sebagainya.
: Pasien mengatakan tidak bisa berjalan karena kaki
sebelah kirinya mengalami luka dan patah tulang
Saat sakit
6. Kebutuhan berpakaian
Sebelum
sakit
Saat sakit
44
dibantu
oleh
keluarga
atau
perawat
yang
: Pasien mengatakan
Saat sakit
sirkulasi
seperti
perdarahan
dan
kehilangan cairan.
: Pasien mengatakan juga tidak merasakan demam
Saat sakit
9.
kirinya.
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum
sakit
: Pasien mengatakan tinggal bersama istri dan anakanaknya, sehingga pasien merasa terlindungi, bebas
dari rasa takut dan bebas dari tekanan-tekanan yang
membuat rasa aman pasien terganggu. Begitu juga
dalam
Saat sakit
berhubungan
dengan
orang
lain
di
lingkungannya.
: Pasien merasakan rasa amannya terpenuhi bila istri
dan anak-anaknya berada didekatnya. Rasa nyaman
pasien terganggu karena sakit pada kaki kirinya, hal
45
Saat sakit
baik.
11. Kebutuhan spiritual
Sebelum
sakit
: Pasien mengatakan
Saat sakit
agama.
: Pasien mengatakan saat dirawat di RS pasien tidak
pernah melaksanakan ibadah sholat lima waktu
karena keadaannya yang lemah. Walaupun demikian
pasien tetap berdoa untuk kesembuhannya.
46
sakit
Saat sakit
tv
dan
berbincang-bincang
dengan
Saat sakit
D. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran
Airway
Breathing
: Pernafasan 20 x/mnt
Circulation
Disability
: GCS E4 V5 M6
Exposure
: Suhu 37C
b. Tanda Vital
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 90 x / menit
RR
: 20 x / menit
Suhu
47
5) Hidung
Inspeksi
: Bentuk simetris, tidak terdapat polip, mukosa tampak
lembab, penciuman baik, tidak menggunakan alat bantu pernapasan.
6) Mulut dan Paring
Inspeksi
: Bentuk simetris, bibir lembab, gigi dan lidah tampak
kotor, pengecapan baik.
7) Dada
a. Rongga thoraks
Inspeksi : Pernapasan regular, bentuk dada normal
Palpasi
b. Paru-paru
Inspeksi : Ekspansi dinding paru kiri dan kanan simetris.
Perkusi
48
Palpasi
: Tidak terdapat pembesaran hati, tidak terdapat nyeri
tekan, tidak terdapat pembesaran pada ginjal kanan dan tidak teraba
pembesaran pada ginjal kiri
Perkusi
: Bunyi tympani pada kuadran kiri atas dan bawah, dan
Bising usus 6 8 x/menit
9) Punggung
Inspeksi
: Bentuk simetris, tidak terdapat kelainan pada tulang
belakang, tidak terdapat lesi.
Palpasi
Feel
Rektum
49
e. therapy
Infus RL 24 tpm
Ceftriaxone 1 gr iv
Ketorolac 30mg iv
f. Laporan Operasi :
Hari/Tanggal
Waktu mulai
Waktu selesai
Lama Operasi
50
Tempat
Klasifikasi
Diagnosa Pre Operatif
Open Fraktur Cruris Sinistra 1/3 tengah grade 3A, tipe cominutifneglected
Diagnosa Operatif
Tindakan
: Idem
: Debridement + ORIF tibia
E. Analisa Data
No
1
Symptom
Etiology
Trauma langsung/tidak
Ds :
P:
pasien
mengatakan
langsung
pasien
mencoba
menggerakkan kakinya.
Q : pasien mengatakan nyeri
yang
dirasakan
yang
dirasakan
dan
berlangsung
Sakit sedang
Kesadaran
Compos
fraktur
seperti
ditusuk-tusuk.
R:
pasien mengatakan
nyeri
deformitas
Mentis,
GCS
51
terputusnya kontinuitas
jaringan
perangsangan pada
reseptor nyeri
Problem
Nyeri akut
E4V5M6
Airway
: Pernafasan
20 x/mnt
Circulation
tekanan
: GCS E4
V5 M6
Exposure
Feel
:
: Suhu 37C
Nyeri tekan
Ds :
Kebutuhan
personal
pasien
dibantu
hygiene
Trauma langsung/tidak
Gangguan
langsung
mobilitas fisik
oleh
deformitas
tulang
sehingga
52
fraktur
Gangguan mobilitas fisik
mobilisasi
pasien
sangat
terbatas.
Do:
1. Status Lokalis : Regio cruris
sinistra
Look : luka terbuka
3x4cm,fragmen tulang
terekspose, bleeding (+)
Move : Gerakan aktif dan
pasif terhambat, Gerakan
abduksi tungkai kiri
terhambat, gerakan adduksi
tungkai kiri terhambat, sakit
bila digerakkan, gangguan
persarafan tidak ada,
tampak gerakan terbatas,
keterbatasan pergerakan
sendi-sendi distal (karena
terasa nyeri saat
digerakkan).
2. Foto X-ray
Terdapat Fraktur cominutif
tibia dan fibula (S)
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera pada jaringan ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri yang dirasakan timbul apabila pasien mencoba
menggerakkan kakinya, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti
53
Pernafasan
Nyeri tekan setempat (+), sensibilitas (+), suhu rabaan hangat, AVN distal
Normal,
sehat.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskular, imobilisasi tungkai ditandai dengan pasien mengatakan
kebutuhan personal hygiene pasien dibantu oleh keluarganya, dan pasien
belum mampu untuk pergi ke kamar mandi karena patah tulang pada kaki
kirinya, pasien mengatakan tidak bisa berjalan karena kaki sebelah kirinya
mengalami luka dan patah tulang sehingga mobilisasi pasien sangat
terbatas. Status Lokalis : Regio cruris sinistra, Look
luka
terbuka
: Gerakan aktif
INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal
Selasa
15-12-2015
(NOC)
dilakukan
tindakan
Intervensi (NIC)
a. Pain
Management
18. Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif termasuk
54
kriteria hasil:
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas
mampu menggunakan
presipitasi
19. Observasi
reaksi
nonverbal
dari
tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
7. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
8. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
9. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
10. Tanda vital dalam rentang
normal
dan
faktor
ketidaknyamanan
20. Gunakan
teknik
komunikasi
terapeutik
untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri
pasien
21. Kaji
kultur
yang
mempengaruhi
respon
nyeri
22. Evaluasi
pengalaman
dan
tim
menemukan
dukungan
25. Kontrol
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi
nyeri
dan
faktor
27. Pilih
dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
untuk
menentukan intervensi
29. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
30. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
31. Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
32. Tingkatkan istirahat
33. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan
tindakan
nyeri
tidak berhasil
34. Monitor
penerimaan
pasien
tentang
manajemen nyeri
3. Analgesic
Administration
10. Tentukan
lokasi,
karakteristik,
dan
kualitas,
derajat
sebelum
pemberian
obat
11. Cek instruksi
tentang
nyeri
jenis
dokter
obat,
56
atau
kombinasi
dari
analgesik
ketika
pilihan
analgesik
tergantung
vital
sign
analgesik
pertama kali
18. Berikan analgesik tepat
waktu
terutama
nyeri hebat
19. Evaluasi
saat
efektivitas
analgesik,
tanda
dan
Selasa
15-12-2015
NIC :
Exercise therapy :
ambulation
10. Monitoring
vital
sign
kriteria hasil :
aktivitas fisik
6. Mengerti tujuan dari
57
latihan
11. Konsultasikan
dengan
peningkatan mobilitas
7. Memverbalisasikan
ambulasi
perasaan dalam
kebutuhan
meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
8. Memperagakan
penggunaan alat Bantu
untuk mobilisasi (walker)
sesuai
12. Bantu
klien
dengan
untuk
dan
cegah
terhadap cedera
13. Ajarkan pasien atau tenaga
kesehatan
lain
tentang
teknik ambulasi
14. Kaji kemampuan
pasien
dalam mobilisasi
15. Latih
pasien
pemenuhan
ADLs
dalam
kebutuhan
secara
mandiri
sesuai kemampuan
16. Dampingi dan Bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps.
17. Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
18. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
IV.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No
Hari/Tanggal
Dx
I
(Jam)
Selasa
15-12-2015
Tindakan
Pain Management
Respon Hasil
Pain Management
58
merasakan
Paraf
(10.30)
nyeri
secara
komprehensif
nyeri
pada
kirinya
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
kaki
dengan
skala 4 (0-5)
2. Pasien
tampak
menahan
nyeri
yang dirasakannya.
faktor presipitasi
3. Pasien
cukup
2. Mengobservasi reaksi
nyaman
dengan
nonverbal
dari
perawatan
yang
ketidaknyamanan
3. Menggunakan teknik
diberikan
oleh
komunikasi terapeutik
untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri
pasien
4. mengkaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
5. Mengevaluasi
pengalaman
perawat.
4. Pasien merasakan
nyeri
semakin
bertambah
ketika
melakukan
pergerakan.
5. Pasien mengatakan
sebelumnya belum
nyeri
masa lampau
6. Mengevaluasi
pernah mengalami
nyeri seperti yang
dirasakan sekarang.
bersama pasien dan 6. Pasien mengatakan
tim
kesehatan
lain
bila
mengalami
tentang
ketidakefektifan
istirahat
kontrol
nyeri
masa
mengkonsumsi
lampau
obat.
7. Membantu pasien dan 7. Pasien
keluarga
untuk
mencari
dan
atau
selalu
diberikan dukungan
oleh
keluarganya
menemukan dukungan
agar cepat sembuh.
8. Mengontrol
8. Pasien dikunjungi
lingkungan yang dapat
59
oleh
beberapa
mempengaruhi
nyeri
keluarganya
dan
tidak menimbulkan
pencahayaan
kebisingan
dan
kebisingan
9. Mengurangi
serta
lingkungan tempat
faktor
presipitasi nyeri
10. Memilih dan lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
perawatan
pasien
cukup
nyaman
baginya.
non
personal)
11. Mengkaji
tipe
dan
membatasi
pergerakan
menentukan intervensi
12. Mengajarkan tentang
teknik
non
farmakologi
13. Memberikan analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
14. Mengevaluasi
keefektifan
kontrol
nyeri
15. Meningkatkan
jika
ada
pasien
manajemen
nyeri
diberikan
tehnik
relaksasi
untuk
mengurangi nyeri.
11. Nyeri
yang
pasien
seperti
ditusuk-
tusuk.
12. Pasien
diajarkan
oleh
perawat
untuk
mengurangi
nyeri
yang dirasakan.
13. Nyeri yang dialami
pasien
60
kaki
dirasakan
istirahat
16. Berkolaborasi dengan
dokter
sehingga
dan
masih
4. Analgesic
dirasakan
Administration
1. Menentukan
lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan
derajat
sebelum
obat
2. Mengecek
dengan
nyerinya
nyeri
berkurang.
pemberian 14. Belum
ada
perubahan
yang
instruksi
signifikan terhadap
dosis,
kondisi pasien.
dan 15. Pasien
selalu
frekuensi
3. Mengeek
istirahat
riwayat
alergi
4. Memiilih
analgesik
dari
analgesik
nyeri
karena
yang
dirasakannya.
16. Dokter
selalu
mengevaluasi efek
obat yang diberikan
ketika
kepada pasien.
pemberian lebih dari 17. Pasien
cukup
satu
kooperatif
dalam
perawatan
yang
diberikan.
5. menentukan
analgesik
tipe
dan
pilihan
tergantung
beratnya
nyeri
Analgesic
6. Menentukan analgesik
Administration :
pilihan,
rute
1. Nyeri
yang
pemberian, dan dosis
dirasakn
pasien
optimal
seperti
ditusuk7. Memilih
rute
tusuk, terasa skalan
pemberian secara IV,
nyeri 4 (0-5)
IM untuk pengobatan
2. Terdapat perubahan
nyeri secara teratur
yang cukup kepada
61
analgesik
pertama kali
9. Memberikan analgesik
tepat waktu terutama
pasien
diberikan obat.
3. Pasien
tidak
memiliki
riwayat
alergi apapun.
4. Obat
yang
diberikan
Ceftriaxone 1 gr iv
efektivitas analgesik,
Ketorolac 30 mg iv
setelah
Perawat
selalu
mengkomunikasika
n obat yang cocok
untuk pasien sebagi
pengurang
nyeri
pasien.
6. Pasien
diberikan
obat
analgetik
melalui IV.
7. Pasien
diberikan
obat melalui IV.
8. Tekanan Darah
130/80
mmHg,
Nadi: 90 x / menit,
RR : 20 x / menit,
Suhu: 37
C (per
axilar),
9. Nyeri pasien agak
berkurang
setelah
diberikan obat.
10. Belum ada efek
samping
dari
pemberian
obat
yang
62
diberikan
II
Kamis
03-12-2015
kepada pasien.
1. TTV pasien dalam
Exercise therapy :
ambulation
batas normal.
2. Perawat
selalu
(16.00)
1. Memonitoring
sign
vital
sebelm/sesudah
latihan
dan
lihat
respon
pasien
saat
latihan
ambulasi
kepada
pasien.
3. Pasein hanya bisa
berbaring dan tidak
menggunakan
2. Mengkonsultasikan
dengan
terapi
tongkat
saat
fisik
berjalan.
rencana 4. Pasien dan keluarga
tentang
ambulasi
sesuai
dengan kebutuhan
3. Membantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat
memberikan latihan
berjalan
dan
pasien
selalu
kooperatif
dalam
pengobatan
yang diberikan.
5. Mobilisasi pasien
masih terhambat.
6. Pasein
belum
mampu memenuhi
kenutuhan
ADLs
tentang
ambulasi
keluarga
5. Mengkaji kemampuan
pasien
dalam
mobilisasi
6. Melatih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
Bantu
pasien
63
selalu mendampingi
pasien.
8. Pasein
tidak
membutuhakn alat
bantu
dalam
mobilisasinya
karena dibantu oleh
sesuai kemampuan
7. Mendampingi
pasien
dan
saat
perawat
dan
keluarganya.
9. Pasien
selalu
dibantu
oleh
penuhi
perawat
maupun
kebutuhan
ADLs pasien.
keluarganya
8. Memberikan
Bantu
alat
jika
dalm
mobilisasi.
klien
memerlukan.
9. Mengajarkan
bagaimana
posisi
pasien
merubah
dan
berikan
bantuan
jika
diperlukan
V.
EVALUASI
No
Hari / tanggal
Dx
I
(jam)
Selasa
Catatan perkembangan
S:
Pasien
15-12-2015
(14.00)
pada
mengatakan nyeri
kaki
kanan
dengan
64
Paraf
Masalah
dengan
keperawatan
nyeri
diagnosa
akut
belum
teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan :
Tentukan
kualitas,
lokasi,
dan
karakteristik,
derajat
nyeri
Kamis
15-12-2015
obat.
S:
Pasien mengatakan memiliki
(14.00)
keterbatasan
ketidakmampuan
dan
dalam
melakukan gerakan.
O:
Pasien tampak tertidur karena
belum diizinkan untuk terlalu
banyak bergerak .
A:
Masalah
dengan
keperawatan
diagnosa
hambatan
65
BAB V
PENUTUP
V.1 Simpulan
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan
dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi
bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.luka pada kulit
dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit atau
66
dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma
langsung.
Fraktur
terbuka
merupakan
suatu
keadaan
darurat
yang
Mahasiswa
Dalam pengumpulan data, penulis mendapatkan berbagai kesulitan.
Dengan usaha yang sungguh-sungguh, sehingga penulis mendapatkan
data untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Pendidikan
Pada
Prodi
Keperawatan,
khususnya
perpustakaan,
agar
dapat
67
DAFTAR PUSTAKA
Carol Vestal Allen. 2001. Memahami Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi III. Jakarta:
EGC.
Enggan Barbara. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 2.
Jakarta : EGC
68
Handerson, M.A. 2001. Ilmu Bedah Untuk Perawat. Jakarta: Yayasan Essentia
Medica Ilmu Kedokteran
Jullen Daniella, dkk. 2002. Belajar Merawat di Bangsal Ortopedi. Jakarta : EGC
Kemala RW dan Yetta. 2000. Nursing Care In Emergency. Jakarta : Fakultas Ilmu
Keperawatan UI.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran UI.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta:
Salemba Medika
Silvia anderson price,RN.Lorraine Mccarty Wilson .2005. Patofisiologi Konsep
Proses- Proses Penyakit.Edisi 6 Vol.Jakarta
Smeltzer . 2001, Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC.
69