Você está na página 1de 4

NAMA : I Gede Cahya Widiangga

NIM
: 1403005094
MK
: Tindak Pidana Tertentu
dalam KUHP
Analisa Buku Kedua Kejahatan, BAB 1 Kejahatan Terhadap Keamanan Negara
Pasal 104
Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan
kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
ANALISA:
Pasal 104 memuat tindak pidana makar yang dilakukan dengan tujuan akan menghilangkan
nyawa atau kemerdekaan Presiden atau Wakil Presiden Republik Indonesia, atau dengan tujuan
akan menjadikan mereka tidak dapat menjalankan pemerintahan sebagaimana mestinya.
Hukumannya adalah hukuman penjara selama-lamanya dua puluh tahun. Hukuman itu oleh
penetapan presiden nomor 5 tahun 1959 dinaikkan menjadi hukuman mati atau penjara seumur
hidup atau selama dua puluh tahun, dan minimal satu tahun penjara jika si pelaku mengetahui
atau patut harus mengira bahwa tindak pidana ini akan menghalang-halangi terlaksananya
program pemerintah
Pasal 104 KUHP itu mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
- Unsur subjektif : met het oogmerk atau dengan maksud
- Unsur objektif : makar, yang dilakukan untuk menghilangkan nyawa, untuk merampas
kemerdekaan, untuk tidak mampu memerintah, Presiden, Wakil Presiden.
Kata makar jika dihubungkan dengan tindak pidana yang diatur dalam pasal 104 KUHP dapat
diartikan sebagai serangan atau penyerangan dengan maksud tidak baik. Pasal 104 KUHP
terdapat tiga macam tindak pidana kejahatan terhadap presiden dan wakil presiden yaitu :
a.Makar yang dilakukan dengan tujuan membunuh kepala Negara,
b.Makar yang dilakkan dengan tujuan menghilangkan kemerdekaan kepala Negara;
c.Makar yang dilakukan dengan tujuan untuk menjadikan kepala Negara tidak dapat
menjalankan pemerintahan.
Pasal 106
Makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian dari wilayah negara, jatuh ketangan musuh
atau memisahkan sebagian dari wilayah negara, diancam dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.

ANALISA:

Pasal 106 menyebutkan bahwa makar yang dilakukan dengan niat hendak menaklukkan daerah
Negara sama sekali atau sebagiannya kebawah pemerintahan asing atau dengan maksud hendak
memisahkan sebagian dari daerah itu, dihukum penjara seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dua puluh tahun.
Obyek dalam penyerangan ini adalah kedaulatan atas daerah Negara. Kedaulatan ini
dapat dirusak dengan dua macam, yaitu :
1)
Menaklukkan daerah Negara seluruhnya atau sebagian kebawah pemerintahan Negara Asing
yang berarti menyerahkan daerah itu, seluruhnya atau sebagian kepada kekuasaan negara asing.
Misalnya : daerah Indonesia (seluruhnya) atau daerah Kalimantan (sebagian) diserahkan kepada
Pemerintah Inggris.
2) Memisahkan sebagian dari daerah Negara berarti membuat bagian daerah itu menjadi suatu
Negara yang berdaulat sendiri, misalnya memisahkan daerah Aceh atau Maluku dari daerah
Republik Indonesia untuk dijadikan Negara yang berdiri sendiri.
Pasal 107
(1) Makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintah, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
(2) Para pemimpin dan pengatur makar tersebut dalam ayat 1, diancam dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
ANALISA:
Pasal 107 merumuskan bahwa : makar dilakukan dengan tujuan untuk menggulingkan
Pemerintah (omwenteling), dan diam-diam dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas
tahun, sedangkan menurut ayat 2 pemimpin dan pengatur dari tindak pidana ini hukumannya
ditinggikan menjadi maksimum penjara seumur hidup atau selama dua puluh tahun, dengan
kemungkinan hukuman mati menurut Penetapan Presiden Nomor 5 Tahun 1959 tersebut di atas.
Istilah menggulingkan Pemerintah (omwenteling), ini oleh pasal 88bis ditafsirkan sebagai :
menghancurkan atau mengubah secara tidak sah bentuk pemerintahan menurut undang-undang
dasar. Terdapat dua macam tindak pidana menggulingkan pemerintah, yaitu :
- Menghancurkan bentuk pemerintahan menurut undang-undang dasar.
- Mengubah secara tidak sah bentuk pemerintahan menurut undang-undang dasar.
Merusak atau menghancurkan bentuk pemerintahan maksudnya meniadakan susunan
pemerintahan yang lama dan diganti dengan susunan yang baru, misalnya Republik menjadi
kerajaan yang absolut. Sedangkan merubah susunan pemerintahan maksudnya tidak mengadakan
susunan pokok pemerintahan yang lama.
Mengubah bentuk pemerintahan menurut undang-undang dasar adalah misalnya
menghilangkan adanya menteri-menteri atau kementian-keentrian dan digantikannya dengan
pejabat-pejabat semacam penasihat-penasihat dari kepala Negara, atau awalnya menghilangkan
dewan pertimbangan agung atau badan pengawas keuangan.
Pasal 110

(1) Permufakatan jahat untuk melakukan kejahatan menurut pasal 104, 106, 107, dan 108
diancam berdasarkan ancaman pidana dalam pasal-pasal tersebut.
(2) Pidana yang sama diterapkan terhadap orang-orang yang dengan maksud berdasarkan pasal
104, 106, dan 108, mempersiapkan atau memperlancar kejahatan:
1. berusaha menggerakkan orang lain untuk melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta
melakukan agar memberi bantuan pada waktu melakukan atau memberi kesempatan, sarana atau
keterangan untuk melakukan kejahatan;
2. berusaha memperoleh kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan bagi
diri sendiri atua orang lain;
3. memiliki persediaan barang-barang yang diketahuinya berguna untuk melakukan kejahatan;
4. mempersiapkan atau memiliki rencana untuk melaksanakan kejahatan yang bertujuan untuk
memberitahukan kepada orang lain;
5. berusaha mencegah, merintangi atau menggagalkan tindakan yang diadakan pemerintah untuk
mencegah atau menindas pelaksanaan kejahatan.
(3). Barang-barang sebagaimana dimaksud dalam butir 3 ayat sebelumnya, dapat dirampas.
(4) Tidak dipidana barang siapa yang ternyata bermaksud hanya mempersiapkan atau
memperlancar perubahan ketatanegaraan dalam artian umum.
(5) Jika dalam salah satu hal seperti yang dimaksud dalam ayat 1 dan 2 pasal ini, kejahatan
sungguh terjadi, pidananya dapat dilipatkan dua kali.
ANALISA:
Pasal 110 (1) menjelaskan bahwa permufakatan untuk melakukan kejahatan-kejahatan tertentu,
yaitu yang termuat dalam pasal-pasal 104, 106, 107, dan 108 yang pelakunya dipidana sama
dengan kejahatan itu.
Pasal 88 memberikan penafsiran tertentu dari kata permufakatan ini, yaitu permufakatan ada
apabila dua orang atau lebih bersama-sama menyetujui untuk melakukan suatu kejahatan.
Bahwa sudah dihukum seperti kejahatannya sendiri apabila dua orang atau lebih baru bersepakat
untuk melakukan kejahatan. Jadi, kini belum ada perbuatan percobaan (poging), bahkan belum
ada perbuatan persiapan (voorbereiding) yang biasanya belum merupakan tindak pidana.
Diadakannya tindak pidana permufakatan menandakan pentingnya tindak pidana yang
bersangkutan, yang seberapa mungkin diberantas pada waktu direncanakan agar dapat ditumpas
pada waktu masih berupa benih yang belum berbuah.
Pasal 110 ayat 2 menyebutkan macam-macam peraturan yang merupakan penyertaan
istimewa pada tindak-tindak pidana dari pasal-pasal 104, 106, 107, dan 108, yaitu juga dihukum
dengan hukuman yang sama barang siapa dengan maksud untuk mempersiapkan atau
menyiapkan salah satu kejahatan-kejahatan tersebut :
a) Mencoba orang lain untuk melakukan, menyuruh melakukan, atau turut malakukan kejahatan
itu, atau supaya ia memberi kesempatan, alat-alat, atau keterangan-keterangan untuk
melakukan kejahatan itu;
b) Mencoba member pada ia sendiri atau orang lain kesempatan, alat-alat, atau keterangan
keterangan untuk melakukan kejahatan itu;

c)

Menyimpan untuk tersedia barang-barang yang ia ketahui ditujukan untuk melakukan


kejahatan itu, barang-barang tersebut menurut ayat 3 dapat dirampas;
d) Menyiapkan atau memegang rencana-rencana untuk melakukan kejahatan itu, encanarencana tersebut ditujukan untuk diberitahukan kepada orang lain;
e) Mencoba mencegah, menghalangi, atau menggagalkan suatu daya upayah pemetintah untuk
mencegah atau menumpas pelaksanaan kehendak melakukan kejahatan itu.
Perbuatan-perbuatan yang bersifat penyertaan istimewa pada tindak pidana ini biasanya tidak
dikenai hukuman, dikenai hukuman yang sama beratnya dengan kejahatannya sendiri adalah
seperti halnya dengan permufakatan untuk membasmi sejak dini niat seseorang untuk melakukan
kejahatan-kejahatan yang berat itu
Pasal 111
(1) Barang siapa mengadakan hubungan dengan negara asing dengan maksud menggerakkannya
untuk melakukan perbuatan permusuhan atau perang terhadap negara, memperkuat niat mereka,
menjanjikan bantuan atau membantu mempersiapkan mereka untuk melakukan perbuatann
permufakatan atua perang terhadap negara, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun.
(2) Jika perbuatan permusuhan dilakukan atau terjadi perang, diancam dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
ANALISA:
Pasal 111 KUHP mulai menjurus kepada usaha untuk menyelamatkan ekstern dari Negara, juga
dapat di katakan mulai menjurus ke arah memberantas perbuatan mata mata yang bekerja
untuk kepentingan negara asing dengan merugikan negara kita.
Tindak pidana dari pasal 111 berupa: mengadakan hubungan dengan negara asing, dengan niat:
Akan membujuk supaya negara asing itu melakukan perbuatan-permusuhan akan berperang
dengan Negara awak(kita) atau, Akan memperkuat kehendak negara asing untuk berbuat
demikian, atau Akan menyanggupkan bantuan dalam hal ini kepada negara asing itu, atau Akan
memberi bantuan dalam hal mempersiapkan hal-hal tersebut di atas.
Hukuman maksimum adalah limabelas tahun penjara. Hukuman itu dapat di pertinggikan
menjadi hukuman mati atau hukuman seumur hidup atau selama dua puluh tahun apabila
kemudian benar-benar terjadi perbuatan-perbuatan permusuhan, atau benar pecah suatu
peperangan antara negara asing tersebut dengan negara Indonesia. dalam pasal tersebut juga di
jelaskan bahwa orang yang membantu memasukan barang barang berbahaya seperti senjata,
bahan peledak yang bisa membahayakan keamanan Negara hukumanya juga sama. Mengadakan
hubungan dengan negara asing biasanya berarti : mengadakan perundingan yang di dalamnya,
baik dari pihak pelaku maupun dari pihak asing, ada usul usul tertentu.

Você também pode gostar