Você está na página 1de 13

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM LAGU BANYUWANGI

UMBUL-UMBUL BELAMBANGAN

ARTIKEL
guna memenuhi tugas mata kuliah Sintaksis II

oleh:
Utami Retno Wulandari
NIM. 130110201056

JURUSAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JEMBER
2016

Utami Retno Wulandari


Sastra Indonesia-Fakultas Ilmu Budaya-Unej

130110201056

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM LAGU BANYUWANGI


UMBUL-UMBUL BELAMBANGAN
Utami Retno Wulandari
Universitas Jember

Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya


E-mail: utamiretno1995@gmail.com

Utami Retno Wulandari


Sastra Indonesia-Fakultas Ilmu Budaya-Unej

130110201056

ABSTRACT
Syntactically is one branch of linguistics that studies of words, phrases, clauses,
sentences of up discourse. Conjunction is also included in the study of syntax,
which are conjunctions of conjunctions connecting between said one other word,
one phrase with another phrase, sentence by sentence one another, and so on. The
song is a literary work has a rhythm in it. The lyrics contain the sets of sentences,
which are conjunctions in the sentence in it. Although not all of the sentences in
the lyrics have a conjunction, but certainly there are some lines that have
conjunctions in it.
Keywords: syntax, words, conjunctions, songs, banyuwangi.

ABSTRAK
Sintaksis merupakan salah satu cabang linguistik yang mempelajari tentang kata,
frasa, klausa, kalimat hingga wacana. Konjungsi juga termasuk dalam kajian
sintaksis, dimana konjungsi merupakan kata hubung yang menghubungkan antara
kata satu dengan kata yang lain, frasa satu dengan frasa yang lain, kalimat satu
dengan kalimat yang lain, dan seterusnya. Lagu merupakan karya sastra yang
memiliki irama di dalamnya. Lirik lagu berisi kumpulan-kumpulan dari kalimat,
dimana dalam kalimat tersebut terdapat konjungsi di dalamnya. Meskipun tidak
semua kalimat dalam lirik lagu memiliki konjungsi, namun pasti ada beberapa
kalimat yang memiliki konjungsi di dalamnya.
Kata kunci: sintaksis, kata, konjungsi, lagu, banyuwangi.

Utami Retno Wulandari


Sastra Indonesia-Fakultas Ilmu Budaya-Unej

130110201056

A. PENDAHULUAN
Bahasa adalah fenomena yang menghubungkan dunia makna dengan dunia
bunyi, (Chaer, 2009:1). Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa, semua gagasan, ide, angan-angan,
maksud yang ingin disampaikan tidak akan tercapai. Dengan bahasa, setiap
manusia dapat mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan serta latar
belakang masing-masing sebagai penghubung dan pemindah maksud sebuah
interprestasi (Keraf, 1984:1). Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan
interaksi, komunikasi, dan sosialisasi dengan sesamanya. Kebutuhan manusia
tersebut dapat terwujud dengan adanya bahasa sebagai sarana komunikasi
manusia. Menurut Bloch dan Trater (dalam Lubis, 1993:1) bahasa adalah sebuah
system lambang vocal yang bersifat arbriter. Manusia tidak dapat terlepas dari
aktivitas berbahasa, karena hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung
tanpa bahasa.
Bentuk bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan
sehari-hari adalah bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis merupakan sebuah
bahasa yang bentuknya tertulis atau tulisan, sedangkan bahasa lisan merupakan
bahasa yang terucap atau dilisankan. Dapat dikatakan pula bahwa bahasa lisan
digunakan dalam komunikasi secara langsung antarpembicara, sedangkan bahasa
tulis digunakan dalam komunikasi tidak langsung. Bahasa lisan lebih longgar
dalam penggunaan kaidah bahasa, sedangkan bahasa tulis lebih terikat dengan
aturan kaidah, terutama kaidah ejaan. Bahasa tulis harus ditata bukan hanya
mengenai ejaannya saja, tetapi juga mengenai strukturnya (Chaer, 1993:114)
Badudu (1998:6) mengatakan bahwa yang penting sekali dibina adalah
bahasa tulisan. Bahasa lisan dapat lebih bebas bentuknya daripada bahasa tulisan
karena faktor situasi yang dapat memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan
oleh penutur. Dalam bahasa tulis situasi harus dinyatakan dengan kalimat-kalimat.
Disamping itu, bahasa lisan yang digunakan dalam tuturan dibantu pengertiannya
(jika bahasa tutur itu kurang jelas) oleh intonasi, gerak-gerik pembicara, serta
mimiknya. Dalam bahasa tulis, alat atau sarana yang membantu memperjelas
pengertian seperti dalam bahasa lisan itu tidak ada. Itulah sebabnya, bahasa tulis
harus disusun lebih sempurna.
Bahasa tulis sendiri banyak bentuknya, seperti surat, puisi, syair, buku,
novel, cerpen, pantun, peribahasa, komik, dan bahasa-bahasa lain yang berbentuk
tulis. Selain itu bahasa tulis juga terdapat dalam media sosial seperti facebook,
twitter, instagram, path, line, telegram, media cetak (Koran, majalah, tabloid) dan
sebagainya. Pada kesempatan kali ini, objek kajian yang penulis teliti merupakan
salah satu dati bahasa tulis, yakni Lirik Lagu.
Lagu merupakan karya sastra yang memiliki irama di dalamnya. Lirik lagu
berisi kumpulan-kumpulan dari kalimat, dimana dalam kalimat tersebut terdapat
konjungsi di dalamnya. Meskipun tidak semua kalimat dalam lirik lagu memiliki
Utami Retno Wulandari
Sastra Indonesia-Fakultas Ilmu Budaya-Unej

130110201056

konjungsi, namun pasti ada beberapa kalimat yang memiliki konjungsi di


dalamnya.
Konjungsi atau yang disebut juga kata sambung merupakan kata tugas
yang menghubungkan dua klausa atau lebih; misalnya dan, kalau, atau (Masnur
Muchlis 1989:105). Sedangkan menurut Abdul Chaer (2009:81) konjungsi
merupakan kategori yang menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan
klausa, atau kalimat dengan kalimat; bisa juga antara paragraf dengan paragraf.
Setiap penelitian pastinya terdapat sebuah tujuan yang ingin dicapai oleh
penulis, begitujuga dalam penelitian ini. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis-jenis Konjungsi yang terdapat dalam
Lagu Banyuwangi Umbul-Umbul Belambangan. Penulis berharap, penelitian
ini nantinya dapat bermanfaat dan dapat menjadi referensi yang baik utuk
penelitian selanjutnya.

Utami Retno Wulandari


Sastra Indonesia-Fakultas Ilmu Budaya-Unej

130110201056

B. LANDASAN TEORI
Landasan terori merupakan bagian yang berisi tentang teori-teori yang
akan digunakan sebagai patokan dasar sebuah penelitian. Dalam proposal ini, saya
mengambil satu teori yang akan digunakan dalam landasan teori, yakni pengertian
dan enis-jenis konjungsi.
Konjungsi
Menurut Abdul Chaer (2009:81) konjungsi merupakan kategori yang
menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan
kalimat; bisa juga antara paragraf dengan paragraf. Ditinjau dari kedudukan
konstituen yang dihubungkan, Chaer (2009:82) membedakan konjungsi menjadi
dua yakni; konjungsi koordinatif dan konjungsi suborninatif. Konjungsi
koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah konstituen yang
kedudukannya sederajat. Konjungsi koordinatif dibedakan pula atas konjungsi
yang menghubungkan menyataka: penjumlahan, pemilihan, pertentangan,
pembetulan, penegasan, pembatasan, pengurutan, penyamaan, penjelasan dan
penyimpulan. Sedangkan konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya tidak sederajat.
Konjungsi subordinatif dibedakan lagi atas konjungsi yang menyatakan:
penyebaban, persyaratan, tujuan, penyungguhan, kesewaktuan, pengakibatan, dan
perbandingan.
1) Konjungsi Penjumlahan
Konjungsi penjumlahan adalah konjungsi yang menghubungkan
menjumlahkan. Yang termasuk konjungsi ini adalah konjungsi dan, serta, dan
dengan.
2) Konjungsi Pemilihan
Konjungsi pemilihan adalah konjungsi yang menghubungkan memilih
salah satu konstituen yang dihubungkan. Yang termasuk dalam konjungsi ini
hanyalah kata atau.
3) Konjungsi Pertentangan
Konjungsi pertentangan adalah konjungsi yang menghubungkan
mempertentangkan. Yang masuk dalam konjungsi ini adalah kata tetapi,
namun, sedangkan, dan sebaliknya.
4) Konjungsi Pembetulan
Konjungsi pembetulan atau peralatan adalah konjungsi yang
menghubungkan dan membetulkan atau meralat kedua konstituen yang
dihubungkan. Yang termasuk konjungsi ini adalah kata-kata melainkan, dan
hanya.
5) Konjungsi Penegasan
Konjungsi penegasan atau penguatan adalah konjungsi yang
menghubungkan menegaskan atau menguatkan. Yang termasuk konjungsi ini

Utami Retno Wulandari


Sastra Indonesia-Fakultas Ilmu Budaya-Unej

130110201056

adalah kata-kata bahkan, apalagi, lagipula, hanya, itupun, begitu juga, dan
demikian pula.
6) Konjungsi Pembatasan
Konjungsi pembatasan adalah konjungsi yang menghubungkan
membatasi. Yang termasuk konjungsi ini adalah kata kecuali dan hanya.
7) Konjungsi Pengurutan
Konjungsi pengurutan adalah konjungsi yang digunakan untuk
menghubungkan klausa dengan klausa dalam urutan beberapa kejadian atau
peristiwa secara kronologis. Yang termasuk konjungsi pengurutan ini adalah
kata-kata sesudah, sebelum, lalu, mula-mula, kemudian, selanjutnya, setelah
itu, atau kata-kata pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Konjungsi
pengurutan ini bisa digunakan satu, dua, tiga, atau beberapa sekaligus
tergantung pada jumlah klausa yang membentuk kalimat itu. catatan; konjungsi
sebelum itu, setelah itu, selanjutnya, seterusnya, kemudian dari itu, dan sesaat
kemudian biasanya digunakan sebagai konjungsi antarkalimat.
8) Konjungsi Penyamaan
Konjungsi penyamaan adalah konjungsi yang menghubungkan
menyamakan antara dua klausa atau antar klausa dengan bagian klausa. Yang
dimaksud konjungsi penyamaan ini adalah kata-kata adalah, ialah, yaitu, dan
yakni.
9) Konjungsi Penjelasan
Konjungsi penjelasan adalah konjungsi yang menghubungkan
menjelaskan, dimana klausa kedua berlaku sebagai penjelas dari keadaan,
peristiwa, atau hal pada klausa pertama. Satu-satunya konjungsi penjelas
adalah kata bahwa.
10) Konjungsi Penyimpulan
Konjungsi penyimpulan adalah konjungsi yang menghubungkan
menyimpulkan. Yang termasuk konjungsi ini, antara lain maka, maka itu, jadi,
karena itu, oleh karena itu, sebab itu, oleh sebab itu, dengan demikian, dan
dengan begitu. Sebuah konjungsi penyimpulan ini memiliki fungsi yang sama
yaitu untuk menghubungkan menyimpulkan terhadap isi kalimat-kalimat yang
disebut didepannya. Secara semantik, perbedaannya memang ada, yaitu
bagaimana cara menarik kesimpulan itu.
11) Konjungsi Penyebaban
Konjungsi penyebab adalah konjungsi yang menghubungkan menyatakan
sebab terjadinya keadaan atau peristiwa pada klausa utama. Yang termasuk
konjungsi penyebab ini adalah karena, sebab dan lantaran.
12) Konjungsi Persyaratan
Konjungsi persyaratan adalah konjungsi yang menghubungkan
menyatakan syarat untuk keadaan atau peristiwa yang terjadi pada klausa
utama dalam sebuah kalimat majemuk subordinatif. Yang termasuk konjungsi
persyaratan ini adalah kata-kata kalau, jika, jikalau, bila, bilamana, apabila,
Utami Retno Wulandari
Sastra Indonesia-Fakultas Ilmu Budaya-Unej

130110201056

dan asal. Disamping itu ada pula persyaratan yang berupa pengandaian, yakni
kata-kata andaikata, seandainya, dan andaikan.
13) Konjungsi Tujuan
Konjungsi tujuan adalah konjungsi yang menghubungkan menyatakan
tujuan dilakukannya tindakan pada klausa pertama. Yang termasuk konjungsi
ini adalah kata-kata agar, supaya, guna, dan untuk.
14) Konjungsi Penyungguhan
Konjungsi penyuguhan adalah konjungsi untuk menghubungkan
menyuguhkan hal, peristiwa, atau tindakan yang terjadi pada klausa utama
pada sebuah kalimat majemuk subordinatif. Yang termasuk anggota konjungsi
ini adalah kata-kata meskipun/meski, biarpun/biar, walaupun/walau, sekalipun,
sungguhpun, kendatipun, dan kalaupun.
15) Konjungsi Kesewaktuan
Konjungsi kesewaktuan adalah konjungsi untuk menghubungkan
menyatakan waktu antara dua buah peristiwa, atau tindakan antara dua buah
klausa pada sebuah kalimat majemuk; atau antara dua kalimat dalam sebuah
paragraf. Konjungsi kesewaktuan yang menghubungkan dua buah klausa
adalah ketika, waktu, sewaktu, saat, tatkala, selagi, sebelum, sesudah, setelah,
sejak, semenjak, dan sementara. Konjungsi kesewaktuan yang menghubungkan
dua kalimat adalah konjungsi ketika itu, waktu itu, saat itu, tatkala itu, sebelum
itu, sesudah itu, semenjak itu, dan sementara itu.
16) Konjungsi Pengakibatan
Konjungsi pengakibatan adalah konjungsi untuk menghubungkan
menyatakan akibat atas terjadinya kejadian, peristiwa atau tindakan yang
terjadi pada klausa utama terhadap kejadian, peristiwa, atau keadaan yang
terjadi pada klausa bawahan. Yang termasuk dalam konjungsi ini adalah
konjungsi sampai, hingga, dan sehingga.
17) Konjungsi Perbandingan
Konjungsi perbandingan adalah konjungsi untuk menghubungkan,
menyatakan, bahwa kejadian, peristiwa, atau tindakan yang terjadi pada klausa
utama sama atau mirip seperti yang terjadi pada klausa bawahan. Yang
termasuk dalam konjungsi ini adalah kata-kata seperti, sebagai, laksana, dan
seumpama.

Utami Retno Wulandari


Sastra Indonesia-Fakultas Ilmu Budaya-Unej

130110201056

C. PEMBAHASAN
1. Lirik Lagu Banyuwangi Umbul-Umbul Belambangan
Mbul-umbul Belambangan 3x
Umbul-umbul Belambangan eman
He umbul-umbul he Belambangan 2x
Belambangan, Belambangan
Tanah Jawa pucuk wetan
Sing arep bosen sing arep bosen
Isun nyebut-nyebut aran iro
Belambangan, Belambangan
Membat mayun Paman
Suwarane gendhing Belambangan
Nyerambahi nusantara
Banyuwangi kulon gunung wetan segara
Lor lan kidul alas angker keliwat-liwat
Belambangan.. Belambangan
Ojo takon seneng susah kang disangga
Tanah endah gemelar ring taman sari nusantara
He.. Belambangan He Belambangan
Gemelar ring taman sari nusantara
He.. Belambangan He Belambangan
Gemelar ring taman sari nusantara
Belambangan he seneng susahe wistah aja takon
Wis pirang-pirang jaman turun temurun yo wis kelakon
Akeh prahara taping langitira magih biru yara
Magih gedhe magih lampeg umbak umbul segaranira
Belambangan he.. gunung-gunung ira magih perkasa
Sawah lan kebonanira wera magih subur nguripi
Aja kengelan banyu mili magih gedhe sumberira
Rakyate magih guyub ngukir lan mbangun sing mari-mari
He Belambangan lir asata banyu segara
Sing bisa asat asih setya baktinisun
Hang sapa-sapa baen arep nyacak ngerusak
Sun belani sun dhepani sun labuhi
Ganda arume getih Sritanjung yo magih semebrung
Amuke satria Menakjingga magih murub ring dhadha
Magih kandel kesaktenane Tawang Alun lan Agung Wilis
Magih murub tekade Sayuwiwit
Lan pahlawan petang puluh lima
Ngadega jejeg ngadega jejeg
Utami Retno Wulandari
Sastra Indonesia-Fakultas Ilmu Budaya-Unej

130110201056

Umbul-umbul Belambangan
Ngadega jejeg adil lan makmur
Nusantara
2. Analisis Penggunaan Konjungsi.
Umbul-umbul belambangan dapat dikatakan pula sebagai lagu kebangsaan
masyarakat Banyuwangi. Dalam lagu tersebut berisi lirik-lirik yang berupa
sebuah kata, frasa, klausa, dan kalimat. Terdapat pula penggunaan konjungsi
pada lirik lagu tersebut. penggunaan konjungsinya adalah sebagai berikut:
a. Taping (tetapi)
Konjungsi tetapi untuk menyatakan hubungan mempertentangkan
digunakan; 1) diantara dua buah kata berkategori ajektiva yang berkontras
di dalam sebuah klausa, 2) diantara dua buah klausa yang subjeknya
merujuk pada identitas yang sama, sedangkan predikatnya adalah dua buah
kata berkategori ajektiva yang kontras, 3) diantara dua buah klausa yang
subjeknya bukan identitas yang sama, sedangkan predikatya merupakan
dua buah kata berkategori ajektiva yang bertentangan, 4) diantara dua buah
klausa yang klausa pertama berisi peryataan, sedangkan klausa kedua
berisi pengingkaran dengan adverbia tidak, dan 5) diantara dua buah
klausa yang klausa pertamanya berisi pengingkaran dengan adverbia
bukan dan klausa keduanya berisi pernyataan yang membetulkan isi klausa
pertama. Catatan; 1) konjungsi tetapi pada penggunaan (v) sebaiknya
diganti dengan konjungsi melainkan, dan 2) konjungsi tetapi tidak boleh
digunakan pada awal kalimat, atau sebagai konjungsi antar kalimat.
Dalam Lagu Umbul-Umbul Belambangan, kata taping (tetapi)
digunakan pada lirik Akeh prahara taping langitira magih biru yara. Jika
diartikan dalam bahasa Indonesia, kalimat tersebut berbunyi Banyak
badai tetapi langitmu masih biru saja.. Maksud dari kalimat itu sendiri
adalah, meskipun banyuwangi dilanda badai yang besar, tapi langitnya
masih tetap biru. Kalimat tersebut menjelaskan tentang kekokohan Kota
Banyuwangi sendiri. Dalam kalimat tersebut, kata taping (tetapi)
menunjukkan sebuah pertentangan antara akeh prahara dan langitira
magih biru yara. Akeh prahara yang bermaknakan kekacauan atau
musibah bertentangan dengan langitira magih biru yara yang menyatakan
keindahan. Itulah mengapa dalam kalimat tersebut menggunakan kata
hubung taping (tetapi).
b. Lan (dan)

Konjungsi dan digunakan untuk menyatakan hubungan penjumlahan


digunakan; 1) diantara dua kata berkategori nomina, misalnya: Ibu dan
ayah pergi ke pasar., 2) diantara dua buah kata yang berkategori verba:
Mereka makan dan minum di kelas, 3) diatara dua kata berkategori
Utami Retno Wulandari
Sastra Indonesia-Fakultas Ilmu Budaya-Unej

130110201056

ajektiva yang tidak bertentangan: Anak itu rajin dan pandai, dan 4)
diatara dua buah klausa dalam kalimat majemuk koordinatif, misalnya:
Nenek bermain gitar dan kakek bermain clarinet. Catatan; 1) bila yang
digabungkan lebih dari dua kata, maka konjungsi dan hanya ditempatkan
diatara dua kata yang terakhir seperti: Ibu, kakek, dan ayah pergi ke
bogor, 2) bila klausa-klausa yang digabungkan lebih dari dua buah, maka
konjungsi dan hanya ditempatkan diantara dua klausa terakhir: Ayah pegi
ke malang, ibu pergi ke Surabaya, dan kakak pergi ke bogor, 3) konjungsi
dan tidak dapat digunakan di awal kalimat, misalnya: *Dan ibu ayah pergi
kepasar/ *Dan adik belaar bahasa inggris.
Konjungsi dan dalam lirik lagu berbunyi Sawah lan kebonanira wera
magih subur nguripi. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, kalimat
tersebut berbunyi Sawah dan kebunmu luas masih subur menghidupi.
Maksud dari kalimat tersebut menggambarkan Banyuwangi merupakan
kota yang masih asri, yang memiliki sawah dan kebun yang luas, yang
mampu menghidupi rakyat Banyuwangi. Intinya, kalimat tersebut
menggambarkan kesuburan di Kota Banyuwangi. Kata hubung dan
digunakan untuk menyatakan penjumlahan. Sesuai dengan kaedah
penulisannya, sudah tepat jika kalimat Sawah lan kebonanira wera magih
subur nguripi dihubungkan dengan konjungsi dan. Sawah merupakan kata
benda dan kebonan juga merupakan kata benda. Dua kata tersebut
sederajad, sehingga bisa dijumlahkan.
3.

Utami Retno Wulandari


Sastra Indonesia-Fakultas Ilmu Budaya-Unej

130110201056

D. PENUTUP
Menurut Abdul Chaer (2009:81) konjungsi merupakan kategori yang
menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan
kalimat; bisa juga antara paragraf dengan paragraf. Ditinjau dari kedudukan
konstituen yang dihubungkan. Chaer (2009:82) membedakan konjungsi menjadi
dua yakni; konjungsi koordinatif dan konjungsi suborninatif. Konjungsi
koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah konstituen yang
kedudukannya sederajat. Konjungsi koordinatif dibedakan pula atas konjungsi
yang menghubungkan menyataka: penjumlahan, pemilihan, pertentangan,
pembetulan, penegasan, pembatasan, pengurutan, penyamaan, penjelasan dan
penyimpulan. Sedangkan konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya tidak sederajat.
Konjungsi subordinatif dibedakan lagi atas konjungsi yang menyatakan:
penyebaban, persyaratan, tujuan, penyungguhan, kesewaktuan, pengakibatan, dan
perbandingan.
Umbul-umbul belambangan dapat dikatakan pula sebagai lagu kebangsaan
masyarakat Banyuwangi. Dalam lagu tersebut berisi lirik-lirik yang berupa sebuah
kata, frasa, klausa, dan kalimat. Terdapat pula penggunaan konjungsi pada lirik
lagu tersebut. Ada dua penggunaan konjungsi dalam Lagu Umbul-Umbul
Belambangan, yakni; 1) Taping (tetapi) yang menyatakan hubungan
mempertentangkan, dan 2) Lan (dan) yang menyatakan hubungan penjumlahan

Utami Retno Wulandari


Sastra Indonesia-Fakultas Ilmu Budaya-Unej

130110201056

E. DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Muchlis, Mansur. 1989. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Malang: Yayasan
Asih Asah Asuh Malang.
Ramlan. 1996. Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.

Utami Retno Wulandari


Sastra Indonesia-Fakultas Ilmu Budaya-Unej

130110201056

Você também pode gostar