Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ELEKTROKARDIOGRAFI
Sunoto Pratanu, M. Yamin, Sjaharuddin Harun
PENDAHULUAN
ini
disebut
PotensialAksi
Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam sel
otot jantung dibandingkan dengan potensial di luar sel,
pada saat sel mendapat stimulus, maka perubahan
potensial yang terjadi sebagai fungsi dari waktu, disebut
potensial
t52
L524
KAR.DIOLOGI
atriurlkiri.
atrioventrikuiar yang rnenernbus anulus fibrosLrs dan septum brigian membrau. Sinrpr-rl atriorenirikular bersarra
berkas IIis disebut penghubung aino-ventrikular'.
membran
K+
Na'
Jantun-9.
(d
klir'asi
olarrsasi)
Reoo,arrsa:r
S mpul SA
Jalur bachman
Ja ur-jalur internodal
SLmpulAV
Berkas HIS
Cabang be.kas kiri
Cabang berkas kanan
Fasikel kin oosterior
Fasikel kirl anierior
Serabut Purkinj--
AV,
1525
FI F"KTROKAtrTDIOGRAFI
Gelombang T. Gelombang
merupakan potensial
\B : titik
RR
RR
T
K avlku a
U
Kosta
Kosla li
PR
PP
Kosta ili
Kosta lV
Kosta V
Kosta lV
1526
I(ARDIOLOGI
Sandapan-sandapan berikut
sandapan unipolar yaitu:
ini
semuanya adalah
r V 1,V2.V3,V4,V5,
danV6.
Sandapan ekstremitas unipolar. Sandapan ini menunjukkan
.
.
.
dan F
aVL=Potensial LKi
aVF = Potensial Tungkai
I
tr
garis mendatar 00
membuat sudut 600 dengan I, searah jarum jam.
yaitu +60')
+1200
aVR =
a\il- aVF =
-150)
- 300
+9if
6o' r
ill+
6o'
aVF'
Y4=4lo
V3 =+580
Y2=+94t)
Vt
=+1150
K.K
v3(58")
r527
FI FKTROKAIIDIOGRAFI
titik 0. Garis
tertutup yang
bulatan T.
Dari ketiga bulatan vektor itu, bulatan vektor QRS ialah
sumbukekiri (DSKi)
2.
Gambar 11. Bulatan vektor QRS pada bidang F.
1,2,3,
dan 4
3.
ini
dapat dibuat
1528
KARDIOI-OGI
. ra mil
' '4 mm
Gambar 13. Seperti pada gambai' 12. tetapi lebar defleksi tidak
,N menrpunyai sumbu
-90%. Dikatakan sutnbu P ini memputlyai
arah lawan-arus. Gelombang P yang berasal dnri airium.
arahnya tergantung dari letak pelracu ektopik di atrium.
Sering sumbunva me unyai arah antara +900 dan 1 800.
_vang her:asai
antala 180''
dari pen-uhubung
darr
lupericr
r'.
Sumbu
ke kanan
v6
V1
V2
V3 V4 V5 V6
transisi (T)
V]
V2
t529
EITKTROKARDIOGRAFI
Gelombang
1).
negatif.
kompleks QRS
OR
qR
rS
RS
OS
RR
1530
KARDIOI.OGI
Gelombang T
ini menunjukkan repolarisasi ventrikel.
Gelombang
Gelombang U
U adalah gelombang kecil yang mengikuti
Pengukuran Waktu
Gelombang
ELEKTROKARDIOGRAM NORMAL
Gelombang T
Pada orang dewasa, biasanya gelombang T adalah tegak
di semua sandapan kecuali di aVR dan Vl.
Gelombang
lnterval QT
Interval ini tergantung dari frekuensijantung, yang dapat
Gelombang
Kompleks QRS
Impuls listrik yang datang dari simpul AV melanjutkan diri
melalui berkas His. Dari berkas His ini keluar cabang awal
yang mengaktivasi septum dari kiri ke kanan. Ini mengawali
ABNORMALITASATRIUM
Akhir-akhir ini dianggap bahwa konduksi impuls dari simpul
sinus ke arah simpul AV melibatkan jalur-jalur khusus yaitu
jalur-jalur internodal. Sedangkan atrium kiri dicapai melalui
jalur Bachman. Bila terjadi gangguan konduksi intra-atrial,
maka bentuk gelombang P mengalami kelainan yang
1531
ELEKTROIqRDIOGRAFI
l.
2.
jarumjam.
2.
yartu:
Tinjauan vektor
1.
1.
2.
SdiVKa+RdiVKi>35mm.
Jam.
KriteriaEKGuntukAAKi:
3. AAKi
4. Sumbu QRS padabidang frontal > -150
5. Interval QRS atau WAV di kompleks VKi memanjang:
* Interval
QRS > 0,09 detik
'r' WAV > 0,04 detik '1
HIPERTROFI VENTRIKEL
.
.
B.
Ls32
I(ARDIOI.OGI
kiri (V5
dan V6).
.
.
.
dapat
BlokCabangBerkasKiri(BCBKi)
BloklntraventrikularNonspesifik
Blok Fasikular : 1)..B1ok fasikular kiri anterior; 2). Blok
fasikular kiri posterior.
Tinjauanvektor:
1.
2.
jarumjam.
R/S
divl
R"/S
div6< I
1.
.
.
2. Sumbu
3.
>
:
:
inkomplit.
R/SdiVI.
Berdasarkan konfigurasi QRS di V1, maka HVKa dibagi
menjadi 3 tipe: l). Tipe A: di sini terdapat R yang tinggi.
Sering disertai depresi ST dan inversi T di Vl dan V2. Tipe
ini menunjukkan beban tekanan yang tinggi; 2). Tipe B: di
sini terdapat bentuk RS, yang menunjukkan HVKa yang
1.
2. Gelombang
3.
Gambar 31. Hipedrofi ventrikel kanan. Kriteria terpenting: rasio
R/S terbalik di V1 (V2) dan V6 (V5)
0,
Ki komplit.
Blok Fasikular
serabut Purkinje.
1533
ELEKTROKARDIOGRAFI
Gambar 33. Blok cabang berkas kiri. QRS yang melebar, bentuk
B di I dan V6 (V5), dan S yang dalam di V1 (V2, V3)
Blok fasikular
kiri anterior.
Fasikel
kiri
anterior
Sindrom Pre-eksitasi
Sindrom pre-eksitasi ialah suatu sindrom EKG di mana
ventrikel mengalami depolarisasi lebih awal dari biasa. Hal
>+1lff.
Sebagai ringkasan, gambaran EKG pada blok fasikular
.
.
.
t534
KARDIOLOGI
ialah
Jalur
Kent
Jalur
James
Jalur Mahain
Dengan demikian gambaran EKG pada sindrom preeksitasi melalui ialur Mahaim iatah: l). Interval PR normal;
2). Terdapat gelombang delta, kompleks QRS melebar.
- interval PR memendek
- tak ada gelombang delta
QRS tak melebar
- lnterval PR memendek
- ada gelombang delta,
QRS melebar
Gambar 37. Pre-eksitasi pada jalur Kent: sindrom WPW. lmpuls
dari sinus menempuh dua jalur: jalur 1 ialah jalur normal, jalur 2
melalui lalur Kent. lmpuls yang melalui jalur 2 mencapai ventrikel
lebih awal dan mengaktivasi suatu daerah D di ventrikel, yang
pada EKG menggambarkan gelombang delta (D). Aktivasi ventrikel
- interval PR normal
- ada gelombang delta,
QRS melebar
V1danV2.
Sindrom WPW tipe B. Di sini jalur Kent terletak di sebelah
kanan, sehingga aktivasi dini terjadi di ventrikel kanan.
Gambaran EKG menyerupai bentuk BCBKi, dengan defleksi
QRS yang negatif di Vl dan V2.
1535
EI.EKTROI(ARDIOGRAFI
1.
Daerah lskemia
Daerah injuri
Daerah nekrosis
Endokard
Epikard
lskemia
Depresi ST. Ini ialah ciri dasar iskemia miokard. Ada
spesilik.
lnjuri
Nekrosis
Ciri dasar nekrosis miokard ialah adanya gelombang Q
patologis yaitu Q yang lebar dan daJam, dengan syaratsyarat: lebar > 0,04 detik dalam >4 mm atau > 257o tinggi R
1536
IQ{RDIOI.OGI
a.
b.
c.
Fase
D-
lnferlor
Lateral tinggi
Anteroseptal
Anterior ekstensil
Anterolateral
Anterior terbatas
Ventrikel kanal
Posteior murni
a. Fase hiperakut
Hiperkalemia
menjadi lebih pendek, 3). QRS menjadi lebar, 4). QRS bersahr
akan
t537
tr.I F-KIROIQq'RDIOGRAFT
Hipokalemia
Bila kadar kalium darah menurun. berturut-turut akan
tampak kelainan-kelainan: 1). U menjadi prominen, 2).7
makin mendatar dan akhirnya terbalik, 3). Depresi ST, 4).
Interval PR memanjang.
Sering U yang prominen dikrra T sehingga seolah-olah
interval QT memanjang.
Hiperkalsemia
Kelainan EKG yang terpenting ialah interval QT yang
memendek.
Hipokalsemia
Kelainan EKG yang terpenting ialah perpanjangan segmen
Sl sehingga interval QT memanlang.
Digitalis
Digitalis dapat mempengaruhi bentuk QRS-T, yang disebut
efek digitalis: l). Memperpendek interval QT, 2) Depresi
ST, mulai dengan menurun landai disusul bagian akhir
yang naik dengan curam. 3). Sering menjadi rendah. Selain
:\^r\A -]4
Perikarditis
makin meningkat:
maka EKGbisanormal.
Kelainan EKG yang khas untuk perikarditis ialah sebagai
K+ meningkat
K+ normal
berikut:
1. Elevasi segmen ST : a). Biasanya luas kecuali
2.
Vl
dan
3.
;\^
K+ normal
TidaktimbulQ.
Pada efusi perikardial, tanpa adanya peradangan
K+ menurun
a. U prominen, T mendatar
buku ini.
1538
KARDIOI.OGI
BEFERENSI
Arrhytmia -a Guide to Clinical Electrocardiology. Erik Sandoe,
Sigurd' Publishing Partners Verlags GmbH., 1991.
Arrhytmia. Diagnosis and Management. Erit Sandoe, Bjarne
Fachmed AG-Verlag fur Fach-medien, 1984.
fUark Silverman
Bjame
Sigurd
240
RADIOLOGI JANTUNG
Idrus Alwi
153
1540
Ii{RDIOI.OGI
jantung yang menyempit, meningkatkan diameter transversal, sehingga jantung mungkin nampak membesar pada
penampakan frontal namun diameterAP yang sempit yang
terlihat pada penampakan lateral dapat menjelaskan hal
ini. Kifosis atau skoliosis juga dapat menyebabkan jantung
saat
Penyakit kardiovaskular menyebabkan perubahanperubahan yang beragam dan kompleks dalam gambaran
dapat ditentukan dengan akurat pada penampakan frontal dengan mencatat apakah diameter jantung melebihi
setengah diameter toraks atau tidak. Kardiomegali paling sering terlihat karena kardiomiopati iskemia yang
kiri.
VARIASINORMAL
Variabel anatomis dan penuaan merupakan tantangan
dalam evaluasi foto rontgen dada karena penurunan
compliance paru. Aorta dan pembuluh darah besar
biasanya menyempit dan menjadi lebih berTrkl(tourtuous)
dan lebih jelas seiring bertambahnya usia, mengarah pada
t54r
RADIOI.OGIJANTUNG
ATRIUM KANAN
Perbesaran atrium kanan biasanya tak pernah terbatas
VENTRIKEL KANAN
nampak sebanding atau lebih kecil dari pembuluhpembuluh padazona yang lebih tinggi. Pada tekanan 12
sampai 18 mm Hg batasan-batasan pembuluh menjadi
lebih buram secara bertahap karena meningkatnya
ekstravasasi cairan ke dalam interstisium. Efek ini
terkadang mudah dikenali sebagai Kerley B lines, yatg
horizontal, basis pada pleura, densitas linier perifer.
Bersamaan dengan meningkatnya PCWP melebihi 18
sampai 20 mm Hg, muncul edema paru dengan adanya
FaLLot.
ATRIUM KIRI
Terdapat beberapa tanda klasik yang menunjukkan
pembesaran atrium kiri. Yang pertama adalah pelebaran
1542
KARDIOI.OGI
VENTRIKEL KIRI
Pembesaran ventrikel kiri dicirikan dengan kontur apeks
yangjelas dan mengarah ke bawah, yang dibedakan dari
pergeseran letak transversal seperti yang terlihat pada
pembesaran ventrikel kanan. Kontur keseluruhan jantung
biasanya juga membesar, meskipun hal ini tidak spesifik.
Juga penting mengevaluasi ventrikel kiri pada posisi lateral, di mana tampak sebagai tonjolan posterior, di bawah
tingkatan anulus mitral. Pembesaran ventrikel kiri fokal
pada orang dewasa paling sering terlihat pada insufisiensi
aofta atau regurgitasi mitral (dengan pelebaran atrium kiri).
Pelebaran ventrikel kiri lebih jarang pada stenosis aorta,
rneskipun hal tersebut dapat terjadi, bersamaan dengan
gagal jantung kongesti l.
Gambar 2. A) Radiografi dada lateral; B). Gambaran anatomis
ruang jantung dan pembuluh darah; C). Diagram proyeksi lateral
pada ruang jantung, cincin katup dan sulci
ARTER! PULMONALIS
AORTA
pembesaran atrium
Pembesaran atrium
kiri
t543
RADIOI.OGIJANTUNG
REFERENSI
Bettmann MA. The chest radiograph in cardiovascular disease. In:
Braunwald E, Zipes DP, Libby P, eds. Heart disease: a textbook
WB
l-86.
Boxt LM. Radiology of the right ventricle. Radiol Clin North Am.
1999:.37:379
Am. 1999;37:31.
Murray JG, Brown AL, Anagnostou EA, et al. Widening of the
tracheal bifurcation of chest radiographs:value as a sign of left
atrial enlargement.AJR 1995 ; 1 64: 1089.
Thomas JT, Kelly RF, Thomas SJ et al: Utility of history, physical
examination, electrocardiogram, and chest radiograph for
differentiating normal from decreased systolic function in
patients with heart failure. Am J Med 2O02;172:43'7.
24t
ELEKTROKARDIOGRAFI
PADA UJI LATIH JANTUNG
Ika Prasetya Wijaya
PENDAHULUAN
Mutlak
Relatif
Stenosis di pembuluh koroner left main
Penyakit jantung katup stenosis yang sedang
Gangguan elektrolit
Hipertensi berat
Takiaritmia dan bradiaritmia
Kardiomiopati hipertrofi dan bentuk lain hambatan aliran ke
luar jantung
Gangguan fisik dan mental yang mengganggu jalannya
pemeriksaan
Blok atrioventrikular deraiat tinqoi
nyaman. Semua
pasien
1s44
ELEKTROKARDIOGRAFI
PADA UJI
t545
LAIIH JANTUNG
PELAKSANAAN TES
kemampuan pasien.
Tabel 2.
perlahan saja.
Mutlak
Tekanan darah sistolik turun drastis > '10 mmHg dari hasil
pemeriksan sebelum uji latih disertai bukti lain adanya
gejala iskemia
Angina sedang ke berat
Gejala sistem saraf meningkat (seperti ataksia, mengantuk
dan gejala sinkop)
Tanda rendahnya perfusi (sianosis dan pucat)
Sulit untuk evaluasi EKG dan tekanan darah
Pasien meminta berhenti
Takikardia ventrikel menetap
Relatif
Tekanan darah sistolik turun drastis > 10 mmHg dari hasil
pemeriksaan sebelumnya namun tanpa disertai gejala
iskemia
Perubahan ST dan QRS seperti menurunnya ST (>3 mm
penurunan segmen ST baik horisontal maupun
downsloping) atau perubahan aksis tetap
Aritmia selain aritmia ventrikel suslalned
Lemas, sesak napas, timbul mengi, kram kaki atau gejala
klaudikasio
ferjadi bundle branch block pada konduksi intraventrikular
yang tidak dapat dibedakan dengan takikardia ventrikel
Nyeri dada yang meningkat
Hipertensi yang meningkat
l,ll-Grade Scale
1i-Grade Scale
b
7
8
Very light
11
Fairly light
12
13
14
4
5
Somewhat hard
15
Hard
0.5
1
'10
Nothing
Very, very weak (jusl
Very weak
Weak (light)
,.
16
17
Somewhat strong
Strong (. )
Very strong
10
'18
19
Maksimum
20
FREKUENSI NADI
Target denyutjantung yang akan dicapai sebaiknya bukan
menjadi masalah untuk tidak memastkan bahwa hasil tes
tidak dapat diolah. Semua hasil tes disimpulkan sesuai
dengan gejala atau gambaran rekaman yang terjadi selama
pelaksanaan tes.
seperti jalan
1546
I(ARDIOLOGI
TEKANAN DARAH
i"'
ii
l
ii
li
it
J-Junction
tir-nbulnya iskemia.
KAPASITAS FUNGSIONAL
Kemampuan mencapai kapasiias maksimal saat aktivitas
menjadi salah satu penilaian. Untuk mengetahui dapat
disesuaikan dengan skala MET. (Tabel 4)
J-JunoUon - ,-'
D
Rest ng ST depresion
with spasmor exercise
lnduced ST elevalron
1 MET
2 METs
4 METs
<5 METs
1O
METs
13 METs
18 NIETs
20 METs
Resting
Level walking at 2 millhour
Level walking at 4 millhour
Poor prognosis: peak cost of basic
activities of daily living
Prognosls with medical therapy as
good as coronary aftery byPass
surgery
Excellent prognosis regardless of other
exerctse responses
Elite endurance athletes
Word-class athletes
iransmura
Standinq
prc
exerclse
(Not ischemia)
St elevalion with tachYCardia
over diagnosis Q waves
INTERPRETASIEKG
PQ
Point
schem a
l---l--*a:--\ i
\ I
li
Measured
sr
deprssror
'
Gambar
-:----
1.
men
ELEKTROKARDIOGRAFI
t547
EXERCISE CAPACITY
(%of normal in referral males)
Maximal Heart
20
100toJ29bpm=24
25
30
160
35.
40
:30
Ratc
to
159
50
Oso
Low
I6o
55
<40 =
Exercise ST
Dcpression
45
IJJ
70
>2mm=25
7
8
40 to 55
10n
110
'so
130
20
)rs:
12
TO
75
1l
80
12
Llypercholestcrol
85-
13
cmia'l
90
14
Diabetes
40-60 =
Probable/arypical:
lntermediate
15
Yes=
Probabilitl
5
3
>60 =
High
Probability
Gambar
Exercise Test
induced angina
Probabolity
Definite/Typical
Angina History
,12A
7A
>55 yrs
Ag"
,80
60
65
12
..
bpm =
Total Score =
1.
Muimal
Heart
100
130
160
20
Rate
Exercise ST
Dcpression
90 to 220 bprr
1-2mm
<31=
Low
Probabolity
> 2mm: 10
>65 yrs:25
Age
50 to 65
Angina History
Women
to 129 bpm = 16
to 159 bpm : 2
to 159 bpm : 8
yrs:
15
Definite/Typical: l0
31-75 =
Intermediate
Probability
6
Probable/arypical
Non- cardio pain: 2
>57 =
High
Probability
Hypercholesterolemia ?
Diaberes ?
Excrcise Test
induccd angina ?
l0
Age
Gircle response
\4en
Bstrogen
sum
Total Score =
55,
5o-65
,,
\\omer, o5 q
Positive =
-3
Nccxti\e=
-Y".
I
2
|
I
|
Pretest
<9=
Lorr
Probability
REFERENSI
status
Diabctes
Obesity
Famili History
Hypercholeste
yes: I
YCS=
Yes:
Yes:
Yes:
rolemia
Hypertension
Smoking
Total Score =
I
II
s_15
lntermediate
Probabilitv
"
,tS=
nigr,
Chaitman BR. Exercise stress testing. Dalam Braunwald's et ai editor. Heart disease. a textbook of cardivascular medicine. Edisi 7.
242
PEMANTAUAN IRAMA JANTUNG
(HOLTER MONITORING)
M. Yamin, Daulat Manurung
PENDAHULUAN
INDIKASI
INTERPRETASI
1548
1549
atrial
Risikotinggi:
Takikardiaventrikel
Fibrilasi ventrikel
Blok AV total dengan escape beat yang tidak
memadai
Blok AV derajat 2
Blok AV derajat 3 dengan escape beat yang memadai
Risiko rendah
- Premature atrial complex
3.
gagal jantung
Risiko rendah: pusing ringani palpitasi.
Gambar
PVC
BlokAVderajat
KESIMPULAN
Diagnosis aritmia tidak selalu dapat ditegakkan dengan
Gambar 1. Rekaman Holter monitoring pada pasien dengan keluhan utama palpitasi
dan hampir pingsan Terekam aritmia berupa fibrilasi atrial dan henti sinus (slnus
arrest)
1550
KARDIOI.OGI
REFERENSI
Dougherty AH and Naccarelli GV. Noninvasive evaluation in
patient with cardiac arrhythmias. In: Vlay SC. A practical
approach to cardiac arrhythmias. 2"d Ed, Liitle, Brown and
Company, 1996
Fogoros RN. Electrophysiologic testing.
Science,
t999
Lee H. Ambulatory electrocardiography and electrophysiology tesr
ing. In: Zipes DP, Libby P, Bonow RO, et al. Heart disease: a
243
PENGANTAR DIAGNOSIS EKOKARDIOGRAFI
AliGhanie
PENDAHULUAN
(in'
atau ventrikel.
INSTRUMENTASI
Transduser
Merupakan kelengkapan alat eko berupa sumber:
gelombang suara ultra yang berasal dari kristal
piezoelektrik, sehingga memungkinkan terjadinya
1551
t552
pencitraan. Melalui transduser, gelombang suara dapat
diarahkan secara elektronik atau mekanikal ke arah target
sasaran yang dikehendaki.
KARDIOIOGI
OSKILOSKOP
Merupakan layar dengan berbagai ukuran, menampilkan
hasil proses pengolahan gelombang suara yang diterima
oleh transduser setelah melalui berbagai proses perubahan
sifat gelombang suara, amplifikasi serta prosedur teknis
lain yang tidak menjadi topik dalam bab ini.
Printer
Dapat dilakukan dokumentasi dengan printer hitam putih,
berwarna, dengan video maupun sistem digital. Pada
rekaman gambar/foto ('stop picture') terdapat beberapa
TEKNIK PEMERIKSAAN
Hasil gambar eko sangat subjektif tergantung keterampilan
dan pengalaman dari ekokardiografer. Oleh karena itu
seorang ekokardiografer dituntut mempunyai kompetensi
pengetahuan dasar mengenai gelombang suara ultra dan
karakteristik kemampuan mesin eko dalam pengaturan
gambar, sehingga dapat dibuat gambar yang standar,
Gambar 1. A. Transduser linear untuk pemeriksaan vaskular
B. Transduser Eko Transtorakal (Sumber: A.Ghanie, Div.
Cardiology, Dept int.Med. Facutty of Medicine, Sriwijaya
University Palembang)
Ekokardiogtati M-Mode
Merupakan eko satu dimensi, di mana dilakukan pencitraan
satu garis dari anterior sampai ke posterior bidangjantung
1553
.
.
150-330
IVS
0 60 - 1.00
PW
0.50 - 0 90
27.00 - 57.00
LA
61.00 - 90 00
2 00 - 3.10
1 80 - 3.00
LVM
35.01
LVMI
23 34 - 108 82
AO
Gambaranperikardium
320 - 460
ESD
EF
Range
EDD
FS
Parameter
Ekokardiografi
48 00 - 70.00
153 00 - 180.00
BSA
157 85
0 30 - 0.45
RWT
BW
1 42
- 1.77
Rata-rata
Standar
deviasi
9353 0 3549
1324 0.3607
0.8147 8.214E-02
0.7176 I 338E-02
46.0294 7 2007
81.2941 5 9520
27088 0.2927
22324 0.4290
95 0418 29.4444
61 '1988 18.8395
0 3761 4 199E-02
7 1189
55 6029
3
163.4412
1
5718
7 2329
8.266E-02
modalitas M-mode.
Parameter
Range
Rata-rata
Standar
deviasi
4.02
2.069
0.4580
0.3799
0.07
Ekokardiografi
IVS
4.90
3.30
0.70 - 1.00
PW
0 70 - 0
0.078
2.20 - 3.60
1.70 -
7.93
4.07
o 245
o.412
EDD
ESD
3.'10 -
1.50 -
FS
EF
AO
3.00
LA
2 867
2.217
53.53 - 177
36.42 - 101.12 67
023-053
0
LVM
LVMI
RWT
BW
H
BSA
Sumber
0.8M
90
0.772
48 25
28.0 - 58.0
80,307
63.0 - 90.0
Keterangan :
EDD: End Diastolic Diameter, ESD: End Systolic Diameter,
IVS: lnterventricular Septum, PW: Post Wall, FS: Fractional
Shortening, E: Ejection Fraction, AO: Aorta, LA: Left Atrium,
LVM: Left Ventricular Mass, LVMI: Left Ventricular Mass
lndex, RWT: Relative Wall Thickness, BW: Body Weight, H:
Height, BSA: Body Survace Area
sec
1554
ventrikel kiri pada saat diastol dan sistol, septum dan dinding
belakang ventrikel terlihat hipokinesis (tidak ada perubahan ketebalan
septum dan dinding belakang sepanjang fase) (Sumber:A.Ghanie,
IqRDIOI,.OGI
Gambar
aofia terlihat separasi daun katup aoda anterior (AAC) dan posterior (PAC) aoda Stenosis (Sumber: A Ghanie, Div. Cardiology,
1555
Bidang Penyitraan
Pengambilan gambar eko dilakukan melalui suatu celah
sempit yang disebut 'acoustic windows' atau jendela eko
pada sela iga III garis para sternal kanan, apeks, melalui
suprasternal, atau subkostal.
Pada dasarnya ada tiga bidang utama dalam pengambilan
gambar eko:
. Sumbu panjang ('long axis'), merupakan bidang tegak
lurus dengan permukaan anteroposterior dada dan
sejajar dengan sumbu panjang jantung. Pada bidang
ini secara anatomi akan tergambar dinding depan
sity Palembang)
Gambar 13. Ekokardiograti 2-D sumbu panjang menunjukkan
potongan ventrikel kanan (BV), ventrikel kiri (LV), septum ventrikel
(lVS), Aorta (Ao), Atrium kiri (LA), katup mitral dalam hal ini
Pengukuran ventrikel
kiri
1556
I(ARDIOI.OGI
syarat Terlihat fraksi ejeksi 327". (Sumber : A.Ghanie, Div. Cardiology, Dept.int.Med. Faculty of Medicine, Sriwiiaya University
Palembang)
1557
1558
KARDIOLOGI
Dept.int.Med. Faculty
Palembang)
Palembang)
EKO DOPLER
Seperti disebutkan pada pendahuluan, konsep eko dopler
adalah menangkap sinyal yang dipantulkan oleh sel darah
merah, sehingga dapat ditentukan adanya aliran darah,
arah, kecepatan, dan karakteristik aliran.
Dikenal dua modalitas dopler yaitu,
.. Dopler spectrum ('spectral dopLer') yang terdiri dari
'pulsed wave dopler'(dopler gelornbang pulsasi) dan
1559
Palembang)
of
Medicine,
1560
KARDIOI.OGI
fungsi diastolik
mitral atau orifisium aorta
isi sekuncup dan curahjantung
area
co
Gambar
biru menunjukkan aliran dari ventrikel kiri ke aorta pada saat sistol
(menjauhi transduser) (Sumber '. A Ghanie, Div. Cardiology,
Dept.int.Med. Faculty of Medicine, Siwijaya University Palembang)
Gambar
36,
EKO DOPLERWARNA
Prinsip eko dopler warna adalah sama dengan 'pulsed
dopler' tetapi menangkap sinyal pada beberapa
beberapa titik sepanjang garis penyitraan. Dengan
kesepakatan diberikan warna merah untuk aliran darah
yang mendekati transduser, dan warna biru untuk aliran
yang menjauhi transduser. (Gambar 35 ) Pada keadaan
1561
TISSUE DOPPLER
Dengan majunya teknologi dapat dilakukan pengukuran
kecepatan dopler dai jaingan miokardium, bukan sel darah
merah seperti pada doplerbiasa. Dengan modalitas ini dapat
diperoleh informasi mengenai relaksasi abnormal ,
pseudonormal, dan kondisi restriktif dan miokardium.
Gambar
REFERENS{
Anderson, B. Echocardiography: the normal examination and
Echocardigraphic measurements, MGA Graphics, Manly,
Queensland, Australia. First edition. 2000
Chambers, J. Echocardiography in clinical practice. The parthenon
publishing group, Spain. 2002.
244
EKOI(ARDTOGRAFT TRANS ESOFAGEAL (ETE)
Lukman H. Makmun
TEKNIK PEMERIKSAAN
PENDAHULUAN
Pemeriksaan Ekokardiografi Trans Esofageal (ETE)
merupakan pemeriksaan lanjutan Ekokardiografi Trans
Torakal (ETT). Letak perbedaan antara kedua cara
pemeriksaan ini adalah pada ETE dengan meletakkan
transduser dibelakang organ jantung dengan cara
memasukkannya melalui esofagus seperti melakukan
pemeriksaan esofago-gastroskopi. Hasil yang didapat
adalah gambarat (imaging) struktur jantung lebih jelas
dibandingkan dengan hasil ekokardiografi trans torakal
dengan transduser berukuran 5 MHz.
Transduser terletak pada ujung pipa fiber yang dapat
diputar-putar dengan modus biplane atatt multiplane.
Biplane berarti transduser hanya dapat digerakkan untuk
Dengan ETE
ini
. "':j'.*.;rt
."t. *..
"":[
f
Persiapan Alat
Alat transduser Trans Esofageal Qtrobe) sebelumnya
dibersihkan lebih dahulu dengan air kemudian disterilkan
Persiapan pasien:
sarungkatettntukProbe.
s4rullB
ll'anEL uttLuL PIUUe.
Pasiendipuasakanterlebihdahuluselama6jamsupaya
tidakmuntah.
Cara kerja
Pasien dibaringkan dengan posisi miring ke kiri, bagian
atas badan agak tinggi, tanpa bantal dan leher diganjal
transduser
1562
1563
"
.
.
.
,
.
Kontra indikasi:
Kontra indikasi pemeriksaan ETE ini adalah sebagai berikut:
.
"
.
kelainan esofagus
aritnriaberat
pendarahan
hiperlensi maligna.
lndikasi:
Indikasi pemeriksaan ETE ini adalah untuk melihat struktur
jantung dengan lebihjelas, yaitu:
. dugaan trombus di LAA misal pada kasus strok non
hemoragik
. dugaan trombus di ventrikel.
. ASD dan VSD dengan melihat aliran shunt.
. Foram.en ovale persistent
t564
I(ARDIOI.OGI
septum ventrikel.
REFERENSI
Oka
245
PEMERIKSAAN KARDIOLOGI NUKLIR
Ika Prasetya Wijaya
PENDAHULUAN
Angiografi radionuklir dalam kesetimbangan ata:u multiple gated blood pool imaging sangat sering digunakan sebagai
salah satu cara untuk menilai fungsi ventrikel yang bersifat
ini pencitraan
saat
ini
darah pasien. Hasil dari adanya foton tadi akan keluar sinar
Thallium 201
156
1566
I(ARDIOI.OGI
StoNToMoGRAFD
Pemeriksaan
ini
rubidium.
Aplikasi klinis pemeriksaan PET adalah untuk menilai
kehidupan dari otot-otot ventrikel jantung (myocardiaL
Garnbar
1.
15. dan
Pemeriksaan
gejala, pemeriksaan
BEKOMENDASI PEMERI KSAAN
Pemeriksaan kardiologi nuklir
ini
direkomendasikan
dikerjakan pada:
persiapan revaskularisasi.
ini tidak
direkomendasikan
REFERENSI
Nishimura RA et
a1.
246
PENYADAPAN JANTUNG
(CARDTAC CAT H ET ERr ZAT rOM
Hanafi B. Trisnohadi
PENDAHULUAN
secara perkutan.
. Untuk memastikan
akhir
.
.
saJa.
untuk
t567
1568
KARDIOI.OGI
(GambarO
ARTERIOGRAFI KORONER: (GAMBAR 2,3)
Pemeriksaan arleriografi koroner untuk menentukkan letak
(Gambar2dan3)
PUt)
Curah jantung secara rutin dapat diukur pada waktu
penyadapan j antung kiri. Pengukuran curah jantung tidak
saja penting untuk menentukan faal ventrikel kiri' tapi juga
penting untuk menghitung luas katup jantung. Tetapi akhirakhir ini dengan kemajuan pemeriksaan ekokardiogarfi,
tindakan untuk mengukur curahjantung secara non invasif
cukup dapat diandalkan.
Cara memeriksa curah jantung pada waktu penyadapan
jantung adalah sebagai berikut:
r569
C CAT H E TE RI 7.ATI OM
. Metoda
.
Angiografi
Paling banyak dipakai karena dapat diJakukan pada
Systemic
flow
LUAS KATUP
Luas katup dapat dihitung dengan menggunakan rurllls
dari Gorlin:
Untuk menggunakan rumus Gorlin perlu diketahui:
. Cardiac output
. Perbedaan tekanan (pressure gradient') pada katup
yang mau dihitung luasnya.
. Systolic e.jection period. atat diastolic filling period
tergantung dari katup yang mau diukur luasnya.
Rumus untuk menghitung luas katup:
ILI,
rl
illi
rl
diastolic
K (37) x mean
gradient
-__]
SHUNT
jantung kongenital, dilakukan pemeriksaan
oksigen saturasi di vena kava, atrium kanan, ventrikel
kanan, dan arteri pulmonalis sedangkan untuk sistem
jantung kiri juga diperiksa saturasi di aorta dan ventrikel
kiri. Akan ada kenaikan saturasi oksigen pada tempat yang
Pada penyakit
ada
--
1570
I(ARDIOLOGI
1.5.
Atrium kanan
Mean (rerala)
- z-
=2-10
=2-10
Gelombang a
Gelombang v
Ventrikel kanan
Sistolik
Diastolik akhir
A. pulmonalis
Sistolik
Diastolik
Rerata
= 15-23
= 2-B
=15-30
=4-12
=9-12
Atrium kiri
Sistolik
Diastolik akhir
= 100
Cardiac index
=26-42llminlm
Stroke volume
= 30 - 65 ml/m'?
= 700 '1600 dynes sec m5
,, 2
= JU - b5 mt/m
= 100 - 300 dynes sec m5
140
- J - tz
resistanc
3i
,il
il
,i
-L
\t
stenosisnya
l57t
BEFERENSI
Bainr DS, Grossman W: Grossrnan's Cardiac Catheterization, Angiography and lntervention. 6'h editjon Baltimore. Lippincot,
247
INTERVENSI KORONER PERKUTAN
T. Santoso
akan
Di sini
STENT
1572
L573
DRUG.ELUTING STENT
tindakan.
Perbandingan antara PCI dan operasi pintas koroner
(coronary artery bypass surgery, CABG) diselidiki pada
13 penyelidikan yang mencakup 7964 pasien. Pada kurun
waktu pemantauan 1, 3 sampai 8 tahun, tidak ditemui
perbedaan angka kematian antara kedua kelompok terapi
revaskularisasi tersebut. Penggunaan stent ler.nyata
banyak memberi manfaat. Pada penyelidikan-penyelidikan
ini
1574
I(ARDIOI.OGI
IV merupakan penyelidikan
acak ganda tersamar " slow-release;
Penyelidikan TAXUS
prospektif
of
ts75
BRAKITERAPI
pembillh graft
Tesi
pada penilaian
CUTTINGBALLOON
Cutting balloon adalah balon yang mempunyai 3 sampai 4
pisau pemotong tipis yang ditempel secara longitudinal pada
balon. Dengan demikian bila dikembangkan, maka plak akan
mengalami insisi longitudinal dan diharapkan akan terjadi
bila
t576
ROTABLASI
Ateroma dapat "dihancurkan" menjadi mikropartikel Iebih
kecil dari eritrosit dengan menggunakan rotablasi. Mata
bor dibuat dari platinum dan berlian dan kecepatan yang
dipakai umumnya amat tinggi, yaitu antara 140.000- 1 80.000
rpm. Karena dapat terjadi spasme koroner dan "no/slow
flow phenontenon", operator harus tahu dengan baik cara
menggunakan alat ini (CARAFE Study). Pada penyelidikan
COBRA. untuk lesi de novo. penggunaan rotablasi ternyata
terbukti tidak mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
angioplasti balon. Pada penyelidikan STRATAS, rotablasi
yang lebih agresif juga tidak terbukti lebih bermanfaat,
dan pada penyelidikan CARAT bahkan dilaporkan bahwa
tindakan yang lebih agresif dengan bor berukuran lebih
besar malahan menyebabkan angka komplikasi lebih tinggi
dibandingkan dengan bila dipakai bor ukuran lebih kecil.
KARDIOI.OGI
st
en t"
trdak
-san
t577
atau
Penyelidikan
Tahun
FM
2001
FIM
2002
DES/BMS
Kematian
DES/BMS
Stent
f/.1
.lnfark
Jl!',Et%
Kestenosts
DESiBMS
TLR
DES/BMS
\ tot
l/.1
(%l
Bx-velocity
14O ltglcm2
TAD
TAD
0%t1 tn
HNI minimal
dlm 1 th
15 Rotterdam
Bx-velocity
140 pg/cm2
TAD
TAD
oo/.12 th
HNI minimal
dlm 2 th
120t118
Bx-velocity
140 1.tgtcm2
1711 7
33142
30 Sao Paolo,
'15
Rotterdam
0/26 6 pd
RAVEL
SIRIUS
2004
C-SIRIUS
533/525
Bx-velocity
140 1.tgtcm2
0 9/0.6
28t32
6 bln
(p<0 001
8 9/36 3
pd 8 bln
(p<0 001
50/50
Bx-velocity
140 1.tglcm2
0/0
20t40
2 3t51
5 9t42 3
01229pd6bln
(p<0.001
4 9120 pd
(p<0 00
)
1 th
4 0/18 0 pd 9
bln (p< 0 001)
4.0i20 9 pd 9
bln (p<0 001)
E-SIRIUS
2003
175t177
Bx-velocity
140 1.tglcm2
11tO6
46t23
RESEARCH
Regisiry total
2004
508/450
Bx-velocity
140 1.tglcm2
16/20pd
08/16pd30
30 hari
hari
98/301
Bx-velocity
140 1.tglcmz
30/30pd
30 hari
3 0/1 0 pada
30 hari
TAD
2004
86/1 83
Bx-velocity
140 ltglcm2
0 512 2 pada
300 hari
TAD
1 118.2 pd 3o0
hr
2004
56t28
Bx-velocity
140 1.tglcmz
TAD
TAD
MACEs 6 /17 2
pd 12 bln
RESEARCH
registry ACS
RESEARCH
Registry
STEMI
RESEARCH
Registry CTO
B3/82pd
300 hari
0/0 di
rumah sakit
TAD
10/18pd30
hr
10127 pd30
hr
1578
I(ARDIOI.OGI
Kematian
Penyelidikan
QuaDS-QP2
ASPECT
Tahun
2002
2OO3
oe#r,,rs
4F
59 dosis tinggi,
58 dosis
renoan,
59 kontrol
Dosis
QuaDS-
DES/BMS
(%)
lnfark
jantung
Restenosis
TLR
DES/BMS
(%)
DES/BMS
DES/BMS
("/"1
2400-3200
mcg dosis
total
oP2
TAD
TAD
5UOra-U
3. 1 mcg/mm2
1.3 mc/mm2
0.9/0
2.6t17
2OO3
31/30
NrR
1.0 mcg/mm2
0/0
0/0
TAXUS
il
2003
266t279
NtR
1.0 mcg/mm2
0/0.8
31/53
ISR
663/652
NIR
1 0 mcg/mm2
TAD
TAD
III
TAXUS IV
2OO3
2OO4
28
(%)
133pd6bln,
61.5 pf 1 th
20 pd 6 bln, 60
pada 1 th
4112127 pd 4-6
TAXUS
TAXUS
$t
Kematian
DES/BMS
EXPRESS
'1
0 mcg/mm2
1.411
513.7
bln (dosis
tinggi vs
control)
(p<0.001)
0/10 pd 6 bln
(p=0.012)
7.1121 9 pd 6
21212
0/10 pd
th
bln
21
7 9126.6 pd
bln (p<0.001)
'1
(p=0.237)
10 4121 7 pd 12
bln
TAD
pd 1-6 bln
4pdllh
4 4115.1 pd I tn
(p<0 0001
lndikasi
Tanda objektif iskemia luas
Oklusi total kronis
Risiko operasi tinggi, termasuk EF < 35%
Penyakit banyak pembuluh / DM
Unprotected left main tanpa opsi tindakan
revaskularisasi lain
Stenf rutin pada lesi << de novo ) pembuluh
koroner asli
Stent rutin oada SVG
*European Society of Cardiology 2005
Tingkat
Rekomendasi*
IA
lla C
lla B
ilbc
[bc
IA
IA
INDIKASIPCI
Indikasi PCI secara singkat dapat dilihat pada tabel 3 dan
gambar I dat2.Untuk lebih mendetail disarankan diba'ca
dua panduan terbaru dari European Society of Cardiology 2005 dart Amerian College of Cardiology/American
Heart Association/Society of Cardiac Angiography and
Intervention 2005
1579
PCI provisional
abciximab atau
eptifibatid
Gambar 1. Algoritme PCI pada Non-Sf ebvation Myocardial lnfarction (NSTEMI) / Sindrom
Koroner Akut
Gambar 2. Algoritme PCI pada ST Elevation Myocardial lnfarction (STEMI) / sindrom Koroner
Akut
Keterangan
Dalam 3 lam pertama setelah timbul nyeri dada, trombolisis dapat dilakukan sebagai alternatif
PCl. *Bila trombolisis terkontraindikasi, atau penderita dalam risiko tinggi, amat disarankan penderita
untuk ditransfer ke senter dengan fasilitas PCl. Tujuan utama lebih dipilih PCI daripada trombolisis
pada 3 jam pertama adalah untuk pencegahan strok. Sedangkan pilihan PCI pada iam 3-12
adalah untuk menyelamatkan miokardium dan mencegah strok. Bila dilakukan trombolisis, hal ini
tidak boleh dinilai sebagai terapi final. Walaupun trombolisis berhasil, angiografi dan bila perlu
PCI disarankan dilakukan dalam24iam pertama.
1580
I(ARDIOI.OGI
REFERENSI
saphenous
2002;105:1285-90
Colombo A, HaIl P, Nakamura S, cs. Intracoronary stenting without
anticoagulation accomplished with intravascular ultrasound
guidance. Circulation 1995;91 : 1676-88
Colombo A, Orlic D, Stankovic G, et al. Preliminary observations
regarding angiographic pattern of restenosis after rapamycineluting stent implanttation. Circulation 2003'101 :2118-80.
Colombo A, Drzewiecki J, Banning A, et al. Randomized study to
assess
moderate-release
1991;73:825-30
RI, de Jaegere
PP, et
al Balloon
angioplasty
7994;331:496-501
Fajadet J, Morice MC, Bode C, et al. Maintenance
of long-term
2005;111:1040-4.
JL, Panetta CJ, et al. Incidence, correlates, management, and clinical outcome of coronary perforation:
Fasseas P, Orford
II
1581
in
1906 lesions.
restenosis
Cardiol
1991:,30:1428-36
Am J Cardiol 2002:,89l.326-30
Kornowski R, Ayzenberg O, Halon DA, et al. Preliminary experiences using X-Sizer catheter for thrombectomy of thrombuscontaining leslons during acute coronary syndromes. Cathet
Cardiovasc Interv 2003:58:443-8
Lemos PA, Serruys PW, van Domburg RT, et al Unrestricted utilization of sirolimus-eluting stents compared with conventional
bare stent implantration in the "rea1 world": the RapamycinEluting Stent Evaluated At Rotterdam Cardiology Hospital (RESEARCH) registry. Circulation 2004;109:190-5
Lemos PA, Saia F, Hofma SH, et al. Short- and long-term clinical
benefit of sirolimus-eluting stents compared to conventional bare
stents for patients with acute myocardial infarction. J Am Coll
Cardiol 2004;43:704-8,
Lemos PA, Lee CH, Degertekin M, et al Early outcome after
sirolimus-eluting stent implanttation jn patients with acute coronary syndromes: insights from the Rapamycin-Eluting Stent
Evaluated At Rotterdam Cardiology Hospital (RESEARCH) registry J Am Coll Cardiol 2003{1:2093-9.
Liistro F, Stankovic G Di MC, et al. First clinical experience with a
of narrowed
saphenous
Coronary angioplasty with stenting versus coronary artery bypass surgery in patients with multiple vessel disease (ERACI Il):
of coronary
an gio
stent
in
2004t350:22I -31
Sitber S, Popma J, Suntharalingham M, et al. Two-year follow-up of
90Sr/90Y beta-radiation versus placebo-control for the treament
of in-stent restenosis. Am Heart J 2005 (in-press)
Safian RD, Feldman T, Muller DW, et al. Coronary angioplasty and
rotablator atherectomy (CARAT): lmmediate and late results of
a prospective multicentre randomi2ed trial Cathet Cardiovasc
Intervent 2OO l'.53 :213-20
Simonton CA, Leon MB, Baim DS, et al. Optimal directional coronary atherectorly :final results of the optimal atherectomy
restenosis study (OARS). Circulation 1998:.91:332-9
Stankovic G Colombo A, Bersin R, et al. Comparison of directional
coronary atherectomy and stenting versus stenting alone for the
treatment of de novo and restenotic coroanry narrowing. Am J
Cardiol 2004:93:953-8
Schachinger Y Hamu-r CW, Munzel T, et al. A randomized trial of
in
s te n t s
poiy tetrafluoroethyl en e- mem brane - co v e red
Stankovic G. Colombo
A, Presbitero P, et al
Randomized
1582
I(ARDIOI.OGI
of polytetrafluoroethylene-covered stents in
saphenous vein grafts: the Randomized Evaluation of
polytetrafluoroethylene-COVered stents in Saphenous vein
grafts (RECOVERS) Trial.Circulation 2003:108:37-42
Sharma SK, Kini A, Mehran R, et al. Rotational atherectomy versus
balloon angioplasty for diffuse in-stent restenosis (ROSTER)
Am Heart I 2004'147:16-22
Stone GW, Rogers C. Hermiller J, et a1. Randomized comparison of
distal protection with filter-based catheter and a balloon
occlusion and aspiration system during percutaneous intervention of diseased saphenous veln aorto-coronary bypass grafts
Circulation 2003; 108:548-53
Stone GW, Webb J, Cox D, et a1. Primary angioplasty in acute
evaluation
Stone G, Cox
of thrombectomy prior to
percutaneous intervention in
diseased saphenous vein grafts and thrombus-containing
coronary areries. J Am Coll Cardiol 2003;42:200'7-13
Silber S, Alberlsson P, Aviles Ffl et a1. Guidelines for percutaneous
fl
atherectomy
with
2003 ;101
59
-64
lQ1 2165-71
Waksman R, Cheneau E, Ajani AE, et al Intracoronary radiation
therapy improves the clinical and angiographic outcomes of
diffuse in-stent restenotic lesions: results of the Washington
Radiation for In-stent Restenosis Trial for Long lesions (1ong
WRIST) Studies. Circulation 2003;107 :1744-9
Waksman R, Raizner AE, Yeung AC, et al. Use of localised intracoronary
beta radiation in treatment of in-stent restenosis: the INHIBIT
randornised controlled trial Lancet 2002:359:551-7
Waksman R, Ajani A, White RL, et al. Intravascular gamma
radiation for in-stent restenosis in saphenous-vein bypass grafts.
N Engl J Med 2002;346:1194-99
Waksman R. Ajani AE, White RL, et al Two-year follow-up after
beta and gamma intracoronary radiation therapy for patients
with diffuse in-stent restenosis. Am J Cardiol 2001:88:425-8
Waksman R, Ajani AE, Pnnow E, et al. Twelve versus six months of
clopidogrel to reduce major cardiac events in patients
undergoing gamma-radiation therapy for in-stent restenosis:
Washington Radiation for In-Stent restenosis Trial (WRIST)
l2 versus WRIST PLUS. Circulation 2002:106:116-8
Whitlow PW, Bass TA, Kipperman RM, et al. Results of the study
to determine rotablator and transluminal angioplasty strategy
(STRATAS). Am J Cardiol 2001;87:699-705.
248
GAGAL JANTUNG
Marulam M. Panggabean
DEFINISIGAGAL JANTUNG
tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat
istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan
lainnya.
Gagaljantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan
Sangguan pengisian ventrikel.Gagal jantung diastolik
didefenisikan sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi
lebih dari 50Vo. Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan
Doppler-ekokardiografi aliran darah mitral dan aliran vena
pulmonalis. Tidak dapat dibedakan dengan pemeriksaan
anamnesis, pemeriksaan jasmani saja. Ada 3 macam
gangguan fungsi diastolik:
'.
.
.
Gangguan relaksasi,
Pseudo-normal
Tipe restriktif.
Penatalaksanaan ditujukan untuk menghilangkan atau
dengan
dihidropiridin.
rco
1584
I(ARDIOLOGI
Kriteria Major
.
.
.
.
.
.
.
.
Ronkiparu
Kardiomegali
Edemaparu akut
Gallop 53
Peninggiantekanan venajugularis
Refluks hepatojugular
Kriteria Minor
.
.
.
.
.
.
.
Edema ekstremitas
Batukmalamhari
Dispnea d'effort
Hepatomegali
Efusipleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari ormal
Takikardia(>l20imeniQ
kriteria
DIAGNOSIS
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
asmani, elektrokardiografilfoto toraks, ekokardiografiDoppler dan kateterisasi seperti terlihat pada bagan di
bawah ini
rthopnea),kardiomegali,peningkatan
tekanan vena
1585
GAGALJANTUNG
nsidious ----->
lnsidious
-----> Refrakier/berat
lnsdious-------------->
Simtomatk
lmited)-+
sychronization
96
4
!.
BEFERENSI
Braunwald E.Heart Failure and Cor Pulmonal.
In:
Kasper
249
GAGAL JANTUNG AKUT
Daulat Manurung
PENDAHULUAN
.
.
and
and
1586
1587
GAGALJANTUNGAKUT
iskemik
akut
mekanik
akut
kanan
Penyakit jantung
.
.
.
Sindrom koroner
Komplikasr
dari infark
lnfark ventrikel
Valvular
. Slenosis valvular
. Regurgitasi valvular
. Endokarditis
o Diseksi aorta
Miopatia
. Postpartum
kardiomiopati
. Miokarditis akut
Gagal sirkulasi
.
.
.
.
.
o
Pirai
Tamponade
Emboli paru
jantung kronik
o
.
o
.
.
.
a
H
Septikemia
Hygrotoxicosis
Anemia
ipertensi/a ritmia
Hipertensi
Aritmia akut
.
.
Klasifikasi Klinis
Manifestasi klinis GJA memberikan gambaran/ kondisi
spectrum yang luas dan setiap klasifikasi tidak akan dapat
menggambarkan secara spesifik.
Pasien dengan GJA biasanya akan memperlihatkan
salah satu dari enam bentuk GJA. Edema paru tidak selalu
menyertai semua ke enam bentuk GJA.
1588
KARDIOI.OGI
6.
2. Klasifikasi
Gambar 1 dapat memperlihatkan kemungkinan
terjadinya tumpang tindih dari ke enam bentuk GJA ini.
Keenambentuk dari PJA ini, adalah:
2.
Edemaparu.
3.
oksigen.
Gagal jantung hipertensif, terdapat gejala dan tandatanda gagal jantung yang diserlai dengan tekanan darah
tinggi dan bisaanya fungsi sistolik jantung masih relatif
4.
5.
Prognosa
Data yang diperoleh dari beberapa registry terbaru dari
GJA dan beberapa survey yang telah dipublikasikan
seperti the EUro-Heart Failure Survey II, the ADHERE
registry dr Amerika Serikat dan survey Nasional dari Italia,
Perancis dan Finlandia . Namun banyak dari pasien-pasien
yang masuk dalam registry ini adalah penderita-penderita
dengan usia lanjut dengan faktor-faktor cormobid cardio
vaskuler dan Non cardiovaskuler yang sangat banyak,
dengan prognosejangka pendek danjangka panjang yang
buruk. Sindroma koroner akut merupakan kausa yang
paling sering dari gagal jantung akut yang baru. Kematian
di RS yang tinggi didapatkan pada pasien dengan shok
kardiogenik berkisar antara 40-60%. Sangat berbeda
dengan pasien gagal jantung akut hipertensif angka
kematian di rumah sakit rendah dan kebanyakan pulang
dari rumah sakit dalam keadaan asimptomatik.
Rata-rata perawatan di RS akibat GJA dari the Euro
Hearl Survey adalah t hari. Dari studi registry yang dirawat
karena GJA, hampir separuh diantaranya dirawat kembali
paling tidak sekali datam 12 bulan pertama. Estimasi
kombinasi kematian dan perawatan ulang untuk 60 hari
sej ak perawatan diperkirakan berkisar antata 30-50c/o .
Indikator prognostik selanjutnya sama dengan yang
dijumpai pada gagal jantung kronik lainnya.
Diagnosis GJA
Diagnosis GJA adalah berdasarkan simptom-simptom yang
ada dan penemuan-penemuan klinis. Konfirmasi dan
pemantauan dari diagnosis diperoleh dari anamnesa yang
teliti, pemeriksaanjasmani, EKG foto thorax, ekokardiografi
1589
GAGALJANTUNGAKUT
Evaluasi Awal
Penilaian secara sistematik presentasi klinik adalah sangat
penting, meliputi riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
yang teliti.
Penilaian perfusi perifer, suhu kulit, peninggian tekanan
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, urea, cretinin, gula
darah, albumin, enzyme hati dan INR harus merupakan
Natriuretic Peptide
B-type natriuretic peptides (BNP dan NT-pro BNP) yang
diperiksa pada fase akut dapat diterima sebagai prediktif
negative untukmeng-eklusi GJ, walau tidak sepenting pada
GJK dalam praktik sehari-hari. Belum ada kesepakatan
mengenai referensi nilai BNP atau NT-pro BNP pada GJA.
Nilai
Ekokardiograf
Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG dapat memberikan informasi yang sangat
penting, meliputi frekuensi debar jantung, irama jantung,
Foto Toraks
1590
I(ARDIOI.OGI
Managemen GJA
Kebanyakan GJA didasari oleh adanya PJK. Oleh sebab
itu identifrkasi PJK ini harus dipikirkan dari sejak awal untuk
evidence C).
Oxygen
Diberikan secepat mungkin pada penderita hipoksemia
Monitoring lnvasif
Arlerial line : Di indikasikan apabila memerlukan analisa
secara kontinu tekanan darah arterial pada penderita
dengan hemodinamik yang tidak stabil, atau untuk
(traC)
Angiografi Koroner
Pada pasien GJA yang didasari iskemia seperti angina tak
Fsu.ruri oz--- l
,
anerial<qs".
nomal
f+
)a
Tidak+
-
Tingkatkm pemberian 02
pertimbmgkan CPAP
NI PPV, Ventitasi mekanis
Pacu
elektroversi
1s91
GAGALJANTUNGAKUT
yang lama
Hiperkapnia
.
.
.
.
(IB).
Aspixia.
= NIV)
retensi CO2.
Loop Diuretika
Kontralndikasi
.
.
.
kognitif
berat ,ansietas)
Sedang
Berat
'Dosis
Duretika
furosemide atau
Bumetanide atau
torasemide
Furosemide
Furosemide infus
Bumetanide
Torasemide
Refraktor
air
Retensi
Perkalian
Harian (mg)
20-40
0,5
'l
10-20
40-1 00
5-40 mg/jam
Tambah HCT
1-4
20-100
50 -100
Atau metolazone
2,5-10
Atau
spironolaktone
25-50
Acetazolamide
0,5
terhadap
diuretika
Dengan
Alkalosis
Refraktor
terhadap
diuretika
dan HCT
Tambahdopamine
ataudobutamine
Pertimbangkan ultrafiltrasi
dan HD apabila ada
gangguan renal dan
Hiponatremia
1592
IGRDIOI.OGI
.
.
.
.
.
.
.
.
r
Hipokalemia,hiponatremia, hiperuricemia
Hipovolemia,dehidrasi, produksi urine harus dimonitor.
Aktivasi neurohormonal
Dapatmemicuhipotensi apabilasebelumnyadapatACE-
YARB.
NESIRITIDE
VASODILATOR
Indikasi:
Obat-obat inotropik
Inotropik agent harus harus dipertimbangkan pada
keadaan low output states, adanya tanda-tanda
hipoperfusi atau kongesti, walaupun pemberian vasodilator dan atau diuretika dapat memperbaiki symptom.
1593
GAGALJANTUNGAKUT
DOBUTAMINE
Levosimendan
Levosimandan merupakan salah satu dari calcium sensilizer yang dapat memperbaiki kontrolisitas jantung secara
Dopamine
Dopamine juga menstimulasi reseptor B-adrenergik, secara
langsung dan tidak langsung, dengan akibat meningkatkan
kontraklilitas miokardium dan cardiac output, merupakan
efek inotropik tambahan. Infus dopamine dosis rendah
Vasopressor
Vasopressor (Norepinephrine) tidak direkomendasikan
sebagai terapi awal (first line agents) pada GJA, dan hanya
dibenkan pada penderita dengan syok kardiogenik apabila
kombinasi obat-obat inotropik dan pengaturan cairan,
gagal menaikkan tekanan darah sistolik lebih dari 90mmHg,
dengan perfusi perifer yang tidak adekuat, meskipun ada
adalah
r594
Ii{RDIOI.OGI
Glikosida Jantung
operasi).
GJ Kanan
GJK Dekompensasi
Direkomendasikan pemberian vasodilator bersamaan
dengan loop diuretic. Pertimbangkan pemakaian dosis
tinggi dari diuretic pada penerita yang sudah mendapat
diuretika lama sebelumnya dan penderita dengan disfungsi
ginjal. Obarobat inotropik dapat diberikan pada penderita
hipotensi, dan pasien dengan hipoperfusi.
Edema Paru
Morphine biasanya diindikasikan, terutama apabila sesak
disertai rasa nyeri dan ketakutan. Vasodilator dapat
direkomendasikan asal tekanan darah normal atau tinggi
dan diuretika apabila ada volume overload atau retensi air.
Inotropik diperlukan apabila ada hipotensi dan tandatanda hipoperfusi organ. Intubasi atau ventilasi mekanik
meungkin diperlukan untuk memperoleh oksigensasi yang
adekuat.
GJ Hipertensif
Direkomedasikan vasodilator dengan monitoring yang
ketat dan terapi diuretic dosis rendah pada penderita
dengan volume overload, atau edema paru.
Syok Kardiogenik
Pembebanan cairan apabila secara klinis diperlukan (250
ml/ 10 menit) diikuti obat inotropik, apabila tekanan darah
sistolik masih < 90 mmHg. Apabila dengan inotropik gagal
menaikkan tekanan darah dan tanda hipoperfusi organ
masih menetap, norepineptrian boleh ditambahkan dengan
sangat hati-hati, Pompa intraaortic ballon (LABP) dan
kanan.
1595
GAGALJANTUNGAKUT
REFERENSI
The Criteria Committee of The New York Heart Association.
Nomenclature and criteria for Diagnosis of Disease of the Heart
and Great Vessels. 9th ed. Little Brown & Co;1994. pp253-256.
Hunt SA, Abraham WT, Chin MH,et al. ACC/AHA 2005 Guideline
update for the diagnosis and management of chronic heart failure in the adult: a Task Force on Practice Guidelines. Circulation 2005;l 12: el54-e235.
Kenneth Dickstein, Alain Cohen-Solal, Garasimos Filippatos, et al.
The Task Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and
Chronic Heart Failure 2008 of the European Society of Cardi-
Fail
Rev 2OO7:12:87-
90.
Killip T
clinical and hemodynamic function after acute myocardial infarction. Am J.Cardiol 1977 ;39:13'7 -745
Maisel AS, Bhaila
10
Peter JY Moran JL. Philips-Hughes J, Graham P.Bersten AD. Effects of non invasive positive pressure ventilation (NIPPV) on
mortality in patients with acute cardiogenic pulmonary oedema:
a meta-analylis. Lancet 2006;367 :1155-1163.
Lee G.DeMaria AN, Amsterdam EA, et al. Comparative effects of
morphine, meperidine and pentazocine on cardiocirculatory
dynamic in patients with acute myocardial lnfarction. Am J
Med 1976'.60:949-955.
Mebazaa A, Gheorghiade M, Pina IL, et al. Practical recommendations for prehospital and early in -hospital management of
patients presenting with acute heart failure syndromes. Crit
Care Med.2008;36:S 129-39.
Costanzo MR, Johannes RS, Pine M, et al. The safety of intravenous diuretics alone versus diuretics plus parenteral vasoactive
therapies in hospitalized patients with acutely decompensated
heart failure: a propensity score and instrumental variable analysis using the Acutely Decompensated Heart Failure National
Registry (ADHERE) database. Am Heart J. 2007 154:267-'17.
Costanzo MR, Guglin ME, Saltzberg Ml et al. Ultrafiltration versus intravenous diuretics for patients hospitalized for acute decompensated heart failure. J Am Coll Cardiol. 2007;49:67583.
Elkayam U, Bitar F, Ak}ter MW,et al. Intravenous nitroglycerin in
the treatment of decompensated heart failure: potential benefits and limitations. J Cardiovasc Pharmacol Ther 2004;9:227241
Sackner-Bernstein JD, Skopicki HA, Aaronson KD. Risk of worsening renal function with nesiritide in patients with acutely decompensated heart failure. Circulation. 2005;lll:1487 -97.
Bayram M, De Luca L, Massie MB,Gheorghiade M. Reassessment
of dobutamine, dopamine, and milrinone in the management of
acute heart failure syndromes. J Am Coll Cardiol 2005;96:47Gs8G.
Galley HF. Renal dose dopamine: will the message now get through?
Lancet 2000;3 56:21 12-2113.
Felker GM, Benza RL, Chandler AB, et a1. Heart failure etiology and
response to milrinone in decompensated heart failure: results
from the OPIOME-CHF stldy J Am Coll Cardiol 2003;41:9971 003.
Cuffe MS, Califf RM, Adams KF, et al. Short-term intravenous
milrinone for acute exacerbation of chronic heart failure: a
randomized controlled trial. JAMA. 2002;287 : I 541 -7 .
Mebazaa A, Nieminen MS, Packer M, et al. Levosimendan vs
dobutamine for patients with acute decompesated heart failure:
the SURVIVE Randomized Trial. JAMA 2007',297:1883-1891.
250
GAGAL JANTUNG KRONIK
AliGhanie
PENDAHULUAN
Pencetus
Epidemiologi
0,4Vo-2Vo dan
tahun pertama.
1596
t597
GAGALJANTUNGKRONIK
Class
ILa
II
Bukti kontroversi
Adanya bukti bahwa tindakan cenderung
bermanfaat
II.b
Manfaat dan efektivitas kurang terbukti
Class III Tindakan tidak bermanfaat bahkan berbahaya
sedangkan tingkat kepercayaan:
A data berasal dari uji random multipel, atau metaanalisis
B data berasal dari satu uji random klinik
C Konsensus, pendapat para pakar, uji klinik kecil, studi
retrospektif a[au registrasi
Upaya Pencegahan
Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi objektif
primer terutama pada kelompok dengan risiko tinggi.
.
.
.
.
katup
Memerlukan pembahasan khusus
Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi
di triase,
serta
.
.
Pemakaian obat-obatan
Pemakaian alat. dan tindakan bedah
.
.
.
.
.
.
.
Pemakaian Obat-obatan
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
An
o rI
peny ekat
Penyekat beta
.
.
.
.
.
.
.
.
Kardiomioplasti
ExternctL cardiac support
Terapi Farmakologi
An g
o t e n s i n-c
onv
ertin
na,\) n1.e
inhib
it o r s/pen y
ekat
.
.
perbaikan gejala.
Diuretik
Loop diuretic,tiazid, metolazon (Tabel 3)
' Penting untuk pengobatan simtomatik bila ditemukan
beban cairan berlebihan, kongesti paru dan edema
perif'er.(I,A)
1598
KARDIOIJOGI
Mortalitas Penelitian
Obat
Target
Dosis
Penelitian pada
Gagal jantung
kronik
ConsensusTrial
Enalapril
20 mg b i.d
1B4mg
Study Group,
1978
Cohn et al.
(V-
Enalapril
10 mg b.i.d
150m9
HeFT 11,1991)
The SOLVD
Enalapril
10 mg b.i.d
166m9
Lisinopril
Dosis
lnvestigators,
1
991
ATLAS
tinggi:
Dosis
32.5
35 mg perhari
25-5mgperhari
rendah:
Penelitian pasca lM dengan disfungsi LV dengan atau tanpa GJ
Pfeffer et al
(SAVE, 1992)
AIRE
TRACE
Captopril
50 mg t.i.d
(tidak ada)
Ramipril 5mgbid
(tidak ada)
(tidak ada)
Trandolapril 4 mq dailv
"
Obat
Dosis inisial
Dosis
oemeliharaan
Benazepril
2.5 mg
5 -'10 mg b.i d
Captopril
6.25 mg t i.d
25-50mgtid
Enalapril
2.5 mg perhari
10 mg b.i.d.
Lisinopril
2.5 mg perhari
5 - 20 mg perhari
Quinapril
2 5-5 mg perhari
5
l0 mg perhari
Perindopril
2 mg perhari
4 mg perhari
Ramipril
1 25 - 2.5 mg
2 5 - 5 mg b.i.d
Cilazapril
0.5 mg perhari
1-25mgperhari
'10 mg perhari
Fosinopril
20 mg perhari
Trandolapril
1 mg perhari
4 mg perhari
* Manufacture's or regulatory recommendations
perhari
.
.
tensin
II
1599
GAGALJANTUNGKRONIK
Rekomendasi
Harian Maksimum
(ms)
Dosis lnisial
Loop diuretics
Furosemid
Bumetanid
Torasemid
20-40
250
1.0
500
100 - 200
25
50-75
25
25
10
.F
25
26
Bisoprolol
50
50
First
dose
(mq)
Hipokalemia, hipomagnesaemia,
hiponatremia
H iperuricaemia, intoleransi
glukosa
Gangguan asam basa
25
+ACEI -ACEI
Beta-blocker
Hipokalemia, hipomagnesemia,
hiponatremia
Hiperurikemia, intoleransi glukosa
Gangguan asam basa
10
5-'10
Tiazid
Hidroklorotiazid
Metolazon
lndapamid
Potassium-sparing
diuretic
Amilorid
Triamteren
Spironolacton
0.5
25
ACEI - ACEI
20
40
100 200
50 100-200
Hiperkalemia, rash
Hiperkalemia
Hiperkalemia, ginaekomastia
Taroet
lncrements
-r,
OOSe
(mg'day')
trno-o*-rt
2.5,3 75,
5,
Titration
period
10
Minggu-Bulan
150
Minggu-Bulan
200
Minggu-Bulan
50
Minggu-Bulan
75,10
Metoprolol
Carvedllol
10,15,30,
50, 75,
suksinat CR
12 5125
'100
25,50, 100,
200
Nebivolol
3.125
6 25, 12 5,
25,50
Frekuensi pemberian harian sepefli pada penglihatan rujukan diatas
.
1
2
Vasodilator
mmol.l
',
6 Jika setelah
.
.
Hidralazin-isosorbid Dinitrat'
kombinasi.
1600
KARDIOI.OGI
- lain
Eprosartan
Losartan
I rbesartan
Telmisartan
Dosis (ms)
4
80
-32
- 320
dibandingkan dobutamin.
400 - 800
50 - 100
150-300
40-80
AntiTrombotik
Nitrat
Nesiritid
Merupakan klas obat vasodilator baru, merupakan
rekombinan otak manusia yang dikenal sebagai natriuretik
peptida tipe B. Obat ini identik dengan hormon endogen
dari ventrikel, yang mempunyai efek dilatasi arteri, vena
(I,A)
Pada gagal jantung kronik dengan penyakit jantung
koroner, dianjurkan pemakaian antiplatelet. (IIa, B)
Aspirin harus dihindari pada perawatan rumah sakit
berulang dengan gagal jantung yang memburuk.
Anti Aritmia
dapat
menimbulkan hipotensi
.
.
. Anti aritmia
klas
III,
di Eropa menunjukkan
bahwa
RINGKASAN
lnotropik Positif
.
.
rujukan.
1601
GAGALJANTUNGKRONIK
Diuret k
Angiotensin
Receptor
Blocker
ACE.
lnhibitor
intolerant
Penyekat
Beta
indicated
lf ACE
lndikasi
lndikasi
lndikasi
lndikasi dengan
atau tanpa ACE
inhibitor
lndicated,
combination
of diuretics
lndikasi dengan
atau tanpa
lndicated,
combination
of diuretics
lndikasi
(di bawah
pengawasan
spesialis)
lndikasi
(di bawah
pengawasan
spesialis)
(NYHA
[)
GJ memburuk
(NYHA ilr-rv)
ACE-inhibitor
Not
Pasca
lnfark
lndikasi
Disfungsi LV
asimtomatik
dysfunction
GJ simtomatik
Glikosida
Jantung
lnfark baru
Dengan fibrilasi
atrial
lnfark baru
a.when atrial
lndikasi
fibrillation
b when
improved from
more severe
HF in sinus
rhythm
lndikasi
lndikasi
lndikasi
Untuk gejala
Untuk survival/morbiditas
NYHA
Antagonis
Aldosteron
pasca
NYHA
II
+/- diuretik
tergantung pada
retensi cairan
MI
NYHA
lll
+ diuretik + digitalis
Penyekat beta
Tambah aldosteron
Antagonis
NYHA
lV
+ diuretik + digitalis +
consider
suport inotropis
sementara
REFERENSI
2001;22:152'7 -55
Swedberg,
K,
J.
261
MEI(ANISME DAN KLASIFIKASI ARITMIA
A. Muin Rahman
PENDAHULUAN
Bila yang dimaksud dengan irama jantung normal adalah
irarna yang berasal dari nodus SA, yang datang secara
teratur dengan frekuensi antara 60-l 00 /menit, cian dengan
harltaran tak mengalami hambatan pada tingkat manapun,
maka irama jantung lainnya dapat dikatakan sebagai aritnia.
Jadi yang dapat didefinisikan sebagai aritmia adalah:
. Irama yang berasal bukan dari nodus SA.
. Irama yang tidak teratur. sekalipun ia berasal dari nodus SA. rnisalnya sinus alitmia.
. Frekuensi kurang dtri 60x/menit (sinus bradikardia) atau
lebih dari l0Ox/menit (sinus takikardia).
spontan.
klasitikasi aritrnia.
mekanisme berikut:
M E KANISIVI E
TEB-!ADINYA ARITM IA
..
.
.
.
SA
dan
1602
1603
ETIOLOGIABITMIA
blok
ciapat
lnempengaruhinya.
Lingkungan sekitamya seperti beratnya iskemia, pH dan
berbagai elektroli t dalam serum, obat-obatan.
Kelainan janttrng seperti fibrotis dan sikatriks, inflamasi,
KLASIFIKASI ABITMIA
Dari mekanisme terjadinya iramajantung dan aritmia maka
dapatlah kita buat klasifikasi irama jantung sebagai berikut:
. Irama berasal dari nodus SA.
- Irama sinus normal, yaitu irama jantung normal pada
umufimya.
(" re sp
AritmiaAtrial.
Fluteratrial (AFi).
Atrial takikardia, biasanya paroksismal (PNI, Paroxysmal Atrial Tachltcardia). Ada juga yang
disertai dengan blok hantarannya, dan disebut
sebagai PAI dengan blok (PAT dengan blok).
Ekstrasistol atrial yaitu bila denyut dari Atrial
AVB3.
Dapat pula impuls 1 dan 2 dari A tak mengalami
hambatan, tapi impuls berikutnya mengalami hambatan
total (AVB 2 tipe 2) Sebetulnya impu ls 1 dan 2 telah
mengalami hambatan yang baru terlihat pada impuls
berikutnya (co ncea ed b lock)
Bila impuls di A datang dengan frekuensi lebih cepat,
maka ia tiba di B, Ialu mengalami hambatan parsial
dengan mmifestasi QRS yg lebih lebar (aberantia).
-.
Gambar 1.
AritmiaAVJungsional.
Ada yang timbul pasif', yaitu karena nodus SA kurang
aktif sehingga diambil alih:
- Irama AV Jungsional, biasanya bradikardia; bisa
1604
"
Aritmia Ventrikuiar.
- Irama Idio Ventrikular, biasanya non paroksismal,
dan idio ventrikuiar takikardia/non paroksismal
ventrikular takikardia (non PVT).
- Paroksismal ventrikular takikardia (PVT).
- Fluter ventrikular (VFl) serta Fibriiasi ventrikular
REFERENSI
AN, Lau SH, Heltanr R. et aJ. A study of heart block in rran
using Hrs bundle recordings. Circulation 1969t39:197 305,
Goldrever BN, Damato AN. The essenrial role of aLrioventricular
conduction deiay in the initiation oi paro.rysmaJ supraverltricular tachycardia. Circulation. l97l;43:679-87
Horowitz LN, Josephson NJE, Farshidi A, et al. Recuffent sustained
ventricular tachycarclia, 3: role ol the electrophysiologic study
Damato
978:5 8:985--97.
BLrndJe branch
block and
0/Ft).
Parasistolventrikular.
Wenkebach serta
Janse
Febiger,1976:662-72.
KARDIOLOGI
ventriculartachycard
rrechanisms.Circulati on
sustained
I 97815 7 :.13 I
,10.
::14:59 66.
Narula OS, Scherlag BJ, Samet P, eL al. Atrioventricular block: localization and classification by His bundle recordings. Am J Med.
i 97 I ;50: I 46 65.
252
GAI{GGUAN IRAMA JANTUNG YANG SPESIFIK
Hanafi B. Trisnohadi
Blok Sinoatrial
PENDAHULUAN
normal.
Sinus Bradikardia
Sinus bradikardia ialah irama sinus yang kurang dari 60
kali per menit. (Gambar 1) Hal ini sering diketemukan pada
Jantung
Sinus Aritmia
Sinus Takikardia
Sinus takikardia ialah irama sinus yang lebih cepat dari
100 kali per menit (Gambar 2)
Keadaan ini biasa ditemukan pada bayi dan anak kecil
dan takikardia sinus juga sering ditemukan pada beberapa
keadaan stres fisiologis maupun patologis sepefti kegiatan
fi sik (ol ahraga), demam, hipertiroidi sme. anemia, infek si,
160
1606
KARDIOLOGI
Ekstrasistol Atrial
atrial di sebut J\ga p re nrutur e tt I r i a I b e at s. Hal
ini terjadi karena adanya impuls yang berasal dtu'i atrium
yang timbul secara prematur. Keadaan ini biasanya tidak
mempunyai arti klinis yang penting, tetapi kadang-kadang
Fibrilasi Atrial
atri al terj adi eksi tasi dan recoverv yang sangat
teratur dari atrium. Oleh karena itu impuls listrik -vang
timbul dari atrium juga san-sat cepat dan sat.na sekali tidak
tel'atur. Pada perreliksaan EKG akan tampak adanya
Pada
fibrilasi
tidaLk
gelonrbang
fiblilasi (.fibrillution
dengan frekuensi deri 300 sampai 500 kali per menit. Bentuk
gelombang fibnlasi dapat kasar (coarse atriol fibrillation)
hari.
Pen atalaksanaan takikardia atrial paroksi sm al haru s
dilakukan segera, yaitu dengan memberikan penekanan
sebentar
jantung.
t6a7
dengan kecepatan lebih dari 300 per menit, diikuti kompleks QRS
juga tidak teratur dengan kecepatan sekitar 100 kali per menit.
kompleks QRS 70 per menit jadi lebih cepat dari irama nodal biasa,
Ekstrasistol Nodal
Irama ektopik dapat berasal dari nodus AV. Seperti
ekstrasistol atrial biasanya bersifat jinak. Secara klinis
ekstrasistol nodal tidak dapat dibedakan dengan
ekstrasistol ventrikular atau atrial. Diagnosis dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan EKG yang menunjukkan
gambaran seperli ekstrasistol atrial, kecuali gelornbang P
dari ekstrasistol berbentuk negatif di hantaran II atau
Pada irama
Ekstrasistol Ventrikel
Ekstrasistol ventrikel ialah gangguan irama di mana timbul
denyut jantung prematur yan-e berasal dari fokus yang
terletak di ventrikel. Ekstrasistol ventrikel dapat berasal
dari satu fokus atau lebih (multifokal). Ekstrasistol ventrikei
merupakan kelainan irama jantung yang paling sering
ditemnkan dan dapat timbul pada jantung yang normal.
B i asan.va fi'ekuen si nya bertambah dengan bertambah n ya
1608
KARDIOI.OGI
(GambarT).
Ekstrasistol ventrikel dapat disebabkan oleh iskemia
miokard, infark miokard akut, gagal jantung, sindrom QT
yang memanjang, prolaps katup mitral, cerebrovascular
acc iclent, keracunan digitalis, hipokalemia, miokarditi s.
kardiomiopati. Pengobatan ditujukan pada penyakit
dasarnya atau pengobatan perlu diberikan pada ventrikel
ekstrasistol yang dapat berkembang menjadi aritmia
ventrikel yang lebih berbahaya, sepefti takikardia ventrikel.
Pada pasien dengan infark jantung akut terapi perlu
diberikan bila ekstrasistol dianggap maligna, karena dapat
berkembang menjadi aritmia ventrikel yang berbahaya
seperti takikadia atau fibrilasi ventrikel. Ekstrasistol yang
maligna yaitu yang jumlahnya lebih dari 5 kali per menit,
ekstrasistol ventrikel yang timbul secara berturut-turut
menunjukkan adanya penyakitjantung yang berat. Diagnosis takikardia ventrikel ditegakkan bila ditemukan
takikardia dengan kecepatan 150-210 per menit, umumnya
teratur tapi kadang-kadang sedikit tak teratur. Biasanya
timbul tiba-tiba dan tidak pernah terjadi sebelumnya.
Penekanan pada bola mata atau penekanan pada arteri
karotis tidak ada efek apa-apa. Intensitas bunyi jantung
kadang-kadang berubah-ubah karena adanya disosiasi AV
(GambarS).
(.consec
Takikardia Ventrikel
Takikardia ventrikel ialah ekstrasistol ventrikel yang timbul
Fibrilasi Ventrikel
Fibrilasi ventrikel ialah irama ventrikel yang chaos dansarna
sekali tidak teratur. (Gambar 9) Hal ini menyebabkan
ventrikel tak dapat berkontraksi dengan cukup sehingga
curah jantung sangat menurun, bahkan sama sekali tidak
1609
Blok AV Tingkat !
BlokAV tingkat I umumnya disebabkan karena gangguan
konduksi di proksimal His bundle. (Gambar 11) Hal ini
Gambar 9. EKG menunjukkan fibrilasi ventrikel , dapat dilihat
gelombang yang sama sekali tidak teratur dan chaos
Takikardia ldioventrikular
Pada takikardia idioventrikular, gambaran EKG
memperlihatkan adanya kompleks QRS yang berasal dari
ventrikel (lebar dan bizarre) berturut-turut 3 atau lebih
dengan kecepatan 60-100 kali per menit. Keadaan ini
disebut jttga slow ventricular tachycardia atat accelerated idioyentricular rhythm. (Gambar 10) Kelainan ini
paling sering disebabkan oleh infark miokard akut.
Takikardia idioventrikular biasanya tidak berbahaya dan
tidak memerlukan pengobatan. Bila terjadi terus-menerus
dan ditemukan tanda hipoperfusi jaringan, maka perlu
PR
ll
b/ock(RBBB).
Blok AV Tingkat l!
Dibagi 2, yail;u Mobitz tipe
Mobitz tipe II.
Pada Mobitz tipe
Gangguan Konduksi
Heqrt block (blok jantung). Istilah blok jantung
menunjukkan suatu keadaan di mana terjadi gangguan
konduksi di nodus AV. Interval PR ialah waktu yang
dibutuhkan oleh impuls listrik untuk menjalar dari atrium
BlokAVtingkatI:
Pada blok AV tingkat I interval PR memanj ang lebih dari
0.20 detik.
BlokAVtingkatII:
Terjadi kegagalan impuls dari atrium untuk mencapai
ventrikel secara intermiten, sehingga denyut ventrikel
berkurang.
Blok AV tingkat III: (blok jantung yang komplit = com-
1610
KARDIOI.OGI
tingkat
Gambar 13. EKG menunjukkan blokAV tingkat ll tipe Mobitz ll, di
mana interual PR tidak memanjang tapi pada gelombang P ke 3
II
atau
III,
Gambar 14. EKG pada blok AV tingkat lll di mana dapat dilihat
gelombang P tak ada hubungan dengan kompleks QRS, gelombang
P kecepatan 60 kali per menit sedangkan kompleks QRS hanya
42 kali per menit
Sindrom Praeksitasi
Sindrom ini ditandai dengan adanya depolarisasi ventrikel
yang prematur. Termasuk dalam golongan ini ialah sindrom
Wolff ParkinsonWhite (WPW) dan sindrom Lown Ganong
1611
DisosiasiAV
Pada disosiasi AV, atrium dikontrol oleh fokus di atrium,
REFERENSI
disebabkan karena adanyajalur asesori atau jalur anomalus
Med 1988:109:9U5-12
Boriani G, Capucci A, Lenzi T, et al. Propafenon for Conversion of
Recent Onset Atrial Fibrllation. A Controlled Comparison Between Oral Loading Dose and Intravenous Administration. Chest
1995:108:355-8
Bar trW, Den Dulk K, Wellens HJJ. Atrioventricular dissociation. In
Comprehensive Electrocardiography; Theory and Practice in
Health and Disease, MacFarlane PW Lawrie TDV, Pergamon
Press, New
Med 19'71',62:252-66.
K et al Spontaneous Conversion and Maintenance of Sinus Rhythm by Amiodarone in Patients With Heart Failure and Atrial Fibrillation: Observations
From Veteran Affairs Congestive Heart Failure Survival Trial of
Knight BP, Michaud GF, Strickberger SA, Morady F: Electrocardiographic differentjation of atrial flutter from atrial fibrillation
by physicians. J Electrocardiol 1999:.32:315-9.
Rotman M, Triebwasser JH, A Clinical and follow up study of right
and left bundle branch block . Circulation 1975; 5l: 447.
Rosenbaum M, Elizari }'{Y, Lazzari JO. The hemiblocks. Tampa
Tracings, Tampa 1970.
Spodick DH. Normal sinus he:rrt rate: Sinus tachycardia and sinus
bradycardia redefined Am Heart J 1992l. 124:. 1ll9
25s
FIBRILASI ATRIAL
Sally Aman Nasution, Ryan Ranitya
PENDAHULUAN
+ l-2%a
dan
lainnya.
FA juga dapat timbul sehubungan dengan penyakit
sistemik non-kardiak. Misalnya pada hipertensi sistemik
ditemukan 45 Vo dart diabetes melitus 107o dari pasien FA.
PENYEBAB FA
FAmempunyai hubungan yang bermakna dengan kelainan
struktural akibat penyakit jantung. Diketahui bahwa sekitar
257o pasien FA juga menderita penyakit jantung koroner.
W'alaupun hanyal0% dari seluruh kejadian infark miokard
akut yang mengalami FA, tetapi kejadian tersebut akan
meningkatkan angka mortalitas sampai 40%. Pada pasien
yang menjalani operasi pintas koroner, sepertiganya
mengalami episode FA terutama pada tiga hari pasca
t6t2
t6t3
TIBRILASIATRIAL
.
.
reumatik
EVALUASIKLINIK FA
Perikarditis
KLASIFIKAS!FA
jantung
Mkronik
.
.
MANIFESTASIKLINIS FA
kongestif
pulmonalis
- Irama gallop 53
paroksismal.
.
.
.
jantung.
Pemeriksaan EKG: dapat diketahui antara lain irama
(verifikasi FA), hipertrofi ventrikel kiri, pre-eksitasi
ventrikel kiri, sindroma pre-eksitasi (sindroma WPW),
1.614
KOMPLIKASI
FA dapat mengakibatkan terjadi beberapa komplikasi yang
dapat meningkatkan angka morbiditas maupun mortalitas.
Di antara
komplikasi yang paling sering muncul dan membahayakan
adalah tromboemboli, terutama strok.
KARDIOI.OGI
Kardioversi Elektrik
Pasien FA dengan hemodinamik yang tidak stabil akibat
PENATALAKSANAAN FA
Tujuan yang ingin dicapai dalam penatalaksanaan FA
adalah mengembalikan ke irama sinus, mengontrol laju
irama ventrikel dan pencegahan komplikasi ffomboemboli.
diperlimbangkan.
KARDIOVERSI
Pengembalian ke irama sinus pada FA akan mengurangi
Kardioversi Farmakologis
Kardioversi farmakologis paling efektif bila dilakukan dalam
16L5
FIBRILASIATRIAL
Dosis
Efek Samping
Harian
Amiodaron
00-400
mg
Disopyramide
400-750
mg
Dofetilide
Flecainide
500-'1000
ug
200-300
mg
Procainamide
'1000-4000
mg
Propafenon
450-900
mg
Quinidine
600-1 500
mg
Sotalol
240-320
mg
PENCEGAHAN TROMBOEMBOLI
Pencegahan komplikasi tromboemboli merupakan salah
satu tujuan yang penting dalam pengobatan FA. Risiko
tromboemboli 7 kali lebih tinggi pada FA. Menurut studi
114:700-52\
4 ,5Vo
penurunan
risikosebesar 68Vo.Wartain menurunkan risiko strok ada
wanita 897o danpada laki-laki 6OVo.Pada studi AFASAK
pemberian aspirin 75 mg akan menurunkan risiko lSVo (957o
CI60-58Vo) sedangkan pada SPAF, pemberian aspirin 325
l6t6
I(ARDIOLOGI
strok62Vo(95EoCI48-727o)penlrutaarisikoabsolut2,T%
per tahun pada pencegahan primer dan 8,4Vo per tahun
pada pencegahan sekunder. Warfarin lebih baik dari pada
aspirin dengan penurunan risiko relatif 367o (CI l4-52Eo).
Warfarin dan aspirin menurunkan kejadian strok pada
Faktor risiko
rendah
Gender
wanita
Usia 65 -74
tahun
PJK
Tirotoksikosis
risiko moderat
usia > 75 tahun
hipertensi
gagal jantung
EF s 35%
Diabetes Melitus
risiko tinggi
riwayat strok,TlA
Atau emboli
stenosis mitral
katup protese
ALGORITM E PENATALAKSANAAN FA
t6t7
FIBRILASIATRIAL
i"..
rroksismal
Persisten
J
k diperlukan terapi
kecual
FA permanen
\
\
I
Antikoa gulan dan
kontrol laju
I
avntikoagulan
I
I
REFERENSI
Fuster
98:476-84.
Lanzarotti
1998:31:631-44.
Manning WJ, Silverman DI, Gordon Sp et al. Cardioversion from
atrial fibrillation without prolonged anticoagulation with use of
transesophageal achocardiography to exclude the presence of
atrial thrombi. N Engl J Med 1993; 328: 750-55
Prystowsky EN, Karz AM. Arrial Fibrillation. In : Topol ES, ed.
Textbook of Cardiovascular Medicine philadelphia: Lippincott_
Raven, I998:1827-61.
Psaty BM, Manolio TA, Kuller LH et al. Incidence of and r.isk
factors for atrial fibrillation in older adults. Circulation 1997:
96: 2455-61
Page RL, Wilkinson WE, Clair WK et al. Asymptomatic arhythmias
in patients with symptomatic paroxysmal atrial fibrillation and
paroxysmal supraventricular tachycardia. Circulation 1994; g9:
)41
254
ARITMIA SUPRA VENTRIKULAR
Lukman H. Makmun
PENDAHULUAN
(Percepatan fase 4)
\/\a
)
MEKANISME TAKIARITMIA
(perlambatan fase 4
1618
r6t9
His-Purkinje.
Perlambatan konduksi terjadi,
patologis karena jaringan parut
(s
Zone of unidirectional
1620
I(ARDIOI,TOGI
dan
V = 50 cm/sek
),"= 50 x 0.1 =5 cm
11.
Contoh:
PanjangAB=5cm
----+T atau AD = 0.1 sek.
(2) Bila
reentry:
Dsek(=T)
min.T = RP.
),,= 50x 0.1=5 cm
Reentry
r62t
Intervensi Invasif
. Yang paling sederhana adalah dengan menggunakan
defibrilator untuk mengatasi VT dan VF yang termasuk
dalam resusitasi jantung paru.
. Ablasi biasanya dilakukan pada AF paroksismal.
Biasanya tipe ini dipicu oleh fokus otomatis yang
berlokasi di vena pulmonalis. Dengan menggunakan
teknik kateterisasi sampai ke atriurrr kiri mencapai vena
pulmonalis kemudian setelah didapat signal fokus,
dilak-ukan ablasi. Selain itu ada juga teknik bedah MAZE
dengan membentuk multipel scars di atria kanan dan
kili sehingga mencegah penjalaran gelombang hbrillasi.
iri
dilakukan kardioversi.
OBATANTIARITMIA
Obat-obatan antiaritmia dibagi menjadi beberapa golongan
yaitu:
1622
IqRDIOI.OGI
disopiramid.
Klas
flekainid,lorkainid.
Pada penelitian-penelitian obat-obatan kelas I ini tidak
menunjukkan penurunan angka kematian secara signifikan
dibandingkan dengan kontrol. Bila diberikan pada pasien
ACEINHIBITOR
Pada pasien dengan gagal jantung kongestif menurut
beberapa penelitian golongan obat ini dapat menurunkan
kejadian VA kompleks termasuk VT, sehingga angka
suddent cardiac death juga akan menurun.
REFERENSI
ME, Zimetbaum P. The Tachyarrhytmias. In: Harrison's
Principle of Internal Medicine. Editor: Kasper, Braunwald, Fauci,
Josephson
Hlll;2005.p. 1342-9.
Jossephson. Clinical Cardiac Electrophysiology. 2'd. Lea &
Fabiger; I 993
Khan
r
255
ARITMIA VENTRIKEL
M. Yamin, Sjaharuddin Harun
PENDAHULUAN
mendadak.
Dalam tulisan ini akan diulas etiologi, gambaran EKG,
kepentingan klinis dan tatalaksana aritmia ventrikel yang
L!U.L
1624
I(ARDIOI,.OGI
down-slope gelombang T
Secara klinis PVC yang terjadi pada pasien dengan
f---N6m-Ef---l
sinu"
I nnvt,.
VT)
TFiAmeiilE--
II
Ventricutar
Contraction
I rpvct
I
I
I
r-EEm;iil;---'l
I 3'i1i1"".""
I ipnq
I
I
1
J
1 Tandai
2
3
3 siklus normal
Beri tanda gelombang P siklus EKG normal yang berada tepat sebelum
kompleks kontraksi premalur
Tanda gelombang P ke-3 harus jatuh tepat pada gelombang P
yang seharusnya seharusnya setelah kompleks prematur
disebut compensatory pause
""; '
t'
Klasif ikasi
VT dapat dibagi menjadi monomorfik dan
polimodik. VT monomorf,rk memiliki kompleks QRS yang
VI
Secara umum
Sedangkan
adanya
sustained.
Berdasarkan etiologi VT dikelompokkan menjadi:
VTldiopatik(ldlopathic VTy.
- VT Idiopatik Alur Keluar Ventrikel Kanan (Right
Ventricular Oufflow Tract VT=RVOT W)
t625
AR.ITMIAVENTRIKEL
..
(ARVD)
VTiskemia(lschemicW)
Gambar 3. Gambaran disosiasi AV pada idiopathic left ventricular tachycardia Perhatikan sandapan ll dan terlihat gelombang P
di depan kompleks QFIS ke-3, ke-6, ke-8, ke-15, ke-21
,danke-24
berlangsungnya
saat
VT dapat disingkirkan.
1626
I(ARDIOLOGI
Pertanyaan selanjutnya
Pertanyaan selanjutnya
Pertanvaan selan
dengan
ke-9, irri
-16
v3
v4
v5
V6
DIAGNOSIS BANDING
Tidak semua takikardi dengan kompleks QRS lebar adalah
VT meskipun l07o takikardi jenis ini adalah VT.
Takikardi dengan kompleks QRS lebar bisa terjadi pada:
.-J
v5
\,f6
LBBB
atau
RBBB biasa.
t627
ARITMIAVENTRIKEL
Gambar 7.
den-qan
1628
I(AR"DIOLOiGI
295
AA
HlrlEi
koroner
TATALAKSANA UMUM
jantung kanan.
D efib
r629
ARITMIAVENTRIKEL
Gambar
11 .
REFERENSI
Brugada P. Brugada J, Mont L, et al. A new tLpproach to the dif'feren-
324:719-22
Fibrilasi Ventrikular
II.
BMJ
321:116-9
Farzanh A, Lerman BB. Idiopathic outflow tract ventricular
t:rchycardia Heart 2005;91 :1 36-8
Denyut
lanrung
Ritme
Gelombang P
300-600
Sangat
iregular
Tidak ada
lnterval PR
ORS
(dalam detik)
Fib
rilasi
WG and Delacretaz
2000;84:-553-9
266
BRADIKARDIA
M. Yamin, A. Muin Rachman
PENDAHULUAN
Bradikardia merupakan temuan klinis yan-t kerap dijumpai
atrium kiri rnelalui Boclmtan's bundle, dilaniutkan ke nodus AV, His bundle, berkas cabang kanan dan kir-i, serabut
Purkinje, dan berakhir di miokard. Secara ringkas dapat
dilihat pada Gambar 1. Nodus ,{V mendapatkan pasokan
darah dari arteri desenden posterior yang merupakan
cabang dari arteri koroner kananpadaS0To populasi. Maka
(asimptomatik).
normal
1630
1631
BRADII(ARDI,A
Pe
Penyebab lntrinsik
l.
2.
3.
4.
5.
QRS
PT
Sinus bradycardia
ORS
Penyebab Ekstrinsik
l.
2.
3.
4.
5.
6.
Hipotiroid
PT
Gangguan elektrolit
Hipotermia
Kelainan neurologis
Sinus bradvcardia
] ORS
pT
Sinus bradycardia
PR konstan.
slnr.r.s
Sinus Bradikardia
t632
I(ARDIOLOGI
terang
lri
"a-
.-,:lr-*.U
Lf
-i +:*:-
i_.--
gkan
Gambar
BlokAV derajat
menimbulkan gejala.
Kompleks QRS yang lebar dengan laju 20-40 kali per menit
menunj ukkan lokasi hamb ata:n infrano dol' Sedangkan
1633
BRADII(ARDIA
KESlMPULAN
nodus AV.
Karena nodus AV dipersarafi oleh sistem saraf otonom
(terutama parasimpatis) yang dominan sedangkan jaringan
infranodal (sistem His-Purkinje) tidak, maka manuver yang
merangsang atau menghambat sistem saraf tersebut dapat
dipakai untuk menentukan lokasi gangguan hantaran. Jika
lokasi hambatan ada di nodus AV maka atropin atau latihan
fisik akan mengurangi atau bahkan menghilangkan blok.
Sebaliknyajika lokasi gangguan hantaran ada di infranodal,
maka pemberian atropin atau latihan fisik tidak akan
AV B ock
(CompeieAV block)
REFERENSI
Fogoros
RN Electrophysiologic
testing.
Sclence,
t999
Gold MR Permanent pacing:new indications Heart 2001;86 355
60
Huszar RJ. Basic dysrhythmias: interpretation and managernent 7t'
Ed, Mosby, 2002.
Magrum JM and DiMarco JP The evaluation and management of
bradycardia N Eng J Med 2005;10:703-9
Moses HW, Miller BD, Moulton KP, et al Practical guide to cardiac
pacing 5'h Ed. Lippincott Williams, 2000.
Munawar M, Yuniadi Y, Yamin M (Eds). Minicourse on arrhythmia,
16'h Weekend Course on Cardiology, 2004
Olgin JE and Zipes DP Specific arrhythmias: diagnosis and treatment In: Zipes DP, Libby P, Bonow RO, et al. Heart disease: a
textbook of cardiovascular medicine 7'h Ed. Elsevier Saunders.
2005.
257
I(ARDIOVERSI
M. Yamin, A. Muin Rachman
INDIKASI KARDIOVERSI
PENDAHULUAN
Fibrilasi ventrikel
Takikardia ventrikel, bila pengobatan medikamentosa
yang adekuat tidak berhasil menghentikan takikardia
tersebut atau pasien dengan keadaan hemodinamik
yang buruk.
Takikardia supraventrikular yang tidak bisa dihentikan
dengan pemberian obat-obatan atau keadaan
PERSIAPAN KARDIOVERSI
Antikoagulan
Pada fibrilasi atrial kronik perlu diberikan antikoagulan
seperti koumadin selama dua minggu sebelum tindakan,
Anestesia
Perlu diberikan obat anestesia karena prosedur
DC defibrilasi menimbulkan rasa sakit yang cukup
berat. Obat anestesi diberikan secara intravena,
biasanya golongan barbiturat kerja pendek atau
fentanil.
1634
1635
I(ARDTOVERSI
HASIL
Kardioversi dapat mengembalikan irama sinus sampai 957o,
tergantung tipe takiaritrnia. Tetapi kadang-kadang gangguan
KOMPLIKASI
Sebelum dilakukan tindakan kardioversi secara elektif,
dilakukan pemeriksaan fisis yang menyeluruh dan
pemeriksaan EKG lengkap. Pasien sebaiknya dalam
keadaan puasa selama 6-12 jamdan tidak ada tanda-tanda
intoksikasi obat seperti digitalis. Pasien juga dipantau
tekanan darah, iramajantung dan saturasi oksigen dengan
pulse oxymeten Setelah diberikan obat sedatif secara
intravena.
P addle pertama dibei j elly secukupnya dan diletakkan
di dada bagian depan sedikit sebelah kanan sternum di
sela i ga III, p addl e kedua setelah diberi j e lly diletakkan di
sebelah kiri apeks kordis; alat defibrilator dinyalakan dan
REFERENSI
Ewy GA:Optimal technique forelectrical cardioversion of atrial
fibrillation. Circulation 7986:1645-7
Prystowsky EN, Benson W, Fuster Vet al : Managements of patients
258
PACU JANTUNG SEMENTARA
A. Muin Rachman
PENDAHULUAN
ini
akhirnya
JANTUNG
Di
jantung
t637
PULSEGENERATOR
tersebut.
ELEKTRODA
berat.
Pacu jantung synchronous ialah pacu jantung yang
pacu Jantung.
.
.
.
.
.
1638
I$RDIOI.OGI
terjadi
jantungnya
(misalnya
kompetisi dengan frekuensi
sendiri
berupa pacu jantung synchronous yang diletakkan magnit
di atasnya sehingga menjadi asynchronous),' dan ada lagi
pacu jantung dengan kemampuan scanning sampai
ditemukannya waktu yang tepat untuk mengeluarkan
impulsnya guna memutus siklus "reentty tachycardia"
jantung yang mengalami takikardia tersebut.
Dengan demikian terdapat bermacam-macam pacu
jantung bila ditinjau dari cara pengeluaran impulsnya
(modus) dan bagian jantung yang disensor/dipacunya.
Komisi istilah telah menyusun suatu cara untuk pemberian
nama pada pacu jantung tersebut menurut modusnya
dengan singkatan 5 huruf sebagai berikut.
Huruf pertama (I)
Bagian jantungnya
(Chamber-paceQ
disensor
V-ventrikel
A-atrium
V-ventrikel
A-atrium
D-double
S-single
D-double
Respons (mode
response)
of
VVI
Pacu jantung dengan impuls ke ventrikel (V), sedangkan
sensor dari ventrikel (V), dan impuls dihambat oleh tanda
sensor (I). Bila ventrikel mengeluarkan impuls (QRS) maka
jantung tidak mengeluarkan impuls sampai wakru tertentu.
Bila dalam waktu tersebut QRS tak keluar lagi, makajantung
mengeluarkan impulsnya. Jadi ini suatu pacu janltngventricular demand. Sekarang banyak jenis pacu jantung ini
yang dapat diprogram secara sederhana misalnya VVI, P
WI
(AAI)
P-simple
l-inhibitor
M-multi programmable
T-multi programmable
telemetri
O-one
R-reverse
telemetri.
T-trigger
D-double
AAI
S-single
VAT
(V), sensor di
atrium (A), dan impuls dikeluarkan bila ada tanda dari
Pacu jantung dengan impuls ke ventrikel
function)
pacu
B-burst
N-normal rate
competition
S-scanning
E-external
dilanjutkan ke 4 dan 5.
CONTOH:
DVI
Pacu jantung dengan impuls ke atrium dan ventrikel (Ddouble), sensor di ventrikel (V), dan impuls dihambat bila
ada tanda sensor (I). Bila ventrikel mengeluarkan impuls,
maka pacu jantung tak mengeluarkan impuls. Bila tak ada
voo
Pacu jantung dengan impuls ke ventrikel
M,
sedang
1639
PACUJANTUNGSEMENTARA
VDD
Pacu jantung dengan impuls ke ventrikel (V), sensor di
atrium dan ventrikel (D), sedangkan impuls bisa dihambat
atau dikeluarkan bila ada tanda dari sensor (D) , jadi bisa
.
.
alternatiflain).
Sindromkarotishipersensitif.
Sinkop berulang yang timbul spontan ataupun dengan
Keadaan !l
sering anterior).
'
DDD
ata:u detajat
3 yang persisten sesudah infark jantung akut (paling
flutter parorysmal.
Blok A-V derajat 2 yangberat (advanced)
atau lebih.
Pada keadaan-keadaan
I jelas diperlukan
PPM,
diperlukan (profilaksis).
Keadaan lll
Ada pula PPM yang dipakai sebagai defrbrilator automatis,
suatu alat menyerupai pacu jantung yang memantau irama
jantung dan bila tiba-tiba muncul takiaritrnia ventrikel atau
f,rbrilasi ventrikel maka alat ini akan mengeluarkan arus
Keadaan I
Blok A-V derajat 3 atau derajat 2 permanen
atau
1640
I(ARDIOLOGI
TEKNIK PEMASANGAN
B
C
D
Pungsi vena memakai jarum cukup besar sehingga guide wire dapal
masu k
Transtorakal
melalui shealh
ditinggalkan.
Torakotomi, membuka dinding dada atau dari bawah
melal ui diafragma ditanamkan elektroda ke epikard/miokard
(prosedur operatif).
2)
A,
(E ), Garis titik-titik
B. PPM, Transvenous
C. Transtorakal
L641
PACUJANTUNGSEMENTARA
KOMPLIKASI
ventrikel kanan.
Setelah diperkirakan posisi elektroda sudah baik,
dilakukan beberapa uji seperti EKG intra-kardiak (untuk
melihat adanya elevasi ST, pertanda bahwa elektroda
berkontak pada endokardium dengan baik, sedang
voltage QRS lebih dari 4,0 mV supaya mekanisme sensor
berjalan dengan baik), pengukuran ambang rangsang
(threshold), perubahan posisi pasien seperti batuk, tarik
nafas dalam dan sebagainya. Paling mudah ambang
rangsang dan voltase QRS diukur dengan alat PSA
kanan, kadang-kadang
di kiri.
Pada prosedur
torakotomi, melalui diafragma, biasanya pulse generator ditanam di dinding pertt. Pulse generator ditanam
di antara jaringan kulit (subkutan) dan otot, bukan di
jaringan lemak bawah kulit, untuk mengurangi erosi.
Untuk dinding dada insisi transversal dilakukan di
daerah dada melengkung ke bawah, di bagian lateral ke
.
.
.
.
.
stimulasidiafragma47o
infeksi37o
perdaruhan2Vo
erosi3%o
c ardi
1642
I(ARDIOI.OGI
perubahan potensial
"
dapat dinilai.
t643
REFERENSI
Dreifus LS and Brest AN (Eds) Pacemaker Therapy. Philadelphia
FA Davis Go. 1983.
Iittle Ford PO Method for the rapid and a traumatic insertion of
permanen endocardial pacemaker electrodes through the subclavian vein. Am Cardiol 1979: 43: 980.
Personet v dkk Implanttable cardiac pacemakers. Status report and
resource guideline Pacemaker Study Group. Girc 50. 1974
Supplll, A 21,
Mond HG and Sloman JG. The malfunctioning pacemaker system.
Pert L Pace la8l; -1:49.
Mirowski M. The automatic implanttable defibrillator. Am Heart J
1980: 1 DO: 1089.
:
259
ELEKTROFISIOLOGI
M. Yarnin, Sjaharuddin Harun, Lukman H. Makmun
PENDAHULUAF{
JANTUNG
Elektlofisiologi adalah prosedur perleriksaan sistem listrik
jantung clengan tujLran utanra untnk mengetahui rlekanistne
clan terapi ariti'nia . Proscdur perneriksaan ini meliputi
peneulpatan katel-er dengan elektroda multipolar melalui
vena dan atau ai'teri pada beberapa tempat di dalam jantung
-,
supenorvena cava
2 intelof
the
suFror
3 rlghlal rum
4 in eL oI the nbior
6 lnleiorvensva
"
1644
t64s
FI FKIROFISIOIOGI
Pada fase
POTENTTAL)
Semua sel hidup, termasuk sel jantung, pada saat istirahat
memiliki muatan positif di luar sel dan muatan negatif di
gen
es i
s)
n).
ang
-x
t@
s@nds n
tu
40
60
30
AU OTOMATISASI (A UrO M AT t C
trYl
t646
KARDIOI,OGI
REENTRY
. Alat fluoroskopi
Gambar3.
laboratori um kateterisasi)
ts
1647
EI FKTROFISIOLCIGI
-*-**r--.------
*.-,-
fibrilasi atrium.
His-Purkinje
induksi aritr-nia atrial
Pemacuan ventl-ikel
- penilaian kondLrksi retrograd
- indLrksi aritmia ventrikel
L,ji-coba etek obat
"
'
koronarius
tersebut di atas.
Secara umum ada empat protokol utama dalam pemeriksaan
komple-ks QRS)
dLrrasi kornpleks QRS
gclomban-e T)
DadEGM(Elektrogram)
- panjang siklLrs dasar (.Basir: Ctcle Lcn;qth) yang
menceflninkan laju irama clasar (intrinsik)
interval PA
interval AFI
interval LtrV
.
.
Pemacuan atrium:
1548
I(ARDIOI.OGI
er (Atrioy
et
tric u-
(Gambar6.A)
(commonhlpical type).
Ablasi TRNA merupakan tindakan terapi kuratif dengan
angka keberhasllan 95-9lVo. Pendekatan ablasi TRNA
adalah dengan memutus jalur lambat (slo** pathway).
Gambar 9 memperlihatkan skema lokasi ablasi dan rekaman
pathway).
(,
(rRNA)
Pada kebanyakan pasien terdapat dua jalur mastk (dual
AV nodal pathwav*) dari atrium ke nodus atrioventrikuler
(NA) yaitu jalur cepat (fust pathway) dan jalur lamb at(slowpathv:av). Penelitian terkini mendapatkan adanya tiga jalur
nr asuk dari atri urn ke NA yaitu j alur lambat, j alur menengah,
dan jalur cepat. Umumnya pada saat irama sinus, impuls
ELEKTROFISIOLOGI
1649
Supen('r
vena cava
Coronary
Compact
os
His bundle
I.icusOic
Kanan dan kiri (FIA/LA) dan ventrikel kanan dan kiri (R/LV) secara
normal tidak dapat menghantarkan impuls listrik karena adanya
skeleton kardiak (membentuk annulus tricuspid dan mitral) yang
rt 2002 87 299-304
;
ow pathway potentia
TAKIKARDIA
ffRA)
dan
R EENTRY ATBIOVENTRIKULER
99o/o d,an
komplikasi 1.8'lo.
Pada tulisan tidak dibahas tenrang elektrotisiologi pada
takikardia venl.rikuler (TV) karena akan dibahas pada topik
TV
lt
1650
KARDIOLOGI
block).
tidak
KATETER?
1651
FI tr'KIROFISIOLOGI
jiwa:
Pasien Fibrilasi Atrial (FA) dengan sindrom I|'ofParkinson-Whlte dengan masa refrakter antegrad jaras
tambahan yang pendek
Pasien dengan aritmia yang menimbulkan gagal jantung:
fluter atrial
fibrilasiatrial
takikardiaatrial
fluter atrial
fibrilasi atrial
TRNA
TRA
takikardia ventrikel idiopatik
REFERENSI
Calkins H. Radiofrequency ablation of supraventricular arrhythmias
. Heart 2001:85:594-600.
Chauhan VS, Krahn AD, Klein GJ, et al Supraventricular tachycardia, Medical Clin of North Am;85:196-223.
Fogoros RN. Electrophysiologic testing. 3rd Ed, Blackwell Science,
1999
Friedman PA Novel mapping techniques for cardiac electrophysiology Heart 2002;81:575-82
Huszan RJ. Basic dysrhythmias 7'h Ed, Mosby, 2002
Lundqvist CB, Scheinman MM, Aliot EM, et al ACC/AHA/ESC
guidelines for the management of patients with supraventricu-
Company, 1994.
Rubart M and Zipes DP. Genesis of cardiac arrhythmias: electrophysiological consideration. In: Zipes DP, Libby P, Bonow RO,
et al. Heart disease: a textbook of cardiovascular medicine.T'h
Ed, Elsevier Saunders, 2005.
Schilling RJ Which patient should be referred to an electrophysiologist: supraventri c ular tachycardia. Heart 2002:.8'7 :299 -304.
Singer I (Ed). Interventional electrophysiology. 2"'j Ed, Lippincort
260
PACU JANTUNG MENETAP (PERMANEN)
M. Yamin
PENDAHULUAN
jantung permanen (PJP) adalah suatu sirkuit di mana
sebrah generalor mengeluarkan arus listrik yang mengalir
ke otot jantung (miokard) melalui sebuah kabel (wire)
penghantar untuk merangsang jantung berdenyut, dan
selanjutnya kembali ke generator (sirkuit berakhir). Jadi
PJP umumnya diindikasikan pada kelainan irama jantung
yang lambat (bradikardia), baik oleh karena kelainan
pembentukan impuls misalnya sindrom sinus sakit (SSS)
Pacu
listrik) sehingga
t652
1653
Atrioventricular node
Bundle of His
d -w i t"e
Purkinje fibers
Fibrous skeleton
of the heart
t654
KARDIOLOGT
m p I itw de
n:
dth
1.
kanan.
,oPLUlcUUllll,lCUvUdylucUUll,llllt
1,20v@0,37rs V
0,90i@0.37ms
I
1655
I
Gambar 7" Sensing yang dilakukan oleh pacu jantung mendapat
nilai gelombang R (irama intrinsik pada ventrikel) adalah 8,4 milivolt
(mV) Nilai ini cukup baik untuk ventrikel (minimal 5 mV)
TERMINOLOGIDALAM PJP
Untuk memudahkan dalam komunikasi dan penamaan PJP
maka oleh Norrh Americo.n Society of Pacing and
ELectropht;siology (NASPE) dan British Pacing and
Posisi
voo
Ruang yang dipacu adalah ventrikel (V) tanpa ada ruang
yang dideteksi (O) dan tentu tidak ada respons terhadap
deteksi/sensing (O). Jenis ini dikenal sebagai pemacuan
VVI
Ruang yang dipacu adalah ventrikel (V) dan ruang tempat
deteksi adalah ventrikeljuga (V) dan respons bila terdapat
s ensingl irama intrinsik adalah inhibisi (I)/ penghambatan.
VVIR
Sama seperti
B
di
ini
terdapat
DDD
Pemacuan dan deteksi kamar ganda (D) dengan respons
inhibisi bila terdapat sensing irama intrinsik baik pada
atrium dan ventrikel pada nilai AV tertentu dan akan
1656
I(ARDIOI.OGI
Kategori O=Tidakada
A = atrium
V = ventrikel
D = atrium dan ventrikel
Ruang yang
mendeteksi (sensrng)
Respons terhadap
sens/ng
O = tidak ada
A = atrium
V = ventrikel
D = atrium dan vetrikel
O = tidak ada
| = inhibisi
T = trigerred
D = inhibisi dan trigerred
O = tidak ada
R = rate
modulation
DDDR
Sama seperti di atas ditambah kemampuan adaptasi laju
pemacuan. Inilahjenis PJP yang paling fisiologis dan ideal.
Pengaturan
Pacuan
O=tdk ada
A=atrium
V=ventrikel
D=atrium dan ventrikel
maksimal.
.
.
.
PERMANEN
Secara umum indikasi pemasangan PJP adalah keadaan
junction
k)
B Io c
1657
(NYHA) III
nus karotis
.
.
.
.
.
jantung
Disfungsi nodus sinus yang bergejala dan berkaitan
dengan bradikardi yang tidak sesuai dengan usia
Blok AV derajat dua atau tiga pasca operasi yang tidak
pulih setelah rujuh hari
BlokAV bawaan dengan irama pengganti tipe kompleks
QRS lebar, irama ektopik ventrikel, dan disfungsi
ventrikel kiri
indikasi kelas
pada kelainan
1658
KARDIOI.]OGI
atritm yang
Desire for
antrial pacing
Desire for
rate response
Rate-responsive
ventricular
pacemaker
Rate-responsive
ventricular
pacemaker
Singel-lead atrial
sensing ventricular
pacemaker
Gambar 11 . Pemilihan jenis pacu jantung pada kelainan blok atrioventrikuler (Dikutip dari Gregoratos G, Abraham J, Epstein AE et al. ACC/
AHfuNASPE guideline update for implanttation of cardiac pacemakers and antiarrhythmia devices.Circulation 2002;106:2145-61 )
16s9
Desire for
AV syncrony
Desire for
rate response
Desire for
rate response
Gambar 12. Pemilihan pacu jantung pada kelainan nodus sinus. (Dikutip dari Gregoratos G, Abraham J, Epstein AE et
al. ACC/AHA/NASPE guideline update for implanttation of cardiac pacemakers and antiarrhythmia devices.Circulation
2002;106:2145-61
l.
A.
1.
2.
3.
B
'1.
2.
A.
B.
Threshold
1.
2.
3.
Voltage, <3 mV
Current:< 6 mA
1.
2.
1660
IGRDIOI.OGI
atrium kanan (kiri atas) ventrikel kanan (paling bawah), dan sinus
.
.
.
..
.
.
simptomatik
REFERENSI
Berstein AD, Daubert JC, Fletcher ED, et al. The revised NASPE/
L66t
t992
Gregoratos C, Abraham J. Epstein AE et al. ACC/AHA/NASPE guideline update for implanttation of cardiac pacemakers and
Saunders, 2005.
Circulation
al
Science. 2002
Schoenfeld MH. Fo11ow-up assessments of pacemaker patient. ln:
Ellenbogen KA, Wood MA. Cardiac pacing and ICDs. 3'd Ed.
KA
26t
DEMAM REUMATIK DAN
PENYAKIT JANTUNG REUMATIK
Saharman Leman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan pola etiologi penyakit jantung yang dirawat
di B agian Penyakit Dalam RSUP dr.M.Dj amil Padang tahun
1973-1977 didapatkan 31,47o pasien Demam Reumatik/
Penyakit Jantung Reumatik (DR/PJR ) pada usia 10-40
tahun, dengan mofialitas I2,4Vo (Harif, Saharman Leman,
1978).
Batasan
DR merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik non
supuratif yang digolongkan pada kelainan vaskular
kolagen atau kelainan jaringan ikat (Stollermary 1972).
Proses reumatik ini merupakan reaksi peradangan yang
dapat mengenai banyak organ tubuh terutama jantung,
sendi dan sistem saraf pusat.
Manifestasi klinis penyakit DR ini akibat kuman
&Bravol9l9).
t662
1663
ing)
Bila DR dengan karditis dan atau PJR (kelainan katup)
sehingga
pengobatan
Maka dari itu di Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUnand/RSUP dr.M.Djamil Padang dilaksanakan suatu
program pencegahan sekunder yang dapat mengurangi/
menghilangkan pe{alanan penyakit Demam Reumatik (DR)
dan PJR yang cukup dahsyat ini. Protokol tetap yang
dilaksanakan sejak tahun 1978 sampai sekarang adalah
sebagai berikut:
. Untuk pasien <20 tahun, mendapat suntikan Benzatin
Penisilin G 1,2 juta unit tiap 4 minggu sampai umur 25
tahun.
(Stollerman, 1955).
Seperti diketahui bahwa pencegahan demam reumatik ada
2caru:
. Pencegahan primer: yaitu upaya pencegahan infeksi
tahun.
t664
IqRDIOI.OGI
197
i':Ji"#
^"'i#i"" populasr
Negara
lnggris &
Wales
* Kuwait
. Saudi Arabia
* Swedia
- USA
* lran
* Cekoslowakia
* Hongkong
* lndonesia
1-14
47
1984-1988 5-14
29
963
984 5 - 14
22
197'l-1980 0 - 15
0.2
1978
0 - 14
I
1975
semua umur
59-100
1972
1- 15
8.5
1972
semua umur
23
1
980-1
Pengobatan
Salisilat saja
Salisilat 100 mg/kgBB/hari selama 2
minggu dan diteruskan dengan 75
mg/Kgbb/hr selama 4-6 minggu
Prednison 2 mg/kgbb/hari se lama 2
minggu dan tapering selama 2
minggu dengan ditambahkan
salisilat 75 mg//kgbb/hari untuk 6
M,
25-40%o
mrnggu
PATOGENESIS
Untuk program pencegahan primer dipergunakan obat
Penisilin V 2 juta Unit/hari selama 10 hari atau Eritromisin
40 mg/kg bb ftrari selama l0 hari.
SGA. (Pattaroyo,1979)
Faktor-faktor yang diduga terjadinya komplikasi pasca
t665
MORFOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
DR/PJR yang kita kenal sekarang merupakan kumpulan
gejala terpisah-pisah dan kemudian menjadi suatu penyakit
DR/PJR. Adapun gejala-gejala itu adalah:
Chorea
Chorea ini didapatkan l07o dari DR (Strasseg I 978) yang
dapat merupakan manifestasi klinis sendiri atau bersamaan
dengan karditis. Masa laten infeksi SGA dengan chorea
cukup lama yaitu 2-6 bulan atau lebih. Lebih sering dikenai
pada perempuan pada umur 8-12 tahun. Dan gejala ini
muncul selama 3-4 bulan. Dapat juga ditemukan pada anak
ini suatu emosi yang labil di mana anak ini suka menyendiri
dan kurang perhatian terhadap lingkungannya sendiri.
Gerakan-gerakan tanpa disadari akan ditemukan pada wajah
dan angota-anggota gerak tubuh yang biasanya unilateral. Dan gerakan ini menghilang saat tidur.
Eritema Marginatum
Eritema marginatum ini ditemukan kira-kira1%o daipasien
DR, dan berlangsung berminggu-minggu dan berbulan,
tidak nyeri dan tidak gatal.
Artritis
Nodul Subkutanius
DR akut (Majeed H.A 1992). Sendi yang dikenai berpindahpindah tanpa cacat yang biasanya adalah sendi besar
seperti lutut, pergelangan kaki, paha, lengan, panggul, siku
dan bahu. Munculnya tiba-tiba dengan rasa nyeri yang
meningkat 12-24 jam yang diikuti dengan reaksi radang.
Nyeri ini akan menghilang secara perlahan-lahan.
Radang sendi ini jarang yang menetap lebih dari satu
minggu sehinggaterlihat sembuh sempuma. Proses migrasi
artritis ini membutuhkan waktu 3-6 minggu. Sendi-sendi
keciljari tangan dan kakijuga dapat dikenai. Pengobatan
dengan aspirin dapat merupakan diagnosis terapetik pada
atritis yang sangat bermanfaat. Bila tidak membaik dalam
24-72 jam, maka diagnosis akan diragukan.
gejala yang lebih berat yaitu gagal jantung. Kadangkadang karditis itu asimtomatik dan terdeteksi saat adanya
nyeri sendi. Karditis ini bisa hanya mengenai endokardium
saja. Endokarditis terdeteksi saat adanya bising jantung.
.
.
SGA tersebut.
Karditis
Karditis merupakan manifestasi klinis yang penting dengan
1666
KARDIOI.OGI
Di Negara
.S
.
Arabia,1984
Eritema Nodul
r Marginatum
Artritis carditis Korei
Subkutan
80%
60%
7%
Mortalitas
0o/o
0%
lYo
(30)
. Tunisia, 1982
ao/
92o/o
79%
63%
1%
0%
0%
0%
60/o
64%
NI
NI
10o/o
2%
0.4o/o
10k
,o/
0.450/o
8o/o
20o/o
2%
2%
0 36%
0.98%
35Yo
1.7Yo
2.2%
4 4%
1,6Yo
(324)
. Kuwait,1992 (445)
. usA, 1962 (275)
. tndia,1974 (102)
* lndonesia:
- Asikin H 1984
- Saharman L
B1o/o
76%
66%
38%
83Yo
44%
42%
34%
57%
94,5Yo
11 5o/.
1999
yang meningkat, protein C-reactive, mukoprotein serum. Laju endapan darah dan protein C-reactive yang
tersering diperiksa dan selalu meningkat atau positif
saat fase akut dan tidak dipengaruhi oleh obat-obat
antireumatik. (Taranta & Moody, 1971)
Anemia yang ringan sering ditemukan adalah anemia
norrnositer normokrom karena infeksi kronis DR. Dengan
kortikosteroid anemia dapat diperbaiki.Tidak ada pola yang
khas dari EKG pada DR dengan karditis. Adanya bising
sistolik dapat dibantu dengan kelainan EKG berupa interval PR yang memanjang atau perubahan patern ST:T yang
tidak spesifik (Wahab, 1980)
Gejala major:
Gejala minor:
Korea
Nodul subkutaneus
Eritema marginatum
Poliatritis
Karditis
PERJALANAN PENYAKIT
Manifestasi DR sangat bervariasi. tetapi umumnya muncul
dengan bermacam-macam manifestasi klinis. Dan biasanya
dengan berbagai manifestasi klinis yang sukar ditentukan
pada saat pasien datang pertama kali berobat. Masa laten
infeksi Streptokokus dengan munculnya DR akut cukup
singkat bila ada atritis dan eritema marginatum dan akan
lebih lama dengan chorea, sedangkan karditis dengan nodul
subkutan diantaranya.
Lamanya DR akut jarang melebihi 3 bulan. Tetapi bila
ada karditis yang berat biasanya klinis DR akut akan
1667
Rossentha, 1968)
Kadang-kadang karditis dapat juga terjadi pertama kali
serangan DR akut pada umur >25 tahun. Bila ringan akan
sembuh, tetapi bila karditis yang disertai demam dan
takikardia sering berlanjut dengan (3) kardiomegali dan
menetap dan bising-bising katup akan terdengar. Dan (4)
dekompensatio kordis dapat terjadi selama karditis masih
aktif.
St
r ept o ko
1990).
PROGNOSIS
DR tidak akan kambuh bila infeksi Streptokokus diatasi.
Prognosis sangat baik bila karditis sembuh pada saat
permulaan serangan akut DR. Selama 5 tahun pertama
perjalanan penyakit DR dan PJR tidak membaik bila bising
organik katup tidak menghilang, (Feinstein AR dkk, I 964).
Prognosis memburuk bila gejala karditisnya lebih berat,
dan ternyata DR akut dengan Payahjantung akan sembuh
ini
sangat
KEKAMBUHAN
Serangan perlama DR biasanya terjadi pada daerah wabah
43Vo
dantanpa kelainan
(w.H.o,1966)
Keunggulan cara
ini (Markowitz
,1985) mungkin
disebabkan oleh:
. Kunjungan sekali sebulan yang mendapatpencegahan
sekunder itu dipatuhi dan kesediaan obat lebih terjamin
dalam depot obat. (Wannamaker, 195 1)
. Absorpsi obat dan otot mungkin lebih lengkap dari pada
di
'
usus.
" Streptokokus
1668
I(ARDIOI.OGI
.
.
.
pencegahan.
SARAN
UPAYA PENGENDALIAN DB/PJ H/ERADI KASI
REFERENSI
Ad hoc Committee to Revise the Jones criteria (Modified) of the
councill on Rheumatic Fever And Congetudinal Heart Disease
1967 Jones criteria (revised) for qurdence in the diagnosis of
rheumatic fever American Heart Asso-ciation.
Abraharn M.T, Ghersam G: Rheumartic fever. Dalam ParmleyWW,
Chateryee K : Cardiology voJ. 2, Phyladelphia: JB Lrppincoot
Company; I 988.
Circulation 1951,4.
Brown E.E, 1951
Cause
121.1:
565-76
tergantung pada:
Pediat 68
.
.
ini
in
t669
in
thema
Rosenthal
4l:612.
: Rheumatic fever and rheumatic heart diseases
eradication with secondary prophylaxis prevention Benzanthine
penicillin G long acting 1,2 million unit in M.Djamil Hospital
Padang, 1978-1998. Abstract l3h Asian Congress of Cardiology, Singapore, June 2000, 182-3.
Saharman Leman : Perjalanan Penyakit Demam Reumatik dan
Penyakit Jantung Reumatik di Lab./UPF Penyakit Dalam FKUnand./RSUP dr.M.Djamil Padang. Analisis "survival".Naskah
Lengkap KOPAPDI VIII, Yogjakarta, 1990, 153-60.
Siegel A.C, Johnson E.E, and Stollerman G.H: Controlled studies of
streptococcal pharyngitis in pediatric population. New Engl. J.
Med . 1961; 24 :25 7 -264.
Shrestha N.K, and Padmavati S, : Prevalence of rheumatic heart
disease in Delhi school Children. Indian J Med. Res 1979;69:
Saharman Leman
827.
Spagnoulo M, Postemcak B,Taranta A: Risk of rheumatic fever
recurrence after streptococcal infection. Prospective study in
clinical and social factors. New Eng. J. Med.1971; 12:641-647.
Strasser T. : Recent advances in rheumatic fever control and future
prospects. Bull. WHO 1978; 56 : 887.
Strasser T. : Community control of rheumatic heart disease in developing countries. WHO Chron. 1980; 34 : 336.
Strasser ! Dondog N, A1 Kholy A, et.al: The community_control of
rheumatic fever and Rheumatic heart disease: Report of a WHO
International cooperative project. WHO Bull. 1981; 59 : 2.
Stollerman G.H: Rheumatogonic group A streptococci and the return of rheumatic feverAdv.Intern. Med. 1990, 35:1.
Stollermen G.H : Streptococci and Rheumatic Heart Disease. in
Devries, RRP, Cohen. I.R, and van Rood J.Ji The Role of Microorganisms in noninfectious disease. London Springer-Verlag
1990; pp. 9-20.
Stollerman G.H : Connective tissue disease in Barnett H.I, et al.
Pediatrics 797 2; 5h ed. New York, Appleton-Century-Crofts.
Taranta A, A. Markowithz M : Rheirmatic Fever. MTB Press Ltd.
1981.
Taranta A : Rheumatic fever in children and adolescents. A longterm
epidemiologic study of subsequent prophylaxis, streptococcal
infections, and clinical sequele IV. Relation of the rheumatic
fever recurrence rate per streptococcal infection to the titers
:
of
(suppl.5):47
L670
457.
Walker C.H.M : Rheumatic fever and rheumatic heart disease in
Watson (ed.) Pediatric Cardiology. The C.V Mosby Co. Saint
Louis, 1968.
W.H.O : Preventive of rheumatic fever. Report of W.H.O Expert.
Committee Geneve, 1966.
W.H.O : Rheumatic fever and rheumatic heart disease. Report of
W.H.O Study Group, Geneve, 1988.
KARDIOI.OGI
(suppl.5);31.
Whitnack E, and Stollermen G.H: Antistreptococcal antibodies in
the diagnosis of rheumatic fever: In Cohen A.S (eds.): Lab.
Diagnostic Procedures in Rheumatic Diseases, 3'd Ed. Boston,
Little, Brown and Co. 1985: pp. 273-92.
Wood H.F, Simpson R, Feinstein A.R, Taranta A, Tursky E, and
Stollerman : Rheumatic Fever in children and adoloscent, a
long epidemioiogic study of subsequent prophylaxis, strepto
coccal infection and clinical sequele. Description of the investigative techniques and of population studied. Ann. Intem. Med,
1964;60 (2) supll. 5.
Wannamaker
F.W,
262
STENOSIS MITRAL
Taufik Indrajaya, Ali Ghanie
PENDAHULUAN
ETIOLOGI
klinik (Rahimtoola).
PATOLOGI
DEFINISI
t67
L672
I(ARDIOI.OGI
PATOFISIOLOG!
(Gambarl).
Fusi dari komisura akan menimbulkan penyempitan dari
kiri
berupa
Derajat
Stenosis
A2-OS
Area
Gradien
interval
msec
msec
< B0 msec
Ringan
>'110
Sedang
Berat
80-1 '10
cm2
cm2
< 1 cm2
> 1.5
>1 dan < 1.5
< 5 mmHg
5-10 mmHg
>'10 mmHg
STENOSISMITRAL
1673
Perjalanan Penyakit
Stenosis mitral merupakan suatu proses progresif kontinyu
padafrbrilasi atrium.
MANIFESTASI KLINIS
Riwayat
Kebanyakan pasien dengan stenosis mitral bebas keluhan,
dan biasanya keluhan utama berupa sesak napas, dapat
1674
dalam
IiIRDIOI.OGI
sis
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisis
Temuan klasik pada stenosis mitral adalah 'opening snap'
dan bising diastol kasar ('diastolic rumble') pada daerah
mitral. Tetapi sering pada pemeriksaan rutin sulit bahkan
tidak ditemukan rumbel diastol dengan nada rendah, apalagi
bila tidak dilakukan dengan hati-hati. Diluar negeri kasus
stenosis mitral ini jarang yang berat, sehingga gambaran
klasik tidak ditemukan, sedangkan di Indonesia kasus berat
masih banyak. Walaupun demikian pada kasus-kasus
ringan harus dicurigai stenosis mitral ini bila teraba dan
L675
STENOSISMITRAL
Ekokardiograf i Doppler
Merupakan modalitas pilihan yang paling sensitif dan
spesifik untuk untuk diagnosis stenosis mitral. Sebelum
Selain
itu
Kateterisasi
Seperti disebutkan di atas dulu kateterisasi merupakan
standar baku untuk diagnosis dan menentukan berat
ringan stenosis mitral. Walaupun demikian pada keadaan
tertentu masih dikedakan setelah suatu prosedur eko yang
lengkap. Saat ini kateterisasi dipergunakan secara primer
untuk suatu prosedur pengobatan intervensi non bedah
yaitu valvulotomi dengan balon.
PENATALAKSANAAN
1676
I(ARDIOI.OGI
asimtomatik dengan area > 1,5 cnf , gradien <5 mmHg, maka
tidak perlu dilakukan evaluasi lanjutan, selain pencegahan
pasien tersebut dengan area mitral <1.5 cm2.
MVA
6 8
Percutaneus
16
Pendekatan Medis
Prinsip umum. Stenosis mitral merupakan kelainan
mekanik, oleh karena itu obat bersifat suportif atau
simtomatik terhadap gangguan fungsional jantung, atau
pencegahan terhadap infeksi.
Pertimbangkan PNrvB
(singkirkan bekuan atrium kiri,
regurgitasi mitral34l
transmitral.
1677
STENOSISMITRAL
ini dengan
PAP,60 mmHg
PAWP > 30 mmHg
Gradien > 15 mHg
Pedimbangkan PIVBV
(slngkirkan bekuan atrium k ri,
regurqitasi mifal 34)
LAMPIRAN
.
.
dan efektif,
atau efektif
II.b. Kurang / tidak terdapat bukti adanya manfaat
atau efikasi
. Klas III:
keadaan
atau
t678
IqRDIOI.OGI
lndikasi
1.
2
J
4
5.
lndikasi
Klas
1.
<
latihan
Klas
adanya
lndikasi
Klas
Indikasi
1.
2.
3.
b.
REFERENSI
Klas
I
ilb
ilt
lndikasi
1.
2.
3
4.
5.
mm
4.
Klas
I
ll a
ll a
ll a
il
5-1 12.
263
REGURGITASI MITRAL
Daulat Manurung
PENDAHULUAN
banyak.
ETIOLOGI
lateral.
Chordae tendinea.Terdiideri dua berkas, berpangkal pada
muskulus papilaris. Berkas chordae tendinea ini menempel
t67
endokarditisinfektif
degerasi miksomatous dari valvular
trauma
1680
IQIRDIOI.OGI
Etiologi
MR karena Reumatik
Biasanya disertai juga dengan stenosis mitral berbagai
tingkatan dan fusi dari "commisura" , hanya sekitar l07o
kasus rematik mitral murni MR tanpa ada stenosis. MR
MR Degeratif
Yang paling sering penyebabnya adalah mitral valve
prolapse (MVP), di mana terjadi gerakan abnormal dari
Mekanisme
Gambaran Ekokardiografi
Retraksi
Penebalan
Prolaps /eaflets
Ruptur korda
Dilatasi anulus
Tenting of leaflets
Normal /eafleats
Penurunan gerakan /eaflets
Penebalan
leaflets
Hilangnya
koaptasi
Penebalan /eaflets
Penurunan gerakan
lmobilisasi /eaflefs
Penebalan
leaflets
Destructive
/eslons
Cleft leaflets
Transposed valve
Perforasi
Flail leaflets
Cleft leaflets
Tricuspid valve
Pascainflamasi
Rematik
Lupus eritematosus
Sistemik
Sindrom antikardiolipin
Pasca radiasi
Degeneratif
Mitral valve prolapse
ruptur korda idiopatik
Sindrom Marfan's
Sindrom Ehlers-Danios
Traumatik MR
Penyakit Miokardial
lskemik (kronik)
Kardiomiopati
Penyakit lnfiltratif
Penyakit amiloid
Penyakit Hurler's
Encasing disease
Sindrom hipereosinofilik
Fibrosis endomiokardial
Penyakit karsinoid
Lesi egot
Diet-drug lesions
Endokarditis
Kongenital
MR = Mitral Regurgitation
1681
REGURGNASIMITRAL
kiri
saat sistol,
diakibatkan
PATOFISIOLOGI MB KRONIK
disorders"
sindrom
PATOFISIOLOGI MR AKUT
Pada MR primer akut, atrium
kiri. Akibatnya
fungsi ventrikel
itu sendiri
L682
IGRDIOIOGI
vasodilator.
MANIFESTASI KLINIS
Pasien MR berat akut hampir semuanya simtomatik. Pada
nyei
Akut
Gejala
Palpasi jantung
Sr
PEMERIKSAAN FISIS
dada, or-
Kronik
Hampir selalu
ada, biasanya
berat
Unremarkable
Soft
Ealy systolic to
holosystolic
Normal
Mungkin tak
ditemukan
Displaced dynamic
apical impulse
Soft or normal
Holosystolic
LVH dan fibrilasi
atrial sering
Jantung normal
silhouette;
edema paru
Normal LA
Enlarged heaft:
normal lung fields
(Tabel3).
Murmur
Elektrokardiogram
Foto toraks
Ekokardiografi
Terapi
and
LV
vasodilators
Endlarged LA and
Bedah
MANIFESTASI KLINIS
1683
REGURGNASIMITRAL
Sindrom MVP
MR Fungsional
MR Organik
Nyeri dada
Lelah
Gejala
Pemeriksaan Mid-systolicclick, Loudholosystolic
fisis
dan- murmur sistolik murmur, 53
perubahan ST-T
Fibrilasi atrial
EKG
Foto dada
Pectus
CHF
Soft early
systolic murmur
Sa, Ss
excavatum Kardiomegali,
LA enlargement
Gelombang Q,
LBBB
Kardiomegali,
Edema paru
MR, mitral regurgitationi MYP, mitral valve prolapse; CHF , congestive heart
failure; ECG, electrocardiogram; LBBB, left bundle branch block; CXR, chesf
X-ray; LA, left atrium
ELEKTROKARDIOGRAFI
Gambaran EKG pada MR tidak ada yang spesifik, namun
fibrilasi atrial sering ditemukan pada MR karena kelainan
organik.
MR karena iskemia, Q patologis dan LBBB bisa terlihat
sedangkan pada MVP bisa terlihat perubahan segmen
ST-T yang tidak spesifik.
Pada keadaan dengan irama sinus, tanda-tanda dilatasi
atrium kiri (LAH) dan dilatasi atrium kanan (RAH) bisa
ditemukan apabila sudah ada hipertensi pulmonal yang
berat. Tanda-tanda hipertropi ventrikel kiri (LVH) bisa juga
ditemukan pada MR kronik.
FOTOTORAKS
Bisa memperlihatkan tanda-tanda pembesaran atrium kiri
dan ventrikel kiri. Juga tanda-tanda hipertensi pulmonal
EKOKARDIOGRAFI
Ekokardiografi Doppler saatini merupakan alat diagnostik
yang utama pada pemeriksaan pasien dengan MR. Dengan
Eko Doppler, dapat diketahui morfologi lesi katup mitral,
derajat atau beratnya MR. Juga mengetahui beratnya MR.
Juga mengetahui fungsi ventrikel kiri dan atrium kiri.
Dengan eko bisa diketahui etiologi dari MR.
Color Flow Doppler imaging merupakan pemeriksaan
rdio
g r afi c
ar di o g rap hy).
PENATALAKSANAAN TERAPI
Terapi Medikamentosa
Terapi MR akut adalah secepatnya menurunkan volume
regurgitan, yang seterusnya akan mengurangi hipertensi
pulmonal dan tekanan atrial dan meningkatkan strok
volume. Vasodilator arterial seperti sodium nitroprusid
merupakan terapi utama untuk tujuan ini. Vasodilator
flow") dan
bersamaan dengan ini akan terjadi j uga pengurangan dari
1684
Ii{RDIOI.TOGI
antikoagulan lama.
Regurgitasi mitral
berat kronik
Fraksi ejeksi
ventrikular >0,60
dan dimensi sistolik
akhir <45mm
ventrikelkiri<060
dan dimensi
sistolik akhi
Katup mitral
dapat direparasi
>45
Fraksi ejeksi
Fraksi ejeksi
<030
Terapi medis
Gambar 1. Bagan tatalaksana regurgitasi mitral berat kronik Dimodifikasi dari The American College of Cardiology-American Head
Association guidelines.
1685
REGURGTTA$MITRAL
REFERENSI
Disease).
Sarano ME, Hartzell VS, Abdul Jamil T, Robert LF. Chronic mitral
regurgitation. 3d Ed. Valvular Heart Disease 2000 by Lippincott
lOh
264
STENOSIS AORTA
Marulam M. Panggabean
obstruktif.
PERJALANAN PENYAKIT
Stenosis aorta asimtomatik mengalami periode normalyutg
laten dan lamanya tergantung etiologi. Pada masa laten ini
akan terjadi fibrosis dan kalsifikasi katup. Periode laten ini
lebih pendek pada stenosis aorta karena aorta bikuspid
serta reumatik dibandingkan dengan sklerotik aorta. Gejala
1686
t687
STENOSISAORTA
PENATALAKSANAAN
prognosls.
PROGNOSIS
PENATALAKSANAAN
si
al
tinggi.
1688
REFERENSI
Brauwald E.Valwlar Heart Disease. In Kasper Dl,Braunwald E,Fauchi
KARDIOI.OGI
265
REGURGITASI AORTA
Saharman Leman
PENDAHULUAN
..
..
EPIDEMIOLOGI
Sindrommarfan
Mukopolisakaridosis
PATOFISIOLOGI
12,7
Genetik
regurgitasi
250 pasien.
GEJALA KLINIS
Ada2 macam gambaran klinis regurgitasi yang berbeda
yaitu:
ETIOLOGI
I'to
1690
KARDIOLOGI
Ankylosing sponclylitls
oda
Ven
to
Congenitally bicuspid
aph
lnfective endocarditis(aclive
or healed)(becuspid)
Rarhe
1'
l
.r
'
\i,
ilr
1
thrill
E Volume
LV
volume sekuncup
I
I
fLVr
J Tekanan
J Effective
stroke volume
LVET
JWaktu
T LVEDP
(dispnea)
O2miokard
diastolik
JSuotai 02
mio'kardial
lskdmia
Miokardial
+t
Wiaiturd
Gambar 2. Patofisiologi regurgitasi aoda sehingga terjadi gagal
jantung kiri melalui diastolik regurgitasi. LV : Left Ventricle, LVET:
Left Ventricle Ejection Time, Ao Aortic, LVEDP : Left Ventricle
End Diastolic Pressure (Braunwald, 2001)
t69t
REGURGTIASIAORTA
rin
g ).
.
.
.
.
.
.
.
.
tanda gerhardt's
tanda landolfi's
miokardium.
kiri (ventricular
PENATALAKSANAAN
Pengobatan medikamentosa. Digitalis harus diberikan pada
regurgitasi berat dan dilatasi jantung walaupun asimtomatik.
Regurgitasi aorta karena penyakit jantung reumatik harus
mendapat pencegahan sekunder dengan antibiotik. Juga
lndication
ACC-AHA
Guidelines*
C/ass*
-saat
(ilb)
Dilatasi ventrikel
asimtomatik 70 - 75
mm saat diastol dan
50-55 mm saat sistol
(il b)
Asimtomatik,
penurunan fraksi ejeksi
denqan latihan (llb)
European Society of
Cardiology
Guidelines
Left ventricular
diastolic diameter >
70 mm
Left ventricular
systolic diameter > 55
mm
atau> 25 mmlm'of
body-surface area
Ascending aottic
dilatation
>55mm
Peningkatan cepat
left ventricular
diameters, Bicuspid
aoftic valve atau
Marfan syndrome
dengan diameter
aorta > 50 mm
1692
KARDIOI.OGI
60
REFERENSI
Braunwald E (ed). Heart Disease A Textbook of Cardiovascular
Medicine. Philadelphia: WB Saunders Company; 1980.p. 112147.
Braunwald E. Heart Disease. A Textbook of Cardiovascular Medicine. Philadelphia : WB Saunders Company; 1980 p. I153-5
Braunwald E. Heart Disease. A Textbook of Cardiovascular Medicine. Philadelphia : WB Saunders Company; 2001.p. 1671-89
Bernard Lung et al, A Prospective survey of patients with valvular
heart disease in Europe : The Euro Heart Survey on Valvular
Heart Disease. Euro Heart J 2003:24: 1237-43
David Daniel, Chin C Chen and Joel Morganroth. Ekokardiografi
cardiography in the diagnosis and quantification of valvular
heart disease. In : Nobel 0 Fowler (ed), Non Invasive Diagnostic
Methods in Cardiology, Philadelphia : FA Davis. Company;
1983.p. 67 115.
Emmanouillidies, George C and Barry G Baylen Pulmonary
stenosis in moss. In: Heart Disease in Infants, Children and
Adolescents, 1983: 214.
Fuster Valentine, Robert 0 Braudenburg, Emillio R Giuliani and Dwight
C Mc Goon. Clinical approach and management of acquired
valvular heart disease In : Robert 0. Brandenburt I Ed, Office
Cardiology. Philadelphia: FA Davis Company; 1980p. 125-59.
Joseph S A. Valrular heart decease in manual of cardiovascular
&.
A, Davis A. Mokotoff, Sorya Nouri, William Winters and Rochard R Miller Non invasive quanrification of left
ventricular wall stress Validation of method and application to
assessment of chronic pressure overload. Am J Cardiol. 1980:
.15: 782-90,
Wilcox W Dean Indication for surgery for aortic valve disease in
children In : J. Willis Hurst (ed), Clicinal Essay on The Heart,
Vol. 1, New York Graw Hill Book Company, 1983:249-69
William H G, course and management of chronic aortic regurgitation in up to date, www.up to date Com, 2002,10 : (800) 998
Quinones Miguel
4'788.
266
KELAINAN KATUP PULMONAL
Bambang Irawan M
PENDAHULUAN
Berbagai faktor sangat berpengaruh terhadap kelainan
katupjantung, di antaranya faktor genetik, infeksi, trauma
dan faktor yang lain. Kelainan katup bisa berupa stenosis
(katup membuka tidak sempurna) ataupun regurgitasi
(katup menutup tidak sempurna). Kelainan katup pulmonal
relatif jarang terdapat dan bisa merupakan kelainan yang
baik kongenital ataupun didapat. Dengan pemeriksaan bayi
saat lahir secara rutin, kelainan ini sudah dapat didiagnosis
secara dini dan biasanya sudah dilakukan tindakan operatif
untuk koreksi. Walaupun demikian masih ada beberapa
kasus kongenital yang masih luput dari diagnosis dan baru
ditemukan setelah dewasa.
INSIDENS
ETIOLOGI
Stenosis pulmonalis dapat disebabkan oleh kelainan
Walaupun banyak kelainan dapat mengakibatkan stenosis katup pulmonal secara didapat, namun kelainan ini lebih
sering disebabkan kelainan sejak lahir atau kongenital.
Yang disebut kelainan kongenital adalah abnormalitas dari
struktur kardiovaskular atau fungsinya y ang terdapat sej ak
169
t694
terjadi sianosis.
Stenosis pulmonal dengan septum ventrikel yang intak.
Kelainan ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan
dua kelainan
KARDIOI.OGI
di
kiri
berpangkal.
KELAIITT,AN
1695
KITruP PULMONAL
re sc
endo. Sebaliknya
Klasif ikasi
Stenosis pulmonal dapat dibedakan menurut penyebabnya,
MAN!FESTASI KLINIS
Penyakitjantung kongenital dengan akibat obstruksi atau
stenosis dan regurgitasi katup jantung umumnya gejalanya
sama dengan penyakit jantung valvular yang didapat.
Walaupun demikian pada kelainan jantung kongenital ada
t696
KARDIOI-OGI
fisiologis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
pemeriksaan
diastolik.
KOMPLIKASI
pulmonalis tampak membesar akibat dilatasi pasca stenosis. Gambaran pembesaran ventrikel kanan tampak pada
stenosis pulmonal sedang sampai berat. Walaupun jarang
PENGOBATAN
Stenosis pulmonal yang ringan sampai sedang dapat
dikelola tanpa tindakan operasi. Pada pasien yang
membutuhkan tindakan operasi ataupun pencabutan gigi
berat.
DIAGNOSIS
t697
REFERENSI
Altrichter PM, Olson LJ, Edwards WD, et al. Surgical pathology of
the pulmonary valve: a study of 116 cases spanning 15 years.
Mayo Clin Proc 1989;64; 1352.
Brickner ME, Hillis LD, Lange RA.Congenital heart disease in adults.
N Engl J Med. 2000;342:256-63.
DePace
severe
WB Saunders;
1962.
Brown;1987.p.403-3 8.
Samanek M.Boy : Girl ratio in children bom with different forms of
cardiac malformation: A population-based stttdy. Pediatr Cardiol.
1994:'15;53.
267
PENYAKIT KATUP TRIKUSPID
AliGhanie
PENDAHULUAN
i peran
sirkuit
an
dari
) tidak
istensi Yang
difus; (3)
stensi Yang
aliran darah
pulmonal.
Tekanan darah aneri pulmonalis adalah 2218 mmHg,
dengan tekanan rata-rata 13 mmHg. Kalau kita lihat tekanan
rata-rata atrium kiri sebesar 7 mmHg, maka perbedaan
tekanan 6 mmHg saja sudah cukup untuk mengalirkan
darah ke paru-paru.
.
.
Lain
.
.
.
.
REGUBGITASI TRIKUSPID
- lain
Hemodinamik
Pada
akan
dan v
gurgitasi trikusPid.
Tekanan sistolik arteri pulmonalis dan ventrikel kanan
regurgitasi
dapat
4OmmHg'
prime
bila
ngkan
lebih
deraj at re
1698
PEIYYAKIT
1699
KAruP TRIKUSPID
Manifestasi Klinis
Riwayat. Regurgitasi trikuspid tanpa hipertensi pulmonal
biasanya tidak memberikan keluhan dan dapat ditoleransi
dengan baik. Rasio perempuan terhadap pria adalah2:. l,
dengan rata-rata umur 40 tahun. Oleh karena lebih sering
bersamaan dengan stenosis mitral, maka gejala stenosis
mitral biasanya lebih dominan. Riwayat sesak napas pada
latihan yang progresif, mudah lelah danjuga batuk darah.
Bila keadaan lebih berat akan timbul keluhan bengkak
Elektrokardiogram
Biasanya tidak spesifik, dapat berupa blok cabang bundle
kanan, tanda pembesaran atrium dan ventrikel kanan, dan
sering juga terjadi fibrilasi atrium.
Ekokardiograf
asi
trikuspid dapat
Gambaran Radiologis
Adanya kardiomegali yang mencolok akibat pembesaran
ventrikel kanan. Kadang-kadang akibat tingginya tekanan
ventrikel kanan yang akan berlangsung lama dapat terjadi
Kateterisasi
Dengan kateterisasi berupa ventrikulografi ventrikel kanm
dapat diketahui adanya regurgitasi, namun adanya kateter
pada katup dapat juga menimbulkan regurgitasi positif
palsu
1700
IGRDIOI.OGI
Pengobatan
Konservatif. Ditujukan terutama bila terdapat tanda-tanda
kegagalan fungsi jantung berupa istirahat, pemakaian
diuretik dan digitalis.
STENOSIS TRIKUSPID
Gambar 3. Eko 2 dimensi pada penderita DSA sekundum dengan
trikuspid stenosis dan mitral stenosis (tanda panah)
trikuspid
Patof
isiologi
Manifestasi Klinis
Gambar 5. Pemeriksaan doppler eko berwarna pada DSA
PEIYYAKIT
t70t
KIIruP TRIKUSPID
Pemeriksaan lnvasif
Dengan kateterisasi dapat ditenttkan gradient
transvalvular antara atrium dan ventrikel kanan, sehingga
Pemeriksaan Fisik
Oleh karena sering menyertai kelainan katup lain, maka
stenosis trikuspid ini tidak terdiagnosis, kecuali memang
sengaja dicari. Suatu stenosis berat akan menimbulkan
bendungan hati yang berat sehingga terjadi sirosis, ikterus,
malnutrisi yang berat, edema dan asites yang berat bahkan
splenomegali. Vena jugularis akan melebar dengan
gelombang '.a' yang besar, sedangkan gelombang
'v'tidak
selanjutnya.
Pengobatan
Pengobatan konservatif ditujukan untuk mengurangi
kongesti sistemik yang merupakan kondisi yang dominan,
dalam hal ini dibutuhkan diuretik atau restriksi konsumsi
garam, Keadaan ini dibutuhkan untuk memperbaiki fungsi
hati yang sangat dibutuhkan pada saat operasi. Selain itu
pemakaian antibiotik juga penting pada keadaan tertentu
untuk mencegah terjadinya endokarditis infektif.
Tindakan Operasi
Tindakan operatif dapat berupa komisurotomi, tetapi bila
disertai regurgitasi dapatjuga dilakukan anuloplasti secara
bersamaan. Penggantian katup dilakukan bila kelainan
katup lanjut yang disertai regurgitasi berat yang tidak
dikoreksi dengan anuloplasti.
REFERENSI
Braunwald E Valvular heart disease. In : Heart Disease a Textbook
of Cardiovascular Medicine third edition 1988.
Feigenbaum H Ekokardiograficardiograhy fisth edition 1994
Ockene IS. Tricuspid valve disease In : Valvular Heart Disease edited by Dalen JE and Alpert JS, Little, Brown and Company,
Boston, 1981.
Rackle CE. Tricuspid and pulmonary valve disease.
Heart eight edition 1994.
In : Hurst's The
268
ENDOKARDITIS
Idrus Alwi
PENDAHULUAN
endocarditis)
tersering.
mikrobiologi negatif.
EPIDEMIOLOGI
Insidens di negara maju berkisar antara 5,9 sampai 11,6
episode per 100.000 populasi. EI biasanya lebih sering
terjadi pada pria dibandingkan perempuan dengan rasio
1
atau
1702
L703
ENDOKARDITIS
Selain
Kompleks lmun
Penelitian nekropsi menunjukkan adanya glomerulonefritis
pada sejumlah besar kasus endokarditis pada manusia,
dan pada penelitian imunofluoresens, ditemukan lesi khas
t704
Antibodi Terhadap Protein Miokard
Gambaran klinis lain pada endokarditis yang menarik
perhatian adalah adanya disfungsi miokard yang lebih
berat daripada lesi katup yang ada, bahkan tanpa adanya
destruksi katup yang bermakna. Maisch melaporkan
terdapat respons antibodi poliklonal pada endokarditis
I(ARDIOI.OGI
PATOFISIOLOGI
Manifestasi klinis EI merupakan akibat dari beberapa
mekanisme antara lain:
.. Efek destruksi lokal akrbat infeksi intrakardiak. Koloni
kuman pada katup j antung dan j aringan sekitamya dapat
Aktivitas Limfosit
Analisis fungsi leukosit pada endokarditis menunjukkan
peningkatan jumlah monosit dan granulosit, namun
terdapat penurunan jumlah dan aktivitas selT helper, sel
T suppressor dan natural killer cells selama infeksi. Pada
beberapa penelitian, aktivitas selT suppresso4 sebagian
lainlain.
Respons antibodi humoral dan selular terhadap infeksi
MANIFESTASI KLIN!S
Demam merupakan gejala dan tanda yang paling sering
ditemukan pada EI. Demam mungkin tak ditemukan atau
minimal pada pasien usia lanjut atau pada gagal jantung
kongestif, debilitas berat, gagal ginjal kronik dan jarang
pada EI katup asli yang disebabkan stafilokokus koagulase
negatif.
PATOLOGI ENDOKARDITIS
Patologi EI katup asli dapat lokal (kardiak) mencakup valvular dan perivalvular atau distal (non kardiak) karena
I5
1705
ENDOKARDITIS
Pemeriksaan
adalah
DIAGNOSIS
Diagnosis EI ditegakkan berdasarkan anamnesis yang
mungkin.
Kultur Darah
Kultur darah yang positif merupakan kriteria diagnostik
utama dan memberikan petunjuk sensitivitas antimikroba.
Beberapa peneliti merekomendasikan kultur darah diambil
Peran Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi sangat berguna dalam
menegakkan diagnosis terutama jika kultur darah negatif.
Demikian juga pada diagnosis bakteremia persisten di mana
Sensitivitas TEE dilaporkan 88-1007o dan spesifisitas 91100Vo. Pada kasus yang dictrrigai terdapat komplikasi,
seperti pasien dengan katup prostetik dan kondisi tertentu
seperti penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), atau
prostetik.
Pada anamnesis, keluhan yang paling sering ditemukan
1706
KARDIOI,OGI
Kriteria Mayor
(i)
(ii)
menyingkirkan penyakit lain. Durack et al, dari Universitas Duke mengajukan kriteria, yang terdiri dari berbagai
aspek baik secara klinis maupun histopatologis, dengan
(i)
terpisah>1jam)
Bukti keterlibatan endokardial
A Ekokardiogram positif untuk El didefinisikan sebagai
Massa intrakardiak oscillating pada katup atau struktur
yang menyokong, di jalur aliran jet regurgitasi
atau pada material yang di implantasrkan tanpa ada
alternatif anatomi yang dapat menerangkan, atau
(ii) Abses, atau
(iii) Tonjolan baru pada katup prostetik atau
(i)
El Definite
Kriteria Patologis
Mikroorganisme : ditemukan dengan kultur atau histologi
dalam vegetasi, dalam vegetasi yang mengalami emboli,
atau dalam suatu abses intrakardiak,
Lesi patologis : vegetasi atau terdapat abses intrakardiak,
yang dikonfirmasi dengan histologis yang menunjukkan
endokarditis infektif
Kriteria Klinis, menggunakan definisi spesifik (lihat pada tabel
2)
El Rejected
Diagnosis alternatif tidak memenuhi manifestasi endokarditis
atau
Kriteria Minor
'1
2
3
4
5.
6
selama<4hari, Atau
Tidak ditemukan bukti patologis El pada saat operasi atau
autopsi, setelah terapi antibiotika selama < 4 hari
Durack, dkk
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kasus
1707
ENDOKARDMS
x2
gram
IV
pendek.
TERAPISURGIKAL
Intervensi surgikal dianjurkan pada beberapa keadaan
antara lain:
Vegetasi menetap setelah emboli sistemik: vegetasi pada
katup mitral anterior, terutama dengan ukuran >10 mm
.
.
.
.
.
antimikroba 4 minggu.
Regurgitasi aorla atau mitral akut dengan tanda-tanda
gagal ventrikel
Gagal jantung kongestif yang tidak responsif terhadap
terapi medis
4-6 minggu
4-6 minggu
4-6 minggu
4-6 minggu
6 minggu
2 minggu
6 minggu
6 minggu
(2004)
jalan.
Beberapa penelitian lain juga melaporkan efektivitas
regimen terapi oral: siprofloksasin 2 x 750 mg dan rifampisin
2 x 300 mg selama 4 minggu dan dapat diberikan pada
pasien rawatjalan
Regimen terapi vankomisin merupakan terapi pilihan
pada kasus EI dengan methicillin resistant Staphylococcus oureus (MRSA), walaupun demikian respons klinis
yang lambat masih cukup sering ditemukan.
Infeksi HIV sering ditemukan pada pasien EI yang
di sebabkan PNIY sekitar'7 5 Vo . P enatalaksanaanny a pada
prinsipnya sama, terapi antibiotika diberikan secara
maksimal dan tidak boleh,dengan regimen terapi jangka
4-6 minggu
4-6 minggu
2 minggu
4-6 minggu
4-6 minggu
2 minggu
KOMPLIKASI
Komplikasi EI dapat terjadi pada setiap organ, sesuai
dengan patofisiologi terjadinya manifestasi klinis (lihat
patofisiologi):
. Jantung: katup jantung: regurgitasi, gagal jantung.
.
'
.
abses
Paru : emboli paru, pneumonia, pneumotoraks, empiema
dan abses.
Ginjzrl: glomerulonelrifis
Otak: perdarahan subaraknoid, strok emboli, infark
serebral
1708
KARDIOITOGI
Regimen
H ig h
ly
Lama
Minggu
Kekuatan
Rekomendasi
Pen i ci I li n-Susceptib/e
crystalline
sodium
Aqueous
Penicillin G
Atau
Ceftriaxone sodium
Aqueous crystalline
Penicillin G sodium
Atau
Ceftriaxone sodium
Ditambah
Gentamisin sulfat
Vankomisin
3 mg/kg per 24 jam lV/lM dalam 1 dosis atau dalam 3 dosis terbagi sama
30 mg/kg per 24 jam lV dalam 2 dosis terbagi tidak lebih dari 2 grl24 jam
Rel atively Re
si
stant to
crystalline
Oxaci
I Ii
Nafcillin
oxacillin
n- s u
1 dosis
3 mg/kg pet 24 jarn lV/lM dalam '1 dosis atau dalam 3 dosis terbagi sama
30 mg/kg pet 24 jam lV dalam 2 dosis terbagi tidak lebih dari 2 grl24 jam
atau
Oxac
3 mg/kg per 24
mrnggu
3-5 hari
6 grl24 jam lV
dalam 3 dosis
Gentamisin
opsional
Gentamisin
sulfat
t)
30 mg/kg per 24
jam lV dalam 2
>6
3 mg/kg per 24
>6
jam lV dalam 2
dosis terbagi
2atau3dosis
Vankomisin
>6
3-5 hari
sama
terbagi sama
nt strai n s
Kekuatan
Rekomendasi
atau 3 dosis
terbagi sama
Oxac i li n -resista
Lama
Minggu
mrnggu
terbagi sama
3 mg/kg per 24
sama
Ditambah
Tambahan
sceptibl e strai n s
12 grl24 jam lV
dalam 6 dosis
terbagi sama
Ditambah
Cefazolin
i I I i n- s u
Nafcillin
atau
oxacillin
Ditambah
Rifampin
Ditambah
Regimen
Tambahan
Pe n ic i I I i n
Aqueous
Penicillin G sodium
Atau
Ceftriaxone sodium
Ditambah
Gentamisin sulfat
Vankomisin
Regimen
Ditambah
Rifampin
6
m nggu
dosis terbagi
sama
Ditambah
Gentamisin
3 mg/kg per 24
atau 3 dosis
terbagi sama
1709
ENDOKARDIfiS
Risiko Tinggi
Relatif
Katup jantung
prostetik
Endokarditis
infektif
sebelumnya
Risiko
Sedang
Risiko Sangat
Prolaps katup
mitral dengan
regurgitasi atau
penebalan katup
Stenosis mitral
Penyakit katup
trikuspid
Duktus
arteriosus paten
Stenosis
pulmonal
Plak arterisklerotik
Hipertrofi septal
asimetris
(PDA)
Regurgitasi
Stenosis aorta
Regurgitasi
mitral
Katup aorta
bikuspid atau
sklerosis aorta
kalsifikasi
dengan
gangguan
hemodinamik
minimal
Penyakit
valvular
generatif pada
usia lanjut
Stenosrs mitral
dan regurgitasi
Defek septum
ventrikular
(VSD)
Koartasio aorta
Lesi intakardiak
yang sudah
dioperasi
dengan
abnormalitas
hemodinamik
alau device
prostetik
Shunt pulmonal
sistemik yang
dioperasi
Lesi intrakardiak
yang dioperasi
dengan tanpa /
minimal
abnormalitas
hemodinamik
pasca operasr
< 6 bulan
Regimen
Regimen standar
/ amoksisilin
Penyakit jantung
kongenital
sianotik
aorta
Sett ng
VSD, PDA,
stenosis pulmonal )
Operasi graft pintas
koroner sebelumya
Penyakit Kawasaki
sebelumnya atau
demam reumatik
tanpa disfungsi
valvular
Antibiotik
Regimen
Pasien risiko
tinggi
Ampisilin plus
Settrng
gentamrsin
Vankomisin 1 gram lV
diinfus dalam 1-2 jam dan
selesai dalam 30 mentt
prosedur plus gentamisin
1,5 mg/kg lM/lV Tidak
direkomendasikan dosis
Pasien risiko
Vankomisin
tinggi,
plus
Allergi penislin
gentamisin
Pasien risiko
sedang
Amoksisilin
atau ampisilin
Amoksisilin 2 gram
peroral 1 jam sebelum
prosedur atau ampisilin 2
gram lM/lV 30 menit
sebelum prosedur
Pasien alergi
Vankomisin
Vankomisin 1 gram lV
dinfus dalam 1-2 jam dan
selesai dalam 30 rnenit
prosedur
kedua.
penisilin,
risiko sedang
17t0
KARDIOLOGI
REFERENSI
Alwi I, Rahman AM, Mad-iid A, Ismail D, Harutr S, Suryadipradja
RM. Endokarditis inleksi pada penyalahgunaan obat intraveu;t:
spektrum ekokardiografi pada 26 kasus Nlakalah Bebas Oral
KOPAPDI XI. Surabaya. 2000
Iladdour LM, Wilson WR, Bayer AS, er
al
[nfective endocarditis
N{edicine 1983;62:170-1.
Cheitlein MD, Alpert JS, Armstrong WF, Aungemma CP, Beller GA,
Biermzln FZ et al. ACC/AI{A Guidelines for the Clinical
Application of Ekokaldiograficardiography. A report of [he
American College of Cardiology/American Heart Assoeiarion
Task Force on Practice GuideUnes (Comrnittee on Clinical AppLcation of Ekokardiograficardiography). Circulation
1997:95:1 686-'7 44.
Durack DT, Lukes AS, Bright DK. New criteria for diagnosis of infective endocarditis: utilization of spesific ekokardiograficardiographic
users
Nalass RG Weinstein MP, Bartels J, Gocke DJ. Infective endocarditis in intravenous drug users : a comparison of human inrmttnodeliciency virus tipe-l negative and positive patients J Infect
Dis 1990:162:967-70.
Ribera E. N4ilo JM, Cortes E, Cruceta A. Melce J, Marco F et al
Influence of human irnmunodeticiency virus-1 infection and
degree of immunosuppression in the clinical characteristics and
outcome of infectire endocarditis in intlavenous drug users.
Arch Intern Med 1998;158:2043-9.
Roberts R, Slovis CM. Endocarditis in intravenous drug abusers.
Emergency Med Clin North Am. 1990;8:665-81.
Shanson DC. New guidelines for the antibiotic treatment of streptococcal, enterococcal and staphylococcal endocarditis J Anti-
269
MIOKARDITIS
Idrus Alwi, Lukman H. Makmun
PENDAHULUAN
Miokarditis merupakan penyakit ffiamasi pada miokard, yang
Patogen
n-),IL-Z danll--6
MIOKABDITIS VIRAL
Patogenesis
Infeksi oleh virus kardiotropik merupakan hipotesis awal
bahwa infeksi viral dapat menimbulkan kerusakan miokard.
Beberapa peneliti melaporkan bahwa disfungsi miokard
membaik setelah eradikasi penyebab infeksi dan menduga
bahwapatogenesis miokarditis mungkin disebabkan 2 fase
berbeda kerusakan sel miokard; pertama akibat infeksi
virus langsung dan kedua akibat respons imun pejamu.
Pengertian respons imun spesifik yang mengakibatkan
kerusakan miokard sebagian besar berasal dari model
tTrt
t7t2
I(ARDIOLOGI
Miokarditis akut
Miokarditis subakut
Miokarditis kronis
lnfeks
VITUS
I
sis
___N
ag
r- \
Infiltrasi
sel mononuklear
Ekspresi
Natural
killer
Sel
Limfoslt T
ik
lo
t"
Perforin
interferon-y
Nitrit
oksida
ng
antibodies
Pembersihan virus
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis miokarditis bervariasi, mulai dari
asimptomatlk (sel,f-limited disease) sampai syok
kardiogenik. Keterlibatan jantung biasanya muncul 7
sampai 10 han setelah penyakit sistemik. Gejala paling jelas
yang menunjukkan miokarditis adalah sindrom infeksi vi-
penyembuhan.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya
1713
MIOKARDITIS
Elektrokardiograf
lnfeksi
Virus
Coxsackievirus, echovirus, HlV, virus Epstein-Barr,
influenza, cytomegalovirus, adenovirus, hepatitis (A dan
B), mumps, poliovirus, rabies, respiratory syncitial virus,
rubella, vaccin ia, varicella zostet, a rbov i ru s
Bakteri
Co ryn e bacte ri u m d i p hte ri ae, St re ptococ c u s pyog e n e s,
Staphylococcus aureus, Haemophilus pneumoniae,
S a I mon e I I a spp., /Velsserla g o norrh oe ae, Le ptospi ra,
Borrelia burgdorferi, Treponema pallidum, Brucella,
Myobacterium tubercolosis, Actinomyces, Chlamydia
spp., Coxiella burnetti, Mycoplasma pneumoniae,
Rlcketfsla spp
Jamur
Candida spp , Aspergillus spp., Hlstoplasma,
s, C rypto cocc u s, Cocc i d ioi d i o myce s
Bl a sto myce
Parasit
Trypanosoma cruzii, Toxoplasma, Schistosoma, Trichina
Noninfeksi
Obat-obatan yang menyebabkan reaksi
h
ipersensitivitas
iperse n s it ivita s
Kokain, siklofosfamid, litium, interferon alpha
gianl
cells, myocarditis
Ekokardiograf
sekitar
Biopsi Endomiokardial
Karena tidak adekuatnya pemeriksaan non invasif dalam
kiri
jarang dilakukan
2 sampai
1714
I(ARDIOLOGI
atau
pendeteksian terhadap autoantibodi, mungkin membantu
diagnosis.
Studi Noninvasif
Meskipun skin ti grafi
AM, et
al
1715
MIOKARDITIS
lmunosupresif
Penatalaksanaan
Perawatan suportif merupakan terapi lini pertama pada
pasien miokarditis akut. Pada pasien dengan gejala gagal
Antiinflamasi
Diterimanya hipotesis immune - me diate d inj ury telah
mendorong penelitian untuk membuktikan apakah terapi
lmunoglobulin lntravena
Intravenous immune globulin (IVIG) dosis tinggi memiliki
sekaligus efek modulasi imun dan antivirus. Pemberian
IVIG untuk anak-anak dengan kardiomiopati onset baru
dan untuk perempuan dengan kardiomiopati peripallum
Antivirus
17t6
I(ARDIOLOGI
plasebo"
end
poinf) penelitian
Prognosis
Sekitzr sepertiga karditis klinis yang sembuh akan memiliki
beberapa kelainan jantung, mulai dari perubahan ringan
pada EKG sampai gagal jantung. Kurang lebih 40 pef,sen
dari seluruh pasien akan senlbuh total. Pada saat ini tidak
ada kriteria klinis yang dapat memprediksi dengan tepat
siapa yang akan sembuh, meskipun sebagian besar pasien
dengan penurunan ringan fraksi ejeksi ventrikel kiri dan
gagal jantung NYHA kelas I atau II sembuh secara total.
Anehnya, pasien-pasien dengan miokarditis berat memiliki
Sitomegalovirus
CMV mungkin akan mengarah ke miokarditis dalam populasi
pada umumnya, tapi umumnya miokarditis adalah self-limited dar tak memiliki gejala. Pada resipien transplantasi
jantung, miokarditis CMV mungkrn menjadi penyakityang
lebih serius, yang akan menyebabkan disfungsi jantung.
Perawatan untuk miokarditis CMV adalah ganciclovir
intravena, yang secara efektif menyingkirkan virus tersebut.
Infeksi CMV dini berhubungan dengan perkembangan ailograft penyakitjantung koroner, yang menladi penyebab
utama kematian setahun setelah transplantasi jantung.
Infeksi fibroblas subintimal atau sel-sel endotel akan
menyebabkan kerusakan imunologis yang mengarah ke
kondisi yang fatal.
NONVIRUS
Penyakit Chagas'
,
Patogenesis
Patogenesis kardiomiopati kagasik kronik masih
kontroversial karena parasit tersebutjarang muncul pada
1717
MIOKARDITIS
Manifestasi Klinis
Penatalaksanaan
s mi
enterik menyebabkan
Diagnosis
Diagnosis penyakit akut tergantung pada ada-tidaknya
tripomastigotes dalam darah individu.yang terinfeksi.
Pada infeksi yang kronis, diagnosis langsung kurang
berguna karena tripomastigotes yang beredar dalam
sirkulasi darah lebih sedikit. Xenodiagnosis (di mana
g total,
imp lantt ab
car
di ov
rt
r-d
efi
ri llat
TpadaEKG.
Karditis Reumatik
immtrn o.fl uo re s c e nt ant ib o dy, en z.y me - I inke d immun o sorbent assa), , dan tes hemaglutinasi) bersamaan
s akti
1718
I(ARDIOI.OGI
REFERENSI
Aretz HT, Billingham ME. Edrviuds WD, et al Myocarditis: a histopatlrologic definition zrnd classification. Am J Car-diovasc Pathol
1987: l:3-14
NONINFEKSI
Anandasabapathy S, Frishman
WH
ipersensitivitas
169'7 -1 11.
L719
MIOI(ARDITIS
dilated cardiomyopathy become undetectable wilh disease progression. Heart 1997 ;17 :62-7
Dec GW Jr, Palacios IF, Fallon JT, et al. Active myocarditis in the
spectrum of acute dilated cardiomyopathies: clinical features,
histologic correlates, and clinical outcome. N Engl J Med
1985:3 I 2:885-90
Drory
it
Feldman
Med
2000:343:1388-98.
Fenoglio JJ Jr, Ursell PC, Kellogg CF. Drusin RE, Weiss
MB
Diag-
1990:81: 922-8.
McCormack JG Bowler SD, Donnelly JE. Steadman C. Successful
treatment of severe cytomegalovirus infection with ganciclovir
in an immunocompetent host. Clin Infect Dis 1998;26:1007-
1998t94:263-'7 0.
Fenoglio JJ Jr, McAllister HA Jr, Mullick FG Dmg related myocardi:
1991:,56:185-9
by left ventricular systolic dysfunction pharmacologic approaches. J Card Fail 1999;5:357-82. [Erratum, J Card Fail
200O;6:7 4.)
Huber SA. Autoimmunity in myocarditis: relevance of animal mod-
8.
270
KARDIOMIOPATI
Sally Aman Nasution
PEI!DAHULUAN
Kelornpok penyakit ini beberapa kali mengalami perubahan
dalam hal klasifikasi kelainannya. Bila dilihat dari definisi
dapat disebutkan bahwa kardiomiopati merupakan suatu
kelompok penyakit yang langsung mengenai ototjantung
atau miokard itu sendiri. Kelompok penyakit ini tergolong
khusu*s karena kelainan yang ditimbulkannya bukan terjadi
akibat penyakit perikardiunl, hipertensi, koroner, kelainan
Normal
Kardiomiopati
hipertropik
Kardiomiopati
ilatasi
Kardiomiopati restriktif
7720
:J
t72I
TQ{RDIOMIOPATI
Kejadian pada pria dan kulit hitam dikatakan tiga kali lebih
sering dibandingkan populasi kulit putih dan perempuan.
Dan angka kelangsungan hidup pada kufit hitam dan pria
lebih buruk dibandingkan kulit putih dan perempuan.
Etiologi
Etiologi kardiomiopati dilatasi tidak diketahui pasti, tetapi
kemungkinan besar kelainan ini merupakan hasil akhir dari
kerusakan miokard akibat produksi berbagai macam toksin,
AmerikaAfrika
Displasia ventrikel kanan (Right Ventricular Dysplasla) merupakan kardiomiopati familial yang menarik karena
dibutuhkan.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang menonjol adalah gagal jantung kongestif,
yang timbul secara bertahap pada sebagian besar pasien.
Pemeriksaan Fisis
Pembesaranjantung dengan derajat yang bervariasi dapat
t722
I(ARDIOI-OGI
isi
sekuncup. Pulsus
.
.
.
.
prekordiumbergeserke arahkiri
impuls pada ventrikel kanan
impuls apikal bergeser ke lateral yang menunjukkan
kiri
gelombang presistolik pada palpasi, serta pada
dil atasi ventrikel
ng/ml.
terjadi
dekompensasi jantung
Pemeriksaan Penuniang
radiologi dada akan terlihat pembesaran
jantung akibat dilatasi ventrikel kiri, walaupun seringkali
terjadi pembesaran pada seluruh ruang jantung. Pada
lapangan paru akan terlihat gambaran hipertensi pulmonal
serta edema alveolar dan interstitial.
Elektrokarcliografi akan menunjukkan gambaran sinus
takikardia atau fibrilasi atrial, aritmia ventrikel, abnortnalitas
atrium kiri, abnormalitas segmen ST yang tidak spesifik
dan kadang-kadang tampak gambaran gangguan konduksi
intraventrikular dan low voltage.
Sedangkan dari pemeriksaan ekokardiografi dan
ventrikulografi radionuklir menunjukkan dilatasi ventrikel
dan sedikit penebalan dinding jantung atau bahkan normal atau menipis, gangguan fungsi sistolik dengan
Pada pemeriksaan
Pengobatan
Karena penyebab dari kardiomiopati dilatasi idiopatik
waktu terakhir
ini
obat-obat golongan
ini
Prognosis
Secara umum prognosis penyakit inijelek. Beberapa variasi
klinis yang dapat menjadi prediktor pasien kardiomiopati
1723
KARDIOMIOPATI
.
.
macam/bentuk, yaitu
Hipertrofi yang simetris atau konsentris
Hipertrofi septal simetris
ada 2
Pemeriksaan Penuniang
KARDIOMIOPATI HIPERTROFIK
Kardiomiopati hipertrofik
ini.
Perubahan
.
.
kiri mengecil
ob
truction.
dalam.
Pengobatan
Etiologi
Etiologi kelainan ini tidak diketahui. Di duga disebabkan
katekolamin, kelainan pembuluh darah koroner kecil,
kelainan yang menyebabkan iskemia miokard, kelainan
konduksi atrioventrikular dan kelainan kolagen.
Penyakit ini dapat ditemukan pada kedua jenis kelamin
dalam frekuensi yang sama, sertl dapat menyerang semua
umur. Gangguan irama sering terjadi dan menyebabkan
berdebar-debar, pusing sampai sinkop. Tekanan darah
sistolik dapat pula menurun, banyak kasus kardiomiopati
sering
menyebabkan kematian mendadak. Akhir-akhir ini
dilaporkan adanya khasiat yang baik golongan antagonis
kalsium seperti verapamil.
Obat-obat lain tidak dianjurkan untuk diberikan, karena
dapat memperburuk keadaan penyakit. Operasi
miomektomi
Prognosis
Prognosis penyakit ini ternyata sekarang ini cukup jinak.
Pemeriksaan Fisis
t724
KARDIOI.OGI
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan elektrokardiografi ditemukan low voltag e. Terlihat juga gangguan konduksi intra-ventrikular dan
KARDIOMIOPATI RESTRIKTIF
Kardiomiopati restriktif merupakan kelainan yang amat
jarang dan sebabnya pun tidak diketahui. Tanda khas
untuk kardiomiopati ini adalah adanya gangguan pada
fungsi diastolik, dinding ventrikel sangat kaku dan
menghalangi pengisian ventrikel.
Pada pemeriksaan patologi-anatomis ditemukan adanya
fibrosis, hipertrofi atau infiltrasi pada otot-otot jantung
yang menyebabkan gangguan fungsi diastolik tersebut.
Diagnosis Banding
Perikarditis konstriktif adalah penyakit j antung yang secara
Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui. Kardiomiopati restriktif
Gejala Klinis
Pasien merasa lemah, sesak napas. Ditemukan tanda-tanda
gagal jantung sebelah kanan. Juga ditemukan tanda-tanda
dengan
Pengobatan
Pengobatan pada umumnya sukar diberikan, karena
panyakit ini tidak efisien untuk diobati dan lagi pula
bergantung pada penyakit yang menyertainya. Obat-obat
anti-aritmia diberikan bila ada gangguan irama. Umumnya
Pemeriksaan Fisis
Kardiomiopati
Restriktif
.
.
.
.
Perikarditis
Konstriktif
Tekanan permulaan
diastolik di dalam
ventrikel kanan
Di atas 0
di bawah
berbeda
Sama
Hipertensi pulmonal
ada
tidak ada
Dinding
dinding
ventrikel
normal serta
pergerakan
septum yang
paradoksal
Ekokardiografi
ventrikel kiri
menebal serta
massanya ber
tambah
27t
PERIKARDITIS
Marulam M. Panggabean
PENDAHULUAN
Perikarditis Akut
konik
friction
rub
ST.
PATOGENESIS
dan lainJain).
172
1726
2.
3.
PENATALAKSANAAN
Semua penderita perikarditis akut harus dirawat untuk
I(ARDIOI.OGI
TAMPONAD
PERII(ARDITIS
REFERENSI
Grub NR and Newby DE. Pericardial Disease,Churchil's Pocketbook
1727
272
ANGINA PEKTORIS TAK STABIL
HanafiB. Trisnohadi
.
'
.
48jamteraktir.
Keadaan klinis:
.
.
Intensitas pengobatan:
. Tak ada pengobatan atau hanya mendapat pengobatan
minimal
.
.
PATOGENESIS
Ruptur Plak
Ruptur plak aterosklerotik dianggap penyebab terpenting
angina pektoris tak stabil, sehingga tiba-tiba terjadi oklusi
subtotal atau total dari pembuluh koroner yang sebelumnya
dari
7OVo.
1728
1729
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Elektrokardiograf i (E KG)
Pemeriksaan EKG sangat penting baik untuk diagnosis
maupun stratifikasi risiko pasien angina tak stabil. Adanya
depresi segmen ST yang baru menunjukkan kemungkinan
adanya iskemia akut. Gelombang T negatif juga salah satu
tanda iskemia atau NSTEMI. Perubahan gelombang ST
dan T yang nonspesifik seperti depresi segmen ST kurang
dari 0.5 mm dan gelombang T negatif kurang dari 2 mm,
tidak spesifik untuk iskemia, dan dapat disebabkan karena
hal lain. Pada angina tak stabil 4Vo rnernp\n\ai EKG normal, dan pada NSTEMI 1 -67o EKG juga normal.
Uji Latih
Pasien yang telah stabil dengan terapi medikamentosa dan
menunjukkan tanda risiko tinggi perlu pemeiksaan exercise test dengan alat treadmill. Bila hasilnya negatif maka
Vasospasme
Ekokardiograf
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan troponin T atau I dan pemeriksaan CK-MB
1730
I(ARDIOI.OGI
troponin T atau
diketemukan
PENATALAKSANAAN
Tindakan Umum
Pasien perlu perawatan di rumah sakit, sebaiknya di unit
intensif koroner, pasien perlu diistirahatkan (bed rest),
diberi penenang dan oksigen; Pemberian morfin atau
petidin perlu pada pasien yang masih merasakan sakit dada
walaupun sudah mendapat nitrogliserin.
Terapi Medikamentosa
OBAT ANTI ISKEMIA
Nitrat
Nitrat dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh vena
dan arteriol perifer, dengan efek mengurangipreload dan
afterload sehingga dapat mengurangi wall s/ress dan
yang
menunjukkan efektivitas yang serupa.
Kontra indikasi pemberian penyekat beta antara lain
Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium dibagi dalam 2 golongan besar:
golongan dihidropiridin seperti nifedipin dan golongan
nondihidropiridin seperti diltiazem dan verapamil. Kedua
golongan dapat menyebabkan vasodilatasi koroner dan
menurunkan tekanan darah.
Golongan dihidropiridin mempunyai efek vasodilatasi
per oral.
Penyekat Beta
Penyekat beta dapat menurunkan kebutuhan oksigen
miokardium melalui efek penurunan denyut jantung dan
Aspirin
173l
Tiklopidin
Tiklopidin suatu derivat tienopiridin merupakan obat lini
kedua dalam pengobatan angina tak stabil bila pasien tidak
tahan aspirin. Studi dengan tiklopidin dibandingkan
plasebo pada angina tak stabil ternyata menunjukkan
bahwa kematian dan infark non fatal berkurang 46,3Vo.
Dalam pemberian tiklopidin harus diperhatikan efek
samping granulositopenia, di mana insidennya 2,4Vo.
Dengan adanya klopidogrel yang lebih aman pemakaian
tiklopidin mulai ditinggalkan.
Klopidogrel
Klopidogrel juga merupakan derivat tienopiridin, yang
dapat menghambat agregasi platelet. Efek samping lebih
kecil dari tiklopidin dan belum ada laporan adanya neutropenia. Klopidogreljuga terbukti dapat mengurangi strok,
infark dan kematian kardiovaskular. Klopidogrel dianjurkan
untuk diberikan pada pasien yang tak tahan aspirin. Tapi
dalam pedoman ACC/AHA klopidogrel juga diaryurkan
untuk diberikan bersama aspirin paling sedikit 1 bulan
sampai 9 bulan. Dosis klopidogrel dimulai 300 mg per hari
dan selanjutnya 75 mg per hari.
OBAT ANTITROMBIN
bocytopenia (HIT).
t732
DIRECT TH ROM BIN IN HI BITORS
KARDIOLOGI
revaskularisasi.
REFERENSI
STRATIFIKASI RISIKO
tati stics. 1 99 8
80:410
1995:91:256
Th6roux P, Fuster
7998:9'7 :1195-206.
Cheng GC, Loree HM, Kamm RD, Fishbein MC, Lee RT, Distribution of circumferential stress in ruptured and stable atherosclerotic lesions:a structural analysis with histopathological corre-
lation. Circulation
t733
the relative thrombogenicity of atherosclerotic plaque components: implicationsfor consequences of plaque rupture. J Am
Coll Cardiol 1994:23:1562-9.
Moreno PR, Bernardi VH, Lopez-Cudllar J, et al.
Macrophages,smooth muscle cells, and tissue factor in unstable
angina: implications for cell-mediated thrombogenicity in acute
coronary syndromes. Circulation 1996;94:3090-7.
Wilcox JN, Smith KM, Schwartz SM, Gordon D. Localization of
tissue factor in the normal vessel wall and in the atherosclerotic
plaque. ProcNatl Sci U S A 1989;86:2839-43.
Patrono C. Renda G Platelet activation and inhibition in unstable
coronary syndromes. Am J Cardiol 1997;80:17E-208.
Cermak J, Key NS, Bach RR, Balla J, Jacob HS, Vercellotti GM. Creactive protein induces human peripheral blood monocytes to
syntbesize tissue factor. Blood 1993;82:513-20.
Ridker PM, Glynn RJ, Hennekens CH. C-reactive protein adds to
the predictive value of total and HDL cholesterol in determining risk of first myocardial infarction. Circulation 19981'9'7:2007-
tl
Ridker PM, Cushman M, Stampfer MJ, Tracy RP, Hennekens
CH.Plasma concentration of C-reactive protein and risk of
developing peripheral
Cannon CP, McCabe CH, Stone PH, et al. Circadian variation in the
onset of unstable angina and non-Q-wave acute myocardial in-
endothelium-dependent
v-66.
Wieczorek I, Haynes WG Webb DJ, Ludlam CA, Fox KAA. Raised
plasma endothelin in unstable angina and non-Q wave myocardial infarction: relation to cardiovascular outcome. Br Heart J
1994:72:436-41.
! Suzuki N, Shimamoto N, Fujino M, Imada A. Contribution of endogenous endothelin to the extension of myocardial
infarct size in rats Circ Res 1991169:370-7
Ross R. The pathogenesis of atherosclerosis - an update N Engl J
Watanabe
Med 1986:314:488-500.
Nobuyoshi M, Tanaka M, Nosaka H, et al. Progression of coronary
atherosclerosis: is coronary spasm related to progression? J Am
Farb
63.
Flugelman MY, Virmani R, Correa R, et al Smooth muscle cell
abundance and fibroblast growth factors in coronary lesions of
patients with nonfatal unstable angina: a clue to the mechanism
of transformation from the stable to the unstable clinical state.
JAMA 1999:28r:701-lf.
I. Prevention of death,
myocardial infarction,and stroke by prolonged antiplatelet
therapy in various categories of patients. BMJ 1994;308:81106. [Erratum, BMJ 1994;308: 1540.]
Balsano F, Rizzon B Violi F, et al. Antiplatelet treatment with
randomised trials ofiantiplatelet therapy.
of
338:1488-97.
t734
IGRDIOI.OGI
The PURSUIT Trial Investigators. Inhibition of platelet glycoprotein IIb/IIIa with eptifibatide in patients with acute coronary
syndromes. N Engl J Med 1998; 339:436-43
Boersma E, Akkerhuis KM, Theroux P, et al. Platelet glycoprotein
Iib/IIIa receptor inhibition in non ST elevation acute coronary
syndromes: early benefit during medical therapy only, with additional protection during percutaneous coronary intervention.
Circulation 1999 ; 100:2045-2048
The PARAGON Investigators. An international, randomized,
a meta-rnalysis. JAMA
6:811-5.
Klein LW, Wahid F, VandenBerg BJ, Parrillo JE, Calvin JE. Comparison of heparin therapy for < or = 48 hours to > 48 hours in
unstable angina pectoris. Am J Cardiol 19911.79:259-63.
Warkentin TE, Levine MN, Hirsh J, et al. Heparin-induced
thrombocytopenia in patients treated with 1ow-molecular-weight
heparin or unfractionated heparin. N Engl J Med 1995.332:13305.
Cohen
molecular-weight heparin w.ith unfractionated heparin for unstable coronary artery disease. N Engl J Med 19971'331:447-52.
Antman EM, McCabe CH, Gurflnkel EP, et al. Enoxaparin prevents
death and cardiac ischemic events in unstable angina/non-Qwave myocardial infarction: results of the Thrombolysis in
IIB
trial.
Circulation
19991100:1593-601.
Organisation to Assess Strategies for Ischemic Syndromes (OASIS2) Investigators. Effects of recombinant hirudin (lepirudin) compared with heparin on death, myocardial infarction, refractory
angina, and revascularisation procedures in patients with acute
myocardial ischaemia without ST elevation: a randomised trial.
Lancet I 999:353:429-38.
Luchi RJ, Scoft SM, Deupree RH, Principal Investigators and Their
Associates of Veterans Administration Cooperative Study No.
28. Comparison of medical and surgical treatment for unstable
angina pectoris: results of a Veterans Administration cooperative study. N Engl J Med 1987;316:977-84
Braunwald E, Mark DB, Jones RH, et al Unstable angina: diagnosis
and management. Clinical practice guideline. No. 10. Rockville,
Md.: Department of Health and Human Services, 1994. (AHCPR
publication no.94-0602 )
Braunwald E, Antman EM, Heasky JW, et a1. ACC/AHA Guideline
Update for the Management of Patients with Unstable Angina
and Non ST segment Elevation Myocardial Infarction 2002,
993:8 8 :2493
-5 00.
273
ANGINA PEKTORIS STABIL
A. Muin Rahman
dadanya.
kardiak.
lain-1ain.
Pada AP stabil, nyeri dada yang tadinya agak berat,
t73
1736
T(ARDIOII)GI
PEMERIKSAAN FISIS
Tak ada hal-hal yang khusus/spesifik pada pemeriksaan
fisik. Sering pemeriksaan fisis normal pada kebanyakan
pasien. Mungkin pemeriksaan fisis yang dilakukan waktu
nyeri dada dapat menemukan adanya aritmia, gallop
bahkan murmur, split 52 paradoksal, ronki basah dibagian
basal paru, yang menghilang lagi pada waktu nyeri sudah
berhenti. Penemuan adanya tanda-tanda aterosklerosis
A. Carotis,
aneurisma
abdominal, nadi dorsum paedis/tibialis posterior tidak
teraba, penyakit valvular karena sklerosis, adanya
hipertensi, LVH, xantoma, kelainan fundus mata dan lain-
Foto Toraks
Pemeriksaan ini dapat melihat misalnya adanya kalsifikasi
koroner ataupun katup jantung, tanda-tanda lain, misalnya
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DIAGNOST!K
Pedoman yang disusun oleh AHA telah cukup lengkap
untuk melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan yang
efektif dan efisien pasien PJK, sehingga ia dipakai sebagai
Ekokardiograf i
Pemeriksaan ini bermanfaat sekali pada pasien
dengan
t737
ANGINAPEKTORIS STABIL
Vo,
1-3%lth
%
Mortalitas
<1%lth
Disfungsi LV
(angio)
Tidak ada
EF 35-49
TMT/Sfress
fesf
Disfungsi LV
low risk
Tidak ada
None/terbatas
dosis
Defek pefusi
pd stres
Stres Eko
Normal
moderat
besar
Normal
iskemia
terbatas
multipel/
besar
tinggi
>3%/rh
EF < 35%
mencapai
< 35o/o
ini
dapatlah
Angiografi Koroner
Apabila ia termasuk high risk pada pemeriksaanpemeriksaaan non invasif, maka pemeriksaan invasif
mungkin diperlukan juga.
PENATALAKSANAAN
1738
I(ARDIOI.OGI
(cABG).
kualitas hidup.
NON FARMAKOLOGIS
FARMAKOLOGIS
.
.
.
.
.
.
Aspirin.
Penyekat beta.
anglna.
REPERFUSI MIOKARDIUM
yang
terkontraindikasi mutlak.
padaAPS:
LM.
Coronury ctrtert bltpass graft pada lesi 3 pembuluh
sindrom me[abolik.
Pengobatan terhadap peninggian lipid Iainnya atau
Penurunar-r
Percutaneous corowtry intervention pada pasienpasien dengan lesi 2 pembuluh dan proksimal LAD
yang anatomis baik untLrk PCI, apalagi bila LV fungsi
normal dan tidak diobati untuk DM.
Percutaneous coronaty intervention atau CABG pada
pasien-pasien dengan
1739
1.
2.
Penilaian kembali fungsi sistolis LV ataupun analisa segmental LV dengan cara eko ataupun radionuklir pada
atau pemburukannya.
high risk
.
.
homosistein.
Suplemen vit E dan C.
Identifikasi adanya depresi dan pengobatannya yang
adekuat.
3.
jantung.
Ekokardiografi pada pasien-pasien dengan tanda-tanda
kelainan katup yang baru atau perburukan kel. Katup
yang ada,
REFERENSI
Chatterjee K. Recognition and management of patients with stable
angina pectoris. In: Goldman L, Brqunwald E, eds. Primary
Cardiology. Philadelphia: WB Saunders, 1998:234-56.
Levine HJ. Difficult problems in the diagnosis of chest pain. Am
Campeau
L. Grading of
1976l'54 522-3.
Alonso J, Permanyer-Miralda G, Cascant P, Brotons C, Prieto L,
Soler-Soler J. Measuring functional status of chronic coronary
patients. Reliability, validity and responsiveness to clinical
change of the reduced version of the Duke Activity Status Index
(DASI). Eur Heart I 1997;18 414-9.
Wexler L, Brundage B, Crouse J, et al. Coronary artery calcification: pathophysiology, epide miology, imaging methods, and
clinical implications. A statement for health prof'essionals tiom
the American Heart Association Writing Group. Circulation
1996:94 l 17 5-92.
Califf RM, Armstrong PW, Carver JR, D'Agostino RB, Strauss WE,
I. Exercise
AJ.
cardiography:
1740
06.
IqRDIOI.OGI
Circulation 1994l'90:2056-69.
Miranda CP, Lehmann KC1 Froelicher VF. Correlation between resting ST segment depression. exercise testing. coronary angiography, and long-term prognosis. Am Heart J 199l;122:1617'
28.
Aronow WS. Correlation of ischemic ST-segment depression on the
resting electrocardiogram with new cardiac events in 1,106 patients over 62 years of age. Am J Cardiol 19891.64:232-3.
Diamond GA. Staniloff HM, Forrester JS, Pollock BH, Swan
HJ.Computer-assisted diagnosis in the noninvasive evaluation
of ptients with suspected coronary disease. J Am Coll Cardiol
I 983: 1 :444-55.
Morise AP, Diamond GA. Comparison of the sensitivity and specificity of exercise electrocardiography in biased and unbiased
populations of men and women Am Heart J 1995;130:741-7.
Taylor HA, Deumite NJ, Chaitman BR, Davis KB, Killip T, Rogers
WJ. Asymptomatic left mai.n coronary artery disease in the
Coronary Artery Surgery Study (CASS) registry. Circulation
1989:19:l17 I -9.
274
INEARK MIOI(ARD AKUT DENGAT.I ELEVASI ST
Idrus Alwi
PENDAHULUAN
PATOFISIOLOGI
IMA.
(SZ
elevasi ST dan
stabil{$
lnfark miokard
Spektrum
Nekrosis
.1,0
mioslt
,1,0S
,10s
,259
Tn1+/CK-MB menrngkat
ST1 atau STJ atau inversi T
dapat berkembang menjadi glombang O
Risiko kematiani 5 B%
dan 2).
ngkat
terapi trombolitik.
Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis
t741
1742
I(ARDIOITOGI
";il
Gambar
Antman, et al)
komplikasi STEMI dengan relevansi tatalaksana pada masingmasing tahap Potongan longitudinal arteri menggambarkan timeline
pi'oses aterogenesis dari arteri no!'mal (1 ); (2) Lesi inisiasi dan
akumulasi lipid ekstraselular dalam intima; (3) evolusi stadium
fibrofatty, (4) lesi progresi dengan ekspresi prokoagulan dan
lemahnya fibrous cap Sindrom koroner akut berkembang jika
plak vulnerabel dan risiko tinggi mengalami disrupsi pada fibrous
(6)
kinase
DIAGNOSIS
L743
time is muscle.
PEMERIKSAAN FISIS
ANAMNESIS
Sebagian besar pasien cemas dan tidak bisa istirahat
(gelisah). Seringkali ekstrernitas pucat disertai keringat
dingin. Kombinasi nyeri dada substernai >30 menit dan
banyak keringat dicurigai kuiit adanya STEMI. Sekitar
seperempat pasien infark an reli or me mp un y ai mani f-estas i
NYERI DADA
ELEKTROKABDIOGRAM
.
.
.
.
dipelintir.
Penjalaran: biasanya ke lengan kiri, dapatjuga ke ieher,
rahang bawah, gigr, punggrrng/interskapula, perut, dan
dapatjuga ke lengan kauan.
Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat, atau obat
nrtrat.
Faktor pencetus: latihtm fisik, stres emosi, udara dingin,
dan sesudah makan.
Gejala yang menyefiai: mual. muntah, sulit bernapas,
keringat dingin, cemas dan lemas.
hiperakti vitas s araf simp atis (ta.krkardia cian /atau h j poten si.1
dan hampir setengah pasien inlark inferior nienunjukkan
t744
I(ARDIOI.OGI
satu
LABORATORIUM
PENATALAKSANAAN
Biomarker
Berat
Molekul,
Da
Rentang
waktu untuk
meningkat
Rerata Waktu
Elevasi Puncak
(Non reperfusi)
Waktu Kembali ke
Rentang Normal
24 jam
24 jam
48-72 jam
5-1 0 hari
CK-MB
cTnl
cTnT
86 OOO
23 500
33 000
3-12 jam
3-12 jam
3-12 jam
Myoglobin
CK-MB tissue isoform
CK-MM tlssue lsoform
000
BO 000
86
12
jam-2 hari
6-7 jam
jam
2-6 iam
'18
1-6 jam
12 jam
5-'14 hari
24 hari
Tak diketahui
38 jam
Da = Daltons; CK-MB = MB isoenzyme of creatine klnase; cTnl = cardiac troponin l; cTnf = cardiac
troponin
CK-Ml\l = MM isoenzyme of creatine klnase (Modifikasi dari Adams et al. Circulation
1993;88:750)
t745
50
-_""'"-"
t
t^^
;
Io
=5
E
Card ac ropon
Cardiac
-------
10
koponrn
CK-MB
no
no repedut
o.
repetrusion
repe{ls
on
CK-MB -reperfusion
Pemberian fibri
jika
2
URL =991h ?o
Panel A: Pasien dibawa oleh EMS setelah memanggil 9- I 1 : Reperfusi pada pasien STEMI dapat dilakukan dengan
terapi farmakologis (fibrinolisis) atau pendekatan kateter
(PCI primer). Implementasi strategi ini berryariasi tergantung
cara transpoftasi pasien dan kemampuan penerimaan rumah
sakit. Sasaran adalah waktu iskemia total 120 menit. Waktu
transport ke rumah sakit bervariasi dari kasus ke kasus
lainnya. tetapi sasaran waktu iskemia total adalah 120 menit.
Terdapat 3 kemungkinan:
2)
kardiologi intervensi).
3)
TATALAKSANA AWAL
.
.
TATALAKSANA UMUM
Oksigen
Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan
saturasi oksigen afieri <90Vo. Pada semua pasien STEMI
tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam
pertama.
1746
Nitrogliserin (NTG)
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan
ISRDIOLOGI
aman
Terapi Reperfusi
Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner,
meminimalkan derajat disfungsi dan dilatasi ventrikel dan
mengurangi kemungkinan pasien STEMI berkembang
menjadi pump .failure atau takiaritmia ventrikular yang
maligna.
Sasaran terapi reperfusi pada pasien STEMI adalah
ti.me
medical
90menit. (GambarT)
Jantung.
Morf in
Aspirin
Risiko STEMI
Penyekat Beta
1747
Panel A
EMS on-scene
Goalsl
after
5 min
symptom onset
EMS
1 min
on
SCENC
F-
*_A
Within
8 min
F-----
EMS Transport
Prehospitalfibrinolysis:
min
Gambar 7. Pilihan transportasi pasien dengan STEMI dan terapi reperfusi awal (Dikutip dari: Antman , et al)
Bisiko Perdarahan
Pemilihan terapi reperfusi juga melibarkan lisiko
perdarahan pada pasien. r-ika terapi reperfusi bersama-sama
.
.
.
RisikoSTEMI
Risiko fibrinolisis
ada
keteriambatan untuk strarategi invasif, tidak ada prelerensi
untuk strategi lain.
jam.
.
.
.
Syokkardiogenik
Klas Killip lebih atau sama dengan 3
Kontraindikasi fibrinolisis, termasuk meningkatnya
risiko perdarahan dan pergarahan intrakranial.
Presentasi terlambat
Onset gelala >3 jam yang lalu
t748
I(ARDIOLOGI
Panel B
Receiving
distal.
jam antara
REPERFUSI FARMAKOLOGIS
Fibrinolisis
Jika tidak ada kon[raindikasi, terapi fibrino]isis idealnya
diberikan dalam 30 menit sejak masuk (doo r-to-needle time
< 30 menit). Tujuan utama fibrinolisis adalah restorasi cepat
Tisswe pla,sminogen
OBAT FIBBINOLITIK
Streptokinase (SK)
Merupakan fibrinolitik non spesifik tibrin. Pasien yang
pernah terpajan dengan SK tidak boleh diberikan pejanan
selanjutnya karena terbentr-Lknya antibodi. Reaksi alergi
tidak jarang ditemukan. Manfaat mencakup harganya yang
murah dan insidens perdarahan intrakranial yang rendah,
manfaat pertama diperli hatkan pada' G I S S I - I t r hl.
t749
Streptokinase
T%(menit)
Alergenik
Spesifik fibrin
Resisten PAt-1
Bolus
Dosis
15-25
ya
Reteplase
(r-PA)
Tenecteplase
(TNK-PA )
4-8
Tidak
1 1-14
Tidak
Tidak
++
Tidak
15 mg bolus,
dilan jutkan
dengan 0,75
mg/kg (max 50
mg) lebih dari
30 menit,
dilanjutkan 0,5
mg/ kg (maks
35 mg) lebih
dari 1 jam
Dobel
'10 U bolus,
dua kali,
interval 30
menit
Satu
berdasarkan BB
t|$li*
Tidak
1,5 juta unit
lebih dari 3060 menit
1)
17-20
tinggi.
<60k9
60-69
70-79
80-89
30mg
kg 35 mg
kg 40 mg
kg 45 mg
>90k9
50mg
2.
Reteplase (Retavase)
INJECT trial mentnjukkan efikasi dan keamanan
sebanding SK dan sebanding tPA pada GUSTO
III tial,
lebih panjang.
sandapan ekstremitas.
Tenekteplase (TNKase)
Keuntungannya mencakup memperbaiki spesifisitas fibrin
tccu
Aktivitas. Pasien harus istirahatdalam
12
jampertama.
harus
Klas ll
l.
1750
KARDIOI.OGI
Kontraindikasi absolut
.
.
.
.
.
.
.
Kontraindikasi relatif
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kehamilan
Ulkus peptikum aktif
Penggunaan antikoagulan baru: makin tinggi INR makin
tinggi risiko perdarahan
keadaan
ini
TERAPI FARMAKOLOGIS
Antitrombotik
Penggunaan terapi antiplatelet dan antitrombin selama fase
awal STEMI berdasarkan bukti klinis dan laboratoris bahwa
trombosis mempunyai peran penting dalam patogenesis.
Tujuan primer pengobatan adalah untuk memantapkan dan
mempertahankan patensi arteri koroner yang terkait infark.
pada
Penyekat Beta
Manfaat penyekat beta pada pasien STEMI dapat dibagi
23Vo dan
jika
obat
L75t
lnhibitor
ACE
Gangguan Hemodinamik
.
.
.
KOMPLIKASI STEMI
Disfungsi Ventrikular
Setelah STEMI, ventrikel kiri mengalami perubahan serial
1752
KARDIOI.OGI
kiri
<40Vo dan
SYOK KARDIOGENIK
Hanya l0% pasien syok kardiogenik ditemukan pada saat
masuk, sedangkan 9O7o terjadi selama perawatan. Biasanya
.
.
.
.
Terapi 02.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pacu
Vasodilatorarteri(nitropruspid,hidralazin)
PenghambatACE
Reperfusi
Obattrombolitik
Percutaneous coronary intervention (PCI) primer
Coronary artery bypass graft (CABG) (pada pasien
tertentu dengan penyakit multivesel)
merut.
CAB G direkomendasikan pada pasien <75 tahun dengan
elevasi ST atau LBBB yang mengalami syok dalam 36
INFARKVENTRIKEL KANAN
Sekitar sepertiga pasien dengan infark inferoposterior
menunjukkan sekurang-kurangnya nekrosis ventrikel
kanan derajat ringan. Jarang pasien dengan infark terbatas
primer pada ventrikel kanan. Infark ventrikel kanan secara
klinis meyebabkan tanda gagal ventrikel kanan yang berat
(distensi vena jugularis, tanda Kussmaul's, hepatomegali)
dengan atau tanpa hipotensi. Elevasi segmen ST pada
sandapan EKG sisi kanan, terutama sandapan V4R, sering
dijumpai dalam 24 jam pertama pasien infark ventrikel
pulmonalis.
EKSTRASISTOL VENTRIKEL
Depolarisasi prematur ventrikel sporadis yang tidak sering,
dapat terjadi pada hampir semua pasien STEMI dan tidak
Ta
t753
gagal
Jantung.
ketiga 360 J.
kontraindikasi
DiltiazematauverapamillV
Kardioversr synchronized dengan shock 200 J
Aritmia Supraventrikular
Takikardia supraventrikalar reentrant diberikan terapi
menurut urutan berikut:
. Massage sinus karotis
setelah
Fibrilasi Ventrikel
(Klas I).
Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrial sustained dan fluter atrial pada pasien
dengan gangguan hemodinamik atau ongoing iskemia
harus diterapi dengan I atau lebih cara berikut:
. Kardioversi synchronized dengan shock 200 J untuk
fibrilasi atrial dan 50 J untuk fluter atrial. didahului
dengan anestesi umum singkat atau sedasi jika
memungkinkan.
Amiodaron
mg jika diperlukan.
Penyekat beta IV dengan metoprolol 2,5-5 mgtiap2-5
menit sampai dosis total 15 mg lebih dari 10-15 menit
atau atenolol 2,5-5 mg lebih dari menit sampai dosis
total 10 mg dalam 10-15 menit.
Diltiazem
menit
Digoksin IV, mungkin ada perlambatan sekurangkurangnya l jam sebelum efek farmakologis muncul (815 mcg/kg (0,6-l mg pada pasien dengan berat badan
70 kg).
Adenosin
Asistol Ventrikel
Resusitasi segera mencakup kompresi dada, atropin,
vasopresin, epinefrin dan pacu antung sementara harus
diberikan pada asistol ventrikel
IV
KOMPLIKASI MEKANIK
'
L754
KARDIOLTOGI
Risiko/Mortalitas
30 hari (%)
PERIKARDITIS
.
.
terpilih.
Indometasin,ibuprofen
Korlikosteroid.
,
PROGNOSIS
Terdapat beberapa sistem
pasca IMA:
0 (0,8)
1 (1,6)
2 (2,2)
3 (4,4)
4 (7,3)
5 (12,4)
6 (16,1)
7 (23,4)
8 (26,8)
>8 (35,9)
bedside
REFERENSI
Van de Werf, Bax.J, Betriu.A, et al. Management of acute
myocardial infrction in patients presenting with persistent STsegment elevation. Eur Heart I 2008;29:2909-45
Antman EM, Anbe DT, Armstrong PW et al. ACC/AHA Guidelines
for the Management of Patients Wirh ST--Elevation
for the
il
ilt
IV
Mortalitas
Definisi
Klas
("/"1
6
17
30-40
60-80
Klas
I
il
ilt
IV
lndeks Kardiak
(L/min/m'z)
>
>
<
<
2,2
2,2
2,2
2,2
>18
< 18
> 18
23
51
2003 ;4 I :365A-366A.
t755
Institute, 2002. Guidelines, Related Toois, and Patient Information, available at: http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/cholesterol/
index.htm. Accessed
April 12,
2003.
8MJ.2002;324:11-86.
De Luca G, Suryapranata H, Zijlstra F, et al, for the ZWOLLE
Myocardial Infarction Study Group. Symptom-onset-to-balloon
time and mortality in patients with acute myocardial infarction
treated by primary angioplasty. J Am Coll Cardiol 2003 42:9917.
clinical score for risk assessment at presentation: an intravenous nPA for treatment of infarcting myocardium early Il trial
substudy. Circulation. 2000;102 2031-7
J. 2000:21:823-31
Grines CL, Browne
Kfl
comparison of
immediate angioplasty with thrombolytic therapy for acute
myocardial infarction. N Engl J Med. 1993;328:673-9.
Schcimig A, Kastrati A, Dirschinger J, et al, for the Stent versus
Thrombolysis for Occluded Coronary Arteries in Patients with
Acute Myocardial Infarction Study Investigators Coronary
stenting plus platelet glycoprotein IIb/llIa blockade compared
myocardial
infarction. N EngL J Med. 2000;143:385-91.
Andersen HR, Nielsen Tl Rasmussen K, et al. tbr the DANAMI-2
Investigators. Thrombolytic therapy vs plimzu'y percutaneous
coronary intervention for myocaldial inl'arction in patients
presenting to hospitals wirhour on-site cardiirc sufgery: a
randomized controlled trial. JAMA. 2002;281 1943-51.
Andersen HR, Nielsen TT, Rasmussen K, et al, for the DANAMI-2
Investigators. A comparison of coronary angioplasty with
fibrinolytic therapy in acute myocardial infarction. N Engl J Med
2003;349: '733-42.
Lee KL, Woodlief LH, Topol EJ, et al, for the GUSTO-I
999: I 00:
4-20.
I995:9I:I659-68.
Bonnefoy
the
Comparison of Angioplasty and Prehospital Thrombolysis in
Acute Myocardial Infarction study group Primary angioplasty
versus prehospital fibrinolysis in acute myocardial infarction: a
randomised stldy. Lancet. 2002;360:825-9.
Steg PG, Bonnefoy E, Chabaud S, et al. Impact of time to treatment
primary
acute
t756
58.
Hochman JS, Sleeper LA, White HD, et al, for the SHOCK
Investigators: Should We Emergently Revascularize Occluded
Coronaries for Cardiogenic Shock: one-year survival following
early revascularization for cardiogenic shock. JAMA.
2001 285:190-2.
Y Sleeper LA, Cocke TP, et al, for the SHOCK Investigators. Early revascularization is associated with improved
survival in elderly patients with acute myocardial infarction
Dzavik
KARDIOI.OGI
With
Med 2001:345:494-502.
Brouwer MA, van den Bergh PJ, Aengevaeren WR, et al. Aspirin
an
on
Seventh report
the
275
INFARK MIOI(ARD AKUT TANPA ELEVASI ST
Sjaharuddin Harun, Idrus Alwi
PENDAHULUAN
EVALUASIKLINIS
Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadangkala
di epigastrium dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti
diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat
dengan onset baru angina berat/terakselerasi memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki nyeri
prasarana yang tersedia di tempat pelayanan masingmasing khususnya untuk tindakan intervensi koroner.
PATOFISIOLOGI
Non ST elevation myocardial Infarction (NSTEMI) dapat
disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat
EKG
Gambaran elektrokardiogram (EKG), secara spesihk berupa
t75
1758
I(ARDIOI.OGI
SERUM KREATININ
Terdapat banyak bukti yang menunjukkan disfungsi ginjal
STRATIFIKASI RISIKO
50
=o,
o
o
o.
.r..rtr..t.
o
(E
20
Troponin, setelah IMA klasik kardiak
10
-g
.E
----
CK-IVB setelah lM
.=
,9
2345678
.
.
1759
TERAPI ANTIISKEMIA
Untuk menghilangkan nyeri dada dan mencegah nyeri dada
berulang, dapat diberikan terapi awal mencakup nitrat dan
penyekat beta. Terapi anti iskemia terdiri dari nitrogliserin
sub lingual dan dapat dilanjutkan dengan intravena, dan
penyekat beta oral (pada keadaan tertentu dapat diberikan
intravena). Antagonis kalsium nondihidropiridin diberikan
pada pasien dengan iskemia refrakter atau yang tidak
toleran dengan obat penyekat beta.
PENATALAKSANAAN
Pasien NSTEMI harus istirahat di tempat tidur dengan
pemantauan EKG untuk deviasi segmen ST dan irama
jantung. Empat komponen utama terapi harus
dipertimbangkan pada setiap pasien NSTEMI yaitu :
..
.
.
.
Terapi antiiskemia,
Terapi antiplatelet/antikoagulan,
Terapi invasif (kateterisasi dini/revaskularisasi),
NITRAT
perawatan RS.
AsPirin
Angiografi dalam
1760
I(ARDIOI.OGI
PENYEKATBETA
Penyekat beta oral diberikan dengan target frekuensi
jantung 50-60 kali/menit. Antagonis kalsium yang
mengurangi frekuensi jantung seperti verapamil atau
TERAPI ANTIPLATELET
Aspirin
menghambat
Klopidogrel
Thienopyridine ini memblok reseptor adenosine
Aktivitas
Obat
selektivitas Agonis
Propranolol
Tidak
Metoprolol
Beta l
Dosis Umum
untuk Angina
parsial
Tidak 20-80 mg 2 kali
sehari
Tidak
50-200 mg 2 kali
sehari
Atenolol
Betal
Nadolol
Tidak
Tidak
Beta l
Timolol
Asebutolol
Esmolol
Betal
Betal
Betal
(intravena)
Labetalol.
Tidak
Pindolol
Tidak
Betaksolol
Bisoprolol
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
50-200 mg/hari
40-80 mg/hari
10 mg 2 kali sehari
200-600 mg 2 kali
sehari
10-20 mg/hari
10 mg/hari
50-300 mcg / kg/
menit
200-600 mg 2 kali
sehari
2 5-7.5 mg 3 kali
sehari
TERAPIANTITROMBOTIK
Oklusi trombus sub total pada koroner mempunyai peran
utama dalam patogenesis NSTEMI dan keduanya mulai
dari agregasi platelet dan pembentlkan thrombinactivated fibrin befianggtng jawab atas perkembangan
klot. Oleh karena itu, terapi antiplatelet dan anti trombin
menjadi komponen kunci dalam perawatan.
(lfe-
L76l
Antagonis GP llb/llla
menjalaniCABG.
Pada sub studi pengamatan penelitian CURE yang
melibatkan 2.658 pasien yang menjalani PCI, dengan
median 10 hari setelah randomisasi (PA-CURE study),
PCI.
pasren:
.
.
operasl,
Kateterisasi ditunda/ditangguhkan selama > 24-36 jam.
secepatnya setelah kateterisasi. Klopidogrel (seperti aspirin) adalah inhibitor fungsi platelet yang ireversibel, maka
1762
TERAPI ANTIKOAGULAN
IGRDIOI.OGI
kedua strategi
ini,
Terapi Antiplatelet
Klopidogrel
Aspirin
(Plavix)
Abciximab
(Reopro)
Eptifibatid
(lntegrilin)
Tirofiban
(Aggrastat)
Heparin
Dalteparin
(Fragmin)
Enoksaparin
(Lovenox)
Heparin
(UFH)
I tahun
pada pasien
1763
kateterisasi.
Pada penelitian TACTICS-TIMI 18, semna pasien
ropean Society
CABG segera.
1 oT
2 vesse Dlsease
1764
KARDIOI.OGI
Obat antiiskemik
dan
Kerja Obat
Antitrombotik/
Antiplatelet
Aspirin
Klopidogrel. atau
tiklodipin
Penyekat beta
lnhibitor ACE
KlaslLevel of
Evidence
A
Antiplatelet
Antiplatelet
Jika kontraindikasi
Aspirin
Anti-iskemik
Fraksi ejeksi < 40
A
A
atau
Gagal jantung
Nitrat
Antagonis kalsium
(antagonis
dihidropiridin kerja
l/A lla/A
kongestif
Fraksi ejeksi > 40
Antianginal
untuk gejala iskemik
Antiangina
IC
I
Untuk gejala
iskemik (harus
dihindari)
jika penyekat
beta tidak
berhasil (/evel
of evidence: B\
singkat harus
dihindari)
atau
kontraindikasi
atau
Warfarin intensitas
rendah dengan
Atau tanpa aspirin
Dipiridamol
Obat
lnhibitor HMG-CoA
reduktase
lnhibitor HMG-CoA
reduktase
Gemfibrozil
Antitrombotik
Antiplatelet
Faktor Risiko
Kolesterol LDL >130
mg/dL
Kolesterol LDL 100'130 mg/dL
Kolesterol HDL <40
menyebabkan
efek samping
yang tak dapat
diterima (/evel
of evidence: C)
ilb/B
nA
Klas / Level of
Evidence
lA
lla/B
lla/B
mg/d
Niasin
Niasin atau
gemfibrozil
Folat
Antidepresan
Terapi hipertensi
HRT (inisiasi)f
HRT (lanjutan)t
lla/B
Col1 Cardiol.
0-1062
t33-40.
23: 223-9.
lla/B
ilb/c
ilb/c
t/A
ilt/B
IIA/C
pascamenopause
REFERENSI
Braunwald E, Antman EM, Beasley JW et al. ACC/AHA guidelines
for the management of patients with unstable angina non-ST
segment elevation myocardial infarction: A report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task
Force on Practice Guidelines (Committee on the Management
l8 Trial). Am
1765
l0i:238-44.
The SYNERCI' Executive Committee. Superior yield of the new
strategy of enoxaparin, revascularization and glycoprotein IIb/
and
Hongo RH. Ley J, Dick SE, Yee RR. The effect of clopidogrel in
cornbination with aspirin when given before coronary artery
bypass grafting. J Arn Coll Cardiol. 2002,40:231 7.
Mehta SR, Yusuf S, Peters RJ, et al Effects of pretreatment with
t01: 966-12.
102:1093-100.
EM Use of low-molecular-weight
management of acute coronary artety
syndiomes and percutaneous coronary intervention JAM.\.
heparins
in the
2003:289:331-42.
Cohen M, Demers C, Gurfinkel EB et al., for the Efficacy and
Safety of Subcutaneous Enoxaparin in Non-Q-Wave Coronary
Events Study Croup A comparison of low-molecular-weight
heparin with unfractionated heparirr tbr unstable coronary artery disease. N Engl J Med. 1997; 337 147-52.
Antman EM, McCabe CH. Gurfinkel EP, et a1., for the TIMI lIB
Investigators. Enoxaparin prevents death and cardiac ischemic
events in unstable angina/non-Q-wave myocardial infarction:
Results of the Thrombolysis in Myocardial Int'arction (TIMI)
l1B Trial. Circulation. 1999; 100: 1593-601.
51
of the Joint European Society of Cardiology/American College of Cardiology Committee for the
Redefinition of Myocardial Infarction. Eur Heart J.2000;,21:
consensus document
502-t3.
1996; 275:
l\O4-
12.
Hochman JS, McCabe CH, Stone PH, et aI., for the
TIMI Investiga-
Cardiol.
199'7
; 30: 141-8.
t766
KARDIOTPGI
285:
171 1-8.
276
ANTITROMBOTIK DAN TROMBOLITIK
PADA PENYAKIT JANTUNG KORONER
Iwang Gumiwang, Ika Prasetya W, Dasnan Ismail
PENDAHULUAN
koagulasi melalui aktivasi jalur ekstrinsik (ertrinsic pathway') dar aktivasi trombosit sehingga sebagai hasil akhir
terbentuklah trombus.
radation product.
Antikoagulan mempunyai peran mencegah aktivasi
dan IXa.
t76
t768
I&IRDIOIJOGI
dan
pascabedah pintas.
FARMAKOLOGI
Antikoagulan Oral
Warfarin merupakan obat jenis ini yang paling banyak
dipakai di Amerika. Obat ini terprlih karena mula kerja dan
Antiplatelet
Antikoagulan
Beberapa aspek farmakologis antikoagulan telah
diterangkan pada tulisan terdahulu. Secara ringkas obat
efektivitasnya
Dalam lima tahun terakhir, telah dipasarkan heparin
baru yang dikenal dengan Low Molecular Weight
Heparin (LMWH) yang lebih superior karena lebih stabil,
cara pemberian mudah (hanya subkutan), tidak memerlukan
Antitrombin Direk
Obat pada golongan ini yang telah banyak diteliti adalah
bivalirudin selain Hirudin yang telah ada sebelumnya' Hirudin sendiri adalah polipeptida 65-asarn amino yang berasal
dari lendir pacet atau lintah namun saat ini di buat dari
ireversibel.
Trombolitik
Trombolitik bekerja dengan merubah proenzim plasminogen menjadi enzim plamin aktif melalui pelepasan ikatan
peptida arginin-valin. Plasmin dapat melisiskan bekuan fibrin dan merupakan suatu serum protease nonspesifik yang
mampu merusak plasminogen dari faktor V dan VIII, juga
dapat berlindak sebagai penghambat agregasi trombosit
pada stenosis arlerial. Aksi plasmin dapat dinetralisir oleh
a-antiplasmin.
berikut.
baru
Menghambatrekruitmen
Memblok agregasi
Menghambat koagulasi
t769
.
.
1.
normal.
"
2.
TIA
tidak
direkomendasikan.
Padakasus seperti di atas tetapi mempunyai risiko yang
meningkat terh adap coronary events misalnya memiliki
satu faktor risiko utama (merokok, diabetes, hipertensi.
dislipidemia) direkomendasikan aspirin 80-325 mglhxi.
Bila tak bisa dengan aspirin, dapat diberikan warfarin
untuk sasaran INR 1,5.
.
.
bulan.
Sulfinpirazontidakdianjurkan.
Antikoagulan
. Heparin direkomendasikan pada semua pasien dengan
dosis bolus 75 U/kgBB IV, dilanjutkan pemeliharaan 1 250
U/jarn dengan sasaran APTT 1,5-2 x kontrol selama
minimal 48 jam atau sampai keadaan stabiymendapat terapi
definitif.
Altematif Lain
.
.
.
.
mg)'
Pasien yang mempunyai kontraindikasi terhadap aspirin, tiklopidin, dan klopidogrel dianjurkan sejak arval
kontraindikasi pemberian).
Gejalajelas IMA selama 12-24 jam dengan segmen ST
meningkat atau LBBB pada EKG dapat diberikan terapi
fibrinolisis.
Terdapatriwayatperdarahanintrakranial, strok setahun
terakhir atau perdarahan aktif maka terapi fibrinolitik
tidak boleh diberikan
Setiap pasien yang rnendapatkan terapi fibrinolisis
Gejala muncul kurang dari 1 2 jam diberikan streptokinase (atau reteplase), anistreplase atau alteplase.
Gejala muncul kurang dari 6 jam diberikan alteplase .
.
. Bila ada alergi
antikoaguian oral.
.
.
l00Gl2fi)U/jam.
1770
I(ARDIOLOGI
diberikan selamanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
dengan klopidogrel.
Heparin diberikan untuk target ACT (activated c'lotting time) 300- 350 detik. Dosis heparin diberikan bolus
70- 1 50 U/kg dan s he ath dicabut bi Ia ACT < I 5 0 detik.
Dipiridamoltidaklagi direkomendasikan.
klopidogrel dengan dosis muatan 300 mg dilanjutkan
dengan 75 mglhari atau tiklopidin 2x 250 mg/hari, mulai
24 jam sebelum PTCA atau tiklopidin 250-500 mg/hari
diberikan paling tidak selama 14 hari dan hingga 30 hari
pada kasus risiko tinggi terhadap .r/erzr trombosis.
abciximab
direkomendasikan.
.
.
sebagai tambahan.
Antiplatelet
trbrilasi.
217o
hanya optional.
REFERENSI
.
.
.
.
al
Prevalence
of
total
tcr
Gumiwang
G Antikoagulan
l77l
277
EDEMA PARU AKUT
Sjaharuddin Harun, Sally Aman Nasution
PENDAHULUAN
Q,''-,n,,
Edema paru akut (EPA) adalah akumulasi cairan di paru-
ini
dapat
= Krl(Pi,-Pi",)
5r
(ll,-ll
",)l
di manal
Q = Kecepatan transudasi dari pembuluh darah ke ruang
interstitial.
P,,
ll,,
ll ., =
=
",
EPAkardiak.
MEKANISME
Terdapat dua mekanisme terjadinya edema paru:
filtrat
1772
1773
EDEMAPARUAKUT
KLASIFIKASI
.
.
.
Karsinomatosis,limfangitis
Limfangitis fibrotik (silikosis)
Pe
.
.
.
.
.
.
.
.
EDEMAPARU KARDIOGENIK
Secara patofisiologi edema paru kardiogenik .ditandai
dengan transudasi cairan dengan kandungan protein yang
rendah ke paru, akibat terjadinya peningkatan tekanan di
atrium kiri dan sebagian kapiler paru. Transudasi ini terjadi
tanpa perubahan pada permeabilitas atau integritas dari
membran alveoli-kapiler, dan hasil akhir yang terjadi adalah
I distensi dan
Syndrome)
ini merupakan akibat langsung dari kerusakan
pembatas antara kapiler dan alveolar. Cukup banyak
kondisi medis maupun surgikal tertentu yang
berhubungan dengan edema paru akibat kerusakan
Keadaan
Force.
.
.
.
.
.
.
.
L774
KARDIOI.OGI
EPK
EPNK
Anamnesis
Jarang
Penyakit dasar I B-C,
(+)
il, tv
Penemuan Klinis
Perifer
53 gallop / kardiomegali
(+)
(,
JVP
Meningkat
Basah
Tak meningkai
Ronki
Kering
Tanda penyakit dasar
Laboratorium
EKG
Foto toraks
Enzim kardiak
PCWP
Shunt intra pulmoner
Protein cairan edema
JVP:
lskemia / infark
Disiribusi perihiler
Bisa meningkat
> lB mmHg.
Sedikit
<05
Biasanya normal
Distribusi perifer
Biasanya normal
< 18 mmHg.
Hebat
>o.7
Manifestasi Klinis
Anamnesis. Edema paru akut kardiak berbeda dari
ortopnea dan paroksismal nokturnal dispnea, karena
1775
EDEMAPARUAKUT
se su
ai
0,6 mg tiap 5
10
T negatif
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terutama untuk edema paru akut
kardiogenik. Terapi EPA harus segera dimulai setelah
diagnosis ditegakkan meskipun pemeriksaan untuk
rnelengkapi anamnesis dan pemeriksaan fisis masih
berlangsung. Pasien diletakkan pada posisi setengah
bersama-sama.
Obat trombolitik
klinis mengizinkan.
PROGNOSIS
1776
I(ARDIOI.OGI
Failure)
Circulation 200I: 104: 2996.
Kawanishi DT, Rahimtoola S.H. Acute Pulmanary Edema in Hurst
J.W. Current Therapy in : Cardiovascular Disease, 3'd ed
REFERENSI
ACC/AHA Task Force Report : Guidelines for the Evaluation and
of
PittB, Zarnad
278
PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI
Marulam M. Panggabean
PENDAHULUAN
Sampai saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar
antara 5-l}Vo sedangkan tercatat pada tahun 1 978 proporsi
penyakit jantung hipertensi sekitar 14,37o dan meningkat
menjadi sekitar 39Vo pada tahun 1985 sebagai penyebab
penyakit jantung di Indonesia.
sistolik)
Iskemia miokard (asimtomatik, angina pektoris,infark
jantung dll) dapat terjadi karena kombinasi akselerasi
proses aterosklerosis (lihat patogenesis aterosklerosis atau
penyakit jantung koroner) dengan peningkatan kebutuhan
oksigen miokard akibat dari HVK. HVK, iskemia iniokard
dan gangguan fungsi endotel merupakan faktor utama
kerusakan miosit pada hipertensi.
Evaluasi pasien hipertensi atau penyakitjantung hipertensi
ditujukan untuk:
. meneliti kemungkinan hiperlensi sekunder,
. menetapkan keadaan pra pengobatan,
.
.
epistaksis,
dan aktivasi sistem RAA memacu mekanisme FrankStarling melalui peningkatan volume diastolik ventrikel
sampai tahap tertentu dan pada akhirnya akan terjadi
gangguan kontraksi miokard (penurunan /gangguan fungsi
t777
1778
KARDIOI-OGI
.
.
.
.
PEMERIKSAAN FISIS
PENATALAKSANAAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
REFERENSI
Pemeriksaan laboratorium awal meliputi:
Urinalisis:protein,leukosit,eritrosit, dan silinder
.
.
.
.
.
.
.
Hemoglobin/hematokrit
Elektrolitdarah:Kalium
Ureum/kreatinin
Gula darah puasa
Kolesterol total
Elektrokardiografi menunjukkan HVK pada sekitar 20507o (kurang sensitit) tetapi masih menjadi metode
standar.
279
PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL
PADA DEWASA
AliGhanle
PENDAHULUAN
Def
inisi
hari.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
aorta
aorta
Fallot
Koarktasio
9.8
Vo
9.7
Vo
6.9
7o
6.87o
Etiologi
Stenosis
6.7 Vo
Tetralogi
5.8 Vo
Transposisi pembuluh darahbesar 4.2Vo
2.2Vo
1.3
Vo
dewasa.
t77
1780
I(ARDIOLOGI
fosa ovalis.
Menurut lokasi defek DSA dikelompokkan menjadi :
. Defek septum atrium (DSA) sekundum, defek terjadi
pada fosa ovalis, meskipun sesungguhnya fosa ovalis
merupakan septumprimum. (Gambar 1)
Gambar 4. Defek septum primum
Fisiologi/Hemod inami k
Akibat yang timbul karena adanya defek septum atrium
sangat tergantung dari besar dan lamanya pirau serta
resistensi vaskular paru. Ukuran defek sendiri tidak banyak
kiri
Gambar 1. Defek septum
atrium
sekundum
1781
sinr-rs
Elektrokardiograf
(Gambar 5 dan 6)
.
:"]-.,'-';,- '
ekokardiografi
"
"
.
Dilatasi atriumkanan
Segmen pulmonai menonjol, corakan vaskular paru
promlnen
1782
Gambar
KARDIOI]OGI
1 1
Ekokardiograf
'
15, 1 6, 17, I
8)
atrium kiri dan merah berupa pirau dari atrium kiri kekanan, tanda
panah)
(gambar 9)
pirau dua arah (warna biru berupa pirau dari atrium kanan ke
1783
.
Gambar 17. Pemeriksaan eko transesofageal menunjukkan
kelainan berupa stenosis katup trikuspid, dan stenosis katup
pulmonal yang menyertai kelainan DSA sekundum
kanan.
.
Gambar 1 8. Pemeriksaan eko transesofageal menunjukkan defek
septum atrium sekundum dan adanya stenosis tricuspid.
pemantauan
Pada dewasa atau umur yang lebih lanjut perlu evaluasi
Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini diperlukan guna
. Melihat adanya peningkatan saturasi oksigen di atrium
kanart
. Mengukur rasio besarxya aliran pulrnonal dan sistemik
(Qp/Qs)
. Menetapkan tekanan dan resistensi arteri pulmonalis
. Evaluasi anomali aliran vena pulmonalis
' Angiografi koroner selektif pada kelompok umur yang
Iebih tua, seLrelum tindakan operasi penutupan DSA.
ada
disfungsi ventrikel
.
.
DSA
Evaluasi anomali aliran vena. bilabelum bisa dibuktikan
dengan modalitas lain
Dapat juga dipakai untuk estimasi Qp/Qs
Penatalaksanaan
t784
I(ARDIOLOGI
serta tambahan
ekokardiografi 20)
kiri
kiri
Gambaran Klinis
Gambar 20. Eko transesofageal seorang perempuan 40 tahun
dengan bising sistolik tipe ejeksi menunjukkan t DSV besar
perimembran dengan arah pirau dari aoek ventrikel kiri (warna
merah) menuju ventrikel kanan (warna biru)
Pemeriksaan f isis
Oksimetri, saturasi oksigen normal, kecuali bila
ada
kompleks Eisenmenger.
Elektrokardiograf
Fisiologi
Pada DSV terjadi aliran darah dari ventrikel kiri menuju
ventrikel kanan, terjadi percampuran darah arteri dan vena
tanpa sranosls.
1785
Ekokardiograf
(l:ri AD)
Calen
Kateterisasi
lvleneniukan tekanan selta resistensi arteri pulmonulis,
rcvcrsibilitas resistensi dengan menggunakan oksiget.
ritrii: oksid. plostaglandin atau acienosin.
Ei,aluasi al irar r intrakardiak. kei ai nan valls nrcnyeri.rl
seperli r.cgur,eitasi aorta, nrenyingkirkan DSV rnultipei , scrta
evaluasi koroner pada usia yang lebih ianjur.
Penatalaksanaan
TLrj uan
n,v-
ai^
beban voiume.
Bila duktrLs kecil, resistensi vaskular paru notmal.
Terdapat gradien tckanan aniara aorta dan arleri puhnonal is
I0 tahun.
Pada pasien yang tidak dioperasi, prognosis baik bila
terdengar bising.
ilEmal (.|#Mi
13F*,nl
atau
Perjalanan Penyakit
Defek septurn ventlikel dapat menutup
dengan
bertambahnya usia. kecuali det-ek sub aorlik, sub puhnonik,
atau dcfck tipe kanal.
Dcfek septunr ini dapat menutup secara sporltan pada
25 - 40 Vo saat urnul pasien 2 tahun. 90 92, pada saat umur
L786
I(ARDIOLOGI
Penreriksaan Fisis
.
.
ElektrokardioEram
Dapat ditemukan gelombang P yan g melebar, komplek QRS
yang tinggi akibat beban tekanan pada atrium dan ventrikel
akil-.at
hipertensi pulmonal.
Gambar 23. Foto (A) menunjukkan ekokardiografi 2-D tanpa
Foto Rontgen
Adanya dilatasi arteri pulmonal, meningkatnya corakan
vaskular, dilatasi atrium kiri, menunjukkan adanya aliran
dari kiri ke kanan yang signifikan.
Dapat terlihal- adanya kalsifikasi pada posisi anteroposterior dan lateral pada pasien yang lebih tua.
Kateterisasi
Dilakukan apabila ada keragu-raguan dalam penentuan
tekanan pulmonal dan kemungkinan reversibilitas dari
tekanan pulmonal, dengan menggunakan tes oklusi balon.
Penatalaksanaan
Penutupan DAP, dianjurkan dengan alasan hemodinamik,
mencegah endarteritis, dan mencegah terjadinya hipertensi
pulmonal.
. Intervensi dengan kateter, merupakan pilihan dalam
penutupan DAP, terutama bila terdapat kalsifikasi pada
duktus, karena akan meningkatkan risiko pada operasi.
. Operasi dianjurkan pada DAP yang besar, atau terdapat
distorsi seperti aneurisma.
Willisi
Manifestasi Klinis
Sangat tergantung pada derajat KA dan adanya kelainan
kardiovaskular penyerta. Pada pasien yang tidak diobati,
60Vo KA berat tanpa penyerta dan 90Vo yang disertai
kelainan jantung penyerta, akan meninggal pada tahuntahun pertama kehidupan. Walaupun ekspektasi umur rata-
L787
Ekokardiograf
umurlanjut.
Pasien yang bertahan hidup sampai dewasa tanpa
diobati biasanya mempunyai kelainan KA pasca duktal
menyertai.
dewasa.
Computed Tomography
Dapatmernborikan gambaratl selurtth aofta. dan merupakan
pemeriksaan piiihan non invasif untuk KA, Dengan N{RI
dan CT dapat ditentukan lokasi dan derajat penyempitan
aorta.
Kateterisasi
Gejala
Pasien dewasa biasanya hipertensi, dan dapat ditemukan
bising, walaupun pada dewasa sering asimtomatik.
Gejala yang khas akibat tekanan darah tinggi pada
badan bagian atas dapat berupa sakit kepala, perdarahan
Pemeriksaan Fisis
Tekanan darah sistolik lebih tinggi pada lengan dibanding
tungkai, tetapi tekanan diastolik sama, oleh karena itu
tekanan nadi di lengan akan besar. Pulsasi arteri femoralis
lemah dan terlambat dibanding arteri radialis. Dapat teraba
thrlll sistolik pada pada daerah suprasternal. Bila disertai
aorta bikuspid, dapat terdengar bising sistolik tipe ejeksi,
dan suara kedua mengeras. Bising sistolik kasar tipe ejeksi
dapat terdengar sepanjang garis sternal kiri dan belakang,
terutama didaerah koarktasio. Adanya kolateral dapat
Penatalaksanaan
Tindakan operatif, dengan tujuan menghilangkan
stenosis dan regangan pada dinding aorta; serta
mempertahankan patensi dari aorta. Reparasi segera
sesudah diagnosis pada usia muda mempunyai risiko yang
lebih kecil dibanding usia yang lebih lanjut. Sesudah 30
Elektrokardiograf
Def
inisi/Morfologi
kili.
Rib notching dari daerah posteroinferior kosta ketiga
1788
I(ARDIOISGI
Penatalaksanaan
Operasi reparasi biasanya dilakukan pada masa anak-anak,
namun dapat saja ditemukan TF pada dewasa muda tanpa
tindakan operatif sebelumnya. Bila ditemukan pada dewasa
operasi masih dianjurkan karena hasilnya bila dibandingkan
Gambaran (lini=
Perubahan fisiologis yang terjadi tergantung dua variabel.
dapat
Cepat Lelah
Hypoxic spells, merupakan hal penting berupa paroksismal
hiperpnea, hipoksia, anoksia, biru atau serangan sinkop.
Riwayat jongkok pada keadaan tertentu, akan
menur-unkan aliran darah balik yang kurang kandungan
oksigennya, meningkatkan resistensi sisternik sehingga
aliran darah ke paru akdn besar, saturasi oksigen akan
meningkat.
dan
inisi
Anatomis
Dikenal ada dua macam TPB,
L Transposisi pembuluh darah besar lengkap
Merupakan kondisi anatomi di mana aorta keluar dari
ventrikel kanan. dan arteri pulmonal keluar dari ventrikel
kiri, hubungan ini disebut sebagai ventriculo-arteriol
discordance. Sementara hubungan antara atrium dan
ventrikel normal yang kita kenai sebagar atrioventricular concordance. Oleh karena itu transposisi ini dikenal
sebagai transposisi lengkap dan secara fisiologis tak
terkoreksi
PET,TYAKIT JANTUNG
L789
kiri
akibat
ve
nt
ric
ulo art
e r i
al
di
s c
o r dan c
e den gan
REFERENSI
MA. Tetralogy of fallot. In: Gatzoulis, MA., Webb, GD.,
Daubeney, PEF, editors. Diagnosis and management of adult
congenital heart disease. 2003; p.315.
Hornung, T. Transposition of the great arteries, In: Gatzoulis, MA.,
Webb, GD., Daubeney, PEfl editors Diagnosis and management
of adult congenital heart disease. 2003; p349.
Prasad S. Ventricular septal defect. In: Gatzoulis, MA., Webb, GD.,
Daubeney,PEF, editors. Diagnosis and management of adult
congenital heart disease. 2003; p.I7l.
Perloff, JK. The clinical recognition of congenital heart disease.
Clinical recognition of congenital heart disease. 3'd edition.
1987.
Shineboume, WA., Ho, SY. Atrioventricular septal defect: complete
and partial (ostium primum atrial septal defect). In: Gatzoulis,
Gatzoulis,
and
280
PENYAKIT JANTUNG PADA. USIA LANJUT
Lukman H. Makmun
PENDAHULUAN
Perubahan yang terjadi pada usia lanjut (usila) adalah te4adi
flow tinggal: 40
41 Vo
menua
stres menurun,
IMA (infark
t790
1791
Aritmia
Karena insidens PJK dan hipertensi tinggi, aritmia lebih
REFERENSI
Cardiovascular Disease in the Elderly. Editor: Aronow WS, Fleg
JL.New York. Marcel Dekker Inc. 8d.3. 2004
Weisfeldt ML, Lakatta EG, Gerstenblith G. Aging and cardiac
disease. In: Braunwald E, editor : Heart Disease. A textbook of
cardiovascular medicine. Philadelphia. WB Saunders co. 1998.
Ed.3. p. 1650-60.
28t
MANIFESTASI KLINIS JANTUNG
PADA PENYAKIT SISTEMIK
Idrus Alwi
DIABETES MELITUS
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama
kematian pada DM, diperkirakan dua pertiga dari semua
kematian. Tiga perempat dari penyebab kematian ini karena
penyakitjantung koroner ( PJK ). Penelitian menunjukkan
pasien DM tipe2tanpaiwayat infark miokard mempunyai
risiko terjadinya infark sama dengan pasien non DM yang
mempunyai infark miokard sebelumnya sehingga DM saat
ini dianggap sebagai coronary risk equivalent.
KARDIOMIOPATI
kelompoknon-DM.
1792
t793
diabetik antara lain : inhibitor angiotensin conyerting en4;me (ACE ) dan antagonis reseptor angiotensin. Obat
OBESITAS
Penelitian klinis dan epidemiologi menunjukkan obesitas
mempunyai hubungan kuat dengan semua faktor lisiko
kardiovaskular. Obesitas berat, terutama jika terjadi pada
distribusi tubuh bagian atas, berhubungan dengan
peningkatan angka kesakitan dan kematian kardiovaskular.
Meskipun obesitas itu sendiri tidak dianggap sebuah
sistolik.
elektrolit.
t794
I(ARDIOLOGI
r#t
93
Diabetes, dislipidemia
h
pertens
neu
Perubahan lipoendokrin
ng
atnum
Remodel
Remode ng
LV
OL
!o
OC
6;
oE
tIo
!
._
1 Tahanan perifer
Viskositas plasma
Kekakuan pembuiuh
t795
HIPOTIROIDISME
PENYAKITTIROID
meningkat menyebabkan efusi perikard dan pleura. Tandatanda klinis Iainnya mencakup kardiomegali, bradikardia,
t796
I(ARDIOLOGI
berkala.
KARSINOID GANAS
tersendiri.
FEOKBOMOSITOMA
Selain menyebabkan hipertensi labil atau menetap, kadar
REFERENSI
Lee WL, Cheung ANI, Cape D. Zinman B [mpact of diabetes on
coronary artery diserse in women and men A meta-analysis of
prospective studies Diabetes Care 2000r 23 962-8.
Goldberg RB Ctrdiovascular disease in diabetic patients. Med Clin
North Am 2000; 84:81-93
Colucci WS, Price DT Cardiac tumors, cardiac manifeslations of
systemic diseases, and traumatic cardiac injury In: Kasper et al.
Harrison's Principles of Internal Medicine- 16 th EC New York,
Nf ccrau' FIil 1.200-5.p. 1420-5,
Haf{ner S\'I, Lehto S, Ronnemaa T, Pyorala K. Laakso M,
Nlortality from coronary heart disease in subjects with Lype 2
diabetes and nondiabetic subjects with rnd rvithout prior
myocardial infarction. N Engl J NIed 1998: 339 229-31.
James RW Diabetes and other coronary heart disease risk
equivalents Curr Opin Lipidol 2001; 12:425-31.
llaffncr SM. Cororary hearl disease rn patients with diabetes N
Nichols GA. Gullior CNT, Koro CF, Ephross SA. Brown JB The
incidence of congcstive heart failure in tlpe dizrbctcs An
update. Diabetes Care 2004;27: I 879-84
AKROMEGALI
Efek hormon pertumbuhan yang berlebihan pada fungsi
2003l.26:230-'7.
Bell DSH Heart failure. The frequent, forgotten, and often fatal
complication of diabetes Diabetes Care 2003;26:2433-4I
Mizushige K, Yao L. Noma T, Kiyomoto H, Yu Y, Hosomi N,
1197
1, -
5.
TH Diabetic
cardiomyopathy:
p 1355-66.
The Heart Outcomes Prevention Evaluation Study Jnvestigators.
Effects of an angiotensin-converting-enzyme inhibitor, ramiprtl
on cardiovascular events in high-risk patients N Engl J Med
2000;342:145-60
sebagzri faktor risiko penyakit jantung
koroner In:Setiati S, Alwi I, Simadibrata M et a1 Eds Proceeding Simposium Curent Diagnosis and Treatment in- Internal
Medicine 2004. Jakarta, Pusat Informasi dan Penerbitan
Departernen Penyakit Dalam FKUL 2004.p.213-24
Grundy SM Obesity, metabolic syndrome and cardiovascular
disease J Clin Endocrinol & Metab. 2004; 89(6):2595-600.
282
PENYAKIT JANTUNG TIROID
Dono Antono, Yahya Kisyanto
PENDAHULUAN
a rc:ist<r.t
er sisteoiik
Penunuran pengisisar
\b[unc
amen
EliL!i
tI
Penjtgkatan reab!orbsi
Natr ium renal
tI
Peningkatan Yolurne
l)arah
P,
rincL,r'arr kard:ak
nJrl.ur
--
HIPERTIBOIDISME
1798
I799
Beta
Tiroid
Denyut jantung saat istirahat
>90 x/ menit (90%)
Palpitasi (85%)
Fibrilasi atrial (10%)
Edema pedis (30%)
Peningkatan konsumsi
oksigen (metabolisme
basal)
Penurunan berat badan
Miopati otot skeletal
Peningkatan bone turnove r
(pada keadaan steoporosis
atau hiperkalsemia)
Kulit pucat
Rambut halus dan rapuh.
Kuku keras dan rapuh
Oligimenorrhoea atau
amenorrhea
Diare/ sering BAB
Pen uruna n
Peningkatan
resistensi
vaskular sistemik
LVESV
Keterangan
1800
I(ARDIOI.OGI
HIPOTIROIDISME
TERAPI
Pasien hipertiroid dengan penyakit kardiovaskular
biasanya resisten terhadgp terapi. Telah banyak dilaporkan
1801
perubahan metabolisme
Gambar
3.
Q!
P,
pemanjangan
interstisial.
Pasien dengan hipotiroid sering ditemukan peningkatan
ini
AMIODARON DANT!ROID
-
T,, dan
1802
I(ARDIOI]OGI
disfungsi tiroid.
dan
peningkatan kadar T,, dapat terlihat pada saat fase awal
terapi amiodaron, tanpa gejala. Pada fase awal terapi
dengan amiodaron kadar T, menurun. Pada saat
hipertiroidisme kadar T., meningkat. Ada 2 mekanisme
TSH03s-43mU/L
mu/L
Ulang TSH
tiap 6 minggu,dan
tiap 3 bulan
Trial Tp bulan
Gambar 4. Algoritma untuk mengevaluasi status tiroid pada pasien yang memakai amiodaron
1803
REFERENSI
Med 2001;345;4:
260-5
Colucci WS, Prize DT. Cardiac Tumors, Cardiac Manifestastions of
Systemic Diseases, and Traumatic Cardiac Injury. In Harrison et
al (ed) : Principles of Intemal Medicine, l6'h ed . New York ,
60
48.
283
PENYAKIT JANTUNG PADA
PENYAKIT JARINGAN II(AT
Idrus Alwi
perikarditis konstriktif
-2OVo.
miokard.
mengandung
tidaktampak.
Dalam
antikardiolipin.
Patof
dan sel LES yang khas pada cairan perikard pasien LES.
ditemukan depositkompleks imun padapembuluh darah
perikard pada penelitian imunopatologi j anngan j antung
pada kasus LES fatal yang diautopsi serta IgG IgM dan
isiologi
1804
1805
^,
"/o
Efusi perikard
'13
36,1
- Ringan
10
- Sedang
- Berat
27,78
5,56
z,t o
LES
LES Tak
Aktif
Akrif
11
82
20
10
Manifestasi Klinis
Pembesaran ruang
jantung
- Dilatasi atrium kiri
- Dilatasi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel kiri
Disfungsi sistolik ventrikel
2
2
5,56
5,56
8,33
13,88
2
5
5,56
8,33
5,56
0
0
8,33
kiri
Disfungsi diastolik
ventrikel kiri
Hipokinetik global
Hipokinetik segmental
Kelainan valvular
- Prolaps katup mitral
lsmail dkk
Elektrokardiograf i (EKG)
Perubahan elektrokardiografi (EKG) dapat mengkonfirmasi
Gambar 1. Elusi perikard berat pada pemeriksaan ekokardiografi
(Parasternal Long Axis View)
66Vo
Foto Toraks
Pada perikarditis akut yang disertai adanya efusi perikard
1806
I(ARDIOI.OGI
sering ditemukan.
Laboratorium
Diagnosis
Perikarditis umumnya terjadi selama periode aktif penyakit
Ekokardiograf
kiri.
Dengan pemeriksaan
PERIKARDIOSENTESIS
Perikardiosentesis diagnostik hanya dilakukan pada
keadaan di mana dipikirkan perikarditis purulenta.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan perikarditis lupus terutama tergantung
Gambaran Histopatologi
1807
II(AT
Gambaran Histopatologi
Abnormalitas patologis bervariasi sesuai beratnya
miokarditis, biasanya terdiri atas fokus kecil sel plasma
interstisial dan infiltrasi limfosit dan jarang terjadi
inflamasi interstisial difus. Dapat ditemukan juga
perubahan fibrinoid dan hematoxyllin bodies. Pada
pasien yang mendapat terapi steroid sering ditemukan
fibrosis miokard.
Diagnosis
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis miokarditis pada LES sama dengan
miokarditis yang berasal dari infeksi viral atau beberapa
penyebab lain. Tanda paling awal adalah takikardia yang
tak sesuai dengan demam. Pasien dapat mengalami sesak
atau berdebar. Pada pemeriksaan tisis, sering ditandai titik
impuls maksimal pada linea aksilaris anterior, dapat
ditemukan juga murmur! irama gallop dan/atau manifestasi
gagal jantung kongestif. Pada pemeriksaan EKG dapat
tubuh
-NSAID
- + klorokurn
Bila perlu
- Prednison 2,5 - 10 mg/hari
Penatalaksanaan
Pasien LES dengan miokarditis akut diterapi dengan
prednison sekurang-kurangnya 1 mg/kgBB/hari. Obat
sitotoksik seperti azatioprin dan siklofosfamid juga pernah
digunakan pada beberapa pasien.
- Perikardiosentesis
Tamponade
Prednison dosis tinggi
Perikardiosentesis
Jendela perikard
Biopsi Endomiokardial
ini
1808
Ekokardiograf
KARDIOI.OGI
Faseawal Tindaklanjut
. Penebalan katup
. Vegetasi
. Regurgitasi valvular
. Stenosis
5lVo
437o
257o
4Vo
52Vo
34Vo
287o
3Vo
Gambaran Hispatologi
Secara mikroskopis vegetasi terdiri atas proliferasi dan
degenerasi sel, fibrin, jaringan fibrosa, dan jarang
Diagnosis
Sebelum ditemukan ekokardiografi, sulit menegakkan
diagnosis klinis. Pemeriksaan fisis dan ekokardiografi
dapat menduga adanya yerrucae, tetapi tidak diagnostik.
Murmur dapat disebabkan demam, takikardia, hipertensi
atau anemia. Diagnosis endokarditis Libman-Sacks primer
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan autopsi.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan endokarditis dan abnormalitas valvular
PERIKARDITIS
REUMATOID ARTRITIS
4l
periode 10 tahun.
Prevalensi perikarditis ditemukan lebih tinggi pada
pasien dengan penyakit aktif yang dirawat. Terdapat
hubungan kuat antara perikarditis dan faktor reumatoid
1809
dan
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Penuniang
EKG sering menunjukkan perubahan gelombang T dan
segmen ST nonspesifik, demikian juga elevasi segmen ST
difus yang klasik. Pada efusi perikard yang banyak dapat
Penatalaksanaan
Pada perikarditis reumatoid ringan tanpa komplikasi
Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisis penyakit jantung reumatoid
mungkin tak tampak kelainan karena sebagian besar kasus
ringan. Pada kasus yang jarang berupa regurgitasi mitral
atau aorta akut atau kronik, dapat ditemukan auskultasi
yang klasik dan tanda-tanda yang berhubungan dengan
kegagalan ventrikel dapat ditemukan.
Diagnosis
Pemeriksaan EKG dan foto rontgen dada mempunyai nilai
diagnostik yang terbatas. Pada kasus penyakit katup berat
dapat menunjukkan pembesaran ruang jantung.
Ekokardiografi transtorakal dengan Dopler berwama
merupakan pemeriksaan tersering yang digunakan untuk
mendeteksi dan menilai beratnya penyakit katup reumatoid.
Penatalaksanaan
Tak ada terapi antiinflamasi khusus pada penyakit katup
reumatoid. Penggunaan steroid dan imunosupresif lain
1810
KARDIOI.OGI
jika
MIOKARDITIS REUMATOID
ada keluhan din pemantauan jantung sekurangkurangnya 48-12 jam. Pada beberapa kasus berat steroid
oral atau IV dosis tinggi menunjukkan manfaat.
koroner berulang.
mortalitas kardiovaskular.
Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis
adanya
Diagnosis
Pada pemeriksaan EKG biasanya menunjukkan
abnormalitas gelombang T dan segmen ST non spesifik.
Dapat ditemukan juga gangguan konduksi atrioventrikular
dan ektopi atrial atau ventrikular.
Penatalaksanaan
Pasien perlu istihat di tempat tidur, diberikan analgesik
koroner sendiri
Diagnosis
Pada pemeriksaan EKG dapat ditemukan gelombang Q
yang menunjukkan infark miokard sebelumnya, elevasi
atau depresi segmen ST menunjukkan kerusakan iskemia
subendokard atau epikard, atau inversi gelombang T yang
menunjukkan iskemia.
Pemeriksaan ekokardiografi selama iskemia berat dapat
menunjukkan abnormalitas gerakan dinding atau jariangan
parut miokard jika terdapat infark miokard sebelumnya.
Penatalaksanaan
Jika terdapat kecurigaan arteritis koroner simtomatik dan
berat dapat diberikan terapi steroid dosis tinggi dan
siklofosfamid sebagai tambahan dengan heparin, aspirin.
nitrat, penyekat beta atau antagonis kalsium. Tak ada data
1811
Diagnosis
Gangguan Konduksi
Prevalensi gangguan konduksi atrioventrikular atau
intraventrikular pada pasien artritis reumatoid mungkin tak
berbeda dengan populasi umum. Mekanismenya antara
lain inflamasi akut pada nodus AV atau berkas His, vaskulitis
Penatalaksanaan
Manifestasi Klinis
Rerata usia pasien dengan gangguan konduksi biasanya
SKLERODERMA
Skleroderma atau sklerosis sistemik adalah penyakit
sistemik dengan ciri akumulasi jaringan ikat berlebihan,
fibrosis dan perubahan degeneratif pada kulit, otot
Diagnosis
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan blok AV derajat tinggi simtomatik atau
blok intraventrikular terdiri dari pacu jantung sementara
dan steroid dosis tinggi. Pasien yang tak responsif harus
mendapatkan pacu jantung permanen.
Manifestasi Klinis
penyempitan. fibrosis, nekrosis fibrinoid dan hipetrofi intima. Kerusakan endotel yang dimediasi imun, stimulasi
Pada pemeriksaan
t8t2
D3 yang dapat menyebabkan vasospasme. Hampir semua
pasien dengan bukti PJK intramiokardial mempunyai
I(ARDIOI,OGI
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Pemeriksaan tes treadmill merupakan metode dengan
sensitivitas terbatas karena prevalensi PJK epikardial pada
pasien skleroderma rendah.
Pada pemeriksaan radionuklid, abnormalitas perfusi
multisegmental yang dinduksi latihan atau istirahat sering
ditemukan. Keadaan ini sering kembali normal atau membaik
dengan nifedipin atau dipiridamol yang menunjukkan episode vasospasme berulang yang meyebabkan iskemia
Penatalaksanaan
Walaupun antagonis kalsium seperti nifedipin dan
nikardipin jelas menunjukkan perbaikan jangka pendek
dalam jumlah dan beratnya defek perfusi, manfaat jangka
panjang belum diketahui. Kaptopril menunjukkan manfaat
yang sama.
Manifestasi Klinis
Penyakit fibrosis miokardial difus atau fokal dapat
mengakibatkan disfungsi diastolik atau sistolik ventrikel
kiri yang bermakna, aritmia dan gangguan konduksi. Pasien
dengan miopati skletal dan dengan miokarditis lebih sering
Diagnosis
Jika terdapat bukti miokarditis secara klinis atau
laboratorium, penapisan diagnosis keterlibatan j antung
yang asimtomatik harus dilakukan.
Pada pemeriksaan EKG dapat ditemukan pola infark
Penatalaksanaan
MIOKARDITIS
terapi bersifat nonspesifik dan terdiri dari diuretik, digiTerdapat 2 tipe penyakit miokardial skleroderma. Yang
tersering karena iskemia intramiokardial berulang yang
kontroversial.
r813
Manifestasi Klinis
Bukti klinis pada penyakit perikard ditemukan 5-15 Vo pasien
dan lebih sering pada pasien dengan tipe kutaneus
terbatas. Manifestasi klinis tersering adalah efusi perikard
kronik dengan sesak, ortopnu dan edema; dan jarang
tampak sebagai perikarditis akut dengan demam, nyeri dada
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Diagnosis
Mayoritas pasien mempunyai EKG normal, yang
mempunyai prediksi tinggi fungsi ventrikel kiri normal.
Penatalaksanaan
Perikarditis simtomatik atau efusi perikard bermakna dapat
ventrikel
kiri
Penatalaksanaan
Pacu jantung diindikasikan pada gangguan konduksi
derajat tinggi yang simtomatik dan terapi anriarirmia
diberikan pada aritmia simtomatik. Belum diketahui apakah
supresi aritmia menurunkan risiko mati mendadak pada
pasien skleroderma.
SPOND!LITIS ANK!LOSING
Spondilitis ankilosing merupakan penyakit inflamasi yang
1814
I(ARDIOI.OGI
Penatalaksanaan
Belum ada data mengenai peran terapi medis dengan
antiinf'lamasi spesifik seperli kortikosteroid. Terapi dengan
diuretik dan vasodilator dapat digunakan pada regurgitasi
aorta yang bermakna. Profilaksis antibiotik pada
endokarditis infektif diindikasikan pada penyakit katup
aorta dengan regurgitasi.
perifer.
GANGGUAN KONDUKSI
AORTITIS DAN BEGUBGITASI AOBTA
Patogenesis aortitis belum diketahui. Meningkatnya
aktivitas agregasi trombosit dan plate let- deriv e d g rorvth
factor dipercayai sebagai faktor yang berperan pada
patogenesis. Proses inflamasi juga dimediasi oleh sel
plasma dan limfosit.
Manifestasi Klinis
Manifestasi penyakit jantung yang terkait spondilitis
ankilosing tersering adalah aortitis proksimal dengan atau
tanpa regurgitasi. Penyakit katup mitral yang terkait juga
sering dijumpai. Aortitis dan regurgitasi aorta umumnya
ringan sampai sedang, secara klinis silent dan kronik.
Jarang te{adi regurgitasi aorta berat berasal dari aortitis
Diagnosis
Pada pemeriksaan foto rontgen dada siluet jantung dan
dan
Manifestasi Klinis
Prevalensi gangguan konduksi bervariasi sangat luas,
sekurang-kurangnya 20 7o. Blok atrioventrikular (derajat
satu, derajat dua dan jarang derajat tiga) tersering
ditemukan, diikuti disfungsi nodus sinus (aritmia sinus,
blok sinoatrial, henti sinus, dan sicft siias st'ndronte) dan
blok fasikular dan cabang berkas.
Diagnosis
EKG mencakup pemantauan ambulatori 21 jam, dapat
secara mudah mendeteksi adanya gangguan konduksi.
Penatalaksanaan
PETTTYAKIT
1815
JARINGAN IKAT
tangan dan
umum tak bermakna dan sering tak diketahui. Penyakit
katup mitral umumnya asimtomatik dan sering secara
insidentil dideteksi dengan ekokardiografi. Patogenesisnya
dikaitkan dengan perluasan fibrosis aorta sampai bagian
basilar subaortik dari katup mitral anterior, mengaibatkan
subaortic bump.Regwgitasi mitral berasal dari mobilitas
katup anterior yang menurun yang disebabkan subaortic
bump basllr atau jarang akibat dilatasi ventrikel karena
adalah
Manifestasi Klinis
Penyakit jantung yang terkait polimiositis /dermatomiositis
pemerikasaan
ekokardiografi Doppler dan ventrikulografi radionuklid
MIOKARDITIS
Pada penelitian, miokarditis ditemukan pada separuh
pasien, dengan manifestasi sama sebagai miokarditis aktif
atau fibrosis miokardial fokal. Sekitar 10-207o mengalami
kardiomiopati dilatasi. Terdapat korelasi kuat antara
ARTERITIS KORONER
1816
KARDIOI.OGI
Vo
Diagnosis
Metode yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit
jantung yang terkait MCTD sama dengan penyakit jaringan
ikat lain.
Penatalaksanaan
Data yang ada masih sedikit dalam hal penatalaksanaan
pulmonal.
REFERENSI
Abdurahman N,
of
95.
Ansari A, Larson PH, Bates HD. Cardiovascular manifestations of
of
100
MtxED
Manifestasi Klinis
perikardial dengan manifestasi perikarditis, efusi
perikard ringan atau penebalan perikard merupakan yang
tersering ditemukan. Perikarditis lebih sering pada anakanak, melibatkan hampir separuh pasien. Pada kasus yang
jarang, perikarditis dapat merupakan presentasi awal
penyakit. Dapat ditemukan penebalan vetucous dan
regurgitasi katup mitral dan tidak dapat dibedakan dengan
LES. Aritmia supraventrikular dan ventrikular dan
Peny akit
in systemic lupus
1992t22:5-8.
Crozier IG, Li E, Milne MJ, Nicholls MG. Cardiac involvement in
systemic lupus erythematosus detected by echocardiography
Am J Cardiol 1990:65:1145-8.
Cujec B, Sibley 3, Haga M. Cardiac abnormalities in patients with
systemic lupus erythematosus. Can J Cardiol 1991;7(8):343-9.
Doherty III NE, Feldmdn G, Maurer G, Siegel U. Ekokardiografi
1817
Enomoto K, Kaji Y Mayumi T, et al. Frequency of valvular regurgitation by color Doppier echocardiography in systemic lupus
erythematosus Am J Cardiol \991 61:209-17.
Galve E, Candell Riera J, Pigrau C, et al. Prevalence, morphologic
types, and evolution of cardiac valvular disease in systemic
lupus erythematosus. N Engl J Med 1988;319:817-23
Gleason CB, Stoddard MF, Wagner SG, Longaker RA, Pierangeli,
Harris EN A comparison of cardiac valvular involvement in
the primary antiphospholipid syndrome versus anticardiolipin-
1993:125:1 123-9.
the
erythematosus. Report
of ten patients.
Arthritis-Rheum
1992l.35:1343-9.
KlinkhofT AV, Thompson CR, Reid GD, Tomlinson CW. M-mode
Cardiol I 990;21
(.3):267 -1 5
GP
-1 4
transesophageal echocardiography
of
31.
Roldan CA, Shively BK, Crawfbrd MH, An echocardiography study
of valvular heart disease associated with systemic lupus erythe-
Ward
284
TUMOR JANTUNG
Idrus Alwi
TUMOR PRIMER
Manifestasi Klinis
Tumor jantung mungkin muncul dengan berbagai jenis
manifestasi kardiak dan nonkardiak. Lokasi dan ukuran
tumor merupakan penentu utama gejala-gejala dan tandatanda khusus. Sebagian besar muncul dalam manifestasi
penyakit jantung yang lebih umum, seperli nyeri dada,
MIKSOMA
Tpe
Jumlah
Jinak (Benigna)
199
EO
114
20
20
JJ,Z
Miksoma
Rabdomioma
Fibroma
Hemangioma
- Nodal atrioventrikular
- Sel granular
17
10
- Lipoma
2
2
2
2
2
4
- Paraganglioma
- Hamartoma miositik
- Kardiomiopati histiositoid
- Pseudotumor inflamasi
- Tumor jinak larn
Ganas (Maligna)
- Sarkoma
- Limfoma
sepertiga sampai setengah kasus pada pemeriksaan posfmortem dan sekitar tiga perempat tumor ditangani dengan
operasi. Dapat muncul di segala usia, paling sering pada
dekade ketiga sampai keenam, dengan predileksi pada
perempuan.
Miksoma biasanya muncul sporadis, namun sebagian
berhubungan dengan transmisi dominan autosomal atau
5,8
5,8
,o
1,2
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
1,2
144
42
137
39,9
2,1
1818
1819
TUMORJANTUNG
1"4
Pemeriksaan Penunjang
di
atas.
rutin sebelum
Penatalaksanaan
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis miksoma ditentukan oleh lokasi, ukuran
dan mobilitas. Miksoma umumnya muncul dengan tanda-
pedunculated.
Gambar 1. Ekokardiograf
atrium kiri
t820
I(ARDIOI,.OGI
SABKOMA
mor dibandingkan dengan tipe histologis. Banyak tandatanda dan gejala-gejala juga muncul bersama rniokarditis,
pada bagian
sebagai miksoma.
t82t
TUMORJAI\TUNG
Lane GE, Kapples EJ, Thompson RC, Grinton SF, Finck SJ.
Quiescent left atrial myxoma. Am Heart I 7994;127:1629-31.
Lie JT. The identity and histogenesis of cardiac myxomas: a
controversy put to rest. Arch Pathol Lab Med 1989;113:7246.
of a left atrial
285
KEHAMILAN PADA PENYAKIT JANTUNG
Sally Aman Nasution, Ryan Ranitya
PENDAHULUAN
VOLUME DARAH
Perubahan hormonal saat kehamilan yaitu aktivasi
estrogen oleh system renin aldosteron, di mana terjadi
relaksasi otot polos yang drikuti pembentukan plasenta
dan sirkulasi fetus, dan retensi air serta natrium akan
meningkatkan volume darah + 4}Voyangdimulai pada awal
minggu kelima dari kehamilan tersebut. Peningkatan ini
1822
t823
CURAHJANTUNG
Selama kehamilan curah jantung akan mengalami
peningkatan 30-50Vo dibandingkan sebelumnya dan
mencapai puncaknya pada minggu ke-24 kehamilan atau
akhir trimester kedua, kemudian menetap atau bahkan
mengalami penurunan sampai saat melahirkan.
Beberapa penyebab perubahan pada curahjantung ini
adalah:
2.
3.
pulmonal.
Secara umum, murmur diastolic dan irama gallop tidak
normal ditemukan selama kehamilan. Apabila ditemukan
kelainan tersebut harus dipikirkan adanya abnormalitas
Pemeriksaan Penuniang
Elektrokardiografi
ISISEKUNCUP
kontroversial.
.
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Evaluasi kardiak pada pasien hamil seringkali sukar karena
kiri
annulus katup-katup
t824
KARDIOI.OGI
UjiLatih
Radiasi
MRI
ini
ventrikel
kiri
pulmonal.
katup < I ,5 cm2 atau stenosis mitral dengan luas area katup
paru.
27o
182s
dan
Evaluasi Fetus
Pada setiap perempuan hamil dengan penyakit jantung
dalam
1826
hanya
dipertimbangkan apabila terdapat gagal jantung yang
I(ARDIOI.OGI
.
.
Masa Konsepsi
L82t
3. Chimerism
4. Apoptosis dan inflamasi
5. Respon abnormal hemodinamik
pada kehamilan :
perubahan hemodinamik selama kehamilan dengan
meningkatnya volume darah dan curah jantung serta
menuri:rnnya afierload , sehitgga respons dari ventrikel
awal kehamilan.
KARD!OMIOPATI
kiri untuk
A. Kardiomiopati Peripartum
Epidemiologi. Kejadian gagal jantung pada kehamilan telah
dikenal sejak pertengahan abad ke-19, tetapi istilah
kardiomiopati disebut-sebut mulai sekitar tahun I 930-an.
Pada tahun 197 1 , Demakis dan kawan-kawan menemukan
pada27 pasien yang pada masa nifas menunjukkan gejala
kardiomegali, gambaran elektrokardiograh yang abnormal
dan gagal jantung kongestif, kemudian disebut sebagai
kardiomiopati peripartum.
6.
d. Pre-eklampsia
e. Hipertensi Gestasional
f.
RasAfrikaAmerika
1. Kriteriaklasfk:
2. Kriteriatambahan:
kiri
dengan fraction
shortening yang menurun atau nilai fraksi ejeksi
yang Juga menurun.
salah
1828
IGRDIOI.OGI
.
.
.
.
.
Penatalaksanaan
. Tatalaksanaselamakehamilan:
Pentoksifilin
Immunoglobulinlntravena
Terapi imunosupresif
Bromocriptine
.
.
kiri pada
6 bulan.
Durasikompleks QRS padarekamanelektrokardiograh:
dapat menjadi predictor kematian mendadak, yaitu pada
durasi QRS yang memanjang > 120ms.
Dimensi ruang jantung dan nilai fraksi ejeksi
Loop diuretic
Hydralazrne dan nitrat : obat-obatan yang dapat
- Diuretika
. Spironolakton atau digoksin
- Beta blockers'. direkomendasikan
simtomatik
Obat-obat baru:
mereka.
Pemeriksaan Penunjang
. Pemeriksaan ekokardiografi : sangat membantu dalam
kembalinormal.
untuk
B. Kardiomiopati Dilatasi
Kardiomiopati dilatasi jarang ditemukan pada saat
t829
E. PENYAKIT PERIKARDIUM
melebihi normal.
C. Kardiomiopati Hipertrofik
Pasien dengan kardiomiopati hpertrofik biasanya
mentoleransi kehamilan karena ventrikel jantung
beradaptasi
sec
pulmonal
D. Endokarditis
lnfektif
REFERENSI
Avila WS, Grinberg M, Snitcowsky R, Faccioli R, Da Luz PL, Bellotti
G, Pileggi F. Maternal and fetal outcomes in pPregnant women
with Eisenmenger's syndrome. Eur Heart I 1995;16 (4):460-4.
Baugman
E. Aritmia
Kecenderungan untuk terjadinya aritmia pada kehamilan
sebagian disebabkan oleh aktivasi humoral neuroendokrin
akibat gagal jantung. Irama ektopik atau aritmia menjadi
lebih sering ditemukan pada kehamilan. Aritmia dapat
merupakan manifestasi dari kardiomiopati peripartum. Pada
pasien dengan gangguan hemodinamik dapat ditemukan
berbagai macam garnbaran aritmia seperti fibrilasi atrial,
takikardia supraventrikular (SVT), atau bahkan takikardia
ventiikel (VT). Obat antiaritmia bisanya dapat melewati
sawar plasenta. Aritmia dengan gangguan hemodinamik
harus dilakukan kardioversi elektrik. Pemberian penyekat
beta adalah pilihan pertama untuk profilaksis. Amiodaron
dapat menyebabkan hipotiroidism pada janin.
Bila terapi farmakologis tetap gagal rnaka pemasangan
ICD dapat dipertimbangkan. Pemasangan ICD bukan
kontraindikasi untuk kehamilan berikutnya. Alat pacu
jantung untuk bradikardia simtomatik dapat di pasang
Cafitol
19961'27:
t7 04-6.
Elkayam UR, Tumala P, Rao K, Akhter MW, Karaalp IS, Wani OR,
Hanreed A. Gviazda I, Shotan A. Maternal and fetal outcomes of
subsequent pregnancies
in women with
peripartum
24:761-81
1830
IGRDIOI.OGI
286
PENYAKIT AR.TERI PERIFER
Dono Antono, Dasnan Ismail
GEJALA KLINIS
dari aortoiliaka.
sedang maupun
PATOLOGI
Mekanisme terjadinya atherosklerosis sama seperti yang
aorta
trombus.
1831
1832
I(ARDIOI.CIGI
dibagi rnenjadi
1. Insufisiensi
2.
arteri akut.
iliakakomunis.
1833
Sinval Doppler
Deskripsi/ Prognosis
Kategori
Viable
Terancam
Marginal
dapat diselamatkan jk
diobati segera
segera
dapat diselamatkan jk
revaskularisasi cito
lreversibel
Lemah
Sensorik
Vena
Otot
normai
ujung jari
kaki
tak
ada
tak
ada
auCible
Audible
lnaudible
(sering)
audible
lnaudible
(selalu)
inaudible
Audible
minimal
kematianjaringan
anestesia
'.
Paralisis
(rigor)
inaudible
revaskularisasi,
DIAGNOSIS
'
Evaluasi Vaskular
Evaluasi Jantung
lnfark miokard
Anarnnesis
Aritmia - sinkop
Angina
Palpitasi
Medikarnentosa
Gagal jantung
kongestif
Operasi ganti katup
iantuno
Transient lschemic
attack
Amaurosis fugax
Klaudikasi
lmpotensi
Angina intestinal
Riwayat operasi
Pemeriksaan
Fisis
Nadi dan irama
Murmur dan gallop
Tekanan darah
Kardiomegali
Edema tungkai
Peningkatan
tekanan vena
jugularis
1834
IqRDIOI.OGI
.
.
.
.
Derajat
Klinis
Kategori
Asimtomatik
klaudikasio
nngan
mmHg
.
.
lskemia akut
Ekstremitas pucat pada posisi istirahat.
Perubahan temperatur dengan garis batas yang sangat
jelas
Nyeri dan parastesia
Sensasi menurun
Sianotik dengan batas tegas dan jika ditekan menjadi
pucat.
Derajat
I
lla
ilb
ill
IV
Gejala
Asimtomatik
Klaudikasio intermiten
Tak ada nyeri, klaudikasio jika jalan > 200 m
Nyeri istirahat dan nokturnal.
Nekrosis, gangren
Kriteria objektif
treadmilll sfress test
normal
treadmill komplit,
tekanan ankle
setelahnya < 50
brachial
klaudikasio
sedang
klaudikasio
berat
nyeri iskemik
saat istirahat
kematian
jaringan minor,
ulkus tak
sembuh,
gangren
dengan iskemi
pedal difus.
kematian
Janngan
menjalar
ke atas
transmetatarsal,
fungsi kaki tak
dapat
diselamatkan
1835
LATIHAN FISIS
Latihan fisik (exer,sise), merupakan pengobatan yang
paling efektif. Hal tersebut telah dibuktikan pada lebih dari
20 penelitian. Latihan fisik meningkatkan jarak tempuh
sampai terjadinya gejala klaudikasio. Setiap latihan fisik
berupa jalan kaki kira-kira selama 30 sampai 45 menif atau
sampai terasa hampir mendekat nyeri maksimal. Program
ini dilakukan selama 6 - 12 bulan. Hal ini disebabkan karena
Gambar 1. Pengukuran Ankle - Brachial /ndex (ABl). Tekanan
darah sistolik diukur dengan manometer air raksa atau USG
Doppler pada setiap lengan dan arteri dorsalis pedis (DP) dan
posterior tibial (PT) pada setiap engkel.
Duplex ultrasonografi
Tes stres dengan treadmill
Arteriogram
Magnetic resonance angiograPhY
TERAPI FARMAKOLOGIS
Terapi farmakologis , dapat diberikan aspirin, klopidogrel,
pentoksifilin, cilostazol, dan tiklopidin. Obat-obat tersebut
penyempltan.
1836
KARDIOI.OGI
.
.
.
Operasi.
Perdarahan
Trombosis
Emboli rekuren
Emboli paru
kroem bo i a c ute re s p i ratorT dlsfress sy n d ro m e.
Edema ekstremitas
Gagal ginjal akut
Disfungsi jantung - infark miokard, aritmia
lnfark mesenterik.
M
TROMBOANGITIS OBLITERANS
DIAGNOSIS
Gambaran klinis tromboangitis obliterans sering kali berupa
trias klaudikasiooo yang melibatkan ekstremitas, fenomena
betis dan kaki atau pada lengan bawah dan taugan, karena
memang terutama mengenai pembuluh darah daerah
Kelainan
1837
TERAPI
Obat
Aspirin
Dosis
81 -325
mg/hari
untuk PAP
Klopidogrel
75 mg/hari
po
Pentoxifylline
1,2 grlhari
po
Cilostazol
Tiklopidin
Terapi
eksperimen
100 mg 2
x/hari
500 mq/hari
Dosis
VASKULITIS
Vaskulitis adalah proses klinikopatologi yang ditandai
dengan peradangan dan kerusakan pembuluh darah.
Vaskulitis dapat disebabkan karena kelainan primer dari
suatu penyakit atau merupakan komponen sekunder dari
Eropa
Propionyl
levocarnitine
Prostaglandin
(beraprost,
iloprost
prostaglandin
2 grlhari
120
mcg/hari po
atau 60
mcg/hari
parenteral
grovvth
Factor
Oksigen
hiperbarik
600 mg/hari
Er)
Antagonis serotonin;
meningkatkan jarak tempuh
berjalan pada beberapa
penelitian, pemakaian masih
kontroversi; digunakan di
Nafridrofuryl
ekstrak ginko
biloba
Geneinduced
Angiogenesis
dengan
Endothelial
ARTERITISTAKAYASU
1838
KARDIOLOGI
Gambar 2. Algoritme evaluasi dan penatalaksanaan pasien dengan penyakit arteri perifer
Primer
Granulomatosis Wegenels
Sindrom Churg-Strauss
Poliarteritis nodosa
Poliangiitis mikroskopik
Giant cell afteritis
Arteritis Takayasu
Purpura Henoch- Schonlein
Vaskulitis cutaneus idiopatik
Cryoglobulinemia esensial
campuran
Sindrom Behcet't
Sindrom Cogan
Penyakit Kawasaki
mglkglhari, dan
1839
FISTULA ARTERIVENA
FENOMENARAYNAUD
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
Diagnosis lebih sering didapatkan dari pemeriksaan fisik.
TERAPI
Penatalaksanaan fistula arteriovena dapat dengan operasi.
radioterapi, atau embolisasi. Fistula arteriovena kongenital
sulit untuk diobati karena banyak dan saling berhubungan
satu sama lain, sering kali terbentuk satu yang baru setelah
dilakukan ligasi. Terapi terbaik adalah konsevatif dengan
memberikan perban elastis . Untuk mengempiskan fistula
arteriovena dapat dengan cara embolisasi, dengan bahan
dari tubuh sendiri, contohnya seperli lemak dan otot, atau
PENYAKITRAYNAUD
Istilah ini digunakan jika penyebab sekunder fenomena
Raynaud sudah disingkirkan. Lebih dari 50 7o pasien
dengan fenomena Raynaud adalah penyakit Raynaud.
Mengenai lima kali lebih banyak pada perempuan
dibanding dengan laki-laki. Timbul pada umur 20 - 40
tahun. Jari tangan lebih sering terkena dibandingjari kaki.
1840
KARDIOI.OGI
angina. Kelainan
ini berhubungan
dengan spasme
pembuluh darah.
Pada pemeriksaan
AKROSIANOSIS
fisik biasanya normal tak ditemukan
.
.
.
.
o
.
Sianosis terjadi
ini harus
dibedakan dengan fenomena Raynaud karena persisten
dan perubahan warna mulai dari proksimal jari-jari. Tidak
ditemukan sianosis sentral dan penurunan saturasi O,
telapak tangan menjadi lembab. Kelainan
LIVEDO RETIKULARIS
Pada lokasi tertentu pada ekstremitas timbul gambaran
bercak jarring-j aring berwama kemerahan sampai kebiruan.
REFERENSI
Beckman JA, Creager MA, Libby
Creager
1841
1.
287
KOR PULMONAL KRONIK
Sjaharuddin Harun, Ika Prasetya Wflaya
PENDAHULUAN
Kor pulmonal adalah hipertrofi/dilatasi ventrikel kanan
akibat hipertensi pulmonal yang disebabkan penyakit
parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang tidak
berhubungan dengan kelainan jantung kiri. Istilah
hipertrofi yang bermakna patologis menurut Weitzenblum
sebaiknya diganti menjadi perubahan struktur dan fungsi
ventrikel kanan. Untuk menetapkan adanya kor pulmonal
secara klinis pada pasien gagal napas diperlukan tanda
pada pemeriksaan fisis yakni edema. Hipertensi pulmonal
"sine qua non" dengan kor pulmonal maka definisi kor
pulmonal yang terbaik adalah: hipertensi pulmonal yang
disebabkan penyakit yang mengenai struktur dan atau
pembuluh darah paru; hipertensi pulmonal menghasilkan
pembesaran ventrikel kanan (hipertrofi dan atau dilatasi)
dan berlanjut dengan berjalannya waktu menjadi gagal
jantung kanan. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
merupakan penyebab utama insufisiensi respirasi kronik
dan kor pulmonal, diperkirakan 80 - 907o kasus.
Kor pulmonal akut adalah peregangan atau
pembebanan akibat hipertensi pulmonal akut, sering
PATOF!SIOLOGI
GEJALA KLINIS
Tingkat klinis kor pulmonal dimulai PPOK kemudian
PPOK dengan hipertensi pulmonal dan akhirnya menjadi
lambat.
DIAGNOSIS
ETIOLOGI
Diagnosis kor pulmonal pada PPOK ditegakkan dengan
jantung kanan.
t842
1843
KORPULMONALKRONIK
PPOK
ditegakkan dengan
pada
Jantung.
TATALAKSANA
HIPERTENSI PULMONAL
TERAPIOKSIGEN
Mekanisme bagaimana terapi oksigen dapat meningkatkan
GAGALJANTUNG KANAN
Ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, biasanya dengan
adanya peningkatan tekanan venajugularis, hepatomegali,
asites maupun edema tungkai.
VASOD!LATOR
Vasodilator (nitrat, hidralazin, antagonis kalsium, agonis
alfa adrenergik, inhibitor ACE, dan postaglandin sampai
saat ini belum direkomendasikan pemakaiannya secara
t844
IqRDIOI.OGI
PENUTUP
Terapi optimal kor pulmonal karena PPOK harus di mulai
jantung kanan.
DIGITALIS
REFERENSI
kanan.
Di
samping
2002;106:192-4
Braunwald E, Hearl failure and cor pulmonale, dalam Kasper DL et
DIURETIKA
FLEBOTOMI
Tindakan flebotomi pada pasien kor pulmonal dengan
hematokrit yang tinggi untuk menurunkan hematokrit
sampai dengan nllai 59Vo hanya merupakan terapi
tambahan pada pasien kor pulmonal dengan gagaljantung
kanan akut.
ANTIKOAGULAN
Pemberian antikoagulan pada kor pulmonal didasarkan
16,
of cor pulmonale in
chronic
Macnee. W, Pathophysiology
of cor pulmonale in
chronic
74: 571-618
MC Laughin W, Rich S. cor pulmonale dalam Braunwald E., editor.
Heart Disease: A text book of cardiovascular medicine. 6h ed
Philadelphia; WB Saunders, 20O1.p.1936-54.
I, Tapson Victor F. Pulmonary hipertension and cor
pulmonale in Topol Eric J, eds. Text book of Cardiovascular
Medicine 2'd ed Philadelphia: Lippincott William & Wilkins
Restrepo Clara
2002:649-65.
Rich S et al, Pulmonary hypertension, dalam Braunwald E, Heart
Disease: A Text book of Cardiovascular Medicine. edisi ke-7.
Philadelphia, Elsevier Saunders, 2005. p. 1807-42.
Weitzenblum E. Chronic cor pulmonale Heart 2003; 89:225-30.
2ffi8
HIPERTENSI
PENDAHULUAN
.l=
Kiri Muskulus arteri pulmonaris pada pasien HPP: hipertrofi media (panah
putrh) dan penyepitan lurnen oleh karena proliferasi intima (panah hitam)
dan prolilerasi adventisia (X)
Kiri Lesi plexiform yang karakteristik, obsiruksi muskulus papillaris (panah)
PATOLOGI
Arteri pulmonal normal merupakan suatu struktur complai.nt dengan sedikit serat otot. yang mernungkinkan
fingsi pulntonar\ yasc:ular bed sebagai sirkuit yang lov,
pre,tsure dar high.flow. Ganrbaran patalogi vaskular pada
ini,
karena
menyerupai garnbaran arteriopati pada hi pertensi pulmonal
dari berbagai macarn sebab, kelainan vaskular di sini
184
t846
I(ARDIOI.OGI
HPP)
l.
Meskipun melibatkan
1n1.
Stimulus yang dapat merangsang HPP adalah: bahanbahan yang dapat dicerna, seperti oabat penekan nafsu
makan, ekstrak monokrotalie, bahan pelarut inhaler,
metamfelamin, kokain, L-tryptophan; inf'eksi, terutama HIVI ; and penyakit inflamasi (seperti HPP yang dihubungkan
dengan penyakit tiroid autoimun dan antinuclear anti-Ku
antibod,tt. Walaupun bentuk rangsangan berbeda, namun
bentuk kerusakan dan perbaikannya sama.
Vasokonstriksi dan hipertrofi media terjadi pada awal
Campurannormal
tma
Arteritis
dan abnormal
PDGF=platelet-derived growth factor, VEGF=vascular endothelial growth factor, TGF=transforming growth factor
1847
Penelitian imunohistokimia, menunjukkan ekspresi endothelial NO synthetase (eNOS;NOS IID menurun pada
arteri pulmonalis pasien dengan HPP, dan sekesi metabolit
prostakiklin melalui urin juga rendah. Kosentrasi endotelin
1 (suatu vasokonstriktor pulmonal poten) darah meningkat
baik pada hipertensi pulmonal primer ataupun sekunder,
vaskular).
.
.
pulmonalprimer.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hemangiomatosiskapilerpulmonal
.
.
.
.
.
.
.
.
Perkembanganabnormal
,
.
.
.
.
.
'
vaskular.
GAMBARAN KLINIS
Hipertensi pulmonal sering tidak menuniukkan gejala yang
Kelas
Kelas
ll
Kelas
lll
Kelas
lV
1848
KARDIOLOGI
pulmonal (Gambar
Elektrokardiograf
Gejala
Dispnu saat aktivitas
Fatique
Sinkop
Nyeri dada angina
Hemoptisis
Fenomena Raynaud's
(P2)
TES DIAGNOSIS
Ekokardiograf
Radiologi
1849
Pemeriksaan Angiografi
Kateterisasi jantung merupakan baku emas untuk
diagnosis hipertensi ateri pulmonal. Kateterisasi
membantu diagnosis dengan menyingkirkan etiologi lain
ataLr
a. Terapi Vasodilator
Penggunaan penghambat kalsium telah banyak diteliti dan
b.'Prostanoid
Epoprostenol. Epoprostenol IV perlama kali disetujui oleh
FDA untuk terapai hipertensi pulmonal pada tahun 1995.
Pemakaian epopostrenol jangka panjang memperbaiki
hemodinamik, toleransi latihan, klas fungsional NYHA, dan
survival rcfie penderiahipertensi pulmonal. Namun karena
prostasiklin yang lain. dan yang saat ini juga sudh diakui
oleh FDA sebagai obat untuk hipertensi pulmonal adalah:
treprostinil dan inhalasi iloprost.
Medikamentosa
18s0
KARDIOI-OGI
NHYAII
c. Nitrik Oksid
Merupakan suatu vasodilator pulmonal selektif, diberikan
d. Penghambat Fosfodiesterase
Mekanisme yang memodulasi cyclic guanosine 3'-5'
monophosphate (:GMP) didalam otot polos berperan
dalam meregulasi tonus, pertumbuhan dan struktur
oleh fosfodiesterase.
5 inhibitor, termasuk
dipiridamol, zaprinast, dan lainnya, menyebabkan
1851
mg
pada
1852
KARDIOI.OGI
Atrial Septosotomi
tslade ballon. atrial septosroruy dilakukan pada pasien
dengan tekanan RV yang berat dan yohune overload yang
refrakter dengan terapai medikamentioasa yang maksimal.
Tujuan atau goal prosedur ini adalah dekompresi overload jantungkanan dan perb aikan output sistemik ventrikel
352:119-25
Hofmann LV. Lee DS Gupta A, Arepally A, Sood S. Safety and
hemodynamic effects of pulmonary angiography in patients
Transplantasi Paru
Transplantasi paru dan transplantasi jantung-paru
digunakan sebagai terapi bedah pada pasien dengan
penyakit perenkim paru dan gangguan pembuluh darah
paru. Pasien dipertimbangkan untuk transplantasi jika
berada pada kelas NYHA III atau kelas IV.
Pasien hipertensi pulmonal prirner atau hipertensi arteri
NIed.
2005;26(.4):402-8
Rich S. MD, Rubin L, Walker AM, at al. Atorexigens and pulmonary
hypertension in the United States, CHEST. 2000;117(3):870-4
Rubin LJ. Primary pulmonarl, hypertension N Engl J Med t997;336:
l1l-17.
289
PENYAKIT JANTUNG DAN
OPERASI NON JANTUNG
Sjaharuddin Harun, Abdul Majid
PENDAHULUAN
mengancam
dapat
185
1854
KARDIOI.OGI
(elektrokardiografi).
Pemeriksaan penunjang: laboratorium, foto dada,
pemeriksaan noninvasif, dan invasif sesuai indikasi.
OihatIV)
Tetapkan kapasitas fungsional pasien (dengan
.
.
riwayatCIIF.
Pemeriksaan Noninvasif
Pemeriksaan noninvasif dilakukan untuk menetapkan
diagnosis ataupun memperkirakan prognosis ataupun
memperkirakan prognosis terutama pada pasien dengan
Pemeriksaan invasif
Secara umum dapat dikatakan bahwa indikasi angiografi
koroner prabedah adalah sama seperti pasien non operasi
(Tabel 1)
.
.
.
.
1855
. AHAiACC joint
Risiko jantung perioperatif menurut AHA/ACC guide lines, diterrtukan oleh : petanda klinis, kapasitas fungsional,
dan risiko pembedahan spesifik.
Kapasitas Fungsiona!
Kapasitas fungsional merupakan prediktor dalam penilaian
Petanda klinis
Data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisis dan
1 METs
4 METs
Naik 1 trap anak tangga atau jalan mendaki? Jalan
datar 6,4 kmljam? Lari jarak pendek? Mengerjakan
pekerjaan berat seperti menyikat lantai,
mengangkaUmenggeser perabot yang berat?
Mengikuti aktivitas seperti golf, bowling, menar[,'tenis
qanda, melemoar base ball atau bola kaki?
> 10 METs
Olahraga renang, tenis tunggal, bola kaki, bola basket
atau main ski?
.
.
lntermediate
.
.
.
.
Minor
.
.
.
.
.
.
usia lanjut
EKG abnormal (LVH, LBBB, ST-T abnormal)
Ritme bukan sinus (misal fibrilasi atrial)
Kapasitas fungsional rendah (misal tidak sanggup naik
satu trap anak tangga dengan beban)
Riwayat strok
Hipertensi sistemik yang tidak terkontrol
Jantung.
Operasi emergensi mempunyai risiko jantung 2-5 kali
dibanding operasi elektif. Stratifikasi risiko dari berbagai
jenis tindakan bedah non jantung dapat dilihat pada
Thbel4.
1856
I(ARDIOI.OGI
Algoritme lll
PRABEDAH
Langkah 6. Pasien dengan risiko prediktor klinis intermediate dan kapasitas fungsional baik atau sedang,
kemungkinan terjadinya kematian atau infark miokard
adalah kecil bila dilakukan operasi (risiko sedang).
Algoritme lV
Algoritme
Langkah
nonjantung
.
.
.
.
.
.
.
.
diperlukan.
Algoritma l!
Langkah 4. Pasien dengan prediktor klinis mayor (CHF
dekompensasi, aritmia simtomatik dan/atau penyakit katup
jantung yang berat) maka biasanya operasi dapat ditunda
atau dibatalkan sampai keadaan ini dapat diidentifikasi dan
diobati. Bila tidak stabil, maka dapat dipertimbangkan
rev
akularisasi koroner.
Penyakitjantungkoroner(PJK)
Gagal jantung kongestif (CHF)
Pencegahanendokarditisbakterial
Hipertensi
dilakukan
pengobatan khusus tidak diperlukan
2. Pasien
kelas
1857
Argoritma
Stratifikasi pasca
operasi dan
pengurangan
faktor risiko
@
@
Revaskularisasi
koroner dalam
5 tahun?
Keluhan atau
tanda kambuh kem
Angiogram koroner
atau tes stress
terakhir
Argoritma ll
(Tahap
a)
Operasi non-kardiak
ditunda atau dibatalkan
t
I
Pertimbangan
angiografi koroner
Lanjut
algoritma
ilt
Lanjut algoritma
tv
I
I
- CHF dekompensasi
- Aritmia signifikan
4.
ritmejantung.
Monitor hemodinamik secara menyeluruh. Obat anti
iskemia diteruskan baik sebelum, sewaktu atau
sesudah operasi.
1858
Ii{RDIOI.OGI
sementara (TPM).
Riwayat infark miokard atau gelombang Q patologis,
hipertensi.
Kelas
walaupun
mayol PJK.
IMA.
6.
II:
>2210
Jantullg.
Persiapan Prabedah
pembuluh darah.
.
.
Digitalis (digoksin)
- Pasien gagnl jantung yang telah mendapat
digoksin diteruskan pemberiannya. Biasanya
digoksin tidak diberikan pada pagi hari operasi
1859
beberapa hari sebel um operasi. Profr I aksis digi talis tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
hidralazin i.v.
Argoritma lll
Kapasitas
fungsional
Prediktor klinis(-)/minor
(< 4 METs)
Risiko
operasr
Risiko operasi
tinggi
Risiko operasi
sedang
Risiko operasi
rendah
Risiko rendah
Stratifikasi risiko
pasca bedah dan
Risiko tinggi
Argoritma lV
Prediktor klinis
/:--:-------f.
I lahaD /
Kapasitas
fungsional
> 4 METs)
Stratifikasi risiko
pasca bedah dan
mengurangi faktor risiko
Pertimbangkan angiografi koroner
Pemeriksaan invasif
Pengawasan selanjutnya atas
dasar temuan dan hasil pengobatan
1860
KARDIOLOGI
Aritmia Supraventrikular
atar'l
Aritmia Ventrikular
Gangguan Konduksi
Stenosis Mitral
Pasien dengan stenosis rnitral ringan atau sedang :
. Kontrol denyut jantung selatrna masa perioperatif kar-ena
peningkatan denyut jantung men-uakibatkan masa
diastol menjadi lebih singkat pada siklus jantung. Hal
ini mengakibatkan timbulnya kongesti pulmonal yang
dipresipitasi oleh takikardia (kebalikan dari regurgitasi
Regurgitasi Mitral
Berbagai penyebab regurgitasi mitral (MR) antara lain
disfungsi muskulus papilaris, prolaps katup mitral (MVP)'
penyakit jantung iskemia, penyakit jantung kongenital,
endokarditis dan lain-lain. Pasien regurgitasi mitral dapat
menyebabkan t,olwne overlc,ud dan kongesti pulmonal
secara signifikan.
Pengobatan:
atrioventrikular lanjut.
Bila timbul blok konduksi derajat tinggi, diatasi dengan
Regurgitasi Aorta
dengan baik.
Bila pada pembedahan digunakan alat kauter elektris,
alat kauter diletakkan sejauh mungkin dari alat pacu
(untuk mengurangi gangguan elektromagnetik). Harus
tersedia magnit di kamar bedah untuk merubah alat pacu
dari demand menjadi fixed rate.Kautetisasi juga dapat
mengganggu monitor EKG. Sebaiknya kauterisasi tidak
1861
pacLr
HIPERTENSI
prabedah:
.
.
.
Bradikardia simtomatik pada kondisi berikut : sick sinus svndronre. tibrilasi atau fluter atrial dengan blok AV
derajat tinggi, dan blok AV total.
Takikardia simtomatik: takikardia ventrikul ar intc-rmi ten
dan fibri lasi ventrikular i ntermiten.
Malfungsi pacu jantung permanen
Sinkop sinus karotis
PENCEGAHAN TROMBOEMBOLI
ke-qanasan.
operasi mayor (terutama abdomen. pelvis, ekstremitas
bawah). obesitas, vena varikosa. CHF, infark miokard,
strok, fraktur pelvis. pinggul atau kaki, gangguan
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
miokard.
Bedah elektifpada hipertensi berat (tekanan darah >1 80/
rendah.
cenderun-e
KESIMPULAN
tindakan.
sebelum tindakan
tindakan
IM
30 menit sebelum
1862
I(ARDIOI.OGI
Lampiran
Faktor Risiko
Poin
lnterprestasi
5
10
Goldman dkk
Usia > 70 tahun
IMA dalam 6 bulan terakhir
Gallop 53 atau distensi vena jugular
Stenosis aoda
lrama selain sinus atau kompleks atriol prematur pada EKG
11
Risiko
tinggi
terakhir praoperatif
Kompleks ventrikel prematur 5/menit ditemukan pada
setiap saat sebelum operasi
PO2 < 60 atau PaOz > 50 mmHg; K* < 3 atau HCO3 < 20
mEq/L; BUN > 50 atau CR > 3 mg/dl; AST abnormal, tanda
penyakit hati kronis,
-atauOperasi intraperitoneal, intra toraks, atau aofta.
Operasi darurat
7
3
Detsky dkk
IMA dalam 6 bulan terakhir
lma > 6 bulan
Angina Canadian Cardiovaskular Society
Klas lll
Klas lV
Angina tidak stabil dalam 6 bulan terakhir
Edema paru alveolar dalam '1 minggu
10
10
20
10
10
Ever
Dicurigai stenosis aorta kritis
lrama selain sinus atau sinus dengan kompleks atrial premature
pada EKG terakhir praoperatif
Kompleks ventrikel premature pada saat sebelum operasi
Status medis umum buruk
Usia > 70 tahun
Operasi darurat
20
A
t
A
5
10
Larsen dkk
Gagal jantung kongestif
Kongesti paru persisten
Riwayat edema paru
Riwayat gagal jantung
Penyakit jantung iskemi
IMA dala 3 bulan terakhir
lnfark lama atau angina pektoris
Diabetes melitus
Kreatinin serum > 1,6 mg/dl
Operasi darurat
Prosedur bedah mayor
Operasi aorta
Operasi intraperitoneal atau intraleura lain
12
4
11
J
c
J
6
2
1863
REFERENSI
ACC/AHA Task Force On Pracrice Ciuidelines: Guidelines for
perioperative cardiovaskulal evaluation for non crrdiac
surgery Circulation. 2002; 105: l2-57.
ACC/AHA task ftrrce report: _uuidelines fbr coronary angio-traphy
Circulation I999: 99: 23,1-5--57
ACC/AHA task force report: guidelines lor thc clinical tpplication
of echocardiography.
2003-
15.
Clagett GP, Anderson FA, Levine MN. et al: PreYention o1'rcnous
thromboembolism. Chest 1992'. 107: 4. 391S-402S
Eagle KA, Rihal CS. Michel MC, et al: Cardi:rc risk of nott curcliac
surgery influence of coronary disease and tvpe ol rurgerr in
3368 operations Circulation. 1997: 96: lE8l-7
Falcone RA, Ziegelstein RC: Cardiovaskular disease dnd hvpertension in: Richards JG. Grecorv MC Eds Karrmerer and Gross'
and
mortality and cardiovaskular morbidity after non-cardiac surgery. The nrulticenter study of perioperatif ischemic research
group. N Engl J Med 1996; 335: 1'713-20.
Mangano DT: Perioperative cardiac morbidity. Anestesiology, 1990;
72: I 53-84
Palda AV, Detsky AS: Clinical guidelines part lI, pelioperntive
assessme[t and management of risk from coronary artery
disease. Ann lntern Med, 1997; 121: 313-28
Smith WT, Kelly RA, Stevenson, Braunwald E: Management of
heart lailure in Braunwald's heart disease. A Teaxtbook ol
Cardior rrculrr Medicine. 7r crlition. 2005.