Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1.1
1.2
Identifikasi Masalah
1. Apa saja jenis entitas syariah yang ada di Indonesia?
2. Kapan sejarah lahirnya entitas-entitas tersebut?
3. Apa saja produk yang ditawarkannya?
4. Bagaimana perkembangannya sekarang?
5. Siapa organisasi yang menyusun standar akuntansi syariah di Indonesia dan
internasional?
6. Apa saja standar akuntansi syariah yang berlaku di Indonesia sampai sekarang?
1.3
Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui jenis entitas syariah yang ada di Indonesia.
2. Mengetahui sejarah lahirnya entitas-entitas tersebut.
3. Mengetahui produk yang ditawarkannya.
4. Mengetahui perkembangannya sekarang.
5. Mengetahui organisasi penyusun standar akuntansi syariah.
6. Mengetahui standar akuntansi syariah yang berlaku di Indonesia sampai sekarang.
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Bank Syariah
Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan
syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama
islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta
larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan
dengan produksi makanan/minuman haram) dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem
perbankan konvensional.
2.1.1 Prinsip Dasar Perbankan Syariah dan Produk yang ditawarkan
Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar
pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang
sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah
adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain,
baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja
ketika si penitip menghendaki (SyafiI Antonio, 2001).
Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:
a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan barang/uang
dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang
yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang
titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun
aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.
b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad penitipan
barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik
barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab
terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan
keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak
penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan
2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha
antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip
ini adalah:
a. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila
rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si
pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad
mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis:
1. Mudharabah Muthlaqah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu,
dan daerah bisnis.
2. Mudharabah Muqayyadah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana
mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara,
dan obyek investasi.
b. Al-Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.Dua jenis al-musyarakah:
1. Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya
yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.
2. Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih
setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.
3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana
bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah
sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank
menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah
Keuntungan (margin). Implikasinya berupa :
a. Al-Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
b. Salam
Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman
oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang
pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi
salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam
paralel.
c. Istishna
Istishna adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga
bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka,
cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan harus
diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis,
kualitas, dan kuantitasnya.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak
sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang
pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel.
4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang
itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al
muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa
mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.
5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.
Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:
a. Al-Wakalah
Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
b. Al-Kafalah
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
c. Al-Hawalah
Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang
wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan
pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai
juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.
d. Ar-Rahn
Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.
Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.
e. Al-Qardh
Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini
diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.
f. Pelayanan Jasa
1. Letter of credit (L/C) impor Syariah
Bank Syariah Basis Bank Modern L/C adalah surat pernyataan akan
membayar eksportir yang diterbitkan oleh bank atas permintaan imprtir dengan
pemenuhan prasyaratan tertentu.
2. Bank Garansi Syariah
Jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga penerima jaminan
atas pemenuhan kewajiban tertentu nasabah bank selaku pihak yang di jamin
kepada pihak ketiga dimaksud.
3. Penukaran Valuta Asing (sharf)
Transaksi penukaran mata uang yang berlainan jenis, baik membeli atau
menjual kepada nasabah.
2.1.2 Perkembangan Bank Syariah
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur
keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah pertama
dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan sistem ini
ditengah menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun
1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena
kegagalan sistem bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat
tetap eksis dan mampu bertahan.
Hingga tahun 1998 praktis bank syariah tidak berkembang. Baru setelah
diluncurkan Dual Banking System melalui UU No. 10/1998, perbankan syariah mulai
menggeliat naik. Dalam 5 tahun saja sejak diberlakukan Dual Banking System, pelaku
bank syariah bertambah menjadi 10 bank dengan perincian 2 bank merupakan entitas
mandiri (BMI dan Bank Syariah Mandiri) dan lainnya merupakan unit/divisi syariah bank
konvensional.
Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia
pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan
daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan
memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya,
pemegang surat berharga, peminjam, dan para penyimpan dana di bank-bank syariah.
Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini untuk
menunjukkan bahwa perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal krisis dan mampu
tumbuh dengan signifikan. Oleh karena itu perlu langkah-langkah strategis untuk
merealisasikannya.
Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan
adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang
unit usaha syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank
syariah. Langkah strategis ini merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang
Undang perbankan no. 10 tahun 1998. Undang-undang pengganti UU no.7 tahun 1992
tersebut mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.
Untuk menilai perkembangan bank syariah dari tahun ke tahun biasanya
menggunakan beberapa standar, diantaranya :
1. Jumlah aktiva.
2. dana pihak ketiga (DPK).
3. pembiayaan bank.
a. Faktor-Faktor Pendukung Perkembangan Perbankan syariah
Keberadaan bank Islam di Indonesia masih memiliki peluang yang mengembirakan
dan perlu dioptimalkan guna membangun kembali sistem perbankan yang sehat dalam
rangka mendukung program pemulihan dan pendayaan ekonomi nasional, selain
Indonesian tahun 2000, yang memasukkan BMI masuk deretan unggulan terbaik
dari 5 bank dalam pelayanan.
b. Faktor-Faktor Penghambat
Tidak obyektif kiranya jika kita hanya menampilkan faktor pendorong
perkembangan perbankan syariah di Indonesia tanpa menjelaskan juga faktor
penghambat yang merupakan tantangan bagi kita, terutama berkaitan dengan
penerapan suatu sistem perbankan yang baru, suatu sistem yang mempunyai
sejumlah perbedaan prinsip-prinsip dengan sistem yang dominan dan telah
berkembang pesat di Indonesia. Faktor-faktor penghambat itu adalah sbb. :
1. Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan operasional bank
syariah
Hal demikian, dikarenakan masih dalam tahap awal pengembangan dapat
dimaklumi bahwa pada saat ini pemahaman sebagian masyarakat mengenai sistem
dan prinsip perbankan syariah masih belum tepat. Pada dasarnya, Sistem Ekonomi
Islam telah jelas, yaitu melarang praktek riba serta akumulasi kekayaan hanya
pada pihak tertentu secara tidak adil, akan tetapi, secara praktis, bentuk produk
dan jasa pelayanan, prinsip-prinsip dasar hubungan antar bank dan nasabah, serta
cara-cara berusaha yang halal dalam bank syariah, masih perlu disosialisasikan
secara luas. Adanya perbedaan karakteristik produk bank konvensional dengan
bank syariah telah menimbulkan adanya keengganan bagi pengguna jasa
perbankan. Keengganan tersebut antara lain disebabkan oleh hilangnya
kesempatan mendapatkan penghasilan tetap berupa bunga dari simpanan. Oleh
karena itu, secara umum perlu diinformasikan bahwa dana pada bank syariah juga
dapat memberikan keuntungan finansiil yang kompetitif.
2. Jaringan kantor bank syariah yang belum luas
Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam rangka
perluasan jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu, kurangnya
jumlah bank syariah yang ada juga menghambat perkembangan kerjasama antar
bank syariah. Kerjasama yang sangat diperlukan antara lain, berkenaan dengan
penempatan dana antar bank dalam hal mengatasi masalah likuiditas sebagai suatu
badan usaha, bank syariah perlu beroperasi dengan skala yang ekonomis.
Karenanya, jumlah jaringan kantor bank yang luas juga akan meningkatkan
efisiensi usaha. Berkembangnya jaringan bank syariah juga diharapkan dapat
meningkatkan komposisi ke arah peningkatan kualitas pelayanan dan mendorong
inovasi produk dan jasa bank syariah.
yang
berhasil
dihimpun
yang
diungkapkan di atas.
4. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam bank syariah masih sedikit
Kendala-kendala di bidang sumber daya manusia dalam pengembangan
perbankan syariah disebabkan karena sistem ini masih belum lama dikembangkan.
Disamping itu, lembaga-lembaga akademik dan pelatihan dibidang ini sangat
terbatas sehingga tenaga terdidik dan berpengalaman dibidang non perbankan
syariah, baik dari sisi bank pelaksana maupun dari bank sentral (pengawas dan
peneliti bank), masih sangat sedikit.
2.2
Asuransi Syariah
Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah usaha untuk
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam
bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
resiko /bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/anggota/peserta
mendonasikan/menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk
membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/anggota/peserta.
Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta
investasi
dari
dana-dana/kontribusi
yang
diterima/dilimpahkan
kepada
perusahaan.
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong menolong atau
saling membantu . Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi ta'awun prinsip dasarnya
adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin
kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta. Prinsip ini sesuai dengan
firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2, yang artinya :
"Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong
menolong dalam dosa dan permusuhan"
2.2.1
akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual beli antara nasabah dengan
perusahaan).
2. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah (premi) diinvestasikan
berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah).Sedangkan pada asuransi
konvensional investasi dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.
3. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan
hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Sedangkan pada asuransi
konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan perusahaanlah yang memiliki
otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.
4. Bila ada peserta yang terkena musibah untuk pembayaran klaim nasabah dana
diambilkan dari rekening tabarru(dana sosial) seluruh peserta yang sudah diikhlaskan
untuk keperluan tolong menolong. Sedangkan dalam asuransi konvensional dana
pembayaran klaim diambil dari rekening milik perusahaan.
5. Keuntungan investasi di bagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan
perusahaan selaku pengelola dengan prinsip bagi hasil. Sedangkan dalam asuransi
konvensional keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tidak ada klaim
nasabah tak memperoleh apa-apa.
6. Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan
suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen produk serta
kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat Islam.
2.2.3 Produk asuransi syariah
1. Takaful dana pendidikan (fulnadi)
Fulnadi adalah program asuransi untuk perseorangan yang bertujuan untuk
menyediakan dana pendidikan untuk putra-putri peserta sampai pendidikan tingkat
sarjana dengan manfaat proteksi atas resiko meninggal.
2. Takaful asuransi jiwa murni (Al-Khairat)
Takaful Al-Khairat adalah suatu bentuk perlindungan yang manfaat proteksinya
diperuntukkan bagi ahli waris apabila pemegang polis ditakdirkan meninggal dalam
masa perjanjian.
3. Asuransi jiwa kesehatan (takaful falah)
Adalah produk Asuransi Takaful Keluarga yang dirancang secara khusus bagi
peserta yang menginginkan manfaat asuransi secara menyeluruh, ketika peserta
mengalami musibah meninggal baik karena sakit ataupun kecelakaan.
4. Asuransi kesehatan group/kumpulan (fulmedicare)
secara
berkelanjutan,
back-uo
keuangan
yang
kokoh
untuk
Pegadaian Syariah
Gadai dalam fiqh diebut Rahn, yang menurut bahasa adalah tetap, kekal, dan
jaminan. Menurut beberapa mazhab, Rahn berarti perjanjian penyerahan harta oleh
pemiliknya dijadikan sebagai pembayar hak piutang tersebut, baik seluruhnya maupun
sebagian. Penyerahan jaminan tersebut tidak harus bersifat actual (berwujud), namun yang
terlebih penting penyerahan itu bersifat legal misalnya berupa penyerahan sertifikat atau surat
bukti kepemilikan yang sah suatu harta jaminan. Menurut mahab Syafii dan Hambali, harta
yang dijadikan jaminan tersebut tidak termasuk manfaatnya.
Gadai syariah adalah produk jasa berupa pemberian pinjaman menggunakan sistem
gadai dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip syariat Islam, yaitu antara lain tidak
menentukan tarif jasa dari besarnya uang pinjaman.
Perusahaan Umum Pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang
secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa
pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai seperti
dimaksud dalm Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1150 di atas. Tugas pokoknya
adalah memberikan pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat
tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan informal yang cenderung memanfaatkan
kebutuhan dana mendesak dari masyarakat.
2.3.1 Dasar Syariah Dalam Pegadaian Syariah
pinjaman.. Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai
lipstick yang akan menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di
Pegadaian.
2.7.3 Produk Produk yang di Kembangkan
1. Ar-rahn (gadai syariah) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsipprinsip syariah, dimana nasabah hanya akan dipungut biaya asministrasi dan ijaroh
(biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan).
2. Mulia (murabahah logam mulia untuk investasi abadi) adalah penjualan logam mulia
oleh pegadaian kepada masyarakat secara tunai, dan agunan dengan jangka waktu
fleksibel.
3. Penaksirannilai barang Jasa ini diberikan bagi mereka yang menginginkan informasi
tentang taksiran barang yang berupa emas, perak dan berlian. Biaya yang dikenakan
adalah ongkos penaksiran barang.
4. Penitipan barang (ijaroh)
Barang yang dapat dititipkan antara lain : sertifikat motor, tanah, ijazah. Pegadaian
akan mengenakan biaya penitipan bagi nasabahnya Ar-Ruum atau gadai untuk
pembiayaan usaha kelompok mikro kecil dan menengah (UMKM)
Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik transaksi
Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional, yaitu :
1. Di Pegadaian konvensional, tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang
disebut sebagai sewa modal, dihitung dari nilai pinjaman.
2. Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian : hutang piutang
dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum
konvensional, keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir, sehingga
Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau
dengan kata lain melakukan praktik fidusia. Berbeda dengan Pegadaian syariah
yang
mensyaratkan
secara
mutlak
keberadaan
barang
jaminan
untuk
Koperasi syariah
Koperasi Syariah merupakan sebuah konversi dari koperasi konvensional melalui
pendekatan yang sesuai dengan syariat Islam dan peneladanan ekonomi yang dilakukan
Rasulullah dan para sahabatnya.
tersebut
dalam
sertifikasi
usaha
koperasi.Usaha-usaha
yang
diselenggarakan koperasi syariah harus dinyatakan sah berdasarkan fatwa dan ketentuan
dewan syariah nasional majelis ulama Indonesia.Usaha-usaha yang diselenggarakan
koperasi syariah harus dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.5.2
masyarakat
ekonominya.
pada
umumnya,
guna
meningkatkan,
kesejahteraan
sosial
2. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah,
professional (fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi islam.
3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
4. Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana, sehingga tercapai
optimalisasi pemanfaatan harta.
5. Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama melakukan
kontrol terhadap koperasi secara efektif.
6. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.
7. Menumbuhkan kembangkan usaha-usaha produktif anggota.
2.5
PSAK 59
Hanya 1 Standar.
Hanya untuk entitas
bank
PSAK 101-106
Ada 7 Standar.
syariah Berlaku untuk
entitas
syariah
&
(Umum, BPRS).
Tujuan LK tidak ada dalam PSAK 59.
konvensional.
Ada 4 Tujuan LK (shariah compliance,
syariah
Entitas syariah yang dimaksud di PSAK ini adalah entitas yang melaksanakan
transaksi syariah sebagai kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang
dinyatakan dalam anggaran dasarnya.
Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan penyajian laporan keuangan
sesuai permintaan khusus (statutory) seperti pemerintah, lembaga pengawas
independen, bank sentral, dan sebagainya.
komponen laporan keuangan entitas syariah yang lengkap :
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan
sumber dana penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan,
dan catatan atas laporan keuangan.
Lembaga keuanagan harus menyajikan komponen laporan keuangan
tambahan yang menjelaskan karakteristik utama entitas tersebut jika substansi
informasinya belum tercakup dalam komponen laporan keuangan diatas.
2. PSAK 102 Akuntansi Murabahah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian,
dan pengungkapan Transaksi murabahah :
Ruang lingkup pernyataan ini diterapkan untuk lembaga keuangan syariah dan
koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik sebagai penjual maupun
pembeli; dan pihak-pihak yang melakukan transaksi murabahah dengan lembaga
keuangan syariah atau koperasi syariah.
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya
perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan
biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.
Lembaga keuangan syariah yang dimaksud, antara lain, adalah:
perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku seperti lembaga keuangan syariah nonbank seperti asuransi, lembaga
pembiayaan, dan dana pensiun; dan lembaga keuangan lain yang diizinkan oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjalankan transaksi murabahah.
Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi
syariah (sukuk) yang menggunakan akad murabahah.
Penerima barang
a. Sesuai dengan akad
b. Berbeda dengan akad
c. Tidak menerima sebagian atau seluruh, maka pengiriman dapat
diperpanjang, dibatalkan sebagian atau seluruh, atau dibatalkan sebagian
atau seluruh (ada jaminan)
b. Akuntansi penjual
Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal
akad. Ketentuan harga barang pesanan tiak dapat berubah selama jangka waktu akad.
a. Akuntansi penjual
Segmentasi akad jika proposal terpisah untuk setiap asset, dinegosiasikan
terpisah untuk setiap aset, dan biaya serta pendapatan tiap asset bisa di identifikasi.
Penyatuan akad jika dinegosiasika sebagai satu paket, asset berhubungan erat
sekali, dan dilakukan serentak (berkesinambungan).
Pendapatan : metode persentase penyelesaian dan metode akad selesai.
Pendapatan istishna pembayara tangguh (lebih dari satu tahun) terdiri dari margin
keuntungan (jika dihitung secara tunai) dan selisih nilai akad dengan nilai tunai.
Pengakuan taksiran rugi jika total biaya perolehan meebihi pendapatan.
b. Akuntansi pembeli
Beban istishna tangguhan : selisih antara harga beli dan biaya perolehan tunai.
Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan hutang istishna
Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan entitas yang mencakup
periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008.
Pernyataan ini menggantikan PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah,
yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi istishna.
5. PSAK 105 Akuntansi Mudharabah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi mudharabah.
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan
transaksi mudharabah baik sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola
dana (mudharib). Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas
obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad mudharabah.
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak
pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola
dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai
kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
6.
mengumpulkan
dan
menyalurkan
zakat
dan
infak/sedekah.
Pernyataan ini tidak berlaku untuk entitas syariah yang menerima dan menyalurkan
zakat dan infak/sedekah, tetapi bukan kegiatan utamanya. Entitas tersebut mengacu
ke PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan
ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq).
Infak/sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya, baik
peruntukannya dibatasi (ditentukan) maupun yang tidak dibatasi. Karakteristik zakat
merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh muzakki kepada mustahiq
baik melalui amil maupun secara langsung. Ketentuan zakat mengatur mengenai
persyaratan nisab, haul (baik yang periodik maupun yang tidak periodik), tarif zakat
(qadar), dan peruntukkannya.
2.6
2.7
Organisasi
Penyusun
Standar Akuntansi
Internasional
dan
Standar
yang
dikembangkannya
2.8.1
Pengenalan AAOIFI
Akuntansi dan Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI)
adalah organisai internasional Islam non-badan hukum nirlaba yang menyiapkan standar
akuntansi, audit, pemerintahan, etika dan standar Syariat Islam lembaga keuangan dan
industri. Program kualifikasi profesional (terutama CIPA, Penasihat syariat dan Auditor
"CSAA", dan program kepatuhan perusahaan) yang disajika oleh AAOIFI dalam upaya
untuk meningkatkan sumber daya manusia industri dasar dan struktur pemerintahan.
AAOIFI didirikan sesuai dengan Perjanjian Asosiasi yang ditandatangani oleh
lembaga-lembaga keuangan Islam pada 1 Safar, 1410H berkorespondensi dengan 26
Februari 1990 di Aljazair. Kemudian terdaftar pada tanggal 27 Maret 1991 di Negara
Bagian Bahrain.
2.8.3
3.
4.
5. Jaminan.
6. Konversi dari Bank Konvensional Bank Islam.
7. Hawala.
8.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Akuntansi Syariah yaitu akuntansi yang berbasis syariah islam sehingga dalam
penerapan di perlukan pemahaman mengenai syariah islam, Sedangkan cara dan metode
pecatataan dalam pembukuan sama halnya dengan akuntansi Konensional,
Pada saat sekarang ini Transaksi akuntansi syaiah sedang mengalami
peningkatan baik di Indonesia sendiri maupun di tingkat internasional,hal ini di
karenakan penerapan sistem akuntansi syariah yang menggunakan system bagi hasil
pada setiap asset dan memberikan tanggung jawab baik secara horizontal maupun
vertikal.
4.2. Saran
Dilihat dari keuntungan-keuntungan dan manfaat penggunaan metode akuntansi
syariah seharusnya baik Lembaga, perusahaan dan masyarakat menggunakannya.
Namun faktanya pada zaman ini masih banyak yang menggunakan metode akuntansi
konvensional karena tergiur oleh bunga yang dijanjikan. Padahal bunga adalah riba
dalam hukum Islam.