Você está na página 1de 30

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Sistem Keuangan Islam merupakan bagian dari konsep yang lebih luas tentang
ekonomi Islam. Sistem keuangan Islam bukan sekedar transaksi komersial, tetapi harus sudah
sampai kepada lembaga keuangan untuk dapat mengimbangi tuntutan zaman. Bentuk sistem
keuangan atau lembaga keuangan yang sesuai dengan prinsip Islam dalah terbebas dari unsur
riba. Kontrak keuangan yang dapat dikembangkan dan dapat menggantikan sistem riba adalah
mekanisme syirkah yaitu : musyarakah dan mudharabah (bagi hasil).
Perkembangan industri perbankan dan keuangan syariah dalam satu dasawarsa
belakangan ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, seperti perbankan syariah, asuransi
syariah, pasar modalsyariah, reksadana syariah, obligasi syariah, pegadaian syariah, Baitul
Mal wat Tamwil (BMT). Demikian pula di sektor riil, seperti Hotel Syariah,Multi Level
Marketing Syariah, dsb.
Maka seiring berkembangnya entitas syariah di Indonesia, maka muncul juga
permintaan akan standar akuntansi syariah yang relevan di terapkan dalam suatu entitas
syariah. pada dasarnya standar akuntansi merupakan pengumuman atau ketentuan resmi yang
dikeluarkan badan berwenang di lingkungan tertentu tentang pedoman umum yang dapat
digunakan manajemen untuk menghasilkan laporan keuangan. Dengan adanya standar
akuntansi syariah, laporan keuangan diharapkan dapat menyajikan informasi yang relevan
dan dapat dipercaya kebenarannya. Standar akuntansi juga digunakan oleh pemakai laporan
keuangan seperti investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum sebagai acuan untuk
memahami dan menganalisis laporan keuangan sehingga memungkinkan mereka untuk
mengambil keputusan yang benar. Dengan demikian, standar akuntansi memiliki peranan
penting bagi pihak penyusun dan pemakai laporan keuangan sehingga timbul keseragaman
atau kesamaan interpretasi atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.

1.2

Identifikasi Masalah
1. Apa saja jenis entitas syariah yang ada di Indonesia?
2. Kapan sejarah lahirnya entitas-entitas tersebut?
3. Apa saja produk yang ditawarkannya?
4. Bagaimana perkembangannya sekarang?
5. Siapa organisasi yang menyusun standar akuntansi syariah di Indonesia dan
internasional?
6. Apa saja standar akuntansi syariah yang berlaku di Indonesia sampai sekarang?

1.3

Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui jenis entitas syariah yang ada di Indonesia.
2. Mengetahui sejarah lahirnya entitas-entitas tersebut.
3. Mengetahui produk yang ditawarkannya.
4. Mengetahui perkembangannya sekarang.
5. Mengetahui organisasi penyusun standar akuntansi syariah.
6. Mengetahui standar akuntansi syariah yang berlaku di Indonesia sampai sekarang.

BAB II PEMBAHASAN
2.1

Bank Syariah
Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan
syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama
islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta
larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan
dengan produksi makanan/minuman haram) dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem
perbankan konvensional.
2.1.1 Prinsip Dasar Perbankan Syariah dan Produk yang ditawarkan
Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar
pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang
sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah
adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain,
baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja
ketika si penitip menghendaki (SyafiI Antonio, 2001).
Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:
a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan barang/uang
dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang
yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang
titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun
aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.
b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad penitipan
barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik
barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab
terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan
keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak
penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan
2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha
antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip
ini adalah:
a. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila
rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si
pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad
mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis:
1. Mudharabah Muthlaqah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu,
dan daerah bisnis.
2. Mudharabah Muqayyadah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana
mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara,
dan obyek investasi.
b. Al-Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.Dua jenis al-musyarakah:
1. Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya
yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.
2. Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih
setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.
3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana
bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah
sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank
menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah
Keuntungan (margin). Implikasinya berupa :

a. Al-Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
b. Salam
Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman
oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang
pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi
salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam
paralel.
c. Istishna
Istishna adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga
bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka,
cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan harus
diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis,
kualitas, dan kuantitasnya.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak
sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang
pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel.
4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang
itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al
muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa
mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.
5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.
Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:
a. Al-Wakalah
Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
b. Al-Kafalah
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

c. Al-Hawalah
Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang
wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan
pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai
juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.
d. Ar-Rahn
Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.
Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.
e. Al-Qardh
Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini
diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.
f. Pelayanan Jasa
1. Letter of credit (L/C) impor Syariah
Bank Syariah Basis Bank Modern L/C adalah surat pernyataan akan
membayar eksportir yang diterbitkan oleh bank atas permintaan imprtir dengan
pemenuhan prasyaratan tertentu.
2. Bank Garansi Syariah
Jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga penerima jaminan
atas pemenuhan kewajiban tertentu nasabah bank selaku pihak yang di jamin
kepada pihak ketiga dimaksud.
3. Penukaran Valuta Asing (sharf)
Transaksi penukaran mata uang yang berlainan jenis, baik membeli atau
menjual kepada nasabah.
2.1.2 Perkembangan Bank Syariah
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur
keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah pertama
dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan sistem ini
ditengah menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun
1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena

kegagalan sistem bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat
tetap eksis dan mampu bertahan.
Hingga tahun 1998 praktis bank syariah tidak berkembang. Baru setelah
diluncurkan Dual Banking System melalui UU No. 10/1998, perbankan syariah mulai
menggeliat naik. Dalam 5 tahun saja sejak diberlakukan Dual Banking System, pelaku
bank syariah bertambah menjadi 10 bank dengan perincian 2 bank merupakan entitas
mandiri (BMI dan Bank Syariah Mandiri) dan lainnya merupakan unit/divisi syariah bank
konvensional.
Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia
pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan
daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan
memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya,
pemegang surat berharga, peminjam, dan para penyimpan dana di bank-bank syariah.
Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini untuk
menunjukkan bahwa perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal krisis dan mampu
tumbuh dengan signifikan. Oleh karena itu perlu langkah-langkah strategis untuk
merealisasikannya.
Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan
adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang
unit usaha syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank
syariah. Langkah strategis ini merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang
Undang perbankan no. 10 tahun 1998. Undang-undang pengganti UU no.7 tahun 1992
tersebut mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.
Untuk menilai perkembangan bank syariah dari tahun ke tahun biasanya
menggunakan beberapa standar, diantaranya :
1. Jumlah aktiva.
2. dana pihak ketiga (DPK).
3. pembiayaan bank.
a. Faktor-Faktor Pendukung Perkembangan Perbankan syariah
Keberadaan bank Islam di Indonesia masih memiliki peluang yang mengembirakan
dan perlu dioptimalkan guna membangun kembali sistem perbankan yang sehat dalam
rangka mendukung program pemulihan dan pendayaan ekonomi nasional, selain

restrukturisasi perbankan. Hal itu dikarenakan adanya beberapa pertimbangan, antara


lain ;
1. Kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak dapat menerima konsep
bunga.
Rakyat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam merupakan faktor
penggerak kebutuhan akan hadirnya perbankan syariah yang tidak menggunakan
sistem bunga yang mendekati dengan riba yang jelas-jelas dilarang dalam islam.
2. Peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip kemitraan.
Dalam sistem perbankan konvensional, konsep yang diterapkan adalah
hubungan debitur dan kreditur yang antagonis (debitor to creditor relationship).
Seorang debitur harus dan wajib mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya,
apakah debitur mendapatkan untung atau rugi. Kreditur tidak mau ambil peduli. Hal
ini berbeda dengan sistem perbankan syariah. Konsep yang diterapkan adalah
hubungan antar investor yang harmonis (mutual investor relationship), sehingga
adanya saling kerjasama dan kepercayaan karena dalam perbankan syariah
menerapkan nilai ilahiyah sebagai pengendali yang bersifat transendental dan nilai
keadilan, persaudaraan, kepedulian sosial yang bersifat horisontal.
3. Kebutuhan akan produk dan jasa perbankan unggulan
Sistem perbankan syariah memiliki keunggulan komparatif berupa
penghapusan pembebanan bunga yang berkesinambungan (perpetual interest
effect), membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif dan pembiayaan yang
ditujukan pada usaha-usaha yang memperhatikan unsur moral (halal). Produk
perbankan seperti berupa tabungan, giro dan deposito yang menerapkan prinsipprinsip simpanan (depository), bagi hasil (profit sharing), jual beli (sale and
purchase), sewa (operational lease and financial lease), jasa (fee based services).
4. Peningkatan jumlah lembaga keuangan syariah
Gairah perbankan nasional, baik keinginan untuk membuka kantor bank
umu syariah ataupun kantor unit syariah dapat terlihat dari perkembangan yang
pesat jumlah perbankan syariah di Indonesia
5. Adanya pelayanan yang meluruskan pelanggan dengan cara sesuai Islam
Hal itu dapat terbukti dengan diraihnya penghargaan Quality Assurance
Service Australia, predikat ISO 9001 tahun 2000 untuk pelayanan bank khususnya
customer service dan taller banking diberikan pada BMI, serta Market Research

Indonesian tahun 2000, yang memasukkan BMI masuk deretan unggulan terbaik
dari 5 bank dalam pelayanan.
b. Faktor-Faktor Penghambat
Tidak obyektif kiranya jika kita hanya menampilkan faktor pendorong
perkembangan perbankan syariah di Indonesia tanpa menjelaskan juga faktor
penghambat yang merupakan tantangan bagi kita, terutama berkaitan dengan
penerapan suatu sistem perbankan yang baru, suatu sistem yang mempunyai
sejumlah perbedaan prinsip-prinsip dengan sistem yang dominan dan telah
berkembang pesat di Indonesia. Faktor-faktor penghambat itu adalah sbb. :
1. Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan operasional bank
syariah
Hal demikian, dikarenakan masih dalam tahap awal pengembangan dapat
dimaklumi bahwa pada saat ini pemahaman sebagian masyarakat mengenai sistem
dan prinsip perbankan syariah masih belum tepat. Pada dasarnya, Sistem Ekonomi
Islam telah jelas, yaitu melarang praktek riba serta akumulasi kekayaan hanya
pada pihak tertentu secara tidak adil, akan tetapi, secara praktis, bentuk produk
dan jasa pelayanan, prinsip-prinsip dasar hubungan antar bank dan nasabah, serta
cara-cara berusaha yang halal dalam bank syariah, masih perlu disosialisasikan
secara luas. Adanya perbedaan karakteristik produk bank konvensional dengan
bank syariah telah menimbulkan adanya keengganan bagi pengguna jasa
perbankan. Keengganan tersebut antara lain disebabkan oleh hilangnya
kesempatan mendapatkan penghasilan tetap berupa bunga dari simpanan. Oleh
karena itu, secara umum perlu diinformasikan bahwa dana pada bank syariah juga
dapat memberikan keuntungan finansiil yang kompetitif.
2. Jaringan kantor bank syariah yang belum luas
Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam rangka
perluasan jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu, kurangnya
jumlah bank syariah yang ada juga menghambat perkembangan kerjasama antar
bank syariah. Kerjasama yang sangat diperlukan antara lain, berkenaan dengan
penempatan dana antar bank dalam hal mengatasi masalah likuiditas sebagai suatu
badan usaha, bank syariah perlu beroperasi dengan skala yang ekonomis.
Karenanya, jumlah jaringan kantor bank yang luas juga akan meningkatkan
efisiensi usaha. Berkembangnya jaringan bank syariah juga diharapkan dapat
meningkatkan komposisi ke arah peningkatan kualitas pelayanan dan mendorong
inovasi produk dan jasa bank syariah.

3. Kecilnya market share


Adanya bank syariah yang beroperasi dengan tujuan utama menggerakan
perekonomian secara produktif. Di samping sungguh-sungguh menjalankan fungsi
intermediasi karena secara syariah tugas bank selaku mudharib (pengelola dana)
harus menginvestasikan pada sektor ekonomi secara riil untuk kemudian berbagi
hasil dengan sahibul maal (pemilik dana) sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Masih kecilnya market share itu disebabkan antara lain karena bank syariah
mempunyai keterbatasan dana baik dari segi permodalan maupun jumlah dana
masyarakat

yang

berhasil

dihimpun

karena alasan-alasan seperti

yang

diungkapkan di atas.
4. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam bank syariah masih sedikit
Kendala-kendala di bidang sumber daya manusia dalam pengembangan
perbankan syariah disebabkan karena sistem ini masih belum lama dikembangkan.
Disamping itu, lembaga-lembaga akademik dan pelatihan dibidang ini sangat
terbatas sehingga tenaga terdidik dan berpengalaman dibidang non perbankan
syariah, baik dari sisi bank pelaksana maupun dari bank sentral (pengawas dan
peneliti bank), masih sangat sedikit.
2.2

Asuransi Syariah
Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah usaha untuk

saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam
bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
resiko /bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/anggota/peserta
mendonasikan/menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk
membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/anggota/peserta.
Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta
investasi

dari

dana-dana/kontribusi

yang

diterima/dilimpahkan

kepada

perusahaan.

Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong menolong atau
saling membantu . Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi ta'awun prinsip dasarnya
adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin
kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta. Prinsip ini sesuai dengan
firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2, yang artinya :
"Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong
menolong dalam dosa dan permusuhan"

2.2.1

Dasar Syariah dalam Asuransi Syariah


a. Perintah Allah SWT Untuk Mempersiapkan Hari Depan.
Allah SWT berfirman QS. An-Nisa/ 04 : 09 :


Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Ayat ini menggambarkan kepada kita tentang pentingnya planning atau perencanaan
yang matang dalam mempersiapkan hari depan. Nabi Yusuf as, dicontohkan dalam AlQuran membuat sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa
depan (QS. Yusuf/ 12 : 43 49)
b. Berasuransi tidaklah berarti menolak takdir atau menghilangkan ketawakalan kepada
Allah SWT, karena :
Karena segala sesuatunya terjadi setelah berpikir dengan baik, bekerja dengan
penuh kesungguhan, teliti dan cermat.
Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, semuanya ditentukan oleh Allah SWT.
Adapun manusia hanya diminta untuk berusaha semaksimal mungkin.
Allah SWT berfirman QS. Attaghabun/ 64 : 11)




Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.
Jadi pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, musibah dan kematian
merupakan qodho dan qodar Allah yang tidak dapat ditolak. Hanya kita diminta untuk
membuat perencanaan hari depan (QS. A-Hasyr/ 59 : 18)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.

2.2.3 Perbedaan asuransi syariah dan konvensional


1. Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong menolong). Dimana nasabah
yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah mengalami kesulitan. Sedangkan

akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual beli antara nasabah dengan
perusahaan).
2. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah (premi) diinvestasikan
berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah).Sedangkan pada asuransi
konvensional investasi dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.
3. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan
hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Sedangkan pada asuransi
konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan perusahaanlah yang memiliki
otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.
4. Bila ada peserta yang terkena musibah untuk pembayaran klaim nasabah dana
diambilkan dari rekening tabarru(dana sosial) seluruh peserta yang sudah diikhlaskan
untuk keperluan tolong menolong. Sedangkan dalam asuransi konvensional dana
pembayaran klaim diambil dari rekening milik perusahaan.
5. Keuntungan investasi di bagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan
perusahaan selaku pengelola dengan prinsip bagi hasil. Sedangkan dalam asuransi
konvensional keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tidak ada klaim
nasabah tak memperoleh apa-apa.
6. Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan
suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen produk serta
kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat Islam.
2.2.3 Produk asuransi syariah
1. Takaful dana pendidikan (fulnadi)
Fulnadi adalah program asuransi untuk perseorangan yang bertujuan untuk
menyediakan dana pendidikan untuk putra-putri peserta sampai pendidikan tingkat
sarjana dengan manfaat proteksi atas resiko meninggal.
2. Takaful asuransi jiwa murni (Al-Khairat)
Takaful Al-Khairat adalah suatu bentuk perlindungan yang manfaat proteksinya
diperuntukkan bagi ahli waris apabila pemegang polis ditakdirkan meninggal dalam
masa perjanjian.
3. Asuransi jiwa kesehatan (takaful falah)
Adalah produk Asuransi Takaful Keluarga yang dirancang secara khusus bagi
peserta yang menginginkan manfaat asuransi secara menyeluruh, ketika peserta
mengalami musibah meninggal baik karena sakit ataupun kecelakaan.
4. Asuransi kesehatan group/kumpulan (fulmedicare)

Adalah Program Asuransi Kesehatan yang memberikan manfaat pelayanan


kesehatan bagi peserta yang mengalami sakit karena resiko penyakit atau kecelakaan.
5. Asuransi kesehatan keluarga (family care)
Takaful Family Care adalah program asuransi kesehatan yang khusus
diperuntukkan bagi keluarga. Jumlah minimal peserta adalah 2 orang.
6. Asuransi mobil (tafakul abror)
Produk Takaful yang menggantikan kerugian atas kendaraan bermotor yang
disebabkan musibah kecelakaan, pencurian serta tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga.
7. Asuransi perlindungan rumah (tafakul baituna)
Merupakan paket istimewa dari Takaful yang melindungi rumah dari risiko kebakaran
yang dilengkapi dengan perangkat perlindungan ekstra.
2.2.4 Perkembangan asuransi syariah
Hingga Januari 2008, di Indonesia sudah ada 3 perusahaan yang full asuransi
syariah, 32 cabang asuransi syariah, dan 3 cabang reasuransi syariah. Pertumbuhan premi
industri bisa menembus Rp 1 trilun tahun ini. Rencana masuknya asuransi raksasa di
pasar asuransi syariah diharapkan mendukung pencapaian target itu.
Perolehan premi industri asuransi syariah tanah air diperkirakan kembali mengulang
prestasi tahun lalu dengan tumbuh sebesar 60%-70%. pada 2006, industri asuransi syariah
membukukan pertumbuhan premi sebesar 73% dengan nilai total Rp 475 miliar. Kendati
asuransi syariah mengalami pertumbuhan yang pesat, kontribusi terhadap total industri
baru mencapai 1,11% per 2006 dan diperkirakan meningkat ke posisi 1.33% tahun ini.
Hal itu tidak terlepas dari jumlah pelaku industri asuransi syariah yang masih terbatas dan
baru menunjukkan peningkatan dalam dua tahun terakhir.
a. Tantangan Perkembangan Asuransi Syariah
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh industri asuransi syariah bersumber pada dua
hal utama yaitu permodalan dan sumber daya manusia. Tantangan-tantangan lain
seperti masalah, ketidaktahuan masyarakat terhadap produk asuransi syariah, image
dan lain sebagainya merupakan akibat dari dua masalah utama tersebut.
1. Minimnya Modal
Beberapa hal yang menjadi penyebab relatif rendahnya penetrasi pasar
asuransi syariah dalam sepuluh tahun terakhir adalah rendahnya dana yang
memback up perusahaan asuransi syariah, promosi dan edukasi pasar yang relatif
belum dilakukan secara efektif (terkait dengan lemahnya dana), belum timbulnya

industri penunjang asuransi syariah seperti broker-broker asuransi syariah, agen,


adjuster, dan lain sebagainya.
2. Kurangnya SDM yang Profesional
Terus bertambahnya perusahaan asuransi syariah merupakan kabar baik bagi
perkembangan industri tersebut. Namun, sayangnya hal itu tidak diimbangi dengan
ketersediaan sumber daya manusia (SDM) asuransi syariah yang berkualitas.
Seringkali, pembukaan cabang atau divisi asuransi syariah baru hanya didukung
jumlah SDM terbatas. Berdasarkan data Islamic Insurance Society (IIS) per Maret
lalu, sekitar 80 persen dari seluruh cabang atau divisi asuransi syariah belum
memiliki staf ahli syariah. Padahal, keahlian staf ahli syariah sangat dibutuhkan
dalam mendorong perkembangan inovasi produk asuransi syariah. Hal tersebut
berdampak pada kurang berkembangnya produk inovatif di industri asuransi
syariah. Saat ini, sebagian besar cabang atau divisi asuransi syariah lebih memilih
untuk meniru produk asuransi konvensional lalu dikonversi menjadi syariah
(mirroring).
3. Ketidaktahuan Masyarakat Terhadap Produk Asuransi Syariah
Ketidaktahuan mengenai produk asuransi syariah (takaful) dan mekanisme
kerja merupakan kendala terbesar pertumbuhan asuransi jiwa ini. Akibatnya,
masyarakat tidak tertarik menggunakan asuransi syariah, dan lebih memilih jasa
asuransi konvensional.
4. Dukungan Pemerintah Belum Memadai
Kendala lainnya adalah masalah regulasi. Penerapan syariah yang makin
meluas dari industri keuangan dan permodalan membutuhkan regulasi yang tidak
saling bertentangan atau tumpang tindih dengan aturan sistem ekonomi
konvensional. Para pelaku ekonomi syariah sangat mengharapkan regulasi untuk
sistem ekonomi syariah ini bisa memudahkan mereka untuk berekspansi bukan
membatasi. Saat ini, peraturan tentang permodalan masih menjadi kendala
perbankan syariah untuk melakukan penetrasi dan ekpansi pasar.
5. Image
Salah satu tantangan besar bisnis asuransi syariah di Indonesia dan negara
lainnya adalah meyakinkan masyarakat akan keuntungan menggunakan asuransi
syariah. Perlu sekali mensosialisasikan asuransi syariah bukan saja berasal dari
agama, tetapi memperlihatkan keuntungan..
b. Strategi Pengembangan Asuransi Syariah

1. Struktur permodalan yang kuat sangat dibutuhkan untuk mengangkat industri


asuransi syariah. Dengan modal yang kuat perusahaan asuransi syariah akan dapat
melaksanakan fungsi-fungsi yang semestinya, antara lain edukasi pasar melalui
berbagai media komunikasi untuk menjelaskan keberadaan asuransi syariah,
keunggulannya, manfaatnya serta kebersihan dari keraguan, pengembangan
produk

secara

berkelanjutan,

back-uo

keuangan

yang

kokoh

untuk

membangkitkan kepercayaan publik.


2. Untuk Mengatasi kekurangan SDM yang Profesional dapat diatasi dengan akan
mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas SDM asuransi syariah melalui
beberapa program sertifikasi.
3. Untuk memasyarakatkan dan meningkatkan asuransi syariah maka LKS harus
mengembangkan teknologi informasi yang terdepan, serta meningkatkan promosi
dan sosialisasi di segala lapisan masyarakat.
2.3

Pegadaian Syariah
Gadai dalam fiqh diebut Rahn, yang menurut bahasa adalah tetap, kekal, dan

jaminan. Menurut beberapa mazhab, Rahn berarti perjanjian penyerahan harta oleh
pemiliknya dijadikan sebagai pembayar hak piutang tersebut, baik seluruhnya maupun
sebagian. Penyerahan jaminan tersebut tidak harus bersifat actual (berwujud), namun yang
terlebih penting penyerahan itu bersifat legal misalnya berupa penyerahan sertifikat atau surat
bukti kepemilikan yang sah suatu harta jaminan. Menurut mahab Syafii dan Hambali, harta
yang dijadikan jaminan tersebut tidak termasuk manfaatnya.
Gadai syariah adalah produk jasa berupa pemberian pinjaman menggunakan sistem
gadai dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip syariat Islam, yaitu antara lain tidak
menentukan tarif jasa dari besarnya uang pinjaman.
Perusahaan Umum Pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang
secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa
pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai seperti
dimaksud dalm Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1150 di atas. Tugas pokoknya
adalah memberikan pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat
tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan informal yang cenderung memanfaatkan
kebutuhan dana mendesak dari masyarakat.
2.3.1 Dasar Syariah Dalam Pegadaian Syariah

Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan konsep


pegadaian Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran dan
Hadist Nabi SAW. Adapun landasan yang dipakai adalah :
Al-Quran Surat Al Baqarah : 283
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang
(oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah
ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan
persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah
orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
Dalam Q.S. An-Nisa : 29 Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.
2.7.2 Teknik Transaksi Pegadaian Syariah
Pada dasarnya Pegadaian Syariah berjalan atas dua akad transaksi syariah, yaitu :
1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan
untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
2. Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya
sendiri.
Dari landasan Syariah tersebut maka mekanisme operasional Pegadaian Syariah
dapat digambarkan sebagai berikut : Melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang
bergerak dan kemudian Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah
disediakan oleh Pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah
timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya
perawatan dan keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian
mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah
pihak.
Pegadaian Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang
dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang

pinjaman.. Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai
lipstick yang akan menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di
Pegadaian.
2.7.3 Produk Produk yang di Kembangkan
1. Ar-rahn (gadai syariah) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsipprinsip syariah, dimana nasabah hanya akan dipungut biaya asministrasi dan ijaroh
(biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan).
2. Mulia (murabahah logam mulia untuk investasi abadi) adalah penjualan logam mulia
oleh pegadaian kepada masyarakat secara tunai, dan agunan dengan jangka waktu
fleksibel.
3. Penaksirannilai barang Jasa ini diberikan bagi mereka yang menginginkan informasi
tentang taksiran barang yang berupa emas, perak dan berlian. Biaya yang dikenakan
adalah ongkos penaksiran barang.
4. Penitipan barang (ijaroh)
Barang yang dapat dititipkan antara lain : sertifikat motor, tanah, ijazah. Pegadaian
akan mengenakan biaya penitipan bagi nasabahnya Ar-Ruum atau gadai untuk
pembiayaan usaha kelompok mikro kecil dan menengah (UMKM)
Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik transaksi
Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional, yaitu :
1. Di Pegadaian konvensional, tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang
disebut sebagai sewa modal, dihitung dari nilai pinjaman.
2. Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian : hutang piutang
dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum
konvensional, keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir, sehingga
Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau
dengan kata lain melakukan praktik fidusia. Berbeda dengan Pegadaian syariah
yang

mensyaratkan

secara

mutlak

keberadaan

barang

jaminan

untuk

membenarkan penarikan bea jasa simpan.


2.4

Koperasi syariah
Koperasi Syariah merupakan sebuah konversi dari koperasi konvensional melalui
pendekatan yang sesuai dengan syariat Islam dan peneladanan ekonomi yang dilakukan
Rasulullah dan para sahabatnya.

Konsep pendirian Koperasi Syariah menggunakan konsep Syirkah Mufawadhoh yakni


sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih, masing-masing
memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama besar dan berpartisipasi dalam kerja
dengan bobot yang sama pula. Masing-masing partner saling menanggung satu sama lain
dalam hak dan kewajiban.
Dan tidak diperkenankan salah seorang memasukan modal yang lebih besar dan
memperoleh keuntungan yang lebih besar pula dibanding dengan partner lainnya.
Azas usaha Koperasi Syariah berdasarkan konsep gotong royong, dan tidak dimonopoli oleh
salah seorang pemilik modal. Begitu pula dalam hal keuntungan yang diperoleh maupun
kerugian yang diderita harus dibagi secara sama dan proporsional.
Penekanan manajemen usaha dilakukan secara musyawarah (Syuro) sesama anggota dalam
Rapat Anggota Tahunan (RAT) dengan melibatkan seluruhnya potensi anggota yang
dimilikinya.
Kelahiran Koperasi Syariah di Indonesia dilandasi oleh Kepututsan Menteri (Kepmen)
Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah .
2.5.1 Usaha Koperasi Syariah
Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan
bermanfaat (thayyib) serta menguntungkan dengan sistem bagi hasil, dan tidak riba,
perjudian (masyir) serta ketidakjelasan.
Untuk menjalankan fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usaha
sebagaimana

tersebut

dalam

sertifikasi

usaha

koperasi.Usaha-usaha

yang

diselenggarakan koperasi syariah harus dinyatakan sah berdasarkan fatwa dan ketentuan
dewan syariah nasional majelis ulama Indonesia.Usaha-usaha yang diselenggarakan
koperasi syariah harus dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.5.2

Tujuan dan Peran Koperasi Syariah


Koperasi syariah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan perekonomian
yang berkeadilan sesuai prinsip islam.
Koperasi syariah mempunyai fungsi dan peran, diantaranya :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya
dan

masyarakat

ekonominya.

pada

umumnya,

guna

meningkatkan,

kesejahteraan

sosial

2. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah,
professional (fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi islam.
3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
4. Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana, sehingga tercapai
optimalisasi pemanfaatan harta.
5. Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama melakukan
kontrol terhadap koperasi secara efektif.
6. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.
7. Menumbuhkan kembangkan usaha-usaha produktif anggota.
2.5

Sejarah standar Akuntansi Syariah dan yang berlaku di Indonesia


Terhitung Sejak 1992-2002 atau 10 tahun lembaga keuangan baik bank syariah
maupun entitas syariah yang lain tidak memiliki PSAK khusus yang mengatur transaksi dan
kegiatan berbasis syariah. PSAK 59 sebagai produk pertama DSAK IAI untuk entitas
syariah perlu diajungkan jempol dan merupakan awal dari pengakuan dan eksistensi
keberadaan akuntansi syariah di Indonesia. PSAK ini disahkan tanggal 1 Mei 2002, berlaku
mulai 1 Januari 2003 atau pembukuan yang berakhir tahun 2003 . hanya berlaku hanya
dalam tempo 5 tahun.
PSAK 59 dikhususkan untuk kegiatan transaksi syariah hanya di sektor perbankan
syariah, ini sangat ironis karena ketika itu sudah mulai menjamur entitas syariah selain dari
perbankan syariah, seperti asuransi syariah, pegadaian syariah, koperasi syariah. Maka
seiring tuntutan akan kebutuhan akuntansi untuk entitas syariah yang lain maka komite
akuntansi syariah dewan standar akuntasi keuangan (KAS DSAK) menerbitkan enam
pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) bagi seluruh lembaga keuangan syariah
(LKS) yang disahkan tanggal 27 Juni 2007 dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2008 atau
pembukuan tahun yang berakhir tahun 2008.
Keenam PSAK itu adalah PSAK No 101 tentang penyajian laporan keuangan
syariah, PSAK No 102 tentang akuntansi Murabahah (Jual beli), PSAK No 103 tentang
Akuntansi Salam, PSAK No 104 tentang Akuntansi Isthisna, PSAK No 105 tentang
Akuntansi Mudarabah (Bagi hasil), dan PSAK No 106 tentang Akuntansi Musyarakah
(Kemitraan).
Keenam PSAK merupakan standar akuntansi yang mengatur seluruh transaksi
keuangan syariah dari berbagai LKS. Dalam penyusunaan keenam PSAK, KAS DSAK

mendasarkan pada pernyataan akuntansi perbankan syariah indonesia (PAPSI) Bank


Indonesia. Selain itu, penyusunan keenam PSAK juga mendasarkan pada sejumlah fatwa
akad keuangan syariah yang diterbitkan oleh dewan syariah nasional majelis ulama
indonesia (DSN MUI).
Berikut ini perbedaan utama antara PSAK 59 dengan PSAK 106.
Perbedaan Utama PSAK 59 vs PSAK 101-106
No
1
2
3
4
5

PSAK 59
Hanya 1 Standar.
Hanya untuk entitas

bank

PSAK 101-106
Ada 7 Standar.
syariah Berlaku untuk

entitas

syariah

&

(Umum, BPRS).
Tujuan LK tidak ada dalam PSAK 59.

konvensional.
Ada 4 Tujuan LK (shariah compliance,

Tidak ada metode Pengukuran di atur.

accountability on fund, profitability).


Dikenal 3 metode pengukuran (historis,

current value, Ne realizable value).


Tidak mengatur pihak terkait dengan Mengatur pihak terkait dengan entitas
entitas syariah.

syariah

Seiring berkembangnya kebutuhan akan PSAK syariah, KAS DSAK kembali


mengeluarkan 2 PSAK di tahun 2009 yaitu PSAK No 107 mengenai Ijarah, dan PSAK No
108 mengenai akuntansi transaksi syariah. Sampai saat ini DSAK telah mengeluarkan
Kerangka dasar Penyajian dan Penyusunan Laporan Keuangan Syariah (KDPPLK Syariah),
8 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah (6 standar diterbitkan dalam bahasa
Indonesia, Inggris dan Arab) dan 3 Eksposure Draft PSAK Syariah yaitu ED PSAK Syariah
109 Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah, ED PSAK Syariah 110 Akuntansi Hawalah, dan
ED PSAK Syariah 111 Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah.
Berikut ini penjelasan singkat tentang PSAK syariah yang telah terbit (PSAK 101-108) dan
3 Eksposure Draft nya.
1. PSAK 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur penyajian dan pengungkapan
laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) untuk
entitas syariah, yang selanjutnya disebut laporan keuangan, agar dapat dibandingkan
baik dengan laporan keuangan entitas syariah periode sebelumnya maupun dengan
laporan keuangan entitas syariah lain. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diatur dalam PSAK terkait.
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan dalam penyajian laporan keuangan
entitas syariah untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan sesuai dengan PSAK.

Entitas syariah yang dimaksud di PSAK ini adalah entitas yang melaksanakan
transaksi syariah sebagai kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang
dinyatakan dalam anggaran dasarnya.
Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan penyajian laporan keuangan
sesuai permintaan khusus (statutory) seperti pemerintah, lembaga pengawas
independen, bank sentral, dan sebagainya.
komponen laporan keuangan entitas syariah yang lengkap :
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan
sumber dana penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan,
dan catatan atas laporan keuangan.
Lembaga keuanagan harus menyajikan komponen laporan keuangan
tambahan yang menjelaskan karakteristik utama entitas tersebut jika substansi
informasinya belum tercakup dalam komponen laporan keuangan diatas.
2. PSAK 102 Akuntansi Murabahah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian,
dan pengungkapan Transaksi murabahah :
Ruang lingkup pernyataan ini diterapkan untuk lembaga keuangan syariah dan
koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik sebagai penjual maupun
pembeli; dan pihak-pihak yang melakukan transaksi murabahah dengan lembaga
keuangan syariah atau koperasi syariah.
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya
perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan
biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.
Lembaga keuangan syariah yang dimaksud, antara lain, adalah:
perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku seperti lembaga keuangan syariah nonbank seperti asuransi, lembaga
pembiayaan, dan dana pensiun; dan lembaga keuangan lain yang diizinkan oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjalankan transaksi murabahah.
Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi
syariah (sukuk) yang menggunakan akad murabahah.

3. PSAK 103 Akuntansi Salam

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan


pengungkapan transaksi salam.
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi
salam, baik sebagai penjual atau pembeli. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan
perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad salam.
Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di
kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli
pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
a. Akuntansi pembeli
Modal usaha salam asset non kas dinilai sebesar nilai wajar (selisih nilai wajar dan
nilai tercatat diakui sebagai keuntungan atau kerugian).

Penerima barang
a. Sesuai dengan akad
b. Berbeda dengan akad
c. Tidak menerima sebagian atau seluruh, maka pengiriman dapat
diperpanjang, dibatalkan sebagian atau seluruh, atau dibatalkan sebagian
atau seluruh (ada jaminan)

b. Akuntansi penjual

Asset non kas yang diterima dicatat sebesar nilai wajar.

Salam pararel : pembayaran pembeli akhir biaya perolehan keuntungan


atau kerugian.
4. PSAK 104 Akuntansi Istishna'
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi istishna.
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk lembaga keuangan syariah dan
koperasi syariah yang melakukan transaksi istishna, baik sebagai penjual maupun
pembeli.
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli, mustashni) dan penjual (pembuat, shani).
Berdasarkan akad istishna, pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan
barang pesanan (mashnu) sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan
kepada pembeli, dengan cara pembayaran di muka atau tangguh.

Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal
akad. Ketentuan harga barang pesanan tiak dapat berubah selama jangka waktu akad.
a. Akuntansi penjual
Segmentasi akad jika proposal terpisah untuk setiap asset, dinegosiasikan
terpisah untuk setiap aset, dan biaya serta pendapatan tiap asset bisa di identifikasi.
Penyatuan akad jika dinegosiasika sebagai satu paket, asset berhubungan erat
sekali, dan dilakukan serentak (berkesinambungan).
Pendapatan : metode persentase penyelesaian dan metode akad selesai.
Pendapatan istishna pembayara tangguh (lebih dari satu tahun) terdiri dari margin
keuntungan (jika dihitung secara tunai) dan selisih nilai akad dengan nilai tunai.
Pengakuan taksiran rugi jika total biaya perolehan meebihi pendapatan.
b. Akuntansi pembeli
Beban istishna tangguhan : selisih antara harga beli dan biaya perolehan tunai.
Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan hutang istishna
Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan entitas yang mencakup
periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008.
Pernyataan ini menggantikan PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah,
yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi istishna.
5. PSAK 105 Akuntansi Mudharabah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi mudharabah.
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan
transaksi mudharabah baik sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola
dana (mudharib). Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas
obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad mudharabah.
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak
pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola
dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai
kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
6.

PSAK 106 Akuntansi Musyarakah

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan


pengungkapan transaksi musyarakah. Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk
entitas yang melakukan transaksi musyarakah
Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi
syariah (sukuk) yang menggunakan akad musyarakah.
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset nonkas yang
diperkenankan oleh syariah.

7. PSAK Syariah 107 Akuntansi Ijarah


Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan aset itu sendiri. PSAK ini mengatur untuk obligasi syariah (sukuk) yang
menggunakan akad ijarah.
Karakteristik Ijarah merupakan sewa-menyewa obyek ijarah tanpa perpindahan
risiko dan manfaat yang terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa waad
untuk memindahkan kepemilikan dari pemilik (mujir) kepada penyewa (mustajir)
pada saat tertentu.
Pemilik dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah untuk
menghindari risiko kerugian. Jumlah, ukuran, dan jenis obyek ijarah harus jelas
diketahui dan tercantum dalam akad.
8. PSAK Syariah 108 Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi asuransi syariah.
Ruang Lingkup dalam ED PSAK Syariah 111, pernyataan ini diterapkan untuk
transaksi asuransi syariah yang dilakukan oleh entitas asuransi syariah. Transaksi
asuransi syariah yang dimaksud dalam PSAK ini adalah transaksi yang terkait dengan
kontribusi peserta, alokasi surplus atau defisit underwriting, penyisihan teknis, dan
cadangan dana tabarru.

Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan penyajian laporan keuangan untuk


tujuan khusus (statutory) misalnya untuk regulator asuransi syariah atau lembaga
pengawas asuransi syariah.
Karakteristik asuransi syariah adalah sistem menyeluruh yang pesertanya
mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusinya yang digunakan untuk membayar
klaim atas kerugian akibat musibah pada jiwa, badan, atau benda yang dialami oleh
sebagian peserta yang lain. Donasi tersebut merupakan donasi bersyarat yang harus
dipertanggungjawabkan oleh entitas asuransi syariah. Peranan entitas asuransi
syariah dibatasi hanya mengelola operasi asuransi dan menginvestasikan dana
peserta.
Prinsip dasar dalam asuransi syariah adalah saling tolong menolong
(taawuni) dan saling menanggung (takafuli) antara sesama peserta asuransi. Akad
yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad tabarru dan akad tijari. Akad
tabarru digunakan di antara para peserta, sedangkan akad tijari digunakan antara
peserta dengan entitas asuransi syariah.
a. ED PSAK Syariah 109 Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian
dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah.
Ruang Lingkup dalam ED PSAK Syariah 109, pernyataan ini berlaku untuk
amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah. Amil yang
menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah, yang selanjutnya disebut
amil, merupakan organisasi pengelola zakat yang pembentukannya dimaksudkan
untuk

mengumpulkan

dan

menyalurkan

zakat

dan

infak/sedekah.

Pernyataan ini tidak berlaku untuk entitas syariah yang menerima dan menyalurkan
zakat dan infak/sedekah, tetapi bukan kegiatan utamanya. Entitas tersebut mengacu
ke PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan
ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq).
Infak/sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya, baik
peruntukannya dibatasi (ditentukan) maupun yang tidak dibatasi. Karakteristik zakat
merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh muzakki kepada mustahiq
baik melalui amil maupun secara langsung. Ketentuan zakat mengatur mengenai
persyaratan nisab, haul (baik yang periodik maupun yang tidak periodik), tarif zakat
(qadar), dan peruntukkannya.

Infak/sedekah merupakan donasi sukarela, baik tertentu maupun tidak tertentu


peruntukannya. Zakat dan infak/sedekah yang diterima oleh amil harus dikelola
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang baik.
b. ED PSAK Syariah 110 Akuntansi Hawalah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian,
dan pengakuan transaksi hawalah. Pernyataan ini diterapkan untuk entitas keuangan
syariah yang melakukan transaksi hawalah.
Entitas keuangan syariah yang dimaksud, antara lain, adalah:
perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundangundangan yang berlaku;
entitas keuangan syariah nonbank, seperti lembaga pembiayaan; dan entitas
keuangan lain yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk melakukan transaksi hawalah
Hawalah adalah pengalihan utang dari satu pihak kepada pihak lain, terdiri atas
hawalah muqayyadah dan hawalah muthlaqah.
c. ED PSAK Syariah 111 Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabahah
Bermasalah
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian,
dan pengungkapan transaksi penyelesaian utang piutang murabahah bermasalah.
Ruang Lingkup dalam ED PSAK Syariah 108, pernyataan ini diterapkan untuk entitas
yang melakukan penyelesaian atas utang piutang murabahah bermasalah. Pernyataan
ini mengatur perlakuan akuntansi keuangan dan pelaporan penyelesaian utang piutang
murabahah bermasalah, baik bagi kreditur (penjual) maupun debitur (pembeli).
Pernyataan ini tidak mencakup akuntansi untuk penyisihan piutang tidak tertagih dan
tidak mengatur metode estimasi piutang tidak tertagih.
Penyelesaian piutang murabahah melalui restrukturisasi piutang murabahah
dapat dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan kemampuan dalam
membayar angsuran atau tagihan murabahah.
Kreditur yang melakukan restrukturisasi atas piutang murabahah-nya yang
bermasalah akibat penurunan kemampuan pembayaran dari debitur dapat dilakukan
dengan cara, satu atau lebih kombinasi berikut:
1. Memberi potongan tagihan murabahah;
2. Melakukan penjadualan kembali tagihan murabahah;
3. Melakukan konversi akad murabahah.

2.6

Organisasi Penyusun Standar Akuntansi Syariah di Indonesia


Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan.
Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan
Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada
tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun
dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama
empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel
yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998
nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta,
Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain
itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar
Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18
Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait
dengan perlakuan akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan
DKSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang
mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan
pengembangan SAK di Indonesia.

2.7

Organisasi

Penyusun

Standar Akuntansi

Internasional

dan

Standar

yang

dikembangkannya
2.8.1

Pengenalan AAOIFI
Akuntansi dan Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI)
adalah organisai internasional Islam non-badan hukum nirlaba yang menyiapkan standar
akuntansi, audit, pemerintahan, etika dan standar Syariat Islam lembaga keuangan dan
industri. Program kualifikasi profesional (terutama CIPA, Penasihat syariat dan Auditor
"CSAA", dan program kepatuhan perusahaan) yang disajika oleh AAOIFI dalam upaya
untuk meningkatkan sumber daya manusia industri dasar dan struktur pemerintahan.
AAOIFI didirikan sesuai dengan Perjanjian Asosiasi yang ditandatangani oleh
lembaga-lembaga keuangan Islam pada 1 Safar, 1410H berkorespondensi dengan 26
Februari 1990 di Aljazair. Kemudian terdaftar pada tanggal 27 Maret 1991 di Negara
Bagian Bahrain.

Sebagai organisasi internasional yang independen, AAOIFI didukung oleh


kelembagaan anggota (200 anggota dari 45 negara, sejauh ini) termasuk bank sentral,
lembaga keuangan Islam, dan peserta lain dari industri perbankan islam internasional dan
keuangan, di seluruh dunia.
AAOIFI telah memperoleh dukungan untuk memastikan pelaksanaan standar,
yang sekarang diadopsi di Kerajaan Bahrain, Dubai International Financial Centre,
Yordania, Lebanon, Qatar, Sudan dan Suriah., yang relevan di Australia, Indonesia,
Malaysia, Pakistan, Kerajaan Arab Saudi, dan Afrika Selatan telah mengeluarkan panduan
yang didasarkan pada standar AAOIFI dan pernyataan-pernyataan.
2.8.2

Tujuan dari AAOIFI adalah:


1. Untuk mengembangkan pemikiran akuntansi dan audit yang relevan dengan lembagalembaga keuangan Islam;
2. Untuk menyebarluaskan pikiran akuntansi dan audit yang relevan dengan lembagalembaga keuangan Islam dan penerapannya melalui pelatihan, seminar, penerbitan surat
kabar berkala, melaksanakan penelitian dan sarana lainnya;
3. Untuk menyiapkan, menyebarkan dan menafsirkan standar akuntansi dan audit untuk
lembaga keuangan Islam.
4. Untuk meninjau dan mengubah standar akuntansi dan audit untuk lembaga keuangan
Islam.
AAOIFI melaksanakan tujuan tersebut sesuai dengan ajaran syariat Islam yang
merupakan sistem yang komprehensif untuk semua aspek kehidupan, sesuai dengan
lingkungan di mana institusi keuangan Islam telah berkembang. Kegiatan ini
dimaksudkan baik untuk meningkatkan kepercayaan pengguna dari laporan keuangan
lembaga keuangan Islam dalam informasi yang dihasilkan tentang lembaga-lembaga ini,
dan untuk mendorong para pengguna untuk melakukan investasi atau deposito dana
mereka di lembaga keuangan Islam dan untuk menggunakan layanan mereka.
AAOIFI telah berhasil menyusun beberapa hal, yakni:
1. Tujuan dan konsep akuntansi keuangan untuk lembaga keuangan
2. Standar akuntansi untuk lembaga keuangan khususnya bank
3. Tujuan dan standar auditing untuk lembaga keuangan
4. Kode etik untuk akuntan dan auditor lembaga keuangan

2.8.3

Standar syariah yang diterbitkan oleh AAOIFI


1. Perdagangan dalam mata uang.
2. Debit Card, Charge Card dan Kartu Kredit.

3.

Default di Pembayaran oleh Debitur.

4.

Penyelesaian Utang oleh Set-Off.

5. Jaminan.
6. Konversi dari Bank Konvensional Bank Islam.
7. Hawala.
8.

Murabahah untuk Orderer Pembelian.

9. Ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamleek.


10. Salam dan Paralel Salam.
11. Paralel Istisna'a dan Istisna'a.
12. Sharika (Musyarakah) dan Modern Korporasi.
13. Mudharabah.
14. Documentary Credit.
15. Jua'la.
16. Commercial Papers.
17. Investasi Sukuk.
18. Kepemilikan (Qabd).
19. Pinjaman (Qardh).
20. Komoditas di Pasar terorganisir.
21. Keuangan Papers (Saham dan Obligasi).
22. Concession Contracts.
23. Agency.
24. Pembiayaan sindikasi.
25. Kombinasi Kontrak.
26. Islamic Insurance.
27. Indeks.
28. Layanan Perbankan.
29. Etika dan ketentuan untuk fatwa.
30. Monetisasi (Tawarruq)
31. Gharar Ketentuan dalam Transaksi Keuangan
32. Arbitrase
33. Waqf
34. Ijarah pada Buruh (Individu)
35. Zakat

PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Akuntansi Syariah yaitu akuntansi yang berbasis syariah islam sehingga dalam
penerapan di perlukan pemahaman mengenai syariah islam, Sedangkan cara dan metode
pecatataan dalam pembukuan sama halnya dengan akuntansi Konensional,
Pada saat sekarang ini Transaksi akuntansi syaiah sedang mengalami
peningkatan baik di Indonesia sendiri maupun di tingkat internasional,hal ini di
karenakan penerapan sistem akuntansi syariah yang menggunakan system bagi hasil
pada setiap asset dan memberikan tanggung jawab baik secara horizontal maupun
vertikal.

4.2. Saran
Dilihat dari keuntungan-keuntungan dan manfaat penggunaan metode akuntansi
syariah seharusnya baik Lembaga, perusahaan dan masyarakat menggunakannya.
Namun faktanya pada zaman ini masih banyak yang menggunakan metode akuntansi
konvensional karena tergiur oleh bunga yang dijanjikan. Padahal bunga adalah riba
dalam hukum Islam.

Você também pode gostar

  • CSR Manajemen Stratejik
    CSR Manajemen Stratejik
    Documento18 páginas
    CSR Manajemen Stratejik
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Bab 15 Ekuitas
    Bab 15 Ekuitas
    Documento2 páginas
    Bab 15 Ekuitas
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Etika Profesi
    Etika Profesi
    Documento20 páginas
    Etika Profesi
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Chapter 17
    Chapter 17
    Documento2 páginas
    Chapter 17
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Bab 8 Manajemen
    Bab 8 Manajemen
    Documento14 páginas
    Bab 8 Manajemen
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Bab Tiga
    Bab Tiga
    Documento10 páginas
    Bab Tiga
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Isi Akmen Bab 13+pendahuluan
    Isi Akmen Bab 13+pendahuluan
    Documento8 páginas
    Isi Akmen Bab 13+pendahuluan
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Akmen Lanjutan Bab 13
    Akmen Lanjutan Bab 13
    Documento1 página
    Akmen Lanjutan Bab 13
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Kasus Walker and Company
    Kasus Walker and Company
    Documento6 páginas
    Kasus Walker and Company
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Ipi 15603
    Ipi 15603
    Documento8 páginas
    Ipi 15603
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Etika Keseteraan Pemegang Saham
    Makalah Etika Keseteraan Pemegang Saham
    Documento20 páginas
    Makalah Etika Keseteraan Pemegang Saham
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Aliran Eksistensialisme
    Aliran Eksistensialisme
    Documento1 página
    Aliran Eksistensialisme
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Bab 9 & 11 Akmen Lanjutan Kelompok 2
    Makalah Bab 9 & 11 Akmen Lanjutan Kelompok 2
    Documento18 páginas
    Makalah Bab 9 & 11 Akmen Lanjutan Kelompok 2
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Etika Profesi GCG
    Etika Profesi GCG
    Documento22 páginas
    Etika Profesi GCG
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • KEWIRAUSAHAAN
    KEWIRAUSAHAAN
    Documento2 páginas
    KEWIRAUSAHAAN
    Marcello Hernandez
    100% (1)
  • Makalah Etika Keseteraan Pemegang Saham
    Makalah Etika Keseteraan Pemegang Saham
    Documento20 páginas
    Makalah Etika Keseteraan Pemegang Saham
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Dewan PersDate
    Dewan PersDate
    Documento12 páginas
    Dewan PersDate
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Media Islam
    Media Islam
    Documento5 páginas
    Media Islam
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Tajuk Rencana
    Tugas Tajuk Rencana
    Documento3 páginas
    Tugas Tajuk Rencana
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Pert 6 Makalah
    Pert 6 Makalah
    Documento17 páginas
    Pert 6 Makalah
    Andre Kurniawan
    Ainda não há avaliações
  • UU Perlindungan Saksi
    UU Perlindungan Saksi
    Documento14 páginas
    UU Perlindungan Saksi
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Jurtem Tabloid Bandung
    Jurtem Tabloid Bandung
    Documento6 páginas
    Jurtem Tabloid Bandung
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Audit
     Audit
    Documento14 páginas
    Audit
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Kerangka Konseptual Akunt
    Makalah Kerangka Konseptual Akunt
    Documento20 páginas
    Makalah Kerangka Konseptual Akunt
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Audit
     Audit
    Documento14 páginas
    Audit
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Antropologi
    Antropologi
    Documento2 páginas
    Antropologi
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Lembaga Politik Di Indonesia
    Lembaga Politik Di Indonesia
    Documento3 páginas
    Lembaga Politik Di Indonesia
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • Merger Dan Akuisisi
    Merger Dan Akuisisi
    Documento11 páginas
    Merger Dan Akuisisi
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações
  • UU Perlindungan Saksi
    UU Perlindungan Saksi
    Documento14 páginas
    UU Perlindungan Saksi
    Marcello Hernandez
    Ainda não há avaliações