Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Masailul Fiqhiyah
UNSURI
Dosen Pengampu
Drs. H M. Bisri M.Ag
Disusun oleh
Sriatun
Sri Muryani
Sholawat
serta
salam
semoga
tetap
terlimpah
pada
Pada kesempatan ini kami telah menyelesaikan makalah pada mata kuliah
Masailul Fiqhiyah dengan judul Arisan Haji. Dalam makalah ini akan di
jelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan arisan haji.
Kritik
dan
saran
kami
harapkan
untuk
perbaikan
makalah
kami
Ponorogo,
Maret 2011
Penyu
sun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I: PENDAHULUAN
A.
B.
Latar Belakang
Rumusan Masalah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ibadah haji merupakan rukun islam ke lima yang wajib di
laksanakan oleh umat islam yang mampu sekali seumur hidup. oleh
karena itu umat islam yang belum mampu secara finansial baik
pembiayaan,kesehatan,keamanan maupun yang lain belum berkewajiban
melaksanakan
ibadah
haji.
Semangat
yang
menggebu-gebu
telah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Arisan haji yaitu suatu akad yang di lakukanoleh beberapa umat islam
secara suka rela untuk bersama-sama menabung uang dalam jumlah
yang telah disepakati guna membayar Ongkos Naik Haji (ONH) atau Biaya
Perjalanan Naik Haji (BPIH) dengan perjanjian kurang lebih sebagai
berikut:
a.
Setiap tahun pada saat pendaftaran calon jamaah haji mulai dibuka,
para anggota arisan berkumpul guna menghitung jumlah uang yang telah
berhasil dikumpulkan.. Setelah diketahui bahwa uang yang berhasil
dikumpulkan
oleh
anggota
arisan
cukup
untuk
membayar
Biaya
dilakukan secara terbuka sesuai dengan cara yang lazim dilakukan dalam
undian arisan yang telah disepakati bersama, berhak menunaikan ibadah
haji pada tahun itu dari biaya yang telah dikumpulkan tersebut, sekalipun
pada hakikatnya uang simpanan si pemenang undian tersebut belum
mencapai BPIH yang di tetapkan pemerintah.
d.
kemampuan
tidak
boleh
memaksakan
diri
sebagaimana
jika
belum
mempunyai
kemampuan
(istathoah)
untuk
a.
Kemampuan fisik
Dilihat dari kondisi dan perilaku ibadah sendiri dalam optimalisasi fisik
dalam melaksanakan ibadah haji. Perbedaan iklim dan jauhnya perjalanan
serta tenaga yang ekstra dalam melaksanakan ibadah haji.
b.
Kemampuan finansial
Dimaksudkan
adalah
dari
segi
kebutuhan
biaya
primer
sebelum
undian arisan haji adalah berhutang uang pada anggota yang lainnya.
Pinjaman tersebut harus di bayar lunas meskipun secara berangsur
angsur sesuai dengan aturan aturan dalam arisan. Jika ia meninggal
dunia, maka ia memikul beban yang sangat berat.
3.
memiliki biaya yang cukup selama berada di tanah suci, serta biaya bagi
keluarga yang ditinggalkan. Sehingga biaya juga perlu diprioritaskan
dalam anggaran haji.
Salah satu falsafah yang dapat diambil dari ibadah haji adalah
adanya keharusan untuk menjadikan ibadah haji sebagai manifestasi
loyalitas manusia kepada Allah sebelum ia berangkat ke tanah suci
Makkah, ketika ia menjalankan ibadah haji dan ketika ia sudah kembali
dari tanah Makkah. Di samping itu, di ulang ulangnya kata lillah seperti
dalam surat Al Imron ayat 97 dan surat Al Baqoroh ayat 197 juga
memberikan isyarat bahwa ibadah haji akan di dominasi oleh motivasi
motivasi lain selain lillah, oleh karena itu, Allah sejak dini mungkin
memperingatkan pada manusia agar menjalankan haji karena lillah[4].
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa melaksanakan
ibadah haji dengan BPIH/ONH yang dihasilkan dari arisan haji sebaiknya
tidak dilaksanakan karena konsep istathoah yang termaktub dalam Al
Quran meliputi mampu dalam hal fisik dan mampu dalam hal finansial/
materiil.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa melaksanakan ibadah kaji dengan BPIH/ONH yang dihasilkan dari
arisan haji sebaiknya tidak dilaksanakan karena konsep istathoah yang
termaktub dalam Al Quran meliputi mampu dalam hal fisik dan mampu
dalam hal finansial/ materiil.
DAFTAR PUSTAKA
Rasyid, Hamdan. 2003. Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-fatwa Aktual.
Jakarta: PT. Al mawardi prima
Yaqub, Mustofa, Ali. 2001. Islam Masa Kini. Jakarta: pustaka firdausi
Asyari, Imam. 2003. Paradigma Fiqh Masail. Kediri: MHM lirboyo kediri
Departemen Agama RI. 2007. Al Quran dan Terjemahnya. Bandung: CV
penerbit diponegoro
Bagi banyak orang, ibadah haji bukan sekedar masalah kewajiban. Haji
sudah menjadi cita-cita umat Islam pada umumnya. Maka, akhirnya
banyak yang ingin menjalankan ibadah haji meski dengan segala risiko
dan dengan menempuh cara apapun. Soalnya ibadah yang dilakukan di
tanah suci sangat utama dibanding di tempat-tempat lainnya. Kerinduann
untuk datang ke sana tidak tergantikan oleh apapun. Ya, karena ibadah
haji mempunyai nilai spiritual dan kemanusiaan yang luar biasa.
Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan sistem arisan. Sekelompok
orang, misalnya, mengumpulkan sejumlah uang tertentu secara rutin
setiap
bulannya.
Lalu,
pada
setiap
tanhunnya,
uang
yang
telah
dengan
haji
yang
dilakukan
oleh
mereka
yang
tidak
berkemampuan?
Bahtsul masail diniyah waqiiyyah pada Muktamarke-28 Nahdlatul Ulama di
Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta pada 26-29 Rabiul
berhaji,
namun
jika
dia
melakukannya
maka
itu
tetap
Sah haji orang fakir dan semua orang yang tidak mampu selama ia
termasuk orang merdeka dan mukallaf (muslim, berakal dan baligh)
sebagaimana sah orang yang sakit memaksakan diri untuk melakukan
shalat Jumat. Demikian seperti dikutip dari kitab Nihayatul Muhtaj III, hal.
233.
Soal haji arisan, musyawirin dalam muktamar itu sempat menyorot praktik
yang sama seperti digambarkan dalam kitab Al Quyubi II hal. 208. Ada
kelompok wanita di Irak yang masing-masing mengeluarkan sejumlah
uang tertentu dan memberikannya kepada salah seorang dari mereka
secara bergantian sampai giliran yang terakhir. Maka, maka yang
demikian itu diperbolehkan oleh penguasa Irak waktu itu.
Lalu, bagaimana dengan persoalan ongkos haji yang selalu berubah-ubah
dan cenderung naik, bagaimana setorannya?
Musyawirin memperhitungkan ongkos naik haji (ONH) yang dipergunakan
oleh anggota arisan sebagai pinjaman barang (al-iqradl). Akda pinjammeminjam secara syari adalah memberikan hak milik sesuatu dengan
menggembalikan
dipinjamnya.
penggantinya
yang
persis
sama
dengan
yang
Maka jika suatu saat ONH mengalami kenaikan, bisa jadi setoran arisan
dinaikkan sesuai kesepakatan anggota. Atau bisa jadi setoran haji tetap
seperti
semula
namun
pemberangkatan
salah
seorang
anggota
Dasar pengambilan :
1. Kitab Qolyubi juz 2 halaman 258:
(
)
.
Kerukunan yang sudah terkenal di antara para wanita, dengan jalan salah
seorang wanita mengambil dari para jamaah mereka sejumlah uang
tertentu pada setiap hari Jumat atau setiap bulan, kemudian wanita
tersebut memberikan jumlah yang terkumpul kepada seseorang sesudah
wanita yang lain sampai yang terakhir dari mereka, adalah boleh,
sebagaimana pendapat al Wali al Iraqi.
2. Al Mahali juz 2 halaman 287:
.
Akad hutang piutang itu adalah pemberian milik terhadap sesuatu dengan
dasar akan dikembalikan penggantinya.
3. Kitab Nihayatul Muhtaj juz 3 halaman 233:
.
Mencukupi haji dari orang fakir dan setiap orang yang tidak mampu ketika
berkumpul padanya kemerdekaan dan sifat mukallaf, sebagaimana
andaikata orang yang sakit memaksakan diri menghadiri Jumat.
1.1 Hukum Haji dalam Islam
Ibadah Haji merupakan ibadah yang ingin dilakukan oleh semua umat
Islam yang bertakwa kepada Allah. Meskipun umat mempunyai biaya
untuk pergi haji, belum tentu mereka ingin melakukan ibadah haji. Bahkan
sebaliknya ada umat yang secara keuangan biasa saja bahkan kurang
namun ingin sekali pergi ke Baitullah.Biasanya mereka yang sudah
mampu secara keuangan untuk pergi haji tapi tidak mau pergi haji, ada
1001 alasan bagi mereka-mereka yang tidak mau memenuhi panggilan
Allah. Salah satunya belum ada panggilan, mereka tidak pernah sadar
(atau
tidak
mau
sadar)
bahwa
dengan
dicukupkan
rezekinya
itu
Islam
Baligh
Berakal
Merdeka
Kuasa (mampu)
Rukun Haji.
bulannya.
Lalu,
pada
setiap
tahunnya,
uang
yang
telah
Syarat
Wajib
Haji
adalah
hanya
ketika
seseorang
telah
Sah haji orang fakir dan semua orang yang tidak mampu selama ia
termasuk orang merdeka dan mukallaf (muslim, baligh, dan berakal )
sebagaimana sah orang yang sakit memaksakan diri untuk melakukan
shalat jumat. Demikian seperti diikutu dari kitab Nihyatul Muhtaj III, hal
233.
Soal arisan, musyawirin dalam muktamar itu sempat menyorot praktik
yang sama seperti digambarkan dalam kitab Al Quyubi II hal.208.
Ada
memperhitungkan
bisa
jadi
setoran
ongkos
haji
naik
tetap
haji
seperti
(ONH)
mengalami
semula
namun
orang,
lalu
diundi
diantara
mereka.
Undian
oleh
tersebut
kalau ada dalil dari al Quran dan Sunnah tentang pengharamannya Para
ulama tersebut berdalil dengan al Quran dan Sunnah sebagai berikut :
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya
Allah
telah
memudahkan untuk kamu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang
ada di bumi; dan Ia telah sempurnakan buat kamu nikmat-nikmatNya
yang nampak maupun yang tidak nampak. ( Qs Luqman : 20)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah swt memberikan semua yang ada
di muka bumi ini untuk kepentingan manusia, para ulama menyebutnya
dengan istilah ( pemberian ). Oleh karenanya, segala sesuatu yang
berhubungan dengan muamalat pada asalnya hukumnya adalah mubah
kecuali ada dalil yang menyebutkan tentang keharamannya. Dalam
masalah arisan tidak kita dapatkan dalil baik dari al Quran maupun
dari as Sunnah yang melarangnya, berarti hukumnya mubah atau boleh.
Hadist di atas secara jelas menyebutkan bahwa sesuatu ( dalam
muamalah ) yang belum pernah disinggung oleh Al Quran dan Sunnah
hukumnya adalah ( pemberian ) dari Allah atau sesuatu yang boleh.
Firman Allah swt :
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa,
dan
jangan
tolong-menolong
dalam
berbuat
dosa
dan
"Rasullulah SAW apabila pergi, beliau mengadakan undian di antara istriistrinya, lalu jatuhlah undian itu pada Aisyah dan Hafsah, maka kami pun
bersama beliau." ( HR Muslim)
memberikan
pinjaman
dengan
mengambil
manfaat
maka
siapa saja anggota Arisan yang berhak menunaikan ibadah haji pada
tahun itu dengan biaya yang telah dikumpulkan dari Arisan tersebut.
Anggota Arisan yang berhasil memenangkan undian yang dilakukan
secara terbuka sesuai dengan cara-cara yang lazim dilakukan dalam
undian arisan yang telah disepakati bersama, berhak menunaikan ibadah
haji pada tahun itu dengan biaya yang telah dikumpulkan dari Arisan
tersebut, sekalipun pada hakikatnya uang simpanan si pemenang undian
tersebut belum mencapai BPIH yang ditetapkan pemerintah.
Selisih jumlah uang yang diterima oleh pemenang undian untuk
membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) dengan jumlah uang
tabungan yang disimpannya pada arisan, merupakan hutang (pinjaman)
kepada para anggota arisan yang harus dibayarnya secara berangsurangsur melalui tabungan tiap bulan sampai jumlah hutangnya terlunasi.
Selanjutnya pada tahun berikutnya atau pada waktu yang telah
disepakati bersama, dilakukan pula undian untuk memberangkatkan
anggota berikutnya, sampai secara berangsur-angsur seluruh anggota
Arisan diberangkatkan ke tanah suci guna melaksana-kan ibadah haji.
Hukum yang Tidak Memperbolehkan
Untuk mempertegas makna istitha'ah, para pakar hukum Islam (fuqaha')
telah menerangkan di dalam kitab-kitab fiqih, bahwa jika seseorang yang
belum memiliki kemampuan (istitha'ah) untuk melaksanakan ibadah haji
ditawari hadiah Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) oleh lain, maka dia
tidak wajib menerima hadiah tersebut.
Arisan Haji untuk membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) dengan
tata cara sebagaimana disebutkan di atas atau yang serupa adalah
dilarang oleh agama Islam, karena alasan-alasan sebagai berikut:
Arisan Haji dengan pola sebagaimana disebutkan di atas atau
sesamanya adalah sama dan tidak berbeda dengan berhutang kepada
orang lain. sehingga memberatkan diri sendiri atau keluarga yang
ditinggalkan jika ia wafat. Padahal Rasulullah SAW telah melarang
seseorang berhutang atau meminjam uang kepada orang lain untuk
membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). Sebagaimana disebutkan
dalam hadits yang diriwayatkan Imam Baihaqi:
,
( )
"Sahabat Thariq berkata: Saya telah mendengar sahabat yang bernama
Abdullah ibn Abi Aufa bertanya kepada Rasulullah SAW tentang seseorang
yang tidak sanggup naik haji apakah dia boleh meminjam uang untuk
menunaikan ibadah haji? Nabi menjawab:Tidak boleh. (HR Baihaqi)
Menurut Kitab Al-Muhadzdzab bahwa seseorang yang berharta lalu kuasa
berhaji maka ia harus berhaji. Tapi orang yang berharta tetapi mempunyai
hutang yang harus segera dibayar, maka baginya harus membayar
hutangnya, dan tidak wajib berhaji. Berhaji seharusnya dan wajib
dilaksanakan
dengan
perasaaan
senang,
dengan
ketentuan
anggota
lain
yang
belum
memperoleh
kesempatan
)
"Dari 'Amr bin Yahya al-Mazini dari ayahnya bahwa Rasulullah SAW
bersabda: (Seseorang) tidak boleh melakukan tindakan yang merugikan
diri sendiri atau merugikan orang lain",
Perjalanan Ibadah Haji (BPIH); mempunyai biaya hidup yang cukup selama
berada di tanah suci; serta biaya keluarga yang ditinggalkan di tanah air
dengan uang yang diperoleh secara halal, suci dan bersih dari segala
sesuatu yang mengotorinya. Sebab jika uang tersebut diperoleh dari
sumber yang tidak halal atau tidak suci dan tidak bersih, maka tidak akan
diterima oleh Allah swt sehingga tidak akan meraih haji mabrur.
Dari uraian diatas, jelas bahwa kewajiban haji itu, hanya berlaku bagi
orang yang sanggup membayar BPIH. Maka seorang muslim yang
memaksakan dirinya untuk menunaikan ibadah haji, padahal ia tidak
mampu, misalnya dengan cara mengikuti arisan haji dan ia mendapatkan
uang arisan pada putaranputaran awal, maka hukumnya minimal makruh
bahkan bisa juga haram, karena ongkos hajinya itu berasal dari uang yang
dipinjamkan oleh anggota arisan lainnya. Jadi ia berangkat haji dengan
berhutang. Sementara ia sendiri belum terkena khitab wajib haji.
Banyak orang berhaji dijadikan sebagai cita-cita dalam hidupnya karena
keadaannya yang sederhana sehingga seolah-olah berhaji adalah sebuah
mimpi. kenyataanya banyak orang yang hidupnya biasa-biasa saja,
nyatanya bisa ber haji. pedagang kaki lima, juga banyak yang sudah
berhaji.
Ini
karena
niat
yang
kuat
dan
usaha
keras
untuk
bisa