Você está na página 1de 2

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk memastikan penyebab terjadinya kegagalan tumbuh


kembang pada anak. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah ;

Pemeriksaan darah rutin : pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat bagaimana keadaan
eritrosit dan leukosit, dapat digunakan untuk memastikan akan adanya infeksi pada
pasien. Apabila ditemukan keadaan leukositosis dengan dominasi monosit atau neutrofil
akan menegaskan diagnosis infeksi bakteri, sementara apabila dominasi eosinofil akan
menegaskan diagnosis infeksi parasit. Pemeriksaan ini juga dapat untuk melihat keadaan
hematokrit untuk melihat keseimbangan plasma dan sel darah penderita.
Pemeriksaan tinja : pemeriksaan ini lebih bertujuan untuk melihat keadaan tinja penderita
seperti infeksi cacing. Apabila ditemukan telur cacing, maka akan menegaskan mengenai
infeksi cacing pada penderita.
Pemeriksaan rontgen thorax : pemeriksaan ini digunakan untuk memastikan bahwa
keadaan kegagalan tumbuh kembang anak diakibatkan oleh TBC, apabila terbukti positif
maka akan terlihat pembesaran kelenjar hilus, kalsifikasi dengan infiltrat, atelektasis atau
efusi pleura. Dan untuk memastikan lebih tepat, dapat diberikan uji tuberculin pada anak.
Pemeriksaan hormon : dapat dilakukan pemeriksaan hormone tiroid. Dilakukan
pemeriksaan kadar TSH serum, T4 dan FT4. Pada hipotiroidism ditemukan kadar TSH
serum meningkat, T4 dan FT4 menurun.

Terapi
Terapi pada kelainan tumbuh kembang anak, disesuaikan dengan penyebab yang mendasari.
Terapi non farmakologis :

Diet : Pada anak dapat diberikan diet yang cukup kalori dan protein, usahakan untuk
minum air yang cukup, dan usahakan kandungan mineral dan zat-zat gizi lain seperti
misalnya iodium, zat besi, kalsium dapat tercukupi
Lingkungan : membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum makan, dan memasak
makanan hingga matang dapat mengurangi resiko terkena infeksi. Serta membiasakan
diri untuk membersihkan lingkungan juga dapat mengurangi terjangkit penyakit infeksi.
Stimulasi : orang tua diharapkan mampu selalu memberikan stimulasi untuk merangsang
perkembangan anak, orang tua harus berperan secara aktif untuk perkembangan anak.

Terapi farmakologis :

Apabila anak mengalami infeksi TBC dapat diberikan terapi OAT yaitu Isoniazid dengan
dosis 5-15 mg/kgBB/ hari, Rifampisin dengan dosis 10-20 mg/kgBB/hari, Pirazinamid
dengan dosis 15-30 mg/kgBB/hari, dan Etambutol dengan dosis 15-20 mg/kgBB/hari,
keempat obat tersebut diberikan selama 2 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan Isoniazid
dengan dosis 5-15 mg/kgBB/hari dan Rifampisin dengan dosis 10-20 mg/kgBB/hari,
yang diberikan selama 4 bulan selanjutnya.
Apabila anak menderita infeksi parasit seperti cacing dapat diberikan Pirantel pamoat
dengan dosis 10 mg/kgBB dosis tunggal, atau dapat diberikan mebendazol dengan dosis
100 mg sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari.
Apabila anak mengalami hipotiroidism dapat diberikan levotiroksin dengan dosis 75-100
mcg/m/ hari kemudian dilakukan pemantauan kadar serum total T4 untuk melihat
apakah pengobatan adekuat atau tidak.

Você também pode gostar