Você está na página 1de 3

APATKAH INTERNAL AUDIT MENANGKAP FRAUD ?

APATKAH INTERNAL AUDIT MENANGKAP FRAUD ?


Mungkin pertanyaan ini akan menjadi sangat mustahil, bila fraud memang diciptakan oleh
manajemen perusahaan. Sementara, salah

satu tujuan internal audit adalah justru untuk

menemukan penyimpangan, baik akibat dari misstatement yang disengaja (fraud) maupun yang
tidak. Padahal menurut laporan 2002 Report to Nation on Occupatinal Fraud and Abuses
menyatakan bahwa aktivitas internal audit dapat menekan 35 % terjadinya fraud.
Jawaban pertanyaan diatas akan lebih sulit lagi ditemukan, bila pihak top manajemen justru
berperan aktif dengan cara mendesain tugas-tugas internal audit diperusahaannya menjadi tugas
yang sekedar untuk menilai performance suatu bagian, bukan bekerja untuk memenuhi fungsi
internal control. Dengan demikian, pihak manajemen berupaya membuat fraud menjadi tidak
tersentuh oleh internal audit, bahkan menjadi mustahil untuk ditemukan.
Biasanya, selain mendesain agar aktivitas internal audit menjadi lumpuh, fraud yang masif
dilakukan melalui trik pembuatan laporan keuangan ganda. Laporan keuangan yang telah
dimanipulasi, disiapkan secara khusus untuk dikonsumsi oleh auditor, sedangkan laporan yang
aktual laporan yang benar-benar menggambarkan kondisi aktual keuangan perusahaan
hanya

didistribusikan

untuk

kalangan

eksklusif

dilingkungan

top

manajemen.

Masif Fraud di Phar Mor Inc.


Sejarah mencatat kasus Phar Mor Inc. sebagai kasus fraud yang me-legenda dikalangan auditor
keuangan. Eksekutif di Phar Mor secara sengaja melakukan fraud untuk mendapatkan
keuntungan financialyang masuk ke saku pribadi individu di jajaran top manajemen perusahaan.
Phar Mor Inc, termasuk perusahaan retail terbesar di Amerika Serikat yang dinyatakan
bangkrupt pada bulan Agustus 1992 berdasarkan undang-undangan U.S. Bangkruptcy Code.
Pada masa puncak kejayaannya, Phar Mor mempunyai 300 outlet besar di hampir seluruh negara
bagian dan memperkerjakan 23,000 orang karyawan. Produk yang dijual sangat bervariasi, dari
obat-obatan, furniture, electronik, pakaian olah raga hingga videotape. Dalam melakukan fraud,
top manajemen Phar Mor membuat 2 laporan ganda. Satu laporan inventory, sedangkan laporan
lain adalah laporan bulanan keuangan (monthly financial report). Satu set laporan inventory

berisi laporan inventory yang benar (true report), sedangkan satu set laporan lainnya berisi
informasi tentang inventory yang di adjustment dan ditujukan untuk auditor use only.
Demikian juga dengan laporan bulanan keuangan, laporan keuangan yang benar berisi tentang
kerugian yang diderita oleh perusahaan, ditujukan hanya untuk jajaran eksekutif. Laporan
lainnya adalah laporan yang telah dimanipulasi sehingga seolah-olah perusahaan mendapat
keuntungan yang berlimpah.
Dalam mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor sengaja merekrut staf
dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Cooper & Lybrand. Staf-staf tersebut yang kemudian
dipromosikan

menjadi Vice

President bidang

financial

dan

kontroler,

yang

dikemudian

hari ternyata terbukti turut terlibat aktif dalam fraud tersebut.


Dalam kasus Phar Mor, salah satu syarat agar internal audit bisa berfungsi, yaitu fungsi control
environment telah

diberangus. Control

environment sangat

ditentukan

oleh

attituted

dari

manajemen. Idealnya, manajemen harus mendukung penuh aktivitas internal audit dan
mendeklarasikan dukungan itu kesemua jajaran operasional perusahaan. Top manajemen Phar
Mor, tidak menunjukkan attitudeyang baik. Manajemen kemudian malah merekrut staf auditor
dari KAP Cooper & Librand untuk turut dimainkan dalam fraud. Langkah ini bukan tanpa
perencanaan matang. Staf mantan auditor kemudian dipromosikan menduduki jabatan penting,
tetapi dengan imbalan harus membuat laporan-laporan keuangan ganda.
Sejauh ini manajemen Phar Mor telah membuktikan tentang teori :The Fraud Triangle. Yaitu teori
yang menerangkan tentang penyebab fraud terjadi. Menurut teori ini, penyebab fraud terjadi
akibat 3 hal :Insentive/Pressure, Opportunity dan Rationalization/Attitude.
Insentive/Pressure adalah ketika manajemen atau karyawan mendapat insentive atau justru
mendapat

tekanan

(presure)

sehingga

mereka

commited

untuk

melakukan

fraud. Opportunityadalah peluang terjadinya fraud akibat lemahnya atau tidak efektivenya
control

sehingga

membuka

peluang

terjadinya

fraud.

Sedangkan Rationalization/Attitude menjelaskan teori yang menyatakan bahwa fraud terjadi


karena kondisi nilai-nilai etika lokal yang membolehkan terjadinya fraud.
Dalam kasus Phar Mor, setidak-tidaknya top manajemen telah membuktikan satu dari tiga
penyusun triangle, yaitu : top manajemen telah melakukan Insentive/Pressure.
Kasus Underlying L/C di BNI

Kasus fraud di BNI yang menyebabkan kerugian negara mencapai Rp. 1,7 trilyun, menarik untuk
dikaji.
Kasus ini justru terkuak oleh kecurigaan Kepala Divisi Internasional terhadap kejanggalan
prosedur L/C BNI Cabang Kebayoran Baru.
Berdasarkan Laporan dari Divisi Internasional yang direlease pada tanggal 7 Agustus 2003,
kemudian Direktur Utama BNI menurunkan tim audit khusus untuk mendalami kasus ini.
Hasilnya, Laporan tim audit khusus yang direlease pada awal September 2003 membuktikan
kebenaran pembobolan uang negara sebesar Rp. 1,7 trilyun.
Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah : mengapa tim internal audit tidak dapat menangkap
fraud ini ? Sehingga laporan adanya fraud justru di-release oleh Pimpinan Divisi Internasional
yang curiga atas penyimpangan prosedur L/C di BNI Cabang Kebayoran Baru ? apakah pada saat
itu aktivitas

internal audit memang dilumpuhkan oleh oknum manajemen BNI Cabang

Kebayoran Baru ? Atau oknum manajemen BNI Cabang Kebayoran Baru sudah mendesain
laporan dan aktivitas sehingga tidak tersentuh oleh aktivitas internal audit ?
Pimpinan BNI mungkin sudah melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kegagalan
internal audit dalam mengungkap fraud. Tetapi bila fraud memang telah didesain oleh oknum
manajemen di BNI Cabang Kebayoran Baru, maka salah satu tugas top manajemen BNI adalah
menciptakan control environment sehingga aktivitas internal audit bisa berjalan sesuai fungsinya
sebagai internal control.
Top manajemen harus mendeklarasikan dukungan penuh terhadap aktivitas internal audit
keseluruh jajaran departemen di lingkungan BNI. Setelah itu baru menata kembali integritas dan
moral petugas auditor, sehingga fungsi internal audit bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Você também pode gostar