Você está na página 1de 30

TUGAS

ASPEK HUKUM DALAM KONSTRUKSI


IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN ( IMB )

DISUSUN OLEH :
1. M. Cahya Purnama A
2. Fadlun M.Zen
3. Muhammad Risal Katji
4. Abbas R.Syia
5. Fatmawaty Jabar
6. Tryana M.Syawal
7. Sumarman
8. Fikifendi
9.
10.
11.
12.

0723 1411 001


0723 1411 019
0723 1411 034
0723 1411 054
0723 1411 070
0723 1411 082
0723 1411 101
0723 11 035

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI SIPIL
TAHUN AJARAN
2015/2016

BAB I

PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan,

karena

pembangunan yang kita laksanakan itu jelas merupakan rangkaian gerak perubahan menuju
kepada kemajuan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik material
maupun spiritual. Realisasi dan pembangunan yang telah dilaksanakan di Indonesia dapat
kita temui dari adanya pembangunan

sarana dan prasarana seperti pembangunan

perumahan Rakyat, jembatan, jalan raya, pelabuhan dan lain sebagainya. Pembangnan ini
juga menghendaki adanya hukum yang

dapat dijadikan sebagai pedoman untuk

terwujudnya usaha usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Indonesia adalah
negara hukum, maka pembangunan yang sedang dilaksanakan

tidaklah

terlepas

dari

peraturan hukum yang erat kaitannya dengan masalah tersebut. Dalam kenyataannya
peraturan hukum yang berkaitan dengan masalah pembangunan terdapat didalam banyak
peraturan, sehingga perlu adanya kepastian hukum.disamping itu peraturan peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah hanyalah tertuju pada proyek proyek pemerintah, sedangkan
bagi proyek swasta tidak dapat perhatian sepenuhya. Bahkan peraturan yang dipakai
pada proyek

- proyek pemerintah yang sudah ketinggalan zaman tetapi masih dipakai.

Kenyataan sekarang dapat kita lihat dengan meningkatnya jumlah gedung dan aneka bentuk
bangunan serta meningkatnya pembangunan alat alat modern yan lain lain akan
menimbulkan permasalahan dimasa yang akan datang jika tidak diimbangi peraturan
peraturan maupun kemampuan dalam pelaksanaannya.

Hukum perizinan adalah merupakan bagian dari Hukum Administrasi Negara.


Adapun yang dimaksud dengan perizinan adalah; melakukan perbuatan atau usaha yang
sifatnya sepihak yang berada dibidang hukum publik yang berdasarkan wewenang
tertentu yang berupa penepatan dari permohonan seseorang maupun Badan Hukum terhadap
masalah yang dimohonkan.
Namun kenyataannya dapat kita lihat banyak didalam masyarakat yang belum
menyadari pentingnya Izin Mendirikan Bangunan ( IMB ) dari instansi yang
berwenang. Kadang kadang sebagian masyarakat itu mendirikan, menambah atau
mengurangi suatu bangunan tanpa mengurus Izin Mendirikan Bangunan ( IMB )
dengan alsan yang bermacan macam sepeti tingginya biaya pengurusan ,prosedur
yang berbelit belit dan sebagainya.

BAB II
PEMBAHASAN
IMB (Izin Mendirikan Bangunan)
1.

Perizinan di Bidang Bangunan (Gambaran Umum Perizinan Bangunan)


Fungsi bangunan sebagai tempat segala aktivitas manusia, mulai dari aktivitas

perekonomian, kebudayaan, sosial, dan pendidikan terkait dengan fungsi pemerintah daerah
sebagai agent of development, agent of change, agent of regulation.
Dalam fungsinya tersebut, pemerintah daerah berkepentingan terhadap izin-izin
bangunan. Perizinan bengunan diberlakukan agar tidak terjadi kekacau-balauan dalam
penataan ruang kota, dan merupakan bentuk pengendalian pembangunan ruang kota.
Tentang perlunya izin bangunan, ini akan nampak manakala kita melihat kota-kota
besar. Kota besar seperti Jakarta dan sebagainya mengalami pertumbuhan yang sangat cepat
dan akan terus berlanjut dari tahun ketahun. Kebutuhan akan perumahan (mulai rumah
perumahan sederhana, rumah susun, apartemen, dan real estate), perkantoran, pertokoan,
mall, dan tempat-tempat hiburan (hotel, diskotek), tempat pendidikan dan bangunan lainnya
semakin tinggi sebagai akibat pertambahan penduduk dan kebutuhannya.
Pembangunan di bidang real estate, industrial estate, shopping centre, dan sebagianya,
saat ini diperlukan pengaturan dalam rangka pengendalian dampak pembangunan, yang
meliputi dampak lingkungan, impact fee dan traffic Impact Assement.
Impact fee, adalah biaya yang harus dibayar oleh pengembang kepada pemerintah kota
akibat dari pembangunan yang mereka laksanakan. Pelaksanaan pembangunan oleh
pengembang akan mengakibatkan biaya infrastruktur bagi pemerintah kota , karena seluruh
jaringan infrastruktur yang dibangun akan disambung dengan system jaringan kota, yang
pada gilirannya akan menuntut peningkatan kapasitas.
traffic Impact Assement , yaitu kewajiban yang harus dipenuhi oleh pengembang untuk
malakukan kajian analisis tentang dampak lalu lintas. Kajian tersebut harus dapat
menggambarkan kinerja jaringan jalan sebelum dan stelah ada pembangunan, dampaknya
dan bagaimana mengatasinya. (Ismail Zuber, 2000, hal. 12)

2.

Pembangunan Gedung dan Hubungannya dengan Perizinan


Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang. Oleh karena

itu, dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada peraturan penataan ruang
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk menjamin kepastian dan
ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus
memenuhi persyaratan administrative dan teknis bangunan gedung, serta harus
diselenggarakan secara tertib dan teratur.
Dalam hal ini pemerintah telah mengatur dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung. Undang-undang ini mengatur fungsi
bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung,
termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap tahap
penyelenggaraan bangunan gedung, ketentuan tentang peran masyarakat dan pembinaan
oleh pemerintah, dan sanksinya.
Seluruh maksud dan tujuan pengaturan dalam undang-undang diatas dilandasi oleh azas
kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dengan
lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan dan berperikeadilan.
Dengan diberlakukannya undang-undang ini, semua penyelenggaraan bangunan gedung,
baik pembangunan maupun pemanfaatan, yang dilakukan di wilayah negara Republik
Indonesia, yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, masyarakat, dan oleh fihak asing, wajib
mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Bangunan Gedung.
(Adrian Sutedi, SH.,MH. Hal. 225).
Di dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung,
telah ditentukan persyaratan administrasi bangunan gedung, yaitu :
a.

status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah ;

b.

status kepemilikan bangunan gedung ;

c.

izin mendirikan bangunan gedung; d.

kepemilikan, dan pendataan bangunan

gedung
Menyangkut dengan pembangunan gedung yang dilakukan oleh pengembang haruslah
memperhatikan keharmonisan antara bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Selain harus
memperhatikan keserasian intern, yaitu keserasian antara bahan atap, warna bangunan, jalan

masuk, saluran air bersih, air limbah, pelayanan telekomunikasi, pertamanan, penempatan
nomor, nama hunian, dan hal-hal lain yang menunjukkan nilai dari komunitas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pengembang dalam melaksanakan bangunan ,
antara lain :
a.

Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

b.

Koefisien Luas Bangunan (KLB)

c.

Cadangan untuk Kepentingan Umum (DCKU)


Untuk lebih jelasnya, masing-masing akan diuraikan sebagai berikut :

a.

Koefisien Dasar Bangunan (KDB)


Koefisien Dasar Bangunan (KDB), menunjukkan luas dasar (footprint) bangunan

maksimum yang boleh dibangun dibanding luas kavling. KDB tidak boleh melebihi rasio
maksimum yang diperbolehkan seperti terlihat pada gambar kadaster yang terlampir dalam
PPJD. Persentase KDB berbeda menurut lokasi, luas dan bentuk kavling akan ditentukan
dalam Gambar Kadaster oleh Pengembang.
b.

Koefisien Luas Bangunan (KLB)


Koefisien Luas Bangunan (KLB) ini menunjukkan luas keseluruhan bangunan yang

boleh dibangun disbanding luas tanah. KLB tidak boleh melebihi standar yang ditentukan
oleh pengembang, rasio KLB berbeda menurut lokasi, luas dan bentuk kavling.
c.

Cadangan untuk Kepentingan Umum (DCKU)


Daerah Cadangan untuk Kepentingan Umum (DCKU), adalah daerah dimana

pengembang berhak untuk menetapkan jarak maksimum bebas bangunan yang terdapat pada
sepanjang batas belakang atau depan sebagai cadangan jalur utilitas.
Berkaitan dengan hal tersebut beberapa kavling akan mempunyai bak control (Inspection
Chamber = IC), yang harus dapat dicapai oleh pengembang dan/ atau pengelola dan/ atau
pejabat pemerintah yang berwenang, guna pemeliharaan system tersebut. Apabila system
tersebut memerlukan perbaikan, maka pembeli harus mengizinkan pekerja dari instansiinstansi tersebut untuk melakukan perbaikan yang diperlukan.

3.

Pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)


Pengaturan dalam pemberian izin pendirian dan penggunaan bangunan dilakukan untuk

menjamin agar pertumbuhan fisik perkotaan dalam rangka mendukung pertumbuhan


ekonomi secara keseluruhan, tidak menumbulkan kerusakan penataan kota tersebut. Oleh
karenanya maka setiap akan membangun harus mengurus dulu Izin Medirikan Bangunan
(IMB). Sedangkan pada saat akan menggunakan bangunan juga harus lebih dahulu
memperoleh Izin Penggunaan Bangunan (IPB).
Mengapa mendirikan bangunan dan menggunakannya itu membutuhkan IMB dan IPB ?
Dalam hal ini ada beberapa alasan, yaitu :
a.

Agar tidak menimbulkan gugatan fihak lain setelah bangunan berdiri, untuk itu sebelum

mendirikan bangunan harus ada kejelasan status tanah yang bersangkutan.


b.

Lingkungan kota memerlukan penataan dengan baik dan teratur, indah, aman, tertib,

dan nyaman. Untuk mencapai tujuan itu penataan dan pelaksanaan pembanguna bangunan di
perkotaan harus isesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kota.
c.

Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) juga dimaksudkan untuk menghindri

bahaya secara fisik bagi penggunaan bangunan. Untuk itu dibutuhkan rencana bangunan yang
matang dan memenuhi standr/ normalisasi teknis bangunan yang telah diteapkan yang
meliputi arsitektur, kontruksi dn intalainya.
d.

Pemantauan terhadap standar/normalisasi teknis banguna melalui izin Penggunaan

Bangunan diharapkan dapat mencegah bahaya yang mungkin timbul.


Tentang pelayanan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), sebenarnya dapat
dilakukan dengan pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan pemberian izin yang
dilakukan secara terpadu pada satu tempat/lokasi oleh beberapa instansi pemerintah yang
terlibat dalam proses penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
4.

Pelayanan Izin Membangun Bagi Pemerintah Daerah dalam Era Otonomi Daerah
Di dalam Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

63/KEP/M.PAN/7/2003, tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, telah


digariskan bahwa keterpaduan sistem penyelenggaraan pelayanan melalui jaringan informasi
on-line harus dikembangkan dengan penyediaan data dan informasi sehinga penyelenggaraan

pelayanan dapat dilakukan secara tepat, akurat dan aman

Dalam hal ini ada 4 (empat)

kondisi yang memacu arah perbaikan mutu pelayanan masyarakat, yaitu :


a.

Lingkungan yang berkembang dan tuntutan masyarakat juga meningkat seiring dengan

kondisi dan kwalitas hidup masyarakat.


b.

Kuatnya sector swasta mencari lokasi tempat usaha (gedung) untuk merebut pangsa

pasar di dalam memasarkan produk barang dan jasanya di suatu wilayah.


c.

Perkembangan teknologi yang dapat memeberikan layanan terbaik dengn komunikasi

yang lebih luas dan mudah.


d.

Tuntutan masyarakat yang semakin besar untuk memperoleh layanan public yang

berkwalitas, efisien dan efektif.


Dalam hal ini ada beberapa pemikiran, anatara lain :
a.

Banyaknya rekomendasi dan izin yang harus dipenuhi untuk memperoleh IMB,

seperti untuk membangun lokasi saha, maka diperlukan rekomendasi AMDAL, dinad
tata ruang dan lain sebagainya.
b.

Belum adanya system pelayanan satu atap secar menyeluruh, baik mengenai

personilnya, kantor/tempat pelayanannya, peralatan dan lain sebagainya.


5.

Pembangunan Proyek-Proyek Pemerintah


Pelaksanaan proyek-proyek pemerintah dilapangan sering berbenturan dengan

kepentingan individu dan masyarakat, yang kemudian sampai ke PTUN.

Yang

menjadi persoalan adalah, mungkinkah dilakukan penundaan atas proyek karena menunggu
putusan PTUN?, Dapatkah proyek-proyek tersebut dikategorikan kepentingan umum ?.
Bagaimana nasib kerugianyang diderita penggugat akibat pelaksanaan proyek tersebut ?.
Mengingat bahwa proyek-proyek tersebut pendanaannya adalah terkait dengan
disiplin anggaran negara, maka jika terjadi penundaan akan berdampak pada perencanaan dan
mata anggaran tersebut, apalagi jika tidak selesai tepat waktu, maka anggaran akan hangus.
Lalu siapa yang rugi ?. Yang rugi jelas pertama-tama adalah negara, kemudian developer dan
yang terakhir adalah masyarakat.

BAB III
DASAR HUKUM
Peraturan dan perundang-undangan yang memuat IMB adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
b. Undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
c. PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang no. 28 tahun
2002 tentang Bangunan Gedung.
UU no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
BAB IV. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG.

Bagian Pertama: Umum.


Pasal 7, ayat (1): "Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung."
Pasal 7, ayat (2): "Persyaratan administratif bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan
izin mendirikan bangunan."
Bagian Kedua: Persyaratan Administratif Bangunan Gedung.
Pasal 8, ayat (1): "Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yang
meliputi:
a. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. izin mendirikan bangunan gedung; sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku."
Pasal 8, ayat (4): "Ketentuan mengenai izin mendirikan bangunan gedung, kepemilikan, dan
pendataan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah."

UU no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang


BAB IV. TUGAS DAN WEWENANG.

Bagian Kesatu: Tugas.


Pasal 7, ayat (1): "Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat."
Pasal 7, ayat (2): "Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), negara
memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah dan
pemerintah daerah."
Pasal 7, ayat (3): "Penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan tetap menghormati hak yang dimiliki orang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan."
BAB VI. PELAKSANAAN PENATAAN RUANG.

Bagian Ketiga: Pengendalian Pemanfaatan Ruang.


Pasal 35: "Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi."
Pasal 37, ayat (1): "Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diatur oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan."
Pasal 37, ayat (2): "Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masingmasing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan."
Pasal 37, ayat (3): "Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak
melalui prosedur yang benar, batal demi hukum."
Pasal 37, ayat (4): "Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar
tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya."

Pasal 37, ayat (5): "Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi
izin."
Pasal 37, ayat (6): "Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan
rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan
memberikan ganti kerugian yang layak."
Pasal 37, ayat (7): "Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan
ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang."
Pasal 37, ayat (8): "Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan
peraturan pemerintah."
BAB VIII. HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT .

Pasal 60: "Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:


e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila
kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan
kerugian."
Pasal 61: "Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang;"
Pasal 63: "Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dapat berupa:
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;"

PP RI no. 36 tahun 2005


BAB I. KETENTUAN UMUM.

Pasal 1: "Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:


6. Izin mendirikan bangunan gedung adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan
administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.
7. Permohonan izin mendirikan bangunan gedung adalah permohonan yang dilakukan
pemilik bangunan gedung kepada pemerintah daerah untuk mendapatkan izin mendirikan
bangunan gedung."
BAB II. FUNGSI BANGUNAN GEDUNG.

Bagian Kedua: Penetapan Fungsi Bangunan Gedung.


Pasal 6, ayat (1): "Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan
lokasi yang diatur dalam RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL."
Pasal 6, ayat (2): "Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung diusulkan oleh pemilik bangunan
gedung dalam pengajuan permohonan izin mendirikan bangunan gedung."
Pasal 6, ayat (3): "Pemerintah daerah menetapkan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kecuali bangunan gedung fungsi khusus oleh
Pemerintah, dalam izin mendirikan bangunan gedung berdasarkan RTRW kabupaten/kota,
RDTRKP, dan/atau RTBL."
Bagian Ketiga: Perubahan Fungsi Bangunan Gedung.
Pasal 7, ayat (1): "Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung dapat diubah melalui permohonan
baru izin mendirikan bangunan gedung."
Pasal 7, ayat (4): "Perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung ditetapkan oleh
pemerintah daerah dalam izin mendirikan bangunan gedung, kecuali bangunan gedung fungsi
khusus ditetapkan oleh Pemerintah."

BAB III. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG.


Bagian Pertama: Umum.
Pasal 8, ayat (2): "Persyaratan administratif bangunan gedung meliputi:
a. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. izin mendirikan bangunan gedung."
Bagian

Kedua:

Persyaratan

Administratif

Bangunan

Gedung.

Paragraf 3: Status Kepemilikan Bangunan Gedung.


Pasal 13, ayat (1): "Kegiatan pendataan untuk bangunan gedung-baru dilakukan bersamaan
dengan proses izin mendirikan bangunan gedung untuk keperluan tertib pembangunan dan
pemanfaatan bangunan gedung."
Paragraf 4: Izin Mendirikan Bangunan Gedung.
Pasal 14, ayat (1): "Setiap orang yang akan mendirikan bangunan gedung wajib memiliki izin
mendirikan bangunan gedung."
Pasal 14, ayat (2): "Izin mendirikan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan oleh pemerintah daerah, kecuali bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah,
melalui proses permohonan izin mendirikan bangunan gedung."
Pasal 14, ayat (3): "Pemerintah daerah wajib memberikan surat keterangan rencana
kabupaten/kota untuk lokasi yang bersangkutan kepada setiap orang yang akan mengajukan
permohonan izin mendirikan bangunan gedung."
Pasal 14, ayat (4): "Surat keterangan rencana kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) merupakan ketentuan yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutan dan berisi:
a. fungsi bangunan gedung yang dapat dibangun pada lokasi bersangkutan;
b. ketinggian maksimum bangunan gedung yang diizinkan;
c. jumlah lantai/lapis bangunan gedung di bawah permukaan tanah dan KTB yang diizinkan;

d. garis sempadan dan jarak bebas minimum bangunan gedung yang diizinkan;
e. KDB maksimum yang diizinkan;
f. KLB maksimum yang diizinkan;
g. KDH minimum yang diwajibkan;
h. KTB maksimum yang diizinkan; dan
i. jaringan utilitas kota."
Pasal 14, ayat (5): "Dalam surat keterangan rencana kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dapat juga dicantumkan ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku untuk lokasi
yang bersangkutan."
Pasal 14, ayat (6): "Keterangan rencana kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dan ayat (5), digunakan sebagai dasar penyusunan rencana teknis bangunan gedung."
Pasal 15, ayat (1): "Setiap orang dalam mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan
gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) wajib melengkapi dengan:
a. tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian pemanfaatan
tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11;
b. data pemilik bangunan gedung;
c. rencana teknis bangunan gedung; dan
d. hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan gedung yang menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan."
Pasal 15, ayat (2): "Untuk proses pemberian perizinan bagi bangunan gedung yang
menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, harus mendapat pertimbangan teknis dari tim ahli bangunan gedung dan dengan
mempertimbangkan pendapat publik."
Pasal 15, ayat (3): :Permohonan izin mendirikan bangunan gedung yang telah memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis disetujui dan disahkan oleh bupati/walikota,
kecuali untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta oleh Gubernur, untuk bangunan gedung fungsi
khusus oleh Pemerintah dalam bentuk izin mendirikan bangunan gedung."

Pasal 15, ayat (4): "Izin mendirikan bangunan gedung merupakan prasyarat untuk
mendapatkan pelayanan utilitas umum kabupaten/kota."
Bagian Ketiga: Persyaratan Tata Bangunan.
Paragraf 6: Pembangunan Bangunan Gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau
prasarana/sarana umum.
Pasal 29: "Bangunan gedung yang dibangun di atas dan/atau di bawah tanah, air, atau
prasarana dan sarana umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) pengajuan
permohonan izin mendirikan bangunan gedungnya dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan dari pihak yang berwenang."
Pasal 30, ayat (4): "Izin mendirikan bangunan gedung untuk pembangunan bangunan gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) selain memperhatikan ketentuan
dalam Pasal 14 dan Pasal 15, wajib mendapat pertimbangan teknis tim ahli bangunan gedung
dan dengan mempertimbangkan pendapat publik."
BAB IV. PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG.

Bagian Pertama: Pembangunan.


Paragraf 2. Perencanaan Teknis.
Pasal 63, ayat (5): "Dokumen rencana teknis bangunan gedung berupa rencana-rencana teknis
arsitektur, struktur dan konstruksi, mekanikal dan elektrikal, pertamanan, tata ruang-dalam,
dalam bentuk gambar rencana, gambar detail pelaksanaan, rencana kerja dan syarat-syarat
administratif, syarat umum dan syarat teknis, rencana anggaran biaya pembangunan, dan/atau
laporan perencanaan."
Pasal 64, ayat (1): "Dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (5)
diperiksa, dinilai, disetujui, dan disahkan untuk memperoleh izin mendirikan bangunan
gedung."
Pasal 64, ayat (3): "Penilaian dokumen rencana teknis dilaksanakan dengan melakukan
evaluasi terhadap pemenuhan persyaratan teknis dengan mempertimbangkan aspek lokasi,
fungsi, dan klasifikasi bangunan gedung."

Pasal 64, ayat (7): "Persetujuan dokumen rencana teknis diberikan terhadap rencana yang
telah memenuhi persyaratan sesuai dengan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dalam bentuk persetujuan tertulis oleh pejabat yang berwenang."
Pasal 65, ayat (1): "Dokumen rencana teknis yang telah disetujui sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (7) dikenakan biaya izin mendirikan bangunan gedung yang nilainya
ditetapkan berdasarkan klasifikasi bangunan gedung."
Pasal 65, ayat (2): "Dokumen rencana teknis yang biaya izin mendirikan bangunan
gedungnya telah dibayar, diterbitkan izin mendirikan bangunan gedung oleh bupati/walikota,
kecuali untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta dilakukan oleh Gubernur, dan untuk bangunan
gedung fungsi khusus oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah."
Paragraf 4. Pelaksanaan Konstruksi.
Pasal 68, ayat (1): "Pelaksanaan konstruksi bangunan gedung dimulai setelah pemilik
bangunan gedung memperoleh izin mendirikan bangunan gedung."
Bagian Kedua: Pemanfaatan.
Paragraf 1: Umum.
Pasal 72, ayat (1): "Pemanfaatan bangunan gedung merupakan kegiatan memanfaatkan
bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan
gedung termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala."
Paragraf 5: Perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung.
Pasal 81, ayat (1): "Perpanjangan sertifikat laik fungsi bangunan gedung pada masa
pemanfaatan diterbitkan oleh pemerintah daerah dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun
untuk rumah tinggal tunggal dan rumah tinggal deret, dan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
untuk bangunan gedung lainnya, berdasarkan hasil pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan
gedung terhadap pemenuhan persyaratan teknis dan fungsi bangunan gedung sesuai dengan
izin mendirikan bangunan gedung."

Bagian Keempat: Pembongkaran.


Paragraf 2: Penetapan Pembongkaran.
Pasal 91, ayat (2): "Bangunan gedung yang dapat dibongkar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. bangunan gedung yang tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki lagi;
b. bangunan gedung yang pemanfaatannya menimbulkan bahaya bagi pengguna, masyarakat,
dan lingkungannya; dan/atau
c. bangunan gedung yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan gedung."
Pasal 91, ayat (6): "Untuk bangunan gedung yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan
gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, pemerintah daerah menetapkan
bangunan gedung tersebut untuk dibongkar dengan surat penetapan pembongkaran."
BAB VI. PEMBINAAN.

Bagian Ketiga: Pembinaan oleh Pemerintah Daerah.


Pasal 112, ayat (1): "Pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
penerapan peraturan daerah di bidang bangunan gedung melalui mekanisme penerbitan izin
mendirikan bangunan gedung dan sertifikasi kelaikan fungsi bangunan gedung, serta surat
persetujuan dan penetapan pembongkaran bangunan gedung."
BAB VII: SANKSI ADMINISTRATIF.

Bagian Pertama: Umum


Pasal 113, ayat (1): "Pemilik dan/atau pengguna yang melanggar ketentuan Peraturan
Pemerintah ini dikenakan sanksi administratif, berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan pembangunan;
c. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan;
d. penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung;

e. pembekuan izin mendirikan bangunan gedung;


f. pencabutan izin mendirikan bangunan gedung;
g. pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung;
h. pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung; atau
i. perintah pembongkaran bangunan gedung."
Bagian Kedua: Pada Tahap Pembangunan.
Pasal 114, ayat (2): "Pemilik bangunan gedung yang tidak mematuhi peringatan tertulis
sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dalam tenggang waktu masing-masing 7 (tujuh) hari
kalender dan tetap tidak melakukan perbaikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dikenakan sanksi berupa pembatasan kegiatan pembangunan."
Pasal 114, ayat (3): "Pemilik bangunan gedung yang telah dikenakan sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) selama 14 (empat belas) hari kalender dan tetap tidak melakukan
perbaikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa
penghentian sementara pembangunan dan pembekuan izin mendirikan bangunan gedung."
Pasal 114, ayat (4): "Pemilik bangunan gedung yang telah dikenakan sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) selama 14 (empat belas) hari kelender dan tetap tidak melakukan
perbaikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa
penghentian tetap pembangunan, pencabutan izin mendirikan bangunan gedung, dan perintah
pembongkaran bangunan gedung."
Pasal 115, ayat (1): "Pemilik bangunan gedung yang melaksanakan pembangunan bangunan
gedungnya melanggar ketentuan Pasal 14 ayat (1) dikenakan sanksi penghentian sementara
sampai dengan diperolehnya izin mendirikan bangunan gedung."
Pasal 115, ayat (2): "Pemilik bangunan gedung yang tidak memiliki izin mendirikan
bangunan gedung dikenakan sanksi perintah pembongkaran."

BAB VIII. KETENTUAN PERALIHAN.

Pasal 118: "Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini:


a. izin mendirikan bangunan gedung yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah
dinyatakan tetap berlaku; dan
b. bangunan gedung yang belum memperoleh izin mendirikan bangunan gedung dari
pemerintah daerah, dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan sudah harus
memiliki izin mendirikan bangunan gedung."

BAB IV
TATA CARA PENERBITAN
IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG
A. POLA UMUM PENGATURAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG
Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) adalah perizinan yang diberikan oleh
pemerintah daerah, dan oleh Pemerintah atau pemerintah provinsi untuk bangunan gedung
fungsi khusus, kepada pemilik bangunan gedung untuk kegiatan meliputi:
a. Pembangunan bangunan gedung baru, dan/atau prasarana bangunan gedung;
b. Rehabilitasi/renovasi bangunan gedung dan/atau prasarana bangunan gedung, meliputi
perbaikan/perawatan,

perubahan,

perluasan/ pengurangan; dan

c. Pelestarian/pemugaran.
Dalam proses penerbitan IMB, pemerintah daerah, Pemerintah dan pemerintah provinsi
untuk bangunan gedung fungsi khusus, melaksanakan dengan prinsip pelayanan prima,
serta mengendalikan penerapan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang
ditetapkan dalam rencana teknis.
Prinsip layanan IMB seperti pada Lampiran 1 pedoman teknis ini.
1.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung

a. Lingkup penyelenggaraan bangunan gedung


Penyelenggaraan

bangunan

gedung

sebagai

satu

kesatuan sistem dalam

pelaksanaan urusan wajib pemerintahan di bidang bangunan gedung, meliputi:


pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran bangunan gedung gedung
pada umumnya dan bangunan gedung tertentu
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung
Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dilakukan dengan:
1)

Penerbitan IMB;

2)

Penerbitan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung dan

Perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung; dan


3)

Persetujuan Rencana Teknis Pembongkaran Bangunan


Gedung.

c. Izin Mendirikan Bangunan Gedung


IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis yang telah disetujui oleh
pemerintah daerah, Pemerintah untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayah Provinsi
DKI Jakarta dan pemerintah provinsi lainnya untuk bangunan gedung fungsi khusus
di wilayahnya diberikan untuk dapat memulai pelaksanaan konstruksi bangunan gedung.
2.

Prinsip-prinsip Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung


Penerbitan IMB sebagai bagian dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) oleh

pemerintah daerah, Pemerintah untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayah Provinsi
DKI Jakarta dan pemerintah provinsi lainnya untuk bangunan gedung fungsi khusus di
wilayahnya, harus dilandasi prinsip-prinsip meliputi:
a. Pelayanan prima
Proses

pemeriksaan

(pencatatan

dan

penelitian)

penilaian/evaluasi, persetujuan, dan pengesahan dokumen

termasuk

rencana

pengkajian,

teknis

berupa

penerbitan IMB dilakukan dengan:


1) Prosedur yang jelas sesuai dengan proses dan kelengkapan yang diperlukan

berdasarkan

tingkat kompleksitas permasalahan rencana teknis;


2) Waktu proses yang singkat berdasarkan penggolongan sesuai dengan tingkat
kompleksitas prosedur penerbitan IMB;
3) Transparansi
dalam
pelayanan
penghitungan/penetapan besarnya

retribusi

dan
IMB

informasi

termasuk

yang dilakukan secara

objektif, proporsional dan terbuka; dan


4) Keterjangkauan yaitu besarnya retribusi IMB sesuai dengan lingkup dan jenis
bangunan gedung serta tingkat kemampuan ekonomi masyarakat.

b. Sebagai prasyarat

IMB merupakan prasyarat untuk mendapatkan pelayanan utilitas umum kabupaten/kota yang
meliputi penyambungan jaringan listrik, air minum, telepon dan gas.
3.

Penggolongan Bangunan Gedung

a. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung


1) Fungsi bangunan gedung
a) Fungsi bangunan gedung harus memenuhi ketentuan peruntukan yang telah ditetapkan
dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah

(RTRW)

Nasional,

Rencana

Tata

Ruang Wilayah (RTRW) provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota,
Rencana Detail Tata Ruang

Kawasan

Perkotaan

(RDTRKP),

dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL ) yang bersangkutan.


b) Fungsi

bangunan

meliputi

fungsi hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi

sosial budaya, serta fungsi khusus.


c) Bangunan gedung dapat dirancang memiliki lebih dari

satu fungsi, dengan tetap memenuhi ketentuan dalam


10
RTRW

Nasional,

RTRW

provinsi,

RTRW

kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL.


2)

Klasifikasi bangunan gedung

a) Klasifikasi

bangunan

gedung

berdasarkan

tingkat kompleksitas

meliputi:
(1) Bangunan gedung sederhana;
(2) Bangunan gedung tidak sederhana; dan
(3) Bangunan gedung khusus.
b)

Klasifikasi

bangunan

gedung

berdasarkan

tingkat permanensi

meliputi:
(1) Bangunan gedung permanen;
(2) Bangunan gedung semi permanen; dan
(3) Bangunan gedung darurat atau sementara.
c)

Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan tingkat risiko kebakaran


meliputi:

(1)

Bangunan gedung tingkat risiko kebakaran tinggi;

(2)

Bangunan

gedung

tingkat

risiko

kebakaran sedang; dan

(3) Bangunan gedung tingkat risiko kebakaran rendah.


b. Penetapan dan perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
1)

Penetapan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung


Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung diusulkan oleh pemilik

bangunan gedung dalam pengajuan Permohonan IMB. Pemerintah daerah,


menetapkan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung, kecuali bangunan gedung
fungsi khusus oleh Pemerintah dan pemerintah provinsi lainnya.
2)

Perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung

a) Fungsi

dan

klasifikasi

bangunan

gedung

dapat

diubah melalui

permohonan baru IMB yang diusulkan oleh pemilik dalam bentuk rencana
teknis bangunan gedung sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam
RTRW Nasional, RTRW provinsi, RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau
RTBL.
b) Dalam proses permohonan baru IMB, perubahan fungsi dan klasifikasi
bangunan gedung harus diikuti dengan pemenuhan persyaratan administratif
dan persyaratan teknisbangunan

gedung

yang

ditetapkan

oleh

pemerintah daerah, kecuali bangunan gedung fungsi khusus ditetapkan oleh


Pemerintah dan pemerintah provinsi lainnya.

c. Penggolongan bangunan gedung untuk penerbitan IMB


Penggolongan bangunan

gedung

untuk

penerbitan IMB sebagai

dasar untuk menentukan lamanya (durasi) waktu proses penerbitan IMB


meliputi:
1)

Bangunan gedung pada umumnya

a)

Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal sederhana,


inti tumbuh,

meliputi:

rumah

rumah sederhana sehat, dan rumah deret sederhana;

b) Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal dan rumah deret sampai dengan 2
(dua) lantai ; dan
c) Bangunan gedung hunian rumah tinggal tidak sederhana 2 (dua) lantai atau lebih ,
bangunan gedung lainnya pada umumnya.
2)

Bangunan gedung tertentu

a) Bangunan gedung untuk kepentingan umum; dan


b) Bangunan gedung fungsi khusus

B.
1.

PROSES IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG


Keterangan Rencana Kabupaten/Kota

a. Pemerintah daerah wajib memberikan Keterangan Rencana Kabupaten/Kota untuk lokasi


yang bersangkutan kepada setiap orang atau badan hukum yang akan mengajukan
permohonan IMB.
b. Keterangan Rencana Kabupaten/Kota untuk lokasi yang bersangkutan tersebut berisi
ketentuan-ketentuan meliputi:
1)

Fungsi bangunan gedung yang dapat dibangun pada lokasi bersangkutan;

2)

Ketinggian maksimum bangunan gedung yang diizinkan;

3)

Jumlah lantai/lapis bangunan gedung di bawah permukaan tanah dan KTB yang
diizinkan, apabila membangun di bawah permukaan tanah;

4)

Garis sempadan dan jarak bebas minimum bangunan gedung yang diizinkan;

5)

KDB maksimum yang diizinkan;

6)

KLB maksimum yang diizinkan;

7)

KDH minimum yang diwajibkan;

8)

KTB maksimum yang diizinkan;

9)

Jaringan utilitas kota; dan

10) Keterangan lainnya yang terkait.


c. Dalam

Keterangan

Rencana

Kabupaten/Kota

dicantumkan ketentuan-ketentuan

khusus yang berlaku untuk lokasi yang


bersangkutan meliputi:
1)

Lokasi-lokasi yang terletak pada kawasan rawan bencana gempa; kawasan rawan
longsor; kawasan rawan banjir, dan/atau lokasi yang kondisi tanahnya tercemar; dan

2)

Keterangan Rencana Kabupaten/Kota digunakan sebagai dasar penyusunan rencana


teknis bangunan gedung.

2.

Proses Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung


Proses

penerbitan

IMB

disesuaikan

dengan

penggolongan sebagaimana

dimaksud pada butir 3.b. meliputi:


a. IMB bangunan gedung pada umumnya
1)

Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal sederhana (rumah inti tumbuh dan
rumah sederhana sehat), dan rumah deret sederhana

a)

Pengambilan

Keterangan

pemerintah daerah.

Rencana

Kabupaten/Kota oleh pemohon di kantor

b)

Penyediaan dokumen rencana teknis siap pakai (prototip, dsb.) yang memenuhi
persyaratan sesuai Keterangan

Rencana

Kabupaten/Kota.

Gambar rencana

teknis diadakan/disiapkan oleh pemerintah daerah.


c)

Pengajuan

Surat

Permohonan

IMB

dengan kelengkapan dokumen

administratif dan dokumen rencana teknis.


d)

(1)

Pemeriksaan

kelengkapan

dan

kebenaran (pencatatan, penelitian)

dokumen administratif dan dokumen rencana teknis, penilaian/evaluasi, serta


persetujuan dokumen rencana teknis yang telah memenuhi persyaratan.
(2)

Dokumen administratif dan/atau dokumen rencana teknis yang belum

memenuhi persyaratan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi/diperbaiki.


e)

Penetapan besarnya retribusi IMB.

f)

Pembayaran retribusi IMB melalui lembaga keuangan yang sah.

g) Penyerahan

bukti

penyetoran

retribusi

kepada pemerintah daerah.

h) Penerbitan IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis untuk dapat memulai
pelaksanaan konstruksi.
i)

Penerimaan dokumen IMB oleh pemohon.

2) Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal dan rumah deret - sampai dengan 2
(dua) lantai a)

Pengambilan

Keterangan

Rencana

Kabupaten/Kota oleh pemohon di kantor

pemerintah daerah.
b) Penyediaan dokumen rencana teknis yang dibuat oleh pemohon/pemilik (yang memiliki
keahlian perencanaan bangunan gedung) dan terdaftar atau oleh penyedia jasa.
c)

Pengajuan

Surat

Permohonan

IMB

dengan kelengkapan dokumen

administratif dan dokumen rencana teknis.


d) (1) Pemeriksaan

kelengkapan

administratif dan dokumen

dan

rencana

kebenaran (pencatatan, penelitian) dokumen


teknis,

penilaian

dokumen rencana teknis yang telah memenuhi persyaratan.

serta persetujuan

(2)Dokumen administratif dan/atau dokumen rencana teknis

yang belum

memenuhi

persyaratan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi/ diperbaiki.


e)

Penetapan besarnya retribusi IMB.

f)

Pembayaran retribusi IMB melalui lembaga keuangan yang sah.

g) Penyerahan

bukti

pembayaran

retribusi

kepada pemerintah daerah.

h) Penerbitan IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis untuk dapat memulai
pelaksanaan konstruksi.
i)

Penerimaan dokumen IMB oleh pemohon.

3) Bangunan gedung hunian rumah tinggal tidak sederhana - 2 (dua) lantai atau lebih - dan
bangunan gedung lainnya pada umumnya
a)

Pengambilan

Keterangan

Rencana

Kabupaten/Kota oleh pemohon di kantor

pemerintah daerah.
b) Pengurusan

SIPPT

atau

dokumen

sejenisnya

untuk luas tanah tertentu sesuai

ketentuan daerah masing- masing.


c)

Penerbitan SIPPT atau dokumen sejenisnya yang ditandatangani oleh gubernur/


bupati/walikota atau pejabat lain yang ditunjuk olehnya.

d)

Penyediaan dokumen rencana teknis.

e)

Pengajuan

Surat

Permohonan

IMB

dengan kelengkapan dokumen

administratif, dokumen rencana teknis dan dokumen lain yang disyaratkan.


f)

(1) Pemeriksaan

kelengkapan

administratif dan dokumen

dan

rencana

kebenaran (pencatatan, penelitian) dokumen


teknis,

penilaian

serta persetujuan

dokumen rencana teknis yang telah memenuhi persyaratan.


(2)Dokumen administratif dan/atau dokumen rencana teknis

yang belum

persyaratan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi/diperbaiki.

memenuhi

g)

Penetapan besarnya retribusi IMB.

h) Pembayaran retribusi IMB melalui lembaga keuangan yang sah.


i)
j)

Penyerahan

bukti pembayaran

retribusi kepada pemerintah daerah.

Penerbitan IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis untuk dapat memulai
pelaksanaan konstruksi.

k)
b.

Penerimaan dokumen IMB oleh pemohon.


IMB untuk bangunan gedung kepentingan umum

1) Pengambilan

Keterangan

Rencana

Kabupaten/Kota

oleh pemohon di kantor

pemerintah daerah.
2) Pengurusan SIPPT atau dokumen sejenisnya untuk luas tanah tertentu sesuai
ketentuan daerah.
3) Penerbitan

SIPPT

atau

dokumen

sejenisnya,

yang ditandatangani oleh

gubernur/bupati/walikota atau pejabat lain yang ditunjuk olehnya.


4)

Penyediaan

dokumen

Analisis

Mengenai

Dampak Lingkungan/UPL/UKL.

5)

Pengurusan persetujuan/rekomendasi dari instansi terkait.

6)

Penyediaan dokumen rencana teknis.

7)

Pengajuan Surat Permohonan IMB dengan kelengkapan dokumenadministratif,


dokumen rencana teknis, dan dokumen lain yang disyaratkan.

8) a) Pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran (pencatatan, penelitian) dokumen


administratif dan dokumen rencana teknis.
b)

Dokumen

administratif

dan/atau

dokumen

rencana teknis yang belum

memenuhi persyaratan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi/diperbaiki.


9) a) Pengkajian dokumen rencana teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b) Dokumen rencana teknis yang belum memenuhi persyaratan dikembalikan
kepada pemohon untuk diperbaiki.

10)

a)

Pelaksanaan dengar pendapat publik sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

b)

Dokumen rencana teknis yang belum memperhatikan hasil dengar pendapat

publik dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi/diperbaiki.


11) Pemberian nasihat dan pertimbangan teknis profesional.
12) Penilaian/evaluasi dan persetujuan dokumen rencana teknis.
13) Penetapan besarnya retribusi IMB.
14) Pembayaran retribusi IMB melalui lembaga keuangan yang sah.
15) Penyerahan bukti pembayaran retribusi kepada pemerintah daerah.
16) Penerbitan IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis untuk dapat memulai
pelaksanaan konstruksi.
17) Penerimaan dokumen IMB oleh pemohon.

LAMPIRAN
Contoh IMB :

Você também pode gostar

  • Surat Pengantar Kerja Praktek
    Surat Pengantar Kerja Praktek
    Documento2 páginas
    Surat Pengantar Kerja Praktek
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Loog Book
    Loog Book
    Documento19 páginas
    Loog Book
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Breakwater
    Breakwater
    Documento41 páginas
    Breakwater
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Jalan
    Tugas Jalan
    Documento16 páginas
    Tugas Jalan
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento14 páginas
    Bab Ii
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Urugan Tanah
    Urugan Tanah
    Documento78 páginas
    Urugan Tanah
    Ratu Eka Riyana
    100% (1)
  • Bab I Dan Bab Vii
    Bab I Dan Bab Vii
    Documento12 páginas
    Bab I Dan Bab Vii
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • C OVER
    C OVER
    Documento1 página
    C OVER
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • LKTM
    LKTM
    Documento23 páginas
    LKTM
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • RM Revolusi Mental
    RM Revolusi Mental
    Documento4 páginas
    RM Revolusi Mental
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Teori Laporan IUT
    Teori Laporan IUT
    Documento69 páginas
    Teori Laporan IUT
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Laboratorium Struktur Dan Bahan
    Laboratorium Struktur Dan Bahan
    Documento10 páginas
    Laboratorium Struktur Dan Bahan
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Documento34 páginas
    Bab I Pendahuluan
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Loog Book
    Loog Book
    Documento19 páginas
    Loog Book
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Aspek Hukum
    Aspek Hukum
    Documento1 página
    Aspek Hukum
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Sejarah Kesultanan Ternate
    Sejarah Kesultanan Ternate
    Documento7 páginas
    Sejarah Kesultanan Ternate
    Didit Balwad
    Ainda não há avaliações
  • RM Revolusi Mental
    RM Revolusi Mental
    Documento4 páginas
    RM Revolusi Mental
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • LKTM
    LKTM
    Documento23 páginas
    LKTM
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • RM Revolusi Mental
    RM Revolusi Mental
    Documento4 páginas
    RM Revolusi Mental
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Pembahasan
    Pembahasan
    Documento25 páginas
    Pembahasan
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Beton Aragon
    Beton Aragon
    Documento81 páginas
    Beton Aragon
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • DRAINASE
    DRAINASE
    Documento4 páginas
    DRAINASE
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • 1 SM PDF
    1 SM PDF
    Documento7 páginas
    1 SM PDF
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Volume Lalu Lintas
    Volume Lalu Lintas
    Documento12 páginas
    Volume Lalu Lintas
    DidiJuhamdiPratama
    Ainda não há avaliações
  • Tampak Samping Kiri Dan Kanan
    Tampak Samping Kiri Dan Kanan
    Documento1 página
    Tampak Samping Kiri Dan Kanan
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Yuuu
    Yuuu
    Documento20 páginas
    Yuuu
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Tampak Depan Dan Belakang
    Tampak Depan Dan Belakang
    Documento1 página
    Tampak Depan Dan Belakang
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Documento10 páginas
    Tugas 1
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • RLL Print
    RLL Print
    Documento11 páginas
    RLL Print
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações
  • Nama Kelompok Rekayasa
    Nama Kelompok Rekayasa
    Documento1 página
    Nama Kelompok Rekayasa
    Didit balwad
    Ainda não há avaliações