Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DISUSUN OLEH :
1. M. Cahya Purnama A
2. Fadlun M.Zen
3. Muhammad Risal Katji
4. Abbas R.Syia
5. Fatmawaty Jabar
6. Tryana M.Syawal
7. Sumarman
8. Fikifendi
9.
10.
11.
12.
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI SIPIL
TAHUN AJARAN
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan,
karena
pembangunan yang kita laksanakan itu jelas merupakan rangkaian gerak perubahan menuju
kepada kemajuan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik material
maupun spiritual. Realisasi dan pembangunan yang telah dilaksanakan di Indonesia dapat
kita temui dari adanya pembangunan
perumahan Rakyat, jembatan, jalan raya, pelabuhan dan lain sebagainya. Pembangnan ini
juga menghendaki adanya hukum yang
terwujudnya usaha usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Indonesia adalah
negara hukum, maka pembangunan yang sedang dilaksanakan
tidaklah
terlepas
dari
peraturan hukum yang erat kaitannya dengan masalah tersebut. Dalam kenyataannya
peraturan hukum yang berkaitan dengan masalah pembangunan terdapat didalam banyak
peraturan, sehingga perlu adanya kepastian hukum.disamping itu peraturan peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah hanyalah tertuju pada proyek proyek pemerintah, sedangkan
bagi proyek swasta tidak dapat perhatian sepenuhya. Bahkan peraturan yang dipakai
pada proyek
Kenyataan sekarang dapat kita lihat dengan meningkatnya jumlah gedung dan aneka bentuk
bangunan serta meningkatnya pembangunan alat alat modern yan lain lain akan
menimbulkan permasalahan dimasa yang akan datang jika tidak diimbangi peraturan
peraturan maupun kemampuan dalam pelaksanaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
IMB (Izin Mendirikan Bangunan)
1.
perekonomian, kebudayaan, sosial, dan pendidikan terkait dengan fungsi pemerintah daerah
sebagai agent of development, agent of change, agent of regulation.
Dalam fungsinya tersebut, pemerintah daerah berkepentingan terhadap izin-izin
bangunan. Perizinan bengunan diberlakukan agar tidak terjadi kekacau-balauan dalam
penataan ruang kota, dan merupakan bentuk pengendalian pembangunan ruang kota.
Tentang perlunya izin bangunan, ini akan nampak manakala kita melihat kota-kota
besar. Kota besar seperti Jakarta dan sebagainya mengalami pertumbuhan yang sangat cepat
dan akan terus berlanjut dari tahun ketahun. Kebutuhan akan perumahan (mulai rumah
perumahan sederhana, rumah susun, apartemen, dan real estate), perkantoran, pertokoan,
mall, dan tempat-tempat hiburan (hotel, diskotek), tempat pendidikan dan bangunan lainnya
semakin tinggi sebagai akibat pertambahan penduduk dan kebutuhannya.
Pembangunan di bidang real estate, industrial estate, shopping centre, dan sebagianya,
saat ini diperlukan pengaturan dalam rangka pengendalian dampak pembangunan, yang
meliputi dampak lingkungan, impact fee dan traffic Impact Assement.
Impact fee, adalah biaya yang harus dibayar oleh pengembang kepada pemerintah kota
akibat dari pembangunan yang mereka laksanakan. Pelaksanaan pembangunan oleh
pengembang akan mengakibatkan biaya infrastruktur bagi pemerintah kota , karena seluruh
jaringan infrastruktur yang dibangun akan disambung dengan system jaringan kota, yang
pada gilirannya akan menuntut peningkatan kapasitas.
traffic Impact Assement , yaitu kewajiban yang harus dipenuhi oleh pengembang untuk
malakukan kajian analisis tentang dampak lalu lintas. Kajian tersebut harus dapat
menggambarkan kinerja jaringan jalan sebelum dan stelah ada pembangunan, dampaknya
dan bagaimana mengatasinya. (Ismail Zuber, 2000, hal. 12)
2.
itu, dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada peraturan penataan ruang
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk menjamin kepastian dan
ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus
memenuhi persyaratan administrative dan teknis bangunan gedung, serta harus
diselenggarakan secara tertib dan teratur.
Dalam hal ini pemerintah telah mengatur dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung. Undang-undang ini mengatur fungsi
bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung,
termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap tahap
penyelenggaraan bangunan gedung, ketentuan tentang peran masyarakat dan pembinaan
oleh pemerintah, dan sanksinya.
Seluruh maksud dan tujuan pengaturan dalam undang-undang diatas dilandasi oleh azas
kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dengan
lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan dan berperikeadilan.
Dengan diberlakukannya undang-undang ini, semua penyelenggaraan bangunan gedung,
baik pembangunan maupun pemanfaatan, yang dilakukan di wilayah negara Republik
Indonesia, yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, masyarakat, dan oleh fihak asing, wajib
mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Bangunan Gedung.
(Adrian Sutedi, SH.,MH. Hal. 225).
Di dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung,
telah ditentukan persyaratan administrasi bangunan gedung, yaitu :
a.
status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah ;
b.
c.
gedung
Menyangkut dengan pembangunan gedung yang dilakukan oleh pengembang haruslah
memperhatikan keharmonisan antara bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Selain harus
memperhatikan keserasian intern, yaitu keserasian antara bahan atap, warna bangunan, jalan
masuk, saluran air bersih, air limbah, pelayanan telekomunikasi, pertamanan, penempatan
nomor, nama hunian, dan hal-hal lain yang menunjukkan nilai dari komunitas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pengembang dalam melaksanakan bangunan ,
antara lain :
a.
b.
c.
a.
maksimum yang boleh dibangun dibanding luas kavling. KDB tidak boleh melebihi rasio
maksimum yang diperbolehkan seperti terlihat pada gambar kadaster yang terlampir dalam
PPJD. Persentase KDB berbeda menurut lokasi, luas dan bentuk kavling akan ditentukan
dalam Gambar Kadaster oleh Pengembang.
b.
boleh dibangun disbanding luas tanah. KLB tidak boleh melebihi standar yang ditentukan
oleh pengembang, rasio KLB berbeda menurut lokasi, luas dan bentuk kavling.
c.
pengembang berhak untuk menetapkan jarak maksimum bebas bangunan yang terdapat pada
sepanjang batas belakang atau depan sebagai cadangan jalur utilitas.
Berkaitan dengan hal tersebut beberapa kavling akan mempunyai bak control (Inspection
Chamber = IC), yang harus dapat dicapai oleh pengembang dan/ atau pengelola dan/ atau
pejabat pemerintah yang berwenang, guna pemeliharaan system tersebut. Apabila system
tersebut memerlukan perbaikan, maka pembeli harus mengizinkan pekerja dari instansiinstansi tersebut untuk melakukan perbaikan yang diperlukan.
3.
Agar tidak menimbulkan gugatan fihak lain setelah bangunan berdiri, untuk itu sebelum
Lingkungan kota memerlukan penataan dengan baik dan teratur, indah, aman, tertib,
dan nyaman. Untuk mencapai tujuan itu penataan dan pelaksanaan pembanguna bangunan di
perkotaan harus isesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kota.
c.
bahaya secara fisik bagi penggunaan bangunan. Untuk itu dibutuhkan rencana bangunan yang
matang dan memenuhi standr/ normalisasi teknis bangunan yang telah diteapkan yang
meliputi arsitektur, kontruksi dn intalainya.
d.
Pelayanan Izin Membangun Bagi Pemerintah Daerah dalam Era Otonomi Daerah
Di dalam Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
Lingkungan yang berkembang dan tuntutan masyarakat juga meningkat seiring dengan
Kuatnya sector swasta mencari lokasi tempat usaha (gedung) untuk merebut pangsa
Tuntutan masyarakat yang semakin besar untuk memperoleh layanan public yang
Banyaknya rekomendasi dan izin yang harus dipenuhi untuk memperoleh IMB,
seperti untuk membangun lokasi saha, maka diperlukan rekomendasi AMDAL, dinad
tata ruang dan lain sebagainya.
b.
Belum adanya system pelayanan satu atap secar menyeluruh, baik mengenai
Yang
menjadi persoalan adalah, mungkinkah dilakukan penundaan atas proyek karena menunggu
putusan PTUN?, Dapatkah proyek-proyek tersebut dikategorikan kepentingan umum ?.
Bagaimana nasib kerugianyang diderita penggugat akibat pelaksanaan proyek tersebut ?.
Mengingat bahwa proyek-proyek tersebut pendanaannya adalah terkait dengan
disiplin anggaran negara, maka jika terjadi penundaan akan berdampak pada perencanaan dan
mata anggaran tersebut, apalagi jika tidak selesai tepat waktu, maka anggaran akan hangus.
Lalu siapa yang rugi ?. Yang rugi jelas pertama-tama adalah negara, kemudian developer dan
yang terakhir adalah masyarakat.
BAB III
DASAR HUKUM
Peraturan dan perundang-undangan yang memuat IMB adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
b. Undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
c. PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang no. 28 tahun
2002 tentang Bangunan Gedung.
UU no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
BAB IV. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG.
Pasal 37, ayat (5): "Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi
izin."
Pasal 37, ayat (6): "Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan
rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan
memberikan ganti kerugian yang layak."
Pasal 37, ayat (7): "Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan
ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang."
Pasal 37, ayat (8): "Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan
peraturan pemerintah."
BAB VIII. HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT .
Kedua:
Persyaratan
Administratif
Bangunan
Gedung.
d. garis sempadan dan jarak bebas minimum bangunan gedung yang diizinkan;
e. KDB maksimum yang diizinkan;
f. KLB maksimum yang diizinkan;
g. KDH minimum yang diwajibkan;
h. KTB maksimum yang diizinkan; dan
i. jaringan utilitas kota."
Pasal 14, ayat (5): "Dalam surat keterangan rencana kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dapat juga dicantumkan ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku untuk lokasi
yang bersangkutan."
Pasal 14, ayat (6): "Keterangan rencana kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dan ayat (5), digunakan sebagai dasar penyusunan rencana teknis bangunan gedung."
Pasal 15, ayat (1): "Setiap orang dalam mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan
gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) wajib melengkapi dengan:
a. tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian pemanfaatan
tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11;
b. data pemilik bangunan gedung;
c. rencana teknis bangunan gedung; dan
d. hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan gedung yang menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan."
Pasal 15, ayat (2): "Untuk proses pemberian perizinan bagi bangunan gedung yang
menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, harus mendapat pertimbangan teknis dari tim ahli bangunan gedung dan dengan
mempertimbangkan pendapat publik."
Pasal 15, ayat (3): :Permohonan izin mendirikan bangunan gedung yang telah memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis disetujui dan disahkan oleh bupati/walikota,
kecuali untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta oleh Gubernur, untuk bangunan gedung fungsi
khusus oleh Pemerintah dalam bentuk izin mendirikan bangunan gedung."
Pasal 15, ayat (4): "Izin mendirikan bangunan gedung merupakan prasyarat untuk
mendapatkan pelayanan utilitas umum kabupaten/kota."
Bagian Ketiga: Persyaratan Tata Bangunan.
Paragraf 6: Pembangunan Bangunan Gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau
prasarana/sarana umum.
Pasal 29: "Bangunan gedung yang dibangun di atas dan/atau di bawah tanah, air, atau
prasarana dan sarana umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) pengajuan
permohonan izin mendirikan bangunan gedungnya dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan dari pihak yang berwenang."
Pasal 30, ayat (4): "Izin mendirikan bangunan gedung untuk pembangunan bangunan gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) selain memperhatikan ketentuan
dalam Pasal 14 dan Pasal 15, wajib mendapat pertimbangan teknis tim ahli bangunan gedung
dan dengan mempertimbangkan pendapat publik."
BAB IV. PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG.
Pasal 64, ayat (7): "Persetujuan dokumen rencana teknis diberikan terhadap rencana yang
telah memenuhi persyaratan sesuai dengan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dalam bentuk persetujuan tertulis oleh pejabat yang berwenang."
Pasal 65, ayat (1): "Dokumen rencana teknis yang telah disetujui sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (7) dikenakan biaya izin mendirikan bangunan gedung yang nilainya
ditetapkan berdasarkan klasifikasi bangunan gedung."
Pasal 65, ayat (2): "Dokumen rencana teknis yang biaya izin mendirikan bangunan
gedungnya telah dibayar, diterbitkan izin mendirikan bangunan gedung oleh bupati/walikota,
kecuali untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta dilakukan oleh Gubernur, dan untuk bangunan
gedung fungsi khusus oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah."
Paragraf 4. Pelaksanaan Konstruksi.
Pasal 68, ayat (1): "Pelaksanaan konstruksi bangunan gedung dimulai setelah pemilik
bangunan gedung memperoleh izin mendirikan bangunan gedung."
Bagian Kedua: Pemanfaatan.
Paragraf 1: Umum.
Pasal 72, ayat (1): "Pemanfaatan bangunan gedung merupakan kegiatan memanfaatkan
bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan
gedung termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala."
Paragraf 5: Perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung.
Pasal 81, ayat (1): "Perpanjangan sertifikat laik fungsi bangunan gedung pada masa
pemanfaatan diterbitkan oleh pemerintah daerah dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun
untuk rumah tinggal tunggal dan rumah tinggal deret, dan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
untuk bangunan gedung lainnya, berdasarkan hasil pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan
gedung terhadap pemenuhan persyaratan teknis dan fungsi bangunan gedung sesuai dengan
izin mendirikan bangunan gedung."
BAB IV
TATA CARA PENERBITAN
IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG
A. POLA UMUM PENGATURAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG
Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) adalah perizinan yang diberikan oleh
pemerintah daerah, dan oleh Pemerintah atau pemerintah provinsi untuk bangunan gedung
fungsi khusus, kepada pemilik bangunan gedung untuk kegiatan meliputi:
a. Pembangunan bangunan gedung baru, dan/atau prasarana bangunan gedung;
b. Rehabilitasi/renovasi bangunan gedung dan/atau prasarana bangunan gedung, meliputi
perbaikan/perawatan,
perubahan,
c. Pelestarian/pemugaran.
Dalam proses penerbitan IMB, pemerintah daerah, Pemerintah dan pemerintah provinsi
untuk bangunan gedung fungsi khusus, melaksanakan dengan prinsip pelayanan prima,
serta mengendalikan penerapan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang
ditetapkan dalam rencana teknis.
Prinsip layanan IMB seperti pada Lampiran 1 pedoman teknis ini.
1.
bangunan
gedung
sebagai
satu
Penerbitan IMB;
2)
pemerintah daerah, Pemerintah untuk bangunan gedung fungsi khusus di wilayah Provinsi
DKI Jakarta dan pemerintah provinsi lainnya untuk bangunan gedung fungsi khusus di
wilayahnya, harus dilandasi prinsip-prinsip meliputi:
a. Pelayanan prima
Proses
pemeriksaan
(pencatatan
dan
penelitian)
termasuk
rencana
pengkajian,
teknis
berupa
berdasarkan
retribusi
dan
IMB
informasi
termasuk
b. Sebagai prasyarat
IMB merupakan prasyarat untuk mendapatkan pelayanan utilitas umum kabupaten/kota yang
meliputi penyambungan jaringan listrik, air minum, telepon dan gas.
3.
Wilayah
(RTRW)
Nasional,
Rencana
Tata
Ruang Wilayah (RTRW) provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota,
Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan
Perkotaan
(RDTRKP),
bangunan
meliputi
Nasional,
RTRW
provinsi,
RTRW
a) Klasifikasi
bangunan
gedung
berdasarkan
tingkat kompleksitas
meliputi:
(1) Bangunan gedung sederhana;
(2) Bangunan gedung tidak sederhana; dan
(3) Bangunan gedung khusus.
b)
Klasifikasi
bangunan
gedung
berdasarkan
tingkat permanensi
meliputi:
(1) Bangunan gedung permanen;
(2) Bangunan gedung semi permanen; dan
(3) Bangunan gedung darurat atau sementara.
c)
(1)
(2)
Bangunan
gedung
tingkat
risiko
a) Fungsi
dan
klasifikasi
bangunan
gedung
dapat
diubah melalui
permohonan baru IMB yang diusulkan oleh pemilik dalam bentuk rencana
teknis bangunan gedung sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam
RTRW Nasional, RTRW provinsi, RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau
RTBL.
b) Dalam proses permohonan baru IMB, perubahan fungsi dan klasifikasi
bangunan gedung harus diikuti dengan pemenuhan persyaratan administratif
dan persyaratan teknisbangunan
gedung
yang
ditetapkan
oleh
gedung
untuk
a)
meliputi:
rumah
b) Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal dan rumah deret sampai dengan 2
(dua) lantai ; dan
c) Bangunan gedung hunian rumah tinggal tidak sederhana 2 (dua) lantai atau lebih ,
bangunan gedung lainnya pada umumnya.
2)
B.
1.
2)
3)
Jumlah lantai/lapis bangunan gedung di bawah permukaan tanah dan KTB yang
diizinkan, apabila membangun di bawah permukaan tanah;
4)
Garis sempadan dan jarak bebas minimum bangunan gedung yang diizinkan;
5)
6)
7)
8)
9)
Keterangan
Rencana
Kabupaten/Kota
dicantumkan ketentuan-ketentuan
Lokasi-lokasi yang terletak pada kawasan rawan bencana gempa; kawasan rawan
longsor; kawasan rawan banjir, dan/atau lokasi yang kondisi tanahnya tercemar; dan
2)
2.
penerbitan
IMB
disesuaikan
dengan
penggolongan sebagaimana
Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal sederhana (rumah inti tumbuh dan
rumah sederhana sehat), dan rumah deret sederhana
a)
Pengambilan
Keterangan
pemerintah daerah.
Rencana
b)
Penyediaan dokumen rencana teknis siap pakai (prototip, dsb.) yang memenuhi
persyaratan sesuai Keterangan
Rencana
Kabupaten/Kota.
Gambar rencana
Pengajuan
Surat
Permohonan
IMB
(1)
Pemeriksaan
kelengkapan
dan
f)
g) Penyerahan
bukti
penyetoran
retribusi
h) Penerbitan IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis untuk dapat memulai
pelaksanaan konstruksi.
i)
2) Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal dan rumah deret - sampai dengan 2
(dua) lantai a)
Pengambilan
Keterangan
Rencana
pemerintah daerah.
b) Penyediaan dokumen rencana teknis yang dibuat oleh pemohon/pemilik (yang memiliki
keahlian perencanaan bangunan gedung) dan terdaftar atau oleh penyedia jasa.
c)
Pengajuan
Surat
Permohonan
IMB
kelengkapan
dan
rencana
penilaian
serta persetujuan
yang belum
memenuhi
f)
g) Penyerahan
bukti
pembayaran
retribusi
h) Penerbitan IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis untuk dapat memulai
pelaksanaan konstruksi.
i)
3) Bangunan gedung hunian rumah tinggal tidak sederhana - 2 (dua) lantai atau lebih - dan
bangunan gedung lainnya pada umumnya
a)
Pengambilan
Keterangan
Rencana
pemerintah daerah.
b) Pengurusan
SIPPT
atau
dokumen
sejenisnya
d)
e)
Pengajuan
Surat
Permohonan
IMB
(1) Pemeriksaan
kelengkapan
dan
rencana
penilaian
serta persetujuan
yang belum
memenuhi
g)
Penyerahan
bukti pembayaran
Penerbitan IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis untuk dapat memulai
pelaksanaan konstruksi.
k)
b.
1) Pengambilan
Keterangan
Rencana
Kabupaten/Kota
pemerintah daerah.
2) Pengurusan SIPPT atau dokumen sejenisnya untuk luas tanah tertentu sesuai
ketentuan daerah.
3) Penerbitan
SIPPT
atau
dokumen
sejenisnya,
Penyediaan
dokumen
Analisis
Mengenai
Dampak Lingkungan/UPL/UKL.
5)
6)
7)
Dokumen
administratif
dan/atau
dokumen
10)
a)
b)
LAMPIRAN
Contoh IMB :