Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
JAKARTA
PRESENTASI KASUS
OTITIS EKSTERNA DIFUS AURICULA SINISTRA
Pembimbing:
dr. M. Setiadi, Sp.THT, M.Si Med
Disusun Oleh:
Deviana Sariputri
1420221165
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Disusun Oleh:
Deviana Sariputri
1420221165
Januari 2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan ridha-Nya
penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul Otitis Eksterna
Difus Auricula Sinistra.
Makalah ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi penilaian
pada kepaniteraan klinik di bagian Telinga Hidung Tenggorok Rumah Sakit
Umum Daerah Ambarawa. Terima kasih penulis sampaikan kepada dr. M. Setiadi,
Sp.THT, M.Si Med, selaku dokter pembimbing yang banyak memberikan
masukan dan saran. Serta teman-teman sejawat yang telah membantu dalam
penyelesaian presentasi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa presentasi kasus ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan penulisan
berikutnya. Akhir kata, semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat dan
menambah ilmu pengetahuan bagi penulis maupun pembaca.
Ambarawa,
Januari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
BAB II STATUS PASIEN...............................................................................................
BAB III TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................
BAB IV ANALISIS KASUS........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
STATUS PASIEN
II.1
Identitas Pasien
Nama
: Nn. W
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 19 tahun
Pekerjaan
: Pegawai
Status
: Belum menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Kenongo
No RM
: 094xxx
II.2 Anamnesa
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 22 Januari 2016, pukul 09.00 WIB
di Poliklinik THT RSUD Ambarawa.
II.2.1 Keluhan Utama
Nyeri telinga dan rasa penuh pada telinga sebelah kiri.
II.2.2 Keluhan Tambahan
Pendengaran berkurang di telinga kiri, serta adanya sedikit darah saat
dibersihkan menggunakan cottonbud.
II.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik THT RSUD Ambarawa pada tanggal 22
Januari 2016 dengan keluhan nyeri telinga sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu.
Sebelumnya pasien mengorek telinga menggunakan cottonbud dan terdapat darah
saat dibersihkan. Pasien juga mengatakan mengalami penurunan pendengaran
pada telinga kiri yang sedikit mengganggu. Tidak ada keluhan batuk, pilek,
demam maupun nyeri menelan pada pasien. Riwayat darah tinggi disangkal,
diabetes disangkal, riwayat alergi obat disangkal.
II.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
II.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien.
II.2.6 Riwayat Pengobatan
Pasien belum sempat mengobati keluhannya sebelum berkunjung ke
poliklinik THT.
II. 3
Pemeriksaan Fisik
: Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 76 x/menit
Suhu
: 36,8o C
Pernapasan
: 20 x/menit
Kepala
Bentuk
: Normocephal
Mata
Hidung
Mulut
Paru
: Tidak dilakukan
Jantung
: Tidak dilakukan
Abdomen
: Tidak dilakukan
Ekstremitas
: Tidak dilakukan
Auricula
Dextra
Sinistra
+
+
+
+
-
+
-
Utuh
+
+
+
Utuh
+
+
Inspeksi
Deskuamasi
Otore
Serumen
Tumor
Edema
Hiperemis
Sekret darah
Kelainan Kongenital
Benjolan pada telinga luar
Palpasi
Nyeri tekan tragus
Nyeri tarik auricula
Pembesaran kelenjar limfe
preaurikuler dan
retroaurikuler
Otoskopi
Laserasi Meatus Eksternus
Serumen
Discharge pada CAE
CAE hiperemis
Membran timpani
Discharge
Refleks cahaya
TENGGOROK
Inspeksi
Palpasi
II.6
Resume
Pasien datang ke Poliklinik THT RSUD Ambarawa pada tanggal 22 Januari
2016 dengan keluhan nyeri telinga dan rasa penuh pada telinga sebelah kiri sejak
1 minggu yang lalu. Sebelumnya pasien mengorek telinga menggunakan
cottonbud dan terdapat darah saat dibersihkan. Pasien juga mengatakan
mengalami penurunan pendengaran pada telinga kiri. Tidak ada keluhan batuk,
pilek, panas badan maupun nyeri menelan pada pasien. Riwayat darah tinggi
disangkal, diabetes disangkal, riwayat alergi obat disangkal. Pasien belum sempat
mengobati keluhannya sebelum berkunjung ke poliklinik THT. Pada pemeriksaan
auricula sinitra dengan otoscope ditemukan serumen di auricula sinistra, adanya
pembengkakan dan hiperemis serta sekret darah yang mengering di liang telinga
kiri .
II.7 Diagnosis
Otitis Eksterna Difus Auricula Sinistra
II.8
II.9
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Non medikamentosa
Prognosis
Ad vitam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
Ad sanationam
: bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1
kartilagenus. Bagian ini bersifat elastis dan dilapisi kulit yang melekat erat pada
perikondrium. Kulit pada bagian ini mengandung jaringan subkutan, folikel
rambut, kelenjar lemak (glandula sebacea) dan kelenjar serumen (glandula
ceruminosa). Dinding meatus akustikus eksterna 2/3 bagian medial dibentuk oleh
tulang dan disebut pars osseus. Kulit yang meliputi bagian ini sangat tipis dan
melekat erat pada periosteum. Pada bagian ini tidak terdapat folikel rambut dan
hanya dijumpai sedikit kelenjar serumen.6
Liang telinga berasal dari celah brankial pertama ektoderm. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan terhadap liang telinga,
sedangkan prosesus mastoideus terletak di belakangnya.7
c) Membrana Tympanica
Membran timpani memisahkan kavum timpani dengan meatus akustikus
eksterna. Bentuknya seperti kerucut dengan basis oval dan puncak kerucut cekung
ke arah medial. Tepi membran timpani disebut margo timpani. Membran timpani
terpasang miring dengan melekat pada suatu lekukan tulang yang disebut sulkus
timpanikus dengan perantara jaringan ikat, disebut annulus timpanikus.6
Membran timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar,
lapisan fibrosa di bagian tengah di mana tangkai maleus dilekatkan, dan lapisan
mukosa di bagian dalam.7 Bagian atas membran timpani yang berbentuk bulan
sabit disebut pars flaksida atau membrana Shrapnelli. Pars flaksida ini lebih lentur
dan lebih tipis, terdiri dari 2 lapisan, yaitu bagian luar yang berupa lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam yang dilapisi oleh sel kubus bersilia seperti
epitel mukosa saluran napas. Di bagian bawah membran timpani berbentuk oval
dengan warna putih mutiara yang disebut pars tensa (membran propria). Pars
tensa ini merupakan bagian terbesar dari membran timpani dan merupakan selaput
lebih tebal, dengan tambahan satu lapis lagi di bagian tengah, yaitu lapisan yang
terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di
bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.5,6
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo inilah bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke
arah bawah, yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk
membran timpani kanan. Refleks cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar
kemungkinan
relaps.
Tatalaksana
penyakit
ini
sederhana,
namun
patogen
yang
sering
menyebabkan
otitis
eksterna
yaitu
10
Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar
sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal
dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri
tekan daun telinga. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan
merupakan pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak
merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis
eksterna kronik merupakan keluhan utama.9
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak
nyaman, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa
sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala
yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan.9
Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat
peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,
sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit
yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja
11
dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar
dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.9
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat
lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang
deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam
telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.9
III.6 Klasifikasi
Otitis eksterna diklasifikasikan atas :
1. Otitis eksterna akut
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/ bisul)
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di
liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan
furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita
diabetes. Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya
dari ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila
mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang
telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat
atau abses pada 1/3 luar liang telinga.
12
13
Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan
ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks
menyebabkan liang telinga menyempit.
III.7 Diagnosis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa
gatal. Rasa gatal berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai
dengan kondisi penyakitnya (misalnya pada folikulitis atau otitis eksterna
sirkumskripta). Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan
ketika mengunyah makanan.
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai
kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur
biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan
berbau.Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada
besarnya furunkel atau edema yang terjadi dan telah menyumbat pada liang
telinga.
Didapatkan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan berenang pada
pasien, ataupun kebiasaan mengorek kuping dengan cotton bud bahkan
menggunakan bulu ayam yang merupakan media penyebaran infeksi.
Pemeriksaan Fisik pada pasien bisanya menunjukkan:
Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membran timpani dengan
liang MAE penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani
dapat tidak tampak.
Pada folikulitis akan didaptkan edema, hiperemi pada pars kartilagenous
MAE.
14
III.9
Penatalaksanaan
Otitis ekseterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Untuk tujuan ini biasanya
perlu disisipkan tampon berukuran x 5 cm kedalam liang telinga mengandung
obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa
disisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep hartmann yang kecil.
Penderita harus meneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua
kali sehari. Dalam 48 jam tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen
sudah bertambah besar.
Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotic yang paling efektif
terhadap Pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik seperti
glikol propilen yang telah diasamkanbahan kimia lain, seperti gentian violet 2%
dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liang
telinga. Setelah reaksi peradangan berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70%
untuk membuat liang telinga bersih dan kering.
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang
mungkin terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya
pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering, menggunakan alcohol encer
secara
rutin
tiga
kali
seminggu.
Juga
harus
diingatkan
agar
tidak
15
III.10 Komplikasi
Perikondritis
Selulitis
Dermatitis aurikularis.11
III.11 Prognosis
Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh
dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna dapat
dengan mudah diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yang
mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak
memiliki komplikasi jangka panjang atau serius. 10
16
BAB IV
ANALISIS KASUS
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Hafil AF, Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar. Soepardi EA,
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Badan penerbit
FKUI; 2011. h. 60-3.
2. Boies LR. Penyakit Telinga Luar. Adams GL, Boies LR, Higler PA.
BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC; 2012. h. 75-80.
3. Guss J, Ruckenstein MJ. Infections of The External Ear. In : Flint PW,
Haughey BH, Lund VJ, Niparko JK, Richardson MA, Robbins KT, et al.
Cumming Otolaryngology Head & Neck Surgery. 5rd ed. Philadelphia:
Mosby elsevier; 2010. P. 1956-61.
4. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring
dengan Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Available
from : www.usudigitallibrary.com. Accessed: 1 September 2015.
5. Ballanger, Jhon. 1996. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala
dan Leher Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.
6. Kartika,
Henny.
2008.
Otitis
Eksterna.
Availble
from
htm.
Accessed:
September 2015.
8. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan
Kelainan Telinga. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,
Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Cetakan Keempat. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. 2010 : hlm 10-16.
9. Moore KL, Anne MR. Head. In : Essential Clinical Anatomy. USA :
Lippincott Williams and Wilkins. 2002 : p. 401-403.
18
10. Liston SL, Duvall AJ. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga.
Dalam : Adams GL, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi 6. Cetakan Ketiga. Jakarta : EGC. 1997 : hlm 27-31.
11. Bull PD. Conditions of The External Auditory Meatus. In : Lecture Notes
on Diseases of The Ear, Nose and Throat. Ninth Edition. USA : Blackwell
Science Ltd. 2002 : p. 27-30.
12. Soepardi, Iskandar, N., Bashiruddin, J., et al. (eds)., (2007), Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi
Keenam, Jakarta : Gaya Baru.
13. Boies LR. Penyakit Telinga Luar. Dalam : Adams GL, Boies LR, Higler
PA. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Cetakan Ketiga. Jakarta :
EGC. 1997 : hlm 76-80
14. Suardana, W. dkk. 1992. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit
Telinga, Hidung dan Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga
Hidung dan Tenggorok FK Unud. Denpasar.
15. Sosialisman & Helmi. 2001. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
19