Você está na página 1de 5

TUGAS HUKUM PERUSAHAAN

ANALISA PRAKTIK PELAKSANAAN


KANTOR BERSAMA NOTARIS DI
INDONESIA SERTA PERBANDINGANNYA
DENGAN PERSEKUTUAN PERDATA
(MAATSCHAP) UMUM

Disusun Oleh
KELOMPOK 8:
Kenny Cetera
Ahyani Luthfiana S
Fakhir Tashin Baaj
Nur Shabrina Ghassani
Yeny Noor Vinda

Magister Kenotariatan
Universitas Gadjah Mada
2016

Analisa Praktik Pelaksanaan Kantor Bersama Notaris di Indonesia


serta Perbandingannya dengan Persekutuan Perdata (Maatschap)
Umum

Dewasa ini, dengan semakin banyaknya lulusan magister


kenotariatan, dirasakan berbanding terbalik dengan jumlah kebutuhan
notaris di daerah yang telah memiliki pejabat Notaris yang banyak
seperti Jakarta. Selain itu notaris-notaris yang sudah diangkat namun
belum bisa langsung melayani masyarakat karena kemampuan
pendanaan yang kurang sehingga tidak mampu menyewa gedung dan
membiayai kantornya juga menjadi permasalahan tersendiri. 1 Atas dasar
ini Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan UndangUndang Nomor 30 Tahun 20014 tentang Jabatan Notaris telah
mengakomodir hal ini dalam ketentuan pasal 20 ayat (1)
yang
menyatakan bahwa notaris dapat menjalankan jabatannya dalam bentuk
persekutuan perdata dengan tetap memperhatikan kemandirian dan
ketidakberpihakan dalam menjalankan jabatannya. 2 Selanjutnya, ayat (2)
menyatakan bahwa bentuk persekutuan perdata sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur oleh para Notaris berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.3 Adanya aturan ini memberikan variasi menarik
dalam hukum perusahaan terkait jabatan notaris karena pembentukan
maatschap-nya yang diatur oleh undang-undang khusus.
Terkait dengan ketentuan yang dijelaskan diatas kelompok kami
akan membahas sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perbedaan antara persekutuan
umumnya dan pada kantor bersama Notaris?

perdata

pada

2. Bagaimanakah praktik pelaksanaan kantor bersama Notaris di


Indonesia?

I.

Perbedaan Antara Persekutuan Perdata pada Umumnya dan


Kantor Bersama Notaris.

1 Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia, (Jakarta:PT
Gramedia Pustaka, 2008), hal.116.

2 Indonesia, Undang-undang Jabatan Notaris-Perubahan, UU No. 2 Tahun


2014, LN. No. 3 Tahun 2014, TLN. No. 5491, Ps. 20 ayat 1.
3 Ibid., Ps. 20 ayat 2.
1

Berdasarkan penjelasan pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30


Tahun 2004 tentang Jabatan notaris, yang dimaksud perserikatan
perdata dalam ketentuan ini adalah kantor bersama Notaris. 4 Dengan
demikian tentu saja kantor bersama Notaris yang berbentuk persekutuan
perdata memiliki perbedaan dengan persekutuan perdata pada umumnya.
Perbedaan tersebut dapat terlihat dalam tiga aspek yaitu kepengurusan,
pertanggungjawaban dan pembagian untung-rugi.

I.1.

Kepengurusan

Menurut pasal 1639 bagian 1 KUHPerdata, apabila tidak


diperjanjikan lain, maka para sekutu dianggap telah memberikan kuasa
satu sama lain untuk mengurus perseroan itu, apa yang dibuat oleh
masing-masing sekutu satu sama lain, sekalipun tanpa izin dari sekutu
lain, mengikat mereka, tanpa mengurangi hak mereka atau salah satu
seorang dari mereka untuk melawan perbuatan tersebut selama
perbuatan itu belum ditutup. Dalam persekutuan perdata notaris,
pemberian kuasa antar notaris tidak dikenal karena adanya tuntutan
jaminan kepastian hukum yang mengharuskan notaris bersifat
independen dan tidak terkait oleh siapapun. Oleh karenanya, Notaris yang
bergabung dalam persekutuan perdata harus menjalankan jabatannya
secara masing-masing sehingga kemandirian Notaris akan terus terjaga
I.2.

Pertanggungjawaban

Dalam persekutuan perdata, masing-masing sekutu bertanggung


jawab pribadi atas tindakan hukum yang dilakukannya. notaris juga
menganut prinsip yang sama mengenai pertanggungjawaban pribadi.
Akan tetapi, menurut pasal 1644 KUHPerdata, dalam persekutuan perdata
umum, terdapat pengecualian atas
pertanggungjawaban pribadi
tersebut, yaitu apabila:
1 para sekutu telah memberi kuasa kepada sekutu yang membuat
perjanjian tersebut, atau
2 bila tindakan termaksud ternyata perseroan memperoleh untung.
Dalam praktek persekutuan perdata notaris, notaris sesuai dengan
jabatannya yang
independen tetap bertindak sendiri-sendiri dan tidak
mengenal praktek pemberian kuasa antar sekutu. Hal ini dikarenakan
seorang notaris harus memiliki perilaku professional. 5
I.3.

Pembagian Keuntungan dan Kerugian

4 Indonesia, Undang-Undang Jabatan Notaris, UU No. 30 Tahun 2004, LN No. 117 Tahun
2004, TLN No. 443, Penjelasan Ps. 20 ayat (1).

5 C.S.T.Kansil, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum, (Jakarta:PT Pradnya


Paramita,2006), hal. 71.
2

Berdasarkan pasal 1633 KUHPerdata, tujuan persekutuan perdata


adalah mencari keuntungan bersama dan oleh karenanya, tidak boleh
memberikan keuntungan kepada salah satu seorang sekutu saja, tetapi
sebaliknya memperbolehkan pembebanan kerugian pada salah satu
seorang sekutu saja.
Pada persekutuan perdata notaris, pembagian keuntungan lebih
baik diatur secara terperinci pada perjanjian pendirian perserikatan
perdata. Apabila pada saat keuntungan akan dibagikan ternyata ada hal
yang belum diatur dalam perjanjian maka wajib diambil keputusan secara
musyawarah mengenai besaran keuntungan yang akan diterima oleh
masing-masing sekutu.
II.

Praktik Kantor Bersama Notaris di Indonesia

Di Indonesia, kantor bersama Notaris sangat jarang ditemukan. Hal


ini dikarenakan profesi Notaris berbeda dengan profesi hukum lain seperti
Advokat yang dapat dilakukan bersama-sama. Implikasi dari profesi
notaris ini berhubungan dengan masyarakat sebagai klien. Pertimbangan
untuk tidak memperkenankan para notaris untuk mengadakan
persekutuan dikarenakan persekutuan tidak menguntungkan masyarakat
umum. Dikatakan tidak menguntungkan karena persekutuan akan
mengurangi persaingan dan pilihan masyarakat tentang notaris yang
dikehendakinya. Selain itu dikhawatirkan persekutuan semacam ini akan
menyebabkan kurang terjaminnya kewajiban yang dibebankan kepada
para Notaris.6
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, Notaris yang
tergabung dalam kantor bersama harus tetap melaksanakan tugasnya
secara mandiri. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Herlien Budiono,
Notaris sekaligus Guru Besar, walaupun notaris bersekutu dalam
perserikatan perdata, masing-masing notaris yang tergabung dalam
persekutuan perdata tersebut tetap bertindak untuk dirinya sendiri. Jadi,
pada dasarnya pembentukan persekutuan perdata tersebut hanyalah
bertujuan untuk bersatu dalam suatu kantor yang sama. 7 Dengan
demikian Notaris secara umum lebih memilih untuk memiliki kantor
sendiri daripada harus berbagi kantor dengan Notaris lain.
Berbeda dengan di kota besar seperti Jakarta yang diperlukan
keahlian untuk menangani masalah-masalah tertentu sedangkan
terkadang kemampuan dari seorang notaris terbatas. Misalnya ada notaris
yang memiliki keahlian di bidang Pasar Modal, ada yang ahli di bidang
Perbankan Syariah, ada yang ahli di bidang Pertanahan, dan lainnya. Jika
6 G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement), (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1992), hal. 107

7 Tammy Angelina Wenas Kumontoy, Upaya Notaris Dalam Menjamin


Kemandirian dan Ketidakberpihakannya Pada Kantor Bersama Notaris,
(Tesis Universitas Indonesia, Jakarta, 2010), hal. 60.
3

para Notaris tersebut berkumpul, maka akan dapat memberikan


peningkatan mutu dari jasa notaris yang membentuk perserikatan perdata
tersebut.8
Dengan demikian, di daerah yang memiliki kasus maupun
kebutuhan klien yang bervariasi memang membutuhkan adanya
pelaksanaan kantor bersama Notaris yang di dalamnya terdapat Notaris
yang memiliki keahlian di bidang tertentu. Namun apabila di kota-kota
kecil, kebutuhan akan kantor bersama Notaris tidaklah terlalu mendesak,
sehingga para Notaris pada akhirnya cenderung untuk memiliki kantor
sendiri. Hal inilah yang menyebabkan sangat jarangnya ditemukan kantor
bersama Notaris walaupun di Undang-Undang Jabatan Notaris telah
memberikan kebolehan untuk membuat persekutan perdata notaris di
dalam sebuat kantor bersama.

8 Ibid., hal. 61

Você também pode gostar