Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
Jumrotul mustaqimah
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya serta memberikan perlindungan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyusun makalah dengan judul Makalah Asuhan Keperawatan Asma Bronkhiale. Dimana
makalah ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir Smk kesehatan alyasini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini penulis banyak
menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan keterbatasan penulis sendiri.
Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka penulis berusaha
semaksimal mungkin untuk menyusun makalah dengan sebaik-baiknya.
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya, Amin.
I
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................................
Daftar Isi .......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
A. Latar Belakang ..................................................................................
B. Rumusanmasalah................................................................................
..
C. Tujuan penulisan .............................................................................
BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................................
A. DEFINISI ..........................................................................................
B. ETIOLOGI .....................................................................................
C. PATOFISIOLOGI..............................................................................
D. TANDA DAN GEJALA / MANIFESTASI KLINIS .......................
E. PENGKAJIAN ...............................................................................
F.
DIAGNOSA KEPERAWATAN .....................................................
G. INTERVENSI ..................................................................................
H. KOMPLIKASI ..................................................................................
I.
PENATALAKSANAAN...................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................
I.
Pengkajian ......................................................................................
II. Identifikasi klient...............................................................................
III. Riwayat penyakti ..............................................................................
IV. Pengkajian Saat ini ............................................................................
Diagnosa keperawatan ...................................................................
BAB IV PENUTUP KESIMPULAN.....................................................................
WOC .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
i
ii
1
1
1
1
2
2
2
3
3
4
6
6
8
8
10
10
10
10
11
14
21
22
25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisiatau teknisi yang
memantau untuk mencegah terjadinya penyakit asma bronkial dan membantu melindungi
klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit tersebut. Klien dalam lingkungan
keperawatan dapat bersiko terkena penyakit asma bronkial jika tidak di antisipasi dengan
tepat, dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory,klien dapat terpajan
pada penyakit asma bronkial jika tidak di tangani dengan prosedur dini, yang beberapa
dari penyakit tersebut dapat saja resisten terhadap banyak obat yang berhubungan dengan
penyakit tersebut .Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan penyakit asma bronkial,
dan perawat dapat menghindarkan penyebaran penyakit tersebut terhadap klien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Asma Bronkial?
2. Bagaimana Etiologi, Patofisiologi, Tanda Dan Gejala /
Manifestasi Klinis,Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan , Intervensi, Komplikasi, Penatalaksanaan, Asuhan Keperawatan?
3. Bagaimana asuhan keperawatan bagi pasien asma bronkial?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Asma Bronkial
2. Mengetahui Etiologi, Patofisiologi, Tanda Dan Gejala /
Manifestasi Klinis,Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan , Intervensi, Komplikasi, Penatalaksanaan, Asuhan Keperawatan
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronkial
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut
otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus.( Huddak & Gallo, 1997 )
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.( Smeltzer, 2002 : 611)
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami
inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48)
B.
Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
C. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan
bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,
zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini
akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi
mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan
obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.
Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
Stadium dini
Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
Whezing belum ada
d.Belum ada kelainan bentuk thorak
Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
BGA belum patologis
2. Stadium lanjut/kronik
a.
Batuk, ronchi
b.
Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan
c.
Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d.
Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
e.
Thorak seperti barel chest
f.
Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g.
Sianosis
(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)
E.
Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
Riwayat kesehatan yang lalu:
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.
Aktivitas
Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
Tidur dalam posisi duduk tinggi.
Pernapasan
Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan
hidung.
Adanya bunyi napas mengi.
Adanya batuk berulang.
Sirkulasi
Adanya peningkatan tekanan darah.
Adanya peningkatan frekuensi jantung.
Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
F.
1.
2.
3.
4.
Pemeriksaan Diagnosa
a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Sputum
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat, karena
hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa, sehingga
terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk
melibat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap
beberapa antibiotik (Muttaqin, 2008).
2) Pemeriksaan Darah (Analisa Gas Darah/AGD/astrub)
(a) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
(b) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
(c) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan
terdapatnya suatu infeksi.
Sel Eosinofil
Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm 3 baik
asma intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-200/mm 3.
Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan
telah tepat (Muttaqin, 2008).
b)
Pemeriksaan Penunjang
1)
Spirometri :
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
2)
Tes provokasi :
a.
Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
b.
Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
c.
Tes provokasi bronkial seperti :
Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara
dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.
tubuh.
d.
Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
e.
Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
f.
Pemeriksaan sputum.
3)
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun.
4)
Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma.
5)
Scanning Paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
6)
Spirometer
Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan diagnosis juga untuk menilai
beratnya obstruksi dan efek pengobatan.
7)
Peak Flow Meter/PFM
Peak flow meter merupakan alat pengukur faal paru sederhana, alat tersebut digunakan untuk
mengukur jumlah udara yang berasal dari paru. Oleh karena pemeriksaan jasmani dapat
normal, dalam menegakkan diagnosis asma diperlukan pemeriksaan obyektif
(spirometer/FEV1 atau PFM). Spirometer lebih diutamakan dibanding PFM karena PFM
tidak begitu sensitif dibanding FEV. Untuk diagnosis obstruksi saluran napas, PFM mengukur
terutama saluran napas besar, PFM dibuat untuk pemantauan dan bukan alat diagnostik, APE
dapat digunakan dalam diagnosis untuk penderita yang tidak dapat melakukan pemeriksaan
FEV1.
8). X-ray Dada/Thorax
Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan asma.
9). Pemeriksaan IgE
Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan adanya antibodi IgE spesifik pada
kulit. Uji tersebut untuk menyokong anamnesis dan mencari faktor pencetus. Uji alergen yang
positif tidak selalu merupakan penyebab asma. Pemeriksaan darah IgE Atopi dilakukan
dengan cara radioallergosorbent test (RAST) bila hasil uji tusuk kulit tidak dapat dilakukan
(pada dermographism).
10) Petanda Inflamasi
Derajat berat asma dan pengobatannya dalam klinik sebenarnya tidak berdasarkan atas
penilaian obyektif inflamasi saluran napas. Gejala klinis dan spirometri bukan merupakan
petanda ideal inflamasi. Penilaian semi-kuantitatif inflamasi saluran napas dapat dilakukan
melalui biopsi paru, pemeriksaan sel eosinofil dalam sputum, dan kadar oksida nitrit udara
yang dikeluarkan dengan napas. Analisis sputum yang diinduksi menunjukkan hubungan
antara jumlah eosinofil dan Eosinophyl Cationic Protein (ECP) dengan inflamasi dan derajat
berat asma. Biopsi endobronkial dan transbronkial dapat menunjukkan gambaran inflamasi,
tetapi jarang atau sulit dilakukan di luar riset.
G.
INTERVENSI
1. Bersikan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
a. kriteria hasil
-mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas jelas/bersih
-menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihkan jalan nafas,misalnya : batuk efektif dan
mengeluarkan secret.
b. intervensi
- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; krekels, b ronki
- Kaji/pantau frekuensi pernafasan
- Catat adanya/derajat diespnea misalnya : gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan
otot bantu
- kaji pasien untuk posisi yang nyaman (semi fowler)
- pertahankan polusi lingkungan minimum
- observasi karakteristik batuk,misalnya : menetap,batuk pendek,basah
- tingkatkan masukan cairan sampai 3000ml/hari
- berikan obat sesuai indikasi.
c. rasional
- mengetahui bunyi nafas wheezing(mengi),krekels,ronki
- mengetahui frekuensi pernafasan
- mengetaui derajat diespnea
- posisi semi fowler dapat mengurangi sesak nafas
- menghindari polusi lingkungan
- mengetahui karakteristik batuk
- masukan cairan dapat mengurangi sesak nafas pasien
- memberikan obat sesuai indikasi
c. rasional
- mengetahui frekuensi,kedalaman nafas,catat
bibir,ketidakmampuan bicara/berbincang.
- semi fowler dapat mengurangi sesak.
- untuk mengeluarkan sputum
- mengetahui bunyi nafas.
- mengetahui tingkat kesadaran pasien.
- mengetahiu tanda-tanda vital dan irama jantung.
- oksigen dapat menguangi sesak nafas pasien.
penggunaan
otot
aksesori,nafas
I.
Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik
pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang
merawatnnya. Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose
inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada
serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke
pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau
sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita
yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita
karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).
Kromalin
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S
DENGAN ASMA BRONKIAL
DI RUANG YOSEPH
RS PALANG BIRU
GOMBONG
I.
PENGKAJIAN
1.
Keluhan Utama
- Klien mengeluh dadanya sesak dan batuk.
2.
Riwayat penyakit sekarang
- pasien datang dari IGD dengan keluhan dadanya sesak dan batuk,pasien juga mengatakan
tubuhnya lemas.
3. Riwayat penyakit dahulu
- sejak dulu pernah mengalami alergi terhadap asap dan debu yang berkelebihan
4. Diagnosa medik pada saat masuk RS,pemeriksaan penunjang,tindakan yang telah
dilakukan.
- Diagnosa medis
: Asma Bronkial
- Pemeriksaan penunjang
: - Tindakan yg telah dilakukan : infus D5% + Aminophilin 20tpm
IV. PENGKAJIAN SAAT INI
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Apabila sakit,klien segera berobat ke Rumah Sakit/puskesmas
2.
Pola nutrisi / metabolik
- Program diit RS
: bubur kasar
- Intake makanan :
Sebelum sakit
: 3x sehari,makan habis 1 porsi,sayur,laukpauk
Selama sakit
: 3x sehari makan habis 3 4sendok sayur,laukpauk
- Intake cairan :
Sebelum sakit
: 5 - 7 gelas sehari, air putih
Selama sakit
: 3 4 gelas sehari, air putih
3.
Pola eliminasi
a. Buang air besar :
Sebelum sakit
: 1x sehari, warna kuning
Selama sakit
: 1x sehari, warna kuning.
b. Buang air kecil :
Sebelum sakit
selama sakit
4.
Sebelum sakit :
KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI
MAKAN/MINUM
MANDI
TOILETING
BERPAKAIAN
BERPINDAH
AMBULASI / ROM
Ket :
0 =mandiri.
1 =alat bantu.
2 =dibantu oranglain.
3 =dibantu orang lain dan alat.
4 =tergantung total .
Selama sakit :
KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI
MAKAN/MINUM
MANDI
TOILETING
BERPAKAIAN
BERPINDAH
AMBULASI / ROM
Ket :
0 =mandiri.
1 =alat bantu.
2 =dibantu oranglain.
3 =dibantu orang lain dan alat.
4 =tergantung total .
5.Pola tidur dan istirahat
- Lama tidur siang 2 jam.
- Lama tidur malam 7 jam.
- Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan tidurnya.
6.Pola persepsual
- Penglihatan : pandangan masih baik,tidak menggunakan alat bantu
- Pendengaran : pendengaran masih baik,tidak menggunakan alat bantu
- Pengecapan : pengecapan masih berfungsi dengan baik.
7.Pola persepsi diri.
- Pasien yakin penyakitnya akan sembuh.
ala
paru
PEMERIKSAAN FISIK
-Kesadaran
: compos metis
-Tanda-tanda vital
: TD =110 / 70 mmHg,
N
= 105 x/menit
RR = 30x/menit
S
= 36,8C
: bentuk mesochepal, rambut hitam , tidak ada lesi pada kepala, keadaan rambut pasien juga
bagus, tidak rontok, tidak ada benjolan.
: - mata klien simetris, mata tidak bengkak,tidak memakai alat bantu penglihatan.
-Hidung
: - ada septum,
- ada cuping hidung
- terpasang slang oksigen 2 liter
-Telinga
: - ada serumen
- fungsi pendengaran masih baik.
-Mulut
: - gigi klien bersih
- warna bibir pucat
- mukosa bibir kering.
-Leher
: - tidak ada pembesaran kelenjar tiroid .
-Thorak
: -payudara
:-jantung
: - saat dilakukan auskultasi jantung di dapatkan S1 < S2
-abdomen
: I : bentuk simetris,tidak ada lesi
A: terdengar bising usus 12x / menit
P : terdengar bunyi timpani.
P : tidak ada nyeri tekan pada 4 kuadran
: I : dada yang tidak simetris.
A : terdapat bunyi wheezing(mengi)
P : bunyi pekak,menunjukan adanya penumpukan secret.
P : saat dilakukan palpasi taktil fremitus dapat terasa getaran yang berat.
-genetalia
: - laki-laki
- tidak terpasang dower cateter (DC)
-punggung
: - tidak ada lesi/jejes pada punggung
-ekstimitas
: - atas
: tangan kanan terpasang infus D5% 20tpm + aminophilin
- bawah : tidak ada edema
94
<200
mg/dl
Kimia
Creatinin
Hemoglobin
0.9
15,0
0,7 1,2
L = 13,6
P = 12 - 14
mg/dl
gr%
Jumlah lekosit
4.100
4.000 11.000
/mmk
ANALISA DATA
NO. DATA
1
ETIOLOGI
PROBLEM
DIAGNOSA KEPERAWATAN
-perubahan
nutrisi
kuang dari kebutuhan
tubuh.
1.
2.
3.
Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Gangguan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. DX.KEPERAWATAN
TUJUAN
1
Bersihkan jalan nafas Setelah dilkukan
tidak
efektif tind.kep
slama
berhubungan
dengan 3x24jam,dhrapkan
peningkatan
produksi klien :
secret,ditandai dengan : -klien
merasa
DS : -klen mengatakan nyaman
dadanya sesak.
-sesak
nafas
DO: -TD=110/70mmHg berkurang/hilang
S = 36,8 C
-mukus berkurang
N = 105x/menit
-tidak
terdapat
RR= 30x/ menit
bunyi wheezing
-tidak ada cuping
hidung
Gangguan
kerusakan
pertukaran
gas
berhubungan
dengan
gangguan
suplai
oksigen.ditandai
dengan :
DS: klien mengatakan
sesak
DO: terpasang oksigen 2
liter
Setelah dilkukan
tind.kep
slama
3x24jam,dihrpkan
Klien
bernafas
dengan
baik,dengan
kriteria hasil:
-klien
tidak
menggunakan
oksigen
- klien tidak sesak
lagi
INTERVENSI
RASIONAL
-auskultasi bunyi - mengetahui adanya
nafas
bunyi wheezing.ronki
- kaji frekuensi
pernafasan
mengetahui
frekuensi pernafasan
- posisikan
pasien
semi
fowler.
- semi fowler dapat
mengurangi sesak
- berikan obat
sesuai indikasi
- untuk mengurangi
observasi sesak
karakteristik
batuk
mengetahui
karakteristik batuk.
-kaji frekuensi -mengetahui
kedalaman
frekuensi,kedalaman
pernafasan
pernafasan
- atur posisi semi
fowler
- semi fowler dapat
mengurangi sesak
dorong
pengeluaran
- untuk
sputum
mengeluarkan
sputum
auskultasi
bunyi nafas
- mengetahui bunyi
nafas
observasi
tanda-tanda vital - mengetahui tandadan
irama tanda vital pasien dan
jantung
irama jantung pasien
berikan - terapi oksigen dapat
oksigen sesuai mengurangi sesak
indikasi
Setelah dilkukan
tind.kep
slama
3x24jam,dihrapkn
Nutrisi
pasien
terpenuhi,dengan
kriteria hasil:
-nutrisi
pasien
terpenuhi
- nafsu makan
pasien bertambah
berat
badan
pasien bertambah
bunyi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI
1
Selasa,31/1/2012
09.00
09.05
EVALUASI RESPON
frekuensi
-pasien mnegatakan lebih nyaman
09.10
-terpasang oksigen 2 liter,
- mengauskultasi
paru
1,2
bunyi
-terdengar bising usus
09.15
-pasien tidak nafsu makan
- memposisikan
semi fowler
09.20
10.00
-pasien mengerti
melakukannya
memonitor
pasien
10.05
- mengauskultasi
usus
10.10
- mengkaji kebiasaan
diet(masukan oral)
10.15
- menganjurkan pasien
untuk makan sedikit tapi
sering.
10.20
11.00
dan
- menganjurkan pasien
untuk
tidak
makan
makanan
yang
merangsang(pedas,panas,d
ingin)
mau
- mengukur tanda-tanda
vital pasien
Rabu,1/2/2012
07.00
08.00
-mengkaji
pernafasan
1,2,3
08.05
2
08.10
memberikan
obat -masien masih menggunakan
ambroxol(oral),inj.cefotaxi oksigen
me,ranitidine(IV)
-pasien mengatakan mulai nafsu
memonitor
oksigen makan
pasien
- TD=110/70
S = 36,8 C
N =98x/mnit
-mengkaji masukan oral
RR= 25x/ menit
08.15
-pasien beristirahat
- mengukur tanda-tanda
vital pasien
11.00
- menganjurkan
untuk istirahat
2
11.05
pasien
Kamis,2/2/2012
21.00
21.05
21.10
mengkaji
pernafasan
23.00
memberikan
cefotaxime(IV)
23.05
-TD=110/80
S= 36,5C
- menganjurkan pasien RR=23x/mnit
untuk istirahat kembali
N= 95x/mnit
05.00
frekuensi
-pasien mau istirahat dan tidur
kembali
obat
06.30
06.35
CATATAN PERKEMBANGAN
TANGGAL/JAM
NO.DX.KEP
CATATAN PERKEMBANGAN
31/1/2012
14.00
14.00
14.00
1/2/1012
14.00
14.00
14.00
2/2/2012
07.00
07.00
PARAF
07.00
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang
bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea
dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik) ,Asma gabungan.
Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya serangan asma
bronkhial yaitu, faktor predisposisi(genetic), faktor presipitasi(alergen, perubahan cuaca,
stress, lingkungan kerja, olahraga/ aktifitas jasmani yang berat). Pencegahan serangan asma
dapat dilakukan dengan cara:
a.Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
b.Menghindari kelelahan
c.Menghindari stress psikis
d.Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
e.Olahraga renang, senam asma
B.Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak
bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://ariebencolenk.blogspot.com/2012/01/asma-bronkial.html
Judith M.Wilkinson,2007,Diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan Kriteria hasil
NOC
NANDA,2001-2002,Diagnosis keperawatan Nanda,Yogyakarta;UGM
Baratawidjaja, K. (1990) Asma Bronchiale, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam,
Jakarta : FK UI.
Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : AGC.
Crockett, A. (1997) Penanganan Asma dalam Penyakit Primer, Jakarta :
Hipocrates.
Crompton, G. (1980) Diagnosis and Management of Respiratory Disease, Blacwell
Scientific Publication.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) Rencana Asuhan
Keperawatan, Jakarta : EGC.
Guyton & Hall (1997) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo (1997) Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Volume 1, Jakarta :
EGC.
Price, S & Wilson, L. M. (1995) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
Jakarta : EGC.
Pullen, R. L. (1995) Pulmonary Disease, Philadelpia : Lea & Febiger.
Rab, T. (1996) Ilmu Penyakit Paru, Jakarta : Hipokrates.
Rab, T. (1998) Agenda Gawat Darurat, Jakarta : Hipokrates.
Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. (1999) Keperawatan Medikal Bedah, Buku
Satu, Jakarta : Salemba Medika.
Staff Pengajar FK UI (1997) Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : Info Medika.
Sundaru, H. (1995) Asma ; Apa dan Bagaimana Pengobatannya, Jakarta : FK UI.